KELAYAKAN USAHATANI MINA PADI DI KABUPATEN SLEMAN
Tema: 5 (Kewirausahaan, Koperasi dan UMKM)
KELAYAKAN USAHATANI MINA PADI
DI KABUPATEN SLEMAN
Oleh
Aris Slamet Widodo, Widodo, Dian Dwi Aryanto
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan, pendapatan, keuntungan dan kelayakan usahatani mina padi di Kelompok Pembudidaya Ikan Sidodadi. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive di Desa Margoluwih Kecamatan Seyegan karena merupakan lokasi percontohan mina padi oleh FAO (Food and Agriculture Organization) pada tahun 2015. Penentuan sampel responden menggunakan teknik sensus. Hasil observasi menjelaskan bahwa jenis padi dan benih ikan yang digunakan adalah varietas ciherang dan ikan gurameh. Hasil analisis dalam usahatani mina padi dalam skala usaha 0,14 hektar adalah besarnya total biaya eksplisit Rp. 3.535.304,- dan total biaya implisit Rp. 1.142.899,- sehingga diperoleh total biaya sebesar Rp. 4.678.203,-. Penerimaan diperoleh dari penjualan hasil padi (Rp 3.231.167,-) dan ikan (Rp 1.969.800,-) dengan total penerimaan sebesar Rp. 5.200.967,-. Besarnya pendapatan adalah Rp. 1.665.663,- dan keuntungan sebesar Rp. 522.764,. Hasil analisis R/C mencapai 1,1 (˃1), maka layak diusahakan. Produktivitas lahan sebesar Rp. 6.980.522/ ha diatas biaya sewa lahan satu musim Rp. 3.333.333/ha, sedangkan produktivitas tenaga kerja sebesar Rp. 96.753/HKO dan diatas rata
- – rata upah sebesar Rp. 50.000 per HKO dan produktivitas modal sebesar 13,55% diatas nilai bunga bank tabungan sebesar 3%. Berdasarkan analisis tersebut maka usahatani mina padi layak diusahakan. Saran, perlu pengembangan teknologi mina padi untuk mengurangi tingginya tingkat kematian ikan guna meningkatkan tingkat kelayakan usaha.
Kata kunci: kelayakan, mina padi dan usahatani ABSTRACT
This research study aimed to know the costs, income, revenue, profit, and the farming feasibility of mina-padi in the group of Sidodadifish cultivator.The determination of research location was done
purposively in Margoluwihvillage, Seyegan district due to the role-model location of mina padi by
FAO (Food and Agriculture Organization) by the year of 2015. The respondents sampling using the technique cencus. The observation findings explained that the rice type and the fish seed used were the variety of ciherangand fish gurameh.The analysis findings in farming mina padi in the scale of 0,14 hectare were the explicit costing Rp. 3.535.304,- and the total implicit costing Rp. 1.142.899,- so that the total cost as much Rp. 4.678.203,-.The income was gained from selling the harvest of rice (Rp 3.231.167,-) and that of fish (Rp 1.969.800,-) with the total income as much Rp. 5.200.967,-.The revenue was as much Rp. 1.665.663,- and the profit was as muchRp. 522.764,.The analysis findings of R/C achieved
1,1 (˃1), thus, worth cultivating. The land productivity was as muchRp. 6.980.522/ ha above the rent expense of land in a season as much Rp. 3.333.333/ha, while the employed productivity was Rp. 96.753/HKO and above the average wages as much Rp. 50.000 per HKO and the capital productivity was 13,55% above the bank savings interest as much 3%. Based on the analysis, thus, farming mina padi was worth-cultivating. Recommended, it needed to develop technology of mina padi to decrease the high death rate fish in order to increase the business feasibility.
