BAB II PERUBAHAN SOSIAL SERTA FAKTOR-FAKTOR PENYEBABNYA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tradisi Manekat: Studi Sosiologis terhadap Perubahan Sosial dalam Manekat di Jemaat GMIT Immanuel Kesetnana

BAB II
PERUBAHAN SOSIAL SERTA FAKTOR-FAKTOR PENYEBABNYA
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan manusia, mempengaruhi hubungan
sosial manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Ada perubahan yang berdampak positif,
adapula yang berdampak negatif. Ketika perubahan terjadi dan masyarakat siap untuk
menerimanya, maka perubahan itu akan memajukan kehidupan atau membawa kesejahteraan
pengikutnya, sebaliknya ketika perubahan terjadi tidak diimbangi dengan kesiapan menerima
perubahan itu sendiri, akan berdampak pada timbulnya pertentangan, konflik dan hilangnya
integritas atau kesatuan sosial. Salah satunya manusia menjadi individualis. Jika dahulu untuk
menjaga hubungan kekeluargaan dan persaudaraan, manusia akan saling bertegur sapa bahkan
saling berkunjung rumah, namun dengan adanya kemajuan teknologi informasi manusia lebih
mementingkan berkomunikasi melalui handphone daripada bertatap muka dengan alasan lebih
menghemat waktu dan biaya perjalanan.
Begitu pula dengan perubahan yang terjadi dalam tradisi Manekat orang Timor. Manekat
yang pada hakekatnya adalah sebagai perekat sosial untuk menjaga dan mempersatukan
hubungan kekeluargaan, dewasa ini telah mengalami perubahan nilai dan maknanya yang pada
akhirnya berdampak pada memudarnya rasa solidaritas dan integrasi sosial. Pemberian dalam
manekat yang seharusnya sebagai pemberian sukacita dan tanda kasih yang tidak mengharapkan
imbalan, mengalami perubahan dalam nilai, bentuk dan pelaksanaannya. Penulis melihat bahwa
perubahan yang terjadi dalam manekat telah merubah pola-pola perilaku dan hubungan sosial
dalam masyarakat. Karena itu, dalam bab ini penulis akan memaparkan pengertian perubahan


11 | P a g e

sosial menurut beberapa ahli, dan teori perubahan sosial menurut perspektif Soerjono Seokanto
serta faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan sosial. Penulis juga akan memaparkan tentang
manekat sebagai pemberian dalam kebutuhan saling tolong menolong yang terangkum dalam
teori The Gift dari Marcel Mauss.
2.1 Pengertian Perubahan Sosial Menurut Para Ahli
Perubahan sosial merupakan fenomena kehidupan sosial yang tak bisa dihindari oleh
setiap individu maupun kelompok masyarakat. Terjadinya perubahan sosial merupakan gejala
wajar yang muncul sebagai akibat dari proses interaksi manusia di dalam dan dari masyarakat.
Perubahan sosial sebagai suatu proses perubahan bentuk yang mencakup keseluruhan aspek
kehidupan masyarakat. Proses tersebut berlangsung sepanjang sejarah hidup manusia, baik itu
dalam lingkup lokal maupun global. Perubahan sosial tersebut dapat terjadi karena pada dasarnya
masyarakat itu tidak bersifat statis melainkan dinamis dan heterogen.1 Perubahan sosial juga
dapat terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan
masyarakat, seperti perubahan dalam unsur-unsur geografis, biologis, ekonomis, kebudayaan,
dan perubahan-perubahan tersebut dilakukan untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman
yang dinamis.2
Jacobus Ranjabar dalam bukunya “Perubahan Sosial dalam Teori Makro” mengatakan

bahwa perubahan sosial adalah perubahan yang menyangkut kehidupan manusia, perubahan
tersebut dapat mencakup nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola perilaku, susunan lembaga

1

Syarifudin Jurdi, Awal Mula Sosiologi Modern: Kerangka Epistemologi, Metodologi, dan Perubahan Sosial
Perspektif Ibn Khaldun (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2012). 78.
2
Agus Salim, Perubahan Sosial: Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus Indonesia (Yogyakarta: Tiara
Wacana, 2020), 20.

12 | P a g e

kemasyarakatan, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial, dan sebagainya. 3 Willbert Moore
mendefinisikan perubahan sosial sebagai perubahan penting dari struktur sosial, dan yang
dimaksud dengan struktur sosial adalah pola-pola perilaku dan interaksi sosial.4 Lebih lanjut
Moore mengatakan bahwa perubahan sosial bukanlah suatu gejala masyarakat modern tetapi
sebuah hal yang universal dalam pengalaman hidup manusia, di mana perubahan sosial sebagai
perubahan penting dari struktur sosial.5 Selanjutnya dalam pengertian struktur sosial dimasukan
pula ekspresi seperti norma, nilai dan fenomena kultural. Sehingga dengan demikian pengertian

perubahan sosial bisa pula mencakup di dalamnya pengertian perubahan kultural.6

Harper

(1989) dalam bukunya “ Exploring Social Change “, juga mengartikan perubahan sosial sebagai
perubahan penting dalam struktur sosial, di mana Harper mengartikan struktur sosial sebagai satu
jaringan relasi sosial yang bersifat tetap di mana di dalamnya terjadi interaksi rutin dan berulang.
Gillin dan Gillin mengatakan perubahan-perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara
hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan
material. Komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi atau penemuan-penemuan
baru dalam masyrakat7, Sedangkan Selo Soemardjan mengatakan bahwa perubahan sosial
meliputi segala perubahan pada suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosial, termasuk di
dalamanya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.8
Prinsip-prinsip sosial yang berlaku dalam masyarakat, sudah pasti akan berkaitan dengan
cara bagaimana mereka saling berhubungan. secara tradisional, setiap masyarakat pasti memiliki

