Peran Masyarakat dalam Pembinaan Kewirau

Peran Masyarakat dalam Pembinaan Kewirausahaan
untuk Peningkatan Mutu Lulusan Siswa SMA Labschool Jakarta
Nur Arifah Drajati
SMA Labschool Jakarta
[email protected]

Abstrak
Kewirausahaan adalah bidang yang sekarang ini sangat dibutuhkan oleh bangsa Indonesia. Bidang
ini bukan hanya secara teoretis perlu dikuasai oleh siswa, tetapi juga perlu dilatih dan dipraktikkan
bagi para siswa SMA. Dengan pembangunan ekonomi kreatif yang sedang digalakkan oleh
pemerintah, sekolah ikut mendukung kebijakan ini di sektor pendidikan. Dengan latar belakang
diatas, maka makalah ini berfokus pada peran masyarakat di bidang kewirausahaan untuk
meningkatkan kompetensi lulusan. Secara khusus, akan dijelaskan manfaat dan tantangan dalam
melaksanakan kegiatan kewirausahaan yang dikemas dengan nama Entrepreneurship Challenge
Day, terintegrasi dengan pembelajaran di sekolah yang melibatkan masyarakat yaitu orang tua,
vendor atau pembuat barang, universitas, dan masyarakat umum. Dalam makalah ini juga
digambarkan peran guru dan masyarakat serta siswa yang terlibat dalam proyek pembelajaran ini.
Makalah ini menggambarkan tiga temuan penting, yaitu: (1) aktifitas kewirausahaan; (2) peran guru
dan siswa dalam proses pembelajaran; (3) peran masyarakat dalam meningkatkan kompetensi
lulusan SMA.
Keywords : kewirausahaan, ekonomi kreatif, pembelajaran berbasis proyek, masyarakat, sekolah


Mengapa Siswa SMA Perlu Berlatih Kewirausahaan?
Pada prinsipnya belajar adalah proses pemerolehan sesuatu oleh anak, baik di dalam kegiatan
pembelajaran formal maupun informal. Pembelajaran formal diperoleh dalam lingkungan sekolah
dimana siswa belajar bersama para guru. Sedangkan pendidikan informal diperoleh dari proses
pembelajaran bersama orang tua, lingkungan dan masyarakat di sekitar sehingga anak tersebut
tumbuh berkembang baik dalam pola pikir dan tindakannya.
Dalam proses pemerolehan tersebut, diharapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap baik yang
diharapkan dari proses pembelajaran tersebut. Pengetahuan yang cukup, terampil dalam bertindak
dan sikap positif yang lahir dari pendidikan formal dan informal tersebut.
Baik pendidikan formal maupun informal, salah satu yang perlu ditekankan adalah adanya sisi
kreatifitas yang sebaiknya tumbuh dan berkembang dalam proses pembelajaran tersebut. Dalam

dunia bisnis, kita menyebut kreatifitas tersebut dengan kewirausahaan atau entrepreneurship (Reid;
Petocs, 2004:45).
Bahkan sejak tahun 1998 saat Konferensi Pendidikan Tinggi UNESCO disebutkan bahwa kreatifitas
adalah suatu pendekatan inovasi yang dianggap sebagai komponen terpenting dalam sistem
pendidikan dan perlu diterapkan dalam segala situasi pembelajaran.
Mengapa sejak dini siswa duduk di SMA memerlukan kegiatan kewirausahaan? Mulai tahun ini,
Indonesia memasuki masa dimana persaingan global yang semakin ketat, baik dalam produk

maupun sumber daya manusia. Demikian juga menghadapi AFTA, dimana kita dihadapkan
persaingan global yang memaksa kita siap untuk menghadapi hal ini. Selain itu, untuk menjadi
negara maju, Indonesia memerlukan minimal 2% penduduknya sebagai wirausaha.
Pemerintah melalui berbagai sektor telah mencoba untuk mensosialisasikan dan meningkatkan
potensi anak didik termasuk di bidang pendidikan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia,
Anies Baswedan, secara terus menerus mengkampanyekan bahwa guru perlu dan harus melatih jiwa
kewirausahaan para siswa SMA untuk melatih kemandirian, pengembangan diri dan kecerdasan
mereka (Kemdikbud, 2015).
Diharapkan dengan adanya pengembangan potensi melalui kewirausahaan ini, anak didik menjadi
seseorang yang bermanfaat bagi masyarakat. Demikian juga bagi guru yang memberikan
kesempatan kepada siswa dalam belajar kewirausahaan, yaitu menjadi kreator,

