BBM Naik Tak Masalah. docx
BBM Naik Tak Masalah
Akhir-akhir ini hampir di setiap tempat, bapak-bapak, ibu-ibu, pejabat, pedagang, dan
hampir seluruh elemen masyarakat membicarakan masalah penghapusan subsidi BBM (Bahan
Bakar Minyak) oleh Pemerintah. Kebijakan pemerintah yang dipimpin oleh Presiden terpilih
Jokowi ini menimbulkan pro dan kontra di setiap elemen. Bahkan di kalangan mahasiswa yang
seharusnya bisa menjadi penengah pun masih terjadi perdebatan. Hal ini memang wajar
mengingat kepentingan dan pandangan setiap orang berbeda-beda, dan setiap pandangan tersebut
jelas memiliki alasan masing-masing. Saya adalah salah satu mahasiswa yang pro terhadap
kebijakan pemerintah kali ini, walaupun saya bukanlah pendukung Jokowi dalam pilpres
kemarin. Karena menurut saya kebijakan pemerintah tidak seharusnya kita lihat dari siapa yang
memimpin, namun tujuan besar apa yang ingin dicapai dari kebijakan tersebut. Dan menurut
saya siapapun yang jadi Presiden, inilah kebijakan yang akan diambil pada akhirnya.
Berdasarkan hasil jajak pendapat Kompas pekan lalu, yang secara khusus menggali opini publik
tentang kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM, hampir dua pertiga responden (61,7 %)
setuju dengan keputusan Pemerintah menaikkan harga BBM. Adapun 36,7 % responden
menyatakan tidak setuju. Jika kita kaitkan dengan hasil pemilu 2014, hanya 39,5 persen
responden pemilih Prabowo yang menerima kebijakan kenaikan harga BBM. Jadi, hampir dua
pertiga responden pemilih Prabowo menolak. Namun hampir semua pemilih Jokowi-JK dan dua
pertiga pemilih Prabowo-Hatta tersebut menyatakan tetap memercayai pemerintahan Jokowi-JK
meski harga BBM dinaikkan. Sedangkan sebesar 30,2 % pemilih Prabowo kehilangan
kepercayaan kepada pemerintah pasca kenaikan harga BBM.
Dan kali ini melalui tulisan “BBM Naik Tak Masalah” ini saya akan memaparkan alasanalasan yang logis terkait dukungan saya terhadap kebijakan ini. Seperti yang kita tahu bahwa
Presiden Jokowi menetapkan harga BBM premium dari harga semula RP. 6.500 menjadi RP.
8.500, dan solar dari harga semula RP. 5.500 menjadi RP. 7.500. Hal ini wajar mengingat
anggaran Negara kita tidak ada untuk pembangunan infrastruktur, penddikan, dan kesehatan..
Anggaran ini tidak ada karena banyak digunakan untuk subsidi BBM. Dan oleh karena itulah
pemerintah mengalihkannya ke sektor yang lebih produktif, seperti yang telah saya sebutkan di
atas ditambah dengan sektor kelautan dan pertanian yang merupakan sumber pencaharian pokok
rata-rata masyarakat kecil di Indonesia. Dan penghapusan subsidi ini sudah melalui pembahasan
yang sangat panjang dan mendalam. Bahkan untuk mengurangi beban rakyat yang kurang
mampu pemerintah telah menyiapkan tiga kartu super, yaitu: Kartu Keluarga Sejahtera (KKS),
Kartu Indonesia Sehat (KIS), dan Kartu Indonesia Pintar (KIP). Kebijakan ini tentu lebih baik
daripada tetap membiarkan adanya subsidi BBM, di mana yang menikmatinya justru kebanyakan
masyarakat menengah ke atas yang memiliki mobil. Dan jika kebijakan yang tidak tepat sasaran
ini terus dibiarkan mungkin mutu pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur Indonesia tidak akan
mengalami kemajuan. Dan menurut saya pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur-infrastruktur
ini lebih dibutuhkan bangsa Indonesia sekarang (mengingat status sebagai Negara berkembang)
dibandingkan subsidi Bahan Bakar Minyak. Dan dengan dihapuskannya subsidi BBM ini dapat
menambah ruang fiskal Rp 110 triliun sampai dengan Rp 150 triliun untuk pemerintah tahun
2015. Dan anggaran inilah yang akan digunakan untuk mewujudkan tujuan pemerintah JokowiKalla.
Pengamat ekonomi dari Universitas Atmajaya, A. Prasetyantoko mengungkapkan ada dua
alasan penting yang menjadikan Jokowi harus menaikkan harga BBM.
