Penerapan EYD dan pada Skripsi

Penerapan EYD 1 pada Skripsi
Mahasiswa FEB UIN Jakarta
MAKALAH BAHASA INDONESIA

Disusun oleh :

Heni Purnama Sari
[11140850000017]

Dosen Pembimbing :
Ahmad Bachtiar, M. Hum.

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2015

1

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb.


Puji dan syukur kepada Allah Swt. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah Saw. Berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis diberikan kesempatan dan kesehatan untuk menyelesaikan
tugas makalah ini dengan baik. Makalah ini berjudul “Penerapan EYD 1
(Penulisan Huruf, Pemakaian Huruf dan Penulisan kata) pada Skripsi
Mahasiswa FEB UIN Jakarta “. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Bahasa Indonesia.
Makalah ini berisi tentang penggunaan ejaan yang disempurnakan dalam
skripsi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Ejaan yang disempurnakan
sangat berperan dalam membentuk tata bahasa yang baik dalam bahasa indonesia
sehingga akan diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan.
Pemakalah mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ahmad Bachtiar,
M.Hum. yang telah membimbing kami dalam penyelesaian makalah ini. Penulis
menyadari sepenuhnya, dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari tantangan
dan hambatan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna penyempurnaan makalah ini. Terima kasih.
Wasalamu’alaikum wr.wb.

Jakarta, maret 2015


Penyusun
Heni Purnama Sari

2

DAFTAR ISI

Halaman Judul

1

Kata Pengantar

2

Daftar Isi

3


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

4

B. Rumusan Masalah

4

C. Tujuan

5

D. Manfaat

5

BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian EYD


6

B. Pemakaian Huruf

7

C. Penulisan Huruf

9

D. Penulisan Kata

12

BAB III PEMBAHASAN
A. Kesalahan penulisan Ejaan yang Disempurnakan

20

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

24

B. Saran

24

DAFTAR PUSTAKA

25

3

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) pada dasarnya
merupakan ejaan bahasa Indonesia hasil dari penyempurnaan terakhir atas ejaanejaan yang pernah berlaku di Indonesia. EYD yang resmi mulai diberlakukan pada
tanggal 16 Agustus 1972 ini memang upaya penyempurnaan ejaan yang sudah

dipakai selama dua puluh lima tahun sebelumnya dikenal dengan ejaan Ch. A.
Van Ophuysen, ejaan Republik (ejaan Soewandi) dan ejaan Malindo.
Adapun yang disempurnakan itu bukan bahasa Indonesianya, melainkan
ejannya yakni sebagai tata bahasa yang disempurnakan. Dalam penulisan karya
ilmiah perlu adanya aturan tata bahasa yang menyempurnakan sebuah karya tulis.
Karena dalam sebuah karya tulis memerlukan tingkat kesempurnaan yang
mendetail. Singkatnya EYD digunakan untuk membuat tulisan dengan cara yang
baik dan benar.
Selama ini belum semua orang mematuhi kaidah yang tercantum dalam EYD,
baik karena belum tahu, enggan mematuhi atau karena ada pedoman yang mereka
pegang selama ini yang mereka anggap pedoman itu sudah tepat. Tindakan seperti
ini jelas dapat mengacaukan perkembangan bahasa Indonesia. Padahal dengan
diberlakukannya EYD, seharusnya setiap warga negara Indonesia, termasuk
warga pengadilan sebagai pemakai bahasa Indonesia wajib mengikuti dan
mematuhi kaidah-kaidah yang tercantum di dalamnya. Berdasarkan kenyataan
inilah penulis tertarik untuk membahas ejaan yang disempurnakan dengan segala
permasalahannya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan EYD ?

2. Bagaimana pemakaian huruf yang benar sesuai dengan pedoman EYD?
4

3. Bagaimana penulisan huruf yang benar sesuai dengan pedoman EYD?
4. Bagaimana penulisan kata yang benar sesuai dengan pedoman EYD?

