Persepsi Milanisti Medan Terhadap Program Soccer Fever Trans Tv (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Acara Soccer Fever Trans TV Terhadap Persepsi Milanisti Medan )

(1)

PERSEPSI MILANISTI MEDAN TERHADAP PROGRAM SOCCER

FEVER TRANS TV

( Studi Korelasional tentang Pengaruh Acara Soccer Fever Trans TV

Terhadap Persepsi Milanisti Medan )

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

Harris Wianda

090904084

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh

Nama : Harris Wianda

NIM : 090904084

Judul Skripsi : PERSEPSI MILANISTI MEDAN TERHADAP

PROGRAM SOCCER FEVER TRANS TV

(Studi Korelasional Tentang Pengaruh Acara Soccer Fever

Trans TV Terhadap Persepsi Milanisti Medan )

Medan, Februari 2014

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Dr. Iskandar Zulkarnain, M.Si

NIP : 196609031990031004 NIP: 196208281987012001 Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A

Dekan FISIP USU

NIP: 196805251992031002


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan atas Allah SWT dan juga junjungan besar Nabi Muhammad SAW atas berkat dan rahmatnya yang sangat besar peneliti dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini.

Adapun judul daripada skripsi ini adalah “ Studi Korelasional Pengaruh Acara Soccer Fever Trans TV Terhadap Persepsi Milanisti Medan ”penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, Medan. Peneliti sangat bersyukur atas penyelesaian skripsi ini dan banyak berterima kasih terutama kepada keluarga tercinta ibu (Rosdahniar) adek (Ricky Meilandi) yang telah begitu banyak memberi dukungan dan masukan. Dan kepada almarhum Ayah saya yang selalu mendoakan saya dari surga sana.

Pada kesempatan ini izinkan penulis ucapkan terima kasih kepada masing-masing yang telah membantu dan mendukung penulis hingga menyelesaikan penelitian ini.

1. Bapak Prof. Dr. Badarudin, M.Si selaku Dekan FISIP USU.

2. Bapak dosen pembimbing peneliti DR Iskandar Zulkarnain M,Si yang sudah banyak membimbing penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini, serta ibu Dra Fatmawardy Lubis M.Si selaku ketua Departemen Ilmu Komunikasi.

3. Bapak Drs. Safrin M.Si selaku dosen wali penulis yang sudah selalu membimbing saya dari awal dimulainya perkuliahan.

4. Bapak dan Ibu para dosen FISIP USU khususnya dosen Ilmu Komunikasi yang sudah begitu banyak memberikan ilmu pengetahuan selama kuliah.

5. Kak Maya dan kak Puan yang sudah banyak membantu segala urusan administrasi yang diperlukan penulis.

6. Seluruh Member Milanisti Indonesia Sezione Medan yang telah menjadi responden dalam penelitian ini.

7. Seluruh keluarga besar dan Teman-teman diluar kampus penulis yang sudah memberi dukungan moral dalam penyelesaian skripsi ini. Khususnya buat Amel yang uda mendukung saya terus dari awal pembuatan skripsi ini sampai sekarang. 8. Teman-Teman sejawat dan seperjuangan di angkatan 2009 Ilmu Komunikasi


(4)

dan Nalom Andrew persahabatan yang kita jalin selama perkuliahan akan menjadi kenangan manis bagi penulis

Saya menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan masukan berupa saran dan kritik yang sifatnya membangun, mudah-mudahan skripsi ini bisa memberi manfaat bagi siapapun yang membacanya

Medan, 08 Februari 2014 Peneliti


(5)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Harris Wianda

NIM : 090904084

Departemen : Ilmu Komunikasi Fakultas : Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas : Universitas Sumatera Utara Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non Ekslusive Royalty- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul “ Studi Korelasional Tentang Pengaruh Acara Soccer Fever

Trans TV Terhadap Persepsi Milanisti Medan ”.

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non eksklusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya.

Medan, 8 februari 2014


(6)

HALAMAN PERNYATAAN ORSINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika dikemudian hari

saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku

Nama : Harris Wianda

NIM : 090904084

Tanda Tangan :


(7)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Program Soccer Fever Trans TV dan Persepsi Milanisti sebuah Studi Korelasional tentang Pengaruh Program Soccer Fever Trans TV terhadap Persepsi

Milanisti Medan. Adapun tujuannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara Program Soccer Fever Trans TV terhadap Persepsi Milanisti Medan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah komunikasi massa dan persepsi. Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh antara program soccer fever trans tv dengan persepsi milanisti

medan.

Metode penelitian ini adalah korelasional yang bertujuan untuk meneliti hubungan antara variabel X dengan Variabel Y. Populasi dari penelitian ini adalah Member dari komunitas Milanisti Medan sebanyak 98 orang. Mengingat jumlah populasi kurang dari 100 orang maka peneliti mengambil semua populasi sebagai sampel. Pengumpulan data penelitian diperoleh melalui studi lapangan melalui teknik survei dengan instrumen kuesioner yang disebarkan kepada responden, wawancara secara singkat dengan responden dan studi kepustakaan. Teknik Analisis data kuantitatif dengan Analisis Tabel tunggal dan Analisis Tabel Silang data yang diperoleh diolah menggunakan SPSS 13.0 for Window dan uji Hipotesis menggunakan Spearman Rho dan Koefisien Korelasi.

Hasil penelitian menunjukan hubungan antara program soccer fever trans tv dengan persepsi milanisti medan menunjukkan angka yang signifikan, yaitu 0,443 karena terletak diantara 0,40 – 0,599 pada skala guilford. Hal ini berarti program soccer fever trans tv membentuk hubungan yang cukup kuat terhadap persepsi milanisti medan. Sementara itu pengaruh antara program soccer fever terhadap persepsi milanisti medan adalah sebesar 19,62. Angka tersebut di peroleh melalui koefisien determinan dengan mengkuadratkan koefisien korelasi dikalikan 100%.


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR... iii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... iv

LEMBAR PERNYATAAN ORIGINALITAS... v

ABSTRAK... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah... 7

1.3 Pembatasan Masalah... 7

1.4 Tujuan Penelitian... 7

1.5 Manfaat Penelitian... 8

1.6 Kerangka Konsep...8

1.7 Operasional Variabel...9

1.8 Definisi Operasional Variabel...11

1.9 Hipotesis...12

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Ruang Lingkup Komunikasi... 13

2.1.1 Unsur-unsur Komunikasi... 14

2.2 Komunikasi Massa...35

2.2.1 Unsur-unsur komunikasi Massa...18

2.2.2 Fungsi Komunikasi Massa...19

2.3 Media Massa...22

2.3.1 Karakteristik Media Massa...37

2.3.2 Peranan Media Massa...25

2.4 Persepsi...26

2.4.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi...28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 31

3.1.1 Sejarah Komunitas Milanisti Medan... 31

3.1.2 Visi Komunitas Milanisti Medan... 31

3.1.3 Misi Komunitas Milanisti Medan... 31

3.1.4 Tujuan Komunitas Milanisti Medan... 32

3.1.5 Struktur Kepemimpinan Komunitas Milanisti Medan..32

3.2 Metode Penelitian... 33


(9)

3.2.2 Sampel... 33

3.2.3 Teknik Penarikan Sampel... 34

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data... 34

3.2.5 Teknik Analisis Data... 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Deskriptif... 39

4.2 Deskripsi Tabel Silang... 60

4.3 Uji Hipotesis... 62

4.4 Pembahasan... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 67

5.2 Saran... 68

DAFTAR PUSTAKA... 69


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1 Operasional Variabel... 10

Tabel 2 Pedoman untuk pemberian interpretasi koefisien korelasi.. 38

Tabel 3 Usia... 39

Tabel 4 Jenis Kelamin... 40

Tabel 5 Lama Keanggotaan... 41

Tabel 6 Frekwensi Menonton... 42

Tabel 7 Responden Mengetahui Nama Responden... 43

Tabel 8 Responden Mengetahui Acara Tersebut Dari... 44

Tabel 9 Konten Program... 45

Tabel 10 Cara Presenter Menyampaikan Konten Program... 46

Tabel 11 Pilihan Stasiun TV... 47

Tabel 12 Jam Tayang... 48

Tabel 13 Target Penonton Dari Program Tersebut... 49

Tabel 14 Kebutuhan Akan Informasi Terpenuhi... 50

Tabel 15 Cara Anda Mengkonsumsi Berita Sepak Bola... 51

Tabel 16 Setelah Menonton Acara Tersebut... 52

Tabel 17 Presenter Dalam Acara Tersebut Adalah... 53

Tabel 18 Presenter Soccer Fever Sangat Mengerti... 54

Tabel 19 Setujukah Anda Dengan Penampilan Presenter... 55

Tabel 20 Presenter Soccer Fever Hanya Mengandalkan... 56

Tabel 21 Bahasa Tubuh Presenter... 57

Tabel 22 Pengetahuan Anda Tentang Sepak Bola Bertambah... 58

Tabel 23 Program Soccer Fever Sesuai Harapan Anda... 59

Tabel 24 Usia * Responden Mengetahui Acara Tersebut Dari... 60

Tabel 25 Jenis Kelamin * Penampilan Presenter... 61


(11)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Program Soccer Fever Trans TV dan Persepsi Milanisti sebuah Studi Korelasional tentang Pengaruh Program Soccer Fever Trans TV terhadap Persepsi

Milanisti Medan. Adapun tujuannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara Program Soccer Fever Trans TV terhadap Persepsi Milanisti Medan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah komunikasi massa dan persepsi. Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh antara program soccer fever trans tv dengan persepsi milanisti

medan.

Metode penelitian ini adalah korelasional yang bertujuan untuk meneliti hubungan antara variabel X dengan Variabel Y. Populasi dari penelitian ini adalah Member dari komunitas Milanisti Medan sebanyak 98 orang. Mengingat jumlah populasi kurang dari 100 orang maka peneliti mengambil semua populasi sebagai sampel. Pengumpulan data penelitian diperoleh melalui studi lapangan melalui teknik survei dengan instrumen kuesioner yang disebarkan kepada responden, wawancara secara singkat dengan responden dan studi kepustakaan. Teknik Analisis data kuantitatif dengan Analisis Tabel tunggal dan Analisis Tabel Silang data yang diperoleh diolah menggunakan SPSS 13.0 for Window dan uji Hipotesis menggunakan Spearman Rho dan Koefisien Korelasi.