3

Jacobus Ranjabar, Perubahan Sosial dalam Teori Makro (Bandung: Alfabetha, 2008), 11.
Robert H. Laurer, Perspektif Tentang Perubahan Sosial (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), 4.

5
Eva Etzioni-Halevy dan Amitai Etzioini, Sosial Change: Sources, Patterns and Consequences (New York:
Basic Book, 1994), 56.
6
Daddi H. Gunawan, Perubahan Sosial di Pedesaan Bali (Salatiga: Program Pascasarjana Studi
Pembangunan Universitas Kristen Satya Wacana, 2013), 34.
7
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Grafindo, 1982), 337.
8
Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014), 4.
4

13 | P a g e

sistem kekerabatan. Kekerabatan merupakan organisator yang kuat dari interaksi manusia.9 Ada
tiga model kekerabatan yang biasanya berkembang dalam masyarakat, yakni Consanguineal,
affinal, dan fictive.10
Consanguineal merupakan kekerabatan yang dihasilakn karena kelahiran. Kekerabatan
Affinal ada karena dilatarai oleh hubungan pernikahan, dan kekerabatan fictive tercipta dari
proses atau praktek adopsi. Dalam hubungannya dengan masalah perubahan sosial, Harper

(1989) memberikan beberapa tipologinya, yaitu: 11
1. Adanya perubahan dalam personal di dalam struktur yang ada, yaitu dengan hadirnya orangorang baru dan atau hilangnya orang-orang lama dalam struktur yang ada. Ini dalam pengertian
bahwa keluar atau masuknya elemen-elemen anggota dari suatu struktur sosial akan mendorong
terjadinya suatu perubahan sosial. Dalam konteks yang luas, misalnya suatu komunitas atau
masyarakat, bila komposisi penduduknya berubah maka struktur sosialnya akan berubah.
Contohnya: Desa di Timor yang hanya dihuni oleh orang-orang yang berasal dari suku yang
sama dan mempunyai satu ikatan kekeluargaan, didatangi oleh orang-orang luar dari berbagai
suku yang berbeda dan menetap di desa tersebut, baik karena tugas kedinasan maupun
kepentingan perdagangan. Sedangkan orang-orang lama dalam desa tersebut keluar untuk
mencari pekerjaan di daerah lain. Kehadiran orang-orang baru tersebut dengan pengalaman
hidup yang berbeda, mengisi kekoksongan peran sosial yang ditinggalkan oleh orang-orang
lama, peran-peran sosial yang baru lambat laun akan mempengaruhi pola relasi masyarakat

Malcom Mcfee, “Social Organization II: Kinship, dalam E. Hunter dan Philip Whitten, The Study of Culture
Anthropology (New York: Harper and Row, 1997), 124.
10
Malcom Mcfee, Social Organization...., 130.
11
H. Gunawan, Perubahan Sosial...., 35-36.
9


14 | P a g e

2. Adanya perubahan relasi dalam struktur sosial. Dalam hal ini termasuk misalnya perubahan
dalam struktur kekuasaan, otoritas, dan komunikasi dalam struktur sosial yang ada.
Contohnya: Desa yang dipimpin oleh seorang tuan tanah, mewariskan tongkat kepemimpinannya
kepada anak atau cucunya, dalam hal ini kepemimpinan dinasti keluarga. Namun karena
kehadiran orang-orang baru yang mengisi kekosongan peran sosial yang ditinggalkan oleh
orang-orang lama, turut merubah pola kepemimpinan yang ada. Kepala desa diangkat
berdasarkan pemilihan demokrasi bukan karena dinasti keluarga lagi.
3. Adanya perubahan fungsi dalam struktur, yaitu menyangkut apa yang harus dilakukan dan
bagaimana masyarakat tersebut melakukannya.
Contohnya: Di Timor, yang berhak dan memiliki kuasa untuk memimpin adalah mereka yang
berasal dari golongan Usif atau Raja. Namun karena golongan Usif tidak memiliki generasi atau
karena generasi berikutnya bermigrasi ke daerah lain, maka Golongan Mafefa atau juru bicara
adat naik menjadi pemimpin. Mafefa dalam kepimpinannya membuat pendekatan-pendekatan
yang berbeda atau pola fungsi berubah.
4. Adanya perubahan dalam hubungan antara struktur-struktur yang berbeda. Ini menyangkut
antara struktur sosial tertentu dengan struktur sosial lainnya di luar struktur yang disebutkan
pertama.

Contohnya: Dulu dalam masyarakat yang homogen, kalau orang gunting atau pangkas rambut,
tidak akan membayar karena mereka adalah keluarga. Tetapi setelah masuknya orang-orang baru
yang merubah pola relasi masyarakat, sekarang segala sesuatu yang dikerjakan harus dibayar
dengan uang.

