Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia

(1)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

MEDAN

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN SAHAM PADA SEKTOR PERTAMBANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA

DRAFT SKRIPSI

OLEH: J U L I A N I

070521006 MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan


(2)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

ABSTRAK

Juliani : Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Saham pada Sektor Pertambangan di Bursa Efek Indonesia (Dibimbing oleh Drs. Syahyunan, M.Si ; Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si ; Dr. Isfenti Sadalia, ME; Dra. Nisrul Irawati, MBA).

Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh faktor Beta, PER (Price Earning Ratio), EPS (Earning Per Share), DER (Debt to Equity Ratio), PBV (Price to Book Value) terhadap Pendapatan Saham pada sektor Pertambangan di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini memakai data sekunder laporan keuangan perusahaan yang menjadi sampel selama tahun 2006-2008 dalam bentuk tahunan serta harga saham individu dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) per bulan. Hipotesis yang diambil adalah faktor Beta, PER (Price Earning Ratio), EPS (Earning

Per Share), DER (Debt to Equity Ratio), PBV (Price to Book Value) berpengaruh

signifikan terhadap Pendapatan Saham baik secara parsial maupun bersama – sama. Metode Analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua variabel independen yang digunakan dalam penelitian (Beta, PER EPS, DER dan PBV) berpengaruh signifikan secara bersama – sama terhadap pendapatan saham. Sementara pengujian secara parsial menunjukkan bahwa hanya ada dua variabel bebas yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat, yaitu Beta dan EPS. Sedangkan faktor lain yaitu PER, DER dan PBV tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Pendapatan Saham.

Kata kunci : Pendapatan saham, Beta, PER (Price Earning Ratio), EPS (Earning Per Share), DER (Debt to Equity Ratio), PBV (Price to Book Value).


(3)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Penulisan serta penyusunan skripsi ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh rasio Beta, PER, EPS, DER, PBV terhadap pendapatan saham pada sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia. Bantuan dari berbagai pihak yang berupa moril maupun material telah menjadi dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan serta penyusunan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Dalam kesempatan ini penulis memberikan ruang tersendiri untuk mengucapkan rasa terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu. Allah SWT pasti membalas segala bantuan dan dorongan yang telah penulis terima.

Adapun pihak – pihak yang telah membantu proses penulisan serta penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumtera Utara

2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si, selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA, selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(4)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

4. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam proses penulisan serta penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, ME, selaku Dosen Penguji I. 6. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA, selaku Dosen Penguji II.

7. Seluruh Dosen di lingkungan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah berkenan mengabdikan dirinya sebagai guru bangsa dengan memberikan serta mengajarkan ilmu pengetahuan yang baik serta berguna, terutama kepada penulis

8. Seluruh staff dan Civitas Akademi di lingkungan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

9. Kedua Orang Tuaku Ayah ( Marjan), Ibu (Hermawati), Kakakku (Sujarno dan Sugeharti) dan Adikku ( Fadli dan M.Yunus) keponakanku Rara dan Yuda yang sangat aku sayangi. Terima kasih atas dukungan, semangat dan doanya.

10. Sahabatku tercinta Ade Irma Sari Daulay dan Dewi A. Sitohang, Re Za, Keluarga Cullen CC Medan ( Evi, Rara, Ira, Senja, Lila, Su, Ema, Tika, Jack, Lucky, Kyo, Isk, Feri, Aji, Hans), CBC Medan, Team Leaderku Kak Saur Vita dan semua teman teman CC Medan, Sahabatku Jefri, Mas Dilaga, Putra, Yuna ,Mbak Esti, Maya, Ratna terima kasih untuk dukungannya.

11. Teman-teman Manajemen 2007 Dewi Rohdearma, Sutriani, Dewi Nirwana, Yuniarti, Firmansyah, Amelya Natasha, Ernawati , Ikke, Mestika, Bima, Ibu Kost Nusa Sebayang dan teman –teman kost 25 Medan Kak Ita, Bang Kiki, Kak Dewi,


(5)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

Ratna, Ona, Nora, Iyen, Lia terima kasih kita dapat saling berbagi meskipun tidak pernah terbayangkan kita bisa bertemu di tempat yang sama.

Penulis berharap agar skripsi ini berguna bagi semua pihak, terutama bagi Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.

Medan, Desember 2009 Penulis


(6)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... ...i

DAFTAR ISI ...iv

DAFTAR TABEL ... ...vi

DAFTAR GAMBAR ... ...vii

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Perumusan Masalah ...6

C. Kerangka Konseptual ………7

D. Hipotesis ………...9

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………...9

F. Metode Penelitian ………...10

1. Batasan Operasional ………...10

2. Definisi Operasional Variabel ………11

3. Populasi dan Sampel ………...13

4. Tempat dan Waktu Penelitian ……….15

5. Jenis Data ………....16

6. Teknik Pengumpulan Data ……….16

7. Metode Analisis Data ……… ……….16

BAB II TINJAUAN TEORITIS ………...21

A. Penelitian Terdahulu ………...21

B. Pengertian Saham ………...22

C. Keuntungan Kepemilikan Saham ………...23

D. Risiko Kepemilikan Saham ………....24

E. Teori Penilaian Investasi Saham ………...26

F. Beta ………...27

G. Price Earning Ratio………...29

H. Earning Per Share ………...30

I. Debt to Equity Ratio ………...31

J. Price to Book Value ………31

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN………...33

A. Sejarah Umum Bursa Efek Indonesia ………....33

B. Prospek Bisnis Perusahaan Pertambangan ……….35

C. Profil Perusahaan Pertambangan ………....39

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ………...50


(7)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

B. Uji Asumsi Klasik………. ……….57

C. Analisis Regresi Linear Berganda ……….65

D. Uji Kesesuian ……….67

E. Pengujian Hipotesis ………...68

1. Uji Serempak ( Uji F )………...68

2. Uji Parsial ( Uji t)………..69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………78

B. Saran ………..80 DAFTAR PUSTAKA


(8)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

DAFAR TABEL

Tabel 1.1 Sampel Penelitian ………15

Tabel 1.2 Keputusan Autokorelasi ………..19

Tabel 4.1 Nilai Variabel Beta Perusahaan Pertambangan di BEI………51

Tabel 4.2 Nilai Variabel PER Perusahaan Pertambangan di BEI………52

Tabel 4.3 Nilai Variabel EPS Perusahaan Pertambangan di BEI……….53

Tabel 4.4 Nilai Variabel DER Perusahaan Pertambangan di BEI………54

Tabel 4.5 Nilai Variabel PBV Perusahaan Pertambangan di BEI………55

Tabel 4.6 Nilai Variabel Pendapatan Saham Perusahaan Pertambangan di BEI…57 Tabel 4.7 One- Sample Kolmogorof-Smirnov Test ………60

Tabel 4.8 Coefficients (absut)………..62

Tabel 4.9 Coeffiients (a)………..63

Tabel 4.10 Keputusan Autikorelasi ………...64

Tabel 4.11 Model Summary (b ………..64

Tabel 4.12 Coefficients (a)…….………65

Tabel 4.13 Model Summary ………..67

Tabel 4.14 ANOVA (b) ……….68

Tabel 4.15 Coefficinets (a) ………70


(9)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Pergerakan Indeks Sektor Pertambangan ………4

Gambar 1.2 Kerangka Konseptual ………..8

Gambar 4.1 Histogram ………...58

Gambar 4.2 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual ……….59


(10)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pasar modal di Indonesia sebagai salah satu lembaga yang memobilisasi dana masyarakat memiliki dua fungsi yang sangat penting dalam perekonomian. Fungsi yang pertama adalah fungsi ekonomi karena pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (emiten). Adapun fungsi kedua adalah fungsi keuangan karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih.

Investasi di pasar modal merupakan salah satu investasi yang disukai oleh para investor. Pada umumnya, perusahaan yang menjual surat berharga (saham atau obligasi) ke pasar modal adalah perusahaan yang sudah mempunyai reputasi bisnis yang baik dan kredibel, sehingga efek-efek yang dikeluarkan akan laku dijualbelikan di bursa. Investasi di pasar modal lebih fleksibel, sebab setiap investor bisa dengan mudah memindahkan dananya dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya atau dari satu industri ke industri lainnya. Dengan menahan instrumen investasi tersebut, para investor mengharapkan dapat memperoleh keuntungan.

Salah satu instrumen pasar modal yang paling banyak dikenal luas oleh masyarakat adalah saham. Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Perusahaan-perusahaan yang telah


(11)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

menerbitkan sahamnya di pasar disebut dengan perusahaan terbuka atau go public yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan-perusahaan yang telah go

public terdiri dari berbagai macam jenis perusahaan yang dibagi berdasarkan bidang

usahanya ke dalam sektor tertentu dua di antaranya adalah sektor pertambangan. Dampak krisis keuangan dunia yang berawal di Amerika Serikat dan merembet ke negara lain termasuk kawasan Eropa, Asia, Amerika Latin dan Australia, telah mengakibatkan lemahnya pertumbuhan ekonomi global, sehingga menimbulkan krisis ekonomi dunia. Turunnya permintaan konsumen terhadap produk manufaktur, terutama di negara-negara industri, berpengaruh pada pengurangan permintaan bahan baku industri seperti logam dan energi. Kondisi ini menyebabkan turunnya permintaan produk pertambangan yang begitu besar karena daya beli konsumen industri yang lemah tanpa diikuti pengurangan produksi atau pasokan dari para produsen pertambangan. Saat ini, harga produk pertambangan dan energi sedang mencari titik keseimbangan baru antara permintaan riil konsumen dan ketersediaan pasokannya di pasar. Sejalan dengan pemulihan ekonomi, kebutuhan akan produk pertambangan mulai meningkat. Tentunya harganya akan naik dan saham-saham perusahaan pertambangan mulai diminati kembali oleh investor.