C. TUJUAN
1. Mendeskripsikan pengertian ejaan yang disempurnakan (EYD).
2. Mendeskripsikan pemakaian huruf yang benar sesuai dengan pedoman EYD.
3. Mendeskripsikan penulisan huruf yang benar sesuai dengan pedoman EYD.
4. Mendeskripsikan penulisan kata yang benar sesuai dengan pedoman EYD.

5. MANFAAT
1. Dapat menulis karya ilmiah Ejaan tanda baca yang benar.
2. Dapat menggunakan kalimat dan tanda baca yang sesuai dengan konteks
kalimat yang ada.
3. Dapat memahami penggunaan tanda baca untuk menulis sebuah karya ilmiah
yang baik dan benar

5


BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian EYD
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah tata bahasa dalam Bahasa
Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari
pemakaian dan penulisan huruf capital dan huruf miring, serta penulisan unsur
serapan. Ejaan Bahasa Indonesia berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini
menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi.
Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama telah ditandatangani oleh
Menteri Pelajaran Malaysia pada masa itu, Tun Hussien Onn dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama
tersebut mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah disepakati
oleh para ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang
Disempurnakan.
Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden No. 57, Tahun
1972, berlakulah sistem ejaan Latin (Rumi dalam istilah bahasa Melayu Malaysia)
bagi bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Di Malaysia ejaan baru bersama ini
dirujuk sebagai (ERB).

Selanjutnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebar luaskan buku
panduan pemakaian berjudul "Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan".
Pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, menerbitkan buku "Pedoman Umum 9
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dengan penjelasan kaidah
penggunaan yang lebih luas.
Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya
No. 0196/1975 memberlakukan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah".

6

B. Pemakaian Huruf
a. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas 26 huruf
A-Z
Huruf
Abjad
Aa


Dibaca

Huruf

a

Abjad
Jj

Bb

be

Cc

Dibaca

Huruf


Dibaca

je

Abjad
Ss

Kk

ka

Tt

te

ce

Ll

el

Uu

u

Dd

de

em

Vv

ve

Ee

e

Mm
Nn

en

Ww

we

Ff

ef

Oo

o

Xx

eks

Gg

ge

Pp

pe

Yy

ye

Hh

ha

Qq

ki

Zz

zet

i

Rr

er

Ii

es

b. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas
huruf a, i, u, e, o.
Huruf

Contoh pemakaian dalam kata

Vokal

Di Awal

Di Tengan

Di Akhir

A

api

padi

lusa

e*

enak

petak

sore

emas

kena

tipe

i

itu

simpan

murni

o

oleh

kota

radio

u

ulang

bumi

wahyu

7

c. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia adalah
huruf yang selain huruf vokal yang terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h,
j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
Huruf

Contoh pemakaian dalam kata

Konsonan

Di Awal

Di Tengan

Di Akhir

B

bahasa

sebut

Adab

c

cakap

kaca

-

d

dua

ada

abad

f

fakir

kafir

maaf

g

guna

tiga

balig

h

hari

saham

tuah

j

jalan

manja

mikraj

k

kami

paksa

sesak

-

rakyat*

bapak*

l

lekas

alas

kesal

m

maka

kami

diam

n

nama

anak

daun

p

pasang

apa

siap

Quran

furqan

-

r

raih

bara

putar

s

sampai

asli

lemas

t

tali

mata

rapat

v

varia

lava

-

w

wanita

hawa

-

xenon

-

-

y

yakin

payung

-

z

zeni

lazim

Juz

q**

x**

8

d. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai,
au, & oi.
Huruf
Diftong

ai

au

Oi

Di awal

ain

aula

-

Di tengah

syaitan

saudara

Boikot

Di akhir

pandai

harimau

Amboi

e. Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang
melambangkan konsonan, yaitu : kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing
melambangkan satu bunyi konsonan. Contoh pemakaian dalam kata
Gabungan

Huruf

kh

ng

ny

sy

Di awal

Khusus

Ngili

Nyata

Syarat

Di tengah

Akhir

Bangun

Hanyut

Isyarat

Di akhir

Tarikh

Senang

-

arasy

Konsonan

C. Penulisan Huruf
a. Penulisan Huruf besar (Kapital)
Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
terdapat lima belas kaidah penulisan huruf kapital. Berikut ini disajikan
beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Contoh:
Dia mengantuk, Apa maksudnya?, Kita harus bekerja keras.