"Pertama, pemerintah itu volume subsidi BBM hanya dibatasi 46 juta kiloliter (kl) di tahun ini,
kalau tidak dinaikkan itu pasti akan jebol, dan pemerintah melanggar Undang-undang (UU)
APBN," kata Prasetyantoko di Kafe Pisa, Jakarta, Sabtu (1/11/2014).
Meski kenaikan BBM bersubsidi sudah dilakukan, langkah itu belum tentu mampu mengurangi
tingkat konsumsi BBM di masyarakat. Untuk itu, PT Pertamina (Persero) harus melakukan
langkah-langkah pengaturan distribusi hingga volume subsidi tersebut cukup hingga akhir tahun.
Sementara menurut Prasetyantoko hal kedua yang menyebabkan pemerintah harus menaikkan
harga BBM bersubsidi adalah demi membangun kemandirian bangsa.
"Persoalannya bagaimana kita tidak lagi bergantung kepada sumber energi fosil, suatu saat akan
habis, jadi beralih ke energi alternatif, gas misalnya. Jadi ini yang harus juga dipersiapkan
pemerintah," jelas dia.
"Ini konsekuensi, tidak ada yang pengen juga harga BBM naik sebenarnya. Tapi di sisi lain
positifnya adalah ini sangat bagus untuk ekonomi kita jangka panjang," pungkasnya.
Dengan dihapuskannya subsidi BBM ini juga bisa mengurangi kemacetan, terutama kotakota besar. Saya sebagai perantau di Kota Pelajar (Yogyakarta) sangat merasakan betapa
pesatnya pertumbuhan angka kemacetan di kota ini. Kota Yogyakarta yang dikenal sebagai kota
berhati nyaman ini pun lama kelamaan semakin padat dan hampir setiap hari terjadi kemacetan.
Dan puncak dari kemacetan tersebut adalah di malam minggu, di mana setiap pasangan kekasih
keluar menikmati indahnya malam menggunakan mobil maupun sepeda motor. Bukan hanya
sepasang kekasih, pelajar yang tidak mempunyai kegiatan pun sering keliling kota untuk mengisi
kekosongan. Dan kini dengan di hapuskannya subsidi BBM setidaknya bisa membuat mereka
berpikir dua kali untuk menghambur-hamburkan bensin. Dan bahkan penghapusan subsidi ini
bisa membuat mereka lebih aktif untuk belajar dan mengisi hari-hari dengan kegiatan positif
daripada menghambur-hamburkan BBM. Kebijakan pemerintah ini juga mengurangi
penyelundupan, baik di sector-sektor industri atau pertambangan, maupun penyelundupan ke luar
negeri.
Banyak masyarakat yang mengatakan bahwa harga minyak dunia turun, namun
meengapa justru pemerintah menaikkan harga BBM? Dalam menjawab kasus ini saya mengutip
pembicaraan JK yang dilansir di Liputan6.com, Jakarta.
"Kita tahu semua juga bahwa harga minyak sudah turun dalam beberapa angka. Tapi, rupiahnya
yang lemah, jadi kita hitung 2.000 itu juga yang bisa dibeli oleh masyarakat," kata JK usai
membuka acara OJK bertajuk Risk and Governance 2014, di Hotel Dharmawangsa, Jakarta,
Selasa (18/11/2014). Sebelumnya, muncul wacana pemerintah akan menaikkan BBM sebesar Rp
3.000 per liter. Namun, mendekati waktu pengumuman, harga minyak dunia menurun. Itu
sebabnya akhirnya, pemerintah menetapkan kenaikan hanya sebesar Rp 2.000 per liter. JK
menambahkan telah mengambil risiko atas kenaikan harga BBM ini demi manfaat yang lebih
baik bagi masyarakat. Terkait dengan kenaikan inflasi yang diperkirakan mencapai 2 persen, JK
mengatakan lebih baik defisit, tapi APBN akan aman. Memang tidak ada kebijakan yang tidak
beresiko. Terkadang unuk mencapai tujuan yang lebih besar kita harus mngorbankan hal yang
besar pula. Dan seharusnya rakyat tidak lagi memikirkan perekonomiannya masing-masing,
namun harus memikirkan perekonomian Negara. Karena jika ekonomi Negara kita maju, maka
yang merasakan dampaknya juga adalah seluruh rakyat Indonesia.