Hasil penelitian menunjukan hubungan antara program soccer fever trans tv dengan persepsi milanisti medan menunjukkan angka yang signifikan, yaitu 0,443 karena terletak diantara 0,40 – 0,599 pada skala guilford. Hal ini berarti program soccer fever trans tv membentuk hubungan yang cukup kuat terhadap persepsi milanisti medan. Sementara itu pengaruh antara program soccer fever terhadap persepsi milanisti medan adalah sebesar 19,62. Angka tersebut di peroleh melalui koefisien determinan dengan mengkuadratkan koefisien korelasi dikalikan 100%.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan jaman secara tidak langsung didukung oleh perkembangan media yang digunakan untuk berkomunikasi. Dengan adanya arus informasi dengan menggunakan media komunikasi, maka perkembangan yang ada akan semakin mudah untuk diteruskan hingga kebelahan dunia yang lain. Informasi-informasi maupun peristiwa-peristiwa yang terjadi di penjuru dunia pun dapat diakses dengan mudah.

Pesan komunikasi yang disampaikan melalui media massa adalah terbuka untuk semua orang. Perpaduan antara jumlah komunikan yang besar dalam komunikasi massa dengan keterbukaan dalam memperoleh pesan-pesan komunikasi, erat sekali hubungannya dengan sifat heterogenitas komunikan. Massa dalam komunikasi massa terjadi dari orang-orang yang heterogen yang meliputi penduduk yang bertempat tinggal dalam kondisi yang sangat berbeda, dengan kebudayaan yang beragam, berasal dari berbagai lapisan masyarakat, mempunyai berbagai pekerjaan yang berjenis-jenis, maka oleh karena itu mereka berbeda pula dalam kepentingan, standar hidup, derajat kehormatan, kekuasaan serta pengaruh (Effendy, 1993:81-82).

Seorang komunikator tidak akan dapat mengasumsikan bahwa sebuah pesan akan mempunyai ketepatan makna untuk semua penerima pesan atau terkadang pesan tersebut mempunyai makna yang sama pada semua penerima pesan. Proses menerima dan menafsirkan pesan pada banyak model komunikasi sering disebut penyandian-balik (decoding). Proses ini melibatkan persepsi atau meliputi rangsangan perasaan dan proses informasi selanjutnya.Seseorang berinteraksi dengan orang lain didahului oleh persepsi sosial, yaitu persepsi mengenai orang lain.

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Kemudian penginderaan merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima, yaitu alat indera. Namun proses tidak berhenti pada tahap ini. Pada umumnya,


(13)

stimulus diteruskan oleh saraf sensorik ke otak sebagai pusat susunan saraf dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi, yaitu orang menyadari apa yang diideranya (Walgito, 2007:25).

Komunikasi, dalam sekian banyak bentuknya, memiliki peran dan fungsi yang cukup besar dalam kehidupan manusia. Watzalawick dalam Bradac and Bowers (1980) bahkan mengungkapkan bahwa human being cannot not communicate. Setiap manusia memiliki potensi untuk berkomunikasi satu sama lain saat dia terdiam sekalipun. Komunikasi manusia memiliki beberapa konteks tergantung dari jumlah komunikator, derajat kedekatan fisik, saluran indrawi yang tersedia hingga kesegeraan umpan balik (Cassandra dalam Mulyana, 71;2002).

Salah satu konteks komunikasi ini antara lain adalah komunikasi massa. Cassandra menyebutkan bahwa jika konteks komunikasi massa dibandingkan dengan konteks komunikasi lainnya maka dapat dijelaskan bahwa komunikasi massa merupakan sebuah bentuk komunikasi yang memiliki jumlah komunikator yang paling banyak, derajat kedekatan fisik yang paling rendah, saluran indrawi yang tersedia sangat minimal dan umpan balik yang tertunda(Mulyana, 71;2002).

Komunikasi massa merupakan kegiatan seseorang atau suatu organisasi yang memproduksi serangkaian pesan dengan bantuan mesin untuk disebarkan kepada khalayak banyak yang bersifat anonim, heterogen dan tersebar.Serupa dengan definisi komunikasi massa, karakteristik tentang komunikasi massa pun memiliki banyak versi dari para ahli komunikasi. Elizabeth Noelle Neuman menyebutkan empat tanda pokok dalam komunikasi massa yaitu, komunikasi massa bersifat tidak langsung, komunikasi massa bersifat satu arah, komunikasi massa bersifat terbuka., memiliki publik yang secara geografis tersebar (Rakhmat, 1983 : 92).

Trans TV adalah sebuah stasiun televisi swasta Indonesia mulai secara terrestrial area di Jakarta, yang dimiliki oleh konglomerat Chairul Tanjung. Dengan motto "Milik Kita Bersama", konsep tayang stasiun ini tidak banyak berbeda dengan stasiun swasta lainnya. Trans TV adalah anak perusahaan PT Trans Corporation. Kantor Pusat stasiun ini berada di Studio TransTV, Jalan Kapten Pierre Tendean, Jakarta Selatan.


(14)

Trans TV memperoleh izin siaran didirikan pada tanggal 1 Agustus 1998 Trans TV mulai resmi disiarkan pada 10 November 2001 meski baru terhitung siaran percobaan, Trans TV sudah membangun Stasiun Relai TV-nya di Jakarta dan Bandung. Siaran percobaan dimulai dari seorang presenter yang menyapa pemirsa pukul 19.00 WIB malam. Trans TV kemudian pertama mengudara mulai diluncurkan diresmikan Presiden Megawati Soekarnoputri sejak tanggal 15 Desember 2001 sejak sekitar pukul 19.00 WIB Malam, TRANS TV memulai siaran secara resmi.

Trans TV mempunyai visi untuk menjadi televisi terbaik di Indonesia maupun ASEAN, memberikan hasil usaha yang positif bagi stakeholders, menyampaikan program-program berkualitas, berperilaku berdasarkan nilai-nilai moral budaya kerja yang dapat diterima oleh stakeholders serta mitra kerja, dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan serta kecerdasan masyarakat, dan misinya adalah menjadi wadah gagasan dan aspirasi masyarakat untuk mencerdaskan serta mensejahterakan bangsa, memperkuat persatuan dan menumbuhkan nilai-nilai demokrasi.

Trans Tv mempunyai beberapa program-program tayangan yang mengisi waktu-waktu siaran. Tayangan-tayangan yang disuguhkan oleh Trans TV terdiri dari beberapa jenis, seperti tayangan olahraga, tayangan berita, tayangan entertainment, dan lain sebagainya. Tayangan olahraga yang ada di Trans Tv merupakan salah satu tayangan yang diminati oleh para penonton televisi di seluruh Indonesia. Diantara beberapa tayangan olahraga yang ada di Trans Tv, Soccer Fevermerupakan tayangan yang menayangkan berita-berita olahraga dari dalam dan luar negeri.

Soccer Fever merupakan sebuah acara weekly dari Trans TV, yang di tayangkan setiap hari rabu pukul 02.30 WIB. Acara ini menyiarkan highlight sepak bola yang pandu oleh presenter cantik nan seksi. Tidak seperti beberapa acara highlight sepak bola secara umum, acara ini setiap minggunya di pandu oleh presenter wanita yang berbeda-beda. Para presenter wanita yang ada di Soccer Fever menjadi nilai jual yang baik bagi Trans Tv, karena para presenter tersebut memaparkan berita-berita di Trans Tv dengan menyuguhkan kemolekan tubuh serta wajah yang penuh pesona. Gaya dalam penyampaian berita serta isi berita olahraga yang menarik menjadi perhatian para pecinta olahraga yang menonton program Soccer Fever tersebut. Berita mengenai cabang-cabang olahraga populer yang ada di seluruh dunia dikemas menjadi suatu informasi yang baik dan menarik lalu disuguhkan oleh


(15)

para presenter wanita Soccer Fever yang mempesona sehingga menarik perhatian para penonton.

Berita-berita sepakbola juga menjadi keunggulan berita yang ada di Soccer Fever

karena olahraga sepakbola merupakan olahraga terbesar dan terpopuler di dunia. Para pencinta sepakbola sering menonton Soccer Fever untuk menikmati berita-berita sepakbola dunia. Disamping itu, karena presenter-presenter wanita Soccer Feveryang sangat mempesona, para pecinta sepakbola tertarik dan menyukai acara Soccer Fever. Hal ini merupakan salah satu strategi Trans Tv dalam menarik minat para penonton.

Dewasa ini, banyak anak muda baik pria dan juga wanita menyukai sebuah klub sepak bola. Baik klub yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Sehingga mendorong mereka untuk bergabung di sebuah organisasi yang berlatar belakang klub sepak bola yang mereka suka. Di Indonesia sendiri sudah banyak organisasi – organisasi resmi yang berlatar belakang sebuah klub sepak bola, baik dalam maupun luar negeri. Diantaranya ada BONEK (Suporter Klub PERSEBAYA Surabaya), SMECK (Suporter Klub PSMS Medan), Jack Mania (Suporter Klub PERSIJA Jakarta), Milanisti (Suporter Klub AC Milan Italia), Manchunian (Suporter Klub Manchester United Inggris). Dan masih banyak lagi beberapa organisasi yang berbasis klub sepak bola.

Berikut adalah perbedaan istilah antara penonton sepakbola dengan Suporter sepak bola. Secara Harfiah, istilah “penonton” berasal dari awalan pe- dan kata kerja tonton dalam bahasa indonesia. Awalan pe- dalam hal ini berarti orang yang melakukan pekerjaan sesuai dengan kata kerja. Bila kata kerjanya tonton, maka penonton berarti orang yang menyaksikan suatu pertunjukan atau tontonan.

Sementara itu akar katanya, kata “suporter” berasal dari kata kerja (verb) dalam bahasa inggris to support dan akhiran (suffict) –er. To support artinya mendukung, sedangkan akhiran –er menunjukkan pelaku. Jadi suporter dapat diartikan sebagai orang yang memberikan suport atau dukungan. Dalam pemakaian awam, kedua kata tersebut sering kali saling mengganti dalam pemaknaannya. Makna saling mengganti ini bisa ditemui di tulisan maksum dan ataupun dalam berbagai tulisan di media massa. Penelitian ini memilih kata suporter untuk menjelaskan orang yang menyaksikan maupun memberi dukungan pada tim (Suryanto: 1991).


(16)

Dilihat dari kedua pengertian di atas jelaslah apabila antara ‘penonton’ dan ‘suporter’ memiliki makna yang berbeda, terlebih lagi apabila kata tersebut digunakan dalam persepakbolaan. Penonton adalah orang yang melihat atau menyaksikan pertandingan sepakbola, sehingga bersifat pasif. Sementara suporter adalah orang yang memberikan dukungan, sehingga bersikap aktif. Di lingkungan sepakbola, suporter erat kaitanya dengan dukungan yang dilandasi oleh perasaan cinta dan fanatisme terhadap team.

