PENGARUH PERSEPSI MANFAAT DAN SKEPTIVISME TERHADAP PENERAPAN MANAJEMEN LINGKUNGAN PADA UMKM BATIK DI KABUPATEN PURBALINGGA

  

Tema: 5 (kewirausahaan, koperasi dan UMKM

PENGARUH PERSEPSI MANFAAT DAN SKEPTIVISME

TERHADAP PENERAPAN MANAJEMEN LINGKUNGAN PADA

UMKM BATIK DI KABUPATEN PURBALINGGA

  

Oleh

Retno Widuri, Dwiwiyati Astogini, Bambang Sunarko

FEB UNSOED

ABSTRAK

  Dengan semakin tingginya tingkat kerusakan lingkungan yang disebabakan oleh kegiatan bisnis, setiap organisasi bisnis dianggap perlu untuk mengelola praktek operasional mereka untuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan. Namun sebagian besar UMKM di Indonesia juga masih belum menjadikan kriteria ramah lingkungan sebagai hal yang perlu memperoleh perhatian khusus dalam menjalankan usaha mereka. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti: (a) minimnya kesadaran akan kelestarian lingkungan, (b) lemahnya aspek manajemen, (c) aspek teknis yang tidak menunjang. Selain kurangnya wawasan UMKM mengenai manfaat dari manajemen lingkungan, banyak UMKM yang skeptis dan menganggap bahwa proses bisnis yang mereka lakukan tidak akan berdampak besar terhadap kerusakan lingkungan, karena skala usaha mereka yang kecil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh persepsi manfaat dari penerapan manajemen lingkungan terhadap kesediaan pemilik UMKM untuk menerapkan manajemen lingkungan dalam kegiatan bisnis mereka; serta untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh skeptivisme terhadap kesediaan UMKM untuk menerapkan manajemen lingkungan. Hasil analisis terhadap 96 UMKM kerajinan batik di Kabupaten Purbalingga menunjukkan bahwa persepsi manfaat dari penerapan manajemen lingkungan dalam kegiatan bisnis yang dilakukan, akan berpengaruh positif terhadap kesediaan pemilik UMKM Batik di Kabupaten Purbalingga untuk menerapkan manajemen lingkungan dalam kegiatan bisnis mereka dan skeptivisme berpengaruh negatif terhadap penerapan manajemen lingkungan pada UMKM Batik di Kabupaten Purbalingga Keywords : manajemen lingkungan, persepsi manfaat, skeptivisme

  ABSTRACT

  With the increasing level of environmental damage caused by business activities, every business organization is deemed necessary to manage their operational practices to minimize negative impacts on the environment. However, most MSMEs in Indonesia also still do not make eco- friendly criteria as a matter of special attention in running their business. This is due to several factors such as: (a) lack of awareness of environmental sustainability, (b) weak management aspect, (c) unsupported technical aspects. In addition to the lack of UMKM insight into the benefits of environmental management, many SMEs are skeptical and assume that their business processes will not have a major impact on environmental damage, due to their small scale of business. This study aims to determine and analyze the effect of the perception of benefits from the application of environmental management to the willingness of MSME owners to implement environmental management in their business activities; as well as to know and analyze the influence of skeptivism on the willingness of UMKM to implement environmental management. The result of analysis to 96 SMEs batik craft in Purbalingga Regency shows that the perception of the benefits of the implementation of environmental management in business activities undertaken, will positively affect the willingness of owners of SMEs Batik in Purbalingga to apply environmental management in their business activities and skeptivisme negatively affect the implementation of management environment at UMKM Batik in Purbalingga Regency Keywords: environmental management, perception of benefits, skeptivism

  PENDAHULUAN A. Latar Belakang

  Dampak dari kegiatan bisnis terhadap lingkungan telah menjadi isu penting sejak akhir tahun 1980-an, terutama di dunia Barat (Gerrans dan Hutchinson 2000 serta, Robbins 2001 dalam Gadenne 2008). Isu lingkungan tersebut tidak hanya dikemukakan oleh para pemerhati lingkungan dan pemerintah, namun juga menjadi perhatian konsumen, komunitas lokal, otoritas publik, pemasok, institusi keuangan dan karyawan (Bubna Litic dan De Leeuw,1999, Degan 2007; Petts et.al 1998, dalam Gadenne 2008). Salah satu dampak negatif dari kegiatan bisnis yang banyak mendapat perhatian adalah adanya polusi dan kerusakan lingkungan. Kondisi ini memberi konsekuensi bagi para pemilik usaha untuk lebih memperhatikan dan meningkatkan praktik manajemen lingkungan pada kegiatan usaha mereka.

