BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Model APT Pada Saham Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Investasi

  2.1.1 Definisi Investasi

  Investasi adalah penempatan dana atau penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa-masa yang akan datang.

  2.1.2 Proses Investasi

  Dalam memahami proses investasi, seorang investor sebaiknya terlebih dahulu mengetahui beberapa konsep dasar investasi dan ini akan menjadi dasar bagi investor dalam setiap tahapan pembuatan keputusan investasi yang akan diambil. Adapun yang menjadi dasar dalam proses keputusan investasi adalah harus dipahami hubungan antara return yang diharapkan dan resiko yang akan diterima dari suatu investasi. Semakin besar return yang akan diterima maka kemungkinan resiko yang diterima dari suatu investasi pun akan semakin besar.

  Ini menunjukkan bahwa hubungan antara tingkat resiko dan return yang diharapkan dari suatu investasi mempunyai hubungan yang searah dan linear, dan inilah yang menjadi alasan bahwa tidak semua investor berinvestasi pada asset yang menawarkan tingkat return yang paling tinggi karena di sisi lain investor juga harus mempertimbangkan tingkat resiko yang harus ditanggung.

  2.1.3 Proses Keputusan Investasi

  Proses keputusan investasi merupakan proses keputusan yang berkesinambungan (on going process). Proses keputusan investasi terdiri dari lima tahap keputusan yang berjalan terus-menerus sampai tercapai keputusan investasi yang terbaik. Sehubungan dengan hal itu, meliputi lima tahap keputusan sehingga investasi dapat dikelola dengan baik, yaitu : 1.

  Penentuan tujuan investasi 2. Penentuan Kebijakan investasi 3. Pemilihan kebijakan Investasi 4. Pemilihan asset 5. Pengukuran dan evaluasi

  Seorang investor pada akhirnya memutuskan membeli sejumlah saham saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah deviden di masa yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan resiko yang terkait dengan investasi tersebut.

  2.1.4 Tipe-tipe Investasi

  Dalam investasi ada dikenal tipe-tipe investasi keuangan. Investasi yang termasuk dalam aktiva keuangan dapat berupa investasi langsung dan investasi tidak langsung. Investasi langsung dilakukan dengan membeli langsung aktiva keuangan dari suatu perusahaan baik melalui perantara maupun dengan cara lain.

  Sebaliknya investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli saham dari perusahaan investasi yang mempunyai portfolio aktiva keuangan dari perusahaan- perusahaan lain (Jogiyanto, 2003).

2.1.4.1 Investasi Langsung

  Merupakan pembelian langsung aktiva keuangan suatu perusahaan, investasi ini dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang dapat diperjual-belikan dipasar uang (money market), pasar modal (capital market) dan atau pasar turunan (derivatif market). Investasi langsung juga dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang tidak dapat diperjual-belikan dan biasanya dapat diperoleh melalui bank komersial, aktiva ini berupa sertifikat deposito dan tabungan di bank.

  Berikut adalah macam-macam investasi langsung : 1. Investasi langsung yang tidak dapat diperjual-belikan yaitu: tabungan dan deposito.

2. Investasi langsung dapat diperjualbelikan di pasar uang adalah berupa T-bill

  dan deposito yang dapat dinegosiasi. Investasi langsung di pasar modal berupa surat-surat berharga pendapatan tetapdan saham baik saham preferen dan saham biasa, sedangkan investasi langsung dipasar turunan adalah Opsi dan Futures Contract.

2.1.4.2 Investasi Tidak Langsung

  Merupakan pembelian saham dari perusahaan investasi yang mempunyai portfolio aktiva keuangan dari perusahaan lain. Perusahaan investasi adalah perusahaan yang menyediakan jasa keuangan dengan cara menjual sahamnya ke publik dan menggunakan dana yang diperoleh untuk diinvestasikan ke dalam portfolionya. Open-end investment companies dikenal dengan nama perusahaan reksadana (mutual funds). Perusahaan investasi ini masih menjual saham baru kepada investor setelah penjualan saham perdananya. Pemegang saham dapat juga sebaliknya menjual kembali sahamnya ke perusahaan reksa dana bersangkutan.

  Investor yang akan berinvestasi, baik secara langsung maupun secara tidak langsung pada umumnya perlu mengamati perubahan peristiwa yang dapat mempengaruhi perubahan harga saham. Perubahan harga saham ini bisa dipicu oleh kondisi internal perusahaan maupun analisis fundamental dapat mencakup analisis terhadap keadaan perekonomian dari suatu negara misalnya kondisi makroekonomi yang bersifat fluktuatif dapat mempengaruhi perubahan harga saham.

2.2 Pasar Modal

2.2.1 Definisi Pasar Modal

  Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas.

  Dengan demikian, pasar modal juga diartikan sebagai pasar untuk memperjual belikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi. Oleh karena itu, bursa efek merupakan arti dari pasar modal secara fisik.