Keywords: feasibility,mina padi and farming PENDAHULUAN
Menurut Khairuman dan Khairul (2002) mina padi merupakan salah satu bagian dari beberapa pola atau bentuk sistem pemeliharaan ikan bersama padi dan pada dasarnya kegiatan ini merupakan suatu kombinasi usaha antara padi dan ikan di satu hamparan lahan sawah yang sama. Supriadiputra dan Setiawan (2003) berpendapat bahwa mina padi merupakan sistem pemeliharaan ikan di sawah yang dilakukan bersama tanaman padi, untuk pendederan atau ikan siap konsumsi. Sistem ini mempunyai beberapa keuntungan diantaranya yaitu; (1) meningkatkan pendapatan petani, (2) meningkatkan produksi tanaman padi, (3) meningkatkan efisiensi dan produktifitas lahan, (4) pertumbuhan padi dan ikan lebih terkontrol, (5) memenuhi kebutuhan protein hewani.
Salah satu kelompok tani yang mengembangkan usahatani mina padi yaitu kelompok pembudidaya ikan Sidodadi, Desa Margoluwih Kec. Seyegan Kab.Sleman. Lokasi percontohan usahatani mina padi yang berada di Desa Margoluwih, Kecamatan Seyegan seluas 15 ha. Usahatani mina padi tersebut mengantarkan Kabupaten Sleman sebagai lokasi percontohan bagi FAO (Food and Agriculture Organization) pada tahun 2015. FAO telah menunjuk dua provinsi di Indonesia, yakni Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) di Kabupaten Sleman dan Sumatra Barat untuk dijadikan sebagai wilayah percontohan usahatani minapadi.
Tiku (2008), menjelaskan bahwa sistem mina padi menghasilkan pendapatan yang lebih besar dari sistem non mina padi. Namun pada saat terserang penyakit, sistem non mina padi justru lebih menguntungkan. Sedangkan, Barniati (2007) menegaskan bahwa usaha mina padi layak untuk di usahakan.
Menurut Elisa (2014) masalah yang dihadapi dalam pengembangan budidaya mina padi adalah banyaknya hama seperti regul, ular, wereng dan burung, penggunaan obat untuk pengendalian hama dan penyakit padi. Serangan hama dan pemberian pestisida yang berlebihan pada padi juga dapat mempengaruhi kehidupan ikan sehingga menyebabkan produksi usahatani mina padi menurun.
Berdasarkan pada kondisi tersebut maka tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan,pendapatan, dan keuntungan usahatani mina padi dan (2) untuk mengetahui kelayakan usahatani mina padi di Desa Margoluwih Kecamatan Seyegan Kabupaten Sleman.
METODE PENELITIAN
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode deskriptif. Dalam penelitian ini akan mendeskripsikan mengenai profil kelompok pembudidaya ikan Sidodadi, pendapatan petani, dan kelayakan usaha mina padi.
Penentuan lokasi penelitian menggunakan metode purposive yaitu Kelompok Pembudidaya Ikan (KPI) Sidodadi di Desa Margoluwih Kecamatan Seyegan Kabupaten Sleman. Kelompok Pembudidaya Ikan (KPI) Sidodadi merupakan salah satu daerah percontohan mina padi di Yogyakarta yang ditunjuk oleh Food and Agriculture Organization (FAO). Teknik penentuan responden dengan metode sensus karena jumlah petani hanya 30 orang. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis biaya, penerimaan, pendapatan dan keuntungan. Analisis kelayakan menggunakan analisis Revenue Cost Ratio (R/C), Produktivitas Tenaga Kerja, Produktivitas Modal, dan Produktivitas lahan.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Biaya Usahatani Minapadi a.
Biaya sarana produksi. Dalam suatu usahatani sarana produksi sangat diperlukan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan usahataninya.
Tabel 1. Rata – rata Biaya Sarana Produksi Pada Usahatani Mina Padi di KPI Sidodadi.