Penelitian yang dilakukan oleh Norico Gaman, Head Departemen Riset PT BNI Securities, menyatakan bahwa harga saham pertambangan selama 2008 memang menurun, tetapi memasuki pertengahan 2009 ada prospek perbaikan harga saham pertambangan secara bertahap. Persepsi perbaikan harga saham itu berdasarkan fundamental perusahaan yang masih bagus dalam jangka panjang dan peluang


(12)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

pertumbuhan usaha yang lebih baik ketika terjadi pemulihan ekonomi dunia tahun 2010. Selain itu, valuasi saham pertambangan saat ini sudah sangat rendah, bila melihat nilai perbandingan harga saham terhadap laba bersih per saham (price earning ratio/PER) saham-saham pertambangan dibandingkan dengan nilai PER rata-rata sektor pertambangan pada kondisi sekarang sebesar 12,2 kali. Jika memperhatikan nilai PER, saham batu bara seperti PT Tabang Batubara Bukit Asam (PTBA), Indo Tambangraya Megah (ITMG), dan BUMI sudah berada di bawah nilai PER rata-rata sektor pertambangan. Perbandingan harga saham terhadap nilai buku per saham (price to book value/PBV) saham-saham perusahaan tersebut sudah di bawah nilai PBV rata-rata sektor pertambangan sebesar 3,0 kali. Nilai PER dan PBV yang lebih rendah dari rata-rata industri pertambangan memberi gambaran bahwa harga saham perusahaan tambang saat ini relatif masih rendah (undervalued) dibanding harga pasar wajarnya (fair market value), dan potensi pertumbuhan usaha dalam jangka panjang. Ketika pertumbuhan ekonomi dunia pulih kembali, maka harga saham perusahaan pertambangan diharapkan memberi imbal hasil yang sangat tinggi bagi investor yang telah berinvestasi saham pada periode pelemahan harga sahamnya. Karena itu, periode kuartal kedua tahun 2009 ini akan menjadi peluang investasi di sektor pertambangan bagi investor yang memiliki perspektif investasi jangka panjang (http:// www.swa.co.id/swamajalah/portofolio).


(13)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

Sumber

Gambar 1.1 : Pergerakan Indeks Sektor Pertambangan

Sektor pertambangan di Indonesia mengalami peningkatan beberapa tahun terakhir seperti tampak pada grafik pergerakan indeks sektoral di atas. Grafik menunjukkan adanya peningkatan harga saham –saham pertembangan yang menyebabkan indeks sektoral pertambangan terus bergerak naik. Pada tahun 2007 indeks berada pada level tertinggi 3,270.09 dan pada tahun 2008 mengalami penurunan pada level 877.68. Pada tahun 2007 rata-rata nilai transasksi mencapai angka di atas Rp 4,3 triliun per hari. Bahkan pada tahun 2008, sampai dengn semester pertama, rata-rata nilai transaksi harian menigkat menjadi Rp 5,6 triliun. Meskipun pada Semester II, terjadi penurunan karena ada krisis suprime di Amerika yang


(14)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

mempengaruhi semua bursa di dunia tidak terkecuali Indonesia, akan tetapi rata-rata nilai transaksi pada tahun 2008 masih lebih tinggi dari tahun 2007 yaitu sekitar Rp 4,5 triliun.

Keputusan pilihan investasi yang dilakukan oleh investor lebih banyak mengacu pada pertimbangan aspek fundamental persahaan berupa emiten yang berkinerja baik atau yang dapat memberikan dividen menarik. Indeks LQ 45 merupakan salah satu indeks yang dianggap mewakili saham-saham yang mempunyai kinerja yang baik di Bursa Efek Indonesia. Selama periode 2006 – 2008 dari 19 perusahaan yang listing di BEI ada 7 perusahaan yang terus berada di indeks LQ 45. Ketujuh Perusahaan tersebut adalah PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk, PT. Bumi Resources Tbk, PT. Energi Mega Persada Tbk, PT. International Nickel Indonesia Tbk, PT. Medco Energi International Tbk, PT. Tambang Batubara Bukit AsamTbk, PT. Timah Tbk (www.idx.co.id).

Berdasarkan kenyataan tersebut, perlu diteliti tentang ketertarikan investor berinvestasi pada sektor pertambangan. Investor tentu sangat tertarik untuk menanamkan dananya pada industri yang dapat memberikan pendapatan (keuntungan) yang tinggi. Untuk memperoleh pendapatan yang tinggi tentunya ada faktor-faktor yang harus diperhatikan atau dipertimbangkan oleh investor.

Menurut teori CAPM (Capital Assets Pricing Models), risiko sistematik (Beta) merupakan satu-satunya risiko yang patut dipertimbangkan dalam mempengaruhi pendapatan saham. Risiko diukur dengan Beta ( ) yaitu koefisien risiko suatu saham terhadap pasar.


(15)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

Penelitian-penelitian dilakukan secara terus-menerus yang pada akhirnya menumbuhkan dan mengembangkan alur pemikiran baru. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa selai Beta ( ) yang diharapkan mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan (return) saham juga ditemukan faktor-faktor lain seperti Price

Earning Ratio (PER) (Prasetya, 2009), Earning Per Share (EPS) (Resmi, 2002), Debt to Equity Ratio (DER), Price to Book Value (PBV) (Sitinjak, 2008).

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “ Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan

Saham pada Sektor Pertambangan di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan sebelumnya, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah faktor Beta, PER (Price Earning Ratio),EPS (Earning Per Share), DER (Debt to Equity Ratio), PBV (Price to Book Value), secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan saham Sektor Pertambangan di BEI?

2. Apakah faktor Beta, PER (Price Earning Ratio), EPS (Earning Per Share), DER (Debt to Equity Ratio), PBV (Price to Book Value), secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan saham Sektor Pertambangan di BEI?


(16)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

C. Kerangka Konseptual

Dalam model keseimbangan CAPM (Capital Assets Price Models), nilai Beta sangat mempengaruhi tingkat return yang diharapkan suatu saham. Semakin tinggi nilai Beta maka akan semakin tinggi tingkat return yang disyaratkan oleh investor (Tandelilin, 2001:193). Studi empiris yang dilakukan oleh para peneliti menunjukkan bahwa selain Beta masih ada faktor lain yang mempengaruhi pendapatan saham yaitu PER (Price Earning Ratio), EPS (Earning Per Share), DER (Debt to Equity Ratio), PBV (Price to Book Value)

PER adalah salah satu rasio yang merefleksikan penilaian investor atas pertumbuhan keuntungan (return saham), risiko, dan kondisi keuangan perusahaan.

Price earning ratio menggambarkan rasio atau parbandingan antara harga saham

terhadap earning perusahaan. Dalam pendekatan PER investor akan mengitung berapa kali (multiplier) nilai earning yang tercermin dalam harga suatu saham (Fakhruddin,2001 : 66).

EPS atau pendapatan per lembar saham, diperoleh dari laba bersih dibagi dengan jumlah lembar saham yang beredar. EPS yang semakin besar menunjukkan kemampuan perusahaan unuk menghasilkan laba per lembar saham juga meningkat (Tandelilin, 2001: 242).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sitinjak (2008) menghasilkan bahwa DER mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan saham. Bahwa saham-saham yang memiliki rasio DER yang rendah akan menghasilkan return yang tinggi dibanding saham-saham yang memiliki rasio DER yang tinggi.


(17)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

Menurut Rosenberg bahwa saham-saham yang memiliki rasio PBV yang rendah akan menghasilkan return yang secara signifikan dibanding saham-saham yang memiliki rasio PBV yang tinggi. Dengan demikian Rosenberg merekomendasikan untuk membeli saham-saham yang mempunyai rasio PBV yang rendah jika investor mengharapkan tingkat return yang lebih besar pada tingkat risiko tertentu (Tandelilin, 2001: 195).

Berdasarkan uraian di atas kerangka konseptual yang menjadi dasar penelitian ini adalah sebagai berikut:

Sumber : Tandelillin (2001) Gambar 1.2 : Kerangka Konseptual

BETA (X1)

PER (X2)

EPS (X3)

DER (X4)

PENDAPATAN SAHAM

(Y)


(18)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka dihipotesiskan sebagai berikut :

1. Faktor Beta, PER (Price Earning Ratio), EPS (Earning Per Share), DER (Debt to

Equity Ratio), PBV (Price to Book Value), secara bersama-sama mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan saham.

2. Faktor Beta, PER (Price Earning Ratio), EPS (Earning Per Share), DER (Debt to

Equity Ratio), PBV (Price to Book Value), secara parsial mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap pendapatan saham.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor Beta , PER, EPS, DER, PBV, secara bersama-sama terhadap pendapatan saham pada sektor pertambangan.

b. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor Beta, PER, EPS, DER, PBV, secara parsial terhadap pendapatan saham pada sektor pertambangan.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Praktisi/Investor, dapat dijadikan sebagai salah satu informasi dalam mempertimbangkan dalam pengambilan keputusan investasi pada saham


(19)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

perusahaan Pertambangan di Bursa Efek Indonesia dengan tujuan meraih pendapatan tinggi.

b. Bagi kalangan akademis, diharapkan dapat memberikan sumbangan positif mengenai faktor-faktor yang memepengaruhi pendapatan saham.

c. Bagi Para Peneliti Lanjutan, hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian lanjutan pada ruang lingkup dan kajian yang lebih luas.

d. Bagi Peneliti, dapat menambah wawasan dan pola pikir tentang saham.

