DOCRPIJM 7bb0558c1a BAB VIIBAB 7

BAB VII Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Boalemo 7.1. Arahan RTRW Kabupaten Boalemo Berdasarkan amanat Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Kabupaten Boalemo menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten yang

  ditetapkan oleh Peraturan Daerah no 3 tahun 2012 tentang RTRW Kab. Boalemo Tahun 2011 - 2031. Dalam penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Boalemo, beberapa yang perlu diperhatikan dari RTRW Kabupaten Boalemo adalah sebagai berikut.

7.1.1. Arahan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK)

  Wilayah Kabupaten Boalemo yang ditetapkan sebagai kawasan Pengembangan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK), meliputi:  Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi;

   Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya;

   Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya.

A. Kawasan Strategis Pertumbuhan Ekonomi

  Berdasarkan kriteria kawasan strategis dan potensi wilayah, maka rencana kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi terdiri atas;

   Kawasan Pelabuhan Tilamuta;

   Kawasan Perdagangan barang dan jasa Tilamuta;

   Kota Terpadu Mandiri Paguyaman Paguyaman dan Kecamatan Wonosari; dan

   Kawasan minapolitan di Kecamatan Mananggu, Kecamatan Tilamuta, Kecamatan Dulupi, Kecamatan Botumoito, dan Kecamatan Paguyaman Pantai.

B. Kawasan Strategis Kepentingan Sosial Budaya

  Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya di Kabupaten Boalemo, terdiri atas yaitu kawasan pusat pemerintahan dan kota pendidikan Tilamuta.

  C.

  

Penentuan Kawasan Strategis Kepentingan Pemanfaatan Sumber Daya Alam Dan

Penggunaan Teknologi Tinggi

  Kawasan strategis dari sudut kepentingan pemanfaatan sumberdaya alam dan penggunaan teknologi tinggi di Kabupaten Boalemo berupa;

   Blok pertambangan emas, perak dan tembaga Pohuwato-Boalemo dan Gorontalo- Paguyaman; dan  Kawasan wisata bahari Bolihutuo, Kecamatan Botumoito.

7.1.2. Arahan Pengembangan Pola Ruang dan Struktur Ruang yang Mencakup: A. Arahan Pengembangan Pola Ruang 1. Rencana Pengembangan Kawasan Lindung

a) Rencana Pengembangan Kawasan yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya

   Kawasan Resapan Air Rencana perlindungan kawasan resapan air di Kabupaten Boalemo, meliputi :

  a. Mempertahankan fungsi hutan lindung, hutan produksi, dan perkebunan tanaman keras sebagai daerah tangkapan air bagi; b. Melakukan konservasi kawasan hutan yang sekaligus berfungsi sebagai kawasan penyangga dan resapan air sebagai potensi air baku; c. Melakukan perlindungan, penataan, dan/atau penanganan kawasan resapan air di kawasan hilir sungai melalui penghijauan dan pembuatan sumur resapan di kawasan hunian/permukiman yang sekaligus berfungsi pengendali banjir; d. Melakukan perlindungan, penataan, dan/atau pengaturan sumber- sumber air baku permukaan dan sumber air baku tanah dalam melalui penataan wilayah tata air; dan e. Melakukan sosialisasi pentingnya fungsi hutan lindung, hutan produksi, dan perkebunan tanaman keras sebagai daerah tangkapan air bagi Kabupaten Boalemo kepada seluruh lapisan masyarakat. Kawasan resapan air di Kabupaten Boalemo terdapat di Kecamatan

  Mananggu, Botumoito, Tilamuta, Dulupi Paguyaman, Wonosari, dan Paguyaman Pantai.

   Kawasan Hutan Mangrove Kawasan hutan mangrove di Kabupaten Boalemo merupakan kawasan dengan total luas 1.959,75 Ha. Kawasan hutan mangrove terdapat di

  Kecamatan Paguyaman, Paguyaman Pantai, Dulupi, Tilamuta, Botumoito, dan Mananggu.  Kawasan Pesisir

  Wilayah pesisir dan laut merupakan tatanan ekosistem yang memiliki hubungan sangat erat dengan daerah lahan atas (upland) baik melalui aliran air sungai, air permukaan (run off) maupun air tanah (ground water), dan dengan aktivitas manusia. Keterkaitan tersebut menyebabkan terbentuknya kompleksitas dan kerentanan di wilayah pesisir. Oleh karenanya kawasan pesisir perlu dijaga untuk mempertahankan keseimbangan ekosistem. Kawasan pesisir di kabupaten Boalemo tersebar di beberapa kecamatan dengan rincian sebagai berikut:

  Kec. Batumuito dengan Luas 109,009

  1)

  2) Kec. Dulupi dengan luas 32,3 Ha 3) Kec. Mananggu dengan luas 68,09 Ha 4) Kec. Paguyaman pantai dengan luas 205,85 ha 5) Kecamatan Tilamuta dengan luas 69,43 ha

b) Rencana Pengembangan Kawasan Perlindungan Setempat

   Sempadan Pantai Sempadan pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian sepanjang pantai serta melindungi wilayah dari kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai. Adapun ketentuan dari kawasan sempadan pantai yaitu daratan sepanjang tepian laut dengan jarak minimal selisih 130 kali dari titik pasang air laut tertinggi dan titik pasang air laut terendah atau daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam atau terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai. Kawasan sempadan pantai terdapat di Kecamatan Mananggu, Botumoito, Tilamuta, Dulupi, dan Paguyaman Pantai. Adapun ketentuan kawasan sempadan pantai yaitu

  : daratan sepanjang tepian laut dengan jarak minimal selisih 130 kali dari titik pasang air laut tertinggi dan titik pasang air laut terendah; atau daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam atau terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantaiSempadan Sungai