Sebenarnya banyak cara yang perlu dilakukan oleh masyarakat untuk mengurangi
dampak kenaikan BBM terhadap kebutuhannya, msalnya seperti mengurangi konsumsi listrik,
BBM, air, dan pulsa telepon. Dan strategi itu lebih bermanfaat dibandingkan terus mengeluh dan
tidak berusaha untuk meminimalisir dampak kenaikan BBM tersebut. Kita seharusnya harus
memprioritaskan kepentingan Negara di atas kepentingan pribadi. Seharusnya, sekarang kita
tidak lagi mempersoalkan masalah pro atau kontra terhadap kenaikan BBM/ pencabutan subsidi
BBM ini. Tapi yang harus kita lakukan sekarang adalah bagaimana mengawasi agar tujuan yang
ingin diwujudkan oleh pemerintah dengan menaikkan harga BBM ini benar-benar terealisasikan.
Dan semoga kebijakan penghapusan subsidi BBM ini menjadi awal dari kebijakan-kebijakan
pemerintah yang lebih baik untuk ke depannya agar Indonesia bisa makmur dan sejahtera.
Daftar Pustaka
Alvin, S. (2014, November 18). Liputan6. Retrieved from Liputan6 Site:
http://bisnis.liputan6.com/read/2135638/wapres-rupiah-penyebab-bbm-naik-meski-hargaminyak-turun
Erianto, D. (2014, November 26). Kompas.com. Retrieved from Kompas.com site:
http://nasional.kompas.com/read/2014/11/24/14000081/Kepercayaan.Publik.kepada.JokowiJK.Masih.Terjaga
Mozes, R. A. (2014, November 17). Kompas.com. Retrieved from Kompas.com site:
http://nasional.kompas.com/read/2014/11/17/21453771/Jokowi.Naikkan.Harga.BBM.karena.An
ggaran.Infrastruktur.dan.Kesehatan.Minim
Praditya, I. I. (2014, November 1). Liputan6. Retrieved from Liputan6 site:
http://bisnis.liputan6.com/read/2127611/ini-alasan-kenapa-harga-bbm-harus-naik
Teguh, P. (2012, March 24). Kompasiana. Retrieved from Kompasiana Site:
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2012/03/24/mari-dukung-kenaikan-harga-bbmbersubsidi-449484.html
Akhir-akhir ini hampir di setiap tempat, bapak-bapak, ibu-ibu, pejabat, pedagang, dan
hampir seluruh elemen masyarakat membicarakan masalah penghapusan subsidi BBM (Bahan
Bakar Minyak) oleh Pemerintah. Kebijakan pemerintah yang dipimpin oleh Presiden terpilih
Jokowi ini menimbulkan pro dan kontra di setiap elemen. Bahkan di kalangan mahasiswa yang
seharusnya bisa menjadi penengah pun masih terjadi perdebatan. Hal ini memang wajar
mengingat kepentingan dan pandangan setiap orang berbeda-beda, dan setiap pandangan tersebut
jelas memiliki alasan masing-masing. Saya adalah salah satu mahasiswa yang pro terhadap
kebijakan pemerintah kali ini, walaupun saya bukanlah pendukung Jokowi dalam pilpres
kemarin. Karena menurut saya kebijakan pemerintah tidak seharusnya kita lihat dari siapa yang
memimpin, namun tujuan besar apa yang ingin dicapai dari kebijakan tersebut. Dan menurut
saya siapapun yang jadi Presiden, inilah kebijakan yang akan diambil pada akhirnya.
Berdasarkan hasil jajak pendapat Kompas pekan lalu, yang secara khusus menggali opini publik
tentang kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM, hampir dua pertiga responden (61,7 %)
setuju dengan keputusan Pemerintah menaikkan harga BBM. Adapun 36,7 % responden
menyatakan tidak setuju. Jika kita kaitkan dengan hasil pemilu 2014, hanya 39,5 persen
responden pemilih Prabowo yang menerima kebijakan kenaikan harga BBM. Jadi, hampir dua
pertiga responden pemilih Prabowo menolak. Namun hampir semua pemilih Jokowi-JK dan dua
pertiga pemilih Prabowo-Hatta tersebut menyatakan tetap memercayai pemerintahan Jokowi-JK
meski harga BBM dinaikkan. Sedangkan sebesar 30,2 % pemilih Prabowo kehilangan
kepercayaan kepada pemerintah pasca kenaikan harga BBM.
