BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Analisis Kualitas Hidup Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik Setelah Mengikuti Program Rehabilitasi Paru Yang Dinilai Dengan COPD Assessment Test (CAT) dan Uji Jalan 6 Menit

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Dewasa ini penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) telah berkembang menjadi penyebab morbiditas dan mortalitas di dunia yang makin penting. PPOK menjadi penyakit berbahaya yang semakin meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun dengan asap rokok sebagai faktor risiko penting selain faktor lain seperti

  1 polusi udara baik dalam maupun luar ruangan, serta polusi di tempat kerja.

  Pada dua dasawarsa ini, PPOK merupakan problem kesehatan masyarakat yang makin penting tidak saja di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Angka morbiditas dan mortalitas cenderung meningkat tajam. WHO memperkirakan pada tahun 2020, PPOK akan menduduki peringkat ke-3 penyebab kematian terbanyak, dengan perkiraan akan menduduki peringkat ke-4 penyebab kematian terbanyak pada tahun 2030 meningkat dari sebelumnya

  2 peringkat ke-6 (tahun 1990).

  Tidak diragukan lagi bahwa PPOK mengakibatkan ketidakmampuan penderita melakukan aktivitas sehari-hari, hilangnya produktivitas, dan menurunnya kualitas hidup, kesemuanya semakin memburuk sejalan dengan bertambah parahnya penyakit. Inhalasi asap rokok dan partikel berbahaya lainnya menyebabkan inflamasi di saluran napas dan paru. Respons inflamasi abnormal ini menyebabkan kerusakan jaringan parenkim yang mengakibatkan emfisema, dan mengganggu mekanisme pertahanan yang mengakibatkan fibrosis saluran napas kecil. Perubahan patologis ini menyebabkan udara terperangkap dan mengakibatkan hiperinflasi. Hiperinflasi mengurangi kapasitas inspirasi seperti peningkatan kapasitas residu fungsional, yang terlihat sebagai sesak napas dan

  1

  keterbatasan kapasitas latihan. Selain itu, penderita PPOK juga mengalami gangguan ekstrapulmonal, salah satunya adalah gangguan otot tulang rangka.

  Khususnya pada penderita dengan PPOK berat, kombinasi hiperinflasi paru dan kekurangan gizi menyebabkan kelemahan otot, sehingga mengurangi kapasitas pernapasan otot untuk menghasilkan tekanan selama pernapasan tidal. Selain itu, beban terhadap otot pernapasan meningkat karena adanya peningkatan resistensi saluran napas. Hiperinflasi paru menyebabkan pemendekan dan pendataran dari diafragma. Selama pernapasan tidal pada subjek normal, inspirasi dicapai oleh kontraksi dari diafragma dan ekspirasi secara pasif, dan tergantung pada elastisitas paru-paru dan dinding dada. Akibatnya, penderita dengan PPOK perlu menggunakan otot-otot tulang rusuk mereka dan otot inspirasi aksesori, seperti

  3

  sternomastoid, bahkan selama pernapasan tenang. Gangguan otot tulang rangka juga terjadi pada penderita PPOK terutama akibat hipoksia, muscle wasting, dan kurangnya nutrisi sehingga terjadi penurunan kontraktiliti dan ketahanan terhadap kelelahan. Gangguan otot tulang rangka merupakan hal utama yang berperan dalam keterbatasan aktivitas penderita PPOK. Keterbatasan aktivitas merupakan

  4 keluhan utama penderita PPOK yang dapat mempengaruhi kualitas hidup.

  Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah mengurangi gejala dan mengurangi risiko yang akan memperberat penyakit. Penderita PPOK sebaiknya mengerti tentang penyakit yang mereka derita serta berperan aktif bersama-sama dengan petugas kesehatan dalam penatalaksanaan penyakit sehingga tercapai tatalaksana

  2

  yang optimal. Penatalaksanaan penderita sebaiknya berdasarkan panduan dan disesuaikan dengan gejala dan tingkat gangguan kemampuan. Salah satu strategi penatalaksanaan PPOK adalah dengan rehabilitasi paru. Terdapat bukti dari

  Randomised Controlled trials (RCTs) oleh Duerden Martin tahun 2006 terhadap manfaat rehabilitasi paru yag menunjukkan perbaikan sesak napas, kapasitas latihan dan kualitas hidup. National Institue for Health and Clinical Excellence telah merekomendasikan bahwa rehabilitasi paru harus diberikan pada seluruh

  5 penderita PPOK yang mengalami gangguan fungsi paru.