Terdapat tiga alasan dasar pemakaian istilah penonton pada kajian ini. ‘Penonton’ makna nya lebih luas daripada ‘suporter’,artinya setiap suporter adalah penonton, sebaliknya tidak semua penonton itu suporter, tidak semua ‘suporter’ yang mendukung tim kesayangan dalam suatu pertandingan menggunakan atribut didukungnya, sehingga sulitlah bila mengidentifikasi apakah seseorang sebagai penonton atau sebagai suporter , dan baik penonton maupun suporter juga bisa melakukan tindakan agresi ketika berada dalam suatu situasi dan kondisi lingkungan tertentu (Suryanto, 1996).

Milanisti Indonesia sezione Medan sendiri adalah sebuah organisasi yang berlatar belakang tim sepak bola asal Italia (AC Milan). Semua yang termasuk di dalam organisasi ini adalah suporter dari tim AC Milan. Jumlah suporter yang terdapat di dalam organisasi ini sebanyak 98 orang. Itu semua terdiri dari pria wanita baik masih lajang dan ada juga yang sudah berkeluarga. Yang berdomisili di kota Medan.Karena memiliki jumlah member yang banyak dan termasuk menjadi salah satu Suporter sepak bola dengan anggota paling banyak di kota Medan, Milanisti Indonesia Sezione Medan merupakan salah satu suporter sepakbola yang paling terkenal di Medan. Milanisti Indonesia ini sendiri terbagi dari 63 wilayah (Sezione) di seluruh indonesia. Para suporter Milanisti Medan juga sangat membutuhkan berita-berita yang menarik dan jelas dari berbagai media-media, seperti televisi, internet, koran, majalah, dan sebagainya. Salah satu media yang paling diminati oleh Milanisti Medan adalah media dari televisi. Penyajian berita dari televisi menarik minat para suporter, dikarenakan penyuguhan berita melalui presenter yang mempunyai pesona kecantikan serta ciamik dan baik dalam menyampaikan berita, video-video berita yang bagus, update serta jelas menjadi alasan mengapa para suporter dari Milanisti Medan menyukai program acara


(17)

Dari uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk mengangkat permasalahan ini sebagai suatu penelitian ilmiah yaitu “Bagaimanakah persepsi komunitas Milanisti Medan terhadap representasi perempuan dalam program Soccer FeverTrans TV?”

1.2 Rumusan Masalah

Secara umum masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui “BagaimanakahPersepsi komunitas Milanisti Medan Terhadap pakaian yang digunakan

HostSoccer Fever TransTV?

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti merasa perlu untuk membuat pembatasan masalah yang lebih spesifik dan jelas. Adapun yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Persepsi yang dimaksudkan dalam penelitian ini dibataskan kepada persepsi terhadap pakaian yang digunakan Presenter Soccer Fever Trans TV

2. Program Soccer Fever TransTV dibataskan kepada perempuan yang menjadi PresenterSoccer Fever TransTV

3. Subjek penelitian ini adalah Komunitas Milanisti Medan.

1.4 Tujuan Penelitian.

Secara umum tujuan utama penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan, menjelaskan dan menganalisis Bagaimana Persepsi komunitas Milanisti Medan Terhadap Program Soccer Fever TransTV. Secara Khusus tujuan penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan bagaimana persepsi komunitas Milanisti Medan terhadap presentasi Presenter di Program Soccer FeverTrans Tv.

2. Mendeskripsikan perempuan yang menjadi presenter di Program Soccer Fever

TransTV.

3. Mendeskripsikan Pengaruh Program Soccer Fever Trans TV terhadap Persepsi Milanisti Medan.

1.5 Manfaat Penelitian.


(18)

1. Secara teoretis, penelitian ini berguna bagi pengembangan ilmu komunikasi. Temuan-temuan empiris dari hasil penelitian ini juga menjadi sumbangan berharga sekaligus sebagai pengkayaan materi dalam pengembangan khazanah keilmuan komunikasi.

2. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi bahan masukan informasi tentang sepak bola, kepada Komunitas Milanisti Medan. Dalam upaya menambah pengetahuan tentang sepak bola kepada setiap anggotanya.

3. Penelitian ini juga berguna bagi para peneliti lain yang berminat pada kajian komunikasi massa, terutama relevan dengan variabel-variabel yang dibahas.

1.6 Kerangka Konsep

Jika kita menginformasikan sesuatu mengenai objek tertentu, maka diperlukan suatu standar yang umum atas objek tersebut. Untuk hal ini digunakan konsep. Konsep merupakan sejumlah ciri yang berkaitan dengan suatu objek. Konsep diciptakan dengan menggolongkan dan mengelompokan objek-objek tertentu yang mempunyai ciri yang sama (Umar, 2002: 56). Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Bebas (X)

1. Variabel Bebas ( X )

Variabel independent atau bebas merupakan variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain (Umar, 2002:58). variabel bebas dalam penelitian ini adalah

Soccer Fever Trans TV.

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel X Soccer Fever Trans TV

Variabel Y Persepsi


(19)

Variabel dependent atauterikat merupakan variabel yang dijelaskan atau yang dipengaruhi oleh variabel bebas (Umar, 2002:58). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Persepsi Milanisti Medan.

3. Karakteristik Responden

Karakteristik responden merupakan ciri-ciri daripada responden yang akan dijadikan sampel pada penelitian. Karakteristik tersebut meliputi usia, jenis kelamin, dan lama keanggotaan.

1.7 Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas, maka agar mempermudah penelitian, perlu dibuat operasional variabel-variabel sebagai berikut:

Variabel teoritis pada penelitian ini adalah iklim komunikasi (X) dan tingkat kepuasan (Y). Variabel operasional pada variabel X (persepsi) diklasifikasikan dikarenakan faktor oleh David Krech dan Richard S. Crutchfield. Variabel Y () diklasifikasikan berdasarkan hasil penelitian yang diidentifikasikan oleh berdasarkan pertanyaan yang dibuat dalam berkomunikasi dalam Harold D. Laswell. Pemaparan yang lebih terperinci mengenai variabel teoritis dan variabel operasional pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1

Operasional Variabel

Variabel Teoritis Variabel Operasional

Variabel Bebas (X) Representasi Presenter

1. Who 2. Says what

3. In which channel 4. To whom


(20)

5. With what effect

Variabel Terikat (Y) Persepsi Milanisti

1. Faktor fungsional 2. Faktor struktural 3. Faktor situasional

4. Faktor personal

Karakteristik Responden 1. Usia

2. Jenis Kelamin 3. Lama Keanggotaan

1.8 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut mengenai konsep yang dikelompokan dalam kerangka konsep. Definisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur variabel-variabel. Definisi operasional yang merupakan suatu informasi alamiah yang amat membantu peneliti lain yang akan menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995:46).

1. Variabel bebas (X)yaitu Soccer Fever Trans TV:

1. Who, yaitu presenter sebagai individu yang menjadi penyampai pesan. 2. Says what, yaitu pesan apa yang disampaikan oleh presenter.

3. In which channel, yaitu media televisi (TRANS TV) sebagai media penyalur pesan. 4. To whom, yaitu siapa sasaran yang akan menerima pesan dari presenter tersebut. 5. With what effect, yaitu efek/akibat apa yang terjadi setelah pesan disampaikan.


(21)

2. Variabel Terikat (Y) yaitu persepsi terdiri dari :

1. Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman, masa lalu dan hal-hal lain para suporter.

2. Faktor struktural berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu para suporter.

3. Faktor situasional lebih banyak berkaitan dengan bahasa nonverbal para suporter. 4. Faktor personal terdiri atas pengalaman, motivasi, dan kepribadian para suporter.

Karakteristik responden, terdiri dari:

1. Usia : umur responden pada saat pengisian responden. 2. Jenis kelamin : jenis kelamin responden pada saat pengisiankuesioner.

3. Lama keanggotaan :berapa lama keanggotan responden pada saat pengisian kuesioner.

1.9 Hipotesis

Hipotesis merupakan perkiraan, dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah atau pertanyaan penelitian yang masih perlu diuji kebenarannya karena sifatnya masih dugaan atau jawaban sementara (Kholil, 2006:82). Hipotesis merupakan pernyataan yang bersifat dugaan mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ha : Terdapat pengaruh antara program Soccer Fever di Trans TV terhadap persepsi

Milanisti Medan.

H0 : Tidak Terdapat pengaruh antara program Soccer Fever di Trans TV terhadap


(22)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Ruang Lingkup Komunikasi

Komunikasi secara etimologis berasal dari perkataan latin “communicatio”. Istilah ini bersumber dari perkataan “communis” yang berarti sama; sama di sini maksudnya sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy, 1993:30).

Beberapa pakar menilai bahwa komunikasi merupakan suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang yang hidup bermasyarakat. Suatu teori dasar biologi mengatakan bahwa yang mendorong manusia untuk berkomunikasi adalah kebutuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Harold D.Laswell menyebutkan tiga fungsi yang menyebabkan manusia berkomunikasi, yaitu:

1. Hasrat manusia untuk mengontrol lingkungannya

2. Upaya manusia untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya

3. Upaya untuk melakukan transformasi warisan sosialisasi(Cangara, 2006:2-3). Joseph A.Devitodalam bukunya “Communicologi: An Introduction to The Study of Communication” menjelaskan komunikasi adalah kegiatan yang dilakukan seseorang atau lebih dari kegiatan menyampaikan dan menerima pesankomunikasi yang terganggu keributan, dalam suatu konteks, bersama dengan beberapa efek yang timbul dari kesempatan arus balik (Lubis, 2005:10).

Berikut beberapa defenisi yang dapat dirinci:

1. Miller (1966) menyebutkan komunikasi sebagai suatu hal yang mempunyai pusat perhatian dalam situasi perilaku dimana sumber menyampaikan pesan kepada penerima secara sadar untuk mempengaruhi perilaku.

2. Gerbner (1966) menyebutkan komunikasi adalah interaksi sosial melalui simbol dan sistem pesan.

3. Emery, Ault, dan Agee (1963) menyebutkan bahwa komunikasi diantara manusia merupakan seni menyampaikan informasi, ide, dan tingkah laku dari satu orang ke orang lain(Ardianto, 2007:18-19)

Definisi-definisi yang dikemukakan di atas tentunya belum mewakili semua definisi komunikasi yang telah dibuat oleh banyak pakar, namun sedikit banyaknya kita telah


(23)

memperoleh gambaran seperti apa yang diungkapkan Shannon dan Weaver bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi. Karena itu, jika kita berada dalam suatu situasi berkomunikasi, maka kita memiliki beberapa kesamaan dengan orang lain, seperti kesamaan bahasa atau kesamaan arti dari simbol–simbol yang digunakan dalam berkomunikasi (Cangara, 2006:19-20).

