ANALISIS PERILAKU PRODUSEN UMKM LANTING KUNING DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN HIDUP LAYAK DI KECAMATAN SUMPIUH KABUPATEN BANYUMAS

  

Tema 5: Kewirausahaan, Koperasi, dan UMKM

ANALISIS PERILAKU PRODUSEN UMKM LANTING KUNING

DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN HIDUP LAYAK DI

KECAMATAN SUMPIUH KABUPATEN BANYUMAS

  

Oleh

Ratna Setyawati Gunawan, Nunik Kadarwati, Sukiman

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jenderal Soedirman

gunawan.ratna@gmail.com

ABSTRAK

  Penelitian ini memiliki tujuan untuk (1) menganalisis pengaruh faktor produksi (modal dan bahan baku) terhadap jumlah produksi pada bisnis lanting kuning yang berada di Kecamatan Sumpiuh Banyumas; (2) mengetahui besarnya keuntungan dan efisiensi usaha lanting kuning dengan menggunakan rasio R/C; (3) mengetahui apakah jumlah keuntungan yang didapat sudah memenuhi standar kebutuhan hidup yang layak. Hasil penelitian ini adalah (1) variabel input modal dan bahan baku berpengaruh positif terhadap produksi lanting kuning. Dari hasil estimasi diketahui bahwa

  

return to scale dari usaha lanting kuning adalah decreasing return to sacale; (2) dilihat dari jumlah

  keuntungan, bisnis lanting kuning memiliki rata-rata keuntungan Rp2.491.250; (3) bisnis lanting kuning memiliki rata-rata R/C sebesar 1,56 sehingga bisa dikatakan bisnis lanting kuning sudah efisien; dan (4) Jumlah pengusaha yang sudah memiliki keuntungan di atas dan di bawah ketentuan Kabupaten KHL Banyumas pada tahun 2016 hampir seimbang. Berdasarkan hasil penelitian, hal yang dapat disarankan adalah (1) pengusaha lanting kuning masih memerlukan bantuan dari instansi terkait, terutama untuk masalah modal usaha; (2) untuk meningkatkan keuntungan maka produsen lanting kuning perlu mendapatkan panduan dari instansi terkait agar bisa melakukan inovasi seperti rasa dan kemasan; (3) salah satu bantuan yang bisa diberikan adalah memasukkan pengusaha lanting kuning ke dalam pameran.

  Kata kunci: lanting kuning, efisiensi, rasio R/C, dan kebutuhan hidup layak.

  ABSTRACT

  This study aims to (1) analyze the influence of production factors (capital and raw materials) on the amount of production in yellow lanting business located in District Sumpiuh Banyumas; (2) this research also aims to know the amount of profit and efficiency of yellow lanting business by using R/C ratio; (3) to find out whether the amount of profits obtained already meet the standards of living needs are feasible. The result of this research is (1) capital input variable and raw material have positive effect to yellow lanting production. From result of estimation known that return to scale of effort of yellow lanting is decreasing return to scale; (2) judging from the amount of profit, yellow lanting business has an average profit of Rp2.491.250; (3) yellow lanting business has an average R/C of 1.56 so it can be said yellow lanting business is already efficient; (4) the number of entrepreneurs who already have profits above and below the provisions of KHL Banyumas District in 2016 is almost balanced. Based on the results of research, the things that can be suggested is (1) the yellow lanting businessmen still need assistance from the relevant agency assistance, especially for business capital problems; (2) in order to increase profits then yellow lanting producers need to get guidance from relevant agencies in order to make innovations such as taste and packaging wrapping; (3) one of the assistance that can be given is to include yellow lanting entrepreneurs in the exhibition.

