BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Siswa Kelas 4 SD Negeri Lemahireng 02 Kecamatan Bawen Seme

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penenlitian
4.1.1 Kondisi Pra Siklus
Keaktifan belajar siswa di kelas 4 SD Negeri Lemahireng 02 Bawen
tergolong rendah. Berdasarkan hasil observasi menggunakan lembar observasi
keaktifan siswa, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA yang digunakan guru
dalam sehari-hari sering atau sebagian besar dilakukan dengan metode ceramah
yang lebih banyak digunakan dalam pembelajaran. Pembelajaran IPA masih
teacher-centered, dalam kegiatan pembelajaran sebagian besar siswa hanya
menerima begitu saja materi yang disampaikan guru kemudian diakhiri evaluasi
sehingga dalam pembelajaran siswa tidak mempunyai kesempatan untuk
mengeluarkan kemampuan yang dimiliki.
Guru pernah melakukan kegiatan pembelajara IPA dengan bentuk kegiatan
kelompok, namun kebanyakan tugas-tugas kelompok tersebut tidak dikerjakan
secara bekerjasama tetapi hanya diselesaikan oleh satu siswa saja yang pandai dalam
kelompok. Guru lebih mendominasi proses belajar mengajar sehingga partisipasi
yang berupa keaktifan siswa masih rendah. Keaktifan siswa yang rendah diperoleh
dari hasil observasi keaktifan siswa pra siklus dimana setiap siswa diamati kemudian
hasilnya diolah dengan microsoft excel. Untuk mendapatkan hasil dari keaktifan
siswa dalam pembelajaran IPA, hasil observasi setiap anak diolah berdasarkan

langkah Usman dan Akbar (2006:71) sehingga dapat digolongkan menjadi keaktifan
belajar kategori rendah (skor 1 – 1,9), sedang (skor 2 - 2,9), dan keaktifan tinggi
(skor ≥3). Hasil observasi keaktifan siswa pra siklus dapat dilihat pada Tabel 4.1.

53

54

Tabel 4.1
Hasil Observasi Keaktifan Belajar Pra Siklus pada Mata Pelajaran IPA
Kelas 4 SD Negeri Lemahireng 02 Kecamatan Bawen Semester II
Tahun Pelajaran 2014/2014
No Keaktifan
F
%
1
Tinggi
8
26%
2

Sedang
10
32%
3
Rendah
13
42%
Jumlah
31
100%
Rata-rata
2,50
Dari Tabel 4.1, dapat diketahui bahwa siswa di kelas 4 SD Negeri
Lemahireng 02 Kecamatan Bawen yang mempunyai keaktifan tinggi adalah 8
siswa dengan persentase 26% kemudian siswa kategori keaktifan sedang
berjumlah 10 orang dengan persentase 32% dan siswa dengan keaktifan rendah
ada 13 orang dengan persentase 26%. Rata-rata kelas hanya 2,50. Hal ini berarti
siswa yang mempunyai keaktifan tinggi hanya 8 siswa dengan persentase 26%
lebih rendah dari jumlah keseluruhan siswa di bawah kategori keaktifan rendah
yaitu 13 siswa persentase 42%. Selain keaktifan siswa yang masih kurang, hasil

belajar siswa juga rendah dilihat dari nilai ulangan harian siswa pada mata
pelajaran IPA kelas 4 pada semester II tahun pelajaran 2014/2015 diperoleh data :
Tabel 4.2
Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pra Siklus Siswa Kelas 4
SD Negeri Lemahireng 02Kecamatan Bawen Semester II
Tahun Pelajaran 2014/2015
Keterangan
Frekuensi
%
Tidak Tuntas
21
68 %
Tuntas
10
32 %
Jumlah
31
100
Nilai rata-rata
64,57

Niai tertinggi
70
Nilai terendah
50
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa siswa kelas 4 yang berjumlah
31 siswa, diperoleh data ada 32% siswa tuntas yaitu yang nilainya sudah
memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan masih ada 68% siswa tidak

55

tuntas yang memperoleh nilai kurang dari KKM. Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yakni 70. Dan rata-rata kelas adalah 64,57. Dalam menentukan kriteria
ketuntasan minimal (KKM) kepala sekolah berpedoman dengan kemampuan
siswa yang ada di SD Negeri Lemahireng 02 Kecamatan Bawen.
4.1.2 Pelaksanaan Siklus I
Pelaksanaan pembelajaran siklus I dilakukan dengan menerapkan tiga
tahap penelitian tindakan kelas yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan dan
observasi, dan refleksi.
4.1.2.1 Perencanaan
Tahap perencanaan ini peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang akan

digunakan dalam penelitian pembelajaran kooperatif tipe Make A Match antara
lain: menelaah materi pembelajaran IPA kelas 4 dan mengkaji indikatorindikatornya, menyesuaikan dengan tujuan pembelajaran, menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran, melakukan uji validitas instrumen, menyiapkan lembar
observasi keterlaksanaan sintaks dan rubrik penskoran keaktifan belajar siswa,
menyiapkan soal evaluasi untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam
pembelajaran dan yang terakhir menyiapkan alat peraga.
4.1.2.2 Pelaksanaan dan Observasi
Pertemuan pertama dalam siklus I dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 22
April 2015. Materi yang diajarkan adalah faktor – faktor penyebab dan kerugian
terjadinya erosi dan abrasi. Dalam pelaksanaan pertemuan pertama ini, guru
melaksanakan langkah-langkah pembelajaran yang meliputi kegiatan awal,
kegiatan inti dan kegiatan akhir sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran
yang telah disusun. Pada kegiatan awal guru mengucapkan salam dan melakukan
doa bersama siswa-siswanya. Guru melakukan absensi dan mengkondisikan kelas
dengan serta memberikan motivasi. Setelah itu guru melakukan apersepsi dengan
memberikan pertanyaan: “coba sebutkan apa saja yang penyebab perubahan fisik
di alam?” dan “Siapa yang pernah main ke pantai? Main apa di pantai?
Bagaimana pasirnya jika terkena ombak?”
Setelah itu guru menjelaskan materi tentang pengertian erosi dan abrasi
dan faktor-faktor penyebab terjadinya erosi dan abrasi melalui media gambar.