  Lembaga pasar modal adalah merupakan pelengkap disektor keuangan terhadap dua lembaga lainya yaitu bank dan lembaga pembiayaan. Pasar modal memberikan jasanya yaitu menjembatani hubungan antara pemilik dana dalam hal ini disebut dengan nama emiten (perusahaan yang go public). Para pemodal meminta instrumen pasar modal untuk keperluan investasi portfolionya sehingga pada akhirnya dapat memaksimumkan penghasilan (Marzuki Usman dalam J supranto, 1992).

  Pasar modal dapat dikatakan sebagai pasar abstrak, dimana yang diperjual belikan adalah dana-dana jangka panjang yaitu dana yang keterikatannya dalam investasi lebih dari satu tahun.

2.2.2 Jenis dan Fungsi Pasar Modal Penjualan saham kepada masyarakat dapat dilakukan dengan beberapa cara.

  

Umumnya penjualan dilakukan sesuai dengan jenis ataupun bentuk pasar modal

dimana sekuritas tersebut diperjual-belikan. Jenis-jenis pasar modal tersebut ada

beberapa macam, yaitu: 1) Pasar Perdana ( Primary Market )

Pasar perdana terjadi pada saat perusahan emiten menjual sekuritasnya

kepada investor umum untuk pertama kalinya. Harga saham di pasar perdana

ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang go public berdasarkan

analisis fundamental perusahaan yang bersangkutan. Dalam pasar perdana,

perusahaan akan memperoleh dana yang diperlukan.

2) Pasar Sekunder ( Secondary Market )

  Pasar Sekunder adalah tempat terjadinya transaksi jual-beli saham diantara

investor setelah melewati masa penawaran saham di pasar perdana, dalam waktu

selambat-lambatnya 90 hari setelah ijin emisi diberikan maka efek tersebut harus

dicatatkan di bursa. Dengan adanya pasar sekunder para investor dapat membeli

dan menjual efek setiap saat. Sedangkan manfaat bagi perusahaan, pasar sekunder

berguna sebagai tempat untuk menghimpun investor lembaga dan perseorangan.

  Harga saham pasar sekunder berfluktuasi sesuai dengan ekspektasi pasar, pihak yang berwenang adalah pialang, adanya beban komisi untuk penjualan dan pembelian, pemesanannya dilakukan melalui anggota bursa, jangka waktunya

  

tidak terbatas. Tempat terjadinya pasar sekunder di dua tempat,yaitu:

  1. Bursa reguler Bursa reguler adalah bursa efek resmi seperti bursa efek jakarta (BEJ) dan bursa efek surabaya (BES).

  2. Bursa paralel Bursa paralel atau over the counter adalah suatu sistem perdagangan efek

yang terorganisir di luar bursa efek resmi, dengan bentuk pasar sekunder yang

diatur dan diselenggarakan oleh Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek-efek

(PPUE), diawasi dan dibina oleh Bapepam. Over the counter karena pertemuan

antara penjual dan pembeli tidak dilakukan di suatu tempat tertentu tetapi tersebar

diantara kantor para broker atau dealer.

2.2.3 Peranan Strategis Pasar Modal

  Pasar Modal mendorong perkembangan investasi. Peran dan manfaat pasar modal antara lain :

a) Pasar modal merupakan wahana pengalokasian dana secara efisien. Di mana

  investor dapat melakukan investasi pada beberapa perusahaan melalui pembelian efek-efek yang diperdagangkan di pasar modal. Sebaliknya perusahaan dapat memperoleh dana yang dibutuhkan dengan menawarkan instrument keuangan jangka panjang melalui pasar modal tersebut. b) Pasar modal memberikan alternatif investasi. Di mana pasar modal

  memudahkan alternatif berinvestasi yang memberikan keuntungan dengan sejumlah resiko tertentu.

  c)

  Pasar modal memungkinkan para investor memiliki perusahaan yang sehat dan berprospek baik. Di mana perusahaan yang sehat dan memiliki prospek yang baik tidak hanya dimiliki oleh sejumlah orang tertentu saja. Penyebaran kepemilikan secara luas dapat mendorong perkembangan perusahaan menjadi lebih transparan.

  d) Pelaksanaan manajemen perusahaan secara profesional dan transparan.

  Keikutsertaan masyarakat dalam kepemilikan perusahaan mendorong perusahaan untuk menerapkan manajemen secara lebih profesional, efisien dan berorientasi pada keuntungan sehingga tercipta kondisi “ good corporate governance ”.

  e)

  Peningkatan aktivitas ekonomi nasional. Dengan adanya pasar modal perusahaan akan lebih mudah memperoleh dana sehingga akan mendorong perekonomian nasional menjadi lebih maju dan menciptakan kesempatan kerja yang luas serta meningkatkan pendapatan pajak bagi pemerintah.