  Keywords: yellow lanting, efficiency, R/C ratio, and decent living needs PENDAHULUAN

  Small and Medium Enterprises (SMEs) memiliki peranan penting dalam perekonomian

  suatu negara (Kyaw, 2008 dan Todorut, 2013). Di Indonesia, peranan penting SMEs atau usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) bagi perekonomian terlihat dari kontribusinya dalam penyerapan tenaga kerja, pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), devisa nasional, dan investasi nasional (www.depkop.go.id). Pada tahun 2012 UMKM mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 107.657.509 orang tenaga kerja atau 97,16 persen, sedangkan usaha besar hanya 3.150.645 orang tenaga kerja atau 2,84 persen. Dari sisi jumlah unit usaha, pada tahun 2012 jumlah UMKM yang berdiri sebanyak 56.534.592 unit atau 99,99 persen, sedangkan usaha besar hanya 4.968 unit atau 0,01 persen.

  Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013, jumlah wirausaha Indonesia mengalami peningkatan sebesar 1,63 persen, dibanding tahun 2012 dengan total 56,5 Juta wirausahawan. Peningkatan jumlah wirausaha tersebut 58,51 persen berada di wilayah Jawa Tengah, yaitu sebagai wilayah yang memiliki pertumbuhan paling dominan dibandingkan dengan wilayah provinsi lainny

  Berdasarkan perkembangan UMKM di Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Banyumas merupakan salah satu kabupaten yang memiliki perkembangan UMKM membanggakan. Jumlah UMKM di Kabupaten Banyumas semakin meningkat dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013. Pada tahun 2011 UMKM di Kabupaten Banyumas sebanyak 172.239 unit, menjadi 172.633 unit pada tahun 2013 (Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Tengah, 2014).

  Dilihat dari jenisnya, total jumlah usaha UMKM Banyumas berjumlah 160 jenis usaha, dan 100 UMKM diantaranya pelaku usaha makanan ringan dan minuman kemasan. Adapun sisanya 60 UMKM berupa produk batik dan handycraft. Menurut Adhawiyah (2013), mayoritas UMKM di Kabupaten Banyumas merupakan UMKM yang melakukan usaha dibidang pengolahan makanan ringan khas Banyumas seperti kripik tempe, nopia, lanting, dan getuk goreng.

  Salah satu potensi ekonomi yang dapat dikembangkan di wilayah Kecamatan Sumpiuh adalah UMKM. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang ada di wilayah Sumpiuh tersebar diberbagai desa dengan berbagai ragam hasil produksinya. Namun produk yang asli dan khas adalah lanting kuning. Produk lanting kuning merupakan produk khas Kecamatan Sumpiuh, karena hanya diproduksi oleh UMKM di Kecamatan Sumpiuh dan tidak ada di wilayah lain. Pada saat sekarang ini jumlah UMKM lanting kuning terus mengalami penurunan, sehingga dikhawatirkan produk lanting kuning akan hilang di pasaran. Dalam kegiatan UMKM, permasalahan mengenai penggunaan input dan teknik produksi menjadi hal penting dalam menjalankan UMKM.

  Menurut Arifin (2008), Ihua (2009), Bowen (2009), dan Adhawiyah (2013), permasalahan yang dimiliki UMKM adalah ketersediaan bahan baku, permodalan dan keterampilan. Hal ini berpengaruh pada perilaku produksi para pelaku UMKM dalam memaksimalkan pendapatannya. Perilaku produksi berkaitan dengan kelayakan usaha yang dijalani, fungsi produksi dan tingkat produksi seperti kayu bakar dan tenaga kerja keluarga yang tidak diperhitungkan dalam biaya produksi. Hal ini berdampak pada kelayakan usaha yang telah dijalankan maupun tingkat efisiensi belum mencerminkan keadaan yang sebenarnya.

METODE PENELITIAN

  Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sumpiuh Kabupaten Banyumas dengan fokus pada UMKM lanting kuning. Menurut data dari kantor Kecamatan Sumpiuh, populasi UMKM lanting kuning semakin menurun. Peneliti menemukan bahwa pengusaha lanting kuning saat ini hanya berjumlah 16 orang, oleh karena itu seluruh UMKM lanting kuning akan dijadikan responden dalam penelitian.

  Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari responden yang dilakukan dengan tehnik wawancara berdasarkan kuesioner. Adapun data sekunder digunakan untuk melengkapi data primer yang diperoleh dari kantor kecamatan Sumpiuh, seluruh kantor balai desa di Kecamatan Sumpiuh (terdapat 15 kantor), dan Dinas Perindustrian dan Koperasi Kabupaten Banyumas.

  Metode analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: analisis Cobb Douglas Production Function , Profit Analysis, dan Economic Efficiency Analysis.

  a.

   Cobb Douglas Production Function

  Fungsi produksi Cobb Douglas (Cobb Douglas Production Function) digunakan untuk membentuk fungsi produksi pada UMKM lanting kuning. Secara matematis fungsi produksi didefinisikan sebagai hubungan antara input (faktor produksi) dengan ouput, sehingga dapat ditulis sebagai berikut (Soekartawi, 2003):

  Y = f(X 1 , X 2 ) ............ (1) Y = produk lanting kuning X = faktor produksi atau variabel yang mempengaruhi Y.

  Berdasarkan persamaan 1 tersebut maka fungsi produksi Cobb Douglas yang tersusun adalah: b1 b2 u

  Y = aX 1 X e 2 ………….(2) Logaritma dari persamaan 2 diatas adalah:

  ………(3) Keterangan: Y = produk lanting kuning X = faktor produksi atau variabel yang mempengaruhi Y a = konstanta b 1 ,...,b n = koefisien v = disturbance term

  b.

   Analisis Keuntungan (Profit Analysis)

  Analisis keuntungan (profit analysis) digunakan untuk memperoleh tingkat pendapatan bersih yang diperoleh pengusaha lanting kuning di Kecamatan Sumpiuh yaitu Keterangan:

  = Profit (dalam rupiah) R = Revenue/penerimaan (dalam rupiah) C = Cost/biaya (dalam rupiah) c.

   Economic Efficiency Analysis

  Untuk mengetahui tingkat efisiensi usaha lanting kuning digunakan analisis efisiensi ekonomi (R/C ratio), yang dirumuskan sebagai berikut: Ef = R/C Keterangan: Ef= efisiensi ; R = return ; C = cost Jika Ef

  ≥ 1 = Efisien dan jika Ef < 1 = Tidak Efisien d.

   Analisis Kualitatif

  Analisis kualitatif dengan pendekatan deskriptif dilakukan untuk mengetahui bagaimana perilaku produsen dalam memaksimalkan profit dan pengeluran hidup sehari-hari secara layak dari hasil usaha lanting kuning.

  HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Estimasi Fungsi Produksi dengan Cobb Douglas

  Variabel yang digunakan sebagai variabel dependen (output) yaitu jumlah produksi dalam satu bulan, dan variabel yang digunakan sebagai variabel independen (input) yaitu modal awal untuk usaha dan bahan baku atau input variabel seperti singkong dan bumbu pelengkap. Secara matematis dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut: b1 b2

  Produksi = a(Modal) (Bahan baku) atau dapat dinyatakan dalam bentuk logaritma natural sebagai berikut: lnProduksi = ln a + b 1 lnModal + b 2 lnBahan baku + e Dari hasil estimasi diperoleh hasil sebagai berikut: lnProduksi = ln-0,444 + 0,061 lnModal + 0,936 lnBahan baku.

  Setelah diperoleh hasil regresi dalam bentuk linier (di-ln-kan) kemudian persamaan b1 b2 Produksi = a(Modal) (Bahan baku) 0,061 0,936 Produksi = -0,811 Modal Bahan baku

  Pada model regresi di atas, nilai konstanta sebesar -0,811 memiliki arti jika tidak ada faktor produksi (modal dan bahan baku) maka produksi akan berkurang sebesar -0,811 persen. Variabel modal memiliki nilai koefisien regresi (b 1 ) sebesar 0,061 dapat diartikan bahwa setiap penambahan 1 persen input modal maka produksi lanting kuning akan meningkat sebesar 0,061 persen, dengan asumsi bahwa variabel independen lainnya tetap. Variabel bahan baku memiliki nilai koefisien regresi (b 2 ) sebesar 0,936 dapat diartikan bahwa setiap penambahan 1 persen input bahan baku maka produksi lanting kuning akan meningkat sebesar 0,936 persen, dengan asumsu bahwa variabel independen lainnya tetap.