Biaya Per Usahatani(0,14 Ha) Biaya Per Hektar Uraian Jumlah (Kg) Nilai (Rp) Jumlah (Kg) Nilai (Rp)
Benih padi 3,85 38.592 26,86 269.244 Benih ikan 42,6 1.022.033 297,21 7.130.465 Pupuk Urea 22,83 53.750 159,30 375.000 Pupuk Phonska 16,17 51.083 112,79 356.395 Pupuk Kandang 0,57 5.000 3,95 34.884 Pakan Ikan 175 1.373.167 1.221 9.580.233 Jumlah 2.543.625 17.746.221
Rata
- – rata biaya pembelian sarana produksi paling besar terdapat pada biaya pembelian pakan ikan (Rp. 1.373.167/usahatani). Biaya tersebut digunakan untuk membeli pakan ikan sebanyak 175 kg. Pemberian pakan dilakukan secara rutin sehari dua kali. Sedangkan harga pakan ikan yaitu Rp. 247.000 per sak (30kg) . Rata – rata biaya pembelian sarana produksi paling kecil terdapat pada biaya pembelian pupuk kandang yaitu Rp. 5.000 per usahatani. Jumlah pupuk kandang yang digunakan hanya sedikit karena petani terbiasa menggunakan pupuk kimia sebagai pupuk tanaman padinya. Pupuk kandang digunakan sebagai pakan alami ketika ikan belum diberikan pakan berupa pelet.
Biaya penyusutan alat. Biaya penyusutan alat adalah perbandingan nilai beli dikurangi nilai sekarang dengan umur alat tersebut. Biaya penyusutan ini digunakan sebagai dana cadangan untuk membeli peralatan yang baru. Tabel 2 . Rata – rata Biaya Penyusutan Alat Pada Usahatani Mina Padi di KPI Sidodadi.
Biaya Per Usahatani (0,14 Ha) Biaya Per Hektar Jenis Alat Jumlah Alat penyusutan Total Penyusutan Total Penyusutan
Cangkul 2 12.825 25.650 178.952 Mulsa 1 90.250 90.250 629.651 Jaring Atas 2 25.319 50.639 353.295 Tampar 3 5.142 15.428 107.636 Bambu 4 1.451 5.806 44.353
Jumlah 187.772 1.310.037 Nilai penyusutan terbesar terdapat pada penggunaan mulsa yaitu sebesar Rp.
90.250 per usahatani atau Rp. 629.651 per hektar. Hal ini dikarenakan harga mulsa yang cukup mahal dibandingkan dengan harga peralatan lainnya yang digunakan dalam usahatani mina padi dan penggunaannya tidak bertahan lama karena mulsa terbuat dari plastik yang mudah rusak.
c.
Biaya penggunaan tenaga kerja luar keluarga. Tabel 3 menunjukkan rata – rata biaya tenaga kerja yang harus dikeluarkan oleh petani sebesar Rp.572.527 per usahataninya.
Penggunaan biaya tenaga kerja paling besar adalah penanaman padi. Tabel 3. Rata – rata Biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga Pada Usahatani Mina Padi di KPI Sidodadi.
Biaya per Usahatani (0,14 Ha) Biaya per Hektar Macam Kegiatan HKO Nilai (Rp) HKO Nilai (Rp)
Persiapan lahan 3,07 153.667 21,44 1.072.093 Penanaman Padi 3,12 156.000 21,77 1.088.372 Penebaran Benih Ikan 0,52 25.000 3,6 180.000 Panen Padi 3,07 153.427 21,41 1.070.419 Panen Ikan 2,19 109.433 15,27 763.488
Jumlah 11,97 572.527 83,49 3.994.372
Sumber : Data Primer Kegiatan persiapan lahan, penanaman padi, dan panen padi, petani banyak menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga. Biaya penebaran benih ikan sudah
- – dibebankan pada biaya iuran kelompok sebesar 10% dari hasil panen ikan dengan rata rata biaya penebaran benih ikan sebesar Rp. 180.000 per hektarnya.
d.
Biaya lain – lain. Biaya lain – lain yang dikeluarkan meliputi biaya pajak, iuran kelompok, dan sakap. Iuran kelompok yang dikeluarkan oleh petani sebesar 10% dari penerimaan ikan setiap panen. Iuran kelompok digunakan untuk biaya penebaran benih ikan, administrasi, konsumsi dan perawatan kolam.
Tabel 4. Rata – rata Biaya Lain – Lain Pada Usahatani Mina Padi di KPI Sidodadi.
