Pengaruh Pelatihan Loncat Jongkok angga Edit

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.
Atletik adalah aktivitas jasmani atau pelatihan fisik yang berisikan
gerakan-gerakan alami/wajar seperti: jalan, lari, lempar lompat dan lempar
atau tolak dengan berbagai cara atletik telah dilakukan sejak awal sejarah
manusia (Ballesteros, 1997: 26). Gerakan-gerakan tersebut telah dikenal
sejak zaman purba yang semata-mata untuk mencari nafkah, dilain pihak
untuk mempertahankan dirinya baik dari serangan musuh-musuhnya ataupun
dari serangan binatang buas bukan untuk meningkatkan prestasi seperti pada
zaman sekarang mi (Soenaryo Basoeki, 1999: 22). Dengan pelatihan atletik
dapat meningkatkan kemampuan tubuh (fisik) atau prestasi secara umum.
Tanpa atlet tersebut memiliki kemampuan dasar, mustahil akan dapat
berprestasi dalam cabang olah raga yang ditekuninya (Aip Syarifuddin,
1994: 76). Nomor lompat merupakan salah satu cabang atletik yang terdiri
dari lompat jauh, lompat tinggi, lompat jangkit, lompat tinggi galah. Dari
keempat nomor lompat ini dapat diterka bahwa jelas berbeda satu sama
lainnya (Jonath, 1996: 171). Dari keempat nomor lompat jauh tersebut dapat
dicari pula segi-segi persamaannya dan hal-hal yang sama dapat dirangkum:
pelompat harus membentuk momentum, pelompat harus mengubah
momentum mendatar ke momentum vertical (keatas), pelompat harus

mengadakan koordinasi momentum terhadap berat badan pada waktu

menumpu, pelompat harus mengusahakan efisiensi dalam mengejar jarak
atau tinggi (Soebroto, 1997: 200).
Dari keempat nomor lompat ini dua diantaranya yang mempunyai
unsur kesamaan yaitu untuk mencapai jarak lompat yang sejauh-jauhnya
adalah nomor lompat jangkit dan lompat jauh (Jonath, 1996: 172). Ada
beberapa cara untuk meningkatkan kekuatan otot-otot terutama pada otototot tungkai kaki seperti: loncat jongkok, loncat kodok ditempat atau ke
depan, lari jingkat bergantian, (Baley, 1998: 145).
1.2 Rumusan Masalah
Masalah adalah sesuatu yang dapat mempersulit, merintangi serta
menghambat bagi seseorang dalam usahanya mencapai sesuatu. Masalah
juga dijelaskan sesuatu yang merintangi, mempersulit atau mempersukar,
serta menghambat orang dalam mencapai tujuan (Winkel, 1991: 14). Pada
hakekatnya masalah itu sendiri merupakan segala bentuk pertanyaan yang
perlu dicarikan jawabannya, atau dapat juga dikatakan segala bentuk
hambatan, rintangan atau kesulitan yang muncul atau dihadapi dalam suatu
bidang yang perlu dihindari serta disingkirkan. Dari beberapa pendapat
tersebut, maka dapatlah dijelaskan yang dimaksud dengan masalah dalam
penelitian ini adalah sesuatu yang menghambat para siswa untuk dapat

meningkatkan prestasi. Dan kalau kita kaitkan dengan bidang prestasi
olahraga maka masalah sangat banyak bahkan tidak terhitung jumlahnya.
Berdasarkan atas latar belakang masalah, maka dapat dibuat rumusan
masalahnya sebagai berikut:

Apakah ada pengaruh dan perbedaan pengaruh pelatihan loncat
jongkok pada tangga dalam 10 repetisi 4 set dan 4 repetisi 10 set terhadap
prestasi lompat jauh siswa putra kelas V SD N 2 Angantaka tahun pelajaran
2012/2013.
1.3 Tujuan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Untuk mencapai tujuan dan setiap langkah suatu kegiatan lebih-lebih
kegiatan penelitian ilmiah, maka sebelumnya harus ditentukan tujuan
penelitian yang diharapkan, sehingga setiap kegiatan yang hendak dilakukan
dapat memberikan petunjuk dan pedoman apa yang perlu dilakukan dan cara
mana yang paling baik di tempuh untuk sampai pada tujuan yang
diharapkan. Kegiatan penelitian selalu dilakukan sebagai upaya memahami
dan memecahkan masalah secara ilmiah, sistematis, dan logis. Pengertian
ilmiah di sini adalah mengandung pengertian berdasarkan kepada fakta-fakta
empiris dan bukan berdasarkan ide pribadi. Yang diperoleh dari penyelidikan

secara berhati-hati dan bersifat obyektif. Oleh karena itu bekerja secara
ilmiah memerlukan dan menempuh langkah yang sistematis (menurut aturan
tertentu) dan logis (sesuai dengan penalaran).
1.3.2 Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian yang dimaksud dalam suatu penelitian ilmiah
adalah perlu dan pentingnya penelitian ini dilaksanakan baik bagi siswa, para
guru, lembaga pendidikan khususnya sekolah dan masyarakat luas, baik
secara teoritis maupun praktis.

1.3.2.2.2 Bagi Mahasiswa dan Masyarakat
Untuk melengkapi kebutuhan perpustakaan pada lembaga pendidikan
khususnya di IKIP PGRI Bali yang mana nantinya dapat dipergunakan
sebagai bahan pertimbangan literatur bagi mahasiswa yang berkepentingan.
1.3.2.2.3 Bagi para Atlet / Siswa
Sebagai acuan atlet/siswa bahwa pelatihan yang rutin, kontinyu serta
berkesinambungan dengan beban yang cukup akan dapat meningkatkan
kekuatan daya tahan kelentukan tenaga ledak, koordinasi, otot-otot
khususnya otot-otot tungkai sehingga mampu melakukan gerakan melompat
yang sejauh-jauhnya.
1.4 Ruang Lingkup Permasalahan

Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan di dalam melakukan
gerakan lompat jauh antara lain kecepatan berlari, kekuatan otot tungkai
kaki, daya tahan otot tungkai dan kaki kelentukan persendian, kecepatan
reaksi dan tingkat keseimbangan dan lainnya. Mengingat demikian luasnya
masalah tersebut di atas dan karena terbatasnya fasilitas-fasilitas seperti:
biaya, tenaga, waktu dan kemampuan yang dimiliki maka ruang lingkup
penelitian ini hanya terbatas pada hal-hal sebagai berikut:
1.4.1

Obyek penelitian
Objek penelitian ini berkisar pada pelatihan loncat jongkok pada

tangga dalam 10 repetisi 4 set dan 4 repetisi 10 set terhadap prestasi lompat
jauh.