  Setelah mengetahui koefisien regresi pada model Cobb Douglas kemudian dapat dilakukan pengukuran skala produksi pada usaha lanting kuning. Skala produksi diperlukan untuk mengetahui apakah usaha ini berada dalam kondisi increasing, decreasing, atau constant

  . Apabila koefisien b + b > 1 artinya usaha lanting kuning berada dalam kondisi

  return to scale 1 2 increasing return to scale, yaitu jika ada tambahan input sebesar 1 persen akan membuat output

  bertambah lebih dari 1 persen. Apabila koefisien b + b < 1 artinya usaha lanting kuning 1 2 berada dalam kondisi decreasing return to scale, yaitu jika ada tambahan input sebesar 1 persen hanya akan membuat output bertambah kurang dari 1 persen. Apabila koefisien b + b = 1 1 2 artinya usaha lanting kuning berada dalam kondisi constant return to scale, yaitu jika ada tambahan input sebesar 1 persen hanya akan membuat output bertambah sebesar 1 persen.

  Berdasarkan hasil regresi diketahui bahwa b sebesar 0,061 dan b sebesar 0,936 maka b 1 2 1

  • b sebesar 0,997 artinya usaha lanting kuning memiliki return to scale < 1 atau decreasing
  • 2

      return to scale , yaitu jika ada tambahan input sebesar 1 persen hanya akan membuat output bertambah kurang dari 1 persen.

      Variabel bahan baku memiliki nilai koefisien yang lebih besar dari variabel modal artinya jika ada perubahan jumlah bahan baku produksi akan berpengaruh besar terhadap produksi lanting kuning.

      Beberapa hal yang membuat penggunaan input masih belum maksimal untuk menambah produksi adalah pertama, mayoritas (14 orang) pengusaha lanting kuning ini berpendidikan sekolah dasar, hanya ada dua yang sempat menyenyam bangku sekolah menengah atas sehingga daya inovasi tidak sebaik jika memiliki pendidikan tinggi. Kedua, lamanya usaha juga tidak menjamin produksi dapat meningkat karena berdasarkan wawancara dengan responden diketahui bahwa usaha lanting kuning ini memerlukan ketekunan yang biasanya dimilik oleh orang tua sementara generasi penerusnya lebih menyukai pekerjaan yang lebih praktis dan lebih cepat menghasilkan uang.

       Analisis Keuntungan Usaha

      

    9 Tuwar 4.150.000 6.720.000 2.570.000

      Berdasarkan efisiensi usaha dengan menggunakan rasio R/C diketahui bahwa seluruh usaha sudah memiliki rasio di atas 1. Hal ini dapat dilihat di Tabel 2 berikut ini.

      Sumber: kuesioner (data diolah) Dari Tabel 1 diketahui bahwa secara rata-rata usaha lanting kuning sudah menguntungkan. Keuntungan terkecil diperoleh oleh Muhadi yaitu sebesar Rp209.000, adapun keuntungan terbesar diperoleh oleh Mujiono yaitu sebesar Rp9.815.700. Secara rata-rata keuntungan yang diperoleh adalah sebesar Rp2.491.250. Besarnya keuntungan dari usaha lanting kuning sebenarnya sudah berada di atas upah minimum kabupaten di Kabupaten Banyumas yang sebesar Rp1.461.400 (www.radarbanyumas.co.id).