inspirator dan

penggerak bagi siswa didiknya untuk terus berkarya. Oleh karena itu, pengembangan lingkungan
dapat mendukung meningkatnya kualitas pembelajaran siswa yang berhubungan dengan pekerjaan
di masa depan, termasuk didalamnya adalah perencanaan belajar di universitas yang menjadi
tantangan bagi para pendidik (Reid dan Petocz, 2004:55).
Kewirausahaan dalam skala nasional akan menggerakkan masyarakat menjadi penggerak kreatif
yang akan membangun ekonomi negara menuju bangsa yang memiliki daya saing lebih tinggi, baik

produk yang dihasilkan maupun sumber daya manusia yang berdaya guna. Dalam jangka panjang,
bangsa Indonesia akan maju dengan ekonomi kreatifnya yang akan menghasilkan karya-karya
inovatif, berkualitas tinggi dan mendunia. Ekonomi kreatif ini akan mendorong para generasi muda,
terutama SMA yang berkompeten, tangguh dan tidak menyerah dengan berbagai keadaan dan
kondisi. Selain itu, diharapkan sikap-sikap positif akan tumbuh dalam jiwa anak didik, yaitu
mandiri, kreatif, tanggung jawab, percaya diri, tangkas, menerima resiko, memiliki kemampuan
komunikasi, dan mudah beradaptasi.

Aktifitas Kewirausahaan Bagi Siswa SMA
Kegiatan kewirausahaan bagi siswa SMA ini dapat diadakan secara terintegrasi. Kegiatan ini dapat
mencakup beberapa mata pelajaran yang saling terkait didalamnya dan dalam lingkup kurikulum
nasional.
Sebagai contoh adalah pelajaran prakarya, seni rupa, seni musik, ekonomi, ekonomi akuntansi,
bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Masing- masing pelajaran memiliki kompetensi dasar yang
terkait dengan kewirausahaan. Dari proses pembelajaran yang diperoleh siswa, siswa mencoba
mengkaitkan satu hal dengan hal lainnya sehingga menjadi satu kesatuan yang membentuk siswa
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang komprehensif.
Dalam pelajaran prakarya, siswa mempelajari tentang bagaimana memproduksi. Sebagai misal,
membuat asinan, membuat yogurt, membuat rujak serut, membuat tempe, menanam jamur dan
mengolahnya sehingga menjadi bahan makanan yang siap saji. Dari pelajaran prakarya inilah, siswa

mendapatkan pengetahuan dan keterampilan dari pembelian bahan sampai pada pengolahan bahan.
Dalam pelajaran seni rupa, para siswa diberikan materi tentang berkreasi membuat poster dan
membuat kemasan yang menarik. Dengan membuat produk dilengkapi dengan poster maka
pemasaran akan lebih baik dan lebih tersosialisasi pada masyarakat luas. Demikian juga dengan
kreasi kemasan yang menarik, tentu saja juga menarik para calon konsumen untuk membeli produk.
Pembuatan jingle atau lagu pendek juga dipelajari dan dibuat oleh siswa SMA. Para siswa secara
berkelompok 8-12 siswa berkreasi membuat jingle yang berfungsi untuk memperkenalkan produk
dengan lagu atau musik pendek. Jingle ini diunggah ke media sosial seperti twitter, line, instagram,
dan youtube. Adapun manfaat dari jingle ini adalah untuk memperluas jangkauan pemasaran produk
yang siswa coba pasarkan.
Pada pelajaran ekonomi dan ekonomi akuntansi, para siswa belajar tentang kewirausahaan,
perencanaan usaha atau disebut dengan bisnis plan dan akuntansi. Dalam perencanaan usaha yang
siswa coba tuangkan, siswa membuat perkiraan, riset market dan perhitungan biaya yang mendekati
usaha secara nyata. Selain itu siswa memberikan gambaran usaha, latar belakang usaha, logo, visi,
misi, gambaran rinci produk, dan harga produk. Selain itu, dalam perencanaannya, siswa juga
menentukan segmentasi dan target pasar, strategi pemasaran, manajemen produksi, dan perhitungan
akuntansi serta, perhitungan balik modal, dan rencana jangka panjang. Kesemuanya dibuat siswa
dengan cara berdiskusi dan berkelompok.
Di bidang bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, tidak kurang menariknya dengan pelajaran yang
lain. Di bidang bahasa Indonesia, para siswa diminta untuk mempresentasikan perencanaan bisnis