9

b) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam menuliskan ungkapan
yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan nama
Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Contoh:
Allah Swt, Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih,
Al Qur’an, Weda, Islam, Kristen
Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hambanya-Nya.
c) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Contoh:
Sultan Hasanuddin, Mahaputra Yamin, Imam Hambali
Akan tetapi, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar
kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Contoh:
ayahnya menunaikan, ibadah haji, sebagai seorang sultan
d) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat
yang diikuti nama orang , nama instansi, atau nama tempat.
Contoh:
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Gubernur Syahrul Yasin Limpo
Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama jabatan dan pangkat
yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.
Contoh:
Sebagai seorang gubernur yang baru dilantik itu?
Jendral Ahmad dilantik menjadi mayor jendral
e) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan
bahasa.
Contoh:
bangsa Indonesia, suku Jawa, bahasa Mandar

10

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku,
dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk kata turunan. Misalnya:
mengindonesiakan kata-kata asing, keinggris-inggrisan
f) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari
raya, dan peristiwa sejarah.
Contoh:
tahun Hijriah, tarikh Masehi, bulan Agustus, bulan Maulid, hari
Jumat, hari Galungan, hari Lebaran.
g) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam geografi.
Contoh:
Asia Tenggara, Banyuwangi, Bukit Barisan, Cirebon, Danau Toba,
Daratan Tinggi Dieng, Gunung Semeru, Jalan Diponegoro.
Akan tetapi, perhatikan penulisan berikut:
Ia berlayar sampai ke teluk, Jangan mandi di danau yang kotor,
Mereka menyeberangi selat yang dangkal.
h) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama resmi badan, lembaga
pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi.
Contoh:
Departemen Pendidikan Nasional, Dewan Perwakilan Rakyat
Perhatikan penulisan berikut:
Dia menjadi pegawai di salah satu departemen.
Menurut undang-undang, perbuatan itu dapat.
i) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penghubung
kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang
dipakai sebagai kata ganti atau sapaan.
Contoh:
“Kapan Bapak berangkat?” tanya Harto, Apakah itu, Bu?, Surat
Saudara sudah saya terima, Saya akan disuntik, Dok?
Perhatikan penulisan berikut:
Kami sedang menunggu Bu Guru.
Rumah Pak Guru terlekat di tengah-tengah kota.

11

j) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Contoh:
Tahukah Anda bahwa gaji pegawai negeri dinaikkan?
Apakah kegemaran Anda?
b. Huruf Miring
Huruf miring dalam cetakan, yang dalam tulisan tangan atau ketikan
dinyatakan dengan tanda garis bawah, dinyatakan untuk:
a) menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam
tulisan.
Contoh:
Buku Jurnalistik Indonesia, Majalah Sunda Mangle, Surat Kabar
Bandung Pos.
b) menegaskan atau mengkhususkan huruf bagian kata, kata, atau
kelompok kata.
Contoh:
Huruf pertama kata abad adalah a, Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
c) menuliskan kata ilmiah dan ungkapan asing kecuali yang telah
disesuaikan ejaannya.
Contoh:
royal-purple amethyst, crysacola, turqoisa, rhizopoda, lactobacillus,
dsb.
D. Penulisan Kata
Penulisan kata yang masih perlu diperhatikan sebagai berikut:
a. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.