      

    16 Suwiyani 3.860.600 6.720.300 2.859.300

    Rata-rata 4.131.162 6.656.268 2.491.250

      

    15 Sirin 4.524.800 5.600.000 1.075.200

      

    14 Gito 4.013.300 6.720.000 2.706.700

      

    13 Suhadi 3.473.000 4.160.000 687.000

      

    12 Muslih 3.473.000 5.760.000 2.287.000

      

    11 Yatimin 4.263.500 8.160.000 3.896.500

      

    10 Madu Usnadi 3.203.000 4.480.000 1.277.000

      

    8 Ngadiyem 4.172.000 7.000.000 2.287.000

      Perhitungan keuntungan dan efisiensi membutuhkan data biaya dan penerimaan. Biaya berasal dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap diantaranya terdiri dari biaya untuk pembelian dan sewa peralatan, serta biaya penyusutan. Biaya variabel diantaranya terdiri dari biaya bahan baku produksi. Adapun penerimaan berasal dari jumlah produksi yang terjual dikali harga per satuan unit. Tabel 1 menampilkan total biaya, total penerimaan, dan keuntungan usaha

      

    7 Mujiono 5.684.000 15.500.000 9.815.700

      

    6 Nur Hapipah 4.914.750 11.200.000 6.285.250

      

    5 Hiyasa 3.275.250 4.160.000 884.750

      

    4 Surtati 3.645.600 4.160.000 514.400

      

    3 Wagimin 3.315.300 4.160.000 844.700

      

    2 Martidjo 6.179.500 7.840.000 1.660.500

      

    1 Muhadi 3.951.000 4.160.000 209.000

      No Nama Pengusaha Total Biaya Total Penerimaan Keuntungan

      Tabel 1. Total Biaya, Total Penerimaan, dan Keuntungan Lanting Kuning dalam Satu Bulan Produksi (dalam Rupiah)

    3. Analisis Efisiensi Usaha

      Tabel 2. Nilai R/C Pengusaha Lanting Kuning

      5 Hiyasa 1,20

      16 Suwiyani 1,00 Rata-rata 1,56

      8 Ngadiyem 3,00

      15 Sirin 1,67

      7 Mujiono 3,00

      14 Gito 1,00

      6 Nur Hapipah 2,00

      13 Suhadi 1,00

      12 Muslih 2,00

      No Nama Pengusaha Nilai R/C No Nama Pengusaha Nilai R/C

      4 Surtati 1,10

      11 Yatimin 2,00

      3 Wagimin 1,25

      10 Madu Usnadi 1,00

      2 Martidjo 1,26

      9 Tuwar 2,00

      1 Muhadi 1,05

      Dari Tabel 2 diketahui bahwa usaha lanting kuning memiliki nilai R/C lebih dari 1 yaitu sebesar 1,56. Ini berarti usaha lanting kuning sudah efisien sehingga masih layak untuk dipertahankan sebagai salah satu ikon makanan khas di Kecamatan Sumpiuh walaupun jumlah pengusahanya sudah tinggal sedikit.

    4. Analisis Kebutuhan Hidup Layak (KHL)

      Dari 16 responden, sebanyak 3 responden (18,75 persen) memiliki pekerjaan sampingan selain sebagai pengusaha lanting kuning sedangkan sisanya, 13 responden (81,25 persen) murni sebagai pengusaha lanting kuning. Jika pendapatan sebagai pengusaha lanting kuning dibandingkan dengan besarnya KHL di Kabupaten Banyumas tahun 2016 yang sebesar Rp1.280.000 per bulan maka ada 7 responden (43,75 persen) yang keuntungannya masih di bawah KHL. Pengusaha yang sudah dapat menghasilkan keuntungan di atas KHL sebanyak 9 responden (56,25 persen). Dari 7 responden yang keuntungannya masih kecil, ada 3 orang yang mencari penghasilan tambahan dengan menjadi petani. Pengusaha tersebut adalah Muhadi, Surtati dan Suhadi. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut.

      10 Madu Usnadi 1.277.000 Di bawah

      Sumber: kuesioner (data diolah)

