Opinio Juris Vol 1 Jan Maret 2010 9 19
- + 3 / '((&, diprediksikan
4 Sumber daya ikan juga memberikan keuntungan
3. A Marine Environment and Tanker Safety Action Plan, G 8 Summit, Evian June 2003 4. # + * : + $ $ %9;%< 3 / '((& 5. = . http://www.fao.org/docrep/012/ak341e/ak341e01.htm#40
2. http://www.fao.org/fishery/topic/424/en
1. Materi tulisan dalam artikel ini merupakan Bagian Pertama dari keseluruhan Artikel “ (% $ ARAH KEBIJAKAN
PERIKANAN INDONESIA? TANTANGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM DAN KEPENTINGAN NASIONAL”,
kelanjutan tulisan ini akan dimuat dalam edisi mendatang.Terkait kegiatan penangkapan ikan, FAO memperkirakan bahwa pada tahun 2006 terdapat kapal:kapal penangkap ikan bermesin sebanyak 2,1 juta, dimana 70%: nya terkonsentrasi di Asia dan sisanya tersebar di Afrika, Eropa, Timur Dekat, Amerika Latin dan Karibia. 90% dari jumlah tersebut didominasi oleh kapal:kapal yang berukuran kurang dari 12 meter, khususnya
6 ) $
sedangkan kegiatan penangkapan ikan dan 8 + telah berperanan penting sebagai mata pencaharian langsung bagi sekitar 43,5 juta orang dan 4 juta orang secara tidak langsung (2006). Dari jumlah tersebut, diperkirakan 86 % dari nelayan:nelayan tersebut berada di kawasan Asia, terutama Cina yang menempati jumlah terbanyak terdiri atas 8,1 juta nelayan dan 4,5 juta petani ikan.
5
ekonomi dan sosial yang sangat besar. FAO memperkirakan nilai perdagangan ekspor produk perikanan pada 2009 sebesar 93,4 miliar Dollar AS
keharusan negara:negara untuk meningkatan . pertanian (termasuk ikan) sebesar 70% sampai dengan tahun 2050 guna menjamin pangan masyarakat dunia yang diperkirakan akan melebihi 9 miliar jiwa pada saat itu.
●
(% $ ARAH KEBIJAKAN PERIKANAN INDONESIA?
3 Dalam Deklarasi :
perikanan kiranya telah menjadi sumber protein utama bagi satu miliar umat manusia dan merupakan 5:10% persediaan pangan dunia.
2 Sektor
Sumber daya ikan memiliki arti penting, baik sebagai sumber protein dan gizi pada makanan di banyak negara maupun kontribusinya yang semakin meningkat bagi keamanan pangan dunia.
" $ )
HARI YULIANTO
1 Oleh :
TANTANGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM DAN
KEPENTINGAN NASIONAL (Bagian I)
6. The State of World Fisheries and Aquaculture 2008
●
di wilayah Asia, Afrika dan Timur Jauh, sedangkan kapal:kapal di kawasan Pasifik, Oceania, Eropa dan Amerika Utara umumnya terdiri dari kapal:kapal yang berukuran lebih besar.
dimulai secara global pada abad ke:20 didukung juga oleh penggunaan kapal bermotor, murahnya harga bahan bakar, penggunaan mesin pendingin, peningkatan pasar komoditas global, dan subsidi pemerintah bagi peningkatan armada kapal. Praktek:praktek penangkapan ikan secara negatif seperti penangkapan ikan secara berlebihan ( / * ) yang bersifat destruktif, serta pencemaran terhadap ekosistem laut, pada akhirnya telah mengubah lautan dunia dan memengaruhi sumber daya perikanan laut.