56

Kemudian guru menjelaskan tentang pembelajaran kooperatif tipe Make A Match
kepada siswa, setelah itu guru menyiapkan kartu permaina mencari pasangan yang
berisi soal dan jawaban tentang materi faktor – faktor penyebab erosi dan abrasi.
Guru membagi siswa menjadi 2 kelompok yaitu kelompok soal dan kelompok
jawaban. Guru membagi kartu pada siswa, setelah itu guru meminta siswa untuk
mencari pasangan kartu yang dimiliki dengan diberi waktu selama 5 menit. Siswa
yang mendapatkan pasangan kartu yang cocok sebelum waktu habis diberikan
reward sedangkan siswa yang tidak mendapakan pasangan kartu yang cocok akan
diberi hukuman. Setelah satu babak berakhir guru mengumpulkan kartu kembali
dan mengocoknya dan membagikan pada siswa kembali, begitu seterusnya sampai
waktu yang ditentukan dalam pembelajaran habis.
Guru memberikan penguatan dan meluruskan kesalahpahaman materi
yang diajarkan, siswa bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran. Pada
kegiatan akhir siswa dan guru saling memberi umpan balik mengenai faktorfaktor penyebab terjadinya erosi dan abrasi. Di akhir pertemuan, guru
memberikan beberapa pertanyaan sebagai umpan penguasaan materi. Kemudian
guru mengakhiri pelajaran dan mengucapkan salam penutup.
Pertemuan kedua dilaksanakan pasa hari Kamis tanggal 23 April 2015.

Materi yang diajarkan adalah faktor – faktor penyebab dan kerugian terjadinya
banjir dan lonsor.

Dalam pelaksanaan pertemuan kedua, guru melaksanakan

langkah-langkah pembelajaran yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan
kegiatan akhir sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah
disusun. Pada kegiatan awal guru mengucapkan salam dan melakukan doa
bersama siswa-siswanya. Guru melakukan absensi dan mengkondisikan kelas
dengan serta memberikan motivasi. Setelah itu guru melakukan apersepsi dengan
mengingatkan kembali tentang materi sebelumnya yaitu tentang erosi dan abrasi,
guru juga bertanya kepada siswa: “coba sebutkan bencana alam apa saja yang
pernah kalian lihat selain abrasi dan erosi?”
Setelah itu guru menjelaskan materi tentang pengertian banjir dan longsor
dan faktor-faktor penyebab terjadinya banjir dan longsor melalui media gambar.
Kemudian guru menjelaskan tentang pembelajaran kooperatif tipe Make A Match

57

kepada siswa, setelah itu guru menyiapkan kartu permaina mencari pasangan yang

berisi soal dan jawaban tentang materi faktor – faktor penyebab banjir dan
longsor. Guru membagi siswa menjadi 2 kelompok yaitu kelompok soal dan
kelompok jawaban. Guru membagi kartu pada siswa, setelah itu guru meminta
siswa untuk mencari pasangan kartu yang dimiliki dengan diberi waktu selama 5
menit. Siswa yang mendapatkan pasangan kartu yang cocok sebelum waktu habis
diberikan reward sedangkan siswa yang tidak mendapakan pasangan kartu yang
cocok akan diberi hukuman. Setelah satu babak berakhir guru mengumpulkan
kartu kembali dan mengocoknya dan membagikan pada siswa kembali, begitu
seterusnya sampai waktu yang ditentukan dalam pembelajaran habis.
Guru memberikan penguatan dan meluruskan kesalahpahaman materi
yang diajarkan, siswa bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran. Pada
kegiatan akhir siswa dan guru saling memberi umpan balik mengenai faktorfaktor penyebab terjadinya banjir dan longsor. Di akhir pertemuan, guru
memberikan penguatan dan umpan balik. Kemudian guru mengakhiri pelajaran
dan mengucapkan salam penutup.
Tabel 4.3
Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran Kooperatif tipe Make A Match
Siklus 1
Keterlaksanaan Siklus
No
Siklus 1

f (Pertemuan Pertama)
Ya
Tidak
1. Pertemuan 1
15
3
2. Pertemuan 2
17
1
Berdasarkan tabel 4.3, hasil observasi menunjukkan bahwa pada
pertemuan pertama guru masih belum terbiasa terlihat sedikit canggung ketika
melaksanakan pembelajaran Make A Match. Hal ini terlihat dari guru yang tidak
menyiapkan siswa dengan baik ketika memulai pelajaran. Hal ini menyebabkan
siswa kurang memperhatikan guru ketika membuka kegiatan pembelajaran dan
asyik mengobrol dengan temannya. Guru juga masih belum bisa menguasai kelas
sehingga situasi kelas menjadi kurang terkontrol karena masih banyak siswa yang
ramai. Guru juga masih belum maksimal dalam memberikan motivasi belajar

58


kepada siswa untuk siap mengikuti pembelajaran. Guru juga belum memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami.
Hal ini menyebabkan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Guru juga
belum mengajak siswa untuk menarik kesimpulan bersama dan melakukan
refleksi.
Pada pertemua kedua, hasil observasi menunjukkan bahwa kegiatan
pembelajaran pada pertemuan kedua sudah lebih baik dari pertemuan sebelumnya.
Guru sudah menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran sehingga suasana
kelas menjadi lebih kondusif untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Guru juga
sudah memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang
belum dipahami sehingga siswa sudah mulai berani untuk bertanya dan
menanggapi pertanyaan dari guru. Siswa juga tampak sangat antusias dalam
mengikuti pembelajaran. Guru juga belum mengajak siswa unuk menarik
kesimpulan bersama.
Selama melakukan pembelajaran kooperatif tipe Make A Match untuk
kedua kalinya, secara keseluruhan penyajiannya sudah cukup sistematis. Guru
mengelola kelas dengan baik, memberikan motivasi kepada siswa saat proses
pembelajaran. Memberikan arahan kepada siswa saat melakukan pengamatan.
Hanya saja masih ada dua indikator yang belum dilaksanakan oleh guru. Sehingga
perlu diadakan perbaikan agar dapat mencapai semua indikator yang telah

ditentukan.
Pertemuan ketiga dilakukan pada hari Jumat tanggal 24 April 2015.
Pertemuan ketiga ini digunakan untuk memberikan evaluasi kepada siswa dengan
tujuan untuk mengetahui berhasil tidaknya pembelajaran IPA dengan menerapkan
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Guru menyampaikan tata tertib
dalam mengerjakan evaluasi pembelajaran yang akan dilakukan. Guru membagi
lembar soal evaluasi belajar IPA, siswa mengerjakan soal evaluasi. Guru
mengawasi jalannya evaluasi pembelajaran. Setelah selesai, siswa mengumpulkan
hasil pekerjaannya kepada guru. Kegiatan selanjutnya yaitu kegiatan penutup,
guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam penutup.