  Komponen utama program rehabilitasi paru adalah meliputi evaluasi, edukasi dan dukungan psikososial, latihan relaksasi, latihan pernapasan,terapi

  2,6

  fisik dada dan latihan fisik. Melihat lingkupnya yang luas, program rehabilitasi paru membutuhkan kerjasama tim yang terintegrasi antar berbagai disiplin keahlian, dokter, paramedis, fisioterapis, psikolog, ahli gizi dan keahlian

  2,7 lain yang terkait.

  Manfaat rehabilitasi paru terhadap peningkatan kapasitas fungsional dan kualitas hidup penderita PPOK sudah terbukti. Penelitian mengenai manfaat rehabilitasi paru terhadap kapasitas fungsional dan kualitas hidup pernah dilakukan oleh Riyadi tahun 2005 dengan jangka waktu 6 minggu didapatkan

  8

  peningkatan kapasitas fungsional dan kualitas hidup penderita PPOK. Sedangkan menurut Ikalius pada tahun 2007 yang melakukan rehabilitasi paru terhadap 21 penderita PPOK terdapat peningkatan jarak rerata pada uji jalan 6 menit sebesar

  9 55 m dengan simpangan baku sebelum rehabilitasi sebesar 65,7.

  Abidin melakukan penelitian untuk mendapatkan efek rehabilitasi paru terhadap kapasiti fungsional dan kualiti hidup penderita PPOK di RS Persahabatan Jakarta tahun 2007. Penderita PPOK dibagi menjadi kelompok perlakuan dan kontrol. Pada kelompok perlakuan diberikan rehabilitasi paru selama 6 minggu dan dilakukan penilaian ulang terhadap uji jalan 6 menit. Terdapat peningkatan rerata jarak uji jalan 6 menit pada kelompok perlakuan sebesar 62,2 meter yang setelah dilakukan uji statistik didapatkan hasil yang

  10 bermakna jika dibandingkan kelompok kontrol.

  Yves Lacasse dkk. dari Universitas Toronto/Canada melakukan rehabilitasi paru terhadap penderita PPOK selama 4 minggu dan didapati peningkatan rerata uji jalan 6 menit sebesar 55,7 m dan peningkatan kapasitas

  11

  latihan dengan sepeda statis sebesar 8,3 W. Fabio Pitta dkk. juga melakukan studi terhadap 29 penderita PPOK yang mengikuti program rehabilitasi paru selama 3 bulan dan didapati peningkatan kapasitas latihan, kekuatan otot, dan kualitas hidup dimana terdapat peningkatan lebih baik setelah latihan dilanjutkan

  12

  selama 6 bulan. Menurut John M Seymour dkk. dari London Hospital pada 60 penderita PPOK post eksaserbasi menyimpulkan bahwa program rehabilitasi paru dapat mengurangi kekambuhan eksaserbasi penderita PPOK. Setelah dilakukan evaluasi oleh beberapa peneliti didapatkan penurunan kapasitas fungsional dan

  13 kualitas hidup apabila program rehabilitasi ini dihentikan.

  Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek program rehabilitasi paru terhadap kapasitas fungsional dan juga kualitas hidup penderita PPOK dengan menjalankan rehabilitasi paru selama 8 minggu. Dilihat apakah program rehabilitasi paru yang diberikan dapat meningkatkan kapasitas fungsional dan kualitas hidup penderita PPOK dengan melakukan penilaian uji jalan 6 menit dan dan CAT (COPD Assessment Test) sebelum dan pada setiap tahapan latihan yang telah diselesaikan oleh penderita.

  CAT (COPD Assessment Test ) merupakan lembar penilaian yang mudah

  dan ringkas, dapat dipergunakan dalam praktek kedokteran sehari-hari dan dapat digunakan untuk menilai seluruh aspek pada penderita PPOK. Walaupun CAT hanya terdiri dari beberapa buah pertanyaan saja, namun sudah mencakup area luas yang dapat menilai kualitas hidup penderita. Telah banyak tersedia lembaran penilaian status kesehatan penderita PPOK seperti The St George’s Respiratory

  Questionnaire (SGRQ), Chronic Respiratory Diseases Questionnaire (CRQ), The COPD Clinical Questionnaire (CCQ), MRC (Medical Research Council) Dyspnoe Scale , dan juga BODE Index. Akan tetapi penilaian status kesehatan

  penderita PPOK diatas terlalu banyak dan terlalu kompleks sehingga sulit diterapkan dalam praktik sehari-hari. CAT hanya terdiri dari selembar kertas dan hanya dibutuhkan waktu beberapa menit dalam penilaiannya sehingga jauh lebih

  14 mudah dipergunakan dan lebih praktis dalam praktik sehari-hari.