8 Dalam kurun waktu 40 tahun, sejak 1950 –
1990, diperkirakan hasil tangkapan ( ) perikanan laut meningkat lima kali lipat (Mace, 1997). Namun demikian, upaya penangkapan ikan tidak mampu mengimbangi permintaan yang semakin meningkat sementara banyak dari perikanan laut telah melampaui batas penangkapan ( / * ). FAO memperkirakan dalam periode 1990 – 1997, konsumsi ikan meningkat sebesar 31% sementara pemenuhan dari tangkapan ikan hanya bertambah sebesar 9%.
Hal ini pada gilirannya telah meningkatkan 7. Ibid.
8. * + $ # + '((& 7 ) # **
9. James H. Tidwell & Geoff L. Allan, )+ + + + . + + * * * + . * .
http://www.nature.com/embor/journal/v2/n11/full/embor285.html10. = * * + + + . ftp://ftp.fao.org/docrep/fao/011/aj982e/aj982e09.pdf
11. / + + " 7 '((&7 # + / , + + . http://www.conservationinstitute.org/ocean_change/
Fisheries/destructivefishingpractices.htm .tekanan pada usaha:usaha penangkapan ikan komersial. Diperkirakan bahwa hampir setengah dari seluruh perikanan laut telah tereksploitasi (FAO, 1999) dan 70% diantaranya membutuhkan pengelolaan segera.
7 Kegiatan pengangkapan ikan yang telah
9 Ekosistem ikan juga mengalami krisis yang
diakibatkan oleh polusi air dan degradasi habitat, dimana kapal:kapal melakukan pencemaran di laut dengan membuang sampah dan limbah serta terjadinya tumpahan minyak oleh kapal. Beberapa kasus penangkapan ikan dengan menggunakan alat:alat tangkap yang bersifat destruktif juga membawa akibat merugikan pada lingkungan laut. Penggunaan . + . , misalnya, tidak hanya mampu menangkap ikan namun juga dapat mengakibatkan ikut terbawanya penyu laut sebagai + + .
10 Para nelayan juga banyak menggunakan
, yaitu penggunaan jaring besar yang ditebarkan hingga ke dasar laut sehingga menjaring tidak hanya ikan namun juga hewan laut dan organisme lainnya seperti terumbu karang dan mengancam keanekaragaman hayati ( / ) serta lingkungan laut.
11 Selain masalah:masalah tersebut diatas,
pengelolaan perikanan juga terkait dengan aspek politik dan keamanan negara, baik secara bilateral, regional, maupun internasional. Isu
16. Ibid.
14 Masih adanya tumpang tindih klaim batas
14. Sam Bateman, Commentary on Energy and Geopolitics in the South China Sea by Michael Richardson 15. Ibid.
(rtd.) Dieter Farwick, Dr. Benedikt Franke, Philipp Hauenstein and Benedikt Wahler , 24:Sep:09
13. International Institute of Straregic Studies (IISS), 7th Global Strategic Review: "The New Geopolitics", written by: Brig. Gen.
12. Jeffrey Sachs, the New Geopolitics, Preventing wars and other strife will increasingly depend on facing the ecological consequences of
our economic activities.16
dengan menghindarkan diri dari klaim yurisdiksi sepihak serta kepemilikan tunggal atas sumber daya kelautan, nampaknya menjadi solusi terbaik pada saat ini.
disetujui, upaya pengelolaan bersama (
15 Dalam ketiadaan batas maritim yang
maritim dari beberapa negara di kawasan Laut Cina Selatan, pada gilirannya telah mempenga: ruhi upaya pengelolaan laut, keselamatan dan keamanan pelayaran, perlindungan dan konservasi lingkungan laut, serta eksplorasi dan eksploitasi sumber daya kelautan.
) dan memasukkan beberapa pulau Nansha ( . " ) sebagai bagian wilayah Filipina. Cina dan Vietnam selanjutnya menyebut tindakan Filipina ini dapat mengancam perdamaian dan stabilitas di kawasan.