   Sempadan Sungai Daerah aliran sungai mempunyai karakter ekosistem alam yang sangat dipengaruhi oleh sistem hidrologi sungainya. Kualitas interkoneksi hulu dan hilir sangat penting. Kestabilan debit air dipengaruhi oleh musim penghujan dan kemarau, iklim serta interkoneksi antara lingkungan darat dengan lingkungan perairannya. Prinsipnya selama mungkin menahan dan memanfaatkan air sebelum mengalir sampai ke laut, ditindaklanjuti dengan membangun one river one plan one management. Agar sistem hidrologi sungai terlindung baik kestabilan volume debit air maupun kualitas airnya, maka daerah hulu sungai lebih difungsikan sebagai kawasan lindung makro DAS sedangkan sempadan sungai di daerah hilir difungsikan sebagai kawasan lindung setempat. Sungai dan jalur hijau sempadannya juga sangat dibutuhkan untuk mobilitas ragam perikanan dalam mobilitas hulu-hilir dan sebaliknya, yang sangat diperlukan dalam menjaga keberlanjutan regenerasinya. Adapun ketentuan sempadan sungai di Kabupaten Boalemo yakni untuk sepanjang sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-kurangnya dalam kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter. Sedangkan untuk sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan dibedakan atas sungai besar dengan daerah pengaliran sungai seluas 500 km2, penentuan sempadannya dilakukan ruas per ruas dengan mempertimbangkan luas daerah pengaliran sungai pada ruas yang bersangkutan dan ditetapkan sekurang-kurangnya 100 meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan dan sungai kecil yang mempunyai daerah pengaliran sungai seluas kurang dari 500 km2, ditetapkan sekurang- kurangnya 50 (Lima Puluh) meter dari tepi sungai pada waktu ditetapkan. Untuk sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan dibedakan atas tiga yakni sepanjang sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan. Untuk sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter sampai dengan 20 (dua puluh) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 15 (limabelas) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan. Sedangkan sungai yang mempunyai kedalaman maksimum lebih dari 20 (dua puluh) meter, garis sempadan sungai sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

  Penanggulangan DAS kritis dapat dilakukan melalui reboisasi hutan melalui usaha hutan rakyat, serta revitalisasi sistem hidrolika dengan membangun embung dan situs di daerah hulu maupun hilir.

  Kawasan sempadan sungai terdapat di Kecamatan Mananggu, Botumoito, Tilamuta, Dulupi, Paguyaman, Wonosari dan Paguyaman Pantai. Adapun ketentuan kawasan sempadan sungai yaitu:

   Sepanjang sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan, ditetapkan sekurang-kurangnya 5 (Lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul;

   Sepanjang sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan, ditetapkan sekurang-kurangnya 3 (Tiga) meter ;

   Sepanjang sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan, yaitu: o Sepanjang sungai besar yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai seluas 500 km2. Pada sungai besar dilakukan ruas per ruas dengan mempertimbangkan luas daerah pengaliran sungai pada ruas yang bersangkutan dan ditetapkan sekurang-kurangnya 100 meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan;

  o

  Sepanjang sungai kecil yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai seluas kurang dari 500 km2, ditetapkan sekurang-kurangnya 50 (Lima Puluh) meter dari tepi sungai pada waktu ditetapkan .

   Sepanjang sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan, yaitu: o Sepanjang sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan; o Sepanjang sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter sampai dengan 20 (dua puluh) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 15 (limabelas) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan; o

  Sepanjang sungai yang mempunyai kedalaman maksimum lebih dari 20 (dua puluh) meter, garis sempadan sungai sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan o

  Sepanjang sungai yang terpengaruh pasang surut air laut, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter dari tepi sungai dan berfungsi sebagai jalur hijau; dan o Garis sempadan sungai tidak bertanggul yang berbatasan dengan jalan, adalah tepi bahu jalan yang bersangkutan dengan ketentuan konstruksi dan penggunaan jalan harus menjamin bagi kelestarian dan keamanan sungai serta bangunan sungai

   Sekitar danau/waduk Kawasan sekitar danau atau waduk merupakan kawasan tertentu di sekeliling danau atau waduk yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi danau atau waduk. Adapun kriteria penetapan sempadan danau/waduk adalah daratan sepanjang tepian danau atau waduk antara 50-100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Penetapan sempadan danau atau waduk mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi danau atau waduk sebagai potensi sumberdaya air permukaan.

  Kawasan sekitar danau/waduk di Kabupaten Boalemo terdapat di Kecamatan Mananggu dengan ketentuan sempadan danau sepanjang tepian danau lebarnya antara 50

  • – 100 m dari titik pasang.

   Ruang Terbuka Hijau

  Kawasan Ruang terbuka hijau di Kabupaten Boalemo disediakan dengan ketentuan paling sedikit 30% dari setiap luas wilayah perkotaan.

  c)

Rencana Pengembangan Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya

   Kawasan Suaka Alam Kawasan suaka alam yaitu Kawasan suaka alam Nantu Boliohuto terdapat di Kecamatan Wonosari dengan luas kurang lebih 11.006,24 Ha.

   Rencana Penanganan Kawasan Rawan Bencana Kawasan rawan bencana merupakan kawasan yang sering dan berpotensi tinggi terhadap terjadinya bencana alam. Pada wilayah Kabupaten Boalemo terdapat kawasan rawan bencana alam yang terdiri dari kawasan rawan bencana alam longsor, banjir dan kawasan rawan ombak besar. Adapun wilayah di Kabupaten Boalemo yang merupakan wilayah rawan bencana alam terdiri atas: o Kawasan rawan tanah longsor terdapat di Kecamatan Mananggu, Botumoito, Tilamuta, Dulupi, Paguyaman, Wonosari dan Paguyaman Pantai; o kawasan rawan tsunami, terdapat di Kecamatan Mananggu, Botumoito, Tilamuta, Dulupi, Paguyaman dan Paguyaman Pantai; dan o Kawasan rawan banjir terdapat di Kecamatan Mananggu, Botumoito, Tilamuta, Dulupi, Paguyaman, dan Wonosari.

2. Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya

a) Rencana Peruntukan Kawasan Hutan Produksi

  Kawasan hutan produksi terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdapat di Kecamatan Mananggu, Kecamatan Botumoito, Kecamatan Tilamuta, Kecamatan Dulupi, Kecamatan Paguyaman, Kecamatan Wonosari dan Kecamatan Paguyaman Pantai dengan luasan kurang lebih 44.089 Ha  Kawasan Hutan Produksi Tetap Kawasan hutan produksi tetap terdapat di kecamatan Mananggu,

  Kecamatan Botumoito, Kecamatan Tilamuta, Kecamatan Dulupi, Kecamatan Paguyaman, dan Kecamatan Paguyaman Pantai dengan luasan kurang lebih 14.498 Ha.

   Kawasan Hutan Produksi yang dapat di konversi

  Kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi terdapat di Kecamatan Mananggu, Kecamatan Botumoito, Kecamatan Wonosari dan Kecamatan Dulupi dengan luasan kurang lebih 4.812 Ha.

   Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat

  Kawasan peruntukan hutan rakyat terdapat di Kecamatan Mananggu, Kecamatan Botumoito, Kecamatan Tilamuta, Kecamatan Dulupi, Kecamatan Paguyaman, Kecamatan Wonosari dan Kecamatan Paguyaman Pantai

b) Rencana Peruntukan Kawasan Pertanian

   Rencana Peruntukan Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan terdiri atas:

  a. kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan padi terdapat di Kecamatan Mananggu, Kecamatan Botumoito, Kecamatan Dulupi, Kecamatan Wonosari dan Kecamatan Paguyaman;

  b. kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan jagung dan palawija lainnya terdapat di Kecamatan Mananggu, Kecamatan Botumoito, Kecamatan Tilamuta, Kecamatan Dulupi, Kecamatan Wonosari, Kecamatan Paguyaman dan Kecamatan Paguyaman Pantai; dan

  c. kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan lainnya terdapat di Kecamatan Mananggu, Kecamatan Botumoito, Kecamatan Tilamuta, Kecamatan Dulupi, Kecamatan Wonosari, Kecamatan Paguyaman dan Kecamatan Paguyaman Pantai.

   Pertanian Holtikultura Kawasan peruntukan pertanian hortikultura terdapat di Kecamatan Mananggu, Kecamatan Botumoito, Kecamatan Tilamuta, Kecamatan Dulupi, Kecamatan Paguyaman, Kecamatan Wonosari dan Kecamatan Paguyaman Pantai 

  Kawasan Perkebunan

  Kawasan peruntukan perkebunan terdiri atas:

  a. Kawasan peruntukan perkebunan cengkeh, terdapat di Kecamatan Mananggu, Kecamatan Botumoito, Kecamatan Tilamuta, Kecamatan Dulupi, Kecamatan Paguyaman dan Kecamatan Paguyaman Pantai;

  b. Kawasan peruntukan perkebunan kakao, terdapat di Kecamatan Mananggu, Kecamatan Botumoito, Kecamatan Tilamuta, Kecamatan Dulupi, Kecamatan Wonosari, Kecamatan Paguyaman dan Kecamatan Paguyaman Pantai;

  c. Kawasan peruntukan perkebunan kelapa, terdapat di Kecamatan Mananggu, Kecamatan Botumoito, Kecamatan Tilamuta, Kecamatan Dulupi, Kecamatan Wonosari, Kecamatan Paguyaman dan Kecamatan Paguyaman Pantai;

  d. Kawasan peruntukan perkebunan kelapa sawit, terdapat di Kecamatan Mananggu, Kecamatan Botumoito, Kecamatan Tilamuta, Kecamatan Dulupi, Kecamatan Wonosari, Kecamatan Paguyaman dan Kecamatan Paguyaman Pantai;

  e. Kawasan peruntukan perkebunan tebu, terdapat di Kecamatan Dulupi, Kecamatan Wonosari dan Kecamatan Paguyaman; dan

  f. Kawasan peruntukan perkebunan lainnya, terdapat di Kecamatan Mananggu, Kecamatan Botumoito, Kecamatan Tilamuta, Kecamatan Dulupi, Kecamatan Wonosari, Kecamatan Paguyaman dan Kecamatan Paguyaman Pantai

   Kawasan Pertanian Berkelanjutan Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan selanjutya ditetapkan sebagai kawasan tanaman pangan berkelanjutan.

   Rencana Peruntukan Kawasan Peternakan Kawasan peruntukan peternakan terdapat di Kecamatan Mananggu, Kecamatan Botumoito, Kecamatan Tilamuta, Kecamatan Dulupi, Kecamatan Wonosari, Kecamatan Paguyaman dan Kecamatan Paguyaman Pantai.

   Rencana Peruntukan Kawasan Perikanan

  Kawasan peruntukan perikanan tangkap di pesisir dan laut yaitu di Kecamatan Mananggu, Kecamatan Botumoito, Kecamatan Tilamuta, Kecamatan Dulupi, Kecamatan Paguyaman dan Kecamatan Paguyaman Pantai.

  Kawasan peruntukan budidaya perikanan yaitu:

  • Kawasan peruntukan budidaya perikanan laut dan perikanan air payau terdapat di Kecamatan Mananggu, Kecamatan Botumoito, Kecamatan Tilamuta, Kecamatan Dulupi dan Kecamatan Paguyaman Pantai; dan
  • Kawasan peruntukan budidaya perikanan air tawar terdapat di

  Kecamatan Mananggu, Kecamatan Botumoito, Kecamatan Tilamuta, Kecamatan Dulupi, Kecamatan Paguyaman dan Kecamatan Wonosari.

  Kawasan pengolahan hasil perikanan yaitu pengembangan minapolitan di Kecamatan Mananggu, Kecamatan Botumoito, Kecamatan Tilamuta, Kecamatan Dulupi, Kecamatan Paguyaman dan Kecamatan Paguyaman Pantai didukung oleh pembangunan infrastruktur dasar yang dapat menunjang kegiatan usaha perikanan.

   Rencana Peruntukan Kawasan Pertambangan

  1. Kawasan peruntukan pertambangan mineral logam Kawasan peruntukan pertambangan mineral logam berupa kawasan peruntukan pertambangan emas, perak dan tembaga terdapat di Kecamatan

  Mananggu, Kecamatan Tilamuta, Kecamatan Dulupi, Kecamatan Wonosari dan Kecamatan Paguyaman 2. Kawasan peruntukan pertambangan mineral batuan.