2.2.4 Instrument Pasar Modal

  Instrumen pasar modal meliputi surat-surat berharga yang diperjual belikan melalui pasar modal. Instrumen pasar modal sekarang diperjualbelikan di Bursa Efek Indonesia adalah saham, obligasi dan rights.

1) Saham

  Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap asset dan pendapatan suatu perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban perusahaan.

  Saham dapat dibedakan menjadi 2 yakni : I.

  Saham Preferen (prefered stock) 1.

  Memiliki hak yang terlebih dahulu memperoleh deviden 2. Tidak memiliki hak suara 3. Dapat mempengaruhi manajemen perusahaan terutama dalam pencalonan pengurus.

II. Saham Biasa (Common Stock) 1.

  Dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba 2. Memiliki hak suara 3. Hak memperoleh pembagian kekayaan perusahaan setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi.

  2) Obligasi

  Obligasi merupakan sekuritas yang memberikan pendapatan dalam jumlah tetap kepada pemiliknya. Meskipun demikian obligasi bukan tanpa resiko karena bisa saja obligasi tersebut tidak terbayar kembali akibat kegagalan penerbitnya dalam memenuhi kewajibannya.

  3) Right

  Merupakan hak yang diberikan kepada pemegang saham lama untuk membeli tambahan saham baru yang diterbitkan oleh suatu perusahaan.

2.3 Tingkat Pengembalian Saham

  Pada prinsipnya, seseorang mau melakukan investasi apabila uang yang dia keluarkan pada saat ini akan memberikan uang yang lebih banyak di masa yang akan datang (return). Tingkat pengembalian dari suatu saham dapat diperoleh dari dividen dan capital gain.

  1) Dividen

  Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai – artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham - atau dapat pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut.

  2.Capital Gain Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder.

  Misalnya Investor membeli saham XYZ dengan harga per saham Rp 3.000 kemudian menjualnya dengan harga Rp 3.500 per saham yang berarti pemodal tersebut mendapatkan capital gain sebesar Rp 500 untuk setiap saham yang dijualnya.

  Secara matematis, rumus menghitung return yang diharapkan dari sekuritas adalah dalam persamaan berikut ini : E(R) = Dimana : E(R) = Return yang diharapkan dari suatu sekuritas Ri = Return ke-i yang mungkin terjadi Pri = probabilitas return ke-i N = banyaknya return yang mungkin terjadi, dan

  Return Saham = P t – P

  P

  t-1 t-1

  dimana : Pt = Harga saham sekarang P t-1

2.4 Resiko = Harga saham periode sebelumnya.

  Resiko investasi bisa diartikan sebagai kemungkinan terjadinya perbedaan antara return aktual dengan return yang diharapkan (Eduardus Tandelin, 2001).

  Resiko merupakan suatu kejadian yang bersifat merugikan yang akan terjadi di masa yang akan datang. Resiko investasi terbagi menjadi dua, yaitu :

1. Resiko Sistematis (Systematic risk), resiko ini sering juga disebut resiko pasar, karena risiko ini dirasakan dampaknya oleh semua peserta pasar.

  Risiko ini timbul sebagai akibat dampak dari suatu kejadian terbaru (current

  event ) yang sangat berpengaruh terhadap pasar. Biasanya berkaitan dengan

  resiko perekonomian yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Resiko pasar ini tergolong sebagai resiko yang tidak bisa dihindari, risiko ini hanya bisa diturunkan, melalui penundaan pembelian bagi investor beli atau sejenak meninggalkan pasar bagi investor jual. Contoh risiko sistematis ini : resiko politik, resiko inflasi, resiko suku bunga, dll.

  2. Resiko Tidak Sistematis (Non Systematic Risk), resiko ini timbul dari faktor- faktor internal dan eksternal atau kondisi fundamental perusahaan. Resiko ini dapat dikurangi dengan usaha mendiversifikasikan risiko yang dilakukan oleh investor tersebut dengan memegang beberapa jenis portfolio yang efisien. Contohnya, resiko finansial perusahaan seperti kondisi likuiditas, solvabilitas, dll.

2.5 Capital Asset Pricing Model (CAMP)

  CAMP merupakan sebuah model yang menggambarkan hubungan antara resiko dan return yang diharapkann, model ini digunakan dalam penilaian harga sekuritas. Model CAPM diperkenalkan oleh Treynor, Sharpe dan Litner. Model CAPM merupakan pengembangan teori portofolio yang dikemukan oleh Markowitz dengan memperkenalkan istilah baru yaitu risiko sistematik (systematic risk) dan risiko spesifik/risiko tidak sistematik (spesific risk /unsystematic risk).