1.4.2

Subyek penelitian
Subjek penelitian yang diteliti dalam penelitian ini terbatas pada siswa


putra kelas V SD N 2 Angantaka tahun pelajaran 2012/2013.
1.4.3

Data Yang Dianalisis
Data yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah data hasil dari tes

awal dan test akhir dari peningkatan prestasi lompat jauh sebelum dan
sesudah pelatihan loncat jongkok pada tangga dalam 10 repetisi 4 set dan 4
repetisi 10 set.
1.5 Hipotesis
Hipotesis dijelaskan suatu pernyataan yang masih lemah kebenarannya
dan masih perlu dibuktikan kebenarannya (Sujana, 1995: 12). Hipotesis
dapat dibagi menjadi dua yaitu hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif
(Ha). Hipotesis nol (Ho) yaitu hipotesis yang menolak sementara hasil
penelitian yang selalu menyatakan tidak ada pengaruh atau hubungan dan
dinyatakan dengan kalimat pernyataan negatif, sedangkan hipotesis alternatif
(Ha), yaitu hipotesis yang menerima sementara hasil penelitian dan selalu
ada pengaruh atau hubungan atau pertalian diantara dua variabel dan
biasanya dinyatakan dalam kalimat pernyataan positif (Sutrisno Hadi, 1994:
54). Untuk menjawab pokok permasalahan tersebut di atas maka dalam

penelitian ini hipotesis yang diajukan hipotesis alternatif yang berbunyi:
Ada pengaruh dan perbedaan pengaruh pelatihan loncat jongkok pada
tangga dalam 10 repetisi 4 set dan 4 repetisi 10 set terhadap prestasi lompat
jauh siswa putra kelas V SD N 2 Angantaka tahun pelajaran 2012/2013.

1.6 Penjelasan Beberapa Istilah
Istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini penulis menjelaskan
istilah menurut literatur yang ada dan dapat diuraikan berturut-turut istilahIstilah sebagai berikut:
1.6.1

Pengaruh
Pengaruh dijelaskan sebagai suatu perubahan dari keadaan semula

sebagai akibat dari pelatihan yang dilaksanakan (Kanca, 1990: 2). Pengaruh
adalah sesuatu yang menjadikan suatu perubahan. (Umar, 2001. 62). Seorang
pakar mengemukakan yang dimaksud dengan pengaruh adalah sesuatu yang
menyebabkan atau menjadikan terjadinya suatu perubahan misalnya dari
kecil menjadi besar, dari kurang menjadi lebih, dari rendah menjadi tinggi
dan lain-lain (Poerwadaminta, 1999: 264). Lebih lanjut ditegaskan bahwa
pengaruh adalah hubungan timbal balik yang terjadi antara dua variabel,

variabel yang dimaksud adalah dua bentuk pelatihan (Kosasih, 2001: 64).
Pengaruh juga berarti kuasa, kekuatan bathin yang menimbulkan reaksi
terhadap sesuatu atau benda (Sutan Muhamad Zain, 1995: 106). Sependapat
dengan di atas. Genikarsa menjelaskan tentang arti pengaruh adalah daya
yang ada dan sesuatu yang ikut membentuk watak, kepercayaan dan
perkataan atau tingkah laku seseorang (Genikarsa, 1994: 12). Pengaruh juga
dijelaskan sebagai daya yang ada atau timbul dari sesuatu yang berkuasa
atau berkekuatan yang ikut membentuk watak kepercayaan, tingkah laku,
karakteristik, kebiasaan serta perbuatan seseorang (Mazabar, 1994: 12). Aip
Syarifudin

mengemukakan

tentang

pengaruh

adalah

sesuatu


yang

menyebabkan suatu perubahan (Aip Syarifudin, 1999: 10). Dalam penelitian
ini yang dimaksud pengaruh yaitu melakukan suatu pelatihan loncat jongkok
pada tangga dalam beberapa repetisi dan beberapa set sehingga terjadi
perubahan peningkatan kekuatan otot-otot tungkai yang dapat dipergunakan
untuk melakukan gerakan melompat yang sejauh-jauhnya dalam gerakan
lompat jauh dengan baik dan maksimal.
Berdasarkan pendapat diatas maka yang dimaksud dengan pengaruh
adalah sesuatu yang menjadikan suatu perubahan setelah mengadakan
Pengaruh pelatihan loncat jongkok pada tangga dalam 10 repetisi 4 set dan 4
repetisi 10 set terhadap prestasi lompat jauh.
1.6.2

Repetisi dan Set
Repetisi

adalah


jumlah

ulangan

mengangkat

suatu

beban

(Poerwadarmita 1995: 235) Pendapat lain mengemukakan repetisi adalah
ulangan dari pada pelatihan (Soekarman 1999: 33). Dalam penelitian ini
repetisi yang dipergunakan adalah sebanyak 10 repetisi dan 4 repetisi.
Set adalah suatu rangkaian kegiatan dari repetisi atau ulangan dari
pada pelatihan (Nala, 1997. 7). set yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah sebanyak 4 set dan 10 set.
Dalam pengembangan kekuatan otot tungkai dan kaki ada yang
cendrung mempergunakan repetisi dan set sebagai pedoman dalam
penambahan beban. Kekuatan otot-otot akan meningkat bila program
pelatihan memakai 5-12 repetisi sedangkan untuk set 5-10 set dengan beban

maksimum (Sajoto, 1990: 47).

1.6.3

Loncat Jongkok
Yang dimaksud dengan loncat jongkok adalah melakukan suatu

rangkaian gerakan yang diawali dengan gerakan ke dua lengan ke belakanag
bertumpu dengan dua kaki bergerak dengan menjejakkan kaki dan
melayangkan tubuh ke atas, kedepan dilajutkan dengan pendaratan dengan
kedua kaki dengan posisi jongkok (Daryanto, 2003: 47). Di samping itu juga
dijelaskan loncat jongkok adalah suatu gerakan gerakan ke depan,
kesamping, kebelakang dengan bertumpu dua kaki, meloncat dengan
kekuatan otot tungkai, mendarat dengan kedua kaki secara bersamaan, berat
badan pada kedua kaki serta tetap menjaga keseimbangan tubuh dan
pelatihan ini sering dipergunakan untuk meningkatkan kontraksi otot tungkai
kaki sehingga menghasilkan kekuatan otot tungkai kaki yang baik dan dapat
melakukan gerakan melompat secara sempurna ( krempel, 2004: 128).
1.6.4


Prestasi Lompat jauh
Yang dimaksud dengan prestasi adalah kemampuan yang dicapai oleh

seorang pelompat semaksimal mungkin (sebisa-bisanya) (Pinayungan, 1998:
120). Prestasi lompat jauh juga dijelaskan kemampuan yang diperoleh
seseorang dari balok tumpuan ke jatuhnya badan yang terdekat dengan balok
tumpuan setelah melakukan lompatan yang benar (Gary, 2003: 78). Di
samping itu juga dijelaskan prestasi dalam penelitian ini adalah kemampuan
yang dicapai oleh seorang pelompat jauh dengan gaya tertentu (Kosasih,
2003: 127). Prestasi dalam penelitian ini prestasi lompat jauh sebelum dan

sesudah pelatihan loncat jongkok pada tangga dalam 10 repetisi 4 set dan 4
repetisi 10 set.
1.6.5