  Kawasan pertambangan mineral batuan erdiri atas:

   Kawasan peruntukan pertambangan granit granodiorit terdapat di Kecamatan Mananggu, Kecamatan Tilamuta, Kecamatan Paguyaman, Kecamatan Dulupi, Kecamatan Wonosari dan Kecamatan Paguyaman Pantai;

   Kawasan peruntukan pertambangan basal terdapat di Kecamatan Botumoito dan Kecamatan Tilamuta;  Kawasan peruntukan pertambangan dasit terdapat di Kecamatan Mananggu, Kecamatan Tilamuta, dan Kecamatan Dulupi;

   Kawasan peruntukan pertambangan batu gamping terdapat di Kecamatan Paguyaman Pantai;

   Kawasan peruntukan pertambangan sirtu terdapat di Kecamatan Wonosari; dan  Kawasan peruntukan pertambangan tanah liat terdapat di Kecamatan Paguyaman dan Kecamatan Wonosari  Rencana Kawasan Peruntukan Industri Di Kabupaten Boalemo kawasan peruntukan industri dikembangkan untuk menunjang komoditi unggulan di bidang pertanian, perikanan, perkebunan, kehutanan, pertambangan dan pariwisata. Adapun kawasan peruntukan industry di Kabupaten Boalemo meliputi :

   Kawasan peruntukan industri besar terdapat di Kecamatan Mananggu,

  Tilamuta, Wonosari dan Paguyaman; Kawasan peruntukan industri sedang terdapat di Kecamatan Mananggu,  Botumoito, Tilamuta, Dulupi, Paguyaman, Wonosari dan Paguyaman Pantai; dan Kawasan peruntukan industri rumah tangga terdapat di Kecamatan  Mananggu, Botumoito, Tilamuta, Dulupi, Paguyaman, Wonosari dan Paguyaman Pantai.

   Rencana Peruntukan Kawasan Pariwisata multi dampak baik positif maupun negatif. Sifat budaya yang dialektis berpeluang terjadinya proses pelunturan atau pudarnya jati diri budaya lokal karena masuknya budaya-budaya luar baik melalui para wisatawan maupun teknologi informatika dan komunikasi. Selain itu, peningkatan aksesibilitas ke kawasan-kawasan preservasi juga dapat menurunkan kualitas lingkungan dan terganggunya habitat berbagai flora dan fauna langka mempunyai resiko semakin punahnya ragam hayati. Tentu saja berbagai dampak positif akan terwujud apabila sektor pariwisata ini dikembangkan secara aktif, diantaranya tumbuh berkembangnya lapangan kerja seperti pemandu wisata, jasa transportasi, perhotelan, restauran, informasi, komunikasi, cindera mata, kesenian, serta perdagangan jasa maupun produk lainnya yang bermuara ke peningkatan ragam sumber dan volume pendapatan masyarakat lokal.

  Secara umum, rencana kawasan pariwisata di Kabupaten Boalemo, merupakan kawasan yang potensil dikembangkan sebagai tujuan maupun obyek wisata meliputi:

  Kawasan peruntukan pariwisata budaya, terdiri atas:  o Tarian etnis Minahasa, Tarian etnis Sangihe Talaud, Hadra etnis Jawa Tondano di Kecamatan Mananggu; o Perkampungan suku Bajo, Tarian suku Bajo, Tarian di atas bara api, Tarian etnis Arab, Tarian Pakarena di Kecamatan Tilamuta; o Wisata Ngaben di Kecamatan Paguyaman dan Kecamatan Wonosari; dan o

  Reog Ponorogo, Tarian Kuda Lumping, Tari Kecak Bali, Pencak silat NTB di Kecamatan Wonosari. Kawasan peruntukan pariwisata alam, terdiri atas:  o

  Pulau Bitila, wisata pantai Kramat, danau teratai, di Kecamatan Mananggu; o Pantai Boalemo Indah, pemandian air panas Dulangea, Taman Laut Pulau Monduli di Kecamatan Botumoito; o Pulau pasir putih, pulau Mohupomba, wisata alam air terjun Tilamuta; o Taman Polohungo, air terjun Tangga Barito di Kecamatan Dulupi; o Taman laut Pulau Limba, teluk Bubaa di Kecamatan Paguyaman Pantai; dan o Ekowisata Sungai Paguyaman, Sungai Moliliulo, dan Hutan Nantu di Kecamatan Wonosari.

   Kawasan peruntukan pariwisata buatan yaitu kolam renang di Kecamatan Tilamuta 

  Rencana Peruntukan Kawasan Permukiman

  Kawasan peruntukan permukiman memiliki fungsi utama antara lain : 1) Sebagai lingkungan tempat tinggal dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan masyarakat sekaligus menciptakan interaksi sosial,

  2) Sebagai kumpulan tempat hunian dan tempat berteduh keluarga serta sarana bagi pembinaan keluarga.

  Rencana pengembangan permukiman di wilayah Kabupaten Boalemo diselaraskan dengan meningkatnya jumlah penduduk yang membutuhkan prasarana dan sarana permukiman yang memenuhi kelayakan dan mampu menunjang aktivitas masyarakat dalam berkehidupan dan berpenghidupan.

  Rencana Peruntukan Kawasan Permukiman Perkotaan

  Kawasan perkotaan adalah kawasan yang kegiatan utamanya adalah non agraris dan lebih menonjolkan pada kegiatan pemerintahan, pelayanan jasa sosial dan ekonomi. Untuk mengatur sistem kota-kota dalam suatu wilayah, dan pembentukan deliniasi kawasan perkotaan, diperlukan penataan terhadap kawasan perkotaan, yang ditujukan untuk:

  Mencapai tata ruang perkotaan yang optimal, serasi, selaras dan  seimbang dalam pengembangan kehidupan manusia secara luas;

   Meningkatkan fungsi kawasan perkotaan secara serasi dan seimbang

  antara perkembangan lingkungan dan nilai-nilai kehidupan masyarakat; dan

   Mengatur pemanfaatan ruang guna meningkatkan kemakmuran rakyat dan mencegah serta menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan alam dan lingkungan sosial.