●
Presiden Arroyo pada 2009, misalnya, telah mendapat protes dari Cina, karena akan menutup " ( +
> > oleh Kongres Filipina dan
dan lingkungan laut juga terkait dengan karakteristik geopolitik kawasan. Perdebatan dan kepentingan atas Laut Cina Selatan, misalnya masih menjadi topik hangat hingga saat ini. Meskipun resiko terjadinya konflik telah menurun, namun demikian penetapan batas maritim dan klaim kedaulatan di kawasan ini masih menjadi isu yang belum terselesaikan. Disetujuinya , ..
13 Dalam konteks regional, pengelolaan perikanan
terjadi dalam hal persaingan atas sumber daya akibat perubahan iklim dan menipisnya sumber daya air baik secara kuantitas (digunakan untuk kebutuhan hidup) maupun secara kualitas (terkait kontaminasi sumber daya air, misalnya 80% perairan Cina tidak lagi aman bagi kehidupan ikan). Potensi ” / ” ini sejalan dengan meningkatnya angka pertumbuhan penduduk, khususnya yang penghidupannya tergantung pada air, seperti di Asia Tenggara, India, dan Cina.
12 Secara lebih luas, potensi konflik akan
triliun Dollar AS, yang tidak hanya membawa keuntungan berupa peningkatan harapan hidup ( * 1. + + ) dan kesehatan publik secara keseluruhan, namun juga memiliki dampak negatif berupa berkurangnya/hilangnya biodiversity dunia dan sumber daya perikanan laut. Kecuali jika kita mengadaptasikan global politik dengan tantangan keberlanjutan, maka kita akan menisbikan harapan kesejahteraaan dan perdamaian di masa depan.
= : , + dunia sebesar 60
keberlanjutan ( ) sumber daya kelautan kiranya telah menjadi tema geopolitik baru yang menjadi perhatian saat ini. Hal ini sejalan dengan meningkatnya
- + . / ), dan
●
- * Sehubungan dengan faktor keamanan pengelo: $ +
- * laan perikanan, isu yang juga mengemuka . $
- + dalam agenda kebijakan perikanan * / ?
internasional adalah kegiatan $ * + / + * * ("22 * . . / *
). Kegiatan "22 selain 5 .
/ dan / * + berdampak langsung pada + / ; berkurangnya jumlah tangkapan ikan yang .
5
- + sah, juga berdampak tidak langsung $ /
- * terhadap keberlangsungan ekonomi dan . / .. + ?
- * sosial masyarakat nelayan yang hidupnya /
bergantung pada perikanan serta merugikan + $ industri perikanan yang menjalankan aturan . / +
17
20 yang ditetapkan oleh otoritas pengelolaan. * 5 .”
Meningkatnya kegiatan "22 yang Adapun 2 . merupakan * mengancam sumber daya perikanan dunia kegiatan penangkapan ikan yang “ / + tersebut selanjutnya makin didorong oleh . $ / . $ aktivitas kapal:kapal penangkap ikan yang / $ + ;
18 19
menggunakan ”* * + / + 7 * / ?
- * + . +
Dalam International , * * + , / $ / * # ) $ 2 .
5 / . +
2
- + '((% disebutkan bahwa / . $ / " * merupakan kegiatan yang + * . . *
21
- + “+ * / 5 ”
17. Carl:Christian Schmidt, Addressing Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) Fishing 18. # + " . + * . $ . * * $ $ %(;%% + %&&&
19. Sebuah kapal dikatakan menggunakan “* * + / + ” jika ia terdaftar di suatu negara asing “dengan tujuan mengurangi biaya
) * 4 $ ) . Houghton # + + operasi atau menghindari peraturan pemerintah” Mifflin Company. 2004. http://dictionary.reference.com/browse/flag%20of%20convenience .