Lompat jauh
Yang dimaksud dengan lompat jauh adalah suatu olahraga dari papan

lompatan ke daerah pendaratan yang berpasir (Rud Midgley, 2004: 312).
Lompat jauh juga dijelaskan sebagai gerakan melompat ke depan dengan
bertolak (Take Off) pada satu kaki untuk mencapai suatu kejauhan yang
dapat dijangkau (Aip Syarifudedin, 2003; 87). Lompat jauh juga dijelaskan
rangkaian gerakan berlari cepat (speed) menolak dan bertumpu pada balok,
melompat setinggi dan sejauh mungkin serta mengusahakan pendaratan
seefisien mungkin serta jatuhnya badan pada posisi yang menguntungkan
(Jamal, 2005: 86).
Dalam gerakan lompat jauh seorang pelari merupakan seorang
pelompat jauh yang jitu, namun harus diingat untuk menjaga posisi badan
dan mengurangi gerakan yang dapat menghambat jauhnya lompatan.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Umum
Untuk menciptakan peningkatan kondisi fisik, teknik dan mental atlet
perlu tindakan dan pengaturan program pelatihan yang sesuai dengan
kebutuhan atlet itu sendiri. Tanpa disadari dengan program pelatihan yang
baik akan adapat menghasilkan prestasi yang baik pula. Disamping itu untuk
dapat mencapai prestasi lompat jauh semaksimal mungkin (sejauh-jauhnya)
perlu diadakan program pelatihan yang membutuhkan waktu yang cukup
lama sesuai dengan program yang ditentukan. Harsono mengemukakan
tentang pelatihan adalah suatu proses yang sitematis dari berlatih yang
dilaksanakan secara berulang-ulang dengan kian hari menambah beban
pelatihan (Harsono, 1998; 40). Dalam penelitian ini pelatihan yang dimaksud
adalah pelatihan loncat jongkok pada tangga, dalam 10 repetisi 4 set dan 4
repetisi 10 set.
2.1.1 Pelatihan
Pelatihan merupakan sejumlah rangsangan yang dilaksanakan pada
jarak waktu tertentu dengan tujuan untuk menhigkatkan prestasi (Jonath,
1996: 2). Pelatihan adalah sejumlah rangsangan yang dilakukan dengan
teratur sistematis, berulang-ulang kian hari kian menambah jumlah beban
pelatihan. Pelatihan bermaksud untuk memobilisis cadangan kesanggupan
tubuh dengan jalan memberikan rangsangan gerakan pada organ-organ tubuh
sebagai akibat penyelesaian diri/adaptasi dari organ-organ tersebut dengan

manifestasinya berupa fungsi yang lebih baik (Manuaba, 1993: 100).
Pelatihan berasal dari kata latihan yang mempunyai arti suatu proses
mempersiapkan organisasi atlet secara sistematis untuk mendapatkan suatu
prestasi yang mental yang tentu terarah meningkat dan berulang-ulang
waktunya (Suharno 1999: 7). Pelatihan merupakan sejumlah rangsangan
yang dilaksanakan pada jarak waktu tertentu dengan tujuan untuk
meningkatkan prestasi atau suatu rangsangan yang dilakukan dengan teratur
untuk meningkatkan kemampuan atau memperoleh suatu ketrampilan
(Poerwadarminta, 1993: 570). Harsono mengemukakan tentang pelatihan
adalah suatu Proses yang sitematis dari berlatih yang dilaksanakan secara
berulang-ulang dengan kian hari menambah beban pelatihan (Harsono. 1998:
40). Pelatihan adalah suatu yang sistematis dilakukan secara berulang-ulang
dengan

beban

semakin

bertambah

secara

bertahan

serta

untuk

mempersiapkan seseorang atlit pada tingkat tertinggi penampilannya (Kanca,
1992: 2).Dalam melaksanakan pelatihan harus sesuai dengan prosedur
pelatihan yaitu: Sebelum melakukan pelatihan inti hendaknya dilakukan
warming up atau pemanasan, diikuti dengan pelatihan peregangan
(Stretching) yang dilanjutkan dengan pelatihan inti dan diakhiri dengan
pelatihan pendinginan (Cooling Down) serta pelatihan peregangan
(Stretching) untuk pemulihan kondisi setelah pelatihan yang melelahkan.
Pelatihan pemanasan (Warming Up) bertujuan untuk mengadakan perubahan
physiol&gis dalam tubuh dan menyiapkan organismenya dalam pelatihan
menghadapi aktifitas tubuh yang lebih berat, Pelatihan ini juga bertujuan

untuk mengurangi ketegangan dan konsentrasi yang timbul dalam latihan
atau pertandingan. Pelatihan peregangan (Stretching) bertujuan untuk
menjaga unsur kelentukan tetap terjaga dengan baik dengan mencegah
terjadmya cedera (Syarifuddin, 1994: 56).
2.1.2. Tujuan Pelatihan
Tujuan utama dari pelatihan adalah untuk mencapai penyesuaian
biologis, agar dalam tugas khusus dapat terlaksana secara maksimal (Ardle,
1996: 271). Dijelaskan pula tujuan pelatihan merupakan suatu proses
kegiatan yang sistematis dalam waktu yang relatif lama makin meningkatkan
potensi individu yang bertujuan membentuk fungsi fisiologis-fisiologis
(Bompa, 1993: 97). Dengan demikian maka tujuan pelatihan untuk
meningkatkan kondisi fisik unium, untuk mengembangkan fisik khusus yang
ditentukan oleh olahragawan tersebut untuk menyempurnakan teknik
olahraga yang disiplin dan koordinasi gerak untuk mempertahankan
kesehatan atlet, mencegah cedera, untuk menjaniin dan mengamankan
persiapan secara optimal, meningkatkan kepribadian, kemauan yang keras
kepercayaan diri, ketekunan semangat dan disiplin, untuk memperkaya
pengetahuan, teori dengan memperhatikan dasar fisiologis, psikologi dan gizi
(Bompa, 1990: 97). Salah satu sifat pelatihan adalah meningkatkan
kemampuan kerja otot dengan memberikan pelatihan fisik sehingga mampu
menyesuaikan terhadap tekanan fisik.

2.1.3 Lama Pelatihan
Seorang pakar menjelaskan lamanya pelatihan 6-8 minggu akan
memberi efek yang cukup berarti bagi seorang olahragawan atau atlet dan
mengalami peningkatan 10-25% Pelatihan yang dijalankan dengan tekun
akan nampak hasilnya (efek pelatihan) setelah 6-8 minggu pelatihan (Pete
1998: 241). Pada umumnya orang berpedoman bahwa kalau pelatihan lebih
sering dan lebih lama dilaksanakan maka hasilnya akan lebih besar. Tetapi
hams di ingat adanya waktu pemulihan asal dan juga tidak boleh adanya
kelebihan pelatihan (Over Training). Makin berat intensits pelatihan maka
lama pelatihan semakin pendek sebaliknya makin ringan intensitas pelatihan
maka makin lama pelatihan akan makin panjang (Nala 2002: 34). Seorang
pakar menjelaskan lamanya pelatihan 6-8 minggu akan memberi efek yang
cukup berarti bagi seorang olahragawan atau atlet dan mengalami
peningkatan 10-25%. Dijelaskan lama pelatihan fisik adalah 15 menit
sampai 60 menit (Syarifuddin, 1998: 35).
Dalam penelitian ini lama pelatihan dilaksanakan selama satu setengah
bulan atau 6 minggu.
2.1.4 Repetisi dan Set
Repetisi dijelaskan merupakan kegiatan atau gerakan yang dilakukan
secara teratur dan berulang-ulang seperti kegiatan atau gerakan pada awal
permulaan (Sakir, 1999: 85). Jadi yang dimaksud repetisi adalah ulangan
meloncat, yang dilaksanakan secara teratur dan berulang-ulang dengan 10
repetisi untuk kelompok I dan 10 repetisi untuk kelompok II 4 repetisi.

