Pengaruh Radio Terhadap Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Pengaruh Program Acara Akustar di Radio Star FM Terhadap Sikap Bermusik Mahasiswa Fakultas Sastra USU)

(1)

PENGARUH RADIO TERHADAP SIKAP MAHASISWA

(Studi Korelasional Pengaruh Program Acara Akustar di Radio Star FM Terhadap Sikap Bermusik Mahasiswa Fakultas Sastra USU)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Diajukan Oleh:

YESSI OKTAVIANA

080922025

PROGRAM EKSTENSI DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Pengaruh Radio Terhadap Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Pengaruh Program Acara Akustar di Radio Star FM Terhadap Sikap Bermusik Mahasiswa Fakultas Sastra USU). (Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh program acara Akustar di radio Star FM terhadap sikap bermusik mahasiswa Fakultas Sastra USU. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori S-O-R).

Permasalahan dalam penelitian ini yaitu “Sejauhmana pengaruh program acara Akustar di radio Star FM terhadap sikap bermusik mahasiswa Fakultas Sastra USU”.

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa/i Fakultas Sastra USU program S1 dari stambuk 2006 hingga 2009 dari empat Departemen, dengan jumlah populasi sebesar 752 orang. Dari data populasi ini, kemudian diambil sampel dengan menggunakan rumus Taro Yamane dengan pesisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%, sehingga diperoleh sampel sebanyak 88 orang. Untuk

menentukan jumlah sampel disetiap Departemen, maka digunakan teknik Proportional Stratified Sampling dan menggunakan teknik pemilihan sampel Purposive Sampling.

Penelitian ini menggunakan metode korelasional, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan diantara dua variabel atau lebih, atau hubungan variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan penelitian kepustakaan, dengan mempelajari buku-buku, serta sumber yang relevan dan mendukung, dan melakukan penelitian lapangan untuk memperoleh data di lokasi penelitian melalui kue sioner. Data yang diperoleh dari hasil

penelitian dianalisis dengan bentuk analisa tabel tunggal dan uji hipotesis melalui rumus korelasi rank-order (Spearman’s Rho Rank-Order Correlations) dengan menggunakan SPSS (Statistical Product and System Solution) versi 16.0.

Dari uji hipotesis, maka diperoleh hasil rs adalah 0.461. Berdasarkan skala

Guilford. Hal ini menunjukkan hubungan kedua variabel cukup berarti. Maka hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup berarti antara Pengaruh Program Acara Akustar di Radio Star FM terhadap Sikap Bermusik Mahasiswa.

Melihat hubungan cukup berarti antara program acara Akustar di radio Star FM terhadap sikap bermusik mahasiswa, ini berarti bahwa program acara Akustar cukup berpengaruh dalam menumbuhkan keinginan dan sikap bermusik

mahasiswa. Disamping itu juga dengan adanya program acara Akustar di radio Star FM, mahasiswa dapat mengetahui lagu-lagu ciptaan anak muda Medan serta mereka juga dapat menyalurkan bakat bermusik, dimana lagu ciptaan mereka dapat di dengar khalayak khususnya remaja dan kawula muda.


(3)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Radio Terhadap Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Pengaruh Program Acara Akustar di Radio Star FM Terhadap Sikap Bermusik Mahasiswa Fakultas Sastra USU)”.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga ku persembahkan kepada orang tua ku tercinta, Ayahanda H. Chairizal dan Ibunda Hj. Yulidar, yang selalu dan akan selalu menjadi orang terpenting dalam hidup penulis, atas semua cinta, kasih sayang, do’a, nasehat dan motivasinya. Juga kepada kakak-kakak ku Selfitrida A.Yani,MS, Zulfrida, S.KM, Chairian, S.Pd, atas segala dukungan, bantuan dan motivasinya, juga kepada abang-abang ku bang Dayat, dan bang Arsal atas bantuan dan dukungannya, serta ponakan-ponakan ku tersayang atas tawanya setiap hari.

Tidak lupa pula pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs. Amir Purba, MA selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sekaligus Dosen pembimbing yang banyak memberikan bimbingan, masukan, dan dorongan kepada peneliti. Terima kasih atas pengetahuan dan wawasan


(4)

baru yang diberikan kepada peneliti, semua itu sangat berarti bagi peneliti.

3. Bapak Humaizi, MA selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

4. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, MA selaku Dosen Wali

5. Seluruh Dosen dan Staff Pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, khususnya para Dosen Departemen Ilmu Komunikasi, terima kasih atas ilmu dan bimbingan yang telah diberikan

6. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, Msi, Kak Cut dan Kak Maya dan Kak Ros yang selalu ada di Departemen yang membatu peneliti dalam urusan administrasi.

7. Kepada teman-teman seperjuangan, Isma, Lucy, Una, Indah, Wardah, Fitri, Vina, bang Ezwar, atas waktu, dukungan dan bantuan dalam pengerjaan skripsi ini dan untuk teman-teman Ekstensi stambuk 2008.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi yang membacanya.

Akhir kata peneliti mengucapkan terimakasih atas bantuan yang telah diberikan semua pihak.

Medan, Juni 2010


(5)

DAFTAR ISI

ABTRAKSI... ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

I.1. Latar Belakang ...1

I.2. Perumusan Masalah ... 6

I.3. Pembatasan Masalah ... 6

I.4. Tujuan Penelitian ... 6

I.5. Manfaat Penelitian ... 7

I.6. Kerangka Teori ... 7

I.6.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa ... 8

I.6.2. Teori S-O-R ... 9

I.6.3. Radio ... 11

I.6.4. Komunikator ... 12

I.6.5. Efek Komunikasi Massa ... 14

I.6.6. Sikap ... 15

I.7. Kerangka Konsep ... 16

I.8 . Model Teoritis ... 17

I.9. Operasional Variabel ... 18

I.10. Defenisi Operasional Variabel ... 19


(6)

BAB II : URAIAN TEORITIS ... 24

II.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa ... 24

II.1.1. Komunikasi ... 24

II.1.1.1 Proses Komunikasi ... 26

II.1.2. Komunikasi Massa ... 28

II.1.2.1. Ciri – ciri Komunikasi Massa ... 29

II.1.2.2. Fungsi Komunikasi Massa ... 29

II.2. Teori S-O-R ... 31

II.3. Radio ... 33

II.3.1. Radio Siaran di Indonesia ... 34

II.3.2. Radio sebagai Media Massa ... 35

II.4. Komunikator ... 38

II.5. Efek Komunikasi Massa ... 42

II.6. Sikap ... 43

II.7. Pesan ... 46

BAB III : METODELOGI PENELITIAN ... 50

III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 50

III.1.1. Sejarah Radio Star FM ... 50

III.1.2. Program Acara Akustar ... 53

III.1.3. Sejarah Fakultas Sastra USU ... 55

III.2. Metodelogi Penelitian ... 60

III.3. Populasi Dan Sampel ... 60

III.3.1. Populasi ... 60


(7)

III.6. Teknik Analisis Data... 65

III.6.1. Analisis Tabel Tunggal ... 65

III.6.2. Uji Hipotesis ... 66

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN ... 68

IV.1. Pengantar ... 68

IV.2. Teknik Pengolahan Data ... 69

IV.3. Analisis Tabel Tunggal ... 70

IV.3.1. Analisa Data Karakteristik Responden ... 70

IV.3.2. Program Acara Akustar di Radio Star FM ... 73

IV.3.3. Sikap Bermusik ... 89

IV.3.4. Sikap/Penilaian Terhadap Stasiun Radio ... 96

IV.4. Uji Hipotesa ... 102

IV.5. Pembahasan ... 104

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN... 106

V.1. Kesimpulan ... 108

V.2. Saran... 111

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Operasional variabel ... 18

Tabel 2 Populasi Mahasiswa Fakultas Sastra USU ... 61

Tabel 3 Populasi Mahasiswa Tiap Departemen ... 64

Tabel 4 Jumlah Populasi / Departemen Responden ... 71

Tabel 5 Angkatan Responden ... 72

Tabel 6 Jenis Kelamin Responden ... 73

Tabel 7 Mendengar Program Acara Akustar ... 74

Tabel 8 Intensitas Mendengar ... 75

Tabel 9 Frekuensi Mendengar ... 76

Tabel 10 Penyiar Komunikatif Dalam Membawakan Program Acara Akustar ... 77

Tabel 11 Penyiar Berinteraksi Dengan Pendenngar ... 78

Tabel 12 Penyiar Menarik Dalam Membawakan Program Acara Akustar ... 79

Tabel 13 Keahlian Penyiar Dalam Membawakan Program Acara Akustar ... 80

Tabel 14 Lagu Ciptaan Anak Muda Medan ... 81

Tabel 15 Kesesuaian Makna Pesan ... 82

Tabel 16 Pemahaman Terhadap Bahasa yang Dipergunakan Penyiar ... 83

Tabel 17 Kemampuan Dalam Menangkap dan Mengerti Makna Pesan ... 84

Tabel 18 Kepercayaan Terhadap Isi Materi ... 85


(9)

Tabel 22 Perhatian Terhadap Program Acara Akustar ... 89

Tabel 23 Senang Dengan Adanya Program Acara Akustar ... 90

Tabel 24 Suka Dengan Adanya Program Acara Akustar ... 91

Tabel 25 Puas Dengan Pesan Atau Informasi ... 92

Tabel 26 Program Acara Dapat Menambah Pengetahuan ... 93

Tabel 27 Program Acara Efektif Mempengaruhi Sikap... 94

Tabel 28 Penilaian Terhadap Program Acara... 95

Tabel 29 Sikap Terhadap Stasiun Radio KISS FM ... 96

Tabel 30 Sikap Terhadap Stasiun Radio STAR FM ... 97

Tabel 31 Sikap Terhadap Stasiun Radio MOST FM ... 98

Tabel 32 Sikap Terhadap Stasiun Radio VISI FM ... 99

Tabel 33 Sikap Terhadap Stasiun Radio SMART FM ... 100

Tabel 34 Sikap Terhadap Stasiun Radio MIX FM ... 101


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Teori S-O-R... 10

Gambar Model Teoritis ... 17

Gambar Model Wilbur Schramm (1) ... 46

Gambar Model Wilbur Schramm (2) ... 47

Gambar Model Wilbur Schramm (3) ... 48

Gambar Struktur Organisasi PT. Anugerah Perdana Muda (Radio Star FM) ... 52


(11)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Pengaruh Radio Terhadap Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Pengaruh Program Acara Akustar di Radio Star FM Terhadap Sikap Bermusik Mahasiswa Fakultas Sastra USU). (Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh program acara Akustar di radio Star FM terhadap sikap bermusik mahasiswa Fakultas Sastra USU. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori S-O-R).

Permasalahan dalam penelitian ini yaitu “Sejauhmana pengaruh program acara Akustar di radio Star FM terhadap sikap bermusik mahasiswa Fakultas Sastra USU”.

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa/i Fakultas Sastra USU program S1 dari stambuk 2006 hingga 2009 dari empat Departemen, dengan jumlah populasi sebesar 752 orang. Dari data populasi ini, kemudian diambil sampel dengan menggunakan rumus Taro Yamane dengan pesisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%, sehingga diperoleh sampel sebanyak 88 orang. Untuk

menentukan jumlah sampel disetiap Departemen, maka digunakan teknik Proportional Stratified Sampling dan menggunakan teknik pemilihan sampel Purposive Sampling.