2 3 / 4 %&<' menyatakan dalam Pasal 94 bahwa Negara Bendera memiliki yurisdiksi terkait *
masalah administrasi, teknis dan sosial kapal serta masalah kondisi perburuhan dan seaworthiness. Selanjutnya berdasarkan instrumen:
instrumen internasional pasca UNCED, Negara bendera bertanggungjawab atas ketaatan kapal terhadap ketentuan manajemen dan konservasi
perikanan internasional, termasuk di laut lepas. :Namun demikian beberapa negara menggunakan “ . ” hanya demi menarik keuntungan, yaitu dengan tidak mengambil langkah
positif untuk memenuhi tanggungjawab ketaatan Negara Benderanya terkait kapal perikanannya. Banyak dari negara:negara ini tidak menjadi
anggota atau bekerjasama dengan5 (RFMO) yang telah mengadopsi ketentuan manajemen dan
konservasi internasional. Hal ini telah menjadi faktor pendorong bagi kapal:kapal perikanan untuk membeli ”* * + / + ” dari negara
. yang tidak melakukan tanggung jawab ketaatan negara Bendera atas kapal:kapal perikanannya.- - . # + . $ / . . 1 + * * ….
http://www.fao.org/docrep/005/Y3824E/y3824e04.htm
- * 5
- + + /
- + /
- * 5 ? * * +
- + .. +
- + /
- + * + / + + + .
- * + / * / +
- + + / $ * * * .
. . dari suatu negara seperti halnya
(* * ) yang menyatakan bahwa setiap negara bebas menggunakan laut, termasuk sebagai jalur perdagangan. Prinsip tersebut memperoleh perlawanan dari John Selden (1584:1654), yang berpendapat bahwa laut dapat menjadi n dan
4
Instrumen:instrumen hukum internasional terkait dengan pengelolaan perikanan tersebut di atas, kiranya perlu terlebih dahulu merujuk pada awal perkembangan hukum laut modern. Hugo Grotius (1583: 1645) telah meletakkan prinsip
24 ) " " * ) " )
Selanjutnya pada awal 2009, Bank Dunia dan FAO juga menerbitkan laporan yang berjudul “ > “ untuk menggambarkan inefisiensi sektor perikanan. Laporan tersebut menghitung selisih antara keuntungan ekonomi potensial dan aktual perikanan global sebesar 50 miliar Dollar AS per tahun, sehubungan dengan hilangnya keuntungan akibat IUU Fishing. Diperkirakan pula bahwa total kerugian ekonomi global sektor perikanan dalam 30 puluh tahun terakhir adalah sebesar 3 triliun Dollar AS, tidak termasuk kerugian “ + ”.
23. David J. Doulman, "A General Overview of some Aspects of Illegal, Unreported and Unregulated Fishing" (FAO Fisheries
Report No. 666, FIPL/R666), FAO, Rome 2001. http://www.oecd.org/document/5/0,3343,en_2649_33901_21007109_1_1_1_37401,00.html 24. Edward H Allison, Ingrid Kelling, Fishy crimes: the societal costs of poorly governed marine fisheries.21. Ibid 22. Ibid.
23 20. http://www.imcsnet.org/imcs/docs/international_poa.pdf
keseluruhan tangkapan perikanan. Dalam satu kesempatan, FAO pernah mengindikasikan bahwa tangkapan ikan dari "22 dapat mencapai tiga kali lebih banyak dari level tangkapan yang diperbolehkan.
"22 dapat mencapai 30% dari
, FAO memperkirakan bahwa pada beberapa sektor perikanan yang penting,
22 Guna menggambarkan besarnya akibat "22
, * + ”
/ * .. + $ 8 .. + * / "
”. Dengan tidak mengurangi ketentuan tersebut, kegiatan penangkapan ikan tertentu dapat berlangsung “ +
5 $ * $
Sementara 2 * merupakan kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan “ * .. + * /
●
darat, atau yang dikenal dengan prinsip . Dalam perkembangannya kemudian, konsep kebebasan di laut ini lebih mendapat
25 Paska Perang Dunia II, terdapat kesadaran
27 Dalam Konferensi III Hukum Laut, > mengungkapkan tiga pendekatan terkait dengan perikanan. , , negara:negara berkembang
tempat sebagai hukum kebiasaan inter: nasional di bidang hukum laut.