Uraian Biaya per Usahatani (0,14 Ha) Biaya per Hektar
Pajak Bumi Bangunan 21.067 146.977 Iuran kelompok 196.980 1.374.279 Sakap
13.333 93.023
Jumlah 231.380 1.614.279
Sumber : Data Primer e.
Total biaya eksplisit. Biaya eksplisit atau biaya yang benar – benar dikeluarkan oleh petani selama kegiatan usahatani mina padi.
Tabel 5. Rata – rata Biaya Eksplisit Pada Usahatani Mina Padi di KPI Sidodadi.
Uraian Biaya per Usahatani (0,14 Ha) Biaya per Hektar
Sarana produksi 2.543.625 17.746.221 Penyusutan alat 187.772 1.310.037 Tenaga kerja luar keluarga 572.527 3.994.372 Lain – lain
231.380 1.614.279
Jumlah 3.535.304 24.664.909
Sumber : Data Primer Biaya yang paling besar dikeluarkan oleh petani adalah biaya untuk pembelian sarana produksi, sedangkan biaya terkecil yang dikeluarkan oleh petani mina padi adalah biaya untuk penyusutan alat yaitu sebesar Rp. 187.772/usahatani.
f.
Biaya Implisit. Biaya implisit yang dikeluarkan oleh petani mina padi meliputi biaya tenaga kerja dalam keluarga, sewa lahan milik sendiri, dan bunga modal sendiri.
g.
Tenaga kerja dalam keluarga. Dalam usahatani, tenaga kerja dalam keluarga tetap harus diperhitungkan karena apabila petani tidak memiliki tenaga kerja dalam keluarga maka petani tersebut harus mengeluarkan biaya tenaga kerja untuk mengupah tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga.
Tabel 61. Rata – rata Biaya dan Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga Pada Usahatani Mina Padi di KPI Sidodadi.
Biaya per Usahatani (0,14 Ha) Biaya per Hektar Macam Kegiatan HKO Nilai(Rp) HKO Nilai(Rp)
Persiapan lahan 1,53 76.458 10,66 533.430 Pemupukan 0,15 7.604 1,06 53.052 Pemeliharaan 9,5 475.000 66,28 3.313.953
Jumlah 11,18 559.063 64,06 3.900.436
Sumber : Data Primer Tabel 6 menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga mempengaruhi biaya yang dikeluarkan oleh petani. Semakin banyak tenga kerja dalam keluarga yang dimiliki oleh petani, maka semakin kecil juga biaya yang harus dikeluarkan oleh petani untuk membayar tenaga kerja. Biaya yang paling besar dikeluarkan oleh petani adalah biaya untuk pemeliharaan, biaya tersebut meliputi pemberian pakan ikan, pengecekan air dikolam, dan pemantauan kesehatan ikan, h.
Biaya sewa lahan milik sendiri. Petani sudah memiliki lahan sendiri untuk melakukan usahatani mina padi, namun tetap diperhitungkan biayanya untuk menyewa lahan sendiri.
Berdasarkan hasil wawancara dilapangan bahwa biaya sewa lahan dalam 1 ha sebesar Rp. 10.000.000 pertahun. Biaya sewa lahan dengan luasan lahan 1400 m² atau 0.14 ha sebesar Rp. 1.400.000 per tahun. Rata – rata biaya sewa lahan milik sendiri yang harus diperhitungkan oleh petani mina padi per musim tanam mina padi (4 bulan) sebesar Rp.
477.778 per usahataninya atau sebesar Rp. 3.333.333 per hektar per musim tanamnya. i.
Biaya bunga modal sendiri. Semua petani mina padi menggunakan modal sendiri sehingga dalam analisis harus tetap diperhitungkan biaya bunga modalnya. Suku bunga di bank BRI sebesar 9% pertahunnya, sehingga biaya bunga modal sendiri untuk satu musim tanam mina padi (4 bulan) dihitung dengan cara mengalikan total biaya eksplisit dengan suku bunga bank sebesar 3% per musim, sehingga diperoleh rata – rata biaya bunga modal sendiri sebesar Rp. 106.059per usahatani atau sebesar Rp. 739.947 per hektarnya.