atau business plan mereka. Aktifitas ini untuk melatih komunikasi para siswa dalam menyampaikan

ide- ide dan kreasi mereka. Demikian juga dalam bahasa Inggris, para siswa menyampaikan proses
dari perencanaan, pelaksanaan, hasil serta refleksi kegiatan kewirausahaan mereka dalam bentuk
laporan dan dipresentasikan dalam bahasa Inggris.
Kegiatan yang dilakukan dalam cakupan kewirausahaan bagi siswa SMA sangat beragam dan
berjenjang. Di awal kegiatan, diadakan persiapan-persiapan untuk mendukung proyek
kewirausahaan oleh para guru dan perwakilan siswa.

Para guru berdiskusi untuk menentukan

kegiatan-kegiatan dari awal sampai akhir yang akan dilakukan oleh siswa.
Kegiatan pertama yaitu diadakan seminar dan workshop tentang kewirausahaan. Para narasumber
diundang dari masyarakat yang berwawasan kewirausahaan, baik pelaku di bidang bisnis,
akademisi maupun pemerhati kewirausahaan. Diharapkan dengan adanya seminar dan workshop
ini, para siswa mendapatkan bekal pengetahuan dan keterampilan yang terkait dengan
kewirausahaan. Bidang-bidang yang dipelajari adalah tentang kewirausahaan secara umum,
penulisan perencanaan bisnis (bisnis plan), pemasaran dan kemasan produk serta tantangan dalam
berwirausaha.
Kegiatan kedua yaitu 'market day' dimana para siswa menjual produk-produk inovasinya. Pada saat

ini para siswa mengundang orang tua dan masyarakat untuk hadir. Para undangan dapat membeli
produk yang dihasilkan setiap kelompok baik dalam bentuk makanan dan produk- produk lain
seperti tas, kaos, tempat pensil, buku catatan dan sebagainya.
Kegiatan ketiga yaitu pameran produk dan pemaparan perencanaan bisnis. Pada saat ini orang tua
dan masyarakat memberikan evaluasi dan penghargaan pada hasil karya dan hasil kerja siswa.
Disaat inilah para siswa SMA ini dapat menerima timbal balik baik dari masyarakat, orang tua, dan
guru.

Peran Guru dan Siswa dalam Proses Pembelajaran dan Pembentukan Karakter
Kewirausahaan
Baik guru maupun siswa memiliki peran yang saling melengkapi. Guru- guru bergerak dalam ruang
lingkup kurikulum dan pengembangannya. Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum nasional.
Diharapkan dengan mengacu pada kurikulum nasional, maka para siswa mempelajari standarstandar pengetahuan dan keterampilan serta sikap-sikap positif dari kegiatan kewirausahaan ini.
Dalam rangka pengembangan kurikulum, maka diadakan seminar dan workshop dengan
narasumber pelaku bisnis dan akademisi yang terkait dengan kewirausahaan. Tema-tema yang
diangkat dalam seminar maupun workshop adalah bagaimana menjadi wirausaha sukses, tantangan
menjadi wirausaha sukses, pemasaran produk, dan berkreasi dengan kemasan. Dengan adanya

pengembangan kurikulum ini, maka diharapkan siswa tidak hanya belajar yang pengetahuan dan
keterampilan standar tetapi juga diperluas dan diperdalam dengan para praktisi yang handal di