untuk melakukan pemutakhiran dan kodifikasi hukum kebiasaan internasional. Guna maksud tersebut maka diadakan Konferensi Hukum Laut I pada 1958 yang kemudian menghasilkan empat Konvensi yang dikenal dengan “Konvensi Jenewa 1958”. Konvensi tersebut meliputi
/ @ ; /
; /
●
menginginkan yurisdiksi yang luas bagi negara pantai atas perikanan (suatu ide yang kemudian berkembang dalam proposal mengenai Zona Ekonomi Eksklusif:ZEE). A $ Amerika Serikat dan Kanada, mengusulkan pendekatan manajemen perikanan berdasarkan karakteristik migrasi spesies yang berbeda, dimana spesies ikan yang bermigrasi jauh akan diatur oleh organisasi perikanan internasional. A , Jepang dan Uni Soviet memilih status quo, yaitu menginginkan sedikit perubahan dari rezim yang ada, dan berpendapat bahwa negara: negara pantai/berkembang seharusnya menikmati hak:hak preferensial dalam perairan yang dekat dengan pantainya.
- *; dan / / * 4 / + * .
Jenewa 1958 mendapat pertentangan keras dari negara:negara pantai. Pada 1970an terdapat ketidakpuasan negara:negara berkembang atas rezim perikanan yang ada, sehubungan dengan fakta bahwa kapal: kapal dari / . $ yang dilengkapi dengan teknologi terbaru, melakukan kegiatan penangkapan ikan di laut lepas yang jauh dari pantainya. Pada saat yang sama, beberapa negara maju menyuarakan hal yang sama, terkait dengan keinginan mereka untuk memperoleh akses yang lebih besar atas sumber daya perikanan dan ketidakpercayaan atas kemampuan komisi perikanan internasional untuk mengatur penangkapan ikan ditengah tekanan atas sediaan ikan akibat semakin intensifnya metode penangkapan ikan.
26 Dalam perkembangannya, Konvensi
mengenai perikanan memang pada akhirnya merefleksikan pendekatan yang pertama dari negara:negara berkembang, namun demikian elemen:elemen pendekatan spesies dapat pula ditemukan.
29
”Kompromi kepentingan” tersebut misalnya terdapat dalam Pasal 64 UNCLOS 1982 sebagai berikut:
25. William Tetley, International Maritime and Admiralty Law, International Shipping Publication, Les Editions Yvon Blais Inc,
2002, hal 630:631.26. Ibid.
27. RR Churchill and A.V Lowe, the Law of the Sea, Juris Publishing Manchester University Press 1999, hal 288.
28. Ibid.
29. Ibid.
28 Ketentuan:ketentuan dalam UNCLOS 1982
- + ;
- * * . + 1 % + . + .. . 5 ; / + / . + / * .
- + . + $ 1+ / + + 5 7 " ; * + .. .
- + . + 5 . + .
33. Boer Mauna, Hukum Internasional, Pengertian Peranan dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global. Edisi ke:2 , Penerbit PT
Alumni, 2005 hal 35932. Ibid.
31. Oppenheim’s International law, Ninth Edition 1996, Edited by Sir Robert Jennings QC and Sir Arthur Watts KCMG QC,
Volume 1, Longman, hal 757.9B 2 3 / 4 * %&<'
34 30. +
merupakan manifestasi dari usaha:usaha negara:negara pantai untuk melakukan pengawasan dan penguasaan terhadap segala macam sumber kekayaan yang terdapat di zona laut yang terletak di luar dan berbatasan dengan laut wilayahnya.