Tabel 72. Rata – Rata Biaya Implisit Pada Usahatani Mina Padi di KPI Sidodadi.
Macam Biaya Per Usahatani (0,14 Ha) Per Hektar
Biaya tenaga kerja dalam keluarga 559.063 3.900.436 Biaya sewa lahan milik sendiri 477.778 3.333.333 Biaya bunga modal sendiri 106.059 739.947
Jumlah 1.142.899 7.973.717
Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa rata – rata biaya implisit yang harus diperhitungkan petani sebesar Rp. 1.142.899 per usahatani. Rata – rata biaya implisit yang terbesar terdapat pada biaya tenaga kerja dalam keluarga. Hal ini karena usahatani mina padi lebih banyak menggunakan tenaga kerja dalam keluarga terutama pada tahap pemeliharaan yang meliputi pemberian pakan ikan, perawatan kolam, dan pemantauan.
2. Penerimaan
Penerimaan adalah jumlah produksi yang dihasilkan oleh petani mina padi dikalikan dengan harga jual ikan dan padi perkilonya. Penerimaan yang diterima oleh petani berasal dari penerimaan padi dan ikan. Pada penelitian ini penerimaan ikan yang dihasilkan dari usahatani mina padi kurang maksimal karena sebagian besar ikan yang dibudidayakan oleh petani dimakan hama berang – berang sehingga ada sebagian petani yang tidak panen ikan. Selain itu, ikan yang mati karena tidak bisa beradaptasi dengan lingkungannya dan akibat keracunan pupuk kimia. Faktor pengalaman dalam usahatani mina padi juga mempengaruhi penerimaan usahatani mina padi yang kurang maksimal. Pengalaman petani dalam usahatani mina padi baru 8 bulan atau dua kali musim tanam.
Tabel 83. Rata – rata penerimaan usahatani mina padi di KPI Sidodadi.
Per Usahatani (0,14 Ha) Per Hektar Uraian Ikan Padi Ikan Padi
Produksi (Kg) 109,43 710,67 763,49 4.958,14 Harga (Rp/Kg) 18.000 4.546 18.000 4.546 Penerimaan 1.969.800 3.231.167 13.742.791 22.543.023 Sumber : Data Primer
- – Berdasarkan data yang diperoleh dari ketua kelompok pembudidaya ikan Sidodadi rata rata produksi ikan usahatani mina padi pada musim tanam Januari – April 2016 sebanyak 217,81 kg. Produksi ikan panen musim tanam Januari – April 2016 lebih banyak dibanding musim tanam Mei – Agustus 2016 (109,43 kg) karena ikan yang dibudidayakan tidak banyak diserang hama berang – berang.
3. Pendapatan dan Keuntungan
Pendapatan usahatani adalah total penerimaan yang diterima petani dikurang dengan biaya eksplisit dan keuntungan adalah pendapatan dikurangi biaya implisit.
Tabel 94. Rata – rata Pendapatan dan Keuntungan Usahatani Mina Padi di KPI Sidodadi.
Uraian Per Usahatani (0,14 Ha) Per Hektar
Penerimaan 5.200.967 36.285.813 Biaya eksplisit 3.535.304 24.664.909 Biaya Implisit 1.142.899 7.973.717
Pendapatan 1.665.663 11.620.905 Keuntungan 522.764 3.647.188
Sumber : Data Primer Tabel 9 menunjukkan bahwa rata – rata pendapatan yang diterima oleh petani dari usahatani mina padi yaitu sebesar Rp. 11.620.905/ha. Sedangkan rata – rata keuntungan yang diterima petani sebesar Rp. 3.647.188 per hektar dari usahatani mina padi. Dengan demikian jika suatu usahatani tersebut menguntungkan maka usahatani tersebut dapat dikatakan layak untuk diusahakan.