  Tujuan mendasar manajemen lingkungan adalah bahwa setiap organisasi perlu mengelola praktek operasional mereka untuk menghilangkan dampak negatif terhadap lingkungan (de Burgos-Jimenez, Cano-Guillen & Cespedes-Lorente, 2002). Sasaran dari manajemen lingkungan adalah melindungi dan melestarikan lingkungan, dan hal ini telah menjadi semakin penting dalam menghadapi kekurangan sumber daya, meningkatkan biaya dan terjadinya perubahan yang tidak diinginkan dalam iklim dan lingkungan (Bohdanowicz, 2006).

  Simpson et al, 2004 dalam Gadenne (2008) menyatakan bahwa, penerapan manajemen lingkungan akan membawa banyak manfaat secara ekonomi, diantaranya berkurangnya limbah, penghematan biaya, peningkatan kepuasan konsumen, peningkatan komitmen karyawan, produk yang lebih baik, hubungan masyarakat yang lebih baik, dan keunggulan kompetitif. Namun hingga saat ini, masih banyak UMKM yang belum menyadari manfaat dari penerapan manajemen lingkungan. Karenanya, sulit bagi mereka untuk memahami apa manfaat dari implementasi kegiatan bisnis yang ramah lingkungan bagi mereka.

  Tidak jauh berbeda dengan kondisi di lain negara, sebagian besar UMKM di Indonesia juga masih belum menjadikan kriteria ramah lingkungan sebagai hal yang perlu memperoleh perhatian khusus dalam menjalankan usaha mereka. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti: (a) minimnya kesadaran akan kelestarian lingkungan, (b) lemahnya aspek manajemen, (c) aspek teknis yang tidak menunjang, serta (d) belum tersedianya sumber pembiayaan yang berorientasi pada ramah lingkungan. Disisi lain kesadaran masyarakat untuk menggunakan produk ramah lingkungan masih belum tumbuh (Bank Indonesia, 2012). Untuk itu, pemerintah, melalui dinas terkait telah mulai melakukan pembinaan melalui berbagai program agar UMKM di lingkungannya menuju ramah lingkungan. Hal yang dilakukan diiantaranya adalah memberikan sosialisasi dan edukasi mengenai manfaat kegiatan bisnis yang ramah lingkungan, pendanaan dan peningkatan kualitas SDM, serta menetapkan berbagai peraturan untuk meningkatkan kesadaran para pelaku bisnis untuk memperhatikan kelestarian lingkungan dalam kegiatan usaha mereka.

  Di sisi lain, selain kurangnya wawasan UMKM mengenai manfaat dari manajemen lingkungan, banyak UMKM yang menganggap bahwa proses bisnis yang mereka lakukan tidak akan berdampak besar terhadap kerusakan lingkungan, karena skala usaha mereka yang kecil (Lee, 2000 dan Stuart,2000). Masih banyak UMKM yang belum menerapkan manajemen lingkungan karena sebagian dari mereka berpikir dampak kegiatan UKM pada lingkungan dapat diabaikan. Meskipun secara individual terlihat tidak seberapa, namun sebenarnya secara agregat dampak kegiatan bisnis UMKM yang tidak ramah lingkungan akan berdampak besar karena banyaknya jumlah UMKM. Oleh karena itu, peneliti akan menganalisis pengaruh dari skeptivisme UMKM pada kesediaan UMKM untuk menerapkan manajemen lingkungan.