59

4.1.2.3 Refleksi
Setelah melaksanakan tindakan Siklus I, peneliti melakukan refleksi terhadap
pembelajaran Make A Match yang telah dilakukan selama tiga kali pertemuan,
yaitu pertemuan I, dan pertemuan II dan pertemuan III dilaksanakan untuk
evaluasi. Refleksi dilakukan dengan cara berdiskusi dengan guru, observer, dan
beberapa siswa tentang pembelajaran Make A Match yang telah dilakukan. Secara
keseluruhan pembelajaran Make A Match yang dilakukan oleh guru sudah baik.
Guru merasa dengan menerapkan pembelajaran seperti ini akan melatih siswa
untuk saling bekerjasama satu sama lain. Siswa juga lebih mudah dalam
memahami materi karena mereka saling berpartisipasi mengeluarkan ide dan
berpikir bersama dalam memecahkan masalah. Selain itu siswa menjadi lebih
antusias dalam mengikuti pembelajaran ini. Siswa merasa pembelajaran ini sangat
menyenangkan karena dapat bertukar pikiran dengan teman kelompok. Sehingga
siswa yang biasanya pasif menjadi aktif ketika dihadapkan pada tugas yang
penyelesaiannya

harus

dilakukan

secara

bersama-sama

dengan

teman

kelompoknya.
Berdasarkan hasil observasi kerjasama siswa pada Siklus I yang terdiri dari
pertemuan I dan II, persentase keaktifan kategori tinggi adalah 65%. Sedangkan
indikator keberhasilan untuk kerjasama siswa adalah 70%. Hal ini menunjukkan
bahwa keaktifan siswa masih belum mencapai indikator keberhasilan yang telah
ditetapkan. Hasil evaluasi yang diperoleh dengan KKM=70 dari jumlah 31 siswa,
yang sudah mencapai ketuntasan sebanyak 20 orang dengan persentase 65% dan
siswa yang belum mencapai ketuntasan sebanyak 11 orang dengan persentase
35%. Indikator keberhasilan untuk hasil belajar adalah 80%. Hal ini menunjukkan
bahwa persentase siswa yang tuntas belum mencapai indikator keberhasilan yang
diharapkan. Karena keaktifan dan hasil belajar siswa belum mencapai indikator
keberhasilan yang telah ditentukan, maka akan dilanjutkan pada Siklus II. Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa agar mencapai
indikator keberhasilan yang diharapkan.
Hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran Siklus I adalah
sebagai berikut:

60

a. Kelebihan
1. Rencana pembelajaran sudah sesuai dengan pelaksanaannya.
2. Siswa sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran ini.
3. Dapat meningkatkan keaktifan siswa.
4. Siswa lebih mudah dalam mengerjakan soal dan memahami materi karena
pembelajaran yang menyenangkan dapat memudahkan siswa dalam
memahami materi.
b. Hambatan
1. Siswa tidak berdiskusi dalam bekerja kelompok (mencari pasangan)
karena sibuk mengganggu teman yang lain.
2. Siswa tidak bertanya kepada siswa lain/guru apabila tidak memahami
persoalan yang dihadapinya.
3. Siswa tidak mencoba memngerjakan soal setelah guru menjelaskan materi.
4. Penyelesaian
1. Guru menegur dengan tegas siswa yang ramai dan tidak ikut berpartisipasi
dalam diskusi kelompok (mencari pasangan)
2. Guru mencoba memancing siswa melalui pertanyaan agar mengetahui siswa
mana yang belum memahami materi.
3. Guru menegur siswa yang tidak mengerjakan soal untuk mengerjakan di
depan kelas.
Berdasarkan hasil analisis data pada Siklus I menunjukkan bahwa keaktifan
dan hasil belajar siswa dengan penerapan pembelajaran Make A Match sudah
meningkat, namun belum mencapai idikator keberhasilan yang telah ditentukan
oleh peneliti. Untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa maka
dilanjutkan pada Siklus II. Peneliti merencakan tindakan Siklus II dengan
menerapkan langkah-langkah yang sama, hanya saja pada Siklus II merupakan
perbaikan-perbaikan dari kelemahan atau kekurangan pada Siklus I.
4.1.3 Pelaksanaan Siklus II
4.1.3.1 Perencanaan
Persiapan yang dilakukan peneliti dalam melaksanakan siklus II ini agar
efektivitas pembelajaran dapat meningkat dibandingkan pada siklus I yaitu

61

melihat dan menelaah hasil refleksi siklus I. Mencari strategi untuk memperbaiki
kekurangan-kekurangan serta mempertahankan dan meningkatkan kelebihan pada
siklus I. Mencari referensi dan sumber belajar yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan
indikatornya, menyiapkan alat evaluasi untuk mengukur tingkat keberhasilan
dalam pembelajaran.
Setelah semua perangkat pembelajaran disiapkan langkah selanjutnya
yaitu menyiapkan lembar observasi yang akan digunakan untuk menilai
pelaksanaan pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif tipe Make A Match
dan rubrik penskoran keaktifan belajar siswa.
4.1.3.2 Pelaksanaan dan Observasi
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 5 Mei 2015.
Materi yang diajarkan dalam pertemuan ini adalah cara mencegah erosi dan
abrasi. Dalam pelaksanaan pertemuan pertama ini, guru melaksanakan langkahlangkah pembelajaran yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan
akhir sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Pada
kegiatan awal guru mengucapkan salam dan melakukan doa bersama siswasiswanya. Guru melakukan absensi dan mengkondisikan kelas dengan serta
memberikan motivasi. Setelah itu guru melakukan apersepsi dengan memberikan
pertanyaan pada siswa “Siapa yang pernah sakit? Kalau sakit diapakan supaya
sembuh? Bagaimana agar kita tidak sakit?” dan Guru mengaitkan materi yang
dipelajari di pertemuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari hari ini.
Setelah itu guru menjelaskan materi tentang cara mencegah erosi dan
abrasi. Guru menyiapkan kartu permainan mencari pasangan yang berisi soal dan
jawaban tentang materi cara mencegah erosi dan abrasi. Dalam siklus II ini kartu
dibuat menjadi bentuk ikan. Guru membagi siswa menjadi 2 kelompok yaitu
kelompok soal dan kelompok jawaban. Guru menaruh kartu pada dua kotak
berbeda, setelah itu guru meminta siswa untuk mengambil sendiri kartu yang
sudah disiapkan sesuai dengan kelompoknya, lalu siswa mencari pasangan kartu
yang dimiliki dengan diberi waktu selama 5 menit. Siswa yang mendapatkan
pasangan kartu yang cocok sebelum waktu habis diberikan reward sedangkan

62

siswa yang tidak mendapakan pasangan kartu yang cocok akan diberi hukuman.
Setelah satu babak berakhir guru mengumpulkan kartu kembali dan mengocoknya
dan membagikan pada siswa kembali, begitu seterusnya sampai waktu yang
ditentukan dalam pembelajaran habis.
Guru memberikan penguatan dan meluruskan kesalahpahaman materi
yang diajarkan, siswa bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran. Pada
kegiatan akhir siswa dan guru saling memberi umpan balik mengenai cara
mencegah erosi dan abrasi. Di akhir pertemuan, guru memberikan beberapa
pertanyaan sebagai umpan penguasaan materi. Kemudian guru mengakhiri
pelajaran dan mengucapkan salam penutup.
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 6 Mei 2015.
Materi yang diajarkan pada pertemuan ini adalah cara mencegah banjir dan
longsor.