F. Metode Penelitian

1. Batasan Operasional

Adapun yang menjadi batasan operasional penelitian penulis, yaitu:

a. Data Laporan Keuangan Sektor Pertambangan terbuka di Indonesia untuk periode 2006 - 2008 serta harga saham.

b. Faktor-faktor yang diteliti yaitu faktor Beta, PER (Price Earning Ratio), EPS (Earning Per Share), DER (Debt to Equity Ratio), (PBV (Price to


(20)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

2. Definisi Operasional Variabel

a. Variabel Independen (variabel bebas) 1. Beta, (X1)

Merupakan risiko suatu saham terhadap pasar. Taksiran Beta (ß) diperoleh dari Simple Market Model Regresi Linear (Jogiyanto, 2003:233), sebagai berikut :

PS= + ß. PPS + e Dimana:

PS = Pendapatan saham individu pada periode ke-t = intercept

ß = koefisien regresi (taksiran Beta) saham i PPS = Pendapatan pasar saham pada periode ke-t

Pendapatan saham individu (PS) dan pendapatan pasar saham (PPS) dihitung sebagai berikut (Jogiyanto, 2003:110):

PS =

HSt = Harga saham pada periode t

HSt−1 = Harga saham pada periode t-1

PPS =

Faktor Beta dihitung dengan rumus:


(21)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

2. Price Earning Ratio (X2)

Price Earning Ratio (EPS) merupakan menggambarkan rasio atau

parbandingan antara harga saham terhadap earning perusahaan. Dalam pendekatan PER investor akan mengitung berapa kali (multiplier) nilai

earning yang tercermin dalam harga suatu saham (Tandelillin, 2001:

191).Rasio ini dihitung dengan rumus:

PER =

Nilai PER yang digunakan adalah menurut ukuran individual perusahaan per tahun.

3. Earning Per Share (X3)

Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan

besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan kepada semua pemegang saham perusahaan. Besarnya EPS suatu perusahaan dapat dihitung berdasarkan informasi laporan neraca dan laporan rugi laba perusahaan. Rasio ini dihitung dengan rumus (Tandelilin, 2001: 242):

EPS =

Nilai EPS yang digunakan adalah menurut ukuran individual perusahaan per tahun.


(22)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

4. Debt to Equity Ratio ( X4)

Debt to Equity ratio ( DER) merupakan rasio hutang terhadap modal,

rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan dibayar oleh hutang, dimana semakin tinggi nilai rasio ini menggambarkan gejala yang kurang baik bagi perusahaan, Rasio ini dihitung dengan rumus (Sartono, 2001: 121):

DER =

Nilai DER yang digunakan adalah menurut ukuran individual perusahaan per tahun .

5. Price to Book Value (X5)

Price to Book Value (PBV) merupakan rasio yang menunjukkan

apakah harga saham diperdagangkan di atas atau di bawah nilai buku saham tersebut.

Rumus yang digunakan adalah (Fakhruddin, 2001:67):

PBV =

Harga saham yang digunakan adalah harga saham penutupan (closing

price) per tahun dan ukuran nilai buku saham (book value) adalah


(23)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

b. Variabel Dependen (variabel terikat)

Pendapatan merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Pendapatan saham yang diteliti adalah pendapatan realisasi yaitu pendapatan aktual yang sudah terjadi yang disebut dengan capital gain. Capital gain adalah selisih harga saham sekarang dengan periode sebelumnya.

Pendapatan saham (Yi) dihitung sebagai berikut ( Jogiyanto, 2003:110):

Yi =

= harga saham penutupan pada periode ke-t

= harga saham penutupan pada periode sebelumnya. 3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini menggunakan perusahaan Pertambangan yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia selama periode 2006-2008 yang berjumlah 19 perusahaan untuk sektor pertambangan. Penarikan sampel yang dilakukan oleh penulis adalah dengan menggunakan pendekatan “ non probability random sampling” dengan metode “ purposive sampling”. Purposive sampling adalah tekhnik penentuan sampel dengan menggunakan kriteria atau pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2003:78).

Kriteria (pertimbangan) penarikan sampel yang digunakan penulis adalah: a. Emiten yang memiliki laporan keuangan yang telah diaudit lengkap selama tahun

2006-2008.


(24)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

c. Emiten yang terus listing di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2006-2008 (tidak pernah di-suspend).

Berdasarkan kriteria tersebut maka diperoleh sampel perusahaan dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut:

Tabel 1.1

Nama-Nama Sampel Perusahaan

No Kode Emiten Nama Emiten

1. ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk

2. ATPK ATPK Resources Tbk

3. BUMI Bumi Resources Tbk

4. CNKO Central Korporindo International Tbk

5. CTTH Citatah Industri Marmer Tbk

6. ENRG Energi Mega Persada Tbk

7. INCO International Nickel Indonesia Tbk

8. KKGI Resource Alam Indonesia Tbk

9. MEDC Medco Energi International Tbk

10. MITI Mitra Investindo Tbk

11. PTBA Tambang Batubara Bukit AsamTbk

12. PTRO Petrosea Tbk

13. TINS Timah Tbk

Sumber: www.idx.co.id 4. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan situs

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan sejak Agustus 2009 sampai dengan November 2009.


(25)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

5. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang bersumber dari data sekunder yaitu data yang diperoleh dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia tentang data emiten, media internet, jurnal-jurnal penelitian, buku-buku referensi, majalah dan surat kabar lainnya.

6. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi dengan mengumpulkan data pendukung literatur, jurnal, skripsi, dan buku-buku referensi untuk mendapatkan gambaran masalah yang diteliti serta mengumpulkan data sekunder yang relevan dari laporan yang dipublikasikan Bursa Efek Indonesia.

7. Metode Analisis Data

Metode analisis data menggunakan tahap-tahap sebagai berikut: a. Metode Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif merupakan metode penganalisaan data yang mengumpulkan, mengklasifikasikan, menganalisa dan menginterpretasikan data sehingga memberikan gambaran menyeluruh mengenai masalah yang dihadapi (Sugiyono,2003).

b. Metode Analisis Statistik

Metode analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis regresi berganda. Dengan model analisis tersebut akan dijelaskan hubungan antara variabel-variabel terikat dan variabel bebas dengan rumus:


(26)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

Y = a + b1X1+ b2X2+b3X3+b4X4+e

Keterangan:

Y = Pendapatan saham a = Konstanta

X1 = Resiko Sistematis

X2 = Earning Per Share

X3 = Debt to Equity Ratio

X4 = Price to Book Value

b1...b4 = Koefisien Regresi Variabel

e = error

Sebelum data tersebut dianalisis, model regresi berganda harus memenuhi syarat asumsi klasik yang meliputi:

1. Uji Normalitas

Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal, metode yang digunakan untuk menguji normalitas adalah dengan menggunakan Kolmogrov Smirnov terhadap nilai standar residual hasil persmaan regresi. Apabila probabilitas hasil persamaan regresi. Apabila probabilitas hasil Kolmogrov Smirnov lebih dari 0,05 (5%), maka data terdistribusi normal dan sebaliknya. Selain itu deteksi normalitas dapat dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik normalitas. Tetapi jika data menyebar di setiap garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Namun jika data menyebar jauh dari data garis diagonal atau titik tidak mengikuti arah garis diagonal, maka regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.


(27)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

2. Uji Multikolinearitas

Dalam permasalahan regresi linier berganda selain dilakukan uji di atas juga perlu diadakan pengujian yang berkaitan dengan multikolinearitas, karena hal tersebut dapat mempengaruhi bias atau tidaknya kesimpulan suatu analisis regresi berganda. Multikolinieritas adalah kejadian yang menginformasikan terjadinya hubungan di antara variabel-variabel bebas dan hubungan yang terjadi adalah cukup besar.

3. Uji Heterokedastisitas

Masalah yang sering muncul dalam analisis regresi berganda adalah heterokedastisitas. Hal ini timbul pada saat asumsi bahwa varian dari faktor alat adalah konstan untuk semua variabel bebas yang tidak terpenuhi. Jika varian tidak sama, dikatakan terjadi heterokedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas dalam model regresi digunakan analisis residual yang berupa grafik dengan dasar pengamiblan keputusan jika pola tertentu yang teratur maka terjadilah heterokedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di bawah angka 0 pada sumbu Y tidak terjadi heterokedastisitas.

4. Uji Autokorelasi

Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pada periode t dan kesalahan pada periode t-1 (periode sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Uji autokorelasi menggunakan Durbin Watson (DW) test dengan ketentuan:


(28)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

Tabel. 1.2

Keputusan Autokorelasi

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0<d<dl

Tidak ada autikorelasi positif No decision dl≤d≤du

Tidak ada korelasi negatif Tolak 4-dl<d<4

Tidak ada korelasi negatif No decision 4-du≤d≤4-dl

Tidak ada autokorelasi positif atau negatif Tidak ditolak du<d<4-du Sumber: Situmorang (2008:86)

Model regresi yang sudah memenuhi asumsi-asumsi klasik kemudian akan digunakan untuk menganalisis melalui pengujian hipotesis sebagai berikut:

1. Uji Serempak (Uji F)

Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas (Beta, EPS, DER, dan PBV) yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat (Pendapatan Saham). Kriteria pengambilan keputusan:

a. diterima atau ditolak , jika Fhitung< Ftabel pada tingkat kepercayaan 95%

atau a = 0,5

b. ditolak atau diterima, jika Fhitung > Ftabel pada tingkat kepercayaan 95%

atau a = 0,5

2. Uji Parsial (Uji t)

Uji t dugunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat. Kriteria Pengambilan keputusan:

a. diterima atau ditolak , jika thitung< ttabel pada tingkat kepercayaan 95% atau


(29)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

b. ditolak atau diterima, jika thitung > ttabel pada tingkat kepercayaan 95% atau


(30)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian Lumbantoruan (2006) yang melakukan penelitian tentang faktor yang mempengaruhi pendapatan saham sektor properti di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Penelitian ini menghasilkan bahwa faktor DER, EPR, PBV tidak mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap saham , sedangkan Beta merupakan variabel yang mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan saham.

Resmi (2002) menguji keterkaitan antara kinerja keuangan dengan menggunakan EPS, ROE dan PER terhadap return saham perusahaan LQ 45 pada tahun 1997-1999. Hasil dari penelitian ini menunjukkan variabel EPS dan ROE mempunyai hubungan yang signifikan baik secara simultan maupun parsial untuk tahun 1997 dan variabel PER untuk tahun 1998 memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sitinjak (2008) yang melakukan penelitian tentang faktor yang mempengaruhi pendapatan saham pada sektor telekomunikasi di BEI. Penelitian ini menghasilkan bahwa DER dan PBV mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan saham, sedangkan pengaruh Beta, EPR dan Sales tidak terbukti.