  B. Masalah penelitian : 1.

  Apakah persepsi manfaat (perception of benefit) dari penerapan manajemen lingkungan dalam kegiatan bisnis yang dilakukan akan berpengaruh positif terhadap kesediaan pemilik UMKM Batik untuk menerapkan manajemen lingkungan dalam kegiatan bisnis mereka ?

  2. Apakah skeptivisme pengaruh negatif terhadap kesediaan pemilik UMKM Batik untuk menerapkan manajemen lingkungan dalam kegiatan bisnis mereka ?

  C. Tujuan penelitian : 1.

  Untuk mengetahui dan menganalisis persepsi manfaat (perception of benefit) dari penerapan manajemen lingkungan dalam kegiatan bisnis yang dilakukan, dan pengaruhnya pada kesediaan pemilik UMKM untuk menerapkan manajemen lingkungan dalam kegiatan bisnis mereka

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh skeptivisme terhadap kesediaan UMKM untuk menerapkan manajemen lingkungan.

D. Hipotesis penelitian : 1.

  Persepsi manfaat (perception of benefit) dari penerapan manajemen lingkungan dalam kegiatan bisnis yang dilakukan, akan berpengaruh positif terhadap kesediaan pemilik UMKM Batik di Kabupaten Purbalingga untuk menerapkan manajemen lingkungan dalam kegiatan bisnis mereka

2. Skeptivisme berpengaruh negatif terhadap penerapan manajemen lingkungan pada

  UMKM Batik di Kabupaten Purbalingga

METODE PENELITIAN

  Subyek penelitian ini adalah UMKM Batik di Kabupaten Purbalingga. Responden dalam penelitian ini adalah 96 UMKM yang bergerak di bidang kerajinan batik di Kabupaten Purbalingga. Variabel dalam penelitian ini meliputi persepsi manfaat, skeptivisme dan penerapan manajemen lingkungan.  Persepsi manfaat dalam penerapan manajemen lingkungan merupakan pendapat UMKM mengenai manfaat yang akan mereka peroleh dengan penerapan manajemen lingkungan bagi bisnis dan lingkungan mereka. Variabel ini diukur dengan indikator ; Berkurangnya limbah, Penghematan biaya, Peningkatan kepuasan konsumen,, Hubungan masyarakat yang lebih baik dan Keunggulan kompetitif.

   Skeptivisme merupakan tendensi ketidakpercayaan UMKM bahwa penerapan manajemen lingkungan yang mereka lakukan akan memberikan manfaat signifikan bagi lingkungan dan ekonomi. Variabel ini diukur dengan indikator : Keraguan bahwa limbah yang dihasilkan dari kegiatan produksi batik akan merusak lingkungan karena jumlah limbah yang dihasilkan hanya sedikit, Keraguan bahwa dengan mengeluarkan biaya untuk mengolah limbah akan meningkatkan kesediaan konsumen membeli produk mereka dengan harga yang lebih mahal, Keraguan bahwa UMKM Batik lainnya juga memperhatikan pembuangan limbah agar tidak merusak lingkungan  Penerapan manajemen lingkungan merupakan tingkat perilaku ramah lingkungan dalam kegiatan bisnis yang dilakukan. Indikator ; Melakukan pengolahan limbah sebelum dibuang ke sungai/ tanah, Mendesain proses produksi yang dapat meminimalkan produksi limbah, Mempelajari / mencari tahu pengetahuan dan teknologi yang dapat mengurangi limbah serta Mendaur ulang sisa bahan produksi yang masih dapat digunakan Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert, dengan skala 1-5. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis Regresi Berganda.

  HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Responden

  Karakteristik responden berdasarkan gender dapat dilihat secara rinci pada tabel 4.2 di bawah ini : Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan gender

  

No Gender Jumlah Persentase (%)

  1 Laki-laki

  11

  11

  2 Perempuan

  85

  89 96 100 Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah berjenis kelamin perempuan (88%), sedangkan pengrajin batik berjenis kelamin laki laki hanya sebesar 11%. Berdasarkan jenis batik yang dibuat pengrajin, mayoritas pengrajin perempuan menekuni usaha batik tulis, sementara pengrajin batik berjenis kelamin laki laki menekuni usaha batik cap yang saat ini semakin berkembangnya di Kabupaten Purbalingga. Kerajinan batik cap lebih banyak ditekuni oleh pengrajin batik laki laki, karena beratnya alat cap yang digunakan dalam proses pembuatan batik cap.