Adapun tujuan dari proses komunikasi yakni:

1. Untuk mengubah sikap (to change the attitude)

2. Untuk mengubah opini dan/pendapat/pandangan (to change the opinion) 3. Untuk mengubah perilaku (to change the behaviour)

4. Untuk mengubah masyarakat (to change the society) Selain itu, komunikasi juga memiliki fungsi:

1. Untuk menginformasikan (to inform) 2. Untuk mendidik (to educate)

3. Untuk menghibur (to entertain)

4. Untuk mempengaruhi (to influence)(Purba.,dkk, 2006:3)

2.1.1 Unsur-unsur Komunikasi

Dari definisi komunikasi yang telah dikemukakan, maka jelas bahwa komunikasi antarmanusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek. Unsur-unsur ini bisa juga disebut komponen atau elemen komunikasi (Cangara, 2006:21).

Claude E. Shannon dan Warren Weaver (1949), dua orang insinyur listrik menyatakan bahwa terjadinya proses komunikasi memerlukan lima unsur yang mendukungnya yaitu pengirim, transmitter, signal, penerima dan tujuan. Awal tahun 1960-an David K. Berlo membuat formula komunikasi yang lebih sederhana. Formula itu dikenal dengan nama “SMCR”, yakni: Source (pengirim), Message (pesan), Channel (saluran-media) dan Receiver (penerima). Kemudian Charles Osgood, Gerald Miller dan Melvin L. De Fleur menambahkan lagi unsur efek dan umpan balik (feedback). Perkembangan terakhir adalah munculnya pandangan dari Joseph de Vito, K. Sereno dan Erika Vora yang menilai faktor lingkungan merupakan unsur yang tidak kalah penting dalam proses komunikasi.


(24)

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur komunikasi adalah sebagai berikut:

1. Pengirim Pesan/Sumber

Pengirim pesan adalah individu atau orang yang mengirim pesan. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi, atau lembaga.

2. Pesan

Pesan adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada si penerima. Pesan ini dapat berupa verbal maupun nonverbal. Pesan secara verbal dapat secara tertulis maupun lisan. Pesan nonverbal dapat berupa isyarat, gerakan badan, ekspresi muka, dan nada suara.

3. Saluran/Media

Saluran atau media adalah jalan/alur yang dilalui pesan dari si pengirim dengan si penerima. Saluran yang biasa dalam komunikasi adalah gelombang cahaya dan

gelombang suara yang dapat kita lihat dan dengar. Media yang dimaksud di sini adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima.

4. Penerima Pesan

Penerima pesan adalah pihak yang menganalisis dan menginterpretasikan isi pesan yang diterimanya. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau negara. Penerima biasa disebut dengan berbagai istilah, seperti khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa Inggris disebut audience

atau receiver. 5. Pengaruh

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang (De Fleur, 1982).


(25)

Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya umpan balik juga berasal dari unsur lain seperti pesan danmedia, meski pesan belum sampai kepada penerima. Misalnya sebuah konsep surat yang memerlukan perubahan sebelum dikirim, atau alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan itu mengalami gangguan sebelum sampai ke tujuan. Hal-hal seperti itu menjadi tanggapan balik yang diterima oleh sumber.

7. Lingkungan

Lingkungan atau situasi ialah faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis, dan dimensi waktu (Cangara, 2006:23-26).

2.2 Komunikasi Massa

Definisi komunikasi massa, merujuk kepada pendapat Tan dan Wright, dalam Liliweri. 1991, merupakan bentuk komunikasi massa yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu (Ardianto, 2004:3).

Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is message communicated through a mass medium to a large number of people). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri ribuan bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa maka itu bukan komunikasi massa (Ardianto, 2004:3).

Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh Gerbner. Menurut Gerbner (1967) “Mass communication is the technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of messages in industrial societies”. (Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri.


(26)

Dari definisi Gerbner tergambar bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jangka waktu yang tetap. Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan oleh perorangan melainkan harus oleh lembaga dan membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri (Ardianto, 2004:4).

Definisi lain pernah dikemukakan oleh Joseph A Devito yakni, “First, mass communication is communication addressed to masses, to an extremely large science. This does not means that the audience includes all people or everyone who reads or everyone who watches televisions; rather it means and audience that is large and generally rather poorly defined. Second, mass communication is communication mediated by audio and/or visual transmitter. Mass communication is perhaps most easily and most logically defined by it forms: television, radio, newspaper, magazines, films, and tapes”.

Jika diterjemahkan berarti, “Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini tidak berarti pula bahwa khalayak itu lebih besar dan pada umumnya agak sukar didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disampaikan oleh pemancar-pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya; televisi, radio, surat kabar, majalah, buku, film, dan sebagainya (Nurudin, 2004:10-11).

Komunikasi massa memiliki ciri-ciri tersendiri, dilihat dari sifat pesannya terbuka dengan khalayak yang variatif, baik dari segi usia, agama, suku, pekerjaan maupun dari segi kebutuhan. Pesan komunikasi massa berlangsung satu arah dan tanggapan baliknya lambat (tertunda) dan sangat terbatas, sedangkan dari sifat penyebarannya pesan melalui media massa berlangsung begitu cepat, serempak, dan luas (Cangara, 2003:27).

2.2.1 Unsur-unsur Komunikasi Massa

Komunikasi massa terdiri atas unsur-unsur sumber (source), pesan (message), saluran (channel), dan penerima (receiver) serta efek (effect). Harold D. Laswell mengatakan untuk memahami komunikasi massa dapat dipahami dengan bentuk pertanyaan yang dibuatnya, who says what in which channel to whom and with what effect:


(27)

Sumber utama dalam komunikasi massa adalah lembaga, organisasi atau orang yang bekerja dengan fasilitas lembaga. Lembaga yang dimaksudkan adalah surat kabar, stasiun radio, televisi, studio film, penerbit buku dan majalah.

2. Says what (pesan)

Organisasi memiliki rasio keluaran yang tinggi atas masukannya dan sanggup melakukan encode terhadap pesan-pesan yang sama pada saat bersamaan. Pesan dalam komunikasi massa dapat diproduksi dalam jumlah yang besar dan menjangkau audiens yang jumlahnya cukup banyak.

3. In which channel (saluran)

Menyangkut pada peralatan mekanik yang digunakan untuk menyebarluaskan pesan-pesan komunikasi massa. Media itu bisa berupa televisi, surat kabar, majalah, radio, film dan internet.

4. To whom (penerima atau mass audience)

Unsur ini menyangkut sasaran komunikasi massa. Menurut Charles Wright, ada tiga karakteristik audiens, yaitu: (1) large, dimana besarnya mass audience yang

relatif dan menyebar di berbagai lokasi tidak dilakukan dengan tatap muka dan tidak terikat di tempat yang sama; (2) heterogen, dalam hal ini diartikan sebagai semua lapisan masyarakat dengan berbagai keanekaragamannya; dan (3) anonim diartikan sebagai anggota-anggota dari mass audience, pada umumnya tidak

saling mengenal secara pribadi dengan komunikator. 5. With what effect (unsur efek atau akibat)

Dalam komunikasi massa, jumlah umpan balik relatif sangat kecil dibandingkan dengan jumlah khalayak secara keseluruhan yang merupakan sasaran komunikasi massa dan sering tidak mewakili seluruh khalayak. Oleh karena itu, pengetahuan mass communication atau mass audience sangat terbatas dan cenderung terlambat atau delayed (Ardianto, 2004:33-34).

2.2.2 Fungsi Komunikasi Massa

Sean Mac Bride, ketua komisi masalah-masalah komunikasi UNESCO (1980) mengemukakan bahwa komunikasi massa dapat berfungsi sebagai:

1. Informasi, yakni kegiatan untuk mengumpulkan, menyimpan data, fakta, dan pesan, opini dan komentar, sehingga orang bisa mengetahui keadaan yang terjadi di luar dirinya.


(28)

2. Sosialisasi, yakni menyediakan dan mengajarkan ilmu pengetahuan bagaimana orang bersikap sesuai nilai-nilai yang ada, serta bertindak sebagai anggota masyarakat secara efektif.

3. Motivasi, yakni dorongan orang untuk mengikuti kemajuan orang lain melalui apa yang mereka baca, lihat, dengar dari media massa.

4. Bahan diskusi, yakni menyediakan informasi sebagai bahan diskusi untuk mencapai persetujuan dalam hal perbedaan pendapat mengenai hal-hal yang menyangkut orang banyak.

5. Pendidikan, yakni membuka kesempatan untuk memperoleh pendidikan secara luas, baik untuk pendidikan formal maupun non formal.

6. Memajukan kebudayaan, yakni menyebarluaskan hasil-hasil kebudayaan melalui pertukaran program siaran.

7. Hiburan, yakni media massa memberikan situasi yang menyenangkan atau hiburan bagi khalayaknya. Karena salah satu kebutuhan manusia adalah mendapatkan hiburan yang cukup.

8. Integrasi, yakni menjembatani perbedaan-perbedaan dari khalayak di seluruh tempat (Effendy, 2004: 27-28).

Adapun fungsi komunikasi massa menurut Wilbur Schramm adalah komunikasi massa berfungsi sebagai decoder, interpreter dan encoder. Komunikasi massa men-decode lingkungan sekitar untuk kita, mengawasi kemungkinan timbulnya bahaya, mengawasi terjadinya persetujuan dan juga efek-efek dari hiburan. Komunikasi massa menginterpretasikan hal-hal yang di-decode sehingga dapat mengambil kebijakan terhadap efek, menjaga berlangsungnya interaksi serta membantu anggota-anggota masyarakat menikmati kehidupan. Komunikasi massa juga meng-encode pesan-pesan yang memelihara hubungan kita dengan masyarakat lain serta menyampaikan kebudayaan baru kepada anggota-anggota masyarakat. Peluang ini dimungkinkan karena komunikasi massa mempunyai kemampuan memperluas pandangan, pendengaran dalam jarak yang hampir tidak terbatas, dan dapat melipatgandakan suara dan kata-kata secara luas. Pendapat Schramm pada dasarnya tidak berbeda dengan pendapat Harold D. Lasswell yang menyebutkan fungsi-fungsi komunikasi massa sebagai berikut.


(29)

Fungsinya sebagai pengamatan lingkungan, yang oleh Schramm disebu sebagai decoder yang menjalankan fungsi the watcher.

2. Correlation of the parts of society in responding to the enviroment

Fungsinya menghubungkan bagian-bagian dari masyarakat agar sesuai dengan lingkungan. Schramm menamakan fungsi ini sebagai interpreter yang melakukan fungsi the forum.