15 | P a g e

5. Adanya perubahan dalam bentuk munculnya struktur sosial baru dari struktur sosial yang
lama. Struktur sosial yang lama mungkin pada akhirnya akan memudar atau hilang sama sekali
atau dalam beberapa kasus terintegrasi dengan struktur sosial yang baru terbentuk itu.
Contohnya: Dulu jika orang hendak bepergian jauh, anak-anak yang masih kecil dititipkan pada
keluarga untuk sementara waktu. Namun, karena orang-orang lama telah keluar dan kehadiran
orang-orang baru telah merubah pola relasi masyarakat, maka muncullah tempat penitipan anak
(TPA).
Dari beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan perubahan sosial adalah perubahan yang
terjadi dalam struktur masyarakat yang dapat mempengaruhi pola interaksi sosial di dalam suatu
masyarakat yang dapat bersifat membangun karakter manusia menuju proses yang lebih baik
atau malah sebaliknya. Dari definisi-defini di atas juga, memperlihatkan bahwa perubahan sosial
mengandung dua konsep dasar yang saling berkaitan yaitu dinamika sosial dan struktur sosial.12
Yang dimaksud dengan dinamika sosial itu mencakup semua hal yang berubah dari waktu ke

waktu yang mendorong manusia untuk mencapai tahap keseimbangan baru dan lebih lengkap
atau lebih tinggi dari sebelumnya. Sedangkan struktur sosial mengarah pada hierarki masyarakat
yang berdasarkan tingkatan perkembangan dari suatu masa ke masa yang berikutnya.
2.2 Perubahan Sosial dari Perspektif Soerjono Soekanto
Menurut Soerjono Soekanto, Perubahan Sosial merupakan segala perubahan pada
lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem
sosialnya, di dalamnya termasuk nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola-pola perilaku di antara
kelompok-kelompok dalam masyarakat.

12

Agus Salim, Perubahan Sosial, Sketsa Teori...., 9.

16 | P a g e

Setiap masyarakat pasti mengalami perubahan. Perubahan tersebut ada yang terbatas, ada
juga yang luas, ada perubahan yang lambat sekali, juga ada perubahan yang berjalan sangat
cepat. Perubahan sosial adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam
suatu masyarakat. Perubahan dalam masyarakat bisa mengenai berbagai hal, seperti nilai sosial,
norma sosial, pola perilaku, susunan lembaga, lapisan masyarakat, kekuasaan, dan wewenang

serta interaksi sosial. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang
masa dalam setiap masyarakat. Perubahan terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia
yang selalu ingin mengadakan perubahan. Bahkan, disebutkan bahwa kebosanan manusia
merupakan penyebab dari perubahan.13 Yang menjadi masalah dalam perubahan sosial
sebenarnya terletak pada tingkat kecepatan dan arahnya perubahan, bukan pada ada atau
tidaknya perubahan tersebut.14 Oleh karena itu, Laurer menambahkan bahwa yang perlu
dicermati adalah mengapa pada masyarakat tertentu perubahan sangat cepat atau sangat lambat
dan faktor apa yang mempengaruhinya serta bagaimana pengaruhnya.15
2.2.1 Faktor-Faktor Penyebab Perubahan Sosial
Perubahan tidak datang dengan sendirinya, tetapi terjadi melalui interaksi sosial harian dan
bila dikaitkan dengan pemikiran Dahrendorf, maka unsur dominasi menjadi salah satu penyebab
terjadinya perubahan. 16Ada begitu banyak faktor pemicu adanya perubahan sosial, namun yang
paling umum terjadi adalah karena bersumber dari dalam masyarakat itu sendiri atau faktor
internal dan yang bersumber dari luar masyarakat atau faktor eksternal. Begitu juga dengan siapa
yang menjadi aktor dibalik munculnya suatu perubahan sosial. Dalam bahasan umum sumber

13

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu..., 333.
Zamroni, Pengantar Pengembangan Teori Sosial (Yogyakarta: Tirta Wacana, 1992), 11.

15
Robert Laurer, Perspektif Tentang Perubahan..., 4.
16
K.J. Veeger, Realitas Sosial, Refleksi Filsafat Sosial atas Hubungan Individu Masyarakat Dalam
Cakrawala Sejarah Sosiologi (Jakarta: Gramedia, 1993), 214.
14