  Capital Asset Pricing Model juga mengasumsikan bahwa pasar saham yang

  ideal adalah pasar saham yang besar, dan para investor adalah para price-takers, tidak ada pajak maupun biaya transaksi, semua aset dapat diperdagangkan secara umum, dan para investor dapat meminjam maupun meminjamkan pada jumlah yang tidak terbatas pada tingkat suku bunga tetap yang tidak berisiko (fixed risk

  

free rate ). Dengan asumsi ini, semua investor memiliki portofolio yang risikonya

identik.

  Capital Asset Pricing Model menyatakan bahwa dalam keadaan ekuilibrium, portofolio pasar adalah tangensial dari rata-rata varians portofolio.

  Sehingga strategi yang efisien adalah passive strategy. Capital Asset Pricing Model berimplikasi bahwa premium risiko dari sembarang aset individu atau portofolio adalah hasil kali dari risk premium pada portofolio pasar dan koefisien beta.

  William Sharpe dalam membangun model CAPM diilhami dari teori portofolio yang diajukan oleh Harry Markowits. Markowitz mengusulkan sebuah model untuk menjelaskan korelasi diantara return sekuritas. Model ini mengasumsikan bahwa return dari sekuritas ke-i tergantung pada sebuah faktor yang mendasari, nilai yang diwakili oleh indeks, dalam notasi matematika dinyatakan sebagai: ri = ai + Bi.F + ui ri = return sekuritas i Bi = Beta dari sekuritas i F = indeks (belum tentu indeks pasar) ui = error term

  Namun, diantara beberapa yang menjadi keunggulan model CAMP ini, terdapat berbagai alasan yang memungkinkan kegagalan dari pengujian CAPM secara empiris yang dikemukakan oleh Hary Markowizt ini, antara lain:

  1. Portofolio yang dibentuk tidak mencerminkan keseluruhan dari kemungkinan portofolio yang ada

  2. Beta (b) bukanlah alat ukur yang tepat untuk mengukur resiko

  3. Adanya efek dari pajak

2.6 Arbitrage Pricing Theory (APT)

  CAMPT pertama kali dikenalkan oleh Sharpe, Lintner dan Mossin pada pertengahan tahun 1960-an. Model CAMP merupakan model keseimbangan yang menggambarkan hubungan resiko dengan return secara lebih sederhana, dan hanya menggunakan satu variabel (disebut juga variabel beta) untuk menggambarkan resiko.

  Salah satu alternatif teori model keseimbangan selain CAMP adalah

  

Arbitrage Pricing Theory ( APT). Sama halnya CAPM, APT menggambarkan

  hubungan antara resiko dan return, tetapi dengan menggunakan asumsi atau prosedur yang berbeda. Perkiraan return yang diharapkan suatu sekuritas dengan menggunakan APT tidak terlalu dipengaruhi oleh portfolio pasar seperti CAMP. Pada model CAMP, portfolio pasar sangat berpengaruh karena diasumsikan bahwa resiko yang relevan adalah resiko yang di ukur dengan beta yang menunjukkan sensivitas return sekuritas terhadap perubahan return pasar, sedangkan pada model APT return sekuritas diharapkan dari suatu sekuritas bisa dipengaruhi oleh beberapa sumber resiko lainnya (bukan hanya diukur dengan beta).

  Model keseimbangan APT menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang mungkin menentukan return saham dan didasari pandangan bahwa return yang diharapkan untuk suatu sekuritas akan dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko dan faktor-faktor resiko tersebut akan menunjukkan kondisi perekonomian secara umum. Dengan demikian APT mengasumsikan bahwa sekuritas yang berbeda akan mempunyai sensitivitas terhadap faktor-faktor risiko sistematis yang berbeda pula. Investor dapat memilih bentuk portfolio tergantung dari preferensinya terhadap resiko, karena investor mempunyai perilaku yang berbeda terhadap resiko yang akan ditanggung, sehingga dengan mengetahui harga pasar dari faktor-faktor risiko yang dianggap relevan, dan sensitivitas return sekuritas terhadap perubahan pada faktor tersebut, maka melalui model APT ini investor dapat menentukan estimasi return yang diharapkan untuk berbagai sekuritas.

2.6.1 Tingkat Inflasi

  Inflasi adalah proses kenaikan harga harga barang jasa secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga yang sifatnya sementara seperti momen hari raya (tidak terus menerus) dan kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (mengakibatkan kenaikan) kepada barang lainnya.

  Irham Fahmi (2006:79) mengatakan bahwa inflasi merupakan suatu keadaan menurunnya nilai mata uang pada suatu negara dan naiknya harga barang yang berlangsung secara sistematis.

  Tingkat inflasi dapat berpengaruh positif maupun negatif, tergantung pada derajat inflasi itu sendiri. Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif- tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi.

  Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat, inflasi yang berlebihan dapat merugikan perekonomian secara keseluruhan, yaitu dapat membuat banyak perusahaan mengalami kebangkrutan. Jadi dapat disimpulkan bahwa inflasi yang tinggi akan menjatuhkan harga saham di pasar, sementara inflasi yang sangat lamban, dan pada akhirnya harga saham juga bergerak dengan lamban. Pekerjaan yang sulit adalah menciptakan tingkat yang dapat menggerakkan dunia usaha menjadi semarak, pertumbuhan ekonomi dapat menutupi pengangguran, perusahaan memperoleh keuntungan yang memadai, dan harga saham di pasar bergerak normal.

  Inflasi dapat diartikan sebagai suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus atau inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontiniu sehingga daya beli masyarakat menjadi menurun. Inflasi dapat juga diartikan sebagai suat proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus atau inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontiniu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi rendahnya tingkat harga artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling mempengaruhi

  Walaupun analisis ekonomi dan kebijakan ekonomi terhadap inflasi sejak tahun1970-an dapat dibedakan menjadi dua kelompok aliran, yakni keynesian dan Monetaris namun dalam beberapa literatur disebutkan versi yang berbeda, dimana aliran inflasi dibagi menjadi 4 bagian, yakni : Klasik, Keynesian, Moneterisme dan ekspektasi.

2.6.1.1 Teori-Teori Inflasi 1.

  Teori Inflasi Klasik Teori ini berpendapat bahwa tingkat harga terutama ditentukan oleh jumlah uang beredar, yang dapat dijelaskan melalui hubungan antara nilai uang dengan jumlah jumlah uang, serta nilai uang dan harga. Bila jumlah uang bertambah lebih cepat dari pertambahan barang maka nilai uang akan merosot dan ini sama dengan kenaikan harga. Jadi menurut klasik, inflasi berarti terlalu banyak uang beredar atau terlalu banyak kredit dibandingkan dengan volume transaksi maka obatnya adalah membatasi jumlah uang beredar dan kredit. Pendapat klasik tersebut jauh dapat dirumuskan sebagai berikut:

  Inflasi = f ( jumlah uang beredar, kredit) 2.

  Teori Inflasi Keynes Teori ini mengasumsikan bahwa perekonomian sudah berada pada tingkat full employment. Menurut Keynes kuantitas uang tidak berpengaruh terhadap tingkat permintaan total, karena suatu perekonomian dapat mengalami inflasi walaupun tingkat kuantitas uang tetap konstan. Jika uang beredar bertambah maka harga akan naik. Kenaikan harga ini akan menyebabkan bertambah permintaan uang transaksi, dengan demikian akan menaikkan suku suku bunga.

  Hal ini akan mencegah permintaan untuk investasi dan akan melunakkan tekanan inflasi.

  

Inflasi = f (jumlah uang beredar, pengeluaran pemerintah, suku bunga, investasi)

3.

  Teori Inflasi Moneterism Teori ini berpendapat bahwa, inflasi disebabkan oleh sangat berlebihan jumlah uang yang beredar dimasyarakat. Kelebihan uang beredar di masyarakat akan menyebabkan terjadinya kelebihan permintaan barang dan jasa disektor riil. Menurut golongan moneteris, inflasi dapat diturunkan dengan cara menghilangkan kelebihan permintaan melalui kebijakan moneter dan fiskal yang bersifat kontraktif atau melalui kontrol terhadap peningkatan upah serta penghapusan terhadap subsidi atas nilai tukar valuta asing, sehingga teori ini menurut moneterisme dapat dinotasikan sebagai berikut :

  inflasi = f (kebijakan moneter ekspansif, kebijakan fiskal ekspansif) 4.

  Teori Ekspektasi Menurut Dornbusch, bahwa pelaku ekonomi membentuk ekspektasi laju inflasi berdasarkan ekspektasi adaptif dan ekspektasi rasional. Ekspektasi rasional adalah ramalan optimal mengenai masa depan dengan menggunakan semua informasi yang ada. Pengertian rasional adalah suatu tindakan yang logika untuk mencapai tujuan berdasarkan informasi yang ada. Artinya secara sederhana teori ekspektasi dapat dinotasikan menjadi : Inflasi = f (ekspektasi adaftif, ekspektasi rasional) .

2.6.1.2 Asal Inflasi

  Ditinjau dari asal terjadinya, maka inflasi dapat dibagi menjadi dua macam yaitu :

  a.

   Domestic Inflation

  Adalah inflasi yang berasal dari dalam negeri. Kenaikan harga disebabkan karena adanya kejutan (shock) dari dalam negeri, baik karena perilaku masyarakat maupun perilaku pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang secara psikologis berdampak inflasi. Kenaikan harga-harga terjadi secara absolut, akibatnya terjadilah inflasi atau semakin meningkatnya inflasi.

  b.

   Imported Inflation

  Adalah inflasi yang terjadi di dalam negeri karena adanya pengaruh kenaikan harga dari luar negeri. Kenaikan harga di dalam negeri terjadi karena dipengaruhi oleh kenaikan harga dari luar negeri terutama barang-barang impor atau kenaikan bahan baku industri yang masih belum dapat diprodukasi didalam negeri.