Penelitian ini menggunakan metode korelasional, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan diantara dua variabel atau lebih, atau hubungan variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan penelitian kepustakaan, dengan mempelajari buku-buku, serta sumber yang relevan dan mendukung, dan melakukan penelitian lapangan untuk memperoleh data di lokasi penelitian melalui kue sioner. Data yang diperoleh dari hasil

penelitian dianalisis dengan bentuk analisa tabel tunggal dan uji hipotesis melalui rumus korelasi rank-order (Spearman’s Rho Rank-Order Correlations) dengan menggunakan SPSS (Statistical Product and System Solution) versi 16.0.

Dari uji hipotesis, maka diperoleh hasil rs adalah 0.461. Berdasarkan skala

Guilford. Hal ini menunjukkan hubungan kedua variabel cukup berarti. Maka hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup berarti antara Pengaruh Program Acara Akustar di Radio Star FM terhadap Sikap Bermusik Mahasiswa.

Melihat hubungan cukup berarti antara program acara Akustar di radio Star FM terhadap sikap bermusik mahasiswa, ini berarti bahwa program acara Akustar cukup berpengaruh dalam menumbuhkan keinginan dan sikap bermusik

mahasiswa. Disamping itu juga dengan adanya program acara Akustar di radio Star FM, mahasiswa dapat mengetahui lagu-lagu ciptaan anak muda Medan serta mereka juga dapat menyalurkan bakat bermusik, dimana lagu ciptaan mereka dapat di dengar khalayak khususnya remaja dan kawula muda.


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Perkembangan media komunikasi modern dewasa ini telah memungkinkan orang di seluruh dunia untuk dapat saling berkomunikasi. Hal ini dimungkinkan karena adanya berbagai media (channel) yang dapat digunakan sebagai sarana penyampaian pesan. Media penyiaran, yaitu radio merupakan salah satu bentuk media massa yang efisien dalam mencapai audiensnya dalam jumlah yang sangat banyak. Karenanya media penyiaran memegang peranan yang sangat penting dalam ilmu komunikasi pada umumnya dan khususnya ilmu komunikasi massa. Radio merupakan media elektronik tertua dan sangat luwes. Peran radio sebagai media massa semakin besar dan mulai menunjukkan kekuatannya dalam mempengaruhi masyarakat.

Sebagai salah satu media elektronik, radio mempunyai sifat-sifat khas yang dapat dijadikan sebagai kekuatan yang dimilikinya dalam menyampaikan pesan atau informasi kepada masyarakat. Salah satu sifat khas radio yaitu bersifat langsung, dimana pendengar dapat mendengarkan informasi secara langsung pada saat peristiwa terjadi. Banyaknya pesawat radio yang berukuran kecil dengan kemampuan daya tangkap yang tinggi, serta harganya yang relatif murah, orang dengan mudah dapat membawanya kemana, dimana dan kapan saja.


(13)

Radio sebagai media massa terus mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sejak dari zaman Belanda, zaman Jepang, zaman Kemerdekaan dan zaman Orde Baru. Radio memiliki daya tarik yang kuat. Daya tarik ini ialah disebabkan sifatnya yang serba hidup berkat tiga unsur yang ada pada radio, yaitu musik, kata-kata dan efek suara. Pesawat radio yang kecil dan relatif murah itu dapat memberikan hiburan, penerangan dan pendidikan. Tulang punggung radio siaran adalah musik. Orang mendengarkan radio terutama untuk mendengarkan musik, karena musik merupakan hiburan.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 32 Tahun 2002 tentang penyiaran, (Pasal 1) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan penyiaran radio adalah media komunikasi massa dengar, yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara secara umum dan terbuka, berupa program yang teratur dan berkesinambungan.

Lembaga penyiaran adalah penyelenggara penyiaran, baik lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas maupun lembaga penyiaran berlangganan yang dalam melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Lembaga penyiaran dalam menjalankan fungsi penyiaran diatur oleh Undang-Undang No.32 tahun 2002. Dikatakan bahwa lembaga penyiaran merupakan media komunikasi massa yang mempunyai peran penting dalam kehidupan sosial, budaya, politik, dan ekonomi, memiliki kebebasan dan tanggung jawab dalam menjalankan fungsinya sebagai media informasi,


(14)

pendidikan, hiburan, serta kontrol dan perekat sosial (Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Telekomunikasi. Dihimpun oleh: Dr. Sentosa Sembiring, 2008:5).

Dalam pasal 5, Undang-Undang No 32 tahun 2002, disebutkan bahwa penyiaran diarahkan untuk : (a.) menjunjung tinggi pelaksanaan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, (b.) menjaga dan meningkatkan moralitas dan nilai-nilai agama serta jati diri bangsa, (c). meningkatkan kualitas sumber daya manusia, (d). menjaga dan mempererat persatuann dan kesatuan bangsa, (e). meningkatkan kesadaran ketaatan hukum dan disiplin nasional, (f). menyalurkan pendapat umum serta mendorong peran aktif masyarakat dalam pembangunan nasional dan daerah serta melestarikan lingkungan hidup, (g). mencegah monopoli kepemilikan dan mendukung persaingan yang sehat di bidang penyiaran, (h). mendorong peningkatan kemampuan perekonomian rakyat, mewujudkan pemerataan, memperkuat daya saing bangsa dalam era globalisasi, (i). memberikan informasi yang benar, seimbang dan bertanggug jawab, (j). memajukan kebudayaan nasional (Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Telekomunikasi. Dihimpun oleh: Dr. Sentosa Sembiring, 2008:5).

Dengan adanya UU No.32 Tahun 2002 tersebut berdampak terhadap tumbuh suburnya radio penyiaran di Indonesia, khususnya di kota Medan. Di Medan terdapat beberapa stasiun radio dengan berbagai macam program acara, baik itu program acara musik, lagu-lagu yang sedang hits, berita lokal maupun


(15)

program acara yang cukup bervariasi adalah radio Star FM, yang mengkhususkan program siaran radio bagi remaja dan kawula muda.

Radio Star FM dibawah naungan PT. Anugerah Pranada Muda adalah suatu badan usaha swasta yang berbentuk perseroan yang bergerak dalam bisnis radio untuk pelayanan jasa hiburan dan periklanan, dimana PT. Anugerah Pradana Muda (Radio Star FM) merupakan salah satu unit perusahaan dari KISS FM Group yang telah berdiri sejak tahun 1968 yang dulu dikenal dengan “Radio Echo Lima 41”.

Salah satu program acara di radio Star FM yang dirancang khusus untuk remaja dan kawula muda, yaitu program acara Akustar. Akustar merupakan singkatan dari Akustik di Star FM, dimana program acara Akustar adalah sebuah acara khusus (special program) di radio Star FM yang menyajikan atau memperdengarkan lagu-lagu hasil karya anak muda Medan (indie band). Pada program acara Akustar ini memberikan kesempatan kepada anak muda Medan yang memiliki lagu ciptaan sendiri dan sudah direkam dalam bentuk CD Audio untuk diperdengarkan atau dipromosikan secara langsung, sehingga anak muda kota Medan dapat memberikan karyanya baik dalam bentuk band, solois, rapper dan sebagainya.

Dalam program acara Akustar ini mereka yang lagunya layak untuk diperdengarkan dan melalui tahap seleksi oleh produser acara akan di undang untuk akustikan secara langsung di Star FM. Kemudian disini mereka selain bisa menunjukkan kemampuannya ketika diundang, mereka juga bisa mempromosikan bandnya secara langsung kepada pendengar (yang disebut Starmania). Setelah


(16)

lagu hasil karya mereka diperdengarkan dan mendapatkan respon yang banyak atau banyak sekali pendengar yang meminta lagu tersebut (request) untuk diputar pada jam-jam siaran daily, maka lagu dari band/solois/rapper dan sebagainya tersebut akan masuk ke chart lagu yang disebut “Stargalaksi”. Banyaknya lagu yang masuk per minggu sebanyak 10 lagu dan setelah di seleksi maksimal menjadi 5 lagu. Disamping itu juga, pendengar dapat memberikan respon terhadap lagu-lagu tersebut melalui via SMS maupun via telepon.

Kemampuan bermusik remaja dan kawula muda dapat disalurkan melalui program acara Akustar. Dan dengan adanya program acara ini dapat menumbuhkan keinginan remaja dan kawula muda dalam bermusik dan menciptakan lagu dengan berbagai aliran musik yang banyak digemari anak muda. Disini peneliti tertarik menjadikan mahasiswa Fakultas Sastra USU sebagai responden, dimana masih dikategorikan sebagai remaja dan kawula muda yang suka bermusik. Disamping itu mahasiswa Fakultas Sastra sering mengadakan pagelaran musik di Fakultas Sastra sebagai wadah dalam menyalurkan bakat bermusik mereka.

Dari uraian diatas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti sejauhmana pengaruh program acara Akustar di radio Star FM terhadap sikap bermusik mahasiswa Fakultas Sastra USU.


(17)

I.2. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti “Sejauhmana pengaruh program acara Akustar di radio Star FM terhadap sikap bermusik mahasiswa Fakultas Sastra USU?”.

I.3. PEMBATASAN MASALAH

Untuk menghindari permasalahan yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah :

a. Penelitian ini terbatas pada program acara Akustar di Radio Star FM b. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh program acara

Akustar di Radio Star FM terhadap sikap bermusik mahasiswa Fakultas Sastra USU.

c. Objek penelitian adalah mahasiswa Fakultas Sastra USU program S-1 Jurusan Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Inggris, Jurusan Sastra Jepang dan Jurusan Etnomusikologi yang masih aktif kuliah.

d. Penelitian dilakukan pada bulan April 2010.

I.4. TUJUAN PENELITIAN

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pola program acara Akustar di radio Star FM.

b. Untuk mengetahui pola mendengar mahasiswa Fakultas Sasra USU terhadap program acara Akustar di radio Star FM.


(18)

c. Untuk mengetahui pengaruh program acara Akustar di radio Star FM terhadap sikap bermusik mahasiswa Fakultas Sastra USU.

I.5. MANFAAT PENELITIAN

Adapun yang menjadi manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Secara akademik, penelitian ini disumbangkan kepada FISIP USU, khususnya Departemen Ilmu Komunikasi dalam rangka memperkaya khasanah penelitian dan sumber bacaan.

b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti terhadap penelitian.

c. Secara praktis, penelitian ini dapat menambah pemahaman mengenai saluran komunikasi melalui media massa, khususnya radio.

I.6. KERANGKA TEORI

Fungsi teori dalam riset adalah membantu periset menerangkan fenomena sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat perhatiannya. Teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Kriyantono, 2008:43).

Dalam penelitian ilmiah, teori berperan sebagai landasan berpikir untuk mendukung pemecahan permasalahan dengan jelas dan sistematis. Hal ini sesuai dengan pengertian teori itu sendiri, yaitu serangkaian asumsi, konsep, konstruk, definisi dan proporsi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis


(19)

Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan diantaranya adalah: Komunikasi dan Komunikasi Massa, Teori S-O-R, Radio, Efek Komunikasi Massa Komunikator, Pesan, dan Sikap.