bidangnya.
Berdasar pada kurikulum nasional, masing-masing pelajaran yang terlibat didalam pembelajaran
proyek kewirausahaan pada siswa SMA, guru memiliki silabus yang digunakan dalam proses
pembelajaran. Ditambah dengan adanya pengembangan kurikulum nasional, maka silabus ini
menjadi lebih kaya dan sarat dengan materi yang bermanfaat.
Guru memberikan arahan pada siswa dalam pengembangan karakter siswa yang terkait dengan
kewirausahaan. Pada dasarnya kewirausahaan ini adalah bukan hanya praktek menjual dan
membeli, tetapi pada pembentukan karakter-karakter jiwa wirausaha yang perlu ditanamkan.
Kedisiplinan, tanggungjawab, bekerjasama, kreatif, menghargai, tidak pantang menyerah, berani
mengambil resiko dan menjadi pembelajar. Karakter-karakter inilah yang akan disemai dalam
kegiatan kewirausahaan ini.
Dalam hal kedisiplinan, para anak didik ini belajar disiplin dalam pendapatan dan pengeluaran,
keuangan, disiplin dalam mencatat pesanan, tepat waktu dalam mengecek sampai dimana
perkembangan pemasaran, dan juga belajar untuk tepat waktu mengirim pesanan konsumen. Ini
tidak mudah karena untuk melatih diri menjadi seorang yang disiplin, tentunya perlu manajemen
diri dan kelompok yang baik.
Berlatih bertanggung jawab di kegiatan kewirausahaan ini, anak didik bertanggung jawab dalam
mengelola usahanya. Bertanggung jawab atas uang modal yang dikumpulkan, bertanggungjawab
atas cara pemasaran yang dipilihnya, bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukannya. Guru
mendampingi anak didik agar berada pada langkah yang telah disepakati, dan tentunya tidak keluar

dari aturan-aturan sekolah yang berlaku.
Berlatih untuk bekerjasama dalam kelompok. Tidak mudah untuk dilakukan untuk usia anak didik
16-17 tahun dengan karakteristik remaja yang sedang mencari identitas. Kerjasama diantara 8-10
siswa didalamnya membutuhkan manajemen yang baik dan rasa empati. Pemimpin kelompok
diberikan tanggung jawab untuk memimpin kelompoknya dan memimpin untuk saling bekerjasama.
Aktifitas dalam upaya meningkatkan kerjasama diantaranya adalah kerjasama membuat poster,
perencanaan usaha, pemasaran, keuangan, dan produksi barang sangatlah kompleks sehingga
dibutuhkan kerjasama yang baik diantara para anak didik tersebut.
Kreatifitas sangat dibutuhkan dalam kewirausahaan ini. Para anak didik ini dituntut untuk mencari
produk yang sekiranya laku di pasaran. Mereka mencari dan berdiskusi untuk penentuan produk
yang ingin mereka jual. Selain itu, mereka juga dituntut untuk memasarkan produk mereka dengan

vara yang kreatif pula. Melalui media sosial, melalui kualitas produk, melalui harga produk yang
bersaing serta melalui pamasaran yang kreatif, maka anak didik berlatih untuk berkreatifitas tanpa
batas.
Menghargai rekan kerja dalam kelompok adalah juga merupakan pembelajaran dalam latihan
berwirausaha. Demikian juga menghargai peran guru dalam membimbing anak didik juga
merupakan salah satu karakter yang ditanamkan dalam kegiatan berwirausaha ini. Menghargai
setiap keputusan yang diambil oleh kelompok, tidak saling menjatuhkan dan saling mendukung apa
yang telah menjadi keputusan bersama. Sebagai contohnya adalah keputusan untuk memproduksi