2.6.1.3 Bobot Inflasi

  Inflasi jika ditinjau dari sudut bobotnya, dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu : a.

  Inflasi Ringan Inflasi ringan disebut juga creeping inflation. Inflasi ringan adalah inflasi dengan laju pertumbuhan yang berlangsung secara perlahan dan berada pada posisi satu digit atau di bawah 10 % per tahun.

  b.

  Inflasi Sedang Inflasi sedang adalah inflasi dengan tingkat laju pertumbuhan berada diantara 10% – 30% per tahun atau melebihi dan digit dan sangat mengancam struktur dan pertumbuhan ekonomi suatu negara.

  c.

  Inflasi Berat Inflasi berat merupakan inflasi dengan laju pertumbuhan berada diantara 30%

  • – 100 % per tahun. Pada kondisi demikian, sektor – sektor produksi hampir lumpuh total kecuali yang dikuasai negara.
d.

  Inflasi Sangat Berat Inflasi sangat berat yang juga disebut hyper inflation adalah inflasi dengan laju pertumbuhan melampaui 100 % per tahun, sebagaimana yang terjadi di masa Perang Dunia II ( 1939-1945 ). Untuk keperluan perang terpaksa harus dibiayai dengan cara mencetak uang secara berlebihan.

2.6.1.4 Mengukur Inflasi

  Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut di antaranya:

  1. Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI), adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen.

  

2. Indeks harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari

barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi.

  IHP ini sering digunakan untuk meramalkan tingkat IHK di masa depan karena perubahan harga bahan baku meningkatkan biaya produksi, yang kemudian akan meningkatkan harga barang-barang konsumsi.

  3. Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari komoditas- komoditas tertentu.

  

4. Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru,

barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa.

  Kenaikan inflasi adalah sinyal negatif bagi investor di pasar modal, karena inflasi akan meningkatkan pendapatan dan biaya-biaya bagi perusahaan. Jika peningkatan biaya melebihi peningkatan pendapatan akibat inflasi, maka otomatis keuntungan perusahaan akan menurun yang pada akhirnya akan menurunkan harga saham perusahaan.

2.6.2 Volume Perdagangan Saham

  Volume pedagangan saham merupakan satu indikator yang digunakan untuk melihat reaksi pasar terhadap kejadian atau informasi yang berkaitan dengan suatu saham. Volume perdagangan saham merupakan keseluruhan dari nilai transaksi pembelian maupun penjualan saham oleh investor, sehingga melalui volume perdagangan dapat diketahui suatu informasi tentang saham yang ada di pasar modal.

  Melalui perdagangan saham ini dapat dilihat apakah individu menilai sesuatu melalui informasi yang dikeluarkan perusahaan dan bagaimana informasi itu dapat menjadi suatu pertimbangan apakah akan di lakukan pembelian atau penjualan saham, sehingga informasi itu menghasilkan suatu keputusan perdagangan dan pada akhirnya diharapkan memperoleh keuntungan lebih.

  Volume perdagangan saham di pasar modal dapat dijadikan indikator penting bagi investor. Naiknya volume perdagangan saham di pasar modal menunjukkan kenaikan aktivitas jual beli saham oleh para investor di pasar modal. Perubahan volume perdagangan diukur dengan aktivitas volume perdagangan yang diukur dengan Trading Volume Activity (TVA), dimana TVA merupakan perbandingan antara jumlah saham yang diperdagangkan pada waktu tertentu dengan jumlah saham perusahaan yang beredar pada periode tertentu.

2.6.3 Jumlah Uang Beredar

  Jumlah uang beredar (money supply) adalah total stok uang dalam perekonomian pada periode tertentu yang biasanya dalam kurun waktu satu tahun anggaran. Mengenai jumlah uang beredar bukan hanya untuk uang yang beredar dan berada di tangan masyarakat, melainkan seluruh uang yang dikeluarkan secara resmi oleh bank sentral maupun bank umum.

  Ada dua defenisi yang jumlah uang beredar yang banyak dipakai, kedua defenisi ini disusun berdasarkan dua pendekatan, yaitu pendekatan transaksional dan pendekatan likuiditas.

  2.6.3.1 Pendekatan Transaksional

  Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menghitung jumlah uang beredar dalam arti sempit (narrow money) yang dikenal dengan M1, karena pendekatan transaksional ini memandang bahwa jumlah uang beredar yang dihitung adalah jumlah uang yang diperlukan untuk keperluan transaksi. Di Indonesia yang tercakup dalam M1 adalah uang kartal tambah dengan uang giral. Dimana uang kartal terdiri atas uang kertas dan uang logam yang berlaku sedangkan uang giral terdiri atas rekening giro, kiriman uang, simpanan berjangka, dan tabungan rupiah yang sudah jatuh tempo.