12

Contoh:
Ibu percaya bahwa engkau bisa
Kantor pajak penuh sesak
Buku itu sangat tebal
b. Kata Turunan
a) Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata
dasarnya.
Contoh:
Dikelola, Penetapan, Menengok, Mempermainkan
b) Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis
serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Contoh:
Bertepuk tangan, Garis bawahi, Sebar luaskan
c) Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan
akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Contoh:
Menggarisbawahi,

Menyebarluaskan,

Dilipatgandakan,

Penghancurleburan
d) Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
gabungan kata itu ditulis serangkai.
Contoh:
antarkota, antarsiswa, antipornografi, antikekerasan, anti-Amerika,
audiovisual, demoralisasi, dwiwarna, dwibahasa, ekasila.
c. Bentuk Kata Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung (-).
Contoh:
Anak-anak, buku-buku, Hati-hati, huru-hara, Biri-biri, lauk-pauk.
d. Gabungan Kata
a) Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah
khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Contoh:

13

Duta besar, mata pelajaran, Orang tua, Kambing hitam
Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan
kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk
menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
Contoh:
Ibu-bapak kami, anak-istri saya
b) Gabungan kata berikut ditulis serangkai
Contoh:
Acapkali, manakala, Olahraga, bagaimana, Padahal, barangkali,
Beasiswa, peribahasa
e. Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya,
sedangkan kata -ku, -mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Contoh:
Apa yang kumiliki boleh kauambil.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
f. Kata depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya
kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu
kata seperti kepada dan daripada.
Contoh:
Kain itu terletak di dalam lemari.
Mereka ada di rumah.
Mari kita berangkat ke pasar.
Catatan: kata-kata yang dicetak miring dibawah ini ditulis serangkai.
Contoh:
Si Amin lebih tua daripada Si Ahmad.
Ia masuk, lalu keluar lagi.
Bawa kemari gambar itu.

14

g. Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh:
Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.
h. Partikel
a. Partikel –lah dan –kah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Contoh:
Bacalah buku itu baik-baik, Makassar adalah tempat yang indah.
b. Partikel pun ditulis terpisah dari kata dari kata yang mendahuluinya.
Contoh:
Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.
Jika ibu pergi, adik pun ingin pergi.
Catatan: kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya adapun,
andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kendatipun, maupun,
meskipun, seklipun, sungguhpun, dan walaupun ditulis serangkai.
Contoh:
Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.
Bagaimanapun juga akan dicobanya menyelesaikan tugas itu.
c. Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari
bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
Contoh:
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
Harga kain itu Rp 2.000.00 per helai.
i. Singkatan dan Akronim
a. Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf
atau lebih.
1) Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat,
atau pangkat diikuti dengan tanda titik.

15

Contoh:
M.B.A.

master of business administration

M.Sc.

master of science

Bpk.

bapak

2) Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan,
badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas
huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan
tanda titik.
Contoh:
PGRI

Persatuan Guru Rakyat Indonesia

GBHN

Garis-Garis Besar Haluan Negara

KTP

Kartu Tanda Penduduk

3) Singkatan umum yang terdiri atas tiga kata atau lebih diikuti satu
tanda titik.
Contoh:
dll.

Dan lain-lain

dsb.

Dan sebagainya

hlm.

Halaman

Yth.

Yang terhormat

4) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan
mata uang tidak diikuti tanda titik.
Contoh:
TNT

trinitrotoluen

kVA

kilovolt-ampere

kg

kilogram

b. Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan
suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang
diperlakukan sebagai kata.
1) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata
ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Contoh:

16

ABRI

Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

LAN

Lembaga Administrasi Negara

SIM

Surat Izin Mengemudi

2) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf
kapital
Contoh:
Akabri

Akademi Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia

Bappenas

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Kowani

Kongres Wanita Indonesia

3) Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku
kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata
seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Contoh:
pemilu

pemilihan umum

rapim

rapat pimpinan

rudal

peluru kendali

j. Angka dan Lambang Bilangan
a. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di
dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Contoh :
Angka Arab

: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9

Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX
b. Angka digunakan untuk menyatakan (1) ukuran panjang, berat, luas,
dan isi, (2) satuan waktu, (3) nilai uang, dan (4) kuantitas.
Contoh:
0,5 sentimeter, 1 jam 20 menit, 5 kilogram

, pukul 15.00,

10 liter.
c. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah,
apartemen, atau kamar pada alamat.