3. Transmission of the social heritage from one generation to the next

Fungsinya penerusan atau pewarisan sosial dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Schramm menamakan fungsi ini sebagai encoder yang menjalankan fungsi the teacher.

Charles R. Wright menambahkan fungsi keempat yaitu entertaiment dan ia memberikan penjelasan keempat fungsi itu sebagai berikut.

1. Surveillance

Menunjuk pada fungsi pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai kejadian-kejadian dalam lingkungan, baik di luar maupun di dalam masyarakat. Fungsi ini berhubungan dengan apa yang disebut handling of news.

2. Correlation

Meliputi fungsi interpretasi pesan yang menyangkut lingkungan dan tingkah laku tertentu dalam mereaksi kejadian-kejadian. Untuk sebagian, fungsi ini diidentifikasikan sebagai fungsi editorial atau propaganda.

3. Transmission

Menunjuk pada fungsi mengkomunikasikan informasi, nilai-nilai dan norma-norma sosial budaya dari satu generasi ke generasi yang lain atau dari anggota-anggota suatu masyarakat kepada pendatang baru. Fungsi ini diidentifikasikan sebagai fungsi pendidikan.

4. Entertainment

Menunjuk pada kegiatan-kegiatan komunikatif yang dimaksudkan untukmemberikan hiburan tanpa mengharapkan efek-efek tertentu (Wiryanto, 2003:10-12).


(30)

2.3 Media Massa

Dalam masalah berkomunikasi, terlihat pergeseran yang mencolok. Kalau dahulunya dalam berkomunikasi mengandalkan tatap muka dan komunikasi kelompok sebagai pola komunikasi, dengan perkembangan teknologi komunikasi yang kian pesat maka peralatan modern menjadi andalan untuk mendukung proses komunikasi tersebut. Suatu kenyataan yang tidak terbantahkan dan sangat mempengaruhi proses komunikasi dalam masyarakat modern sekarang ini adalah keberadaan media massa. Media massa telah menjadi fenomena tersendiri dalam proses komunikasi massa dewasa ini. Bahkan ketergantungan manusia pada media massa sudah sedemikian besar. Ketergantungan yang tinggi pada media tersebut akan mendudukkan media sebagai alat yang ikut membentuk apa dan bagaimana masyarakat (Nurudin, 2007:33-340).

Media yang sering dimaksudkan dalam proses komunikasi massa disebut dengan media massa, yang memiliki ciri khas mempunyai kemampuan untuk memikat perhatian khalayak secara serempak (simultaneous) dan serentak (instantanenous). Media massa inilah pada akhirnya sering menimbulkan masalah dalam kehidupan manusia. Sifat media yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan komunikasi massa harus benar-benar mendapat perhatian, karena erat sekali kaitannya dengan khalayak yang diterpa (Ardianto, 2004:39).

Media massa mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut (Mc.Quail, 1991:3):

1. Media merupakan produksi yang berubah dan berkembang yang menciptakan lapangan kerja, barang dan jasa serta menghidupkan industri lain yang terkait. Media juga merupakan industri tersendiri yang memiliki peraturan dan norma-norma yang menghubungkan institusi tersebut dengan masyarakat dan institusi sosial lainnya.

2. Media massa merupakan sumber kekuatan sebagai alat kontrol, manajemen dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lain.

3. Media merupakan lokasi (forum) yang semakin berkembang, untuk menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional maupun internasional.


(31)

4. Media sering kali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan, bukan saja dalam pengertian perkembangan untuk seni atau simbol, tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata cara, mode, gaya hidup, dan norma-norma.

5. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif. Media menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan.

Media massa sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia karena media massa yang merupakan hasil kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih bisa meningkatkan intensitas, kecepatan, dan jangkauan komunikasi dengan pengaruh sosial yang cukup besar. Dengan adanya alat-alat komunikasi massa yang canggih, maka alat-alat tersebut tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sekarang ini.

Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak, sedangkan massa jika diartikan dalam konotasi negatif merupakan kerumunan ataupun sekumpulan orang banyak yang biasanya jumlahnya tidak teratur. Media merupakan saluran yang dimanfaatkanuntuk mengendalikan arah dan memberikan dorongan terhadap perubahan sosial. Media melakukan banyak cara untuk menghubungkannya dengan realitas kehidupan kita (McQuail, 1996:53).

Media massa merupakan saluran yang dihasilkan oleh teknologi modern. Hal ini perlu ditekankan sebab ada media yang bukan media massa yakni media tradisional seperti kentongan, angklung, gamelan, dan lain-lain. Jadi, di sini jelas media massa menunjuk pada hasil produksi teknologi modern sebagai saluran dalam komunikasi massa (Nurudin, 2007:4).

2.3.1 Karakteristik Media Massa

Karakteristik media massa (Cangara, 2006:122) adalah:

1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada penyajian informasi. 2. Bersifat satu arah, artinya komunikasi dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Kalaupun ada terjadi reaksi atau umpan balik, biasanya memerlukan waktu dan tertunda.


(32)

3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena ia memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, di mana informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang pada saat yang sama.

4. Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi, surat kabar, dan semacamnya.

5. Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan di mana saja tanpa mengenal usia, jenis kelamin, dan suku bangsa.

2.3.2 Peranan Media Massa

Media massa adalah institusi yang berperan sebagai agent of change yaitu sebagai institusi pelopor perubahan. Ini adalah paradigma utama media massa. Dalam menjalankan paradigmanya media massa berperan:

1. Sebagai institusi pencerahan massa, perannya sebagai media edukasi. Media massa menjadi media yang setiap saat mendidik masyarakat supaya cerdas, terbentuk pikirannya dan menjadi masyarakat maju.

2. Selain itu, media massa juga menjadi media informasi, yaitu media yang setiap saat menyampaikan informasi kepada masyarakat. Dengan informasi yang terbuka dan jujur dan benar disampaikan media massa kepada masyarakat. Maka masyarakat akan menjadi masyarakat yang terbuka dengan informasi, sebaliknya pula masyarakat akan menjadi mssyarakat informatif, masyarakat yang dapat menyampaikan informasi-informasi dengan jujur kepada media massa. Selain itu, informasi yang banyak dimiliki oleh masyarakat, menjadikan masyarakat sebagai masyarakat dunia yang dapat berpartisipasi dengan berbagai kemampuan.

3. Terakhir media massa sebagai media hiburan. Sebagai agent of change, media massa juga menjadi institusi budaya, yaitu institusi yang setiap saat menjadi corong kebudayaan, katalisator perkembangan budaya. Sebagai agen of change yang dimaksud adalah yang mendorong agar perkembangan budaya itu bermanfaat bagi manusia bermoral dan masyarakat sakinah, dengan demikian media massa juga berperan untuk mencegah berkembangnya budaya-budaya yang justrumerusak


(33)

Kehadiran media massa untuk mempengaruhi pemikiran dan tindakan khalayak tidak hanya menjadi wacana belaka. Seluruh aspek termasuk budaya, sosial dan politik dipengaruhi oleh media. Media membentuk kristalisasi opini publik untuk membawanya pada perubahan yang signifikan dan instan terhadap suatu tindakan tertentu. Walaupun terkadang kekuatan media massa hanya sampai pada ranah sikap.

Sedangkan Dominick (2000) menyebutkan tentang dampak komunikasi massa pada pengetahuan, persepsi dan sikap orang-orang. Media massa terutama televisi, yang menjadi agen sosialisasi (penyebaran nilai-nilai) memainkan peranan penting dalam transmisi sikap, persepsi dan kepercayaan (Ardianto, 2004:57-58).

2.4 Persepsi

Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa Inggris perception berasal dari bahasa Latin perception, dari percipere, yang artinya menerima atau mengambil (Sobur, 2003:445).

Persepsi pada dasarnya merupakan suatu proses yang terjadi dalam pengamatan seseorang terhadap orang lain. Pemahaman terhadap suatu informasi yang disampaikan oleh orang lain yang sedang saling berkomunikasi, berhubungan atau bekerjasama, jadi setiap orang tidak terlepas dari proses persepsi.

Persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Sobur, 2003:445).

Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih,

mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita (Mulyana, 2007:179).

Definisi lain tentang persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi, menafsirkan pesan. Persepsi memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli) (Rakhmat, 2001:57).

Lahlry (1991) mendefinisikan persepsi sebagai proses yang kita gunakan untuk menginterpretasikan data-data sensoris. Data-data sensoris sampai kepada kita melalui lima indera kita (Severin, 2005:83).

Menurut Mc Mahon (Isbandi, 1994:55), persepsi diartikan sebagai proses menginterpretasikan rangsangan (input) dengan menggunakan alat penerima informasi (sensory information).


(34)

Mergen, King & Robinson (Isbandi, 1994:55), persepsi menunjuk pada bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan, mengecap, dan mencium dunia sekitar kita. Dengan kata lain, persepsi dapat pula didefinisikan sebagai sesuatu yang dialami oleh manusia.

William James (Isbandi, 1994:55), menambahkan bahwa persepsi terbentuk atas dasar data-data yang kita peroleh atau pengolahan ingatan (memory) kita diolah kembali berdasarkan pengalaman yang kita miliki.

Menurut Hindle & Thomas (dikutip dari Isbandi, 1994:58) memberikan definisi bahwa persepsi diartikan sebagai suatu proses dimana seseorang menerima, memilih atau menafsirkan informasi.

Kimbal Young mengatakan, “Persepsi adalah sesuatu yang menunjukkan aktivitas merasakan, menginterpretasikan dan memahami objek baik fisik maupun sosial ” (Wagito, 1986:89). Definisi ini menekankan bahwa persepsi akan timbul setelah seseorang atau sekelompok orang terlebih dahulu merasakan kehadiran suatu objek dan setelah dirasakan akan menginterpretasikan objek yang dirasakan tersebut.

Pendapat Young ini sejalan dengan William James (dalam Adi, 1994:55) yang mengatakan bahwa persepsi terbentuk atas dasar data-data yang kita prosesdari lingkungan yang diserap oleh indera kita serta sebagian lainnya diperoleh kembali berdasarkan pengalaman yang kita miliki.

Sementara Joseph A. Devito mendefinisikan persepsi sebagai proses yang menjadikan kita sadar akan banyaknya yang mempengaruhi indera kita(Mulyana, 2007:180).Brian Fellows juga mendefinisikan persepsi sebagai proses yang memungkinkan kita memperoleh kesadaran menerima dan menganalisis informasi (Mulyana, 2007:180).

Dari uraian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu hal penting yang dialami oleh setiap orang. Setiap orang akan menerima segala sesuatu berupa informasi ataupun segala rangsangan yang datang dari lingkungannya, dalam batas-batas kemampuannya, segala rangsangan yang diterimanya tersebut diolah, selanjutnya diproses.