  Kawasan peruntukan permukiman perkotaan di Kabupaten Boalemo dikembangkan di Tilamuta sebagai bagian dari Ibukota Kabupaten Boalemo dan berfungsi sebagai pusat distribusi utama (Pusat Pelayanan Utama). Sedangkan konsentrasi wilayah lainnya yaitu Kecamatan Mananggu, Botumoito, Tilamuta, Dulupi, Wonosari, Paguyaman dan Paguyaman Pantai.

  Pada kawasan perkotaan diarahkan pengembangannya untuk berbagai kegiatan perkotaan yang meliputi; permukiman perkotaan, sarana dan prasarana permukiman (fasilitas sosial dan umum), infrastruktur (jaringan jalan dan angkutan, air bersih, drainase, air limbah, persampahan, listrik dan telekomunikasi, kawasan fungsional kota (perdagangan/komersil, pemerintahan, jasa/perkantoran, industri, dan terminal). Pola permukiman perkotaan yang rawan terhadap bencana alam seperti banjir, gempa dan Tsunami harus menyediakan tempat evakuasi berupa lapangan terbuka atau bukit di tempat ketinggian ≥20 m di atas permukaan laut.

  Rencana Peruntukan Kawasan Permukiman Perdesaan

  Kawasan pedesaan merupakan kawasan dengan kegiatan utamanya berorientasi pada kegiatan pertanian/agraris, termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi pertanian. Pada kawasan pedesaan kondisi kepadatan bangunan, penduduk serta prasarana dan sarana perkotaan yang rendah, dan kurang intensif dalam pemanfaatan lahan untuk keperluan non agraris. Kawasan permukiman perdesaan yang terdiri dari sumberdaya buatan seperti perumahan, fasilitas sosial, fasilitas umum, prasarana dan sarana perdesaan seperti jalan, irigasi, drainase, prasarana pengolahan limbah cair maupun Bangunan-bangunan perumahan diarahkan menggunakan nilai kearifan arsitektur lokal berupa rumah panggung.

  Kawasan peruntukan permukiman perdesaan di Kabupaten Boalemo terdapat di Kecamatan Mananggu, Botumoito, Tilamuta, Dulupi, Paguyaman, Wonosari dan Paguyaman Pantai..

  Kawasan peruntukan lainnya

  Rencana kawasan peruntukan lainnya merupakan kawasan olahraga, kawasan perdagangan, serta pertahanan dan keamanan. Kawasan olahraga dikembangkan secara berhirarki pada masing-masing pusat dan sub pusat kegiatan secara proporsional.

  Kawasan perdagangan merupakan kawasan yang potensil dimanfaatkan untuk kegiatan perdagangan yang meliputi:

   Kawasan perdagangan skala kabupaten di PKW, PKL, PKLp; dan  Kawasan perdagangan skala kecamatan yang terdistribusi di seluruh

  Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) yang merupakan ibukota-ibukota kecamatan.

  Kawasan pertahanan dan keamanan terdiri atas:

   Komando distrik militer di Kecamatan Tilamuta;  Komando rayon militer tersebar di seluruh kecamatan;  Polisi resort di Kecamatan Tilamuta; dan  Polisi sektor tersebar di seluruh kecamatan B.

   Arahan Pengembangan Struktur Ruang Terkait Keciptakaryaan 1. Pengembangan Jaringan Air Baku Untuk Air Minum

  Pemenuhan kebutuhan air yang diperoleh dari sumbernya berasal dari sumber air bersih air tanah dan air permukaan yang dimanfaatkan dengan mengambil langsung dari mata air, sungai, maupun dengan pembuatan sumur gali dan sumur pompa. Kualitas air sumur yang digunakan rata-rata berkualitas cukup baik dan tidak berbau, namun permasalahan muncul pada aspek kuantitas air tersebut, dimana pada saat musim kemarau, sumur-sumur gali menjadi kering.

  Arahan pengembangan dan pengelolaan jaringan air baku untuk air bersih adalah sebagai berikut :

   Air di badan-badan sungai yang berada di luar kawasan lindung dan merupakan sumber utama dengan debit yang besar dan kualitas air yang sedang sampai baik, dapat dimanfaatkan untuk keperluan irigasi, perikanan, dan air baku bagi penyediaan air bersih perkotaan/perdesaan.

   Air di badan-badan sungai yang termasuk kawasan lindung tidak boleh dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, kecuali untuk kondisi khusus atau telah mendapat ijin dari instansi yang berwenang.

   Air di sejumlah mata air di kawasan perbukitan yang kondisi tutupan lahannya terpeliHara dengan baik, dapat dimanfaatkan dengan tetap mempertimbangkan debit yang aman bagi kelestarian mata air dan bagi kawasan di bawahnya.

   Air tanah dangkal di kawasan permukiman dapat dimanfaatkan terutama untuk pemenuhan kebutuhan air bersih domestik pada skala penggunaan individu (unit rumah tangga) yang relatif kecil.

   Air tanah dalam, jika potensinya mencukupi maka dapat dimanfaatkan dengan perijinan dan pengawasan oleh instansi yang berwenang. Jaringan air baku untuk air minum, terdiri atas:

   Air permukaan, terdiri atas: 1. air permukaan DAS Tilamuta 2. air permukaan DAS Paguyaman

   Embung, meliputi:

   Embung Desa Botumoito di Kecamatan Botumoito;

   Embung Dulangea di Kecamatan Botumoito;

   Embung Tutulo di Kecamatan Botumoito;

   Embung Taman Polohungo di Kecamatan Dulupi;

   Embung kebun tebu Desa Tangga Jaya di Kecamatan Dulupi;

   Embung Desa Huwongo di Kecamatan Paguyaman;

   Embung kebun tebu Desa Huwongo di Kecamatan Paguyaman;  Embung kebun tebu Desa Saripi di Kecamatan Paguyaman

   Embung Desa Harapan di Kecamatan Wonosari;  Embung Pangea di Kecamatan Wonosari;  Embung kebun tebu Mekar Jaya di Kecamatan Wonosari;  Embung Trirukun di Kecamatan Wonosari;  Embung Raharja di Kecamatan Wonosari;  Embung Piloliyanga di Kecamatan Tilamuta.