(31)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

B. Pengertian Saham

Saham dapat didefenisikan sebagai tanda atau bukti penyertaan atau pemilikan seeorang atau badan usaha dalam perusahaan atau perseroan terbatas (Anoraga, 2006:54). Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh beberapa besar penyertaan yang ditanamkan dalam perusahaan.

Berbagai jenis saham yang dikenal di bursa dan diperdagangkan yaitu saham preferen (preferred stock) dan saham biasa ( common stock).

1. Saham Preferen

Mempunyai sifat gabungan (hybrid) antara obligasi (bond) dan saham biasa (Jogiyanto,2003:67). Seperti bond yang membayarkan bunga atas pinjaman, saham preferen juga memberikan hasil yang tetap berupa dividen preferen. Seperti saham biasa, dalam hal likuidasi, klaim pemegang saham preferen dibawah klaim pemegang obligasi (bond). Dibandingkan dengan saham biasa, saham preferen mempunyai beberapa hak, yaitu hak atas dividen tetap dan hak pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi. Oleh karena itu, saham preferen dianggap mempunyai karakteristik di tengah-tengah antara bond dan saham biasa. 2. Saham Biasa

Merupakan saham yang tidak memperoleh hak istimewa. Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memperoleh dividen sepanjang perseroan memperoleh


(32)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

keuntungan. Pemilik saham mempunyai hak suara pada RUPS ( Rapat Umum Pemegang Saham) sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya (one share one

vote). Pada likuidasi perseroan, pemilik saham memiliki hak memperoleh

sebagian dari kekayaan setelah semua kewajiban dilunasi (Anoraga, 2006:54). Saham biasa ada dua jenis, yaitu saham atas nama dan saham atas unjuk. Untuk saham atas nama, nama pemilik saham tertera di atas saham tersebut, sedangkan saham atas unjuk yaitu nama pemilik saham tidak tertera di atas saham, tetapi pemilik saham adalah yang memegang saham tersebut.

C. Keuntungan Kepemilikan Saham

Saham merupakan sekuritas yang menerbitkan penghasilan yang diperoleh pemodal dengan membeli dan memiliki saham. Penghasilan tersebut dapat berupa

dividen dan capital gain. 1. Dividen

Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Umumnya dividen ini merupakan salah satu daya tarik bagi pemegang saham dengan orientasi jangka panjang. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai dan dividen saham. Dividen tunai adalah dividen yang dibagikan kepada pemeganf saham dalam bentuk uang tunai dalam jumlah tertentu untuk setiap saham, sedangkan dividen saham adalah dividen yang dibagikan dalam bentuk


(33)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

sejumlah saham sehingga jumlah yang dimiliki seseorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen tersebut.

2. Capital Gain

Capital gain adalah realisasi keuntungan yang diperoleh dari selisih harga beli dan harga jual saham akibat fluktuasi harga yang terjadi di pasara modal ketika pemegang saham tersebut menjual sahamnya. Capital Gain akan diperoleh jika harga saham saat penjualan lebih tinggi dibnadingkan hargsa saham pada saat pembelian.

D. Resiko Kepemilikan Saham

Para Pemegang saham selain mendapatkan keuntungan juga memiliki risiko terhadap saham akibat fluktuasi harga pasar (Darmadji, 2001:9). Risiko tersebut antara lain:

1. Tidak mendapat dividen

Dividen adalah keuntungan yang diberikan oleh emiten kepada pemegang sahamnya. Emiten wajib menerbitkan laporan keuangan, biasanya setiap tiga bulan sekali. Dalam laporan keuangan tersebut akan terlihat keuntungan/kerugian dari perusahaan pada tahun berjalan. Potensi keuntungan ditentukan oleh kinerja perusahaan, jika operasi perusahaan tidak mendapat keuntungan ( perusahaan mengalami kerugian), maka perusahaan tidak dapat membagikan dividen.


(34)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

Fluktuasi harga saham terjadi tidak hanya mengakibatkan pemegang saham memperoleh keuntungan (capital gain) namun dapat menyebabkan kerugian ( capital

loss), hal ini terjadi apabila harga pada saat penjualan saham lebih rendah

dibandingkan harga saham saat pembelian saham tersebut. 3. Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi

Berdasarkan peraturan pencatatan saham di bursa efek, maka jika suatu perusahaan bangkrut atau dilikuidasi maka secara otomatis saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari bursa (di-dealist). Dalam kondisi tersebut, maka pemegang saham akan menempati posisi lebih rendah dibanding kreditur atau pemegang obligasi, artinya setelah semua aset perusahaan yang dilikuidasi tersebut dijual, terlebih dahulu dibagikan kepada para kreditur atau pemegang obligasi dan juka masih terdapat sisa, baru dibagikan kepada para pemegang saham.

4. Saham di-delist dari bursa

Suatu saham perusahaan di-delist dari bursa umumnya karena kinerja yang buruk, misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak mendapat dividen secara berturut-turut selama beberapa tahun dan berbagai kondisi lainnya sesuai dengan peraturan pencatatan efek di bursa. Saham yang telah di-delist tentu saja tidak dapat lagi diperdagangkan dengan konsekuensi tidak terdapat patokan harga yang jelas dan jika terjual biasanya dengan harga yang jauh dari harga sebelumnya.


(35)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

Saham di-suspend berarti saham dihentikan perdagangannya sementara oleh otoritas bursa, dan pemodal tidak dapat menjual sahamnya sampai suspend dicabut.

Suspend biasanya berlangsung dalam kurun waktu beberapa hari perdagangan, hal

tersebut dilakukan otoritas bursa jika misalnya suatu saham mengalami lonjakan harga yang luar biasa, suatu perusahaan dipailitkan oleh kreditornya dan berbagai kondisi lainnya yang mengharuskan otoritas bursa mensuspend saham perusahaan tersebut untuk kemudian dimintakan konfirmasi dan informasi lainnya dari perusahaan tersebut, sedemikian sehingga informasi yang belum jelas tersebut tidak menjadi ajang spekulasi. Jiak telah didapatkan suatu informasi yang jelas, maka

suspend atas saham tersebut dapat dicabut oleh bursa dan saham dapat

diperdagangkan kembali seperti semula.

E. Teori Penilaian Investasi Saham

Penilaian investasi dalam bentuk saham terdiri dari dua pendekatan, yaitu The

Firm Foundation Theory dan The Castle in The Air Theory (Anoraga,2006:61). The Firm Foundation Theory menyatakan bahwa setiap instrumen mempunyai landasan

yang kuat yang disebut dengan nilai intrinsik yang dapat ditentukan melalui suatu analisis yang sangat hati-hati terhadap kondisi pada saat sekarang dan prospeknya di masa yang akan datang. Pada saat harga turun atau naik dari nilai intrinsiknya yang bersifat pasti, maka kesempatan menjual atau membeli muncul karena perubahan harga pasar itu pada akhirnya akan dikoreksi.


(36)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

Penilaian kinerja suatu perusahaan memerlukan suatu analisis yang menyeluruh. Para investor dapat menggunakan suatu pendekatan yang dapat mencakup seluruh aspek yang mempengaruhi kinerja suatu perusahaan. Ada tiga aspek yang dapat dipakai sebagai rujukan untuk menganalisis secara fundamental, yaitu dengan analisis secara ekonomi makro, analisis secara industri dan pada akhirnya investor menilai perusahaan yang bersangkutan, yaitu melalui laporan keuangannya (Tandelilin,2001:209).

Salah satu alat investor untuk mengetahui kinerja suatu perusahaan adalah penilaian melalui laporan keuangan yang diterbitkan secara berkala oleh perusahaan-perusahaan yang tercatat di bursa. Perusahaan tersebut harus memberikan laporan keuangannya karena perusahaan yang telah di listing di bursa wajib menyampaikan dan memberikan laporan keuangannya kepada publik. Laporan keuangan suatu perusahaan dapat menunjukkan informasi kekayaan, pendapatan, kinerja serta prospek ke depannya. Berdasarkan laporan keuangan tersebut investor dapat memutuskan apakah perusahaan tersebut layak sebagai tempat investor berinvestasi atau tidak.

Ada tiga jenis laporan keuangan yang dapat dijadikan patokan dalam menganalisis kinerja serta prospek suatu perusahaan, yaitu neraca, laporan rugi laba dan laporan aliran kas perusahaan. Neraca adalah laporan keuangan yang menggambarkan kondisi keuangan perusahaan pada periode tertentu. Di dalamnya terdapat keterangan tentang aktiva, kewajiban dan ekuitas perusahaan tersebut. Sesuai dengan namanya maka dalam neraca kolom antara aktiva dan kolom kewajiban dan


(37)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

ekuitas harus seimbang. Laporan rugi laba yaitu laporan pendapatan dan keuntungan suatu perusahaan pada peruode tertentu. Laporan ini memaparkan besarnya pendapatan dan biaya yang dikeluarkan perusahaan selama periode tertentu, sehingga terdapat keuntungan ataupun kerugian.

F. Beta ( )

1. Pengertian Beta ( )

Beta merupakan ukuran risiko sistematis suatu saham terhadap pasar. Beta Menunjukkan sensitifitas pendapatan saham terhadap perubahan pendapatan pasar.Taksiran Beta (ß) diperoleh dari Simple Market Model Regresi Linear (Jogiyanto, 2003:233), sebagai berikut :

PS= + ß. PPS + e Dimana:

PS = Pendapatan saham individu periode ke-t = intercept

ß = koefisien regresi (taksiran Beta) saham i PPS = Pendapatan pasar saham periode ke-t 2. Hubungan Beta dengan Pendapatan Saham

Dalam model keseimbangan CAPM (Capital Assets Price Models), nilai Beta sangat mempengaruhi tingkat return yang diharapkan suatu saham. Semakin tinggi nilai Beta maka akan semakin tinggi tingkat return yang disyaratkan oleh investor.