2.4.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi seseorang tidak timbul begitu saja, tentu ada faktor-faktor yang mempengaruhinya. David Krech dan Richard S. Crutchfield (1977) (dalam Rakhmat, 2001:58) menyebutnya sebagai faktor fungsional, faktor struktural, faktor situasional, dan faktor personal.

1. Faktor Fungsional

Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman, masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Yang menentukan


(35)

persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang

memberikan respons pada stimuli itu. Dari sisi Krech dan Crutchfield merumuskan dalil persepsi yang pertama, yaitu: persepsi bersifat selektif. Ini berarti bahwa objek-objek yang mendapat tekanan dalam persepsi kita biasanya objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.

2. Faktor Struktural

Faktor struktural berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu. Dari sini Krech dan Cruthfield melahirkan dalil persepsi yang kedua, yaitu medan perseptual dan kognitif selalu

diorganisasikan dan diberi arti. 3 Faktor Situasional

Faktor ini banyak berkaitan dengan bahasa nonverbal. Petunjuk proksemik, petunjuk kinesik, petunjuk wajah, petunjuk paralinguistik adalah beberapa dari faktor-faktor situasional yang mempengaruhi.

4. Faktor personal

Faktor personal terdiri atas pengalaman, motivasi, dan kepribadian. Pengalaman bertambah melalui rangkaian peristiwa yang pernah dihadapi. Sementara motivasi adalah faktor yang mempengaruhi stimuli yang akan diproses. Sedangkan kepribadian adalah ragam pola tingkah laku dan pikiran yang memiliki pola tetap yang dapat dibedakan dari orang lain yang merupakan karakteristik seorang individu.

Persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi, yang identik dengan penyandian-penyandian balik (decoding) dalam proses komunikasi (Mulyana, 2007:170). Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antarindividu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagaI konsekuensinya, semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas (Mulyana, 2007:180).


(36)

Sejalan dengan ini, Kasali (1994:23) mengemukakan faktor-faktor yang juga menentukan persepsi, yaitu:

a) Latar belakang budaya b) Pengalaman masa lalu c) Nilai-nilai yang dianut

d) Berita-berita yang berkembang

Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya, Psikologi Komunikasi (2005), mengungkapkan bahwa persepsi dipengaruhi oleh faktor struktural yang berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkan pada sistem saraf individu dan faktor fungsional yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal-hal lain yang termasuk faktor personal.

Dalam Sobur (2003:446), dijelaskan bahwa dalam persepsi terdapat tiga komponen utama yaitu:

1. Seleksi, adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

2. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Sejalan dengan pendapat Renan Khasali, menurut Sobur interpretasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi kepribadian dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana.

3. Reaksi, yaitu persepsi yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi.


(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penjelasan secara keseluruhan mengenai Komunitas Milanisti Medan diperoleh melalui data yang bersumber dari wawancara beberapa pengurus pada tanggal 17 November 2013, berikut pemaparannya.

3.1.1 Sejarah Komunitas Milanisti Medan

Milanisti Indonesia sezione Medan sendiri adalah sebuah komunitas yang berlatar belakang tim sepak bola asal Italia (AC Milan). Semua yang termasuk di dalam organisasi ini adalah suporter dari tim AC Milan. Jumlah suporter yang terdapat di dalam organisasi ini sebanyak 98 orang. Itu semua terdiri dari pria wanita baik masih lajang dan ada juga yang sudah berkeluarga. Yang berdomisili di kota Medan.

Didirikan pada tanggal 28 Mei 2010, Milanisti Medan berawal dari pertemanan di Media Sosial facebook. Melalui media sosial ini ahirnya mereka mengadakan kopi darat sehingga terbentuk Milanisti Medan.

3.1.2 Visi Komunitas Milanisti Medan

Menjadikan komunitas pendukung Ac Milan Terbesar di Kota Medan. Dan membangun wadah bagi para pecinta Ac Milan khususnya di kota Medan. Memberi kontribusi dukungan yang terbaik bagi klub Ac Milan di wilayah kota Medan. Menumbuhkan nilai-nilai sosial dan kepedulian terhadap masyarakat.

3.1.3 Misi Komunitas Milanisti Medan

Berdasarkan visi di atas, maka Komunitas Milanisti Medan mengemban misi: a. Sarana berkumpulnya seluruh Milanisti yang tersebar di Kota Medan.

b. Menjunjung tinggi dan mensosialisasikan nilai-nilai sprtifitas dan menghindari konflik serta kerugian bagi pihak lain.

c. Menciptakan wadah berkarya pendukung Ac Milan di wilayah Kota Medan dan sekitar.


(38)

3.1.4 Tujuan Komunitas Milanisti Medan.

Komunitas Milanisti Medan bertujuan untuk:

a. Menciptakan fanbase bagi seluruh masyarakat yang memiliki kecintaan yang sama dengan Ac Milan khususnya di kota Medan.

b. Mengorganisir segala macam kegiatan yang di lakukan oleh member Milanisti Medan.

c. Menciptakan wadah bagi masyarakat yang menyukai Ac Milan, untuk berbagi informasi tentang klub sepak bola yang mereka cintai khususnya Ac Milan.

3.1.5 Struktur Kepemimpinan Komunitas Milanisti Medan

Di dalam sebuah komunitas yang teroganisir, sudah sepantasnya ada beberapa pengurus yang menjalankan visi misi dan tujuan dibangunnya komunitas tersebut. Berikut adalah struktur kepemimpinan Komunitas Milanisti Medan:

Pengurus

o Ketua : Jumi Subagus Ramot Tua Sitompul

o Wakil Ketua : Rasmadin Bangun

o Sekertaris : Suwito Martin

o Bendahara : Tasya Sabrina

Divisi

o Membership : Rahmad Fadhlan

o Humas : Bobby Siagian

o Event : Apandi & Hendra

o Futsal : Zul Iskandar & Nugie

o Nonton Bareng : Sugenk

o Koreo &Chant : Paian Gogma RR Pasaribu

o Dokumentasi : Harris Wianda & Daniel Ginting

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode korelasional yang bertujuan untuk meneliti hubungan antara variabel X dengan variabel Y. Variabel X dalam penelitian ini adalah Program Soccer Fever TransTV dan variabel Y adalah persepsi.


(39)

3.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian, dapat berupa manusia, wilayah geografis, waktu, organisasi, kelompok, lembaga, buku, surat kabar, majalah dan sebagainya, populasi bukan sekedar jumlah yang ada pada objek, tetapi meliputi seluruh karakteristik yang dimiliki objek yang diteliti (Kholil, 2006:68).

Populasi dalam penelitian ini adalah para member di komunitas Milanisti Medan. Berdasarkan data yang diperoleh mahasiswa yang akan dijadikan responden sebanyak 98 orang.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti dengan menggunakan cara-cara tertentu. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi/total sampling (Arikunto, 1998:117). Mengingat jumlah populasi kurang dari 100 orang, maka peneliti mengambil keseluruhan populasi sebagai sampel penelitian (total sampling,). Dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 98 orang.

3.2.3 Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling,

yaitu mengambil keseluruhan populasi sebagai sampel. Karena jumlah populasi adalah di bawah 100 orang.

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: a. Penelitian Lapangan


(40)

Pengumpulan data yang dilakukan di lapangan dengan menggunakan instrument atau alat, yaitu kuesioner atau daftar pertanyaan. Kuesioner berisi sejumlah pertanyaan tertulis yang akan dijawab oleh responden juga secara tertulis.

b. Wawancara

Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menanyakan beberapa pertanyaan yang dianggap penting, untuk mendukung beberapa pertanyaan yang ada di kuisioner

c. Penelitian Kepustakaan

Penelitian ini dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literatur sumber bacaan yang relevan dan mendukung kegiatan penelitian. Dalam hal ini, kepustakan dilakukan melalui buku, laporan penelitian terdahulu, jurnal dan sebagainya

3.2.5 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih muda dibaca dan diimplementasikan (Singarimbun, 1987: 263). Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dalam beberapa tahapan yaitu:

1. Analisis Tabel Tunggal

Analisis tabel tunggal merupkan analisis yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel ke dalam beberapa kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Analisis ini langkah awal dalam menganalisis data yang terdiri dari kolom, yaitu jumlah frekuensi dan persentasi untuk setiap kategori (Singarimbun, 1987: 267).


(41)

2. Analisis Tabel Silang

Anaisis tabel silang merupakan teknik yang digunakan guna menganalisis dan mengetahui variabel yang satu memiliki hubungan dengan variabel lain, kemudian dapat diketahui nilai positif atau negative pada variabel tersebut (Singarimbun, 1987: 273).

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis adalah pengujian data statistik untuk mengetahui data hipotesis yang di ajukan dapat diterima atau ditolak. Dalam rumus Spearman (Spearman’s Rho Rank – Order Correlation) data dari variabel yang diteliti harus ditetapkan peringkatnya dari yang terkecil sampai yang terbesar (Krisyantono, 2006:174)

Rumus koefisien korelasinya adalah:

Rumus untuk koefisien korelasinya adalah sebagai berikut:

∑ ∑

∑ ∑ ∑

+ − = 2 2 2

2 x y

di y

x rs

Jika di melambangkan pangkat bagi pengamatan xidanyimaka:

= − − Tx

N N N x 3 2

= − − Ty

N N N y 3 2 Keterangan: s

r : Koefisien korelasi spearman N : Jumlah responden


(42)

y

x, : Skor mentah variabel x dan y

T : Berangka sama yaitu 2 dan mempunyai variabel yang sama

di : xiyi1

Selanjutnya untuk mengukur kuat-lemahnya korelasi digunakan skala Guilford,2

, 0 < s r sebagai berikut:

<0, 20 = Hubungan rendah sekali

0, 20 – 0, 40 = Hubungan rendah tapi pasti

0, 40 – 0, 70 = Hubungan cukup berarti

0, 70 – 0, 90 = Hubungan yang tinggi

>0, 90 = Hubungan kuat sekali, sangat tinggi dan bisa diandalkan.

“Spearman” Rho koefisien adalah metode analisa data untuk melihat hubungan antara dua variabel yang sebaran datanya tidak diketahui dengan menggunakan skala ordinal.

Jika maka hipotesis ditolak.

Jikars >0,maka hipotesis diterima.

Untuk melihat tingkat signifikan korelasi, digunakan rumus ttestkarena jumlah sampel

lebih dari 50 orang.