17 | P a g e

perubahan sosial seringkali didasarkan pada dua sumber pokok, yakni endogenous (dalam) dan
exogenous (luar).17 Adapun sebab-sebab terjadinya perubahan sosial dari faktor internal, antara
lain:18
a. Penduduk, perubahan jumlah penduduk seperti bertambahnya jumlah penduduk karena
transmigrasi dapat mengakibatkan perubahan-perubahan pada struktur masyarakat
terutama mengenai lembaga-lembaga kemasyarakatan. Kehadiran transmigrasi dapat
berdampak positif dan menguntungkan jika mereka memiliki keterampilan kerja.
b. Pertentangan/konflik, selama manusia hidup berkelompok, selama itu pula terdapat
pertentangan. Pertentangan merupakan bagian dari interaksi sosial, karena itu
pertentangan tidak mungkin dihilangkan tetapi dapat diatasi. Ketika sumber pemenuhan
kebutuhan semakin terbatas, akan menimbulkan persaingan dan pada akhirnya

mengakibatkan konflik. Ketika terjadi konflik, dalam masyarakat muncul kekecewaan
dan keresahan sosial, maka pada saat itu individu-individu sangat mudah terpengaruh
dengan hal-hal yang baru.
c. Penemuan baru, penemuan baru dalam kebudayaan dapat berpengaruh pada berbagai
sektor kehidupan lainnya. Pengaruh-pengaruh tersebut saling berkaitan dan saling
mempengaruhi bidang-bidang kehidupan yang satu dengan lainnya. Contohnya
penemuan listrik mengakibatkan penemuan radio, televisi dan komputer yang akhirnya
dapat mempengaruhi adat istiadat, pendidikan, ekonomi dan pola perilaku masyarakat.
Adapun perubahan sosial terjadi karena adanya faktor eksternal atau faktor-faktor yang
bersumber dari luar masyarakat itu sendiri, antara lain:19
17

Talcott Parsons,” A Functional Theory of Change”, dalam Eva Etzioni-Halevy dan Amitai Etzioni, Social
Changes: Sources, Patterns and Consequences (New York: Basic Book, 1994), 76.
18
Donatus Patty, pengantar Sosiologi (Kupang: CV Kasih Indah, 2005), 248-252.

18 | P a g e

a. Lingkungan alam, lingkungan alam turut mempengaruhi keadaan sosial, kebudayaan
serta perilaku masyarakat yang hidup di sekitarnya. Lingkungan alam yang berbeda-beda
berdampak pada mata pencaharian masyarakat yang berbeda-beda pula. Masyarakat yang
tinggal di pedesaan kehidupan sosialnya berbeda dengan masyarakat perkotaan.
b. Peperangan, peperangan antar dua negara atau lebih menyebabkan adanya perubahan, di
mana pihak yang kalah akan dipaksa untuk mengikuti semua keinginan pihak yang
menang, termasuk dalam hal ekonomi, kebudayaan dan pola perilaku.
c. Pengaruh kebudayaan lain, masuknya kebudayaan asing yang diterima dan diterapkan
berdampak pada kehidupan sosial yang mengakibatkan terjadinya perubahan sistem
sosial. Akibat globalisasi informasi, transparasi dan ekonomi, pengaruh budaya asing
merubah keseluruhan tatanan hidup dan pola perikelakuan masyarakat, seperti pola
konsumsi dan gaya hidup.
2.2.2 Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial
Perubahan sosial menurut Soerjono Soekanto dibedakan dalam beberapa bentuk sebagai
berikut:20
a. Perubahan lambat (Evolusi)
Perubahan secara lambat memerlukan waktu yang lama. Perubahan ini biasanya
merupakan rentetan perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat. Perubahan
terjadi dengan sendirinya tanpa rencana atau kehendak tertentu. Masyarakat hanya
berusaha menyesuaikan diri dengan keperluan, keadaan dan kondisi baru yang timbul
sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Contohnya, masyarakat pedesaan yang mulai

19
20

Donatus Patty, Pengantar Sosiologi...., 253-255.
Soerjono Soekanto, Sosiologi...., 345-349.

19 | P a g e

menggunakan seng sebagai atap rumah, namun masih mempertahankan rumah yang
beratapkan alang-alang sebagai tempat penyimpanan bahan makanan seperti jagung dan
padi.
b. Perubahan cepat (Revolusi)
Perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar
atau pokok-pokok kehidupan masyarakat. Di dalam revolusi, perubahan yang terjadi
dapat direncanakan terlebih dahulu atau tanpa direncanakan dan dapat dijalankan tanpa
kekerasan atau melalui kekerasan. Contohnya, adanya perang dalam merebut
kemerdekaan suatu negara.
c. Perubahan sosial yang direncanakan
Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan merupakan perubahan yang diperkirakan
atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan
perubahan di dalam masyarakat. Pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan ini
dinamakan agent of change , yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat
kepercayaan masyarakat sebagai pemimpin dalam perubahan pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan. Contohnya, pembangunan sarana prasarana, pembangunan bendungan,
pembangunan jalan maupun kawasan industri yang dilakukan oleh pemerintah maupun
tokoh masyarakat.
d. Perubahan sosial yang tidak direncanakan
Perubahan sosial yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan merupakan perubahanperubahan yang terjadi di luar jangkauan pengawasan masyarakat atau kemampuan
manusia. Perubahan ini dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak
diharapkan masyarakat. Perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki, biasanya lebih