  2.6.3.2 Liquidity Approach

  Pendekatakan ini mengartikan bahwa jumlah uang beredar adalah jumlah uang untuk kebutuhan transaksi ditambah uang kuasi. Pertimbangannya adalah sekalipun uang kuasi merupakan aset finansial yang kurang likuid dibanding uang kertas, uang logam dan rekening giro, tetapi sangat mudah diubah menjadi uang yang dapat digunakan untuk kebutuhan transaksi. Pendekatan ini digunakan untuk menghitung jumlah uang beredar dalam arti luas (broad money) yang dikenal dengan M2. Uang kuasi terdiri dari simpanan berjangka dan tabungan penduduk pada bank umum.

  Jumlah uang beredar yang tinggi di masyarakat akan menimbulkan exces

  

liquidity , yang mengakibatkan masyarakat akan mencari berbagai alternatif

  investasi untuk menyalurkan kelebihan dana tersebut. Apabila masyarkat memilih untuk menyalurkan dananya dengan berinvestasi di pasar modal dimana investasi di pasar modal maka akan mengakibatkan harga-harga saham akan semakin meningkat.

2.6.4 Kurs

  Kurs adalah harga dari satu mata uang dalam mata uang yang lain. Kurs sering disebut dengan valuta asing ini adalah pertukaran mata uang suatu negara terhadap negara lainnya. Perbandingan nilai antara mata uang suatu negara terhadap negara lain menimbulkan suatu nilai, yang disebut kurs valuta asing

  (foreign exchange rate ).

  Ketika mata uang relatif negara terapresiasi (nilainya naik secara relatif terhadap mata uang lainnya), barang yang dihasilkan oleh negara tersebut di luar negeri menjadi lebih mahal dan barang-barang luar negeri di negara tersebut menjadi lebih murah (asumsi harga barang domestik konstan di kedua negara).

  Sebaliknya, ketika mata uang suatu negara terdepresiasi, barang-barangnegara tersebut yang di luar negeri menjadi lebih murah dan barang-barang luar.

  Kurs valuta asing yang ditentukan dalam pasar bebas tergantung kepada permintaan dan penawaran mata uang asing tersebut. Apabila kurs valuta asing sepenuhnya ditentukan oleh mekanisme pasar maka kurs tersebut akan selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu disebabkan karena adanya perubahan dalam permintaan dan penawaran valuta asing tersebut. Karena adanya perubahan dari kurs valuta asing tersebut maka di sini terdapat resiko terhadap perubahan tersebut yang disebut dengan exchange rate risk. Exchange rate risk merupakan resiko terhadap perubahan dalam exchange rate sejenis valuta yang mempunyai dampak yang tidak vafourable dalam cost untuk memperoleh revenue.

2.6.4.1 Jenis Nilai Tukar

  Dalam literatur ekonomi nilai tukar mata uang suatu negara dapat dibedakan menjadi dua, yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal merupakan harga relatif mata uang dua negara (Mankiw, 2003:127). Misalnya, jika nilai tukar antara dolar AS dan rupiah adalah 9000 per dolar, maka kita dapat menukar 1 dolar untuk 9000 rupiah di pasar uang sedangkan nilai tukar riil merupakan harga relatif dari barang-barang di antara dua negara. Nilai tukar riil menyatakan tingkat di mana pelaku ekonomi dapat memperdagangkan barang- barang dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain.

  Nilai tukar riil di antara kedua negara dihitung dari nilai tukar nominal dan tingkat harga di kedua negara. Hubungan nilai tukar riil suatu mata uang dengan nilai tukar nominal, harga barang domestik dan harga barang luar negeri dapat dirumuskan sebagai berikut: Nilai Tukar Riil = Nilai Tukar Nominal * Rasio Tingkat Harga

  Rasio tingkat harga merupakan perbandingan antara tingkat harga dalam negeri dengan tingkat harga di luar negeri. Dari rumus diatas, maka jika nilai tukar riil tinggi, barang-barang luar negeri relatif lebih murah, dan barang barang domestik relatif lebih mahal. Sedangkan jika nilai tukar riil rendah, barang- barang luar negeri relatif lebih mahal dan barang-barang domestik relatif lebih murah.

2.6.4.2 Sistem Valuta Asing

  Pada setiap negara terdapat suatu sistem kurs valuta asing yang ditentukan

oleh kebijakan yang dianut oleh pemerintah masing-masing negara tersebut. Ada

3 jenis sistem kurs valuta asing yang dipakai suatu negara, yaitu : a.

  

Sistem kurs bebas, atau sering disebut juga sistem kurs mengambang. Dalam

sistem ini tidak ada campur tangan pemerintah untuk menstabilkan nilai kurs.

  

Nilai tukar kurs ditentukan oleh permintaan dan penawaaran terhadap valuta

asing.

  b.