I.6.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa

Dalam “bahasa” komunikasi pernyataan dinamakan pesan (message), orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator (communicator), sedangkan orang yang menerima pernyataan disebut komunikan (communicate). Oleh karena itu komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Jika dianalisis pesan komunikasi terdiri dari dua aspek, pertama isi pesan (the content of the message), kedua lambang (symbol). Konkretnya isi pesan itu adalah pikiran atau perasaan, lambang adalah bahasa (Effendy, 2006:28).

Dalam komunikasi ada tiga unsur penting yang selalu hadir dalam setiap komunikasi, yaitu sumber informasi (receiver), saluran (media), dan penerima informasi (audience). Sumber informasi adalah seseorang atau institusi yang memiliki bahan informasi (pemberitaan) untuk disebarkan kepada masyarakat luas. Saluran adalah media yang digunakan untuk kegiatan pemberitaan oleh sumber berita, berupa media interpersonal yang digunakan secara tatap muka maupun media massa yang digunakan untuk khlayak umum. Sedangkan audience adalah per orang atau kelompok dan masyarakat yang menjadi sasaran informasi atau yang meneriam informasi (Bungin, 2006:57-58).


(20)

Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaian secara cepat, serentak dan selintas (khusunya media elektronik) (Mulyana, 2000:75).

Komunikasi massa melibatkan banyak komunikator, berlangsung melalui sistem bermedia dengan jarak fisik yang rendah (artinya jauh), memungkinkan penggunaan satu atau dua saluran indrawi (penglihatan, pendengaran), dan biasanya tidak memungkinkan umpan balik segera (Mulyana, 2000:71).

I.6.2. Teori S-O-R

Dari uraian-uraian di atas maka teori yang mendekati permasalahan penelitian ini adalah Teori S-O-R (Stimulus-Organism-Response). Teori ini mengemukakan bahwa tingkah laku sosial dapat dimengerti mengenai suatu analisis dari stimulus yang diberikan dan dapat mempengaruhi reaksi yang spesifik dan didukung oleh hukuman maupun penghargaan sesuai dengan reaksi yang terjadi. Dengan kata lain, menurut Effendy efek yang ditimbulkan sesuai dengan teori S-O-R yang merupakan reaksi yang bersifat khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan kesesuian antara pesan dan reaksi komunikan (Effendy,2007:254).


(21)

demikian seseorang dapat mengharapkan atau memperkirakan suatau ikatan yang erat antar pesan-pesan media dan reaksi audiens.

Berdasarkan uraian di atas, maka proses komunikasi dalam teori S-O-R ini digambarkan sebagai berikut:

Gambar: Teori S-O-R

Bagan tersebut menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus ataupun pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau ditolak. Komunikasi akan terus berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya adalah pengertian. Kemampuan komunikasi inilah yang melanjutkan ke proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.

Organism • Perhatian • Pengertian • Penerimaan Stimulus

Response (Perubahan sikap)


(22)

Dikaitkan dengan program acara Akustar di Radio Star FM terhadap sikap bermusik, Gambar di atas menunjukkan bahwa:

a. Pesan (Stimulus), stimulus atau pesan yang dimaksud disini adalah program acara Akustar di Radio Star FM.

b. Komunikan (Organism), yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

c. Efek (Response), berupa perubahan sikap yang melalui tahap-tahap:

− Pengetahuan bermusik mahasiswa Fakultas Sastra USU bertambah setelah mendengarkan program acara Akustar di Radio Star FM. − Timbulnya perasaan suka ataupun minat yang mendorong komunikan

untuk mendengarkan program acara Akustar di Radio Star FM.

− Tindakan komunikan yang diwujudkan dengan mendengarkan program acara Akustar di radio Star FM.

Yang dimaksud dengan perubahan sikap yang berhubungan pada penelitian ini adalah perubahan sikap/respon komunikan yang diwujudkan dengan tindakan bermusik.

I.6.3. Radio

Berkembangnya radio sebagai sarana komunikasi massa memberikan dampak dan isu sosial, politik, budaya dan ekonomi dalam sejarah komunikasi. Pemanfaatan frekuensi radio semakin lama semakin bertambah. Banyak pihak


(23)

sarana komunikasi radio ini. Keunggulan yang dapat ditawarkan oleh penggunaan radio adalah frekuensinya yang dapat mengakomodasi jarak jauh, penggunaan suara yang jauh lebih ekonomis dibandingkan dengan media cetak yang menggunakan bahan dasar kertas. Radio sifatnya auditif (hanya dapat di dengar).

Radio sebagai salah satu bukti nyata dari perkembangan teknologi komunikasi yang juga sudah menunjukkan perannya dalam kehidupan. Radio merupakan salah satu media komunikasi massa. Semua media massa umumnya mempunyai fungsi sama. Sebagai alat memberikan informasi (informatif), sebagai alat mendidik (fungsi edukatif), dan sebagai alat menghibur (entertainment) (Munthe, 1996:11).

Frekuensi radio yang dapat ditangkap oleh orang banyak akan jauh lebih mempermudah penerimaan pesan. Salah satu keunggulan radio yaitu menggunakan indera pendengaran yang mungkin lebih efektif dalam penyampaian pesan.

I.6.4. Komunikator

Dalam komunikasi peranan komunikator sangat penting. Komunikasi haruslah luwes sehingga komunikator sebagai pelaksana dapat segera mengadakan perubahan apabila ada suatu faktor yang mempengaruhi. Suatu pengaruh yang menghambat komunikasi bisa datang sewaktu-waktu, lebih-lebih jika komunikasi dilangsungkan melalui media massa. Faktor-faktor yang berpengaruh bisa terdapat pada komponen media atau komponen komunikan sehingga efek yang diharapkan tak kunjung tercapai.


(24)

Dalam proses komunikasi seorang komunikator akan sukses apabila ia berhasil menunjukkan source credibility, artinya menjadi sumber kepercayaan bagi komunikan.

Kepercayaan komunikan kepada komunikator ditentukan oleh keahlian komunikator dalam bidang tugas pekerjaannya dan dapat tidaknya ia dipercaya. Seorang ahli hukum akan mendapat kepercayaan apabila ia berbicara mengenai masalah hukum. Demikian pula seorang dokter akan memperoleh kepercayaan kalau ia membahas masalah kesehatan.

Kepercayaan kepada komunikator mencerminkan bahwa pesan yang disampaikan kepada komunikan dianggap benar dan sesuai dengan kenyataan empiris. Jadi seorang komunikator menjadi source of credibility disebabkan adanya ethos pada dirinya yaitu apa yang dikatakan oleh Aristoteles, dan yang hingga kini tetap dijadikan pedoman yaitu good sense, good moral character dan good will, yang oleh para cendikiawan modern diterjemahkan menjadi itikad baik (good intentions), dan dapat dipercaya (thrustworthiness) dan kecakapan atau kemampkuan (competence or expertness). Berdasarkan hal itu komunikator yang ber-ethos menunjukkan bahwa dirinya mempunyai itikad baik, dapat dipercaya dan mempunyai kecakapan dan keahlian (Effendy, 2007:306).


(25)

I.6.5. Efek Komunikasi Massa

Efek komunikasi massa ini pada dasarnya memberikan penjelasan dimana terdapat efek tertentu akibat dari pesan yang disampaikan oleh media kepada komunikannya (http://digilib.petra.ac.id)

Setiap aktivitas komunikasi akan menimbulkan pengaruh atau efek baik terhadap individu maupun masyarakat, dan bertalian dengan pengetahuan, sikap dan perilaku. Bukan saja pada seseorang, melainkan juga pada orang banyak atau masyarakat. Efek suatu komunikasi massa adalah berupa realitas kemasyarakatan yang pada dasarnya dimulai dari individu-individu yang jumlahnya tak terbatas. Efek dari pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media massa timbul pada komunikan sebagai sasaran komunikasi. Oleh karena itu efek melekat pada khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologis. Efek dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu:

1. Efek kognitif yaitu berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti yang tadinya bingung menjadi merasa jelas.

2. Efek afektif yaitu berkaitan dengan perasaan. Akibat dari membaca surat kabar atau majalah, mendengarkan radio, menonton acara televisi atau film bioskop dapat menimbulkan perasaan tertentu pada khalayak.

3. Efek konatif yaitu berkaitan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang cenderung menjadi suatu tindakan atau kegiatan. Efek konatif tidak langsung timbul sebagai akibat terpaan media massa, melainkan didahului


(26)

oleh efek kognitif dan afektif. Dengan kata lain timbulnya efek konatif setelah muncul efek kognitif dan efek afektif (Effendy, 2007:318).

I.6.6. Sikap

Menurut Sherif dan Sherif (1956:489) dalam Rakhmat (2005:39), Sikap adalah konsep yang paling penting dalam psikologi sosial dan yang paling banyak didefinisikan. Ada yang menganggap sikap hanyalah sejenis motif sosiogenis yang diperoleh melalui proses belajar. Sedangkan menurut Allport (1924) melihat sikap sebagai kesiapan saraf (neural settings) sebelum memberikan respons.

Sikap adalah perasaan seseorang tentang objek, aktivitas, peristiwa dan orang lain. Perasaan ini menjadi konsep yang mempresentasikan suka atau tidak sukanya (positif, negatif atau netral) seseorang pada sesuatu (www.wikipedia.org).

Sikap merupakan salah satu faktor personal yang berasal dari diri manusia itu sendiri, yang mempengaruhi manusia itu dalam berperilaku ataupun bertindak. Di dalam komunikasi massa sikap merupakan efek afektif dari komunikasi massa yang merupakan kecenderungan yang timbul dari seorang komunikan untuk bertindak atau berperilaku akibat dari terpaan media massa.


(27)

I.7. Kerangka Konsep

Dalam menyusun kerangka konsep dipelukan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai (Nawawi, 2001:40).

Konsep yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak: kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 2006:33).

Jadi kerangka konsep adalah landasan berfikir yang menjelaskan makna dan maksud dari teori yang dipakai atau menjelaskan kata-kata yang mungkin masih abstrak pengertiannya di dalam teori tersebut. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalisasikan dengan mengubahnya menjadi variabel.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagi berikut:

1. Variabel bebas (X)

Adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya gejala, faktor atau unsur yang lain (Nawawi, 2001:56). Dalam penelitian ini yang ditetapkan menjadi variabel bebas yaitu program acara Akustar di Radio Star FM.

2. Variabel terikat (Y)

Sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan adanya variabel bebas (Nawawi, 2001:57). Dalam penelitian ini yang ditetapkan menjadi variabel terikat yaitu Sikap Bermusik Mahasiswa Fakultas Sastra USU.


(28)

3. Variabel antara (Z)

Adalah sejumlah gejala yang tidak dapat dikontrol akan tetapi dapat diperhitungkan pengaruhnya terhadap variabel bebas (Nawawi, 2001:58). Variabel yang berada diantara variabel bebas dan terikat, berfungsi sebgai penguat atau pelemah hubungan antar variabel bebas dan terikat tersebut. Dalam penelitian ini yang ditetapkan menjadi variabel antara yaitu Karakteristik Responden.