33 Dengan demikian, konsepsi ZEE
perluasan laut wilayah sejauh 200 mil laut merupakan reaksi atas prinsip kebebasan di laut dari kapal:kapal penangkap ikan negara: negara maritim besar yang mengarungi semua lautan dan samudera dan melakukan kegiatan:kegiatannya di laut:laut dekat perairan nasional negara:negara pantai. Selanjutnya, dikarenakan negara:negara pantai tersebut merasa lebih berhak dari negara:negara lain telah memutuskan untuk mencadangkan kekayaan:kekayaan laut yang berdekatan dengan perairannya untuk kesejahteraan rakyat mereka.
32 Bagi negara:negara berkembang yang berpantai,
kebebasan menangkap ikan dan kebutuhan penerapan aturan konservasi di laut lepas, sebagaimana diilustrasikan dalam kasus laut Behring tersebut, kiranya telah menjadi kunci dalam memahami dua perkembangan hukum penting yang terjadi hingga saat ini. , , adanya perubahan aturan mengenai perikanan di laut lepas oleh untuk menjamin konservasi, pembangunan sediaan ikan (* + ), dan distribusi hasil laut yang lebih adil. A , perluasan yurisdiksi perikanan nasional oleh negara pantai sampai dengan 200 mil dari garis batas laut teritorial, atau yang dikenal dengan zona ekonomi eksklusif.
31 Namun demikian, tarik menarik antara
(1893) yang menolak klaim Inggris atas kapasitasnya untuk menahan kapal Amerika Serikat yang melakukan penangkapan * di laut lepas, berdasarkan peraturan perlindungan dan konservasi.
, dan Bagian VII UNCLOS 1982. Prinsip ini misalnya dapat dirujuk dalam putusan arbitrasi >
lepas memang diakui sebagai salah satu prinsip yang dijamin dalam kebiasaan hukum internasional, = / /
30 Prinsip kebebasan menangkap ikan di laut
7
5 1 $ + / . +
5 *
●
34. Ibid.
3 / 4 * * %( # + %&<' / *
37 Hingga saat ini, terdapat 13 5 (RFMO) diseluruh
2
37. Naskah Urgensi dan Konsekuensi Pengesahan * " . * , / *
36. Pasal II
35. Pasal III
punyai * /
Pada kawasan Mediterania terdapat =
5 3 !$ " ;
5 3 !$ 3 ;) + / ; 3) !$ 3 + ; /
3 ;: +
dunia. Pada kawasan Samudera Atlantik terdapat
(Pasal 64 UNCLOS) merupakan jenis ikan yang beruaya dari ZEE ke laut lepas dan sebaliknya yang jangkauannya dapat melintasi perairan beberapa samudera. Oleh karenanya terdapat kemungkinan terjadinya konflik kepentingan antara negara pantai dengan negara penangkap ikan jarak jauh, khususnya dalam pemanfaatan dan konservasi ikan baik di ZEE maupun di laut lepas yang berbatasan dengan ZEE. Dengan demikian, kerjasama internasional dianggap sebagai solusi paling baik untuk mencegah dan mengatasi potensi konflik tersebut.
●
UNCLOS) merupakan jenis ikan yang beruaya antara ZEE suatu negara dan ZEE negara lain, sehingga pengelolaannya melintasi batas yurisdiksi beberapa negara. Sementara jenis ikan yang beruaya jauh
36 Jenis ikan yang beruaya terbatas (Pasal 63
2 3 / 4 * * %( # + %&<' /
dan pemanfaatan secara berkelanjutan atas sediaan ikan yang beruaya terbatas dan sediaan ikan yang beruaya jauh, sebagai pelaksanaan yang efektif atas ketentuan:ketentuan yang terkait dengan UNCLOS 1982, diatur dalam
35 Selanjutnya, isu konservasi jangka panjang
dan mematuhi ketentuan konservasi dan pengelolaan yang diadopsi oleh organisasi perikanan regional.