20 | P a g e

banyak menimbulkan pertentangan-pertentangan yang merugikan kehidupan masyarakat
yang bersangkutan. Contohnya, adanya bencana alam seperti longsor, tsunami atau
gunung meletus yang memporak-porandakan seluruh harta milik dan mata pencaharian
masyarakat, atau perang antar kampung yang merusak fasilitas pribadi maupun umum.
2.3 Ciri-Ciri Perubahan Sosial
Setiap perubahan sosial memiliki karakterisitik yang beragam. Dengan demikian, tidak
ada perubahan yang memiliki sifat yang sama persis dengan perubahan lainnya. Tetapi pada
setiap perubahan sosial, ada pola mendasar atau ciri-ciri umum yang hampir ada dalam setiap
perubahan.
a. Differential Social Organizations
Dalam masyarakat tradisional, pengaruh keluarga sangat besar, di mana keluarga sebagai
unit terkecil dalam masyarakat tetap menjalankan fungsinya. Dalam masyarakat seperti
itu, hubungan antara individu dengan individu maupun individu dengan masyarakat tetap
terjalin dan tindakan-tindakan individu cenderung seragam. Dengan demikian organisasi
sosial mengadakan pengawasan untuk memungkinkan terpeliharanya keseragaman
norma.21 Hal tersebut berbeda dengan masyarakat yang terpengaruh arus kemajuan
sebagai akibat terlibat dengan dunia luar, sehingga menimbulkan perubahan sosial. Ada
norma-norma yang dulu dianut menjadi pudar bahkan hilang karena dianggap tidak
sesuai dengan tuntutan zaman.

b. Mobilitas

21

Jacobus Ranjabar, Perubahan Sosial...., 57-58

21 | P a g e

Adanya revolusi industri dan revolusi demokrasi, mengakibatkan terjadinya mobilisasi
masyarakat. Revolusi industri berdampak pada perpindahan orang-orang dari desa ke
kota, sedangkan revolusi demokrasi mengakibatkan seseorang dapat berubah status.22
Keadaan tersebut berdampak pada merenggangnya hubungan keluarga dan hubungan
lingkungan. Fungsi keluarga tidak berjalan seharusnya karena kesibukan, perbedaan jarak
dan perubahan status sehingga fungsi keluarga sebagian diserahkan ke lembaga sosial.
c. Culture conflict
Setiap kebudayaan memiliki norma-norma yang berbeda, di mana norma-norma tersebut
ikut membentuk tingkah laku individu yang hidup dalam suatu masyarakat. Dalam
masyarakat ada social different yang menghasilkan differential organization, dan setiap
organisasi sosial memiliki norma-norma tertentu. Pertentangan dapat terjadi apabila
individu-indvidu dari organisasi sosial yang berbeda merasa tidak sependapat dengan
norma-norma yang ada. Bila norma-norma organisasi sosial lain diberlakukan pada
kelompok organisasi lainnya, maka akan terjadi conflick norma atau culture conflik.23
2.4 Dampak Positif dan Negatif Suatu Perubahan Sosial
Perubahan sosial adalah sebuah proses yang pasti selalu terjadi dalam kehidupan manusia
dan masyarakat sebagai akibat adanya interaksi sosial. Adanya perubahan sosial sendiri dapat
memberikan manfaat, namun tak jarang pula bisa menimbulkan berbagai dampak negatif bagi
sistem dan struktur sosial kemasyarakatan. Suatu perubahan sosial berdampak pada munculnya
suatu tatanan baru dalam masyarakat. Dampak dari munculnya suatu tatanan baru itu bisa ke
arah yang positif, bisa juga sebaliknya ke arah negatif.

22
23

Jacobus Ranjabar, Perubahan Sosial...., 59
Jacobus Ranjabar, Perubahan Sosial...., 60.

22 | P a g e

2.4.1 Dampak Positif Perubahan Sosial
Dampak positif mengarah pada kemajuan dengan menuju terciptanya masyarakat yang adil
dan sejahtera. Hal inilah yang dijadikan harapan oleh masyarakat dan dampak positif itu dapat
terwujud jika pihak-pihak yang menjadi agent of change bekerja sepenuhnya untuk
kesejahteraan masyarakat, tanpa adanya kepentingan-kepentingan pribadi maupun golongan
tertentu. Dampak positif dari berlangsungnya perubahan sosial antara lain :


Munculnya nilai dan norma baru, ketika suatu nilai dan norma yang berlaku dalam
masyarakat dirasa tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan manusia yang semakin
kompleks. Dengan adanya perubahan sosial diharapkan mampu mendorong munculnya
nilai maupun norma baru yang lebih sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. Di
mana nilai dan norma yang baru itu membuat masyarakat menjadi lebih aman, nyaman
dan sejahtera.



Adanya struktur dan hubungan sosial baru, artinya bahwa struktur dan hubungan sosial
yang baru lebih menekankan pada penghormatan terhadap hak asasi manusia. Ketika
relasi sosial yang berlaku selama ini adalah relasi yang bersifat kekuasaan individu, di
mana mereka yang memiliki status sosial yang lebih tinggi seringkali menindas dan
mengabaikan nilai kemanusian terhadap mereka yang memiki status sosial rendah, maka
perubahan sosial yang terjadi diharapkan mampu memberikan kesejajaran hidup antara
satu individu dengan individu lainnya.



Dalam masyarakat homogen, pengambilan keputusan hanya oleh osatu orang yang
dipertuankan. Tetapi karena perubahan, keputusan diambil berdasarkan musyawarah
mufakat atau suara mayoritas.