CAPM merupakan suatu model yang menghubungkan tingkat pendapatan yang diharapkan dari suatu aset yang berisiko dengan risiko dari aset tersebut pada


(38)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

kondisi pasar yang seimbang. Menurut teori CAPM yang dikembangkan pertama sekali pada tahun 1960 oleh William F Sharpe, Linter dan Mossin. Weston, Besley dan Brigham (Tandelilin, 2001:193) tingkat pendapatan yang diharapkan dari suatu sekuritas dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

E( ) = +ß [E( )- ]

Dimana:

E(Ri) = Tingkat pendapatan yang diharapkan dari sekuritas yang

mengandung resiko

Rf = Tingkat pendapatan bebas risiko

E(Rm) = Tingkat pendapatan yang diharapkan dari portofolio pasar

i = Tolak ukur risiko yang tidak bisa terdiversifikasi dari sudut berharga

yang ke-i

G. Price Earning Ratio (PER)

1. Pengertian PER

Price Earning Ratio (EPS) merupakan menggambarkan rasio atau

parbandingan antara harga saham terhadap earning perusahaan. Dalam pendekatan PER investor akan mengitung berapa kali (multiplier) nilai earning yang tercermin dalam harga suatu saham (Tandelillin, 2001: 191).Rasio ini dihitung dengan rumus:

PER =


(39)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

Price earning ratio adalah rasio price yang dihitung dengan membagi harga

saham saat ini dengan earning per share (EPS), EPS sendiri merupakan rasio yang menunjukan berapa besar keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham per saham. Semakin tinggi nilai EPS tentu saja menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham. PER menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.

H. Earning Per Share (EPS)

1. Pengertian EPS

Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan besarnya laba

bersih perusahaan yang siap dibagikan kepada semua pemegang saham perusahaan. Besarnya EPS suatu perusahaan dapat dihitung berdasarkan informasi laporan neraca dan laporan rugi laba perusahaan. Rasio ini dihitung dengan rumus (Tandelilin, 2001: 242):

EPS =

Nilai EPS yang digunakan adalah menurut ukuran individual perusahaan per tahun. 2. Hubungan EPS dengan Pendapatan Saham


(40)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

Earning merupakan suatu indikator utama untuk melihat prospek perusahaan,

dan variabel yang sangat berkaitan dengan earning adalah Earning Per Share (EPS) yang merupakan sebuah rasio yang berkaitan langsung denga laba perusahaan dan menunjukkan seberapa besar tingkat pengembalian saham yang dapat diterima oleh investor. Earning Per Share dan pergerakannya merupakan indikator penting untuk melihat prospek keuangan perusahaan. Prospek perusahaan ini akan menarik investor untuk berinvestasi pada saham tersebut. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan pengaruh dari Earning Per Share terhadap pendapatan perusahaan.

3. Debt to Equity Ratio (DER)

1. Pengertian DER

Debt to Equity Ratio ( DER) merupakan rasio hutang terhadap modal, rasio

ini mengukur seberapa jauh perusahaan dibayar oleh hutang, dimana semakin tinggi nilai rasio ini menggambarkan gejala yang kurang baik bagi perusahaan, Rasio ini dihitung dengan rumus (Sartono, 2001: 121):

DER =


(41)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

DER merupakan indikator untuk melihat prospek perusahaan karena mempengaruhi laba yang akan diperoleh perusahaan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sitinjak (2008) menghasilkan bahwa DER mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan saham. Bahwa saham-saham yang memiliki rasio DER yang rendah akan menghasilkan return yang tinggi dibanding saham-saham yang memiliki rasio DER yang tinggi.

4. Price to Book Value (PBV)

1. Pengertian PBV

Price to Book Value (PBV) merupakan rasio yang menunjukkan apakah harga

saham diperdagangkan di atas atau di bawah nilai buku saham tersebut. Rumus yang digunakan adalah (Fakhruddin, 2001:67):

PBV =

2. Hubungan PBV dengan Pendapatan Saham

Informasi rasio Price to Book Value ini dipakai dalam keputusan investasi. Menurut Rosenberg bahwa saham-saham yang memiliki rasio PBV yang rendah akan menghasilkan return yang secara signifikan dibanding saham-saham yang memiliki rasio PBV yang tinggi. Dengan demikian Rosenberg merekomendasikan untuk membeli saham-saham yang mempunyai rasio PBV yang rendah jika investor mengharapkan tingkat return yang lebih besar pada tingkat risiko tertentu (Tandelilin, 2001: 195).


(42)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

A. Sejarah Bursa Efek Indonesia

Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak zaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebakan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagaimana semestinya.

Bursa efek merupakan satu lembaga perantara investor dengan perusahaan Indonesia. Melalui bursa efek ini investor dapat membeli saham perusahaan yang diinginkan dan sebaliknya melalui bursa ini juga perusahaan dapat memperoleh sejumlah dana melalui sejumlah penjualan sahamnya. Hal-hal mengenai tata cara jual beli saham ini telah diatur oleh bursa efek dengan cara yang sistematis. Bursa efek Indonesia berawal dari pendirian bursa di Batavia oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 14 Desember 1912. Sekuritas yang diperdagangkan adalah saham dan obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah Hindia Belanda dan sekuritas lainnya.


(43)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

Perkembangan bursa efek di Batavia sangat pesat sehingga mendorong pemerintah Belanda membuka bursa efek Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925 dan bursa efek Semarang pada tanggal 1 Agustus 1952. Kedua bursa ini kemudian ditutup karena terjadinya gejolak politik Eropa pada awal tahun 1939. Bursa Efek Indonesia pun akhirnya ditutup karena terjadinya perang dunia kedua, sekaligus menandai berakhirnya aktivitas pasar modal di Indonesia.

Pasar modal di Indonesia kembali digiatkan dengan dibukanya kembali Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tanggal 3 Juni 1952. Pada tahun 1958 kegiatan Bursa Efek Jakarta kembali dihentikan karena adanya inflasi dan resesi ekonomi. Hal ini tak berlangsung lama sebab Bursa Efek Jakarta dibuka kembali dan akhirnya mengalami kebangkitan pada tahun 1970. Kebangkitan ini disertai dengan dibentuknya Tim Uang dan Pasar Modal, disusul dengan tahun 1976 berdirinya BAPEPPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal) serta berdirinya perusahaan investasi PT. Dana Reksa. Kebangkitan ini didukung dengan diresmikannya aktivitas perdagangan di Bursa Efek Jakarta oleh presiden Soeharto pada tahun 1977.

Pemerintah mengeluarkan kebijakan paket deregulasi Desember 1987 dan Desember 1988 tentang diperbolehknnya swastanisasi bursa efek . Paket deregulasi ini kemudian mendorong Bursa Efek Jakarta berubah menjadi PT. Bursa Efek Jakarta pada tanggal 13 juli 1992. Pemilik saham adalah perusahaan efek yang menjadi anggota bursa. Pada tahun itu juga BAPEPPAM yang awalnya sebagai badan pelaksana pasar modal kerja berubah menjadi badan pengawas pasar modal.


(44)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

Pertumbuhan bursa efek pada tahun-tahun berikutnya menjadi semakin cepat, terutama sejak dilakukan sistem otomasi perdagangan pada tanggal 25 Mei 1995. Semua indikator perdagangan seperti nilai , volume dan frekuensi transaksi menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa. Pada tahun 2007, rata-rata transaksi menunjukkan pertumbuhan luar biasa . pada tahun 2007, rata-rata nilai transaksi telah mencapai angka di atas Rp 4,3 triliun per hari. Bahkan pada tahun 2008, sampai dengan semerter pertama , rata-rata nilai transaski harian meningkat menjadi Rp 5,6 triliun. Meskipun pada semester II, terjadi penurunan karena ada krisis suprime di Amerika yang mempengaruhi semua bursa di dunia tidak terkecuali Indonesia, akan tetapi rata-rata nilai transaksi pada tahun 2008 masih lebih tinggi dari tahun 2007 yaitu sebesar Rp 4,5 triliun. Angka-angka tersebut meningkat luar biasa jika dibandingkan dengan awal-awal swastanisasi bursa efek atau sebelum diberlakukn otomasi perdagangan. Pada tahun 1994 , rata-rata nilai transaksi hanya sebesar Rp 104 miliar per hari. Hal ini berarti dalam kurun waktu 14 tahun rata-rata nilai transasksi harian telah meningkat sebesar lebih kurang 4000 %.

Seiring dengan perkembangan pasar dan tuntutan untuk lebih meningkatkan efisiensi serta daya saing di kawasan regional, maka efektif tanggal 3 desember 2007 secara resmi PT. Bursa Efek Jakarta digabung dengan PT. Bursa Efek Surabaya dan beganti nama menjadi PT. Bursa Efek Indonesia.


(45)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

B. Prospek Perusahaan Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia

Saham batu bara mulai bergairah seiring adanya proses pemulihan ekonomi global, salah satunya kebutuhan energi listrik yang murah akan terus meningkat. Hal ini mengakibatkan kenaikan permintaan batu bara dan harga jualnya mampu mendorong peningkatan kinerja usaha dan keuangan perusahaan yang bergerak di bisnis ini. Hal ini sejalan dengan mulai meningkatnya harga minyak dunia yang saat krisis permintaan dan harganya menurun.