5 ) untuk menangkap ikan
1993. Pengaturan ini bertujuan menjamin negara:negara bendera kapal untuk melakukan pengawasan atas kapal:kapalnya yang melaku: kan penangkapan ikan di laut lepas dengan mengharuskan kapal:kapal tersebut memiliki izin (
" / C
Pengaturan lebih lanjut upaya konservasi dan pengelolaan sumber daya ikan di laut lepas diatur dalam , . +
- * " . * , / *
- * / *
- + " !$
- * ) + ) !$ : + ; :) !$ ;) + 5 ) !.
- * +
- + 23 + ! %&&D.
- + * = !, Samudera Hindia memiliki "
- + " ! dan ;
- * / * > * > !, serta Antartic mem:
- + + 7
- * + 4 / + 4 !. Sementara itu, di Samudera
42. Ibid Pasal 12 dan Pasal 13 43. Menjaring Suara Dari Laut, Majalah Maritim Indonesia.
2 '((%dan , , / $ # ) " $ 2 .
2 '((&
40. Pasal 5 dan Pasal 24 / / * + : , + * + + 41. Pasal 11 , , / $ # ) " $ 2 .
39. Pasal 5 dan Pasal 11 * ) * " + .
43 38. Pasal 5 dan Pasal 8 ayat 3 / * / * > * .
Peranan sektor perikanan bagi bangsa Indonesia juga sangat besar. Indonesia adalah negara kepulauan, dengan 2/3 (dua pertiga) wilayahnya berupa laut. Lebih dari 60% masyarakat Indonesia hidup di wilayah pesisir dengan mata pencaharian dari laut. Mereka bukan saja para nelayan atau para pembudidaya ikan, tetapi juga yang berhubungan tidak langsung dengan laut seperti pedagang atau jasa:jasa lainnya. Pada wilayah pesisir dan pantai tersebut terdapat lebih dari 100 juta penduduk Indonesia bermukim.
42
harus mematuhi ketentuan minimal inspeksi atas kapal:kapal yang diduga melakukan kegiatan "22 .
41 Selanjutnya, negara pihak juga
yang diduga terlibat dalam kegiatan "22 .
.. , pengepakan dan pemrosesan,
dalam instrumen tersebut adalah kewajiban negara pihak untuk menolak pelabuhannya digunakan untuk melayani kegiatan pendaratan,
2 '((&7Salah satu aturan terpenting
# ) " $ 2 .
men hukum internasional terkait diantaranya adalah " , * + , / $
- + $ ** + + / , dan
40 Terkait dengan ancaman "22 , instru:
memelihara daftar kapal ikan yang sah melakukan kegiatan penangkapan, menilai dampak penangkapan ikan pada sediaan dan ; . , serta mencegah terjadinya / * dan 1+ * (WCPFC).
39
memperhatikan kondisi dan kecenderungan sediaan, men: dorong kegiatan penelitian dan pengembangan sediaan dan perikanan, mengadopsi langkah: langkah konservasi dan pengelolaan ber: dasarkan bukti ilmiah, memberikan salinan peraturan nasional yang berlaku terkait konservasi dan pengelolaan sediaan (IOTC),
38
. Langkah:langkah yang ditempuh RFMO misalnya memutuskan jumlah tangkapan yang diperbolehkan dan besarnya alokasi para pihak, kewajiban para pihak untuk memberikan informasi ilmiah dan data tangkapan (CCSBT),
5 $ * $ / ;+ . 5 $ 1+ / * 5 $ / * + .
Masalah:masalah pengelolaan perikanan yang timbul di laut bebas, misalnya: /
/ *
Pasifik dapat pula dijumpai *
●
- + : , + * + + : , ! dan " ; + . + " !7
- * , dan .. , terhadap kapal
- + , ) ) !