23 | P a g e



Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perubahan sosial mendorong terjadinya
inovasi yang mana berpengaruh pada kemajuan dalam berbagai bidang serta aspek
kehidupan manusia. Salah satunya tentu saja kemajuan dalam bidang pengetahuan serta
teknologi. Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tentu saja akan
mampu mengubah nilai-nilai yang lama menjadi sebuah nilai baru menuju sebuah
perubahan sosial yang lebih modernisasi



Tingkat pendidikan formal semakin tinggi dan merata, Perkembangan berbagai jenjang
pendidikan formal, dengan jurusan dan biaya yang beragam akan semakin meningkatkan
akses anggota masyarakat terhadap pendidikan.



Berkembangnya industrialisasi, Perkembangan ini memunculkan produktivitas dan nilai
tambah yang signifikan, sehingga menyerap banyak tenaga kerja serta meningkatkan
peluang ekspor.

2.4.2 Dampak Negatif Perubahan Sosial
Dampak negatif mengarah pada kemunduran yang ditandai dengan adanya tindak
kriminalitas, konflik sosial, deviasi sosial, serta berbagai masalah sosial lainnya. Hal inilah yang
menjadi titik jenuh dari perubahan sosial dalam masyarakat. Dampak negatif suatu perubahan
dapat terjadi juga dikarenakan pihak-pihak yang menjadi agent of change memiliki kepentingan
tersembunyi untuk keuntungan diri sendiri maupun golongan tertentu. adapun dampak yang
bersifat negatif antara lain:


Terjadinya Disintegrasi Sosial, artinya bahwa Munculnya disintegrasi sosial tentu saja
tidak terlepas dari perubahan besar yang terjadi di dalam kehidupan sosial masyarakat.

24 | P a g e

Perbedaan tujuan, kepentingan, dan kesenjangan sosial yang ada membuat munculnya
konflik dan sosial yang terjadi di dalam masyarakat


Perubahan tingkah laku, artinya menjurus pada perilaku menyimpang. Suatu perilaku
dianggap menyimpang apabila perilaku tersebut tidak sesuai dengan nilai dan norma
yang berlaku dalam masyarakat tempat tinggalnya.



Keputusan yang diambil berdasarkan suara mayoritas, menyebabkan mereka mereka
yang tidak mampu, dalam hal ini memiliki status sosial rendah, terpaksa harus tunduk
pada keputusan suara mayoritas.



Budaya konsumtif dan berkembangnya sifat individualisme, individu mengkonsumsi
suatu barang yang tidak sesuai kebutuhan hanya sebagai simbol status.



Adanya kesenjangan sosial, Anggota masyarakat yang mampu menyesuaikan diri dengan
perubahan tentu akan mampu meningkatkan taraf hidupnya. Namun sebaliknya, apabila
masyarakat tidak mampu melakukan penyesuaian, maka lama kelamaan akan semakin
terbelakang dan mengalami penurunan kualitas hidup. Sehubungan bergulirnya
perubahan, semakin lebar pula kesenjangan sosial yang tercipta dalam hubungan antara
dua keadaan yang saling bertolak belakang ini.

2.5 Teori Pemberian Menurut Marcel Mauss
Marcell Mauss adalah adalah murid sekaligus keponakan dari Emile Durkheim. Mauss
hidup dari tahun 1872 hingga 1950. Ia lahir di sebuah kota kecil bernama Lorraine, di Prancis
dari suatu keluarga Yahudi. Pemikiran Durkheim mengenai solidaritas sangat kental
mempengaruhi pandangan dari Marcel Mauss mengenai prinsip pemberian hadiah.

25 | P a g e

Dalam karangannya mengenai fungsi dari pranata tukar-menukar hadiah dalam
kehidupan masyarakat yang berjudul Essai Sur Le Don yang diterjamahkan dalam bahasa inggris
The Gift, Mauss mengembangkan suatu konsep struktural fungsional yang penting mengenai
integrasi sosial masyarakat manusia.24 Karangan Mauss ini dimulai dengan suatu uraian
geografi-ekologikal mengenai lingkungan alam kutub dari daerah pemukiman eskimo. Mauss
menggambarkan dua morfologi sosial dari masyarakat eskimo, yaitu morfologi sosial musim
panas dan morfologi sosial musim dingin.
Dalam musim panas para warga kelompok Eskimo berpencar, di mana keluarga-keluarga
inti pergi berburu ke wilayah masing-masing yang letaknya berjauhan. Dalam musim dingin
semua keluarga inti berkumpul kembali di pemukiman induk. Di situ beberapa keluarga inti yang
berhubungan dekat bergabung menjadi keluarga-keluarga luas dan tinggal dalam rumah-rumah
besar yang dibuat dari kayu. Rumah besar tersebut dijadikan balai komunitas yang mana di
dalamnya keluarga-keluarga luas yang menjadi anggotanya melakukan suatu rangkaian upacara
keagamaan bersama. Upacara-upacara yang mengandung unsur-unsur tukar-menukar harta,
makan bersama, menyanyi dan menari bersama hingga mencapai trance, mempunyai fungsi
untuk mempertinggi kesadaran kolektif dan mengintensifkan solidaritas sosial.25
Berdasarkan sistem tukar-menukar pada zaman kuno, Mauss (1992) mengatakan bahwa
setiap pemberian tidak ada yang cuma-cuma atau gratis, menurut Mauss setiap pemberian
apapun bentuknya, pasti akan ada pemberian kembali atau imbalan, dalam bentuk yang sama
atau yang berbeda. Teori Marcel Mauss yang dikenal dengan gift giving atau gift exchange
menyatakan, bahwa adanya relasi dan interaksi sosial antar warga dalam masyarakat primitif
yang berlangsung secara harmonis dan adanya kedekatan kekerabatan. Pemberian dan saling
24
25

Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi (Jakarta: Universitas Indonesia, 2007), 104.
Konetjaraningrat, Sejarah...., 105.