I.8. Model Teoritis

Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut:

Gambar: Model Teoritis

Variabel Bebas (X) Program Acara

Akustar

Variabel Terikat (Y) Sikap Bermusik

Variabel Antara (Z) Karakteristik responden


(29)

I.9. Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep di atas, mak dapat dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian, yakni sebagai berikut:

Tabel 1

Operasional Variabel

No. Variabel Teoritis Variabel Operasional

1. Variabel Bebas (X) Program acara Akustar di Radio Star FM (104,6 MHz)

1. Penyiar

• Credibility (Kredibilitas) - Pembicaraan

- Keahlian

• Attractiveness (Daya Tarik) 2. Pesan yang disampaikan

• Faktor Bentuk

- Penggunaan Bahasa/Kata-kata - Kejelasan Isi Pesan

- Komunikatif • Faktor Isi

- Credibility - Context - Content


(30)

I.10. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara untuk mengukur variabel. Dengan kata lain definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana cara mengukur suatu variabel.

- Clearity - Continuity - Channel - Capability 3.Waktu Penyiaran

4. Lagu Ciptaan Band-band Lokal 2. Variabel Terikat (Y)

Sikap Bermusik Mahasiswa Fakultas Sastra USU

Komponen Sikap 1. Komponen Kognitif

• Pengetahuan 2. Komponen Afektif

• Perhatian • Senang • Puas

3. Karakteristik Responden 1. Jurusan/Departemen 2. Stambuk/Angkatan 3. Jenis Kelamin


(31)

Definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang akan membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 2006:46).

Definisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas (Pengaruh Program Acara Akustar di Radio Star FM)

Penyiar, yaitu seseorang yang membawakan suatu program acara, dimana si pembawa acara tersebut mempunyai ciri khas, nilai jual, dan interest. Berupa:

a. Credibility (Kredibilitas), yaitu kemampuan yang dimiliki oleh pembawa acara.

• Pembicaraan, yaitu gaya berbicara dari penyiar radio

• Keahlian, yaitu keahlian yang dimiliki oleh penyiar dalam membawakan program acara Akustar di Radio Star FM.

b. Attractiveness (daya tarik), yaitu daya tarik yang dimiliki oleh penyiar radio Star FM

Pesan yang disampaikan, berupa:

a. Faktor bentuk, yaitu:

• Penggunaan bahasa/ kata-kata, yaitu kata-kata atau bahasa yang dipergunakan penyiar radio saat membawakan program acara Akustar. Apakah sudah jelas dan mudah dipahami.

• Kejelasan isi pesan, yaitu isi pesan berupa lagu ciptaan band-band lokal yang disampaikan agar jelas dan dipahami komunikan.

• Komunikatif, yaitu kata-kata yang disampaikan dapat dipahami komunikan


(32)

b. Faktor isi, yaitu:

• Credibility, yaitu memulai komunikasi dengan membangun kepercayaan.

• Context, yaitu komunikasi harus sesuai dengan kehidupan/ keadaan sosial.

• Content, yaitu pesan harus mempunyai arti/ bermanfaat. • Clearity, yaitu pesan disusun dalam bahasa yang sederhana.

• Continuity dan Consistency, yaitu proses komunikasi adalah proses yang tidak pernah berakhir dan harus ada pengulangan.

• Channel, yaitu media yang digunakan sebagai saluran untuk menyampaikan isi pesan.

• Capability, yaitu kemampuan khalayak dalam mencerna isi pesan. Waktu penyiaran, yaitu waktu program acara Akustar di siarkan di Radio Star FM.

Lagu ciptaan band-band lokal, yaitu lagu yang diciptakan band-band lokal yang akan disiarkan di program acara Akustar di radio Star FM.

2. Variabel Terikat (Sikap Bermusik Mahasiswa Fakultas Sastra USU)

a. Komponen kognitif, yaitu komponen yang berhubungan dengan apa yang diketahui oleh manusia dan berhubungan dengan kepercayaan, pengetahuan dan pemahaman.

• Pengetahuan, yaitu komunikan mengetahui lagu-lagu ciptaan band-band lokal dan profil band-band-band-band lokal.


(33)

b. Komponen Afektif, yaitu komponen pembentukan dan perubahan sikap pada khalayak setelah mengenal aspek kognitif dan komponen ini menyangkut kehidupan emosional seseorang yang dapat diamati langsung.

• Perhatian, yaitu menaruh perhatian terhadap program acara Akustar dengan mendengarkannya.

• Senang , yaitu perasaan gembira setelah mendengarkan program acara Akustar di Radio Star FM.

• Puas, yaitu kepuasan yang diterima mahasiswa setelah mendengarkan program acara Akustar di Radio Star FM.

3. Karakteristik Responden

a. Departemen, yaitu departemen yang diambil responden. b. Stambuk/Angkatan, yaitu tahun masuk responden. c. Jenis Kelamin, yaitu jenis kelamin dari responden.


(34)

I.11. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang tengah diteliti. (Suyanto dan Sutinah, 2005:43)

Berdasarkan masalah yang telah penulis kemukakan sebelumnya, maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho: Tidak terdapat hubungan antara Pengaruh Program Acara Akustar di Radio Star FM terhadap Sikap Bermusik Mahasiswa Fakultas Sastra USU

Ha: Terdapat hubungan antara Pengaruh Program Acara Akustar di Radio Star FM terhadap Sikap Bermusik Mahasiswa Fakultas Sastra USU


(35)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa

II.1.1. Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna.

Pentingnya komunikasi bagi kehidupan sosial, budaya, pendidikan dan politik sudah disadari oleh para cendekiawan sejak Aristoteles yang hidup ratusan tahun yang sebelum Masehi. Akan tetapi, studi Aristoteles hanya berkisar pada retorika dalam lingkungan kecil. Pada pertengahan abad ke-20 ketika dunia dirasakan semakin kecil akibat revolusi industri dan revolusi teknologi elektronik, setelah ditemukan kapal api, pesawat terbang, listrik, telepon, surat kabar, film, radio, televisi, dan sebagainya maka para cendekiawan pada abad sekarang menyadari pentingnya komunikasi ditingkatkan dari pengetahuan (knowledge) menjadi ilmu (science).

Dalam komunikasi ada tiga unsur penting yang selalu hadir dalam setiap komunikasi, yaitu sumber informasi (receiver), saluran (media), dan penerima informasi (audience). Sumber informasi adalah seseorang atau institusi yang memiliki bahan informasi (pemberitaan) untuk disebarkan kepada masyarakat


(36)

luas. Saluran adalah media yang digunakan untuk kegiatan pemberitaan oleh sumber berita, berupa media interpersonal yang digunakan secara tatap muka maupun media massa yang digunakan untuk khlayak umum. Sedangkan audience adalah per orang atau kelompok dan masyarakat yang menjadi sasaran informasi atau yang meneriam informasi (Bungin, 2006:57-58).

Menurut Carl I. Hovland, ilmu konunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap.

Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Fuction of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?

Paradigma Lasswell menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur yaitu:

- Komunikator (communicator, source, sender) - Pesan (Message)

- Media (Channel, media)

- Komunikan (Communicant, communicate, receiver, recipient) - Efek (Effect, impact, influence)

Berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang


(37)

Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antarmanusia. Yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakana bahasa sebagai alat penyalurnya.

Dalam “bahasa” komunikasi pernyataan dinamakan pesan (message), orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator (communicator), sedangkan orang yang menerima pernyataan disebut komunikan (communicate). Oleh karena itu komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Jika dianalisis pesan komunikasi terdiri dari dua aspek, pertama isi pesan (the content of the message), kedua lambang (symbol). Konkretnya isi pesan itu adalah pikiran atau perasaan, lambang adalah bahasa (Effendy, 2006:28).

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa berupa gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya.

II.1.1.1. Proses Komunikasi

1. Proses Komunikasi secara Primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna yang secara langsung mampu


(38)

“menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. Media primer atau lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah bahas, karena bahasalah yang mampu “menerjemahkan” pikiran seseorang kepada orang lain. Apakah itu berbentuk ide, informasi atau opini. Komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan yang diterima oleh komunikan

Wilbur Schramm, seorang ahli komunikasi, dalam karyanya “Communication Research in the United States”, menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings) yang pernah diperoleh komunikan.

Menurut Schramm, bidang pengalaman (field of experience) merupakan faktor yang penting dalam komunikasi. Jika bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya, bila pengalaman komunikan tidak sama dengan pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain.

2. Proses Komunikasi secara Sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.


(39)

radio, televisi, film dan sebagainya adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi.

Pentingnya peranan media, yakni media sekunder, dalam proses komunikasi, disebabkan oleh efisiensinya dalam mencapai komunikan. Surat kabar, radio, atau televisi merupakan media yang efisien dalam mencapai komunikan dalam jumlah yang amat banyak.

Umpan balik dalam komunikasi bermedia, terutama media massa, biasanya dinamakan umpan balik tertunda (delayed feedback), karena sampainya tanggapan atau reaksi khalayak kepada komunikator memerlukan tenggang waktu. Bagaimana pun dalam proses komunikasi bermedia, misalnya dengan surat, poster, spanduk, radio, televisi, atau film, umpan balik akan terjadi. Dengan kata lain, komunikator mengetahui tanggapan komunikan – jika komunikasinya sendiri selesai secara tuntas (Effendy, 2006:11).

II.1.2. Komunikasi Massa

Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaian secara cepat, serentak dan selintas (khusunya media elektronik) (Mulyana, 2000:75).


(40)

II.1.2.1. Ciri-ciri Komunikasi Massa

Seseorang yang akan menggunakan media massa sebagai alat untuk melakukan kegiatan komunikasinya perlu memahami ciri-ciri komunikasi massa, yaitu:

a. Komunikasi massa berlangsung satu arah

b. Komunikator pada komunikasi massa melembaga c. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum

d. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan e. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen

(Effendy, 2006:20)

II.1.2.2. Fungsi Komunikasi Massa

Para pakar mengemukakan tentang sejumlah fungsi komunikasi. Sementara itu, Karlinah, dalam Karlinah, dkk. (1999) mengemukakan fungsi komunikasi secara umum adalah:

a. Fungsi Informasi

Fungsi memberikan informasi ini diartikan bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar atau pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingan khalayak. Khalayak sebagai manusia sosial akan selalu merasa haus informasi tentang segala sesuatu yang terjadi


(41)

b. Fungsi Pendidikan

Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya (mass education). Karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik. Salah satu cara mendidik yang dilakukan media massa adalah melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan yang berlaku kepada pemirsa atau pembaca. Media massa melakukannya melalui drama, cerita, diskusi dan artikel.

c. Fungsi Memengaruhi

Fungsi memengaruhi dari media massa secara implisit terdapat pada tajuk/editorial, feature, iklan, artikel, dan sebagainya. Khalayak dapat terpengaruh oleh iklan-iklan yang ditayangkan televisi ataupun surat kabar.

d. Fungsi Proses Pengembangan Mental

Untuk mengembangkan wawasan, kita membutuhkan berkomunikasi dengan orang lain. Dengan berkomunikasi, manusia akan bertambah pengetahuannya dan berkembang intelektualitasnya. Hal tersebut diperoleh dari pengalaman pribadinya dan dari orang lain. Pengalaman dapat membantu manusia untuk memahami betapa besar ketergantungan manusia kepada komunikasi, karena komunikasi dapat membantu manusia dalam perkembangan mentalnya.

e. Fungsi Adaptasi Lingkungan

Setiap manusia berusaha untuk menyesuaikan diri dengan dunianya untuk dapat bertahan hidup. Proses komunikasi membantu manusia dalam proses penyesuaian tersebut. Proses pengiriman pesan oleh


(42)

komunikator dan penerimaan pesan oleh komunikan dapat membantu kita dalam berhubungan dengan orang lain, saling menyesuaikan diri, sehingga menimbulkan kesamaan diantara komunikator dan komunikan.

f. Fungsi Memanipulasi Lingkungan

Manipulasi di sini bukanlah diartikan sebagai sesuatu yang negatif. Memanipulasi lingkungan artinya berusaha untuk memengaruhi. Setiap orang berusaha untuk saling memengaruhi dunia dan orang-orang yang berada disekitarnya. Dalam fungsi manipulasi, komunikasi digunakan sebagai alat kontrol utama dan pengaturan lingkungan (Ardianto, 2004:19).