  Sedangkan jaringan air bersih ke kelompok pengguna yaitu pengembangan jaringan perpipaan di Kecamatan Mananggu, Botumoito, Tilamuta, Dulupi, Paguyaman, Wonosari dan Paguyaman Pantai 2.

   Jaringan air bersih ke kelompok pengguna

  Pengembangan jaringan perpipaan di Kecamatan Mananggu, Kecamatan Botumoito, Kecamatan Tilamuta, Kecamatan Dulupi, Kecamatan Paguyaman, Kecamatan Wonosari, dan Kecamatan Paguyaman Pantai.

  3. Sistem pengendali banjir

  Sistem pengendalian banjir dilakukan dengan pembangunan, rehabilitasi, operasional serta pemeliharaan sarana dan prasarana pengendalian termasuk embung di daerah hulu dan hilir berbasis DAS yang mengalir di wilayah Kabupaten Boalemo.

  4. Rencana Sistem Persampahan

  Daerah pelayanan meliputi seluruh desa di Kabupaten Boalemo. Dengan sistem manajemen pengelolaan sampah, terutama untuk pengangkutan dari TPS menuju TPA yang dilakukan secara terintegrasi oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Boalemo. Pada kawasan-kawasan perkotaan akan disediakan tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST) meliputi Kecamatan Mananggu, Botumoito, Tilamuta, Dulupi, Paguyaman, Wonosari, dan Paguyaman Pantai Berdasarkan prediksi jumlah timbulan sampah Kabupaten Boalemo, maka dapat ditentukan jumlah kebutuhan peralatan persampahan yang Harus dimiliki oleh badan Lingkungan Hidup Kabupaten Boalemo khususnya untuk pelayanan Kabupaten Boalemo.

  Berdasarkan hasil prediksi dan permasalahan yang ada, maka arahan pengembangan prasarana persampahan meliputi :

   Umur TPA Polohungo diperkirakan sampai Tahun 2028.

   Pengurangan masukan sampah ke TPA dengan konsep reduce-reuse-recycle di sekitar wilayah sumber sampah. Pengolahan dilaksanakan dengan teknologi ramah lingkungan sesuai dengan  kaidah teknis. Rehabilitasi dan pengadaan sarana dan prasarana persampahan, bergerak  dan tidak bergerak. Mengembangkan kemitraan dengan swasta dan kerjasama dengan  kabupaten sekitarnya yang berkaitan untuk pengelolaan sampah dan penyediaan TPA.

   Tempat Pemrosesn Akhir Sampah (TPA)

  Tempat pemrosesan akhir (TPA) di Kabupaten Boalemo yaitu di Dusun IV Jalan Baru, Desa Poluhungo, Kecamatan Dulupi dan direncanakan di Kecamatan Wonosari.

   Pengelolaan Persampahan

  Sistem pengelolaan persampahan di wilayah perencanan sebagai berikut :

   Upaya reduksi dan pengolahan sampah dilaksanakan secara terpadu sejak di TPS - TPA sampah.  Sampah rumah tangga dan hasil penyapuan jalan akan diolah di TPA yang

  ada, dengan target tingkat pelayanan dan merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Boalemo.  Pewadahan dan Pengelolaan di Sumber Timbulan Sampah

  Pewadahan timbulan sampah bertujuan untuk memudahkan pengumpulan sampah, dengan batasan-batasan sebagai berikut :

   Volume wadah individual 60 liter dimana dapat menampung sampah rumah

  tangga selama 2 (dua) hari dengan asumsi satu KK rata-rata terdiri atas 5 orang.

   Untuk domestik, wadah dapat berupa tong sampah yang terbuat dari bahan yang tidak korosif, konstruksi murah, mudah dirawat dan wadah tertutup. Wadah diletakkan di depan rumah untuk memudahkan pengumpulan sampah.

   Wadah untuk kawasan komersial dan fasilitas umum menggunakan bin container. Wadah komunal ditempatkan di lokasi yang mudah dijangkau namun tidak  terlalu dekat dengan rumah  Pengumpulan Sampah

  Pengelolaan diserahkan kepada RT setempat yang bertanggungjawab terhadap pengumpulan sampah dari sumber ke depo/TPS. Kecuali sumber yang mengHasilkan sampah 2,5 m3 atau lebih per hari diwajibkan untuk mengumpulkan dan mengangkut sampah sendiri langsung ke lokasi pembuangan akhir (TPA).  Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Sampah.

  TPS yang direncanakan berupa landasan container dan Transfer Depo. Landasan kontainer digunakan untuk lokasi-lokasi dengan akumulasi timbulan sampah yang besar namun memungkinkan dibangunnya transfer depo. Transfer depo ini diletakkan di perkantoran, pertokoan, permukiman tidak teratur dan sebagainya. Pada landasan ini diletakkan hauled containt untuk menampung timbulan sampah kemudian langsung diangkut dengan arm roll truck.

   Pengangkutan Sampah Aktivitas Pengelolaan kegiatan pengangkutan sampah adalah merupakan  tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Boalemo yang bertugas mengelola sistem pengangkutan dari Depo/TPS sampai TPA. Pengangkutan dengan arm roll truck untuk mengangkut hauled container .  Sampah harus tertutup selama pengangkutan sehingga tidak tercecer di  jalan.

   Pengangkutan sebaiknya dilakukan pagi hari atau malam hari disaat perkantoran, pendidikan, dll tidak dilakukan.

   Tempat Pembuangan Akhir TPA yang dioperasikan adalah TPA Polohungo yang terletak di desa Polohungo kecamatan Dulupi.