tas, maka segala upaya dicurahkan untuk mendesain tas sampai pada pemasaran dilakukan bersama.
Karakter selanjutnya adalah tidak pantang menyerah. Karakter ini perlu ditanamkan pada kegiatan
kewirausahaan karena karakter inilah yang akan dikembangkan oleh anak didik setelah lulus dari
sekolah menengah atas. Tidak pantang menyerah untuk terus berusaha memasarkan produk, terus
berusaha mengoptimalkan usaha untuk memproduksi hasil yang optimal dan mengkomunikasikan
produknya ke masyarakat luas dengan berbagai cara di media sosial dan pemasaran secara
langsung.
Berwirausaha juga menanamkan karakter berani mengambil resiko. Maknanya adalah bahwa setiap
anak didik belajar untuk menjadi seorang yang berani mengambil langkah untuk kemajuan diri dan
kelompoknya. Berani mengambil keputusan, berani memutuskan untuk menjual produk dengan cara
yang diambil berdasar keputusan bersama, berani mencari keunikan produk untuk dipasarkan ke
calon konsumen, dan berani untuk mengkomunikasikan produk kepada calon konsumen.
Keberanian positif ini terus dilatih sehingga akan menjadi karakter yang dimiliki oleh lulusan siswa
SMA. Sehingga anak didik ini menjadi seorang yang memiliki karakter kuat dalam membangun diri
dan terus belajar sesuatu yang baru dan inovatif.

Peran Masyarakat dalam Meningkatkan Kompetensi Lulusan
Peran serta masyarakat di bidang pendidikan dalam rangka peningkatan sumber daya manusia
sangat diharapkan. Hal ini akan lebih bermakna jika dikaitkan dengan pentingnya kewirausahaan
sebagai bekal kehidupan lulusan siswa SMA. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang

menyiapkan siswa didiknya untuk siap menghadapi tantangan di jenjang dan kehidupan lulusan
SMA tersebut.
Keterlibatan masyarakat dalam pengembangan kualitas lulusan SMA dapat memberikan sumbangan
besar bagi kenerlanjutan pembangunan ekonomi bangsa. Sebagaimana diketahui bahwa pada tahun
2020-2035, Indonesia akan menghadapi keuntungan demografi dimana Indonesia diuntungkan

dengan jumlah penduduk produktif. Kewirausahaan menjadi satu kegiatan pembelajaran penting
bagi Indonesia dalam upaya membangun dan menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa besar.
Menghadapi peran penting bangsa Indonesia di mata dunia, tantangan generasi muda sangatlah
berat dengan persyaratan yang lebih kompleks serta lingkungan kerja yang sangat beragam. Maka
diperlukan kompetensi yang melebihi dari yang ada sekarang.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang mempersiapkan para generasi muda termasuk diataranya
adalah siswa lulusan SMA, maka diperlukan keterlibatan peran masyarakat dalam mendorong
tujuan pembangunan bangsa, menyiapkan mereka dengan nilai-nilai kewirausahaan. Sebagaimana
yang disampaikan oleh Keith
masyarakat

dalam Sanders (2006:3) bahwa konsep baru dari peran serta

dalam lembaga pendidikan sangat diperlukan untuk mendorong jaringan sosial,


pendidikan, dan kesempatan ekonomi dan kekayaan budaya. Dengan demikian akan tercipta tujuan
dari kolaborasi sekolah, kolaborasi yang sehat yang mendidik generasi muda untuk siap
menghadapi masa depan.
Tidak terlepas dari peran masyarakat dalam mendidik dan melatih kewirausahaan pada siswa SMA
sangat membantu proses terlaksananya dan optimalisasi kegiatan ini. Masyarakat disini adalah para
akademisi dari universitas-universitas yang terkait dengan kewirausahaan, praktisi bisnis, dan
pemerhati kewirausahaan.
Para akademisi dari universitas memberikan pembekalan makna kewirausahaan kepada para siswa.
Bahwasanya kewirausahaan adalah karakter-karakter positif yang dibangun dalam diri siswa itu
sendiri melalui kegiatan berwirausaha. Para akademisi di beberapa universitas yang berkonsentrasi
di bidang kewirausahaan memberikan arahan tentang bagaimana menjadi wirausaha mandiri,
bagaimana memulai usaha, bagaimana jika gagal, karakteristik wirausaha sukses dan banyak hal
yang dapat diberikan kepada para siswa saat menerima pembekalan.
Akademisi di universitas juga dapat memberikan pembekalan terkait dengan bagaimana pemasaran
dengan memanfaatkan media sosial, penjualan langsung, berbagi tentang ilmu bagaimana membuat
kemasan menarik dan efisien, membuat booth atau stand toko menarik dan berbiaya murah, serta
yang tidak kalah penting adalah membuat perencanaan bisnis atau business plan dengan tepat
sasaran.
Praktisi bisnis dapat kita undang dalam kegiatan sekolah dengan topik kewirausahaan ini. Dari
mereka ini, para siswa SMA belajar bagaimana membangun bisnis, bagaimana mendapatkan modal
usaha, bagaimana jika rugi, dan bagaimana mengelola bisnis secara baik dan menguntungkan. Tentu
saja, untuk para praktisi bisnis ini, sekolah dapat mengundang jauh-jauh hari terkait dengan
kesibukan para pebisnis yang tentunya memiliki agenda dan rencana yang padat.