  Karakteristik responden dapat juga dilihat dari lamanyan para pengrajin menjalankan usaha batik mereka, seperti yang tersaji pada tabel 4.3 di bawah ini. Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan lama menjalankan usaha batik

  

No Lama menjalankan usaha Jumlah Persentase (%)

  1 < = 1 tahun

  25 2 1,1 tahun s/d 5tahun 36 3 5,1 tahun s/d 10 tahun 17 4 >10 tahun 18 96 100

  Mayoritas responden telah menekuni usaha batik cukup lama. 17% responden telah menjalankan usaha batik mereka selama kurang lebih dari 5 tahun. Bahkan, 18% dari responden telah menjalankan usaha mereka selama 10 sampai dengan 20 tahun. Umumnya para pengrajin ini menjalankan usaha batik yang diwariskan secara terun temurun dari orang tua mereka. Sementara 29% responden adalah para pengrajin yang baru memulai usaha mereka. Usaha ini dirintis setelah mereka mendapatkan pelatihan kewirausahaan, khususnya membatik yang diselenggarakan oleh beberapa pihak, diantaranya universitas, dinas dan kementrian.

B. Hasil Analisis

  Tabel 3. Hasil analisis regresi a

  Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Coefficients

  Model B Std. Error Beta t Sig. 1 (Constant) 7.192 .891 8.075 .000 persepsi_manfaat .610 .056 .776 10.980 .000 Skeptivisme -.195 .067 -.204 -2.892 .005 a. Dependent Variable: mjm_lingkungan 1) Nilai koefisien regresi untuk variabel persepsi manfaat adalah sebesar 0,610, dengan nilai

  t statistik sebesar 10,980. Nilai signifikansi t sebesar 0,000,lebih ke cil dari nilai α (0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persepsi manfaat berpengaruh positif terhadap penerapan manajemen lingkungan.

  Dengan demikian maka, hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa persepsi manfaat dari penerapan manajemen lingkungan dalam kegiatan bisnis yang dilakukan, akan berpengaruh positif terhadap kesediaan pemilik UMKM Batik di Kabupaten Purbalingga untuk menerapkan manajemen lingkungan dalam kegiatan bisnis mereka, diterima. 2)

  Nilai koefisien regresi untuk variabel skeptivisme adalah sebesar -0,195, dengan nilai t statistik sebesar – 2,892. Nilai signifikansi t sebesar 0,005, kurang dari nilai α (0,05).

  Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa skeptivisme berpengaruh negatif terhadap penerapan manajemen lingkungan.

3) Nilai koefisien determinasi yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebesar 0,565.

  Nilai ini menunjukkan bahwa kesediaan pemilik UMKM Batik di Kabupaten Purbalingga untuk menerapkan manajemen lingkungan dalam kegiatan bisnis mereka dipengaruhi oleh persepsi mereka mengenai manfaat dari penerapan manajemen lingkungan dalam kegiatan bisnis yang dilakukan, serta skeptivisme atau keraguan dampak dari kegiatan manajemen lingkungan adalah sebesar 56,5%. Sedangkan sisanya 43,5 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti, diantaranya dukungan dan peraturan pemerintah mengenai manajemen lingkungan dalam kegiatan usaha serta persepsi biaya dari penerapan manajemen lingkungan. 4)

  Goodness of fit dari model penelitian dapat diketahui dari nilai F hitung. Nilai F hitung yang diperoleh sebesar 60,288 dengan nilai signifikansi F sebesar 0,000 < α (0,05).

  Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa model yang diperoleh dalam penelitian ini sudah baik.