II.2. Teori S-O-R

Dari uraian-uraian di atas maka teori yang mendekati permasalahan penelitian ini adalah Teori S-O-R (Stimulus-Organism-Response). Teori ini mengemukakan bahwa tingkah laku sosial dapat dimengerti mengenai suatu analisis dari stimulus yang diberikan dan dapat mempengaruhi reaksi yang spesifik dan didukung oleh hukuman maupun penghargaan sesuai dengan reaksi yang terjadi. Dengan kata lain, menurut Effendy efek yang ditimbulkan sesuai dengan teori S-O-R yang merupakan reaksi yang bersifat khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan kesesuian antara pesan dan reaksi komunikan (Effendy, 2007:254).


(43)

demikian seseorang dapat mengharapkan atau memperkirakan suatau ikatan yang erat antar pesan-pesan media dan reaksi audiens.

Berdasarkan uraian di atas, maka proses komunikasi dalam teori S-O-R ini digambarkan sebagai berikut:

Gambar: Teori S-O-R

Bagan diatas menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus ataupun pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau ditolak. Komunikasi akan terus berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya adalah pengertian. Kemampuan komunikasi inilah yang melanjutkan ke proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.

Stimulus

Response (Perubahan sikap)

Organism • Perhatian • Pengertian • Penerimaan


(44)

II.3. Radio

Radio adalah alat untuk menyampaikan pernyataan umum (information) yang auditif melalui gelombang elektromagnetis / gelombang listrik frekuensi tinggi dan bekerja atas dasar prinsip getaran udara (http://www.google.co.uk/advanced_search).

Radio adalah nama untuk lapangan teknik arus listrik lemah yang memperhatikan transmisi (penyiaran) berita-berita dan lain-lain dengan tidak menggunakan kawat penghantar yakni tanpa menggunakan hubungan yang menghantarkan listrik atau stasiun pemancar dan stasiun penerima (Ensiklopedia Indonesia).

Berkembangnya radio sebagai sarana komunikasi massa memberikan dampak dan isu sosial, politik, budaya dan ekonomi dalam sejarah komunikasi. Pemanfaatan frekuensi radio semakin lama semakin bertambah. Banyak pihak yang menyadari manfaat dan keuntungan yang didapat dalam mendayagunakan sarana komunikasi radio ini. Keunggulan yang dapat ditawarkan oleh penggunaan radio adalah frekuensinya yang dapat mengakomodasi jarak jauh, penggunaan suara yang jauh lebih ekonomis dibandingkan dengan media cetak yang menggunakan bahan dasar kertas. Radio sifatnya auditif (hanya dapat di dengar).

Radio sebagai salah satu bukti nyata dari perkembangan teknologi komunikasi yang juga sudah menunjukkan perannya dalam kehidupan. Radio merupakan salah satu media komunikasi massa. Semua media massa umumnya mempunyai fungsi sama. Sebagai alat memberikan informasi (informatif), sebagai


(45)

alat mendidik (fungsi edukatif), dan sebagai alat menghibur (entertainment) (Munthe, 1996:11).

II.3.1. Radio Siaran di Indonesia

Perkembangan radio siaran di Indonesia dimulai dari masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, zaman kemerdekaan dan zaman orde baru.

1. Zaman Belanda

Radio siaran yang pertama di Indonesia (waktu itu bernama Nederlands Indie – Hindia Belanda), ialah Bataviase radio siaran Vereniging (BRV) di Batavia (Jakarta tempo dulu) yang resminya didirikan pada tanggal 16 Juni 1925 pada saat Indonesia masih dijajah Belanda, dan berstatus swasta. Setelah BRV berdiri, secara serempak berdiri pula badan-badan radio siaran lainnya di kota Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya, dan yang terbesar dan terlengkap adalah NIROM (Nederlandsch Indische Radio Omroep Mij) di Jakarta, Bandung dan Medan, karena mendapat bantuan dari pemerintah Hindia Belanda.

2. Zaman Jepang

Ketika Belanda menyerah pada Jepang tanggal 8 Maret 1942, sebagai konsekuensinya, radio siaran yang tadinya berstatus perkumpulan swasta dinonaktifkan dan diurus oleh jawatan khusus bernama Hoso Kanri Kyoku, merupakan pusat radio siaran yang berkedudukan di Jakarta, serta mempunyai cabang-cabang yang dinamakan Hoso Kyoku di Bandung, Purwakarta, Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya dan Malang.


(46)

Rakyat Indonesia pada masa ini hanya boleh mendengarkan siaran dari Hoso Kyoku saja.

3. Zaman Kemerdekaan

Ketika Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tidak dapat disiarkan langsung melalui radio siaran karena radio siaran masih dikuasai Jepang. Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia baru dapat disiarkan dalam bahasa Indonesia dan Inggris pukul 19.00 WIB namun hanya dapat didengar oleh penduduk sekitar Jakarta. Pada tanggal 18 Agustus 1945 naskah bersejarah itu dapat dikumandangkan ke luar batas tanah air, dibuat pemancar gelap dan berhasil berkumandang di udara radio siaran dengan stasiun call “Radio Indonesia Merdeka”.

4. Zaman Orde Baru

Sampai akhir tahun 1966 RRI adalah satu-satunya radio siaran di Indonesia yang dikuasai dan dimiliki oleh pemerintah. Peran dan fungsi radio siaran ditingkatkan. Selain berfungsi sebagai media informasi dan hiburan, pada masa orde baru, radio siaran melalui RRI menyajikan acara pendidikan dan persuasi (Effendy, 2007:156-166).

II.3.2. Radio Sebagai Media Massa

Radio mendapat julukan sebagai Kekuasaan Kelima atau “the fifth estate”, setelah pers (baca surat kabar) dianggap sebagai Kekuasaan Keempat atau “the fourth estate” disebabkan karena daya kekuatan dalam mempengaruhi khalayak.


(47)

1. Daya Langsung

Untuk mencapai sasarannya, yakni pendengar, sesuatu hal atau program yang disampaikan tidak mengalami proses yang kompleks. Peristiwa penting yang memerlukan pemberitaan kepada masyarakat secara cepat, dapat dilakukan melaui media massa.

2. Daya Tembus

Siaran radio tidak mengenal jarak dan rintangan. Selain waktu, ruang pun bagi radio siaran tidak merupakan masalah. Bagaimanapun jauhnya sasaran yang dituju, dengan radio dapat dicapai.

3. Daya Tarik

Ini disebabkan sifat radio yang hidup berkat tiga unsur yang ada pada radio, seperti musik, kata-kata, dan efek suara (sound effect). Musik adalah tulang punggung dari radio siaran. Mendengarkan musik merupakan hiburan yang relatif lebih murah daripada membeli kaset ataupun menonton pertunjukan langsung. Unsur kata-kata yang mempunyai “style” tertentu dalam penggarapannya menjadikan radio mampu menjalin keakraban dengan pendengar. Dan efek suara menjadi daya tarik, dapat memberi gambaran-gambaran sesuatu untuk menyentuh emosi pendengar radio (Ardianto, 2004:120).

Saat ini musik merupakan perangkat yang mendominasi dunia hiburan. Hampir tidak dapat ditemui sebuah hiburan tanpa mengabaikan peran musik, sebaliknya musik menjadi sebuah bangunan hiburan yang besar dan paling lengkap (Bungin, 2006:102).


(48)

Keuntungan radio siaran adalah sifatnya yang santai. Orang bisa menikmati acara siaran radio sambil makan, sambil bekerja bahkan sambil mengemudikan mobil. Tidak demikian halnya dengan media massa yang lain. Dibalik keuntungannya radio juga memiliki kelemahan, yakni mengandalkan suara, sekejap dan tidak bisa mendemonstrasikan karena layarnya terletak pada imajinasi pendengar itu sendiri.

Kini, stasiun radio swasta yang telah mengudara semakin banyak. Berbagai macam cara dilakukan oleh masing-masing stasiun radio dalam rangka meraih jumlah pendengar sebanyak-banyaknya. Salah satunya adalah pertumbuhan radio swasta yang menjurus kepada spesialisasi kelompok khalayak tertentu. Ada radio yang khusus memformatkan diri menjadi radio anak muda, ada radio yang mengkhususkan diri bagi kelompok masyarakat hedonis (kaum pekerja, eksekutif), ada juga radio yang mengkhususkan diri bagi khalayak dengan jenis kelamin tertentu (female radio). Tidak hanya pola format penyajian radionya saja, namun ada juga radio yang khusus melantunkan musik tertentu seperti hanya musik Indonesia atau musik dangdut saja. Kehadiran dan kemunculan radio swasta ini diharapkan dapat memenuhi keinginan masyarakat untuk mencapai kepuasan dalam hal hiburan dan informasi. Di Medan, sudah ada puluhan stasiun radio baik yang bermodulasi AM maupun FM. Saat ini tercatat 69 stasiun yang mengudara pada jalur FM dan 19 stasiun di jalur AM (http//www.depkominfo.go.id/download/Radio/LampiranDATASUMUT298.xls).


(49)

 Beberapa keuntungan dari sistem FM adalah:

a. Dapat menghilangkan “interference” (gangguan yang disebabkan oleh cuaca, bintik-bintik matahari atau alat listrik).

b. Dapat menghilangkan interference yang disebabkan oleh dua stasiun yang bekerja pada gelombang yang sama.

c. Dapat menyiarkan suara dengan sebaik-baiknya dan dapat ditangkap oleh pendengar secara sempurna.