26 | P a g e

tukar-menukar hadiah ini merupakan suatu cerminan hubungan baik kedekatan antarpersonal dan
hubungan sosial yang terjalin. Terlihat disini bahwa „the gift’ atau pemberian menjelma sebagai
sebuah simbol, moralitas dan etika sosial di tengah masyarakat.
Mauss menjelaskan bahwasannya saling tukar menukar adalah suatu proses sosial yang
dinamis dan mencakup lapisan masyarakat secara universal yang membentuk suatu sistem yang
komprehensif. Proses yang dinamis itu dapat kita lihat dari kebiasaan masyarakat yang
mengharuskan si penerima untuk mengembalikan pemberian bahkan pengembalian itu dituntut
untuk lebih banyak dari pada yang ia terima. Dari adanya keharusan untuk mengembalikan
pemberian dalam jumlah yang lebih dari pada yang ia terima memicu persaingan kedudukan dan
kehormatan antar pihak yang bersangkutan, implikasinya saling tukar menukar tidak pernah jeda
dan terkikis oleh waktu dari generasi ke generasi.
Bentuk interaksi dalam masyarakat bisa berupa perbuatan saling tolong-menolong
sebagai sebuah tuntutan hidup bermasyarakat. Dalam masyarakat kuno atau primitif, bentuk
interaksi dalam masyarakat bisa berupa saling tukar menukar pemberian yang melibatkan
kelompok-kelompok dan masyarakat-masyarakat secara menyeluruh. Sistem saling tukar
menukar ini menyangkut setiap unsur dari kedudukan atau harta milik terlibat di dalamnya dan
berlaku bagi setiap anggota masyarakat yang bersangkutan. Pendapat dari Mauss (1992) ini juga
diperkuat oleh Malinowski yang berpendapat bahwa semua bentuk transaksi berada dalam suatu
gabungan yang berkesinambungan yang di satu kutub pemberian itu bercorak murni tanpa
tuntutan imbalan, dan dikutub lainnya bercorak pemberian yang harus dikembalikan.
Adapun Mauss menjelaskan bahwa Saling tukar-menukar pemberian mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:

27 | P a g e

1. Pengembalian benda yang diterima tidak dilakukan pada saat pemberian itu diterima
tetapi pada waktu yang berbeda sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku. Kalau
pemberian imbalan diberikan pada waktu yang sama, maka namanya barter.
2. Pengembalian pemberian yang diterima tidak berupa barang yang sama dengan yang
diterima tetapi dengan benda yang berbeda yang mempunyai nilai yang sedikit lebih
tinggi daripada pemberian yang telah diterima atau setidaknya yang sama dengan itu.
3. Benda-benda pemberian yang diterima tidak dilihat sebagai benda dengan nilai
harafiahnya, tetapi sebagai prestasi, karena benda-benda tersebut dipercaya berisikan
kekuatan gaib yang oleh Mauss digolongkan ke dalam suatu kategori yang dinamakan
prestation atau prestasi.
Marcel Mauss berpendapat bahwa ada tiga kewajiban dalam teori pertukaran:
1. Memberi hadiah sebagai langkah pertama menjalin hubungan sosial.
2. Menerima hadiah bermakna sebagai penerimaan ikatan sosial.
3. Membalas dengan memberi hadiah dengan nilai yang lebih tinggi menunjukkan integritas
sosial.
Kegagalan untuk memberi atau menerima sama dengan kegagalan untuk membalas pemberian,
yang sama artinya dengan kehilangan rasa harga diri dan kehormatan, lebih lanjut Mauss
mengemukakan bahwa ”orang yang tidak dapat membayar hutang atau pothlach26, kehilangan
kedudukannya dalam jenjang sosial dan bahkan kedudukannya sebagai orang bebas”.27 Mauss
mengemukakan bahwa dalam masyarakat primitif, interaksi antar warga berlangsung hangat dan
26

Istilah potlatch didefinisikan Mauss sebagai pemberian yang dipertukarkan. Lebih tegas lagi
dikategorikan pembelian timbal balik. Di sini tak ada konsep ikhlas, dan saleh. Yang ada adalah pemberian
berpengharapan.”
27
Marcel Mauss, Pemberian: Bentuk dan Fungsi Pertukaran di Masyarakat Kuno (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 1992), 56-60.