Set adalah suatu rangkaian kegiatan dari repetisi atau ulangan suatu
pelatihan (Nala, 1997: 71). Set juga dijelaskan sebagai suatu rangkaian
kegiatan dari suatu repetisi misalnya seorang atlet dapat meloncat jongkok
sebanyak 8 kali kemudian istirahat ini berarti seorang atlet telah melakukan
8 repetisi dan 1 set (Engkos Kosasih, 1993: 10) jadi set yang dipergunakan
dalam penelitian ini adalah 4 set dan 10 set.
2.1.5 Prinsip-Prinsip Dasar pelatihan
Dikemukakan bahwa dalam melaksanakan pelatihan kita harus
berpegangan pada prinsip-prinsip yang akan menghasilkan kondisi fisik
yang baik (Krempel, 1996: 14). Untuk meningkatkan kekuatan otot-otot,
daya tahan khususnya otot tungkai dan kaki hendaknya memperhatihan
prinsip-prinsip pelatihan beban. Untuk meningkatkan kekuatan otot-otot
khususnya otot tungkai hendaknya memperhatihan prinsip-prinsip pelatihan
beban.
2.1.5.1 Prinsip Beban Berlebihan (Overload).
Dengan beban berlebihan akan dapat menimbulkan rangsangan pada
otot untuk meningkatkan kekuatan otot dibandingkan dengan pelatihan
sebelumnya, akan tetapi pemberian beban ini tidak dilakukan sekaligus pada
berat yang ditentukan sebelumnya. Kekuatan otot-otot yang sudah
meningkat sudah tentu beban pelatihan yang diberikan menjadi ringan, maka
beban harus dinaikkan, begitu seterusnya sampai mencapai kekuatan yang
ditetapkan sesuai dengan cabang olahraga (Kama, 1990: 9). Pada dasarnya
untuk mendapatkan efek pelatihan yang baik, maka organ tubuh harus diberi

beban melebihi beban yang dibiasanya diterima dalam aktivitas sehari-hari,
beban yang diberikan bersifat individual tetapi pada prinsipnya diberikan
beban mendekati beban maksimal dengan melaksanakan prinsip beban
berlebihan, maka kelompok-kelompok otot akan berkembang kekuatannya
secara efektif. Beban yang lebih dapat memanfaatkan oksigen yang lebih
banyak pula pada saat melakukan pelatihan, bagi seorang olahragawan atau
atlet diberikan beban lebih secara terus menerus yang tentunya diimbangi
dengan interval yang cukup hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya
kelebihan pelatihan over training (pelatihan yang berlebihan yang dapat
mengakibatkan menurunnya prestasi atlet (Harsono, 2000: 24). Dalam
penelitian ini menggunakan waktu pelatihan 6-8 minggu akan berpengaruh
terhadap peningkatan kekuatan, daya tahan, dan kelenturan otot-otot,
sedangkan pelatihan yang dilakukan sepanjang tahun yang dicapai
mencakup semua unsur dan akan menjadi olahragawan profesional dalam
bidang yang ditekuninya, jadi untuk melatih kekutan otot saeseorang harus
mengikuti program yang benar dan teratur sehingga menghasilkan tujuan
yang diinginkan.
2.1.5.2 Prinsip Kenaikan Beban yang tetap, teratur dan ajeg
Peningkatan beban dilakukan sedikit demi sedikit secara bertahap,
sehingga dalam melakukan pelatihan seorang olahragawan atau atlet tidak
merasa menerima beban yang terlalu berat (Bagus Nugroho, 2005: 119).
Suatu pelatihan beban makin lama semakin berat merupakan keharusan
untuk menguatkan otot-otot sehingga nantinya dapat mencapai prestasi yang

maksimal, kenaikan beban itu secara setingkat demi setingkat dengan teratur
dan ajeg, peningkatan beban pelatihan harus berpedoman pada ciri-ciri
loading: intensitas, volume, frekuensi, kenaikan beban yang terlalu cepat
akan menyebabkan rusaknya otot bagi orang yang melakukan pelatihan,
waktu itu perlu dibuatkan suatu program pelatihan dan berusaha
melaksanakan program itu dengan sesungguhnya. Di samping itu program
pelatihan ditentukan adanya peningkatan baik dalam hal beban, set, repetisi
maupun lamanya pelatihan (Nala, 1992: 32). Di dalam penelitian ini
mempergunakan beban yang tetap teratur dan ajeg baik repetisi dan set.
2.1.6 Sepuluh Komponen Bio motorik Yang diperlukan Dalam
Pelatihan
Pada dasarnya kebugaran fisik selalu identik dengan daya tahan
(endurance) padahal kebugaran fisik itu memiliki pengertian yang luas.
Kebugaran fisik menyangkut banyak unsur, unsur tersebut sering disebut
dengan komponen bio motorik kebugaran fisik. Sepuluh Komponen Bio
Motorik (Kebugaran Fisik) yang sangat penting dalam setiap kegitan lebihlebih kegiatan olahraga meliputi:
2.1.6.1 Kekuatan
Secara psikologis kekuatan dapat diartikan sebagai kemampuan
berdasarkan kemudahan bergerak proses sistem syaraf dan perangkat otot
untuk melakukan gerak dalam waktu tertentu. (Engkos Kosasih, 1995: 7).
Kekuatan otot adalah kemampuan otot untuk membangkitkan tenaga
terhadap suatu tahanan di mana kekuatan otot itu adalah antara kontraksi otot

secara maksimal sesuai dengan kebutuhan gerak yang digunakan, meskipun
banyak aktivitas olahraga memerlukan kelincahan atau lekentukan,
kecepatan dari otot tersebut (Redhana, 1995: 25). Kekuatan otot merupakan
komponen

kondisi

fisik

seseorang

tentang

kemampuannya

dalam

mempergunakan otot-otot untuk menerima beban sewaktu melakukan
kegiatan atau bekerja (Aip Syarifuddin, 1998: 131). Dari difinisi di atas
dapat dinyatakan bahwa kekuatan adalah adanya otot seseorang untuk
membangkitkan tegangan dalam menerima beban waktu bekerja. Beban
dapat berupa anggota tubuh kita sendiri atau beban dari luar. Kekuatan
sangat penting guna meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan, hal ini
disebabkan karena kekuatan merupakan daya penggerak setiap anggota fisik,
kekuatan memegang peranan penting dalam melindungi orang dari
kemungkinan cedera, dengan kekuatan atlet dapat melakukan kekuatan
secara maksimal. Kekuatan otot-otot melukiskan kontraksi maksimal yang
dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot dan kemampuan otot-otot
yang dimulai pada umumnya adalah otot-otot tangan, kaki, bahu, dada,
perut, tungkai kaki dan punggung, kekuatan otot tangan dan kaki penting
untuk memegang, mengangkat, mengayun, menarik, melempar, mendorong,
menolak, dan mendorong (Jess Jarver, 1992: 104). Sedangkan kekuatan otototot tungkai berfungsi sebagai penyangga berat tubuh, melompat, berjalan,
berlari, menyepak, menggiring (Harsono, 2003: 96) Sedangkan otot-otot
yang lainnya merupakan dasar tumpuan agar tubuh dapat tegak dan kuat
sehingga lengan dan tangan serta lengan dan kaki dapat berfungsi dengan