Laporan keuangan kuartal I tahun 2009 perusahaan publik yang bergerak di pertambangan batu bara memicu minat investor untuk membeli saham di sektor ini. Kinerja yang ditunjukkan sejumlah emiten batu bara cukup baik. PT Adaro Enegy Tbk. (ADRO), misalnya pada kuartal I tahun 2008 masih merugi Rp 12 miliar, tetapi kuartal I tahun 2009 laba bersihnya meningkat ke angka Rp 1,14 triliun (naik 9.642%). Lalu, laba bersih PT Indo Tambangraya Megah Tbk. naik dari Rp 18,95 miliar menjadi Rp 101,76 miliar (437,01%), PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) meningkat 587% dari Rp 16,49 miliar menjadi Rp 113,22 miliar. Sementara itu, laba bersih PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. (PTBA) naik 220% dari Rp 286,4 miliar ke level Rp 920,6 miliar.

Saham-saham tambang batu bara naik dengan pesat. Selama Januari sampai Juni 2009 hampir semua harga saham pertambangan, termasuk saham batu bara mulai menunjukkan kinerjanya. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, kenaikan tertinggi diraih oleh PT. Bayan Resources dari Rp 890 per 30 Januari naik 489,89% menjadi


(46)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

Rp 5.250 per 29 Juni 2009. Kemudian saham PT. Bumi Resources (BUMI) naik 279,59% dari Rp 510 menjadi Rp 1.890

Saham PTBA dan BUMI terlihat memiliki nilai ROE yang lebih tinggi dari nilai ROE rata-rata sektor pertambangan sebesar 35%. Menunjukkan nilai positif prospek pertumbuhan saham perusahaan pertambangan dalam jangka panjang dua tahun ke depan, meskipun pelemahan harga komoditas tambang akan mengganggu kinerja usaha dalam jangka pendek.

Meski demikian, ketika berinvestasi di saham batu bara, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana perusahaan batu bara itu mengelola utang perusahaan agar kinerja arus kasnya terjaga dan peningkatan jumlah cadangan batu bara, untuk menjamin kelangsungan produksi jangka panjang. Hindari saham perusahaan tambang batu bara yang memiliki jumlah cadangan kecil, tetapi kondisi utang perusahaan relatif besar bila dibanding nilai penjualannya.Supaya investor fokus berinvestasi di saham perusahaan tambang batu bara yang jumlah cadangannya besar, dan memiliki basis konsumen yang kuat baik di dalam maupun luar negeri. Selain itu, kondisi keuangan yang baik dengan porsi utang yang kecil dari nilai ekuitasnya, sehingga perusahaan itu masih mampu menciptakan pertumbuhan laba bersih yang sangat baik.

Adanya proses pemulihan ekonomi global, maka kebutuhan energi listrik yang murah akan terus meningkat sehingga akan terjadi kenaikan permintaan batu bara, lalu harga jualnya mampu mendorong peningkatan kinerja usaha dan keuangan perusahaan. Seperti halnya PTBA, sekarang terus memasok kebutuhan batu bara di


(47)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

dalam negeri. Proyek yang sedang ditangani adalah PLTU 4 x 600 MW di Tanjung Enim, proyek kereta api dan pembangunan rel baru dari Tanjung Enim ke Lampung. Proyek-proyek itu nantinya membutuhkan volume batu bara sebesar 20 juta ton dan sampai saat ini pryoyek masih dalam proses. Semua proyek tersebut mulai dikerjakan tahun 2009-2010, dan direncanakan selesai tahun 2013-2014. Dengan proyek itu, manajemen menargetkan setelah tahun 2014 terjadi peningkatan skala volume produksi menjadi 50 juta ton per tahun. Perusahaan sudah menetapkan kapan dan bagaimana mencapai produksi 50 juta ton per tahun. Namun, target yang memungkinkan di tahun 2013 mempunyai kapasitas terpasang sebesar 22 juta ton per tahun dan saat ini hanya 50% yang sanggup dihasilkan karena keterbatasan jalur kereta api

Harga jual batu bara PTBA periode Januari sampai Maret 2009, baik untuk pasar domestik maupun pasar ekspor, naik signifikan dibanding harga jual batu bara periode yang sama tahun 2008. Harga jual rata-rata (tertimbang) batu bara pasar domestik naik 79% menjadi Rp 737 ribu/ton dan harga jual rata-rata batu bara PTBA periode Januari-Maret 2009 juga naik, yaitu 4% menjadi 2,82 juta ton. Sementara itu, posisi kas dan setara kas PTBA per 31 Maret 2009 tercatat sebesar Rp 3,58 triliun, atau naik 70% dibanding kas dan setara kas periode yang sama tahun 2008. Perusahaan menargetkan volume penjualan tahun 2009 naik 13% menjadi 14,5 juta ton.


(48)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

Di sini bisa kita lihat, di samping harga batu bara yang cenderung meningkat ke depan, para pengelola perusahaannya terus berupaya memberikan nilai tambah kepada investor, agar sektor pertambangan khususnya batu bara ini tetap diminati.

C. Profil Perusahaan Pertambangan yang terdatar di Bursa Efek Indonesia

1. PT.Aneka Tambang Persero Tbk

PT. Aneka Tambang Tbk, berpusat di Gd. Aneka Tambang Jl. Letjen TB Simatupang No.1 Lingkar Sel Tan-Bar Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 5 Juli 1968 dan bergerak dalam bidang eksplorasi, penambangan, pemrosesan, pemasaran dan perdagangan nikel dan emas

Susunan Komisaris dan Direksi PT. Aneka Tambang Tbk: Corporate Secretary : Bimo Budi Satriyo

Direktur : Djaja M. Tambunan

Direktur : Winardi

Direktur : Tato Wiraza

Direktur : Achmad Ardianto

Direktur : Denny Maulana

Komisaris Utama : Irwan Bahar

Komisaris : Mahendra Siregar

Komisaris independent : Mahmud Hamundu

Direktur Utama : Alwin Syah Loebis


(49)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

Komisaris Independen : Hikmahanto Juwana

2. PT. ATPK Resources Tbk

PT. ATPK Resources Tbk, berpusat di Wisma GKBI 39th Floor Suite 3901, JL.Jendral Sudirman No.28 Jakarta. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 12 januari 1983 dan bergerak dalam bidang tambak udang.

Susunan Komisaris dan direksi PT. ATPK Resources Tbk:

Komisaris : Akhmad Taufik

Direktur Utama : Raymond Bernadus

Corporate Secretary : Andreas Andy Santoso

Komisaris Utama : Dr.H.M. Wasisto Budiharsoyo

Komisaris ( Independen) : Anwar Pulukadang Komite Audit (Ketua) : Ir. Anwar Pulukadang

Direktur : Saur Maruli Silalahi

Komite Audit (anggota) : Abdul Ficar, SH., MH Komite Audit (anggota) : Darman Amran

Direktur : Socrates Rudy Sirait

3. PT. Bumi Resources Tbk

PT. Bumi Rsources Tbk, berpusat di Gedung Mit Plaza 2 Lt.11 Jl. Jend. Sudirman Kav.10-11 Jakarta. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 26 Juni 1973 dan bergerak dalam bidang investasi perusahaan minyak dan gas serta perhotelan.


(50)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

Susunan Komisaris dan Direksi PT. Bumi Resources Tbk:

Direktur : Kenneth P Farrell

Komite Audit (Anggota) : Drs.Kanaka Puradiredja Komite Audit (Anggota) : Indra Safitri

Komite Audit (Anggota) : Mawar I.R Napitupulu Komisaris ( Independen) : Fuad Hasan

Komisaris : Kusumo Martoredjo

Komisaris Utama : Suryo B. Sulisto

Komisaris : Sulaiman Zudhi Pane

Direktur Utama : Ari Saptari Hudaya

Direktur : Eddie J. Soebari

Komisaris : Nalinkant Rathod

Komisaris : Iman Taufik

Komisaris : Jay Abdullah Alatas

Corporate Secretary : Dileep Srivastava 4. PT. Central Korporindo International Tbk

PT. Central Korporindo International Tbk, berpusat di Wisma Metropolitan II Lt. 11 Jl. Jendral Sudirman Kav.29 Jakarta. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 13 September 1999 . Pada awal pendiriannya perusahaan bergerak dalam bisnis pemasokan berbagai jenis benang untuk pabrik tekstil. Di awal tahun 2000 perusahaan memulai bisnis penjualan batubara di Banjar Baru , Kalimantan Selatan. Susunan Komisaris dan Direksi PT. Central Korporindo International Tbk:


(51)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

Corporate Secretary : Jafar Chan SH, MH

Komisaris : Bambang Mudljojati

Direktur : Jansen Surbakti

Direktur Utama : Erry Indriana

Komisaris Utama : Wiwik Sukarno

Komisaris : Trias Nugroho

Komite Audit (Anggota) : Trias Nugroho Komite Audit (Anggota) : Yunita Triana

Direktur : Ir. Sudarwanta

Direktur : Pudjianto Gondosasmito, SE

Komite Audit (Ketua) : Syoni Supriyanto Komisaris ( Independen) : Syoni Supriyanto

Direktur : Andri Cahyadi

5. PT. Citatah Tbk.

PT. Citatah Tbk, berpusat di Jl.Pinangsia III No.31 Jakarta. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 26 September 1974. Perusahaan ini merupakan produsen marmer terbesar di Indonesia, dengan kapasitas penambangan terluas dan fasilitas produksi di Sulawesi Utara dan pabrik khusus produksi di kawasan Jakarta.

Susunan Komisaris dan Direksi PT. Citatah Tbk: Komite Audit (Ketua) : Gregory Nanan Aswin Komisaris Independen : Gregory Nanan Aswin


(52)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

Komite Audit (Anggota) : Marika Prawira Komite Audit (Anggota) : Alwi Sjaff

Direktur : Tiffany Johanes

Direktur : Sergio Magliocco

Komisaris : Ismail Husin

Direktur : Denise Johannes

Presiden Komisaris : Arief Sianto

6. PT. Energi Mega Persada Tbk

PT. Energi Mega Persada Tbk, berpusat di Gd. Wisma Mulia Lt.33, Jl. Jend. Gatot Subroto No.42 Jakarta. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 16 Oktober 2001. Sejak tahun 2003 perusahaan melakukan ekspansi pada inti bisnis untuk fokus dalam bidang eksplorasi , pengembangan dan produksi minyak dan gas bumi.