17

Contoh:
Jalan Sultan Alauddin II No.3, Hotel Indonesia, Kamar 23
d. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab
suci.
Contoh:
Bab I, Pasal 2, halaman 23, Surah Yasin: 9
e. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut:
Contoh:
1) Bilangan utuh
Contoh:
Dua belas

12

Dua puluh dua

22

2) Bilangan pecahan
Contoh:
Setengah

½

Tiga perempat

¾

Satu persen

1%

f. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang
berikut.
Contoh:
Paku Buwono X, Paku Buwono ke-10, Paku Buwono kesepuluh
g. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara
berikut (lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E,
Ayat 5).
Contoh:
Tahun ’50-an

atau

tahun lima puluhan

Uang 5000-an

atau

uang lima ribuan

h. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata
ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai
secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.
Contoh:

18

Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.
i. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu,
susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan
dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Contoh:
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.
j. Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja
sebagian supaya lebih mudah dibaca.
Contoh:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang.
k. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam
teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Contoh:
Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
l. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya
harus tepat.
Contoh:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp 999,75 (sembilan
ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus
rupiah).

19

BAB III
PEMBAHASAN
1. KESALAHAN PENULISAN
Penulis percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan izin dan
ketetapan Allah SWT.1
PEMBAHASAN KESALAHAN
Swt adalah ungkapan penulisan huruf kapital yang berhubungan dengan
nama Tuhan, jadi penulisan huruf kapital hanya di awal saja.
PERBAIKAN
Penulis percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan izin dan
ketetapan Allah Swt.
2. KESALAHAN PENULISAN
Sehingga dapat berguna kelak dihari kemudian.2
PEMBAHASAN KESALAHAN
Dihari adalah kata depan atau preposisi di yang ditulis terpisah dengan
kata yang mengikutinya, seharusnya di hari.
PERBAIKAN
Sehingga dapat berguna kelak di hari kemudian.
3. KESALAHAN PENULISAN
Keistimewaan dan kekhusuan, serta potensi keanekaragaman.3
PEMBAHASAN KESALAHAN
Kekhusuan adalah gabungan huruf konsonan yang terletak di tengah sy
1

Ratna Dewi, Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan penerimaan pendapatan asli daerah

(PAD) terhadap belanja daerah di provinsi Banten. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2011 hlm. V
2

Ibid, hlm. VI

3

Ibid, hlm. 2

20

PERBAIKAN
Keistimewaan dan kekhusyuan, serta potensi keanekaragaman.
4. KESALAHAN PENULISAN
Menurut prakarsa sendiri berdasar aspirasi masyarakat.4
PEMBAHASAN KESALAHAN
Seharusnya kata berdasar ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya
dengan menambahkan imbuhan –an dibelakangnya karena merupakan
imbuhan gabungan.
PERBAIKAN
Menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.
5. KESALAHAN PENULISAN
Merupakan hibah yang diberikan pemerintah pusat.5
PEMBAHASAN KESALAHAN
Penulisan kata hibah seharusnya miring, karena merupakan ungkapan
asing.
PERBAIKAN
Merupakan hibah yang diberikan pemerintah pusat.
6. KESALAHAN PENULISAN
Perencanaan oprasional anggaran dan alokasi sumberdaya6
PEMBAHASAN KESALAHAN
Pada kata sumberdaya bukan merupakan jenis imbuhan, jadi tidak
seharusnya di gabung untuk penulisannya.
PERBAIKAN
Perencanaan oprasional anggaran dan alokasi sumber daya.

4

Ibid, hlm.3

5

Ibid, hlm.5

6

Ibid.