Guru melaksanakan langkah-langkah pembelajaran yang meliputi

kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang telah disusun. Pada kegiatan awal guru mengucapkan salam
dan melakukan doa bersama siswa-siswanya. Guru melakukan absensi dan
mengkondisikan kelas dengan serta memberikan motivasi. Setelah itu guru
melakukan apersepsi dengan mengaitkan materi yang dipelajari di pertemuan
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari hari ini.
Setelah itu guru menjelaskan materi tentang cara mencegah banjir dan
longsor. Guru menyiapkan kartu permainan mencari pasangan yang berisi soal
dan jawaban tentang materi cara mencegah banjir dan longsor. Dalam siklus II ini
kartu dibuat menjadi bentuk ikan. Guru membagi siswa menjadi 2 kelompok yaitu
kelompok soal dan kelompok jawaban. Guru menaruh kartu pada dua kotak
berbeda, setelah itu guru meminta siswa untuk mengambil sendiri kartu yang
sudah disiapkan sesuai dengan kelompoknya, lalu siswa mencari pasangan kartu
yang dimiliki dengan diberi waktu selama 5 menit. Siswa yang mendapatkan
pasangan kartu yang cocok sebelum waktu habis diberikan reward sedangkan
siswa yang tidak mendapakan pasangan kartu yang cocok akan diberi hukuman.
Setelah satu babak berakhir guru mengumpulkan kartu kembali dan mengocoknya

63

dan membagikan pada siswa kembali, begitu seterusnya sampai waktu yang
ditentukan dalam pembelajaran habis.
Guru memberikan penguatan dan meluruskan kesalahpahaman materi
yang diajarkan, siswa bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran. Pada
kegiatan akhir siswa dan guru saling memberi umpan balik mengenai cara
mencegah banjir dan longsor. Di akhir pertemuan, guru memberikan beberapa
pertanyaan sebagai umpan penguasaan materi dan guru memberikan soal evaluasi
untuk dikerjakan siswa guna untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah
pembelajaran Kemudian guru mengakhiri pelajaran dan mengucapkan salam
penutup.
Tabel 4.4
Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran Kooperatif tipe Make A Match
Siklus 2
Keterlaksanaan Siklus
No
Siklus 2
F
Ya
Tidak
1. Pertemuan 1
18
0
2. Pertemuan 2
18
0
Berdasarkan tabel 4.4, hasil observasi menunjukkan bahwa guru sudah
melaksanakan semua indikator pembelajaran Make A Match yang sudah
ditentukan. Secara keseluruhan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru
sudah terlaksana dengan baik. Hal ini terlihat dari kemampuan guru dalam
menguasai kelas. Guru sudah mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman
dan kondusif sehingga pembelajaran berjalan dengan lancar. Guru juga sudah
memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya kepada siswa untuk bertanya dan
menyatakan pendapatnya sehingga siswa lebih aktif dan mudah memahami materi
yang diajarkan. Melalui kegiatan diskusi yang dilakukan siswa bersama anggota
kelompoknya, siswa menjadi lebih antusias dalam mengerjakan tugas. Hal ini
dikarenakan melalui kegiatan mencari pasangan siswa dapat saling berpartisipasi.
Pada pertemuan kedua, hasil observasi menunjukkan bahwa guru semakin
menguasai pembelajaran dengan baik. Dalam pertemuan kedua ini, guru sudah
melaksanakan semua indikator pembelajaran dengan baik. Guru mampu

64

membimbing jalannya diskusi dengan baik sehingga suasana kelas menjadi
terkontrol. Siswa juga sudah mampu melaksanakan apa yang seharusnya
dilaksanakan tanpa harus menunggu perintah dari guru. Hal ini disebabkan karena
siswa sudah memahami dan menguasai langkah-langkah pembelajaran Make A
Match dengan baik.
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 7 Mei 2015.
Pertemuan ketiga ini digunakan untuk evaluasi pembelajaran IPA dengan tujuan
untuk mengetahui berhasil tidaknya pembelajaran IPA dengan menerapkan
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Dalam kegiatan intiguru
menyampaikan tata tertib dalam mengerjakan evaluasi pembelajaran yang akan
dilakukan. Guru membagi lembar soal evaluasi dan siswa mengerjakan soal
evaluasi. Guru mengawasi jalannya evaluasi pembelajaran. Setelah selesai, siswa
mengumpulkan soal evaluasi dan jawaban siswa. Kegiatan selanjutnya yaitu guru
mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam penutup. Apabila hasil
evaluasi telah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan maka
pembelajaran ini akan berhenti sampai siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus
berikutnya.
4.1.3.3 Refleksi
Setelah melaksanakan tindakan Siklus II, peneliti melakukan refleksi
terhadap pembelajaran Make A Match yang telah dilakukan selama tiga kali
pertemuan, yaitu pertemuan I dan

II, dan pertemuan III dilaksanakan untuk

evaluasi. Melalui pembelajaran ini siswa menjadi lebih aktif dan sportif dalam
mengikuti permainan mencari pasangan. Siswa saling bekerjasama untuk
menyelesaikan tugas dengan baik. Secara keseluruhan guru sudah melaksanakan
langkah-langkah pembelajaran Make A Match dengan baik. Untuk mengetahui
sejauh mana kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran ini, maka
dilaksanakan tes evaluasi Siklus II. Tes evaluasi dilaksanakan pada pertemuan
ketiga.
Berdasarkan hasil observasi keaktifan siswa pada Siklus II yang terdiri
dari pertemuan I dan II, persentase kategori tinggi yang dicapai siswa adalah 87%.
Indikator keberhasilan untuk nilai kerjasama siswa adalah pencapaian kategori