Dan kali ini melalui tulisan “BBM Naik Tak Masalah” ini saya akan memaparkan alasanalasan yang logis terkait dukungan saya terhadap kebijakan ini. Seperti yang kita tahu bahwa
Presiden Jokowi menetapkan harga BBM premium dari harga semula RP. 6.500 menjadi RP.
8.500, dan solar dari harga semula RP. 5.500 menjadi RP. 7.500. Hal ini wajar mengingat
anggaran Negara kita tidak ada untuk pembangunan infrastruktur, penddikan, dan kesehatan..
Anggaran ini tidak ada karena banyak digunakan untuk subsidi BBM. Dan oleh karena itulah
pemerintah mengalihkannya ke sektor yang lebih produktif, seperti yang telah saya sebutkan di
atas ditambah dengan sektor kelautan dan pertanian yang merupakan sumber pencaharian pokok
rata-rata masyarakat kecil di Indonesia. Dan penghapusan subsidi ini sudah melalui pembahasan
yang sangat panjang dan mendalam. Bahkan untuk mengurangi beban rakyat yang kurang
mampu pemerintah telah menyiapkan tiga kartu super, yaitu: Kartu Keluarga Sejahtera (KKS),
Kartu Indonesia Sehat (KIS), dan Kartu Indonesia Pintar (KIP). Kebijakan ini tentu lebih baik
daripada tetap membiarkan adanya subsidi BBM, di mana yang menikmatinya justru kebanyakan
masyarakat menengah ke atas yang memiliki mobil. Dan jika kebijakan yang tidak tepat sasaran
ini terus dibiarkan mungkin mutu pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur Indonesia tidak akan
mengalami kemajuan. Dan menurut saya pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur-infrastruktur
ini lebih dibutuhkan bangsa Indonesia sekarang (mengingat status sebagai Negara berkembang)
dibandingkan subsidi Bahan Bakar Minyak. Dan dengan dihapuskannya subsidi BBM ini dapat
menambah ruang fiskal Rp 110 triliun sampai dengan Rp 150 triliun untuk pemerintah tahun
2015. Dan anggaran inilah yang akan digunakan untuk mewujudkan tujuan pemerintah JokowiKalla.
Pengamat ekonomi dari Universitas Atmajaya, A. Prasetyantoko mengungkapkan ada dua
alasan penting yang menjadikan Jokowi harus menaikkan harga BBM.
"Pertama, pemerintah itu volume subsidi BBM hanya dibatasi 46 juta kiloliter (kl) di tahun ini,
kalau tidak dinaikkan itu pasti akan jebol, dan pemerintah melanggar Undang-undang (UU)
APBN," kata Prasetyantoko di Kafe Pisa, Jakarta, Sabtu (1/11/2014).
Meski kenaikan BBM bersubsidi sudah dilakukan, langkah itu belum tentu mampu mengurangi
tingkat konsumsi BBM di masyarakat. Untuk itu, PT Pertamina (Persero) harus melakukan
langkah-langkah pengaturan distribusi hingga volume subsidi tersebut cukup hingga akhir tahun.
Sementara menurut Prasetyantoko hal kedua yang menyebabkan pemerintah harus menaikkan
harga BBM bersubsidi adalah demi membangun kemandirian bangsa.
"Persoalannya bagaimana kita tidak lagi bergantung kepada sumber energi fosil, suatu saat akan
habis, jadi beralih ke energi alternatif, gas misalnya. Jadi ini yang harus juga dipersiapkan
pemerintah," jelas dia.
"Ini konsekuensi, tidak ada yang pengen juga harga BBM naik sebenarnya. Tapi di sisi lain
positifnya adalah ini sangat bagus untuk ekonomi kita jangka panjang," pungkasnya.
Dengan dihapuskannya subsidi BBM ini juga bisa mengurangi kemacetan, terutama kotakota besar. Saya sebagai perantau di Kota Pelajar (Yogyakarta) sangat merasakan betapa
pesatnya pertumbuhan angka kemacetan di kota ini. Kota Yogyakarta yang dikenal sebagai kota
berhati nyaman ini pun lama kelamaan semakin padat dan hampir setiap hari terjadi kemacetan.