Menurut Wahyudi (1996:8), adapaun sifat khas dari radio adalah:

1. Adanya proses pemancaran/transmisi

2. Isi pesan audio dapat didengar sekilas waktu sewaktu ada siaran 3. Tidak dapat diulang

4. Dapat menyajikan peristiwa/pendapat yang sedang terjadi 5. Dapat menyajikan nara sumber secara langsung

6. Penulisan dibatasi oleh detik, menit dan jam 7. Distribusi melalui pemancar/transmisi

8. Bahasa yang digunakan formal dan nonformal 9. Kalimat sederhana, singkat, padat dan jelas

II.4. Komunikator

Komunikator adalah pihak yang mengirim pesan kepada khalayak. Oleh karena itu, komunikator biasa disebut pengirim, sumber, source atau encoder (Cangara,2007:85)


(50)

Dalam komunikasi peranan komunikator sangat penting. Komunikasi haruslah luwes sehingga komunikator sebagai pelaksana dapat segera mengadakan perubahan apabila ada suatu faktor yang mempengaruhi. Suatu pengaruh yang menghambat komunikasi bisa datang sewaktu-waktu, lebih-lebih jika komunikasi dilangsungkan melalui media massa. Faktor-faktor yang berpengaruh bisa terdapat pada komponen media atau komponen komunikan sehingga efek yang diharapkan tak kunjung tercapai. Para ahli komunikasi berpendapat bahwa dalam melancarkan komunikasi lebih baik mempergunakan pendekatan yang disebut AA Procedure atau from attention to action procedure.

AA Procedure ini sebenarnya penyederhanaan dari suatu proses yang disingkat AIDDA (Khasali, 1995:178). Lengkapnya adalah sebagai berikut:

A = Attention (Perhatian) I = Interest (Minat) D = Desire (Hasrat)

D = Decision (Keputusan) A = Action (Tindakan)

Proses pentahapan komunikasi mengandung maksud bahwa komunikasi hendaknya dimulai dengan membangkitkan perhatian. Dalam hubungan ini komunikator harus menimbulkan daya tarik. Pada dirinya harus terdapat faktor daya tarik komunikator (source attractiveness). Seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap, pendapat dan tingkah


(51)

bahwa komunikator ikut serta dengannya, dengan kata lain pihak komunikan merasa adanya kesamaan antara komunikator dengannya, sehingga dengan demikian komunikan bersedia untuk taat pada pesan yang dikomunikasikan oleh komunikator.

Sikap komunikator yang berusaha menyamakan diri dengan komunikan ini akan menimbulkan simpati komunikan pada komunikator. Dimulainya komunikasi dengan membangkitkan perhatian (attention) merupakan awal kesuksesan komunikasi. Apabila perhatian komunikan telah terbangkitkan, hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat (interest), yang merupakan derajat yang lebih tinggi dari perhatian.

Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat (desire) untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan komunikator. Hanya ada hasrat saja pada diri komunikan, bagi komunikator belum berarti apa-apa, sebab harus dilanjutkan dengan datangnya keputusan (decision), yakni keputusan untuk melakukan kegiatan (action) sebagaimana daharapkan komunikator.

Dalam proses komunikasi seorang komunikator akan sukses apabila ia berhasil menunjukkan source credibility, artinya menjadi sumber kepercayaan bagi komunikan.

Kepercayaan komunikan kepada komunikator ditentukan oleh keahlian komunikator dalam bidang tugas pekerjaannya dan dapat tidaknya ia dipercaya. Seorang ahli hukum akan mendapat kepercayaan apabila ia berbicara mengenai


(52)

masalah hukum. Demikian pula seorang dokter akan memperoleh kepercayaan kalau ia membahas masalah kesehatan.

Kepercayaan kepada komunikator mencerminkan bahwa pesan yang disampaikan kepada komunikan dianggap benar dan sesuai dengan kenyataan empiris. Jadi seorang komunikator menjadi menjadi source of credibility disebabkan adanya ethos pada dirinya yaitu apa yang dikatakan oleh Aristoteles, dan yang hingga kini tetap dijadikan pedoman yaitu good sense, good moral character dan good will, yang oleh para cendikiawan modern diterjemahkan menjadi itikad baik (good intentions), dan dapat dipercaya (thrustworthiness) dan kecakapan atau kemampkuan (competence or expertness). Berdasarkan hal itu komunikator yang ber-ethos menunjukkan bahwa dirinya mempunyai itikad baik, dapat dipercaya dan mempunyai kecakapan dan keahlian.

Ditinjau dari komponen komunikator, maka terdapat dua faktor yang sangat menentukan, yaitu:

1. Kepercayaan kepada Komunikator (Source Credibility)

Kepercayaan kepada komunikator ditentukan oleh keahliannya dan bisa tidaknya ia dipercaya. Hasil penelitian yang telah dilakukan beberapa ahli menunjukkan bahwa kepercayaan yang besar akan meningkatkan daya perubahan sikap, sedangkan kepercayaan yang rendah akan menyebabkan berkurangnya daya perubahan yang diharapkan. Kepercayaan kepada komunikator mencerminkan bahwa pesan yang diterima oleh komunikan dianggap benar dan sesuai dengan kenyataan empiris.


(53)

2. Daya Tarik Komunikator (Source Attractiveness)

Wilbur Schramm mengatakan bahwa apabila kita berkomunikasi, berarti kita sedang mengusahakan kesamaan makna antara komunikator dengan komunikan. Seorang komunikator harus mempunyai kemampuan untuk mengubah sikap komunikan melalui mekanisme daya tarik, artinya komunikan merasa bahwa komunikator terlibat atau turut serta dengan mereka.

II.5. Efek Komunikasi Massa

Efek komunikasi massa ini pada dasarnya memberikan penjelasan dimana terdapat efek tertentu akibat dari pesan yang disampaikan oleh media kepada komunikannya (http://digilib.petra.ac.id)

Setiap aktifitas komunikasi akan menimbulkan pengaruh atau efek baik terhadap individu maupun masyarakat, dan bertalian dengan pengetahuan, sikap dan perilaku. Efek bukan hanya sekedar reaksi penerima terhadap pesan yang dilontarkan oleh komunikator, melainkan merupakan panduan sejumlah kekuatan yang bekerja dalam masyarakat. Dimana komunikator hanya dapat menguasai satu kekuatan saja yaitu pesan-pesan yang dilontarkan. Bentuk konkrit efek dalam komunikasi adalah terjadinya perubahan pendapat atau sikap atau perilaku khalayak akibat pesan yang menyentuhnya.

Kajian tentang efek atau pengaruh komunikasi massa sudah muncul sejak masa Perang Dunia II ketika menyoroti berbagai ketakutan akibat propaganda


(54)

yang dilakukan untuk mempengaruhi individu maupun massa melalui media pada masa itu.

Efek dari pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media massa timbul pada komunikan sebagai sasaran komunikasi. Oleh karena itu efek melekat pada khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologis. Efek dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori (Effendy, 2007:318) yaitu:

1. Efek kognitif yaitu berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti yang tadinya bingung menjadi merasa jelas.

2. Efek afektif yaitu berkaitan dengan perasaan. Akibat dari membaca surat kabar atau majalah, mendengarkan radio, menonton acara televisi atau film bioskop dapat menimbulkan perasaan tertentu pada khalayak. 3. Efek konatif yaitu berkaitan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang

cenderung menjadi suatu tindakan atau kegiatan. Efek konatif tidak langsung timbul sebagai akibat terpaan media massa, melainkan didahului oleh efek kognitif dan afektif. Dengan kata lain timbulnya efek konatif setelah muncul efek kognitif dan efek afektif.

Efek komunikasi massa perlu menjadi perhatian dalam menyusun strategi komunikasi. Efek komunikasi massa menjadi indikator atau tolak ukur keberhasilan komunikasi.


(55)

didefinisikan. Ada yang menganggap sikap hanyalah sejenis motif sosiogenis yang diperoleh melalui proses belajar. Sedangkan menurut Allport (1924) melihat sikap sebagai kesiapan saraf (neural settings) sebelum memberikan respons.

Sikap menurut Charles K. Atkin (1981:299-328) yaitu merupakan salah satu faktor personal yang berasal dari diri manusia itu sendiri, yang mempengaruhi manusia itu dalam berperilaku ataupun bertindak. Di dalam komunikasi massa sikap merupakan efek afektif dari komunikasi massa yang merupakan kecenderungan yang timbul dari seorang komunikan untuk bertindak atau berperilaku akibat dari terpaan media massa. Dalam penelitian bidang komunikasi politik, khususnya peranan media massa dalam sosisalisasi politik, telah berulang kali menunjukkan korelasi yang berarti antara terpaan media massa denga sikap-sikap politik. Sikap terhadap pemerintah, penolakan pada otoritas, kesenangan pada pemimpin. Negara, sikap dan politisi erat berkaitan dengan terpaan televisi, radio, dan surat kabar.

Berdasarkan beberapa definisi diatas, Rakhmat (2005: 39-40) menyimpulkan beberapa hal, seperti:

1. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan atau situasi, atau kelompok.

2. Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu; menentukan apa yang disukai, diharapkan, dan


(56)

diinginkan; mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus dihindari.

3. Sikap lebih menetap. Berbagai studi menunjukkan sikap politik kelompok cenderung dipertahankan dan jarang mengalami pembahan.

4. Sikap mengandung aspek evaluatif, artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan.

5. Sikap timbul dari pengalaman: tidak dibawa sejak lahir, tetapi merupakan hasil belajar. Karena itu sikap dapat diperteguh atau diubah. Sikap adalah suatu bangun psikologis. Seperti juga semua wujud psikologi, sikap adalah hipotesis. Para ilmuan sosial menyelidiki keyakinan dan perilaku orang dalam usahanya untuk menarik kesimpulan-kesimpulan mengenai keadaan mental dan proses mental. Sikap tidak dapat diobservasi atau diukur secara langsung. Keberadaannya harus ditarik kesimpulan dan hasil-hasilnya (Mueller, 1992:2).

Aspek pengetahuan yang mempengaruhi sikap adalah aspek pengetahuan yang berisikan aspek positif atau aspek negatif dari sesuatu hal. Sikap positif atau sikap negatif, tergantung pada segi positif atau segi negatif dari komponen pengetahuan. Makin banyak segi positif dari komponen pengetahuan dan makin penting komponen itu, banyak segi negatifnya maka makin negatif sikap yang terbentuk (Ancok, 1992:5).


(57)

II.7. Pesan

Dalam sebuah artikel “How Communication Works” yang dipublikasikan tahun 1954, Wilbur schramm membuat 3 model yang dimulai dari komunikasi manusia yang sederhana, kemudian mengembangkan dengan memperhitungkan pengalaman dua individu hingga model komunikasi yang interaktif.

Schramm melihat komunikasi sebagai usaha yang bertujuan untuk menciptakan commonness antara komunikator dan komunikan. Hal ini karena komunikasi berasal dari kata latin communis yang artinya common (sama).

• Model Wilbur Schramm (1)

Encoder Decoder

Menurut Schramm komunikasi senantiasa membutuhkan setidaknya 3 unsur :

1. Sumber bisa berupa seorang individual berbicara, menulis, menggambar, dan bergerak atau sebuah organisasi komunikasi (koran, rumah produksi, televisi).

2. Pesan dapat berupa tinta dalam kertas, gelombang suara dalam udara, lambaian tangan, atau sinyal-sinyal lain yang memiliki makna.

3. Sasaran dapat berupa individu yang mendengarkan, melihat, membaca, anggota dari sebuah kelompok seperti diskusi kelompok, mahasiswa

Signal

Destination Source


(58)

Field of Experience Field of Experience dalam perkuliahan, khalayak massa, pembaca surat kabar, penonton televisi,dll.