65

tinggi sebesar 70%. Hal ini menunjukkan bahwa kerjasama siswa sudah mencapai
indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Hasil evaluasi yang diperoleh
dengan KKM=70 dari jumlah siswa 31, yang sudah mencapai ketuntasan adalah
sebanyak 31 orang dengan persentase 100%. Indikator keberhasilan untuk hasil
belajar adalah 80%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase siswa yang tuntas
sudah mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan.
Hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran Siklus II adalah
sebagai berikut:
a. Rencana pembelajaran sudah sesuai dengan pelaksanaannya.
b. Siswa sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran Make A Match
c. Menambah wawasan guru tentang pembelajaran kooperatif tipe Make A
Match.
d. Keaktifan siswa menjadi lebih meningkat melalui kegiatan diskusi
kelompok.
e. Melatih siswa untuk bermain sportif dalam permainan.
Berdasarkan hasil analisis data pada Siklus II menunjukkan bahwa hasil
observasi kerjasama dan hasil belajar siswa sudah mencapai indikator
keberhasilan yang telah ditentukan. Sehingga penelitian ini dilakukan sampai
Siklus II dan tidak dilanjutkan pada Siklus berikutnya.
4.1.4 Data Hasil Observasi Keaktifan
4.1.4.1 Data Hasil Observasi Keaktifan
Hasil dari observasi keaktifan belajar diperoleh dari pengamatan tiap
individu, kemudian hasil data mentah yang diperoleh diolah dengan microsoft
excel. Untuk mengetahui keaktifan belajar setiap siswa dalam pembelajaran IPA
diolah dengan langkah Usman dan Akbar (2006:71)sehingga didapatkan kategori
keaktifan rendah (skor 1 – 1,9) keaktifan sedang (skor 2 - 2,9) dan keaktifan tinggi
(skor ≥3).Hasil observasi keaktifan belajar pada pertemuan pertama, kedua dan
ketiga diperoleh hasil sebagai berikut :

66

Tabel 4.5
Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siklus I Mata Pelajaran IPA Siswa
Kelas 4 SD Negeri Lemahireng 02 Kecamatan Bawen
Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015
No
Interval Kategori
Pertemuan
Pertemuan kedua
Keaktifan

pertama
F

%

f

%

1

Skor ≥3

Tinggi

17

55

20

65

2

Skor 2 –

Sedang

11

35

11

35

Rendah

3

10

0

0%

31

100%

31

100%

2,9
3

Skor 1 –
1,9

Jumlah
Rata-rata

2,72

2,84

Berdasarkan Tabel 4.5, dapat diketahui bahwa pada pertemuan pertama
siswa yang kategori keaktifan tinggi frekuensi 17 orang persentase 55%
sedangkan siswa dengan kategori keaktifan sedang berjumlah 11 orang dengan
persentase 35, dan siswa yang kategori keaktifan rendah ada 3 orang dengan
persentase 10% dan rata-rata keaktifan siswa klasikal adalah 2,72. Pada
pertemuan kedua, siswa yang kategori keaktifan tinggi frekuensi 20 orang
persentase 65% sedangkan siswa dengan kategori keaktifan sedang berjumlah 11
orang dengan persentase 35% dan siswa yang kategori keaktifan rendah tidak ada,
sehingga persentase 0% dan rata-rata keaktifan siswa klasikal adalah 2,84.
4.1.4.2 Data Hasil Observasi Keaktifan Siklus II
Hasil dari observasi keaktifan belajar diperoleh dari pengamatan tiap
individu, kemudian hasil data mentah yang diperoleh diolah dengan microsoft
excel. Untuk mengetahui keaktifan belajar setiap siswa dalam pembelajaran IPA
diolah dengan langkah Usman dan Akbar (2006:71)sehingga didapatkan kategori
keaktifan rendah (skor 1 – 1,9) keaktifan sedang (skor 2 - 2,9) dan keaktifan tinggi
(skor ≥3).Hasil observasi keaktifan belajar pada pertemuan pertama, kedua dan
ketiga diperoleh hasil sebagai berikut :

67

Tabel 4.6
Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siklus II Mata Pelajaran IPA Siswa
Kelas 4 SD Negeri Lemahireng 02 Kecamatan Bawen
Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015
No
Interval Kategori
Pertemuan
Pertemuan kedua
Keaktifan

pertama
F

%

f

%

1

Skor ≥3

Tinggi

25

81

27

87

2

Skor 2 –

Sedang

6

19

4

13

Rendah

0

0

0

0%

31

100%

31

100%

2,9
3

Skor 1 –
1,9

Jumlah
Rata-rata

2,87

3,00

Berdasarkan Tabel 4.6, dapat diketahui bahwa pada pertemuan pertama
siswa yang kategori keaktifan tinggi frekuensi 25 orang persentase 81%
sedangkan siswa dengan kategori keaktifan sedang berjumlah 6 orang dengan
persentase 19, dan idak ada siswa dengan kategori keaktifan rendah dan rata-rata
keaktifan siswa klasikal adalah 2,87. Pada pertemuan kedua, siswa yang kategori
keaktifan tinggi frekuensi 27 orang persentase 87% sedangkan siswa dengan
kategori keaktifan sedang berjumlah 4 orang dengan persentase 13% dan siswa
yang kategori keaktifan rendah tidak ada, sehingga persentase 0% dan rata-rata
keaktifan siswa klasikal adalah 3,00.
4.1.5 Data Hasil Belajar
4.1.5.1 Data Hasil Belajar Siklus I
Data hasil evaluasi yang diperoleh pada siklus I akan disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi. Tabel distribusi frekuensi hasil evaluasi siswa
kelas 4 di SD Negeri Lemahireng 02 Kecamatan Bawen adalah sebagai berikut:

68

Tabel 4.7
Hasil Belajar Siklus I Mata Pelajaran IPA Siswa
Kelas 4 SD Negeri Lemahireng 02 Kecamatan Bawen
Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015
Persentase
No
Interval Frekuensi
(%)
1
84-90
4
13
2
77-83
5
16
3
70-76
11
35
4
63-69
2
6
5
56-62
0
0
6
49-55
9
29
Jumlah
31
100
Hasil evaluasi siklus I menunjukkan rentang nilai yang diperoleh siswa.
Rentang nilai 49-55 sebanyak 9 siswa, 56-62 sebanyak 0 siswa, 63-69 sebanyak 2,
70-76 sebanyak 11 siswa, 77-83 sebanyak 5 siswa, dan nilai 84-90 sebanyak 4
siswa.
4.1.5.2 Data Hasil Belajar Siklus II
Data hasil evaluasi yang diperoleh pada siklus I akan disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi. Tabel distribusi frekuensi hasil evaluasi siswa
kelas 4 di SD Negeri Lemahireng 02 Kecamatan Bawen adalah sebagai berikut:
Tabel 4.8
Hasil Belajar Siklus II Mata Pelajaran IPA Siswa
Kelas 4 SD Negeri Lemahireng 02 Kecamatan Bawen
Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015
Persentase
NO
Interval Frekuensi
(%)
91-97
6
19
1
84-90
5
16
2
77-83
7
23
3
70-76
13
42
4
63-69
0
0
5
56-62
0
0
6
31
100
Jumlah