- * ) " +
48 Sejumlah inisiatif telah diambil,
belum termasuk rusaknya sumber daya perikanan dan ekosistem biota laut. Kegiatan "22 ini pada gilirannya telah memengaruhi nelayan:nelayan lokal, skala kecil dan menengah, yang tidak mampu bersaing dengan operator "22 karena penggunaan teknologi yang lebih canggih. Dengan demikian, nelayan tidak mengalami peningkatan taraf hidup dan bahkan makin bertambah miskin.
perkembangannya kemudian, Indonesia juga berperan aktif mengusulkan agar "22 juga masuk sebagai kejahatan lintas
/ *
(CCSBT), serta menjadi + . ; pada *
/ * > *
(IOTC) dan *
diantaranya dengan mengadopsi sejumlah ketentuan internasional yang diharapkan dapat memperbaiki situasi pengelolaan dan pelestarian perikanan nasional. Saat ini, Indonesia telah menjadi pihak pada dua RFMO yang ada, yaitu " +
Dalam Undang:Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang:Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, dinyatakan bahwa pemanfaatan sumber daya ikan belum dapat meningkatkan taraf hidup yang berkelanjutan dan berkeadilan melalui pengelolaan perikanan, pengawasan dan sistem penegakan hukum yang optimal.
terlihat ”gregetnya” meskipun Pemerintah telah mencanangkan tahun 2015 sebagai tahun kemajuan industri perikanan nasional.
47 Industri perikanan nasional juga belum
46
44. Naskah Penjelasan Pengesahan Convention for the Conservation of Southern Bluefin Tuna.
Indonesia yang luas dan berada di jalur transportasi dunia membawa dampak bagi banyaknya kapal:kapal asing yang lalu lalang (atau bahkan melakukan pencurian sumber daya ikan) dan berpotensi melakukan pencemaran lingkungan. Perkiraan besarnya kerugian yang dialami Indonesia akibat kegiatan "22 adalah sebesar 2 (dua) miliar Dollar AS
45 Dalam perspektif politis dan keamanan, wilayah
geografis, wilayah Indonesia merupakan wilayah kepulauan terbesar dan teragam di dunia dengan lebih dari 17.000 pulau dan memiliki garis pantai sepanjang 95.181 km. Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, yang mengapit wilayah Indonesia, juga membawa pengaruh bagi / laut terluas di dunia dan terumbu karang yang menopang berlimpahnya sediaan ikan yang beragam.
44 Secara
Wilayah nusantara juga merupakan daerah yang cocok bagi kegiatan pemijahan ikan, salah satunya berada pada wilayah perairan ZEE Indonesia yaitu pada perairan selatan Jawa dan Bali (8º LS : 50ºLS), dimana ikan tuna sirip biru melakukan pemijahan pada bulan September – April.
●
- + : , + * + + (WCPFC). Dalam
48. UU No. 45 tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang:Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, Bagian Menimbang butir b.
47. Ibid.
45. Aji Sularso, " . + * " $ 2 . $ " 4): "", Nusa Dua:Bali, 23 – 26 March 2010. 46. # * + . " $ : $ 3 $ ';B '((<.
●
batas dalam kerangka 2
3 pemanfaatan sumber daya kelautan / khususnya perikanan. Produk hukum serta 5 , mengingat sifatnya institusi yang dihasilkan pada hakekatnya
sebagai kejahatan serius bersanding dengan merupakan produk politik kepentingan
- * $ banyak pihak, oleh karena itu titik tolak
dan terorisme. yang seharusnya digunakan adalah titik tolak yang bertumpu pada dan Namun demikian, Pemerintah dan segenap menguntungkan bagi kedaulatan hukum perikanan perlu tetap kritis yang bermuara pada kepentingan nasional terhadap perkembangan pengaturan inter: Indonesia. Masalahnya adalah titik tolak itu nasional pasca penandatanganan UNCLOS harus diterjemahkan pada kebijakan apa 1982, sehubungan dengan pengelolaan dan yang harus diambil Indonesia. Quo Vadis?