4. Kelayakan Usahatani
a. Revenue Cost Ratio (R/C)
Analisis perbandingan penerimaan dan biaya (analisis R/C) diperoleh dari jumlah penerimaan dibagi dengan total biaya (eksplisit dan implisit). Berdasarkan tabel 10 dapat dilihat bahwa usahatani mina padi ini layak untuk diusahatanikan karena hasil dari perhitungan R/C lebih dari 1 yaitu 1,1 walaupun tingkat kelayakannya tergolong rendah. Artinya,dengan nilai R/C 1,1 berarti untuk setiap Rp 1 modal yang dikeluarkan maka akan diperoleh penerimaan sebesar Rp 1.1. Tabel 105. R/C Usahatani Mina Padi di KPI Sidodadi.
Uraian Per Usahatani (0,14 Ha) Per Hektar
Penerimaan 5.200.967 36.285.814 Total biaya 4.678.203 32.638.626
R/C
1,1 1,1
Sumber : Data Primer
b. Produktivitas Lahan Produktivitas lahan yaitu total pendapatan yang telah dikurangi tenaga kerja dalam keluarga serta bunga modal sendiri dibagi dengan luas lahan.
Tabel 11. Produktivitas Lahan pada Usahatani Mina Padi di KPI Sidodadi.
No Uraian Per Usahatani(0,14 Ha) Per Hektar
1. Pendapatan (Rp) 1.665.663 11.620.905
2. Biaya TKDK(Rp) 559.063 3.900.436
3. Bunga Modal Sendiri(Rp) 106.059 739.947
4. Luas Lahan (Ha) 0,14
1 Produktivitas Lahan (Rp/Ha) 6.980.521 6.980.521 Sumber : Data Primer
Produktivitas lahan sebesar Rp. 6.980.522 per hektar. Biaya sewa lahan per hektar selama 1 tahun sebesar Rp.10.000.000,- atau setiap panen hanya sebesar Rp. 3.333.333 per hektar. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas lahan lebih besar dibanding biaya sewa lahan, sehingga dapat dikatakan layak untuk diusahatanikan dari pada disewakan.
c. Produktivitas Tenaga Kerja
Produktivitas tenaga kerja adalah perbandingan pendapatan di kurangi biaya sewa lahan sendiri dan bunga modal sendiri dengan jumlah tenaga kerja dalam keluarga. Tabel 12. Produktivitas Tenaga Kerja pada Usahatani Mina Padi di KPI Sidodadi.
No Uraian Per Usahatani(0,14 Ha) Per Hektar
1. Pendapatan (Rp) 1.665.663 11.620.905
2. Sewa Lahan Sendiri (Rp) 477.778 3.333.335
3. Bunga Modal Sendiri(Rp) 106.059 739.947
4. Jumlah TKDK (HKO) 11,18 78,01
Produktivitas TK (Rp/HKO) 96.753 96.753
Sumber : Data Primer Produktivitas tenaga kerja adalah sebesar Rp. 96.753 per HKO. Sedangkan rata – rata upah yang berlaku sebesar Rp. 50.000 per HKO, sehingga usahatani mina padi layak diusahakan karena nilai produktivitas tenaga kerja lebih besar dari upah yang berlaku.
d. Produktivitas Modal
Produktivitas modal yaitu perbandingan pendapatan total yang telah dikurangi biaya sewa lahan sendiri dan biaya tenaga kerja dalam keluarga dengan total biaya yang secara nyata dikeluarkan. Tabel 136. Produktivitas Modal pada Usahatani Mina Padi di KPI Sidodadi.
No Uraian Per Usahatani (0,14 Ha) Per Hektar
1. Pendapatan (Rp) 1.665.663 11.620.905
2. Biaya TKDK(Rp) 559.063 3.900.436
3. Sewa Lahan Sendiri (Rp) 477.778 3.333.335
4. Biaya Eksplisit (Rp) 3.535.304 24.664.909
Produktivitas Modal (%) 13,55 13,55
Sumber : Data Primer Produktivitas modal sebesar 13,55 % artinya apabila modal yang dimiliki petani dimanfaatkan untuk usahatani mina padi maka petani akan memperoleh peningkatan nilai 13,55%.