baik di samping otot-otot itu sendiri dapat berfungsi untuk membantu
gerakan. Kekuatan otot merupakan kemampuan otot untuk berkontraksi
ketika menerima beban (Nala, 1996: 56). Pelatihan yang dapat meningkatkan
kekuatan otot-otot adalah pelatihan dengan pembebanan yang cukup tanpa
menggunakan beban pelatihan kekuatan otot tidak akan bertambah dengan
pelatihan berbeban sel-sel otot akan semakin besar, makin besar sel otot,
maka kekuatannya semakin besar pula. Kekuatan otot didapat dari kontraksi
sekelompok otot atau beberapa kelompok otot. Mengembangkan kekuatan
otot merupakan salah satu faktor untuk meningkatkan suatu prestasi, karena
kekuatan otot merupakan sumber perubahan (Iman Hidayat, 1998: 39).
Secara psikologis kekuatan dapat diartikan sebagai kemampuan berdasarkan
kemudahan bergerak proses sitem syaraf dan perangkat otot untuk
melakukan gerak dalam waktu tertentu (Kosasih, 1995: 7). Otot-otot
punggung berpungsi untuk menahan agar tubuh tetap tegak, sementara otot
lengan untuk melempar menarik mendorong, otot tungkai untuk menendang
dan meloncat sedangkan otot-otot dada di samping sebagai alat tumpuan
juga ikut membantu lengan dan tangan untuk menarik, mendorong,
melempar, menangkap, memukul menangkis dan menolak. Kekuatan otototot tangan diukur dengan alat dinamometer tangan, otot dada dinamo meter
dada, otot punggung dinamo meter punggung serta otot tungkai
dinamometer tungkai (Sana 1993: 123). Adapun satuan untuk ukuran otototot

tersebut

adalah

kilogram,

dengan

menggunakan

pengukuran

dinamometer ini kita akan mendapatkan kekuatan otot absolut. Sedangkan

bila kekuatan otot dinyatakan per kg, berat badannya, maka kita akan
mendapatkan kekuatan otot relatif, kekuatan otot relatif ini adalah kekuatan
otot absolut dibagi dengan berat badan masing-masing yang diukur.
Satuannya adalah kilogram (kg/bb) dan teknik pada saat pengukuran
hendaknya diperhatikan betul dan gerakan sendi hendaknya seminimal
mungkin (Nala, 1998: 51). Untuk memperoleh kecepatan otot-otot secara
maksimum, dibutuhkan tenaga dan kekuatan yang bisa dikerahkan, tenaga
ini digunakan untuk melakukan gerakan memukul bola dari samping kiri
maupun samping kanan menuju kedepan melewati net dan tenaga ini hams
dikerahkan dalam urutan yang tepat mula-mula digunakan grup otot-otot
yang menimbulkan gerak lamban tetapi berkekuatan besar kemudian
digunakan kelompok otot yang relatif lebih lemah tetapi kerjanya lebih cepat
(Sugiyanto, 1998: 205).
2.1.6.2 Kelentukan
Daya lentuk/lentur adalah efektivitas seseorang dalam menyesuaikan
diri untuk segala aktivitas dengan penguluran tubuh yang luas. Hal ini akan
sangat mudah ditandai dengan fleksibilitas persendian dan seluruh tubuh.
Kelentukan/ kelenturan merupakan gerakan maksimal yang mungkin dapat
dilakukan oleh suatu persendian (Nala, 1998: 54). Kelentukan merupakan
persyaratan yang secara otomatis benar-benar diperlukan bagi kelangsungan
gerak dalam olahraga, kelentukan membuat sendi-sendi dapat digerakan
dengan baik dan sepenuhnya ke segala arah yang diinginkan. Perkembangan
kebutuhan tergantung kepada keadaan perseorangan kelentukan yang baik

pada umumnya dicapai bila semua sendi tubuh menunjukan kemampuan
dapat bergerak dengan lancar sesuai dengan fungsinya (Sumarjono, 2002:
42). Kelentukan juga dijelaskan kemampuan seseorang untuk beraktivitas
dengan gerak yang luas dalam ruang sendi dan alat-alat disekitar
persendiannya. Kelentukan sangat penting sekali dalam hampir semua
cabang olahraga yang selalu menuntut gerakan sendi (Kama 1998: 120).
Kelentukan merupakan kemampuan sendi-sendi dalam melakukan gerakan
secara maksimal, baik kesegala arah yang diinginkan. Kelenturan adalah
gerakan maksimal yang mungkin dapat dilakukan oleh suatu persendian
(Nala, 1998: 27). Kelentukan merupakan Persyaratan yang secara otomatis
benar-benar diperlukan bagi kelangsungan gerak dalam olahraga, kelentukan
membuat sendi-sendi dapat digerakan dengan baik dan sepenuhnya ke segala
arah yang diinginkan. Kelentukan juga merupakan gerakan maksimal yang
mungkin dapat dilakukan oleh suatu persendian (Nala, 1998: 54). Dengan
kelentukan yang tinggi tubuh dan organ tubuh yang lainnya dapat melakukan
gerakan yang lebih luas kesegala arah. dalam gerakan-gerakan ini akan
melibatkan otot-otot, bentuk persendian, tendon dan ligamentum sekeliling
persendiaan, semakin berumur atau semakin tua usia seseorang kelentukan
akan semakin menurun yang disebabkan karena elastis otot semakin
berkurang. Dari difinisi tersebut dapat dijelaskan bahwa kelentukan adalah
kemampuan seseorang untuk beraktivitas dengan gerakan yang luas dalam
ruang sendi tanpa mengalami cedera pada persendiaan dan otot-otot di
sekitar persendiaan.