2 1 2 s s r N r t − − = , hitung tabel t


(43)

,

hitung tabel t

t > maka hubungan tidak signifikan

Tabel 2

Pedoman untuk pemberian interpretasi koefisien korelasi

INTERVAL KOEFISIEN TINGKAT HUBUNGAN

0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat

a. Koefisien Determinan

Teknik ini digunakan untuk mengetahui berapa persen besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Perhitungan dilakukan dengan mengkuadratkan nilai Koefisien Korelasi Product Moment (���) dan dikalikan dengan 100%.

KD = ( ��� )2 x 100% Keterangan :

KD = Koefisien Determinan


(44)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Deskriptif

Analisis dekriptif merupakan analisis yang dilakukan dengan cara membagi variabel ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Analisis ini terdiri dari beberapa kolom frekuensi. Data yang disajikan dan dibahas dalam tabel tunggal penelitian ini masing-masing sebagai berikut:

Tabel 3 Usia

Frequency Percent

< 17 thn 3 3.1

17-25 thn 71 72.4

26-34 thn 24 24.5

Total 98 100.0

Tabel 3 menunjukan bahwa dari 98 responden diketahui, yang paling banyak responden adalah usia 17-25 tahun yakni 71 responden ( 72,4% ), dan usia 26-34 tahun yakni 24 responden ( 24,5% ). Hanya 3 responden saja yang berusia <17 tahun ( 3,1% ). Dari uraian ini dapat dilihat bahwa member Milanisti medan didominasi oleh usia 17-25 tahun yang berarti bahwa member

Milanisti Medan sangat sesuai untuk dijadikan responden mengingat usia mereka yang sangat produktif dalam berinteraksi yang merupakan awal mula pembentukan persepsi


(45)

Tabel 4 Jenis Kelamin

Frequency Percent

Perempuan 10 10.2

Laki-laki 88 89.8

Total 98 100.0

Tabel 4 menunjukan bahwa dari 98 responden diketahui, yang paling dominan adalah laki-laki yakni 88 responden ( 89,8% ), sementara itu perempuan berjumlah 10 responden ( 10,2% ). Dilihat dari jumlahnya yang lebih dominan laki-laki sedikit banyaknya memiliki kemungkinan yang cukup besar dalam membentuk persepsi. Apa lagi presenter yang membawakan program soccer fever Trans Tv ini adalah perempuan, apakah nantinya jumlah laki-laki yang dominan ini dapat menarik minat mereka untuk menonton acara ini lebih sering, sehingga persepsinya berbeda.

Tabel 5 Lama Keanggotaan

Frequency Percent

< 1 thn 34 34.7

1 - 2 thn 32 32.7

2 - 3 thn 32 32.7


(46)

Tabel 5 menunjukan bahwa dari 98 responden diketahui, bahwa member yang dominan adalah member yang baru bergabung < 1 tahun yaitu 34 orang (34,7%) sedangkan member yang sudah bergabung 1 – 2 tahun jumlahnya sama dengan yang sudah bergabung 2 – 3 tahun yaitu 32 orang (32,7%). Dapat di simpulkan bahwa lama keanggotaan member merata jumlahnya sehingga sangat di mungkinkan untuk membangun sebuah persepsi.

Tabel 6

Frekwensi Menonton dalam 1 bulan

Frequency Percent

1 kali 19 19.4

2 kali 31 31.6

3 kali 29 29.6

4 kali 19 19.4

Total 98 100.0

Tabel 6 menunjukan bahwa dari 98 responden diketahui, bahwa frekwensi menonton responden di dominasi oleh member yang dalam sebulan menonton acara tersebut sebanyak 2 kali yaitu 31 responden (31,6%), diikuti oleh 29 responden (29,3%) yang menonton sebanyak 3 kali dalam sebulan dan berikutnya responden yang hanya menonton 1 kali dalam sebulan sama banyaknya dengan responden yang menonton 4 kali dalam sebulan yaitu 19 responden (19,4%). Hal ini menunjukkan bahwa hampir seluruh responden pernah menonton program ini, sehingga akan bisa membangun sebuah persepsi.

Lahlry (1991) mendefinisikan persepsi sebagai proses yang kita gunakan untuk menginterpestasikan data-data sensoris. Data-data sensoris sampai kepada kita melalui lima indra kita (Severin, 2005:83). Termasuk mata kita, apakah dengan seringnya responden menonton akan menimbulkan persepsi yang berbeda pula, atau malah sebaliknya.


(47)

Tabel 7

Responden mengetahui nama presenter

Frequency Percent

Tidak tahu 19 19.4

Kurang tahu 49 50.0

tahu 25 25.5

Sangat tahu 5 5.1

Total 98 100.0

Tabel 7 menunjukan bahwa dari 98 responden diketahui, bahwa sebanyak 49 responden (50%) kurang tahu nama presenter yang membawakan program soccer fever, sedangkan 25 responden (25,5%) mengetahui nama presenter yang membawakan acara tersebut. 19 responden (19,4%) merasa tidak tahu sama sekali nama presenter dan 5 responden (5,1%) lainnya mengaku sangat tahu nama presenter acara soccer fever. Dari banyaknya responden yang tidak mengetahui nama presenter hal ini terbilang wajar, karena program soccer fever Trans Tv tidak mempunyai presenter tetep di setiap minggu. Hampir setiap episodenya presenternya selalu beda, sehingga membuat responden sulit untuk ingat nama presenternya.

Tabel 8

Responden mengetahui acara tersebut dari

Frequency Percent

Keluarga Media Sosial

0 30

0 30.6

iklan 50 51.0

Teman 18 18.4


(48)

Tabel 8 menunjukan bahwa dari 98 responden diketahui, bahwa iklan mendominasi responden dalam cara mengetahui program tersebut dari mana melalui iklan 50 responden (51%) mengetahui acara tersebut, media sosial 30 responden (30,6%) sementara 18 responden lain nya (18,4%) mengetahui program tersebut dari teman. Media televisi adalah sebuah media yang menampilkan sesuatu secara visual. Seperti yang kita ketahui bahwa manusia lebih tertarik dengan sesuatu yang di tampilkan secara visual dari pada cetak. Hal ini yang membuat responden lebih tertarik menonton acara soccer fever ketika iklan acara tersebut tayang di televisi.

Tabel 9 Konten Program

Frequency Percent

Sangat Buruk 1 1.0

Buruk 7 7.1

Baik 78 79.6

Sangat Baik 12 12.2

Total 98 100.0

Tabel 9 menunjukan bahwa dari 98 responden diketahui, sebagian besar responden menganggap konten program soccer fever ini baik yaitu 78 responden (79,6%) sementara 12 responden (12,2%) menggangap konten program Sangat Baik. Hanya beberapa saja responden yang menggangap program ini buruk yaitu 7 responden (7,1%) sementara hanya 1 responden (1%) saja yang menggangap sangat buruk. Pada dasarnya tayangan program soccer fever ini adalah tayangan seputar sepak bola, tetapi sesuai dengan pembatasan masalah yang hanya dibataskan kepada presenter soccer fever trans tv. Peneliti tidak begitu membahas lebih jauh tentang konten program yang ada, tetapi peneliti ingin tahu, menurut responden bagaimana konten program ini secara keseluruhan.


(49)

Tabel 10

Cara Presenter menyampaikan konten program

Frequency Percent

Sangat Buruk 7 7.1

baik 75 76.5

Buruk 14 14.3

Sangat Baik 2 2.0

Total 98 100.0

Tabel 10 menunjukan bahwa dari 98 responden diketahui, sebagian besar responden menggangap cara presenter menyampaikan konten program baik yaitu 75 responden (76,5%) dan 2 responden (2%) lainnya mengganggap presenter sangat baik dalam menyampaikan program. Walaupun begitu 14 responden (14,3%) menganggap buruk, dan 7 responden (7,1%) lainnya menganggap sangat buruk. Seorang wanita biasanya tidak begitu paham akan sepak bola, tetapi menurut para responden presenter soccer fever cukup baik dalam menyampaikan konten programnya. Hal ini tidak terlepas dari tim kreatif Trans Tv yang begitu baik dalam menyampaikan pesan kepada presenter, sehingga presenter mampu menyampaikan konten itu dengan baik kepada penonton.

Tabel 11 Pilihan Stasiun TV

Frequency Percent

Tidak tepat 10 10.2

Tepat 75 76.5

Sangat Tepat 13 13.3


(50)

Tabel 11 menunjukan bahwa dari 98 responden diketahui, bahwa 75 responden (76,5%) merasa pilihan stasiun tv nya sudah tepat dan 13 responden (13,3%) merasa sangat tepat. Sementara hanya 10 responden (10,2%) saja yang merasa stasiun tv nya tidak tepat. Trans Tv merupakan salah satu televisi terbesar di Indonesia, tetapi dilihat dari beberapa program acara yang mereka miliki, program olah raga memang tidak begitu menonjol sehingga Program Soccer fever ini menjadi salah satu andalan mereka di bidang olah raga khusus nya Sepak Bola. Hal ini di sebabkan karena banyaknya penduduk Indonesia yang mengitu mengemari olah raga sepak bola dan kebutuhan akan informasi sepak bola yang tinggi, Trans Tv pun mempersembahkan program ini, untuk para penonton setia nya.

Tabel 12 Jam Tayang

Frequency Percent

Sangat tidak tepat 4 4.1

Tidak tepat 33 33.7

tepat 53 54.1

Sangat Tepat 8 8.2

Total 98 100.0

Tabel 12 menunjukan bahwa dari 98 responden diketahui, sebagian besar dari responden merasa kalau program soccer fever tepat di tayangkan pada pukul 02.00 dini hari. Sebanyak 53 responden (54,1%) merasa Tepat dan 8 responden (8,2%) merasa Sangat Tepat. Sementara 33 responden (33,7%) merasa jam tayangnya tidak tepat dan 4 responden (4,1%) lain nya merasa sangat tidak tepat. Mengingat presenter dalam acara soccer fever Trans Tv yang menggunakan pakaian yang lumayan seksi, sehingga responden merasa tayangan ini memang cocok untuk ditayangkan tengah malam.


(51)

Tabel 13

Target Penonton dari program tersebut adalah anak muda

Frequency Percent

Sangat tidak tepat 1 1.0

Tidak tepat 19 19.4

Tepat 57 58.2

Sangat tepat 21 21.4

Total 98 100.0

Tabel 13 menunjukan bahwa dari 98 responden diketahui, sebagian besar responden merasa target penonton adalah anak muda sudah Tepat, karena dari tabel diatas ada 57 responden (58,2%) yang merasa tepat dan 21 responden (21,4%) lainnya merasa Sangat Tepat. Walaupun ada 19 responden (19,4%) yang merasa tidak tepat bahkan ada 1 responden (1%) yang merasa sangat tidak tepat. Sesuai dengan tabel 1 diatas juga terlihat beberapa responden berusia muda yaitu 17 – 25 tahun lebih mendominasi. Mengingat tayangan ini di tayangkan tengah malam dan di pandu presenter seksi, sudah pasti anak muda yang berumur 17 – 25 tahun menjadi target pasar dari acara soccer fever Trans Tv. Dan lebih tertarik untuk menonton acara tersebut dari pada mereka yang umur nya sudah lebih tua.