  

Sistem kurs tetap, dalam sistem ini pemerintah atau bank sentral negara yang

bersangkutan turut campur secara aktif dalam pasar valuta asing dengan

membeli atau menjual valuta asing jika nilainya menyimpang dari standar

yang telah ditentukan.

  c.

  

Sistem kurs terkontrol/terkendali, dalam sistem ini pemerintah atau bank

sentral negara yang bersangkutan mempunyai kekuasaan eksklusif dalam

menentukan alokasi dari penggunaan valuta asing yang tersedia. Warga

negara tidak bebas untuk campur tangan dalam transaksi valuta asing. Capital

inflows dan ekspor barang-barang menyebabkan tersedianya valuta asing.

  Perubahan nilai tukar sangat berdampak pada tingkat return ataupun risiko

yang akan diterima oleh investor karena risiko perubahan nilai tukar paling

berpengaruh pada perusahaan yang sebagian besar bisnisnya melakukan transaksi

mata uang. Perubahan nilai tukar pada umumnya pada akhirnya dapat

mempengaruhi arus kas yang akan diterima oleh perusahaan itu, sehingga akan

berpengaruh pada pilihan investasi.

2.6.5 Suku Bunga

  Suku bunga adalah harga aset finansial (Yoopi, 2004). Suku bunga Bank Indonesia adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. SBI dalam hal ini mengacu pada BI rate yang ditentukan oleh bank indonesia. SBI ini menjadi salah satu kebijakan moneter yang digunakan oleh Bank Indonesia. SBI merupakan salah satu mekanisme yang digunakan oleh Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai rupiah. Dengan menerbitkan dan menjual SBI, Bank Indonesia dapat menyerap kelebihan dana yang beredar dimasyarakat.

  Pada umumnya investor akan menggunakan menggunakan tingkat suku bunga ini sebagai perbandingan dengan alternatif investasi lain, untuk memperoleh keuntungan mana yang lebih besar. Karena SBI ini diterbitkan oleh negara, sehingga SBI ini merupakan investasi yang bersifat bebas resiko, sehingga menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh investor. Pada waktu pelelangan SBI, Bank Indonesia mengumumkan target suku bunga SBI yang diinginkan BI untuk pelelangan pada masa periode tertentu. BI rate ini kemudian yang digunakan sebagai acuan para pelaku pasar dalam mengikuti pelelangan.

2.7 Kerangka Konseptual

  Adapun gambaran secara ringkas dari penelitian ini dapat dijelaskan melalui kerangka konseptual di bawah ini adalah: Tingkat Inflasi

  Tingkat Volume

  Pengembalian Saham Sektor

  Kurs Pertambangan

  JUB (M2) SBI

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

  Dari kerangka pemikiran diatas dijelaskan hubungan antara masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat. Adapun variabel bebas, seperti tingkat inflasi, volume perdagangan, kurs dan jumlah uang beredar dalam hal ini adalah M2, serta tingkat suku bunga SBI. Masing-masing variabel bebas tersebut memiliki hubungan dan memberi pengaruh terhadap variabel terikat dalam hal ini adalah return saham sektor pertambangan.

2.8 Hipotesis

  Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang kebenarannya harus di uji secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut: 1) Model APT signifikan dalam menjelaskan kinerja saham sektor pertambangan.

  2) Variabel makroekonomi yaitu: Inflasi, Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, Tingkat suku bunga SBI mempunyai hubungan yang negatif terhadap return saham, sebaliknya Volume perdagangan saham dan Jumlah uang beredar (M2) mempunyai pengaruh positif retun saham sektor pertambangan. 3) Tingkat inflasi, volume perdagangan saham, nilai tukar rupiah, jumlah uang beredar (M2) dan tingkat suku bunga SBI secara simultan berpengaruh terhadap return saham sektor pertambangan yang listed di Bursa Efek Indonesia.

  4) Tingkat inflasi, volume perdagangan saham, nilai tukar rupiah, jumlah uang beredar (M2) dan tingkat suku bunga SBI secara parsial berpengaruh terhadap return saham sektor pertambangan yang listed di Bursa Efek Indonesia.

Dokumen yang terkait

Analisis Model APT Pada Saham Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia

2 45 116

Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia

0 64 102

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis - Analisis Pengaruh Rasio Camel Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi - Analisis Pembentukan Portofolio Saham Optimal Menggunakan Single Index Model Pada Saham-Saham Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Investasi - Analisis Risiko Saham Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Tekstil Dangarmen Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Investasi - Analisis Risiko Saham Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi di Bursa Efek Indonesia

0 0 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pasar Modal - Analisis Pengaruh Variabel Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Pertambangan (Studi Pada Bursa Efek Indonesia)

0 1 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian dan Karakterisitik Perusahaan Pertambangan - Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei)

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pasar Modal - Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Industri Barang Konsumsi Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 25