Dengan adanya pelatihan-pelatihan mendorong, menarik lari jungkir
balik meloncat maupun melompat yang dilakukan secara teratur dan
berkesinambungan, sistematis dengan pembebanan yang cukup progresif
teratur serta berkelanjutan. Maka kelentukan tubuh dapat dicapai dengan
sempurna (Said, 2003: 52). Pelatihan-pelatihan kelentukan sangat panting
dan perlu dilaksanakan karena dapat memperbaiki keluwesan dan
kekenyalan, mengembangkan aliran darah yang lebih efisien dalam jaringan
kapiler untuk mengurangi cedera (Kosasih.1998: 15). Dengan demikian
gerakan kelentukan yang dilakukan otot tubuh dan bagian-bagian tubuh pada
daerah persendiaan sehingga dapat mengerakan anggota tubuh dengan
seluas-luasnya. Untuk mengukur kelentukan seseorang adalah dengan
menggunakan tes kebugaran fisik yaitu bentuk tegak ke depan. Pelatihanpelatihan senam adalah pelatihan yang cocok untuk meningkatkan
kelentukan bergerak (Sana, 1991:54).
2.1.6.3 Daya Tahan
Daya tahan merupakan faktor yang sangat menentukan seseorang
untuk dapat melakukan suatu aktivitas, tanpa adanya daya tahan yang tinggi
mustahil akan dapat menyelesaikan suatu aktivitas dengan waktu yang lama
(Gery, 2005: 27). Daya tahan adalah suau aktifitas yang menekankan pada
kemampuan tubuh dalam waktu yang agak lama dan terus menerus dan
dalam keadaan aerobik sedangkan daya tahan otot adalah kemampuan otot
melakukan gerak secara berulang-ulang dalam waktu yang lama (Nala,
1996: 47). Daya tahan juga dijelaskan keadaan atau kondisi tubuh yang

mampu untuk bekerja dalam waktu yang lama, tanpa kelelahan yang
berlebihan setelah menyelesaikan suatu kegiatan. Daya tahan bagi setiap
individu sangat penting untuk mendukung aktivitas atau pelatihan yang
dilaksanakan, daya tahan ada 2 macam. Daya tahan umum meliputi kerja
jantung, paru-paru dan pembuluh darah dalam melakukan aktivitas dalam
jangka waktu yang lama, daya tahan otot adalah kemampuan otot melakukan
gerak secara berulang-ulang dalam waktu yang lama (Nala, 1996: 11). Daya
tahan adalah kemampuan organisme atlet atau seorang olahragawan dalam
melawan kelelahan yang timbul saat melakukan aktivitas dalam waktu yang
lama (Suharno HP, 1993: 23). Setiap olahragawan atau atlet tentu ingin
mempunyai otot-otot yang fcuat dengan daya tahan yang tinggi sebab otot
yang kuat dengan daya tahan yang tinggi merupakan modal untuk
melakukan aktivitas. Jika otot tidak kuat dan daya tahannya kurang baik
maka akan terjadi suatru kegiatan yang sia-sia. Bagi seorang olahragawan
atau atlet yang ingin berprestasi perlu memiliki daya tahan yang tinggi.
Bagai manapun tingginya keterampilan yang dimiliki oleh seorang
olahragawan atau atlet tanpa didukung oleh daya tahan yang baik semuanya
itu tidak ada artinya (Nala, 1996: 47). Faktor penentu daya tahan meliputi:
Jenis fibril otot kualitas pernapasan dan peredaran darah, proses
metabolisme dalam otot dan kerja hormon, pengaturan nerves sistem baik
pusat maupun perifer, kekuatan maksimal daya ledak dan power endurance,
koordinasi gerakan otot-otot irama gerakan dan pernapasan susunan lainnya
dalam otot dan umur, jenis kelamin (Suharno HP, 1993: 23).Untuk

mengetahui daya tahan seseorang pengukuranya mempergunakan cara lari
aerobik yang pengukurannya menitik beratkan pada banyaknya oksigen yang
dikomsumsi selama mengikuti aktiviatas (Manuaba,1998: 47).
2.1.6.4 Kecepatan
Secara psikologis kecepatan dapat diartikan sebagai kemampuan
berdasarkan kemudahan bergerak, sistem syaraf dan perangkat otot untuk
melakukan gerak dalam waktu tertentu (Evelyn C.Pearce, 2004: 102).
Kecepatan adalah merupakan laju gerak otot baik untuk bagian tubuh
maupun untuk seluruh tubuh kemampuan atau juga dapat disebut kecepatan
bergerak atau berpindah tempat dalam melakukan gerakan yang sejenis
secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (Harsono,
1990: 216). Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakangerakan yang sejenisnya secara berturut - turut dalam waktu yang sesingkatsingkatnya (Bagus Nugroho, 2003: 135). Kecepatan adalah kemampuan
seseorang untuk mengejar gerakan-gerakan yang berkesinambungan dalam
bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (Jarver, 1998:
72). Jadi dapat dinyatakan bahwa kecepatan adalah kemampuan seseorang
melaksanakan setiap gerakan dalam tempo yang sesingkatnya. Untuk
memperoleh kecepatan maksimum maka dibutuhkan tenaga dan kekuatan
yang bisa dikerahkan. Tenaga ini digunakan untuk melakukan gerakan
berlari pada awalan lompat jauh atau pengambilan ancang-ancang.
Kecepatan juga dijelaskan kemampuan seseorang untuk mengerjakan

gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya (Sajoto, 1990:17).
2.1.6.5 Keseimbangan
Keseimbangan

dikemukakan

sebagai

kemampuan

starts

atau

mengontrol sistem neuro muskuilon dalam kondisi statis maupun dinamis
(Harsono, 1998. 123). Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk
memepertahankan sikap atau posisi tubuh yang tepat pada waktu melakukan
gerakan (Hasnan Said, 1999: 54). Keseimbangan diartikan sebagai
kemampuan seseorang dalam mengontrol otot-otot bekerja (Nurhasan, 1996:
246). Keseimbangan juga di jelaskan kemampuan individu untuk
memelihara sistem neuromaskuler dalam kondisi statis untuk jawaban yang
efisien atau mengontrol dalam bentuk efisien yang khusus sambil bergerak
(Krempel, 1998: 11) Keseimbangan dikemukakan sebagai kemampuan statis
atau mengontrol sistem neuromusluilon dalam kondisi statis maupun dinamis
(Harsono, 1998: 223). Dari difinisi tersebut di atas dapatlah dinyatakan
bahwa keseimbangan adalah kemampuan untuk tetap mempertahankan
sistem neoromaskuler dalam kondisi statis maupun dinamis.
2.1.6.6 Daya Ledak
Daya ledak otot adalah kemampuan otot melakukan kerja secara tibatiba dan kuat atau kemampuan otot untuk mempergunakan kekuatan
maksimal dalam waktu yang sangat cepat (Harsono, 1996: 200). Daya ledak
juga dinyatakan kemampuan otot untuk mempergunakan kekuatan maksimal
dalam waktu yang sangat cepat (Soekarman, 2001: 82). Pendapat lain

menjelaskan daya ledak merupakan kemampuan otot untuk melakukan kerja
secara ledakan (tiba-tiba dan kuat) tenaga ledak ini sangat dipengaruhi oleh
kekuatan dan kecepatan reaksi otot (Nala, 1998: 51). Sependapat dengan
penjelasan di atas yang dimaksud dengan daya ledak adalah" Kemampuan
otot untuk berkontraksi dengan kekuatan maksimal dalam waktu yang
singkat (Hasnan Said, 1999: 51). Daya ledak ialah kemampuan seseorang
untuk mempergunakan kekuatan maksimal yang digerakkan dalam waktu
yang sependeknya (Sajoto, 1990: 17). Dengan demikian yang dimaksud
dengan daya ledak adalah" Kemampuan otot untuk berkontraksi dengan
kekuatan maksimal dalam waktu yang singkat. Daya ledak sangat
dibutuhkan pada cabang-cabang olahraga yang memerlukan kekuatan
tungkai seperti cabang atletik khususnya lompat jauh, lompat tinggi,
permainan, bela diri dan lainnya. Gerakan ini dilakukan secara tiba-tiba
dengan kekuatan penuh dan cepat. Untuk mengukur daya ledak
dipergunakan cara melompat keatas tanpa awalan atau dengan lompat jauh
tanpa awalan (Hasnan Said, 1999: 51)
2.1.6.7 Kecepatan Reaksi
Kecepatan reaksi dijelaskan sebagai kemampuan melaksanakan gerak
dengan cepat ini tergantung dengan kekuatan otot, elastisitas otot, teknik
yang tepat dan dibatasi oleh bakat yang terpendam dalam diri seseorang
(Brunelle, 2003: 39). Kemampuan reaksi erat sekali kaitannya dengan
replek, kecepatan gerak, makin meningkat umur, kecepatan reaksi akan
makin menurun puncaknya terdapat pada usia senja (Nala, 1994: 56).