Susunan Komisaris dan Direksi PT. Energi Mega Persada Tbk: Komite Audit (Ketua) : A. Qoyum Tjandranegara Komisaris Independen : A. Qoyum Tjandranegara Komite Audit (Anggota) : Toha Abidin

Corporate Secretary : Riri Hosniari Harahap Komite Audit (Anggota) : Drs. Hertanto

Direktur Utama : Imam Pria Agustino

Komisaris : Ir. Suyitno Patmosukismo


(53)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

Direktur : Didit Agripinanto Ratam

Komisaris Utama : Saptari Hoedaja

Direktur : Amir Balfas

7. PT. International Nickel Indonesia Tbk

PT. International Nickel Indonesia Tbk, berpusat di Bapindo Plaza II Lantai 22 JL. Jend Sudirman Kav. 54-55 Jakarta. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 25 Juli 1968 dan memproduksi bahan baku nikel dan bahan setengah di mana peleburan dan proses produksi dilakukan di kawasan Soroako, Sulawesi.

Susunan Komisaris dan Direksi PT. International Nickel Indonesia Tbk:

Direktur : Ciho D. Bangun

Corporate Secretary : Indra N. Ginting

Komisaris : Takeshi Kubota

Direktur Utama : Dr. Arif S. Siregar

Komite Audit (Anggota) : Jusuf Halim Komite Audit (Ketua) : Rozik B. Soetjipto Komisaris Independen : Rozik B. Soetjipto Komite Audit (Anggota) : Kanaka Puradiredja

Komisaris : Naoyuki Tsuchida

Komisaris : Jennifer Maki

Komisaris : Marco Aurelio Lopes Fires


(54)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

Komisaris : Roberto Moretzsohn

Direktur : Helwanurrachman Djumiril

Presiden Komisaris : Tito Botelho Martins Junior Wakil Komisaris Utama : Peter Poppinga

Komisaris Independen : Arief T. Surowidjojo Komisaris Independen : Nicolaas D. Kanter

8. PT. Resources Alam Indonesia Tbk

PT. Resources Alam Indonesia Tbk, berpusat di Gd Bumi Raya Utama Group Jl. Pembangunan I No. 3 Jakarta Pusat. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 28 Agustus 1990 dan bergerak dalam bidang produksi formalin dan damar. Perusahaan juga memasok lem perekat untuk pabrik kayu melalui PT. Bumi Raya Utama.

Susunan Komisaris dan Direksi PT. Resources Alam Indonesia Tbk:

Komisaris Utama : Hendro Martowardojo. MBA

Komite Audit (Ketua) : Hendro Martowardojo. MBA Komisaris Independen : Hendro Martowardojo. MBA Komite Audit (Anggota) : Surya Martara Tjahaja, MBA Komisaris Independen : Surya Martara Tjahaja, MBA

Komisaris : Thomas Agap, SH.MM

Komisaris : DR. Suparno Adijanto

Direktur Utama : Ir. Pintarso Adijanto


(55)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

Direktur : Ge Luiyanto Yamin, M.Si

Komite Audit (Anggota) : Eddy Salimah

9. PT. Medco Energi International Tbk

PT. Medco Energi International Tbk, berpusat di Gedung The Energy, Lt 52-55 SCDB Lot, 11A, Jl. Jend Sudirman Senayan Jakarta Selatan. Perusahaan ini didirikan tanggal 09 Juni 1980 dan merupakan perusahaan holding untuk hubungan bisnis energi dengan Perusahaan Medco Grup. Pada bulan Maret 1997 perusahaan bekerja sama dengan Myanmar Oil and Gas Enterprise yang berencana untuk menangani 8000 m2 ladang tertunda di Myanmar.

Susunan Komisaris dan Direksi PT. Medco Energi International Tbk: Komite Audit (Anggota) : Zulfikri Aboebakar

Komisaris : Retno Dewi Arifin, IR

Direktur Utama : Darmoyo Doyoatmojo

Direktur : Darwin Cyril Noerhadi

Komite Audit (Ketua) : Sudono N.S Komite Audit (Anggota) : Djoko Sutarjo Corporate Secretary : Cisca Alimin

Komisaris Utama : Hilmi Panigoro

Komisaris Independen : Gustiaman Deru

Direktur : Lukman Mahfoedz


(56)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

Komisaris ( Independen) : Rachmat Sudibjo

Komisaris : IR. Yani Yuhani Rodyat, MM

Komite Audit (Anggota) : Gustiaman Deru

10. PT. Mitra Investindo Tbk

PT. Mitra Investindo Tbk, berpusat di Jl. Teluk Betung No. 39 Jakarta. Perusahaan ini didirikan tanggal 16 September 1993 dan beroperasi dalam penyewaan juga pemesanan modal ventura dan penguangan piutang dagang.

Susunan Komisaris dan Direksi PT. Mitra Investindo Tbk:

Direktur : Diah Pertiwi Gandhi

Wakil Komisaris Utama : Mustofa

Corporate Secretary : E. Dyah Isnaini Komite Audit (Ketua) : Simon Halim Komisaris ( Independen) : Simon Halim Komite Audit (Anggota) : Yuliantina Wongso Komite Audit (Anggota) : Eko Santo

Komisaris Utama : Andreas Tjahjadi

Direktur Utama : Herman Setyadi Budi

Direktur : Kumari

11. PT. Tambang Batubara Bukit AsamTbk

Tambang Batubara Bukit AsamTbk, berpusat di Jl. Parigi No. 1 Tanjung Enim 31716 Sumatera Selatan. Perusahaan ini didirikan tanggal 15 Desember 1980.


(57)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

Perusahaan bekerja pada eksplorasi tambang sejak 1919 di bawah pemerintahan Hindia Belanda . Diambil alih oleh Jepang tahun 1942 dan dinasioanlisasikan Pemerintah Indonesia tahun 1945. Pada tahun 1983 perusahaan ditugaskan oleh pemerintah untuk pengembangan batu bara.

Susunan Komisaris dan Direksi PT. Tambang Batubara Bukit AsamTbk:

Direktur : Milawarma

Komisaris Utama : Supriyadi

Direktur Utama : Ir. Sukrisrno

Direktur : Ir. Tiandas Mangeka

Direktur : Ir. Heri Supriyanto

Direktur : Ir. Drs. Mahbub Iskandar

Komisaris : Umyatun Hayati Sri Astuti

Komisaris : Thamrin Sihite

Komisaris : Suranto Soemarsono

Komite Audit (Ketua) : Suranto Soemarsono

Komisaris : Abdul Latief Baky

Komite Audit (Anggota) : Azhar Zainuri

Komite Audit (Anggota) : Ridho Kresna Wattimena Corporate Secretary : Achmad Sudarto


(58)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

PT. Petrosea Tbk, berpusat di Wisma Anugraha Jl. Taman Kemang No.32 B Jakarta. Perusahaan ini didirikan 11 Januari 1901 dan beroperasi dalam bidang jasa konstruksi tekhnis dan kontrak penambangan.

Susunan Komisaris dan Direksi PT. Petrosea Tbk:

Direktur : Hendrick U Ibrahim

Komite Audit (Ketua) : John S. Karamoy Komite Audit (Anggota) : Mabel Parungkuan Komite Audit (Anggota) : Iman Setiadi

Direktur Utama : Micky a. Hehuwat

Komisaris : Azis Armand

Direktur : Neil Whittaker

Komisaris ( Independen) : Simon F. Sembiring

Komisaris Utama : Pandri Pradono Moelyo

Komisaris : Wadyono Sliantoro W

Komisaris ( Independen) : Barry T. Davies Komisaris ( Independen) : Sriyanto

Komisaris ( Independen) : Anies Baswedan Wakil Direktur Utama : Richard Bruce Ness

Direktur : Hanifa Indradjaya

Direktur : Sudirman Said


(59)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

13. PT. Timah Tbk

PT. Timah Tbk, berpusat di Jl. Teuku Cik Ditiro No. 56 A Jakarta. Perusahaan ini didirikan tanggal 01 Agustus 1976 dan bergerak dalam bidang penambangan dan tekhnis. Operasi perusahaan meliputi Pulau Bangka, Pulau Karium dan kawasan pantai Sumatera

Susunan Komisaris dan Direksi PT. Timah Tbk:

Direktur : Setyo Sardjono

Direktur : Gatut Hari Prasetyo

Komisaris Utama : Ismerda Lebang

Komisaris Independen : Fachri Ali

Direktur : M. Krisna Syarif

Komisaris : Wimpy S. Tjetjep

Komisaris : Boni Siahaan

Direktur Utama : Wachid Usman

Direktur : Surawardi

Komisaris : Marwansyah Lobo Balia


(60)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.


(61)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskriptif Variabel

Berdasarakan hasil pengelolaan data maka akan dilakukan analisis dengan tujuan untuk menjawab seluruh permasalahan dalam penelitian ini. Sebelum pembahasan sampai pada tahap analisis model maka terlebih dahulu akan dibahas secara deskriptif nilai variabel independen (Beta, Price Earning Ratio (PER),

Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), Price to Book Value (PBV)

dan variabel dependen (Pendapaan Saham): 1. Variabel Beta

Mengetahui Beta suatu sekuritas atau Beta suatu portofolio merupakan hal yang penting untuk menganalisis sekuritas atau portofolio tersebut. Beta suatu sekuritas menunjukkan resiko sistematiknya yang tidak dapat dihilangkan karena diversifikasi. Untuk menghitung beta fortofolio, maka Beta masing-masing sekuritas perlu dihitung terlebih dahulu.