28 | P a g e

dekat satu sama lain. Mereka membangun hubungan sosial yang bersifat face to face community
interactions, hal ini tercermin pada kebiasaan bertukar hadiah (gift exchange) dan memberi
bingkisan (gift giving). Tukar-menukar hadiah menggambarkan suatu relasi harmonis di antara
anggota masyarakat, melambangkan penghormatan/penghargaan sesama warga masyarakat,
merefleksikan kohesivitas sosial yang kokoh, serta melukiskan kedekatan personal di antara
pihak yang terlibat dalam pertukaran hadiah. Pemberian hadiah juga merupakan simbolisasi civic
culture, social virtue, dan public morality di kalangan masyarakat tradisional. Bila seseorang
diberi hadiah, ia memiliki kewajiban moral untuk membalas pemberian hadiah itu dengan nilai
setara atau lebih sebagai ungkapan penghargaan dan aktualisasi nilai-nilai kebajikan sosial. Ini
merupakan bentuk etika sosial yang menandai penghormatan kepada sesama warga masyarakat.
Menurut Mauss, apa yang dilakukan oleh masyarakat primitif ini berbanding terbalik dengan apa
yang dilakukan oleh masyarakat modern. Di mana jika dalam masyarakat primitif, pemberian
lebih ditekankan pada nilai estetika, keagamaan, moral dan hukum adat, sedangkan dalam
masyarakat modern pemberian cenderung berorientasi ekonomis.28
Pertanyaan bagi kita ialah, kekuatan apa di balik pemberian sehingga menuntut penerimanya
untuk membayar kembali pemberian tersebut? Marcel Mauss berpendapat bahwa kekuatan
tersebut adalah “system of total prestation” atau prestasi total, di mana dalam pemberian tersebut
terdapat perang prestasi. Sang pemberi menunjukan prestasinya dalam pemberiannya, sedangkan
sang penerima pun akan menunjukan prestasinya dengan membalas kembali pemberian
tersebut.29 Ketika sang penerima menolak pemberian, dengan sendirinya ia menyatakan

28

Emizal Amri, Perkembangan Teori Pertukaran, Struktural Fungsional, dan Ekologi Budaya: (Padang: IKIP,

29

Marcel Mauss, Pemberian...., 3-6.

1997), 9.

29 | P a g e

kekalahannya, karena itu sang penerima akan berupaya untuk menerima dan membayar kembali
pemberian tersebut.
2.6 Manekat Sebagai Pemberian/Sumbangan Sukacita
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemberian memiliki 3 arti yaitu yang berasal dari
kata dasar beri: pemberian berarti sesuatu yang diberikan, pemberian berarti sesuatu yang
didapat dari orang lain karena diberi, pemberian berarti proses, cara, perbuatan memberi atau
memberikan. Dalam hubungannya dengan Manekat, pemberian dapat dianggap sebagai
sumbangan. Sumbangan berasal dari kata sumbang, di mana dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1990) sumbang/menyumbang memiliki arti, “memberi sesuatu kepada orang yang
sedang pesta, dan sebagainya sebagai sokongan”, sedangkan sumbangan sendiri artinya adalah
“pemberian sebagai bantuan (pada pesta perkawinan, dsb)”.30 Secara umum menyumbang
termasuk aktivitas sosial manusia yang disebut gotong royong. Koentjaraningrat menjelaskan
konsep gotong royong sebagai “rasa saling tolong-menolong atau rasa saling bantu-membantu
dalam jiwa masyarakat”. Pertolongan/bantuan yang diberikan seseorang bentuknya bermacammacam. Bantuan tersebut dapat berupa tenaga, pikiran, benda materi, biaya, dan sebagainya.
Seseorang

dalam

kehidupan

masyarakat

dapat

memberikan

salah

satu

bentuk

pertolongan/bantuan saja seperti misalnya tenaga, pikiran, benda materi, biaya, atau bantuan
yang lainnya, namun seseorang juga dapat memberikan berbagai bantuan dalam suatu acara.
Koentjaraningrat membedakan kegiatan tolong-menolong dalam masyarakat menjadi empat,
yaitu:31
1. Tolong-menolong dalam produksi pertanian
30
31

Kamus Besar Bahasa Indonesia
Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial (Jakarta: Dian Rakyat, 1990), 59.

30 | P a g e

2. Aktivitas tolong-menolong antar tetangga yang tinggal berdekatan, untuk pekerjaanpekerjaan kecil sekitar rumah dan pekarangan
3. Aktivitas tolong-menolong antara kaum kerabat dan kadang-kadang termasuk tetangga
yang paling dekat untuk menyelenggarakan pesta sunat, perkawinan atau upacara-upacara
lain sekitar titik peralihan pada lingkaran hidup individu.
4. Aktivitas spontan tanpa permintaan dan tanpa pamrih untuk membantu secara spontan
pada waktu seseorang penduduk desa mengalami kematian atau bencana.
Dari keempat jenis kegiatan tolong-menolong di atas, Manekat merupakan sebuah bentuk
tolong-menolong pada aktivitas ketiga dan keempat. Salah satu bentuk tolong menolong adalah
sumbangan atau pemberian. Di dalam masyarakat kita pemberian memiliki dua arti. Pertama,
pemberian dalam arti umum yang mencakup semua pertolongan baik yang berupa tenaga,
pikiran, benda materi, biaya, dan sebagainya. Kedua, pemberian dalam arti yang lebih sempit,
yaitu sebagai istilah pertolongan (sokongan) yang berupa bantuan material (benda ataupun biaya)
untuk membantu seseorang yang sedang memiliki acara atau hajatan.

31 | P a g e