Demikian juga dengan pemerhati bisnis, seperti pemerhati usaha menengah, asosiasi pembangun
jiwa kewirausahaan dapat kita libatkan dalam upaya menggerakkan ekonomi kreatif bagi generasi
muda, terutama pada siswa. Demikian juga guru juga dapat mempelajari hal-hal yang terkait dengan
kewirausahaan. Bagi pemerhati bisnis terutama untuk asosiasi yang bergerak di bidang
kewirausahaan, akan sangat menguntungkan bagi dunia pendidikan jika dapat belajar tentang
kewirausahaan dari berbagai aspeknya. Pemerhati bisnis di bidang kewirausahaan dapat
memberikan masukan dan materi kepada para siswa SMA. Diharapkan dengan materi yang
beragam mengenai kewirausahaan, siswa SMA memiliki pengetahuan yang cukup dan dapat
mengembangkan saat lulus dari SMA.
Demikian juga vendor atau pembuat barang. Pemilik vendor ini memiliki syarat dan ketentuan
barang-barang yang dipesan. Untuk wirausaha pemula, kerjasama antara pemilik usaha (siswa
SMA) dengan pemilik vendor sangat penting. Selain itu siswa dapat belajar dari para vendor ini
tentang kualitas barang dan juga belajar untuk menyampaikan ide dan gagasannya.
Dalam proses pembelajaran kewirausahaan, siswa tidak hanya berhenti untuk menjual produknya,
tetapi juga menyampaikan ide dan gagasan yang dituangkan dalam perencanaan bisnis atau business
plan, tetapi juga diberikan ruang untuk memamerkan karya mereka pada masyarakat sekitar, orang
tua siswa dan masyarakat dunia. Diharapkan dengan adanya kegiatan pembelajaran ini, para lulusan
SMA akan menjadi insan mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berinovasi, dan percaya diri
menghadapi tantangan di masa depan masa depan.
Dengan mendekatkan siswa SMA dengan masyarakat, maka akan diperoleh proses dan hasil belajar
yang berkualitas. Bahwasanya siswa tidak hanya belajar dengan guru tetapi juga masyarakat dapat
berperan aktif dalam membangun jiwa kewirausahaan.
Secara garis besar, kewirausahaan sangat penting diketahui, dipelajari, dan dipraktekkan kepada
siswa SMA sehingga akan diperoleh lulusan SMA yang berkualitas. Demikian juga sekolah
memiliki keunggulan lulusan baik yang akan bekerja maupun yang akan melanjutkan
pendidikannya di perguruan tinggi. Peran serta masyarakat dalam mendukung program sekolah
dalam meningkatkan dan mengembangkan pembelajaran, sangat bermanfaat dalam upaya
mengoptimalkan kualitas lulusan SMA.

Daftar Pustaka:
http://www.kemdikbud.go.id/kemdikbud/node/

Reid, Anna; Petocz, Peter. Learning Domains and The Process of Creativity. The Australian
Education Researcher, Volume 31, Number 2, August 2004.
Sanders, Mavis G. Building School-Community Partnership. Sage, USA, 2006.