Nilai Variabel Beta yang ditunjukkan Tabel 4.1 menggambarkan nilai Beta tahun 2006 – 2008. Nilai Beta tertinggi tahun 2006 diperoleh PT. Central Korporindo International Tbk senilai 0,5388 dan terendah diperoleh PT. Mitra Investindo Tbk senilai -0,4938. Tahun 2007 nilai Beta tertinggi diperoleh PT. Resource Alam Indonesia Tbk senilai 1,7144 dan terendah oleh PT. Timah Tbk senilai -0,3501 sedangkan tahun 2008 tertinggi oleh PT. Timah Tbk senilai 0,6869 dan terendah oleh PT. Resource Alam Indonesia Tbk senilai -0,3291.


(62)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

Tabel 4.1

Deskriptif Nilai Variabel Beta Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar di BEI

Nama Emiten Periode Rata -

Rata

2006 2007 2008

Aneka Tambang (Persero) Tbk 0,3901 0,0448 0,5710 0,3353

ATPK Resources Tbk 0,3258 0,4904 0,1859 0,3340

Bumi Resources Tbk 0,1066 0,1691 0,1582 0,1446

Central Korporindo International Tbk 0,5388 0,4185 0,1581 0,3718

Citatah Industri Marmer Tbk 0,1587 0,0699 0,0957 0,1081

Energi Mega Persada Tbk -0,0366 0,0696 0,2871 0,1067

International Nickel Indonesia Tbk -0,4078 0,1404 0,5277 0,0867

Resource Alam Indonesia Tbk 0,0926 1,7144 -0,3291 0,4926

Medco Energi International Tbk -0,1294 0,0399 0,4716 0,1274

Mitra Investindo Tbk -0,4938 0,1231 0,1436 0,0757

Tambang Batubara Bukit AsamTbk -0,1605 0,3472 0,6282 0,2716

Petrosea Tbk -0,0824 0,0580 0,0493 0,0083

Timah Tbk 0,2632 -0,3501 0,6869 0,2000

Sumber : Data diolah (2009)

2. Variabel Price Earning Ratio (PER)

Rasio ini menggambarkan parbandingan antara harga saham terhadap earning perusahaan. Dalam pendekatan PER investor akan mengitung berapa kali (multiplier) nilai earning yang tercermin dalam harga suatu saham.

Nilai Variabel Price Earning Ratio yang ditunjukkan Tabel 4.2 menggambarkan nilai tahun Price Earning Ratio tahun 2006 – 2008. Nilai PER tertinggi tahun 2006 diperoleh PT. Bumi Resources Tbk senilai 78,5 dan terendah diperoleh PT. Central Korporindo International Tbk senilai 0,5. Tahun 2007 nilai PER tertinggi diperoleh PT. Medco Energi International Tbk senilai 260,1 dan terendah oleh PT. Central Korporindo International Tbk senilai 0,6 sedangkan tahun


(63)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

2008 tertinggi oleh PT. Energi Mega Persada Tbk senilai 34,57 dan terendah oleh PT. Central Korporindo International Tbk senilai 0,13.

Tabel 4.2

Deskriptif Nilai Variabel Price Earning Ratio Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar di BEI

Nama Emiten Periode Rata -

Rata

2006 2007 2008

Aneka Tambang (Persero) Tbk 49,14 7,59 7,59 21,44

ATPK Resources Tbk -0,67 -22,77 -32 -18,48

Bumi Resources Tbk 78,5 139,31 27,07 81,63

Central Korporindo International Tbk 0,5 0,6 0,13 0,41

Citatah Industri Marmer Tbk -1,43 -10,51 17,54 1,87

Energi Mega Persada Tbk -27,79 185,55 -34,57 41,06

International Nickel Indonesia Tbk 68,74 85,18 4,41 52,77

Resource Alam Indonesia Tbk -0,98 -8,67 10,8 0,38

Medco Energi International Tbk 31,98 260,10 1,87 97,98

Mitra Investindo Tbk -14,77 162,12 24,29 57,21

Tambang Batubara Bukit AsamTbk 16,71 38,09 9,31 21,37

Petrosea Tbk 10,52 8,59 18,65 12,58

Timah Tbk 10,68 80,84 3,91 31,81

Sumber : Data diolah (2009)

3. Variabel Earning Per Share (EPS)

Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan besarnya laba

bersih perusahaan yang siap dibagikan kepada semua pemegang saham perusahaan. Besarnya EPS suatu perusahaan dapat dihitung berdasarkan informasi laporan neraca dan laporan rugi laba perusahaan.

Nilai variabel Earning Per Share (EPS) yang ditunjukkan Tabel 4.3 menggambarkan nilai EPS tahun 2006 – 2008. Nilai EPS tertinggi tahun 2006 diperoleh PT. Petrosea Tbk senilai 575 dan terendah diperoleh PT. ATPK Resources Tbk senilai -74. Tahun 2007 nilai EPS tertinggi diperoleh PT. International Nickel


(64)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

Indonesia Tbk senilai 1130 dan terendah oleh PT. Resource Alam Indonesia Tbk senilai -98 sedangkan tahun 2008 tertinggi oleh PT. Medco Energi International Tbk senilai 999 dan terendah oleh PT. Energi Mega Persada Tbk senilai -2,4.

Tabel 4.3

Deskriptif Nilai Variabel Earning Per Share Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar di BEI

Nama Emiten Periode Rata -

Rata

2006 2007 2008

Aneka Tambang (Persero) Tbk 162,79 536,67 143,48 280,98

ATPK Resources Tbk (74) (54) (4) -44

Bumi Resources Tbk 11,46 43,07 33,62 29,38

Central Korporindo International Tbk 320 350 390 353,33

Citatah Industri Marmer Tbk (24,5) (8,28) 2,85 -9,97

Energi Mega Persada Tbk (18,71) 8,03 (2,43) -4,37

International Nickel Indonesia Tbk 451 1130 438 673

Resource Alam Indonesia Tbk (107) (98) 162 -14,33

Medco Energi International Tbk 111 19,8 999 376,60

Mitra Investindo Tbk (2,37) 0,66 5,27 1,18

Tambang Batubara Bukit AsamTbk 211 315 741 422,33

Petrosea Tbk 575 663 193 477

Timah Tbk 414 355 276 348,33

Sumber : Data diolah (2009)

4. Variabel Debt to Equity Ratio (DER)

Rasio ini mengambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang diterima, karena kewajiban untuk membayar hutang lebih diutamakan daripada pembagian dividen.


(1)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

Uji Normalitas

Variables Entered/Removed(b)

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method 1 PBV, DER,

BETA, PER, EPS(a)

. Enter a All requested variables entered.

b Dependent Variable: PS

Model Summary(b)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .384(a) .148 .019 .81813

a Predictors: (Constant), PBV, DER, BETA, PER, EPS b Dependent Variable: PS

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 3.829 5 .766 1.144 .357(a)

Residual 22.088 33 .669

Total 25.917 38

a Predictors: (Constant), PBV, DER, BETA, PER, EPS b Dependent Variable: PS

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig. B Std. Error Beta B Std. Error

1 (Constant) .559 .285 1.961 .058

BETA .121 .372 .055 .327 .746

PER .003 .002 .197 1.121 .270

EPS -.001 .001 -.335 -1.645 .109

DER -.152 .095 -.303 -1.595 .120

PBV .015 .013 .212 1.118 .272


(2)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

Residuals Statistics(a)

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value -.5452 .8778 .2887 .31742 39

Std. Predicted Value -2.627 1.856 .000 1.000 39 Standard Error of

Predicted Value .153 .798 .294 .130 39

Adjusted Predicted Value -1.0578 6.9660 .4021 1.15453 39

Residual -1.38773 2.41948 .00000 .76241 39

Std. Residual -1.696 2.957 .000 .932 39

Stud. Residual -1.767 3.166 -.012 1.080 39

Deleted Residual -6.47600 3.56777 -.11334 1.43580 39 Stud. Deleted Residual -1.829 3.737 .012 1.175 39

Mahal. Distance .354 35.191 4.872 6.361 39

Cook's Distance .000 9.939 .314 1.602 39

Centered Leverage Value .009 .926 .128 .167 39 a Dependent Variable: PS

Regression Standardized Residual

3 2

1 0

-1 -2

Frequency

12

10

8

6

4

2

0

Histogram Dependent Variable: PS

Mean =-5.2E-17฀ Std. Dev. =0.932฀


(3)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

Observed Cum Prob

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

E

xpect

ed

C

um

P

rob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: PS

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardize d Residual

N 39

Normal Parameters(a,b) Std. Deviation Mean .0000000 .76240503 Most Extreme

Differences

Absolute .135 Positive .135 Negative -.087 Kolmogorov-Smirnov Z .845 Asymp. Sig. (2-tailed) .474 a Test distribution is Normal.


(4)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

Uji Heterokedastisitas

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig. B Std. Error Beta B Std. Error

1 (Constant) .825 .180 4.589 .000

BETA .263 .234 .181 1.122 .270

PER -1.31E-005 .001 -.001 -.009 .993

EPS -.001 .000 -.384 -1.974 .057

DER -.127 .060 -.384 -2.112 .042

PBV .002 .008 .044 .244 .808

a Dependent Variable: ABSUT

Regression Standardized Predicted Value

2 1

0 -1

-2 -3

R

egressi

on

S

tudent

iz

ed

R

esi

dual

4

3

2

1

0

-1

-2 Scatterplot Dependent Variable: PS


(5)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.

Uji Multikolinearitas

Coefficients(a) Mod

el

Unstandardiz ed Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig. Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta

Toleranc

e VIF B Std. Error

1 (Constant) .559 .285 1.961 .058

BETA .121 .372 .055 .327 .746 .910 1.099

PER .003 .002 .197 1.121 .270 .835 1.197

EPS

-.001 .001 -.335 -1.645 .109 .624 1.604

DER

-.152 .095 -.303 -1.595 .120 .715 1.399

PBV .015 .013 .212 1.118 .272 .715 1.399

a Dependent Variable: PS

Uji Autokorelasi

Model Summary(b)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

1 .384(a) .148 .019 .81813 1.907

a Predictors: (Constant), PBV, DER, BETA, PER, EPS b Dependent Variable: PS


(6)

Juliani : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia, 2010.