Kecepatan reaksi adalah kemampuan tubuh untuk memberikan jawaban
secepatnya secara kinetis terhadap suatu rangsangan (Sumosarjono, 1999:
155). Disamping itu kecepatan reaksi erat sekali dengan kecepatan gerakan
dan jawaban respon. Reflek terjadi tanpa didahului oleh gerakan berpikir.
Beberapa faktor yang berpengaruh pada kecepatan reaksi ini adalah umur,
jeniskelamin, intensitas rangsangan, kesiapan dan lain-lainnya. Untuk
mengukur kecepatan reaksi cara yang paling mudah adalah dengan
menyuruh menangkap penggaris yang dijatuhkan tegak lurus kebawah.
Waktu dan jarak tangkapnya diukur. Untuk meningkatkan kecepatan reaksi
yang baik adalah lari sprint (lari cepat, menangkap bola yang dilempar
secara berturut-turut secara cepat dan sebagainya. Jadi yang dimaksud
dengan kecepatan reaksi adalah kemampuan tubuh untuk memberikan
jawaban secepatnya secara kinetis terhadap suatu rangsangan yang terjadi
secara reflek (tanpa didahului oleh gerakan berpikir). Dalam penelitian ini
adalah dengan melakukan gerakan menolakan kaki kedepan pada balok
tumpuan secara berulang-ulang.
2.1.6.8 Kelincahan
Kelincahan merupakan kemampuan seseorang mengubah posisi di area
tertentu atau seseorang yang mampu mengubah satu posisi yang berbeda
dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi yang balk (Aip Syarifuddin, 1998:
132). Kelincahan juga dijelaskan adalah kemampuan untuk bereaksi secara
cepat (bagian tubuh atau seluruh tubuh) tanpa gangguan pada keseimbangan
dalam olahraga yang sifatnya perorangan atletik dan permainan dan lain-

lainnya kelincahan ini sangat diperlukan (Nala, 1990: 53). Kelincahan
merupakan kemampuan seseorang mengubah posisi di area tertentu atau
seseorang yang mampu mengubah satu posisi yang berbeda dalam kecepatan
tinggi dengan koordinasi yang baik. (Jarver, 1998: 132). Dari beberapa
difinisi tersebut dapat dijelaskan bahwa kelincahan adalah kemampuan
seseorang untuk bergerak mengubah arah posisi tubuh dengan mudah, cepat
dan tepat tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi
tubuhnya. Pelatihan untuk mengembangkan kelincahan adalah bentuk
pelatihan yang mengharuskan seseorang untuk bergerak dengan cepat dan
mengubah arah dengan tangkas (Harsono, 1998: 72). Dalam melakukannya
tidak boleh kehilangan keseimbangan dan harus tetap sadar akan posisi
tubuhnya. Gerakan-gerakan yang demikian sering dilakukan dalam banyak
cabang olahraga, terutama dalam cabang atletik nomor lari jarak dekat,
lompat jauh. Kelincahan dalam penelitian ini adalah dapat berlari pada saat
awalan akan bertolak pada balok tumpuan kemudian menolak.
2.1.6.9 Ketepatan
Ketepatan adalah suatu proses upaya seseorang untuk mengendalikan
gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran (Sajoto, 2003: 76).Ketepatan
dikemukakan

oleh

sumosarjono

adalah

kemampuan

tubuh

untuk

menempatkan meletakan suatu benda dengan efektif, efisiensi sesuai dengan
kehendak dan mengurangi kesalahan sekecil mungkin (Sumosarjono, 1999:
65). Sedangkan Hasan menjelaskan tentang ketepatan adalah kemampuan
seseorang dalam mengendalikan gerak-gerik bebas terhadap suatu sasaran

sasaran ini dapat merupakan suatu jarak atau mungkin suatu objek langsung
yang harus dikenai dengan salah satu bagian tubuh (Hasan, 1990: 34).
Ketepatan adalah kemampuan tubuh untuk menempatkan meletakan suatu
benda dengan efektif, efisiensi sesuai dengan kehendak dan mengurangi
kesalahan sekecil mungkin (Syarifuddin, 2003: 126). Ketepatan juga
berfungsi saat menolak pada papan tumpuan sehingga jatuhnya tapak kaki
tepat pada sasaran.

BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Jenis- Jenis Penelitian Ilmiah
Berdasarkan cara pendekatan yang akan digunakan jenis penelitian
yang dipakai serta strategi yang dianggap paling efektif akan menentukan
suatu rancangan penelitian yang paling akhir akan menentukan katagori
(golongan) penelitian yang akan dilakukan Berbagai macam penggolongan
dapat diidentifikasi untuk menentukan jenis penelitian penggolongan dapat
dilakukan berdasarkan sifat-sifat masalah, Jenis-jenis penelitian meliputi:
penelitian

deskriptif,

penelitian

historis

(latar

belakang)

penelitian

eksperimen (Riduan, 1991: 47). jenis penelitian dalam suatu penelitian
ilmiah ada beberapa macam yaitu :
3.1.1 Penelitian Eksperimen
Penelitian eksperimen adalah suatu penelitian untuk mengetahui
hubungan sebab akibat dengan memberikan perlakukan satu atau lebih
pokok eksperimen dan membandingkan dengan satu atau lebih kelompok
(Suryabrata, 1993: 32). Ciri-ciri penelitian eksperimen ini adalah:
1). Menuntut pengaturan variabel-variabel dan kondisi-kondisi eksperimen
secara tertib, ketat baik dengan kontrol maupun manipulasi langsung tau
randomisasi.
2). Internal validitas merupakan tujuan utama pertimbangan mengenai
eksternal validitas (Suryabrata, 1993. 23).