• Model Wilbur Schramm (2)

Encoder Decoder

Gambar 4: Model Wilbur Schramm (2)

Schramm mengenalkan konsep field of experience, yang menurut Schramm sangat berperan dalam menentukan apakah komunikasi diterima sebagaimana yang diinginkan oleh komunikan. Schramm menekankan bahwa tanpa adanya field of experience yang sama (bahasa yang sama, latar belakang yang sama, kebudayaan yang sama, dll) hanya ada sedikit kesempatan bahwa suatu pesan akan diinterpretasikan dengan tepat. Dalam hal ini model schramm diatas adalah pengembangan dari model Shannon dan Weaver. Schramm mengatakan bahwa pentingnya feedback adalah suatu cara untuk mengatasi masalah noise. Menurut Schramm feedback membantu kita untuk mengetahui bagaimana pesan kita diinterpretasikan. Sumber dapat menyandi dan sasaran dapat menyandi balik pesan berdasarkan pengalaman yang dimilikinya masing-masing. Jika wilayah irisan semakin besar, maka komunikasi lebih mudah


(59)

• Model Wilbur Schramm (3)

Gambar 5: Model Wilbur Schramm (3)

Pada model ini Schramm percaya bahwa ketika komunikan memberikan umban balik maka ia akan berada pada posisi komunikator (source). Setiap individu dilihat sebagai sumber sekaligus penerima pesan dan komunikasi dilihat sebagai suatu proses sirkular daripada suatu proses satu arah seperti pada dua model Shramm sebelumnya. Model yang ketiga ini disebut juga model Osgood dan Schramm (http://inherent.brawijaya.ac.id/vlm/login/index.php).

Pesan menurut teori Cutlip dan Center yang dikenal dengan The 7C’s of Communication, yaitu meliputi:

a. Credibility, yaitu memulai komunikasi dengan membangun kepercayaan. Oleh karena itu, untuk membangun berita kepercayaan itu berawal dari kinerja, baikpihak komunikator maupun pihak komunikan akan memnerima pesan tersebut berdasarkan keyakinan yang dapat dipercaya begitu juga tujuannya.

b. Context, yaitu suatu program komunikasi mestinya berkaitan dengan lingkungan hidup atau keadaaan social yang bertentangan dan seiring dengan keadaan tertentu dan memperhatikan sikap partisipatif.

Encoder Interpreter

Decoder

Message

Message

Encoder Interpreter


(60)

c. Content, pesan itu mempunyai arti bagi audiensnya dan memiliki kecocokan dengan system nilai-nilai yang berlaku bagi orang banyak dan bermanfaat.

d. Clarity, menyusun pesan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan mempunyai persamaan arti antara komunikator dan komunikan.

e. Continuity, komunikasi tersebut merupakan proses yang tidak ada akhirnya yang memerlukan pengulangan-pengulangan untuk mencapai tujuan.

f. Consistency, yaitu ketetapan terhadap makna pesan dimana isi atau materi pesan harus konsisten dan tidak membingungkan audiens.

g. Capability, kemampuan khalayak terhadap pesan, yaitu melibatkan berbagai factor adanya sesuatu kebiasaan-kebiasaan membaca atau menyerap ilmu pengetahuan dan sebagainya (Ruslan, 1997:83-84).


(61)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

III.1.1. Sejarah Radio Star FM

Radio Star FM dibawah naungan PT. Anugerah Pranada Muda adalah suatu badan usaha swasta yang berbentuk perseroan yang bergerak dalam bisnis radio untuk pelayanan jasa hiburan dan periklanan, dimana PT. Anugerah Pradana Muda (Radio Star FM) merupakan salah satu unit perusahaan dari KISS FM Group yang telah berdiri sejak tahun 1968 yang dulu dikenal dengan “Radio Echo Lima 41”.

Setelah masuk di tahun 1990 Radio Echo Lima 41 menduduki peringkat pertama untuk radio dengan segementasi yang digelutinya. Sejalan dengan itu dikukuhkan pula nama baru dari Echo Lima 41 menjadi KISS FM dan berhasil diposisi pertama sampai 9 tahun berturut-turut.

Dengan prestasi yang ada dan keuntungan yang telah didapatkan, Radio KISS FM mendirikan groupnya yang terdiri dari 6 radio dan 1 event organizer termasuk salah satunya PT. Anugerah Pradana Muda (Radio Star FM).

PT. Anugerah Pradana Muda (Radio Star FM) sendiri didirikan menjadi salah satu unit KISS Group pada tahun 1999 dengan frekuensi 107.2 FM. Kemudian pada tahun 2001 berubah frekuensi menjadi 104.6 FM hingga


(62)

sekarang. Berarti sudah lebih kurang 10 tahun PT. Anugerah Pradana Muda (Radio Star FM) menjalankan usahanya di bidang hiburan dan periklanan dengan segmentasi kelas sosial B,C,D dan usia antara 12 sampai dengan 30 tahun serta dengan tagline “The top hits radio in Medan” yang menjadikan Radio Star FM sebagai salah satu radio yang sudah memiliki nama di Kota Medan.

 Jenis Usaha/Kegiatan

Jenis usaha PT. Anugerah Pradana Muda (Radio Star FM) adalah badan usaha swasta yang bergerak dalam bidang hiburan dan periklanan pada media elektronik, dalam hal ini berbentuk radio. Sedangkan kegiatannya adalah memberikan hiburan kepada masyarakat melalui penyiaran dalam bentuk apapun seperti acara-acara harian yang bisa didengar setiap harinya maupun acara-acara khusus yang memberikan hiburan setiap minggunya. Selain itu kegiatan usaha lainnya adalah periklanan yaitu memberikan fasilitas media kepada perusahaan-perusahaan untuk mempromosikan produknya yang tentunya dengan memberikan bayaran untuk biaya-biaya periklanan.

Kegiatan usaha lainnya adalah memperdengarkan lagu-lagu terbaru, popular, kepada masyarakat sebagai konsumen atau pendengar radio sehingga hal inilah yang disebut hiburan di media elektronik, kegiatan lainnya yang dilakukan radio Star FM adalah “event organiser”, yaitu kegiatan mengorganisir acara hiburan yang diadakan di tempat tertentu untuk mengibur ataupun promosi usaha.


(63)

 Struktur Organisasi

Dalam hal keorganisasian PT. Anugerah Pradana Muda (Radio Star FM) memakai struktur organisasi garis atau line dimana setiap individu mempunyai hubungan pelaporan hanya dengan atasan sehingga terdapat kesatuan perintah.

Untuk lebih jelasnya berikut gambar struktur organisasai PT. Anugerah Pradana Muda (Radio Star FM).

Gambar: Struktur Organisasi PT. Anugerah Pradana Muda (Radio Star FM) Medan

Sumber : PT. Anugerah Pradana Muda (Radio Star FM) Medan. STATION

MANAGER

ASSISTEN STATION MANAGER

MUSIC DIRECTOR

PROGRAM DIRECTOR

PENYIAR PENYIAR &

MARKETING PENYIAR &

MARKETIN

PJ. PROGRAM OFF AIR PJ. PROGRAM

ON AIR


(64)

 Rencana Perusahaan

Rencana perusahaan PT. Anugerah Pradana Muda untuk memajukan perusahaan diantaranya pembuatan program-program baru yang lebih menarik dan lebih bagus daripada program-program sebelumnya yang telah ada, sehingga konsumen atau pendengar semakin banyak yang mendengarkan Star FM. Selain itu, mengadakan acara-acara offair yang tujuannya adalah mempromosikan radio Star FM kepada pendengar yang ingin melihat secara langsung dan nyata Star FM seperia apa, yang tujuannya utamanya adalah menarik semakin banyak pendengar maka semakin banyak konsumen dank lien yang akan bekerjasama dan memasang iklan untuk pendapatan perusahaan.

III.1.2. Program Acara Akustar

Akustar merupakan singkatan dari (Akustik di Star FM), dimana program acara Akustar adalah sebuah acara khusus (special program) di radio Star FM yang menyajikan atau memperdengarkan lagu-lagu hasil karya anak muda Medan (indie band). Pada program acara Akustar ini diberikan kesempatan kepada anak muda kota Medan yang memiliki lagu ciptaan sendiri dan sudah direkam dalam bentuk CD Audio untuk diperdengarkan atau dipromosikan, sehingga anak muda kota Medan dapat memberikan karyanya baik dalam bentuk band, solois, rapper da lainnya. Program acara Akustar ini sudah ada di radio Star FM lebih kurang selama 9 tahun, dan program acara ini adalah program acara musik pertama kali yang ada di radio kota Medan.


(65)

Dalam program ini mereka yang lagunya layak untuk diperdengarkan melalui seleksi oleh produser acara akan di undang untuk akustikan langsung di Star FM. Kemudian disini mereka selain bisa menunjukkan kemampuannya ketika diundang, mereka juga bisa mempromosikan bandnya secara langsung kepada pendengar (Starmania). Setelah lagu hasil karya mereka diperdengarkan dan mendapatkan respon yang banyak atau banyak sekali pendengar yang meminta lagu tersebut (request) untuk diputar pada jam-jam siaran daily, maka lagu dari band/solois/rapper dan sebagainya tersebut akan masuk ke chart lagu yang disebut “Stargalaksi”.

• Jam tayang program acara Akustar yaitu: pada hari Kamis, pukul 21.00WIB

• Host (penyiar) yaitu: Widi dan Jefry • Produser acara: Widi

• Durasi acara: 1 jam

• Kriteria lagu yang lolos seleksi untuk diperdengarkan, yaitu: - Enak di dengar

- Kualitas rekaman bagus

- Harmonisasi nada pas (tidak berantakan)

• Hasil karya yang masuk setiap minggunya (Band/Solois/Rapper) atau per minggu: lebih kurang 10 lagu, lalu setelah di seleksi maksimal menjadi 5 lagu.

• Pendengar yang memberikan respon ketika acara Akustar berlangsung: - Via SMS: lebih kurang 30 SMS per jam


(66)

- Via telepon: lebih kurang 3 telepon per jam (ditentukan kuantitas perjamnya)

• Hasil karya/lagu yang masuk ke produser Akustar: - Dalam bentuk Band: 75%

- Dalam bentuk Solois: 5% - Dalam bentuk Rapper: 20%

Setelah lagu-lgu ciptaan anak muda Medan diputar di acara Akustar, maka lagu-lagu yang sering di request akan masuk ke program special Chart “Stargalaksi”.