      16 Suwiyani 2.859.300 Di atas

      15 Sirin 1.075.200 Di bawah

      14 Gito 2.706.700 Di atas

      13 Suhadi 687.000 Di bawah

      12 Muslih 2.287.000 Di atas

      11 Yatimin 3.896.500 Di atas

      9 Tuwar 2.570.000 Di atas

      No Nama Pengusaha Keuntungan KHL

      8 Ngadiyem 2.287.000 Di atas

      7 Mujiono 9.815.700 Di atas

      6 Nur Hapipah 6.285.250 Di atas

      5 Hiyasa 884.750 Di bawah

      4 Surtati 514.400 Di bawah

      3 Wagimin 844.700 Di bawah

      2 Martidjo 1.660.500 Di atas

      1 Muhadi 209.000 Di bawah

      Tabel 3. Perbandingan Keuntungan Pengusaha Lanting Kuning dengan KHL

      Dari Tabel 3 diketahui bahwa ada 1 pengusaha lanting kuning (6,25 persen) yang sudah bisa menghasilkan keuntungan di atas Rp9.000.000, hal ini karena pengusaha tersebut sudah mampu menghasilkan lanting kuning dalam jumlah besar, hampir 1000 kg dalam satu bulan.

      KESIMPULAN

      Dari hasil analisa dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Variabel input modal dan bahan baku berpengaruh positif terhadap produksi lanting kuning.

      Dari hasil estimasi diketahui bahwa return to scale usaha lanting kuning adalah decreasing dengan koefisien sebesar 0,997.

      return to scale 2.

      Dilihat dari besarnya keuntungan, usaha lanting kuning memiliki rata-rata keuntungan sebesar Rp2.491.250.

      3. Usaha lanting kuning Usaha lanting kuning memiliki R/C rata-rata sebesar 1,56 atau nilainya sudah lebih dari 1, sehingga dapat dikatakan usaha lanting kuning sebenarnya sudah efisien.

      4. Jumlah pengusaha yang sudah memiliki keuntungan di atas dan di bawah ketentuan KHL Kabupaten Banyumas tahun 2016 hampir berimbang. Dari 16 pengusaha, yang sudah mendapatkan keuntungan di atas KHL berjumlah 9 orang dan 7 orang yang masih di bawah KHL.

      DAFTAR PUSTAKA Abdul Ghani Farinda, dkk. 2009. International Review of Business Research Papers. March. Vol 5.

      No 2. hal 151 – 160. Adawiyah, Wiwiek Rabiatul. Faktor Penghambat Pertumbuhan Usaha Mikro Kecil Menengah

      (UMKM): Studi di Kabupaten Banyumas. jp.feb.unsoed.ac.id/index.php/sca- 1/article/viewFile/134/139. Anyanwu, S.O. International Journal of Agricultural Management and Development, 1(3):115- 122 , September 2011. Boekoesoe, Yuriko; Amelia Murtisari dan Yenni Umar, 2015. Analisis Kelayakan Finansial dan

      Non Finansial pada Usaha Kopra di Desa Siduwonge Kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwato, Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol Daerah Vol. 2 No. 1, Juli – September.

      Bowen,Michael et al. 2009. Management of Business Challenges among Small and Micro Enterprises in Nairobi-Kenya. Journal of Business Management, Vol 2 Issue 1. Centre for Research, Publications and Consultancy of Daystar University, Nairobi, Kenya

      Callander, Emily J. et al, 2012. Sufficient education attainment for a decent standard of living in modern Australia Journal of Social Inclusion 3(1).

      Dinas Sosial Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Banyumas. 2011. Rekap Komponen

      Miles & Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta. UI-Press. Mubyarto.1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES. Nasarudin,Indo Yama 2013. Analisis Kelayakan Ekonomi Dan Keuangan Usaha Ikan Lele Asap Di

      2,Program Studi IESP Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman. Pădurean, Elena And Ionel, 2013. Leonida Impact Of The Fiscal Policies On The Standard Of

      Ekonomis dalam Pemenuhan Kebutuhan Hidup Layak (Studi Empiris Perajin Tahu Desa Kalisari, Cilongok, Banyumas vs Perajin Tahu Desa Kalikabong, Kalimanah, Purbalingga). ”Jurnal Pembangunan Ekonomi Wilayah EKOREGIONAL, Vol. 6, No.