C. Pembahasan

1. Hasil analisis menunjukkan bahwa persepsi manfaat dari penerapan manajemen

  lingkungan dalam kegiatan bisnis yang dilakukan, berpengaruh positif terhadap kesediaan pemilik UMKM Batik di Kabupaten Purbalingga untuk menerapkan manajemen lingkungan dalam kegiatan bisnis mereka. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi kesadaran pengrajin bahwa penerapan manajemen lingkungan akan memberikan berbagai manfaat,baik bagi lingkungan, masyarakat maupun konsumen maka akan dapat meningkatkan kesediaan pengrajin untuk menerapkan manajemen lingkungan dalam kegiatan bisnis mereka.

  Hasil analisis pada pertanyaan terbuka menunjukkan bahwa upaya mereka untuk lebih berhati hati dalam membuang limbah produksi batik lebih didorong oleh alasan bahwa hal tersebut dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan membuat hubungan mereka dengan masyarakat sekitar menjadi lebih baik, karena tidak ada pihak lain yang dirugikan dari kegiatan bisnis yang mereka lakukan. Mayoritas responden tidak menjadikan tujuan untuk memiliki keunggulan berupa nama baik dibanding dengan produsen batik yang lain yang tidak mengolah limbahnya sebagai dorongan untuk mengolah limbah mereka sebelum dibuang.

  2. Hasil analisis menunjukkan bahwa skeptivisme berpengaruh negatif terhadap penerapan manajemen lingkungan dalam kegiatan bisnis yang dilakukan. Berdasarkan analisis pada pertanyaan terbuka, tingkat skeptivisme pengrajin masuk dalam kriteria cukup tinggi. Pengrajin menganggap bahwa limbah batik yang mereka buang tidak akan merusak lingkungan secara signifikan karena jumlahnya hanya sedikit. Hal ini terkait dengan masih sedikitnya kapasitas produksi batik per bulan yang diproduksi oleh sebagian besar responden. Pengrajin juga menyatakan bahwa, manajemen lingkungan akan berpengaruh banyak pada kelestarian lingkungan jika diterapkan oleh semua pengrajin yang ada di Kabupaten Purbalingga. Selain itu, pengrajin berpendapat bahwa konsumen belum menjadikan kriteria ramah lingkungan sebagai variabel yang mendorong mereka untuk membeli batik.

  Tingginya tingkat skeptivisme inilah yang membuat banyak UMKM di Kabupaten Purbalingga yang masih belum menerapkan manajemen lingkungan dalam kegiatan bisnisnya. Meskipun pengraijin mempunyai persepsi bahwa pengolahan limbah akan memberikan banyak manfaat bagi lingkungan, masyarakat dan citra bisnis yang mereka jalankan, namun keraguan bahwa pengrajin lain pun melakukan hal yang sama dan bahwa aktivitas yang mereka lakukan akan memberikan dampak yang signifikan, membuat pengrajin masih belum melakukan upaya pengolahan limbah secara optimal.

  KESIMPULAN

  Persepsi manfaat dari penerapan manajemen lingkungan dalam kegiatan bisnis yang 1. dilakukan, berpengaruh positif terhadap kesediaan pemilik UMKM Batik di Kabupaten Purbalingga untuk menerapkan manajemen lingkungan dalam kegiatan bisnis mereka Skeptivisme berpengaruh negatif terhadap kesediaan pemilik UMKM Batik di Kabupaten 2. Purbalingga untuk menerapkan manajemen lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

  Bohdanowicz, P. (2006). Environmental awareness and initiatives in the Swedish and Polish hotel industries —survey results. International Journal of Hospitality Management, 25(4), 662- 682.

  (2009) An Empirical Study of Environmental Awareness and Practices in SMEs,January 2009, Volume 84pp 45-63 de Burgos-Jiménez, J., Cano-Guillén, C. J., & Céspedes-Lorente, J. J. (2002). Planning and control of environmental performance in hotels. Journal of Sustainable Tourism, 10(3), 207-221.

  Howes, R. et al. (1997). Integrated Pollution Control, Clean and Competitive? In motivating Environmental Performance in Industry, Earth scan, London.

  Http://.ijes.or.jp/APEIS/RSIPO/spo/pdf/ overall/3.5.2 sme.pdf Stuart (2000). Environmental Management System; Empirical Evidence and Further Perspectives;

  European Management Journal. Bank Indonesia, 2012