Dan puncak dari kemacetan tersebut adalah di malam minggu, di mana setiap pasangan kekasih
keluar menikmati indahnya malam menggunakan mobil maupun sepeda motor. Bukan hanya
sepasang kekasih, pelajar yang tidak mempunyai kegiatan pun sering keliling kota untuk mengisi
kekosongan. Dan kini dengan di hapuskannya subsidi BBM setidaknya bisa membuat mereka
berpikir dua kali untuk menghambur-hamburkan bensin. Dan bahkan penghapusan subsidi ini
bisa membuat mereka lebih aktif untuk belajar dan mengisi hari-hari dengan kegiatan positif
daripada menghambur-hamburkan BBM. Kebijakan pemerintah ini juga mengurangi
penyelundupan, baik di sector-sektor industri atau pertambangan, maupun penyelundupan ke luar
negeri.
Banyak masyarakat yang mengatakan bahwa harga minyak dunia turun, namun
meengapa justru pemerintah menaikkan harga BBM? Dalam menjawab kasus ini saya mengutip
pembicaraan JK yang dilansir di Liputan6.com, Jakarta.
"Kita tahu semua juga bahwa harga minyak sudah turun dalam beberapa angka. Tapi, rupiahnya
yang lemah, jadi kita hitung 2.000 itu juga yang bisa dibeli oleh masyarakat," kata JK usai
membuka acara OJK bertajuk Risk and Governance 2014, di Hotel Dharmawangsa, Jakarta,
Selasa (18/11/2014). Sebelumnya, muncul wacana pemerintah akan menaikkan BBM sebesar Rp
3.000 per liter. Namun, mendekati waktu pengumuman, harga minyak dunia menurun. Itu
sebabnya akhirnya, pemerintah menetapkan kenaikan hanya sebesar Rp 2.000 per liter. JK
menambahkan telah mengambil risiko atas kenaikan harga BBM ini demi manfaat yang lebih
baik bagi masyarakat. Terkait dengan kenaikan inflasi yang diperkirakan mencapai 2 persen, JK
mengatakan lebih baik defisit, tapi APBN akan aman. Memang tidak ada kebijakan yang tidak
beresiko. Terkadang unuk mencapai tujuan yang lebih besar kita harus mngorbankan hal yang
besar pula. Dan seharusnya rakyat tidak lagi memikirkan perekonomiannya masing-masing,
namun harus memikirkan perekonomian Negara. Karena jika ekonomi Negara kita maju, maka
yang merasakan dampaknya juga adalah seluruh rakyat Indonesia.
Sebenarnya banyak cara yang perlu dilakukan oleh masyarakat untuk mengurangi
dampak kenaikan BBM terhadap kebutuhannya, msalnya seperti mengurangi konsumsi listrik,
BBM, air, dan pulsa telepon. Dan strategi itu lebih bermanfaat dibandingkan terus mengeluh dan
tidak berusaha untuk meminimalisir dampak kenaikan BBM tersebut. Kita seharusnya harus
memprioritaskan kepentingan Negara di atas kepentingan pribadi. Seharusnya, sekarang kita
tidak lagi mempersoalkan masalah pro atau kontra terhadap kenaikan BBM/ pencabutan subsidi
BBM ini. Tapi yang harus kita lakukan sekarang adalah bagaimana mengawasi agar tujuan yang
ingin diwujudkan oleh pemerintah dengan menaikkan harga BBM ini benar-benar terealisasikan.
Dan semoga kebijakan penghapusan subsidi BBM ini menjadi awal dari kebijakan-kebijakan
pemerintah yang lebih baik untuk ke depannya agar Indonesia bisa makmur dan sejahtera.
Daftar Pustaka
Alvin, S. (2014, November 18). Liputan6. Retrieved from Liputan6 Site:
http://bisnis.liputan6.com/read/2135638/wapres-rupiah-penyebab-bbm-naik-meski-hargaminyak-turun
Erianto, D. (2014, November 26). Kompas.com. Retrieved from Kompas.com site:
http://nasional.kompas.com/read/2014/11/24/14000081/Kepercayaan.Publik.kepada.JokowiJK.Masih.Terjaga
Mozes, R. A. (2014, November 17). Kompas.com. Retrieved from Kompas.com site:
http://nasional.kompas.com/read/2014/11/17/21453771/Jokowi.Naikkan.Harga.BBM.karena.An
ggaran.Infrastruktur.dan.Kesehatan.Minim
Praditya, I. I. (2014, November 1). Liputan6. Retrieved from Liputan6 site:
http://bisnis.liputan6.com/read/2127611/ini-alasan-kenapa-harga-bbm-harus-naik
Teguh, P. (2012, March 24). Kompasiana. Retrieved from Kompasiana Site:
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2012/03/24/mari-dukung-kenaikan-harga-bbmbersubsidi-449484.html