69

Hasil evaluasi siklus I menunjukkan rentang nilai yang diperoleh siswa.
Rentang nilai 56-62 sebanyak 0 siswa, 63-69 sebanyak 0 siswa, 70-76 sebanyak
13, 77-83 sebanyak 7 siswa, 84-90 sebanyak 5 siswa, dan nilai 91-97 sebanyak 6
siswa.
4.1.6 Analisis Data
4.1.6.1 Analisis Keaktifan Belajar
a. Analisis Keaktifan Belajar Silklus I
Analisis keaktifan belajar Siklus I tersaji pada Tabel 4.9 dimana digolongkan
menjadi dua kategori yaitu yang memperoleh skor ≥ 3(kategori keaktifan tinggi)
dan yang memperoleh skor < 3(kategori keaktifan belajar sedang dan rendah).
Hasil analisis keaktifan siswa tersaji pada Tabel 4.10:
Tabel 4.9
Analisis Keaktifan Siklus I Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas 4 SD Negeri
Lemahireng 02 Kecamatan Bawen Semester II
Tahun Pelajaran 2014/2015
No Keaktifan Belajar

F

Persentase
(%)

1

Skor ≥ 3

20

65%

11

35%

31

100%

(kategori keaktifan tinggi)
2

Skor < 3
(kategori keaktifan sedang dan
rendah)
Jumlah

Rata-rata keaktifan belajar Siklus I

2,84

Berdasarkan Tabel 4.9, diketahui bahwa siswa di atas kategori keaktifan
tinggi dengan skor ≥ 3 berjumlah 20 siswa persentase 65% dan di bawah < 3 atau
kategori keaktifan sedang dan rendah berjumlah 11 siswa dengan persentase 35%.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa keaktifan belajar Siklus I belum
mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan, dimana indikator keberhasilan
yang ditentukan adalah 70% siswa mencapai kategori keaktifan tinggi sedangkan

70

rata-rata perolehan skor keaktifan belajar pada Siklus I menunjukan 65%
keaktifan tinggi. Berikut ini diagram ketuntasan keaktifan belajar Siklus I:

Persentase Keaktifan Siklus I

35%

65%

Skor ≥ 3 (kategori keaktifan tinggi)

Skor < 3 (kategori keaktifan sedang dan rendah)

Gambar 4.1. Diagram Lingkaran Keaktifan Belajar Siklus I Kelas 4 SD
Negeri Lemahireng 02 Kecamatan Bawen Semester II Tahun Pelajaran
2014/2015
Berdasarkan Gambar 4.1 diketahui bahwa pada Siklus I terdapat 65%
siswa yang mendapatkan skor ≥ 3 atau keaktifan tinggi, dan ada 35% siswa
mendapat skor < 3 atau keaktifan sedang dan rendah.
b. Analisis Keaktifan Siklus II
Analisis keaktifan belajar Siklus I tersaji pada Tabel 4.10 dimana
digolongkan menjadi dua kategori yaitu yang memperoleh skor ≥ 3(kategori
keaktifan tinggi) dan yang memperoleh skor < 3(kategori keaktifan belajar sedang
dan rendah). Hasil analisis keaktifan siswa tersaji pada Tabel 4.10:

71

Tabel 4.10
Analisis Keaktifan Siklus II Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas 4 SD
Negeri Lemahireng 02 Kecamatan Bawen Semester II
Tahun Pelajaran 2014/2015
No Keaktifan Belajar

f

Persentase
(%)

1

Skor ≥ 3

27

87%

4

13%

31

100%

(kategori keaktifan tinggi)
2

Skor < 3
(kategori keaktifan sedang dan
rendah)
Jumlah

Rata-rata keaktifan belajar Siklus I

2,84

Berdasarkan Tabel 4.10, diketahui bahwa siswa di atas kategori keaktifan
tinggi dengan skor ≥ 3 berjumlah 27 siswa persentase 87% dan di bawah < 3 atau
kategori keaktifan sedang dan rendah berjumlah 4 siswa dengan persentase 13%.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa keaktifan belajar Siklus II telah
mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan, dimana indikator keberhasilan
yang ditentukan adalah 70% siswa mencapai kategori keaktifan tinggi. Rata-rata
perolehan skor keaktifan belajar pada Siklus I menunjukan bahwa 87% keaktifan
tinggi. Hasil ini diperoleh dari hasil rata-rata pertemuan pertama dan kedua.
Berikut ini diagram ketuntasan keaktifan belajar Siklus II:

72

Persentase Keaktifan Siklus II
13%

87%

Skor ≥ 3 (kategori keaktifan tinggi)

Skor < 3 (kategori keaktifan sedang dan rendah)

Gambar 4.2 Diagram Lingkaran Keaktifan Belajar Siklus II Kelas 4
SD Negeri Lemahireng 02 Kecamatan Bawen Semester II Tahun
Pelajaran 2014/2015
Berdasarkan Gambar 4.2 diketahui bahwa pada Siklus II terdapat 87%
siswa yang mendapatkan skor ≥ 3 atau keaktifan tinggi, dan ada 13% siswa
mendapat skor < 3 atau keaktifan sedang dan rendah.
4.1.6.2 Analisis Ketuntasan Hasil Belajar
Analisis ketuntasan dilakukan dengan membandingkan data mentah
dengan nilai KKM pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan model
pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match.
a. Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I
Berdasarkan hasil belajar yang telah diperoleh siswa setelah pembelajaran
siklus I ini dapat disimpulkan bahwa ketuntasan hasil belajar siswa meningkat
setelah menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Make A Match,
terbukti dari sebagian besar siswa yang tuntas KKM. Hal ini dapat dilihat pada
tabel 4.11 berikut:

73

Tabel 4.11
Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I Siswa Kelas 4
SD Negeri Lemahireng 02 Kecamatan Bawen
Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015
Ketuntasan
Frekuensi
Persentase ( % )
Tuntas
20
65
Tidak tuntas
11
35
Jumlah
32
100
Maximum
85
Minimum
50
Rata –rata
68,87
Keadaan ketuntasan pembelajaran siswa dapat disajikan dalam gambar
diagram berikut ini:

Persentase Ketuntasan Hasil Belajar
Siklus I
35%
Belum Tuntas
65%

Tuntas

Gambar 4.3 Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I Siswa Kelas 4 SD Negeri
Lemahireng 02 Kecamatan Bawen Semester II Tahun Pelajaran
2014/2015
Gambar 4.3 menunjukkan hasil analisis data siklus 1 bahwa dari 31 siswa
yang mengikuti evaluasi pembelajaran, terdapat 20 siswa (65%) mampu mencapai
KKM (70) dan 11 siswa (35%) masih berada di bawah KKM.
b. Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II
Berdasarkan ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I yang belum
mencapai target, maka dilakukan refleksi untuk memperbaiki dan merancang
pembelajaran siklus II. Pada pelaksanaan siklus II ini didapatkan hasil belajar
siswa yang meningkat dibanding dengan hasil pada siklus I. Peningkatan

74

ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II ini dapat dilihat pada tabel 4.12
berikut:
Tabel 4.12
Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II Siswa Kelas 4
SD Negeri Lemahireng 02 Kecamatan Bawen
Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015
Ketuntasan
Frekuensi
Persentase ( % )
Tuntas
31
100
Tidak tuntas
0
0
Jumlah
31
100
Maximum
95
Minimum
70
Rata –rata
80,81
Keadaan ketuntasan pembelajaran siswa dapat disajikan dalam gambar
diagram berikut ini:

Persentase Ketuntasan Hasil Belajar
Siklus II
0%

Belum Tuntas
Tuntas
100%

Gambar 4.4 Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II Siswa Kelas 4 SD Negeri
Lemahireng 02 Kecamatan Bawen Semester II Tahun Pelajaran
2014/2015
Gambar 4.4 menunjukkan ketuntasan hasil belajar sikus II mata pelajaran
IPA kelas 4 SD Negeri Lemahireng 02 Kecamatan Bawen bahwa dari 31 siswa
yang mengikuti evaluasi pembelajaran, 100 %siswa mampu mencapai KKM
(≥70) dan tidak ada siswa yang mendapat nilai di bawah KKM.

75

4.1.7 Analisis Deskriptif Komparatif
4.1.7.1 Analisis Deskriptif Komparatif Keaktifan Belajar
Berdasarkan hasil tindakan dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan
keaktifan belajar pada mata pelajaran IPA di kelas 4 SD Negeri Lemahireng 02
Kecamatan Bawen Semester II tahun ajaran 2014/2015. Perbandingan keaktifan
siswa disajikan pada Tabel 4.13
Tabel 4.13
Perbandingan Keaktifan Belajar Siswa Pada Pra Siklus, Siklus I
dan Siklus II Kelas 4 SD Negeri Lemahireng 02 Kecamatan Bawen
Semester II tahun ajaran 2014/2015
Kategori Keaktifan
Prsa Siklus
Siklus I
Siklus II
Keaktifan Rendah (≥3)
42%
0%
0%
Keaktifan Sedang (2 - 2,9)
32%
35%
13%
Keaktifan Tinggi (1 - 1,9)
26%
65%
87%
Dari Tabel 4.13 yaitu perbandingan keaktifan belajar pra Siklus, Siklus I
dan Siklus II maka dapat dilihat adanya peningkatan keaktifan belajar dalam
mengikuti pembelajaran. Keaktifan belajar pra siklus kategori tinggi 26%, pada
Siklus I mengalami peningkatan menjadi 65 % dan meningkat di Siklus II yaitu
87%. Pada keaktifan belajar kategori sedang pra siklus sebesar 32% kemudian
pada Siklus I meningkat menjadi 35% dan menurun di siklus II menjadi 13%.
Keaktifan belajar kategori rendah pra siklus sebesar 42% kemudian pada Siklus I
menurun menjadi 0% dan pada Siklus II sebesar 0%. Bila digambarkan
perbandingan keaktifan siswa dapat dilihat pada Gambar 7:

76

Persentase Perbandingan Skor Keaktifan Pra Siklus, Siklus I,
dan Siklus II

G
a
m90%
b 80%
a 70%
r

87%

65%

60%

Keaktifan Rendah (≥3)

42%

50%
30%

Keaktifan Sedang (2 - 2,9)

35%

32%
26%

40%

Keaktifan Tinggi (1 - 1,9)
13%

20%
10%
0%
Prsa Siklus

Siklus I

Siklus II

Gambar 4.5 Diagram Batang Perbandingan Keaktifan Belajar Siswa
Pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Kelas 4 SD Negeri Lemahireng
02 Kecamatan Bawen Semester II tahun ajaran 2014/2015
4.1.7.2 Analisis Deskriptif Komparatif Hasil Belajar
Berdasarkan hasil tindakan dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan
hasil belajar pada mata pelajaran IPA di kelas 4 SD Negeri Lemahireng 02
Kecamatan Bawen Semester II tahun ajaran 2014/2015. Perbandingan hasil
belajar siswa disajikan pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14
Perbandingan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Kelas 4 SD Negeri Lemahireng 02 Kecamatan Bawen
Semester II tahun ajaran 2014/2015
Prasiklus
Siklus I
Siklus II
Ketuntasan
F
%
F
%
F
%
32
65
100
Tuntas
10
20
31
Belum Tuntas

21

Jumlah
Rata -rata
Maksimum
Minimum

31

68
100
64,57
70
50

11
31

35
100
68,87
85
50

0
31

0
100
80,81
95
70

77

Dari Tabel 4.14 dapat dijelaskan bahwa tingkat ketuntasan belajar siswa dari
pra Siklus sampai ke Siklus II mengalami peningkatan. Pada pra Siklus siswa
yang tuntas belajar adalah 10 siswa (32%), pada Siklus I menjadi 20 siswa (65%)
dan pada Siklus II menjadi 31 siswa (100%). Sedangkan siswa yang belum tuntas
jumlahnya menurun. Pada saat pra siklus terdapat 21 siswa (68%) belum tuntas,
pada Siklus I masih 11 siswa (35%) yang belum tuntas dan pada Siklus II tidak
ada yang di bawah KKM. Nilai tertinggi siswa meningkat yaitu pada pra Siklus
70, siklus I meningkat menjadi 85 dan pada Siklus II nilai tertinggi yaitu 95. Nilai
terendah pra Siklus 50, Siklus I 50 dan Siklus II nilai terendah 70. Rata-rata siswa
dari pra Siklus ke Siklus II juga mengalami peningkatan dari prasiklus 64,57
menjadi 68,887 ke Siklus I dan pada Siklus II menjadi 80,81. Selanjutnya untuk
memperjelas perbandingan hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa dari
prasiklus sampai dengan Siklus II disajikan dalam Gambar 4.6:
Persentase Perbandingan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I, dan
Siklus II
100%
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