  Berbeda dari penelitian sebelumnya yang menggunakan St. George’s

  Respiratory Questionnaire yang terdiri 76 butir pertanyaan,CAT hanya terdiri dari

  8 butir pertanyaan saja. Dodd JW juga telah melakukan penelitian pada tahun 2011 di St. George Hospital London yang membuktikan bahwa CAT merupakan penilaian sederhana yang dapat memberikan perkiraan perubahan status penderita

  

15

PPOK setelah menjalani rehabilitasi paru.

  1.2. Permasalahan

  Belum diketahui peningkatan kualitas hidup dan kapasitas fungsional penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik berdasarkan penilaian CAT (COPD

  Assesment Test) serta peningkatan kemampuan jalan 6 menit.

  1.3. Tujuan Penelitian

  1.3.1. Tujuan Umum :

  Untuk menilai efek program rehabilitasi paru terhadap kualitas hidup dan kapasitas fungsional penderita PPOK

  1.3.2. Tujuan Khusus : a.

  Untuk melihat karakteristik penderita PPOK berdasarkan umur b.

  Untuk melihat karakteristik penderita PPOK berdasarkan spirometri di RSUP H. Adam Malik c. Untuk menilai kualitas hidup penderita PPOK sebelum menjalani program rehabilitasi paru d.

  Untuk menilai kapasitas fungsional penderita PPOK sebelum menjalani program rehabilitasi paru e.

  Untuk menilai pengaruh program rehabilitasi paru terhadap kualitas hidup penderita PPOK f.

  Untuk menilai pengaruh program rehabilitasi paru terhadap kapasitas fungsional penderita PPOK

1.4. Manfaat Penelitian

  1.4.1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki kualitas hidup penderita PPOK di RSUP H. Adam Malik Medan setelah mengikuti program rehabilitasi paru yang dinilai dengan CAT

  1.4.2. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman peneliti dalam melaksanakan Program Rehabilitasi Paru pada penderita PPOK dalam hal menunjang penatalaksanaan pada penderita PPOK

  1.4.3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data sekunder untuk penelitian PPOK lebih lanjut

  1.4.4. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi institusi pendidikan dan pihak RSUP H. Adam Malik Medan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan melalui program rehabilitasi paru.

Dokumen yang terkait

Analisis Kualitas Hidup Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronis Setelah Mengikuti Program Rehabilitasi Paru Yang Dinilai Dengan COPD Assessment Test (CAT) dan Uji Jalan 6 Menit

6 88 82

Pengaruh Rehabilitasi Paru Terhadap MVV dan VEP1 Terhadap Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik Stabil di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

6 75 86

Analisis Kualitas Hidup Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik Setelah Mengikuti Program Rehabilitasi Paru Yang Dinilai Dengan COPD Assessment Test (CAT) dan Uji Jalan 6 Menit

8 116 108

Hubungan Keparahan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Stabil Dengan Disfungsi Ereksi

0 67 108

Pengaruh Pemberian Inhalasi Kombinasi Salmeterol / Flutikason Propionat Dalam Bentuk Diskus Inhaler Terhadap Kualitas Hidup Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik Stabil

0 44 102

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Paru Obstruktif Kronik - Hubungan Penggunaan Obat Bronkodilator Terhadap Terjadinya Xerostomia Pada Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik Di Rsu Dr.Pirngadi Medan

0 0 16

Perbandingan Kadar Fibrinogen Pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Eksaserbasi Akut Dengan Ppok Stabil

0 0 26

I. DATA PRIBADI - Analisis Kualitas Hidup Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik Setelah Mengikuti Program Rehabilitasi Paru Yang Dinilai Dengan COPD Assessment Test (CAT) dan Uji Jalan 6 Menit

0 0 20

Analisis Kualitas Hidup Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik Setelah Mengikuti Program Rehabilitasi Paru Yang Dinilai Dengan COPD Assessment Test (CAT) dan Uji Jalan 6 Menit

0 0 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) - Analisis Kualitas Hidup Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik Setelah Mengikuti Program Rehabilitasi Paru Yang Dinilai Dengan COPD Assessment Test (CAT) dan Uji Jalan 6 Menit

0 0 30