Lagu yang masuk Chart “Stargalaksi” syaratnya: - Enak di dengar dan kualitas musik dan lagu bagus

- Respon Starmania terhadap lagu tersebut sangat besar (permintaan terhadap lagu tersebut banyak)

Lagu-lagu yang ada di dalam Chart: - Lagu karya Band: 70%

- Rapper: 20% - Solois: 10%

Jam tayang Chart “Stargalaksi” yaitu: pada hari selasa pukul 21.00 WIB. Sumber: PT. Anugerah Pradana Muda (Radio Star FM) Medan


(67)

Agustus 1965. Pendirian Fakultas Sastra adalah gagasan dari dua belas orang staff Pengajar Universitas Sumatera dan IKIP Negeri Medan, yaitu:

1. Alm. Prof. Mahadi, S.H 2. Alm. Dr. Septy Ruzui

3. Alm. Drs. Sabaruddin Ahmad 4. Alm. T. Mahmuddin

5. Dr. Rustam Amir Effendi, M.A 6. Alm. Drs. Burhanuddin Ch. Usman 7. Alm. Prof. A. Hamid Hasan Lubis 8. Alm. Drs. Chairuddin Rahman 9. Drs. Danil Ahmad, DPFE

10. Alm. Drs. Syahdan Manurung, DPFE 11. Drs. Abubakar

12. Alm. Drs. Tasrir Ismail

Pada awalnya Fakultas Sastra hanya mempunyai satu jurusan yaitu Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dengan jumlah mahasiswa 45 orang. Kemudian pada awal tahun 1966, Fakultas Sastra memperoleh gedung sendiri yang terletak di bagian depan Sekolah TK Dharma Wanita USU, tetapi gedung ini sangat kecil. Setahun kemudian Fakultas Sastra mendapat tambahan gedung eks PU di Jl. Prof. Muhammad Yusuf, tapi masih juga sangat minim dan tidak memenuhi syarat untuk perkuliahan karena ruangannya hanya empat buah, dua ruang untuk perkuliahan dan dua ruang untuk administrasi.


(68)

Pada tahun 1966 Jurusan Sastra Inggris pun dibuka. Tahun 1967 Fakultas Sastra dipindahkan ke gedung Pancasila (sekarang gedung Pendopo USU). Luasnya sudah memenuhi syarat tetapi ada kendala menegani air dan lampu yang tidak memadai. Pada tahun 1968, dibuka jurusan Sejarah tetapi belum ada kegiatan karena mahasiswanya belum ada, dan pada tahun 1970 adalah tahun pertama penerimaan mahasiswa.

Tahun 1972, Fakultas Sastra memperoleh tiga unit gedung permanen. Tahun 1979, dibuka Jurusan Sastra Daerah untuk Sastra Melayu dan Sastra Daerah untuk Sastra Batak. Pada tahun ini juga dibuka Jurusan Etnomusikologi satu-satunya yang ada di Indonesia. Sampai tahun 1989, Jurusan ini banyak sekali mendapat perhatian dan bantuan terutama dari Ford Foundation Jakarta, antara lain beasiswa bagi mahasiswa dan staff pengajar serta bantuan tenaga konsultan. Selanjutnya pada tahun 1980 dibuka Program Studi S1 Bahasa Arab, Jurusan Antropologi dan Jurusan Ilmu Perpustakaan. Namun pada tahun 1983 Jurusan Ilmu Perpustakaan ditutup dan sebagai gantinya dibuka Program Studi D3 Perpustakaan. Sedangkan Jurusan Antropologi dipindahkan ke FISIP USU sesuai dengan SK Rektor USU No. 163/PTO5/SK/O/86 tanggal 4 Mei 1986.

Pada tahun 1986 Fakultas Sastra mendapat batuan dari Pemda Kotamadya Medan berupa satu unit gedung untuk perkuliahan/praktek Jurusan Etnomusikologi. Tahun 2003 mendapat tambahan satu unit gedung eks USU Press yang pada tahun 2004/2005 digunakan untuk gedung perkuliahan dan administrasi PS SI Sastra Jepang Reguler/Mandiri, D3 Bahasa Jepang dan D3 Pariwisata.


(1)

mahasiswa yang menyukai dan sering mendengarkan radio Star FM lebih banyak daripada radio Kiss FM, dan tidak sedikit yang mendengarkan radio Most FM, Smart FM, Visi FM dan Mix FM.

3. Terdapat hubungan antara pengaruh program acara Akustar di radio Star FM terhadap sikap bermusik mahasiswa Fakultas Sastra USU. Dilihat dari hasil uji hipotesa, dengan nilai rs = 0.461, maka dapat dinyatakan bahwa hubungan cukup berarti antara program acara Akustar di radio Star FM terhadap sikap bermusik.

4. Pengaruh dari program acara Akustar di radio Star FM terhadap sikap bermusik mahasiswa cukup berarti. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya mahasiswa yang menaruh perhatian terhadap program acara Akustar. Hampir seluruh mahasiswa menyukai dan senang dengan adanya program acara Akustar, karena melalui program acara ini mereka dapat menyalurkan bakat bermusik mereka dan menciptakan lagu serta dapat menambah pengetahuan mengenai musik. Disamping itu juga, dari hasil wawancara singkat peneliti dengan responden, bahwa hampir seluruh mahasiswa menyatakan lagu ciptaan anak muda Medan cukup bagus, sehingga hal ini dapat memotivasi mahasiswa untuk dapat lebih kretif dalam bermusik. Walaupun sebagian mahasiswa mengatakan bahwa durasi penyiaran program acara Akustar harus ditambah agar lebih banyak lagi memberikan informasi mengenai lagu-lagu ciptaan anak muda Medan.


(2)

5. Melihat hubungan cukup berarti antara program acara Akustar di radio Star FM terhadap sikap bermusik mahasiswa, ini berarti bahwa program acara Akustar cukup berpengaruh dalam menumbuhkan keinginan dan sikap bermusik mahasiswa. Disamping itu seluruh responden menyukai radio Star FM, karena menurut mereka program-program acara yang diberikan sesuai dengan kebutuhan anak muda.


(3)

V.2. Saran

Setelah mengikuti semua prosedur penelitian, peneliti ingin memberikan saran yang diharapkan dapat berguna bagi setiap orang yang membaca hasil penelitian ini, khususnya pihak radio Star FM. Adapun saran yang dimaksud adalah:

1. Melihat dari kesimpulan diatas, hendaknya pihak radio Star FM dapat menambah durasi penyiaran program acara Akustar agar lebih memberikan informasi mengenai lagu-lagu ciptaan anak muda Medan, serta interaksi penyiar dengan pendengar Star FM (starmania) lebih diperpanjang agar pendengar lebih memahami makna pesan dan informasi yang disampaikan penyiar.

2. Hendaknya pihak radio Star FM dapat menampilkan secara langsung (on

air) lagu-lagu ciptaan anak muda Medan yang lagunya sudah di putar di

program acara Akustar dan masuk dalam chart “Stargalaksi”, dengan mengundang mereka pada acara musik yang diadakan pihak Star FM. Hal ini bertujuan agar para mahasiswa dapat melihat langsung penampilan mereka dan tidak hanya mendengar dari radio.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ancok, Djamaludin. (1992). “Penyusunan Skala Pengukur”. Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Arikunto, Suharsimi. (1998). “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek”. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Ardianto, Elvinaro & Erdinaya, Lukiati Komala. (2004). “Komunikasi Massa”. Simbiosa Rekatama Media. Bandung.

Bungin, Burhan. (2006). “Sosiologi Komunikasi”. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Cangara, Hafied. (2007). “Pengantar Ilmu Komunikasi”. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Effendi, Onong Uchjana. (2007). “Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi”. PT. Cipta Aditya Bakti. Bandung.

.(2001). “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek”. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

J.B. Wahyudi. (1996). Dasar-dasar Jurnalistik Radio dan Televisi. PT. Pustaka Utama Grafiti. Jakarta.

Khasali, Rhenald. (1995). “Manajemen Periklanan". Pustaka Grafiti. Jakarta Kriyantono, Rachmat. (2008). “Teknik Praktis Riset Komunikasi”. Kencana

Prenada Media Group. Jakarta.


(5)

Morissan. (2008). “Manajemen Media Penyiaran : Strategi Mengelola Radio dan Televisi”. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Mulyana, Deddy. (2000). “Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar”. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung

Munthe, Moeryanto Ginting. (1996). “Media Komunikasi Radio”. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta

Nawawi, Hadari. (2001). “Metode Penelitian Bidang Sosial”. Gajah Mada University Press. Yogyakarta

Nurudin, (2004). “Komunikasi Massa”. Cespur. Malang

Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

. (2005). “Psikologi Komunikasi”. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Ruslan, Rosadi. (1997). “Kampanye Public Relations”. PT. Raja Grafindo

Persada. Jakarta.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. (2006). “Metode Penelitian Survei”. PT. Pustaka LP3ES Indonesia. Jakarta.

Soehartono, Irawan. (2004). “Metode Penelitian Sosial”. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sufi, Rusdi. (1999). “Perkembangan Media Komunikasi di Daerah: Radio Rimba Raya di Aceh”. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Jakarta.

Suyanto, Bagong dan Sutinah. (2005). “Metode Penelitian Sosial”. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Vivian, Jhon. (2008). “Teori Komunikasi Massa”. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.


(6)

Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Telekomunikasi. Dihimpun Oleh: Dr. Sentosa Sembiring, S.H., M.H. 2008. Nuansa Aulia. Bandung.

Sumber Lain:

http://digilib.petra.ac.id

http://inherent.brawijaya.ac.id/vlm/login/index.php


Dokumen yang terkait

Pembawa Acara Dan Minat Menonton (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Pembawa Acara Radio Show Tv One Terhadap Minat Menonton Mahasiswa FISIP USU)

5 82 84

Tayangan Koper Dan Ransel Dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Koper dan Ransel di Trans TV terhadap Sikap Mahasiswa FISIP-USU)

0 39 124

Talk Show Dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Tayangan “Apa Kabar Indonesia Malam” di tvOne terhadap Sikap Mahasiswa FISIP USU)

0 71 232

Pemberitaan Pansus Century Dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Pengaruh Pemberitaan Pansus Century di Kompas Terhadap Sikap Mahasiswa FISIP USU)

0 32 108

Pengaruh Tayangan Televisi terhadap Sikap (Studi Korelasional Pengaruh Acara Dahsyat di Stasiun Televisi RCTI Terhadap Sikap Mahasiswa FISIP USU)

2 46 133

Pemberitaan Terorisme dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional tentang hubungan antara Pemberitaan Terorisme di tvOne dan Sikap Mahasiswa FISIP USU)

0 25 181

Pemberitaan ISIS dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Hubungan Antara Pemberitaan ISIS di TV One dan Sikap Mahasiswa FISIP USU)

0 25 117

PENGARUH TERPAAN ACARA MATA HATI DI RADIO Q FM YOGYAKARTA TERHADAP PERSEPSI MENDENGARKAN PROGRAM PENGARUH TERPAAN ACARA MATA HATI DI RADIO Q FM YOGYAKARTA TERHADAP PERSEPSI MENDENGARKAN PROGRAM DAKWAH DI RADIO ( Studi Kuantitatif Pada Mahasiswa Fakultas

0 2 18

PENDAHULUAN PENGARUH TERPAAN ACARA MATA HATI DI RADIO Q FM YOGYAKARTA TERHADAP PERSEPSI MENDENGARKAN PROGRAM DAKWAH DI RADIO ( Studi Kuantitatif Pada Mahasiswa Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ).

1 15 43

KESIMPULAN DAN SARAN PENGARUH TERPAAN ACARA MATA HATI DI RADIO Q FM YOGYAKARTA TERHADAP PERSEPSI MENDENGARKAN PROGRAM DAKWAH DI RADIO ( Studi Kuantitatif Pada Mahasiswa Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ).

0 3 36