Namun jika modal petani tersebut ditabung di bank maka petani hanya memperoleh bunga sebesar 3 % dalam jangka waktu 4 bulan atau dalam satu musim karena satu tahun bunga tabungan bank sebesar 9 %. Melihat dari hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa modal petani lebih menguntungkan/lebih layak jika digunakan untuk usahatani mina padi dibandingkan ditabung di bank.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang berjudul “Kelayakan Usahatani Mina Padi di Desa Margoluwih Kecamatan Seyegan Kabupaten Sleman” dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Total biaya eksplisit usahatani mina padi sebesar Rp. 24.664.909 per hektar dan total biaya implisit sebesar sebesar Rp. 7.973.717 per hektar.
2. Penerimaan petani sebesar Rp. 36.285.813/ha, pendapatan petani sebesar Rp.11.620.905/ha dan keuntungan yang diperoleh petani sebesar Rp. 3.647.188/ha.
Usahatani mina padi di Desa Margoluwih layak untuk dijalankan, karena perhitungan R/C 3. sebesar 1,1; produktivitas lahan (Rp. 6.980.522 per hektar) lebih besar dari nilai sewa lahan ( Rp. 3.333.333/ha/musim); produktivitas tenaga kerja (Rp. 96.753 per HKO) lebih besar dari nilai upah tenaga kerja (Rp. 50.000 per HKO) dan produktivitas modal (13,55 %) lebih besar dari nilai bunga simpanan bank sebesar 3 % /4 bulan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Mina Padi (online). Http ://www.Indosiar.com di akses 10 maret 2016 Anonim. 2012. Konsumsi beras diy masih tinggi (online)diakses 30
Maret 2016 Barniati, Anis. 2007. Analisis finansial usaha mina padi pada kelompok tani rukun tani mukti Desa
Arjasari, Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya. Skripsi. Fakultas perikanan dan ilmu kelautan, Institut Pertanian Bogor. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2015. Rencana Kerja Pembangunan Daerah.
Yogyakarta Badan Pusat Statistik. 2014. Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta Elisa. 2014. Budidaya Terpadu. UGM.Http//elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/ diakses 02
April 2016 Ine Fausayana dan Rosmarlinasiah. 2008. Usaha mina padi organik pada kawasan agribisnis berwawasan kesehatan di Kabupaten Konawe. WARTA-WIPTEK. Vol. 16 No. 02 J. Johari Sasa dan O. Syahroni. 2006. Sistem mina padi dalam perspektif produktivitas lahan, pendapatan, dan lingkungan. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. Vol 25 No 2 Muhammad, Alif Oryza. 2005. Analisis biaya dan pendapatan usaha pembesaran lele dumbo di Kecamatan Purwodadi Kabupaten Purworejo. Skripsi. Fakultas Pertanian, UMY.
Nazir, M. 2013. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia. Indonesia. Siregar, Ameilia Zuliyanti. 2015. Sistem mina padi di Desa Manik rambung mendukung ketahanan pangan Sumatera utara. Jurnal pertanian tropik. Vol. 2 No. 2 Soekartawi. 2011. Ilmu Usaha Tani. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press) Sularno dan Sodiq Jauhari. 2014. Peluang usaha melalui agribisnis mina padi untuk meningkatkan pendapatan petani. SEPA. Vol 10 No 2 Suharti, Desti. 2003. Kebiasaan Makanan, Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Mas
(Cyprinus carpio) pada Budi Daya Sistem Mina Padi di Cisaat, Sukabumi. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Supartama, Made. 2013. Analisis pendapatan dan kelayakan usahatani padi sawah di Subak
Baturiti Desa Balinggi Kecamatan Balinggi Kabupaten Parigi Moutung. E-j. agrotekbis 1 (2): 166-172
Tiku, Gilda Vanessa. 2008. Analisis pendapatan usaha tani padi sawah menurut sistem mina padi dan sistem non mina padi. Skripsi. Fakultas pertanian, Institut Pertanian Bogor. Triyanto, Joko. 2006. Analisis produksi padi di Jawa Tengah. Tesis. Program Pasca Sarjana.
Universitas Diponegoro Semarang. Widodo, Tulus. 2002. Analisis perbedaan pendapatan budidaya mina padi dan budidaya tanaman padi di Desa Glagahwero Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Skripsi. Fakultas ekonomi,
Universitas Jember.