      Priyono, Rakhmat danAgus Arifin . 2011. “Struktur Industri, Tingkat Produktivitas, dan Efisiensi

      , Annals of the University of Petroşani, Economics, 11(3), 237-244

      Jiu Valley Area

      PekanbaruJurnal Etikonomi Vol. 12 No. 2 Oktober Pleş, Roxana, 2011.Economical And Living Standard Of Pensioners, At National Level And In The

      Developing Economies Discussion Paper, No.148, April 2008. Institute of Developing Economies.

      Kebutuhan Hidup Layak Untuk Pekerja Lajang dalam Sebulan dengan 3.000 K Kalori per Hari . Banyumas.

      Kyaw, Aung. 2008. “Financing Small and Medium Enterprise in Myanmar”. Institute of

      ___________. 2007. Masalah dan Strategi Lembaga Keuangan Daerah. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Peningkatan Peran Lembaga Keuangan Daerah sebagai Sumber Pembiayaan Sektor Usaha Informal dalam Mendukung Pengentasan Kemiskinan. Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK) Bank Indonesia dan Universitas Gadjah Mada, 3 September 2007.

      Ekonomi Negara Berkembang , Vol. 6, No. 1, hal 33-51. Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.

      Kasus di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur”. Jurnal Ekonomi Pembangunan: Kajian

      Ihua, Ugwushi Bellema. 2009. SMEs Key Failure-Factors: A Comparison between the United Kingdom and Nigeria. Journal of Social Science, Vol.18, No.3. Khotimah, Sutawi Khusnul dkk.2002. Evaluasi Proyek dan Perencanaan Usaha. PT.Ghalia Indonesia dan UMM press. Kuncoro, Mud rajad. 2001. “Analisis Profil dan Masalah Industri Kecil dan Rumah Tangga: Studi

      Djamin, Zulkarnain,1984. Perencanaan dan Analisa Proyek. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Egger,urs.2006. Entrepreneurship and Development, Africa Technology Development Forum Journal ( ATDF Journal). vol 3. Issue 2.

      Living Of The Employees, ฀Financial Studies - 1/2013 Pudjosumarto, Muljadi.1998. Evaluasi Proyek, Uraian Singkat dan Soal Jawab, Liberty, Yogyakarta. Rana Ejaz Ali Khan, Tasnim Khan, dan M. Farqan Maqsood ((European Journal of Economics, Finance and Administrative Sciences , issue 27, 2010). Rao, Narasimha D. And Paul Baer, 2012. “Decent Living” Emissions: A Conceptual Framework, Sustainability , 4, 656-681.

      Sekretariat Negara Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2016 tentang Kebutuhan Hidup Layak. Sekreteriat Negara RI.

      Jakarta. Singarimbun, M., dan Sofyan, Efendi. 1989. Metode Penelitian Survai. LP3ES. Jakarta. Soekartawi. 1995. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasinya. Jakarta. Rajawali Pers. _________. 2003. Teori Ekonomi Produksi, Dengan Pokok Bahasan Analisis Cobb-Douglass, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

      Sukiman, Agustin S Dewi, dan Rakhmat Priyono. 2014. Analisis Tipologi dan Ketimpangan Pembangunan Antar Kecamatan di Kabupaten Banyumas . Laporan Hasil Penelitian. Sukiman, Agustin S Dewi, dan Rusmusi IMP. 2015. .Analisis Potensi Ekonomi Wilayah

      Kecamatan Sumpiuh Kabupaten Banyumas . Laporan Hasil Penelitian. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.

      Szwacka Joanna dan Mokrzycka. 2013. “Directions of Development of Small And Medium Enterprises In Poland ”. Journal of Agribusiness and Rural Development. www.Jard.Edu.Pl 3(29) 193-204.

      Wang, Xiaoshu and Yu Fu. 2013. Some Characterizations of the Cobb-Douglas and CES Production Functions in microeconomics, 2 Hindawi Publishing Corporation, Abstract , Article ID 761832, 6.

      and Applied Analysis, Volume 2013

      Zaman, Gheorghe and Zizi Goschin, 2007. Elasticity of Substitution for Production Functions in Romania and other Countries 2(507) (2(507))3-12. Sumber internet:

      

      www.depkop.go.id www.suaramerdeka.com