68%

65%
belum Tuntas
32%

35%

Tuntas

0%
Pra Siklus

Siklus I

Siklus 2

Gambar 4.6 Diagram Batang Perbandingan Hasil Belajar Siswa Pada
Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Kelas 4 SD Negeri Lemahireng 02
Kecamatan Bawen Semester II tahun ajaran 2014/2015
4.2

Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan paparan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap siswa kelas 4

SD Negeri Lemahireng 02 Kecamatan Bawen pada mata pelajaran IPA, maka dapat
diketahui adanya peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa dengan menggunakan
metode Make A Match. Setelah dilakukan tindakan terkait penerapan metode Make A
Match keaktifan belajar terlihat ada peningkatan. Pada pra Siklus sampai dengan Siklus II

78

keaktifan belajar mengalami peningkatan dilihat dari persentase keaktifan siswa
kategori tinggi. Pada pra Siklus keaktifan siswa kategori tinggi mencapai 26%
siswa kategori keaktifan sedang persentase 32% dan siswa dengan keaktifan
rendah persentase 42%. Keaktifan siswa kategori tinggi pra Siklus adalah 26%
kemudian mengalami peningkatan ke Siklus I menjadi 65%. Pada keaktifan siswa
kategori sedang pra Siklus sebesar 32% kemudian di Siklus I menjadi 35%.
Keaktifan siswa kategori rendah pra siklus sebesar 42% kemudian pada Sklus I
menurun menjadi 0%. Pada Siklus I keaktifan siswa kategori tinggi adalah 65%
lebih rendah dari indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu 70% siswa kategori
keaktifan tinggi. Jadi pada Siklus I keaktifan belajar belum mencapai indikator
keberhasilan yang ditentukan, berdasarkan hasil refleksi pada saat pembelajaran
Siklus I hal ini dapat disebabkan karena karakter anak yang suka ramai menajadi
kendala dalam melakukan permaian karena tidak mendengarkan arahan dari guru,
siswa belum terbiasa dengan pembelajaran ini sehingga membutuhkan waktu
yang lama saat melaksanakan permainan mencari paangan, siswa kurang sportif
dalam melaksanakan permainan. Kurangnya respon dari siswa, terlihat pada saat
pembelajaran guru belum sepenuhnya memberikan kesempatan kepada siswa
yang berhasil menemukan pasangan kartu yang cocok untuk mempresentasikan di
depan kelas.
Pembelajaran Siklus I belum mencapai indikator keberhasilan sehingga
diberikan tindakan pada Siklus II yang menunjukkan hasil peningkatan keaktifan
belajar kategori tinggi dari Siklus I sebesar 65% meningkat ke Siklus II menjadi
87% Pada keaktifan siswa kategori sedang Siklus I sebesar 26,3% menurun di
Siklus II menjadi 24,4%. Keaktifan siswa kategori rendah pada Siklus I sebesar
35% menurun pada Siklus II menjadi 13%. Pada Siklus II keaktifan siswa
kategori tinggi adalah 87,6% lebih tinggi dari indikator keberhasilan yang
ditentukan yaitu 70% siswa kategori keaktifan tinggi. Jadi pada Siklus II keaktifan
belajar telah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan yang berarti
melalui penerapan metode Make A Match dapat meningkatkan keaktifan belajar.
Pada Siklus II keaktifan belajar telah mencapai indikator keberhasilan
yang ditentukan, artinya melalui penerapan metode Make A Match dapat

79

meningkatkan keaktifan belajar dengan dicapainya 87% keaktifan siswa kategori
tinggi. Hal tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Menurut E.
Mulyasa (2002:32), pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila
seluruhnya atau setidaknya sebagian peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik
maupun sosial dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan analisis data hasil belajar terhadap siswa kelas 4 SD Negeri
Lemahireng 02 Kecamatan Bawen pada mata pelajaran IPA, dapat diketahui juga
adanya peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan Make A Match.
Peningkatan hasil belajar siswa dilihat dari hasil nilai Siklus I dan Siklus II. Pada
pra Siklus diketahui siswa yang mendapat nilai di atas Kategori Ketuntasan
Minimal (KKM 70) atau dikatakan tuntas adalah 10 siswa (32%) kemudian
meningkat pada siklus I menjadi 20 siswa (65%) dan meningkat lagi pada siklus II
menjadi 31 siswa (100%). Pada pra siklus diketahui siswa yang mendapat nilai di
bawah Kategori Ketuntasan Minimal (KKM 70) atau dikatakan tidak tuntas
adalah 21 siswa (68%) kemudian menurun pada Siklus I menjadi 11 siswa (35%).
Pada Siklus I siswa tuntas belajar adalah 20 siswa (65%) lebih rendah dari
indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu 80% siswa tuntas belajar. Jadi pada
Siklus I hasil belajar siswa belum mencapai indikator keberhasilan yang
ditentukan, berdasarkan hasil refleksi pada saat pembelajaran Siklus I hal ini dapat
disebabkan karena guru belum mengelola waktu pembelajaran dengan baik
terutama pada kegiatan mencari pasangan. Pada Siklus I saat mencari pasangan
kartu, siswa masih merasa kebingungan untuk menemukan pasangan kartunya.
Pembelajaran Siklus I belum mencapai indikator keberhasilan sehingga
diberikan tindakan pada Siklus II yang menunjukkan peningkatan hasil belajar
pada Siklus I siswa yang mendapat nilai di atas Kategori Ketuntasan Minimal
(KKM 70) atau dikatakan tuntas adalah 20 siswa (65%) kemudian meningkat
pada Siklus II menjadi 31 siswa (100). Pada siklus I diketahui siswa yang
mendapat nilai di bawah Kategori Ketuntasan Minimal (KKM 70) atau dikatakan
tidak tuntas adalah 11 siswa (35%) kemudian menurun pada Siklus II yaitu tidak
ada siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM. Pada Siklus II siswa tuntas
belajar adalah 31 siswa (100%) lebih tinggi dari indikator keberhasilan yang

80

ditentukan yaitu 80% siswa tuntas belajar. Jadi pada Siklus II hasil belajar siswa
telah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan yang berarti melalui
penerapan metode Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24