   Kegiatan Pengomposan

  Adapun tujuan dari kegiatan komposting tersebut adalah : Mengolah sampah organik menjadi produk yang bermanfaat.

  Mendesiminasikan pengolahan kompos dan pemanfaatannya sebegai bentuk pemberdayaan komunitas dan pendidikan.

   Selain sistem pengelolaan seperti disebutkan di atas, yang perlu dilakukan

  adalah peningkatan peran serta masyarakat dan peran swasta untuk bekerjasama mensukseskan sistem pengelolaan persampahan yang akan diterapkan dengan melakukan sosialisasi.

5. Rencana Sistem Air Limbah

  Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) di Kabupaten Boalemo adalah instalasi pengolahan air limbah (IPAL) komunal yaitu di Kecamatan Tilamuta dan direncanakan di Kecamatan Mananggu, Botumoito, Dulupi, Wonosari, Paguyaman dan Paguyaman Pantai.

  Tujuan rencana sistem sanitasi lingkungan adalah memenuhi kebutuhan akan sistem prasarana yang berfungsi mengalirkan air limbah domestik (air limbah rumah tangga) yang berasal dari perumahan dan permukiman, dalam mencapai ruang hidup yang sehat dan produktif

  Jenis limbah yang ada di Kabupaten Boalemo di bedakan menjadi dua, yaitu limbah domestik (rumah tangga) dan limbah industri. Sedangkan berdasarkan sistem pembuangan limbahnya, di Kabupaten Boalemo menggunakan sistem setempat atau individual. Dalam jangka pendek, pengembangan sistem publik air kotor tidak memungkinkan untuk dikembangkan mengingat investasi yang cukup besar. Dengan demikian sampai dengan tahun 2031, penanganan air limbah lebih ditekankan pada pengoptimalan sistem yang sudah ada, dan mengembangkan sistem individual dan komunal yang sudah diarahkan pada sistem publik.

  Arahan pengembangan pengelolaan sistem pembuangan air limbah di Kabupaten Boalemo adalah sebagai berikut :

   Untuk Limbah Rumah Tangga Berdasarkan standar, dengan kepadatan penduduk < 200 jiwa/Ha, maka dipergunakan sistem pembuangan on site sanitation. Pada sistem ini pengelolaan limbah dilakukan oleh masing-masing rumah tangga/kegiatan.

  Komunal, secara bersama-sama oleh beberapa keluarga, yang biasanya  berupa jamban jamak, MCK atau tangki septik komunal diterapkan pada wilayah-wilayah padat penduduk. Menerapkan sistem limbah cair bercampur yaitu dengan memanfaatkan  saluran atau selokan air hujan yang telah ada dengan cara merehabilitasi fungsi saluran atau meredesain saluran yang ada. Bagi kawasan baru dan perumahan atau real estate Harus merehabilitasi  saluran air hujannya dengan menggunakan system tercampur atau mendesain bagi yang belum terbangun. Pengelolaan air limbah masih memungkinkan untuk diterapkan system on  site dengan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) menyatu dengan TPA.  Untuk Limbah Cair Rumah Sakit/Puskesmas

   Harus mempunyai fasilitas dan peralatan pengolahan limbah cair dan melakukan pengelolaan secara baik.

  Harus melakukan monitoring dan pengawasan terhadap limbah cairnya ke  badan air. Pengolahan limbah toksin seperti limbah cair sisa obat-obatan dan  suntikan, Harus dipisahkan dari pengolahan limbah cair yang bersifat non toksin.  Untuk Limbah Cair Industri

  Setiap industri harus mempunyai fasilitas dan peralatan pengolahan  limbah cair dan melakukan pengelolaan secara baik.

   Perlunya monitoring dan pengawasan terhadap limbah cair yang di buang ke badan air melalui inventarisasi jenis industri guna memudahkan monitoring dan pengawasan.

  6. Rencana Sistem Pengembangan Jaringan Drainase

  Tujuan dari rencana sistem pengembangan saluran drainase di Kabupaten Boalemo adalah mengalirkan air permukaan ke badan air penerima atau bendungan resapan buatan, dalam mencapai ruang hidup yang sehat dan produktif.

  Sistem drainase di Kabupaten Boalemo masih menggunakan sistem drainase gabungan, adalah sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran pembuangan yang sama baik untuk air permukaan maupun air limbah yang diolah.

  Penanganan pada sistem drainase di Kabupaten Boalemo adalah : Saluran primer : melalui program kali bersih, normalisasi dan perawatan  lainnya Saluran sekunder, saluran tersier dengan berbagai dimensi yang mengikuti  sistem jaringan jalan

  Selain itu, berdasarkan data kejadian banjir dapat dilihat bahwa pada areal dimana akan dijadikan pengembangan Perkotaan Tilamuta sebagai Ibukota Kabupaten Boalemo sering terjadi genangan akibat banjir yang datangnya dari Sungai Tilamuta. Luas genangan ini akan semakin bertambah manakala lahan pertanian berubah menjadi lahan terbagun. Untuk mengatasi terjadinya banjir di daerah ini dan di daerah lainnya perlu disusun sistem drainase yang memadai. Pembangunan sistem drainase seyogyanya dilakukan secara terpadu dengan pembangunan prasarana kota yang lain, yang mendukung rencana pengembangan wilayah sehingga system drainase ini dapat berfungsi secara optimal.

  7. Jalur Evakuasi Bencana Alam

  Kawasan rawan bencana alam (KRBA) di Kabupaten Boalemo, terdiri atas; kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan gelombang pasang dan kawasan rawan banjir. Kawasan rawan tanah longsor terdapat di Kecamatan Mananggu, Botumoito, Tilamuta, Dulupi, Paguyaman, Wonosari dan Paguyaman Pantai.

  Kemudian kawasan rawan gelombang pasang terdapat di Kecamatan Mananggu, Botumoito, Tilamuta, Dulupi, Paguyaman dan Paguyaman Pantai, sedangkan kawasan rawan banjir terdapat di Kecamatan Mananggu, Botumoito, Tilamuta, Dulupi, Paguyaman, dan Wonosari. Berdasakan KRBA tersebut maka direncanakan jalur evakuasi bencana yaitu diarahkan mengikuti jaringan jalan menuju daerah dataran tinggi, perbukitan, dan pegunungan terdekat di sekitar kawasan tersebut.