21

7. KESALAHAN PENULISAN
Rata-rata pertumbuhan per tahunnya7
PEMBAHASAN KESALAHAN
Per tahunnya merupakan imbuhan gabungan, seharusnya penulisannya
disambung.
PERBAIKAN
Rata-rata pertumbuhan pertahunnya.
8. KESALAHAN PENULISAN
Menurut Prakoso (2004: 106) “pungutan pajak dan retribusi daerah yang
berlebihan

dalam

jangka

penjang

dapat

menurunkan

kegiatan

perekonomian”.8
PEMBAHASAN KESALAHAN
“pungutan...” seharusnya menggunakan huruf kapital sebagai huruf
pertama petikan lagsung.
PERBAIKAN
Menurut Prakoso (2004: 106) “Pungutan pajak dan retribusi daerah yang
berlebihan

dalam

jangka

penjang

dapat

menurunkan

kegiatan

perekonomian”.
9. KESALAHAN PENULISAN
Kecenderungan terjadinya Flypaper Effect sendiri sebenarnya juga ada.9
PEMBAHASAN KESALAHAN
Penulisan Flypaper Effect seharusnya miring, karena merupakan ungkapan
asing.
PERBAIKAN
Kecenderungan terjadinya Flypaper Effect sendiri sebenarnya juga ada.
7

Ibid, hlm.6

8

Ibid, hlm.13

9

Ibid, hlm. 21

22

10. KESALAHAN PENULISAN
Menurut maimunah (2006:41) “Efek dari non-matching grants lebih
besar dari metching grants dan efek ini tergantung peda penurunan relatif
atas non matching grants untuk beberapa periode”.10
PEMBAHASAN KESALAHAN
Huruf awal Nama orang seharusnya Kapital.
PERBAIKAN
Menurut Maimunah (2006:41) “Efek dari non-matching grants lebih besar
dari metching grants dan efek ini tergantung peda penurunan relatif atas
non matching grants untuk beberapa periode”.

10

Ibid, hlm.22

23

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan dengan tepat merupakan kunci
utama pengarang dalam menulis gagasan atau ungkapan. Penguasaan dalam
pengolahan kata juga merupakan kunci utama dalam menghasilkan tulisan yang
indah dan benar, dapat dibaca serta ide yang ingin disampaikan penulis dapat
dipahami dengan baik.
Jika sehingga penggunaan Ejaan yang Disempurnakan dengan tepat, itu akan
membantu

seseorang

mengungkapkan

dengan

tepat

apa

yang

ingin

disampaikannya baik secara lisan maupun tulisan.
Penulis yang menggunakan Ejaan yang Disempurnakan dengan tepat
bertujuan agar pembaca mampu memahami maksud penulisan penulis.

B. Saran
Penulis menyarankan kepada semua pembaca untuk mempelajari kembali
materi Ejaan yang Disempurnakan, karena dengan mempelajari Ejaan yang
Disempurnakan diharapkan mahasiswa dan mahasiswi memiliki ketetapan dalam
menyampaikan dan menyusun suatu gagasan agar yang disampaikan mudah
dipahami dengan baik serta dengan mempelajari Ejaan yang Disempurnakan
diharapkan mahasiswa dan mahasiswi memiliki ketetapan dalam menyampaikan
suatu gagasan agar yang disampaikan mudah dipahami dengan baik.

24

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Ratna. “Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan penerimaan pendapatan
asli daerah (PAD) terhadap belanja daerah di provinsi Banten” Skripsi S1 Jurusan
Ilmu Studi Ekonomi dan Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Jakarta.2011
Mendikbud. Pedoman Ejaan yang Disempurnakan. Yogyakarta : pustaka
Widyatama, 2006
http://www.academia.edu/9607279/
Makalah_Ejaan_Bahasa_Indonesia_yang_Disempurnakan
http://www.academia.edu/9607279/
Makalah_Ejaan_Bahasa_Indonesia_yang_Disempurnakan

25

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24