(52)

Tabel 14

Kebutuhan akan informasi setelah mengkonsumsi berita sepak bola terpenuhi

Frequency Percent

sangat tidak terpenuhi 1 1.0

Tidak terpenuhi 27 27.6

Terpenuhi 65 66.3

sangat terpenuhi 5 5.1

Total 98 100.0

Tabel 14 menunjukan bahwa dari 98 responden diketahui, sebagian besar responden merasa kebutuhan atas informasi mereka terpenuhi setelah menonton program soccer fever. Yaitu 65 responden (66,3%) merasa kebutuhannya terpenuhi dan 5 responden (5,1%) merasa sangat terpenuhi. Hal ini bertolak belakang dengan 27 responden (27,6%) lainnya yang merasa tidak terpenuhi dan 1 responden (1%) merasa sangat tidak terpenuhi. Program yang ditayangkan dalam seminggu sekali dengan durasi 30 menit apakah membuat kebutuhan responden akan informasi sepak bola terpenuhi? Terbukti bahwa 65 responden merasa informasi yang mereka cari terpenuhi setelah menonton acara soccer fever.

Tabel 15

Cara anda dalam mengkonsumsi berita-berita sepak bola dalam program tersebut

Frequency Percent

Menonton dengan santai 51 52.0

Menonton dengan sepintas 18 18.4

Menonton dengan serius 29 29.6


(53)

Tabel 15 menunjukan bahwa dari 98 responden diketahui, sebagian besar responden menonton acara tersebut dengan santai yaitu sebanyak 51 responden (52%) 29 responden (29,6%) lainnya menonton dengan serius, sementara sisanya 18 responden (18,4%) hanya menonton dengan sepintas. William James mengatakan bahwa persepsi terbentuk atas dasar data – data yang kita peroleh atau pengelolah ingatan kita. Menonton acara soccer fever dengan santai mendominasi responden dalam mengkonsumsi program tersebut. Sehingga persepsi yang timbul akan lebih natural, mengingat apabila dalam keadaan santai maka otak kita tidak dipaksa untuk berpikir terlalu keras.

Tabel 16

Setelah menonton acara tersebut, pengetahuan sepak bola meningkat

Frequency Percent

sangat tidak setuju 1 1.0

tidak setuju 20 20.4

setuju 62 63.3

sangat setuju 15 15.3

Total 98 100.0

Tabel 16 menunjukan bahwa dari 98 responden diketahui, sebagian besar responden merasa pengetahuan sepak bola meningkat setelah menonton program tersebut. 62 responden (63,3%) merasa setuju kalau pengetahuan mereka bertambah, bahkan 15 responden (15,3%) merasa sangat setuju dengan itu. Bukan berarti semua responden setuju dengan pernyataan tersebut ada 20 responden (20,4%) yang merasa tidak setuju bahkan 1 responden (1%) merasa sangat tidak setuju. Kerja kerasa tim kreatif Trans Tv untuk menambah wawasan pecinta sepak bola dengan tayangan ini bisa dibilang berhasil. Sebab responden merasa pengetahuan mereka bertambah setelah menonton acara ini.


(54)

Tabel 17

Presenter dalam acara soccer fever adalah presenter yang berkualitas

Frequency Percent

Sangat tidak setuju 1 1.0

Tidak setuju 26 26.5

Setuju 63 64.3

Sangat Setuju 8 8.2

Total 98 100.0

Tabel 17 menunjukan bahwa dari 98 responden diketahui, hampir separuh dari jumlah responden merasa kalau presenter dalam acara soccer fever itu berkualitas yaitu sebesar 63 responden (64,3%) merasa setuju dan 8 responden (8,2%) sangat setuju dengan pernyataan tersebut. Sementara 26 responden (26,5%) merasa tidak setuju dan 1 responden (1%) sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini membuktikan kalau presenter soccer fever

tidak Cuma cantik dan seksi, tapi juga mempunyai kualitas yang tidak kalah dengan presenter lain nya dalam membawakan acara soccer fever ini.

Tabel 18

Presenter soccer fever sangat mengerti tentang sepak bola

Frequency Percent

Sangat tidak setuju 4 4.1

Tidak setuju 27 27.6

setuju 60 61.2

Sangat Setuju 7 7.1


(55)

Tabel 18 menunjukan bahwa dari 98 responden diketahui, 60 responden (61,2%) menyatakan kalau mereka setuju bahwa presenter soccer fever mengerti tentang sepak bola, bahkan 7 responden (7,1%) lainnya merasa sangat setuju. Di sisi lain 27 responden (27,6%) tidak setuju kalau presenter soccer fever mengerti tentang sepak bola, bahkan 4 responden (4,1%) lainnya merasa kalau sangat tidak setuju. Dewasa ini tidak Cuma kaum adam saja yang suka akan pertandingan sepak bola, tetapi kaum hawa juga banyak yang menyukai olah raga ini. Sebagai presenter sudah sepantas nya presenter acara ini harus mengerti tentang sepak bola, hal itu terlihat dari hasil tabel diatas, bahwa ternyata responden dominan setuju dengan pernyataan tersebut.

Tabel 19

Setujukah anda dengan penampilan presenter soccer fever

Frequency Percent

sangat tidak setuju 4 4.1

tidak setuju 15 15.3

setuju 51 52.0

sangat setuju 28 28.6

Total 98 100.0

Tabel 19 menunjukan bahwa dari 98 responden diketahui, 51 responden (52%) merasa setuju dengan penampilan presenter soccer fever bahkan 28 responden (28,6%) sangat setuju dengan pernyataan tersebut. Lain hal dengan 15 responden (15,3%) ini, mereka tidak setuju bahkan 4 responden (4,1%) lainnya sangat tidak setuju dengan penampilan presenter

soccer fever. Jumlah responden yang di dominasi oleh laki – laki berumur 17 – 25 tahun membuktikan bahwa mereka setuju dengan pakaian yang digunakan presenter soccer fever. Pakaian seksi seperti itu, menjadi daya tarik mereka untuk terus menonton acara soccer fever


(1)


(2)

(3)

(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Harris Wianda Data Pribadi:

Tempat/ Tgl. Lahir : Rantau Prapat, 22 Februari 1991 Jenis Kelamin : Laki - Laki

Agama : Islam Warga Negara : Indonesia

Alamat : Jl. DR Hamka No.20 Rantau Prapat Anak ke : 1 dari 4 bersaudara

Telepon : 085270225101 - 085763046085

Ayah : Indarwis (Alm) Nama Orang Tua:

Ibu : Rosdahniar

Alamat : Jl. DR Hamka No.20 Rantau Prapat

1.SD Negeri 116874 Rantau Prapat , Tahun 1996 - 2002 Pendidikan Formal:

2. SMP Negeri 1 Rantau Selatan, Tahun 2002 - 2005 3. SMA Negeri 1 Rantau Selatan, Tahun 2005 - 2007 4. SMA Negeri 1 Pangkal Pinang, Tahun 2007 – 2008

5. Tercatat sebagai mahasiswa pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara tahun 2009 sampai sekarang

Medan, Februari 2014


(5)

LEMBAR CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI NAMA : Harris Wianda

NIM : 090904084

PEMBIMBING : DR. Iskandar Zulkarnain M.Si

NO TGL

PERTEMUAN

PEMBAHASAN PARAF

PEMBIMBING 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Diskusi Judul

Pembahasan proposal yaitu penguatan opini, data, fakta dan latar belakang

Pembahasan teori yang sesuai

Seminar Proposal

Pembahasan kuesioner, diskusi pertanyaan yang akan diberikan kepada responden Pembahasan dan penjelasan sistematika

BAB I (redaksi dan isi) Pembahasan BAB II, sistematika

penulisan, sumber tulisan

Penyerahan Revisi BAB I ACC BAB I, penyerahan perbaikan BAB

II

ACC BAB II dan BAB III serta penguatan pada teknik analisis data

Penyerahan BAB IV dan BAB V Pembahasan BAB IV, analisis tabel

tunggal, kelengkapan isi, teknik uji hiptesis dan pembahasan kesimpulan pada

BAB V


(6)

14

teknis ACC skripsi


Dokumen yang terkait

Program Termehek-Mehek di Trans TV dan Kepuasan Pemirsa (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Program Termehek-Mehek di Trans TV Terhadap Kepuasan Pemirsa di Kalangan Mahasiswa FISIP USU Medan).

3 76 113

Pengaruh Sponsorship Program TV X Factor Indonesia Season 2 Terhadap Brand Awareness OPPO Smartphone Pada Pengunjung Plaza Medan Fair Medan

4 66 110

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PROGRAM ACARA GOOD NEWS di TRANS TV (Studi pada Mahasiswa Ilmu Komunikasi UMM Angkatan 2002)

1 12 2

PENGARUH TERPAAN PROGRAM ACARA BIOSKOP TRANS TV TERHADAP MINAT MENONTON PROGRAM SINETRON

2 32 2

PERSEPSI UMAT BERAGAMA TERHADAP SIARAN KEAGAMAAN DI TRANS TV

0 3 82

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PROGRAM ACARA TALKSHOW “ SHOW IMAH “ DI TRANS TV Persepsi Mahasiswa Tentang Program Acara Talkshow “ Show Imah “ Di Trans TV (Studi Deskriptif Kuantitatif Pada Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Surakarta 20

0 1 17

MOTIF PEMIRSA MENONTON PROGRAM ACARA TAHAN TAWA DI TRANS TV ( studi deskriptif tentang motif masyarakat Surabaya menonton program acara Tahan Tawa di Trans Tv ).

0 0 88

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TENTANG PROGRAM ACARA ETHNIC RUNAWAY DI TRANS TV (Studi Deskriptif Tentang Opini Masyarakat Surabaya Tentang Acara Ethnic Runaway di Trans TV).

1 10 91

MOTIF REMAJA DALAM MENONTON TAYANGAN ACARA “PRIMITIVE RUNAWAY” DI TRANS TV (Studi Deskriptif Tentang Motif Remaja Di Surabaya Terhadap Tayangan Acara “Primitive Runaway” Di Trans TV).

0 0 87

MOTIF PEMIRSA MENONTON PROGRAM ACARA TAHAN TAWA DI TRANS TV ( studi deskriptif tentang motif masyarakat Surabaya menonton program acara Tahan Tawa di Trans Tv )

0 0 20