C. Ketentuan Zonasi Bagi Pengembangan Kecipta Karyaan 1. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung yaitu:

  a. Ketentuan umum peraturan zonasi hutan lindung 1) Pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa merubah bentang alam; 2) Ketentuan pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan hutan dan tutupan vegetasi; 3) Ketentuan pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan hutan dan tutupan vegetasi, dan penurunan keanekaragaman hayati spesifik lokal;

  4) Pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan budidaya hanya diizinkan bagi penduduk sekitar kawasan hutan dengan luasan tetap, tidak mengurangi fungsi lindung kawasan, dan di bawah pengawasan ketat;

  5) Dalam kawasan hutan lindung masih diperkenankan dilakukan kegiatan lain yang bersifat komplementer terhadap fungsi hutan lindung; 6) Pembangunan prasarana wilayah yang harus melintasi hutan lindung dapat diperkenankan dengan ketentuan :

  • Tidak menyebabkan terjadinya perkembangan pemanfaatan ruang budidaya di sepanjang jaringan prasarana tersebut;
  • Mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh menteri kehutanan; dan
  • Pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa merubah bentang alam.

  7) Kegiatan pertambangan di kawasan hutan lindung masih diperkenankan sepanjang tidak dilakukan secara terbuka (open peat), dengan syarat harus dilakukan reklamasi areal bekas penambangan sehingga kembali berfungsi sebagai kawasan lindung;

  8) Kawasan hutan lindung dapat dialihfungsikan sepanjang mengikuti prosedur dan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan disetujui oleh Menteri Kehutanan; dan 9) Perlindungan terhadap kekayaan genetis.

  b. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan resapan air 1) Pemanfaatan ruang secara terbatas untuk kegiatan budi daya tidak terbangun yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air hujan;

  2) Dalam kawasan resapan air tidak diperkenankan adanya kegiatan budidaya; 3) Permukiman yang sudah terbangun di dalam kawasan resapan air sebelum ditetapkan sebagai kawasan lindung masih diperkenankan namun harus memenuhi syarat :

  • Tingkat kerapatan bangunan rendah (KDB maksimum 20 %, dan KLB maksimum 40 %);
  • Perkerasan permukaan menggunakan bahan yang memiliki daya serap air tinggi; dan
  • Dalam kawasan resapan air wajib dibangun sumur-sumur resapan sesuai ketentuan yang berlaku.

  4) Penerapan prinsip keseimbangan debit air pada sistem saluran drainase dan sistem aliran sungai; 5) Pengendalian pemanfaatan ruang secara terbatas untuk kegiatan budidaya, yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air hujan sesuai daya dukung lingkungan;

  7) Kegiatan penghijauan dan penyediaan sumur resapan dan/atau waduk pada lahan terbangun yang sudah ada sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;

  8) Menjaga fungsi hidrogeologis kawasan karst, dengan memperhatikan pelarangan kegiatan penambangan di kawasan tersebut; 9) Penerapan prinsip kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air hujan (zero delta Q policy) terhadap setiap kegiatan budidaya terbangun yang diajukan izinnya;

  10) Ketentuan pelarangan kegiatan pemanfaatan ruang yang dapat mengganggu bentang alam, kesuburan dan keawetan tanah, fungsi hidrologi, kelestarian flora dan fauna, serta fungsi lingkungan hidup; dan

  11) Ketentuan pelarangan kegiatan yang merusak kualitas dan kuantitas air, kondisi fisik kawasan, dan daerah tangkapan air.

  c.

  

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Sempadan Pantai

  1) Pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau; 2) Ketentuan pelarangan pendirian bangunan kecuali bangunan yang dimaksudkan untuk pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air; 3) Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi taman rekreasi; 4) Penetapan lebar sempadan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 5) Dalam kawasan sempadan sungai tidak diperkenankan dilakukan kegiatan budidaya yang mengakibatkan terganggunya fungsi sungai; 6) Dalam kawasan sempadan sungai masih diperkenankan dibangun prasarana wilayah dan utilitas lainnya dengan ketentuan :

  • Tidak menyebabkan terjadinya perkembangan pemanfaatan ruang budidaya di sepanjang jaringan prasarana tersebut; dan
  • Dilakukan sesuai ketentuan peraturan yang berlaku; 7) Ketentuan perizinan bangunan hanya untuk pengelolaan badan air atau pemanfaatan air;

  8) Ketentuan tanah timbul sebagai lahan milik negara dan merupakan lahan bebas, diperuntukkan bagi perluasan kawasan lindung; 9) Ketentuan pelarangan membuang secara langsung limbah padat, limbah cair, limbah gas dan limbah B3; 10) Ketentuan pengendalian budidaya perikanan air tawar sesuai daya dukung dan daya tampung sungai dan waduk/situ; 11) Ketentuan pelarangan kegiatan pemanfaatan ruang yang dapat mengganggu kelestarian sumberdaya air, keseimbangan fungsi lindung, kelestarian flora dan fauna, serta pemanfaatan hasil tegakan;

  12) Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang aktivitas rekreasi dan penetapan lebar sempadan ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan;

  13) Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi taman rekreasi secara terbatas dengan tetap memperhatikan aspek pelestarian alur sungai;

  14) Pemanfaatan untuk pemasangan reklame dan papan pengumuman; 15) Pemanfaatan untuk pemasangan bentangan kabel listrik, kabel telepon, dan pipa air minum; 16) Pemanfaatan untuk pemancangan tiang atau pondasi prasarana jalan dan jembatan; 17) Menyediakan taman minimal 10% (sepuluh persen) dari lebar sempadan; dan 18) Ketentuan pelarangan pendirian bangunan kecuali bangunan prasarana lalu lintas air dan bangunan pengambilan dan pembuangan air.

  d.

  

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Sempadan Sungai