3.1.2 Penelitian Deskriptif
Penelitian

deskriptif

bertujuan

untuk

mendeskripsikan

secara

sistematis, faktual akurat mengenai faktor-faktor dan sifat-sifat populasi atau
daerah tertentu. (Sofian Effendi, 1999: 31). Ciri-ciri penelitian deskriptif ini
adalah: 1). Sifat membuat deskripsi umum dalam arti merupakan akumulasi
data dasar, dengan cara deskriptif semata. 2). Ruang lingkupnya adalah
mencari informasi, mengindentifikasi mendapatkan justisifikasi, membuat
komperasi dan evaluasi.
3.1.3 Penelitian Historis
Penelitian historis bertujuan untuk merekontruksi masa lampau secara
sitematis dan obyektif dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi,
memverifikasi serta mensintesiskan bukti-bukti untuk menegakan fakta guna
memperoleh kesimpulan yang kuat. (Manning, 1999: 48). Adapun ciri-ciri
dari proses penelitian ini adalah:
1). Lebih tergantuiig pada data yang di observasi oleh orang lain dari pada
yang di observasi oleh peneliti itu sendiri.
2). Pelaksanaan harus tertib, ketat, sistematis dan tuntas untuk menghindari
informasi yang tak layak, tak reliabelitas dan berat sebelah
3). Berdasarkan informasi yang luas tidak terbatas pada dukumen yang
diterbitkan Sehubungan dengan penelitian yang sedang dilaksanakan
maka jenis penelitian yang dipergunakan adalah peneiitian eksperimen,
karena penelitian ini menggunakan kelompok ekperimen (percobaan)

dengan dua kondisi perlakuan yang berbeda repetisi dan set dan
membandingkan hasilnya.
3.2 Lama, Waktu, Frekuensi dan Tempat Penelitian
3.2.1 Lama Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama satu setengah bulan atau 6 minggu
karena pelatihan-pelatihan yang telah dijalankan dengan tekun akan tampak
hasilnya 6 minggu pelatihan (Nala, 1996: 45) kemajuan yang telah dicapai
akan tampak hasilnya (efek pelatihan) setelah waktu itu, sedangkan tes awal
dan tes akhir lompatan yang sejauh-jauhnya dilakukan satu hari sebelum dan
satu hari sesudah pelatihan dilaksanakan tidak dimasukkan dalam lamanya
pelatihan
3.2.2 Waktu penelitian
Waktu pelaksanaan pelatihan dilaksanakan pada sore hari dari jam 15.00
sampai 17.00 wita sehingga tidak menggangu proses belajar mengajar. Dalam
penelitian ini pelatihan dilaksanakan mulai tanggal 15 Maret 2008 sampai
dengan 25 April 2008. Begitu pula tes awal dan tes akhir yang dilaksanakan
pada waktu sore hari.
3.2.3 Tempat Penelitian
Tempat penelitian di SDN 2 Angantaka, Abiansemal, tangga yang
dipergunakan 10 tangga dengan ukuran tinggi 30 cm dan lebar 40 cm

3.3 Metode Penentuan Subjek Penelitian
Sebelum ditentukan beberapa jumlah sampel yang harus diambil dan
dipergunakan maka terlebih dahulu perlu diketahui jumlah populasinya.
3.3.1 Populasi penelitian
Populasi dikatakan sekelompok yang menarik peneliti dimana kelompok
tersebut oleh peneliti dijadikan sebagai objek untuk menggeneralisasikan juga
sebagai himpunan yang terdiri dari orang, hewan, tumbuh-tumbuhan atau
benda-benda yang mempunyai kesamaan sifat. (Sugiyono, 1999: 97). Yang
dimaksud dengan populasi adalah semua individu (orang) yang akan
dipergunakan sebagai efek penelitian atau sejumlah penduduk atau individu
yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama (Sutrisno Hadi, 1990:
220). Populasi juga dijelaskan adalah sekelompok individu tertentu yang
memiliki karakteristik umum yang menjadi pusat perhatian peneliti (Sanafiah
Faisal, 1992: 324). Populasi adalah totalitas semua nilai baik hasil menghitung
atau pengukuran jumlah dari pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan
objek yang lengkap dan jelas (Aryawati, 2004: 82). Sependapat dengan pakar
diatas Umar nienyatakan populasi subjek adalah semua individu yang
mendukung objek penelitian, sedangkan populasi objek adalah totalitas semua
nilai dari hasil menghitung mengukur kuantitatif maupun kualitatif dari pada
karakteristik tertentu yang menjadi pusat penelitian peneliti.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa putra kelas V SDN 2
Angantaka yang seluruhnya berjumlah 107 orang.

3.3.2 Sampel penelitian
Penelitian terhadap sampel bertujuan untuk mereduksi subjek penelitian
dan mengadakan generalisasi penelitian, yaitu mengadakan penelitian pada
sebagian saja pada populasi, sedangkan mengadakan generalisasi hasil
penelitian maksudnya mengikut sertakan populasi penelitian pada kesimpulan
yang dicapai dalam penelitian terhadap sampel. Karena dalam suatu penelitian
ini populasinya relatif cukup besar maka untuk menentukan subjek penelitian
dipergunakan teknik sampling, yaitu suatu cara pengambilan subjek penelitian
di mana subjek yang akan diteliti terdiri jumlah individu yang mewakili
jumlah yang lebih besar.
Pada

penelitian

ini

diperguanakan

sampel

penelitian

untuk

menipermudah pelaksanaan penelitian mengingat pula terbatasnya waktu,
tenaga, biaya dan fasilitas yang ada.
Yang dimaksud dengan sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi
yang diteliti (Suharsini, 1997. 104). Sampel adalah Jumlah individu yang lebih
kecil yang dapat mewakili keseluruhan dari yang dipelajari atau yang
diselidiki (Chaval, 2003 : 86). Sampel juga dijelaskan adalah salah satu dari
sample yang baik adalah yang representatif atau mencerminkan popilasi
(Netra, 1996: 2). Sampel adalah suatu himpunanyang ditarik dari suatu
populasi penelitian (Bagus Nugroho, 2005: 128).
Sample penelitian adalah setengah atau lebih dari jumlah populasi yang
telah menjadi subjek penelitian. Sedangkan pengambilan sample sebagai wakil
populasi didasari atas pertimbangan-pertimbangan atau alasan tertentu.

Nugroho menjelaskan: Pemilihan sample dilakukan karena alasan teknik
seperti keterbatasan waktu, tenaga dan biaya yang dimiliki, maka seorang
peneliti hanya meneliti sebagian saja dari populasi/individu tersebut. Sample
atau wakil populasi tersebut dipandang sebagai perwakilan populasi yang
dianggap representatif.
Salah satu syarat utama dari sample penelitian yang baik adalam sample
yang

memiliki

tingkat

rerpresentatif

yang

tinggi

atau

dapat

mencerminkan/mewakili populasi. Alasan lainnya karena tidak mungkin
seorang peneliti meneliti secara langsung segenap populasi yang jumlahnya
cukup besar, padahal tujuan peneliti adalah menemukan gejala genaralisasi
uyang

berlaku

secara

umum.

Maka

sering

kali

peneliti

terpaksa

mempergunakan sebagaian saja dari populasi yakni sebuah sample yang dapat
dipandang representatif terhadap populasi itu. Sampel diperoleh dengan cara
acak (random) tanpa memandang siapa-siapa yang dipilih atau yang
dipergunakan sebagai sampel penelitian.
Metode sampling adalah suatu cara pengambilan subjek penelitian, di
mana subjek yang akan diteliti itu terdiri dari jumlah individu yang mewakili
jumlah yang lebih besar. Penelitian terhadap sampel bertujuan untuk
mereduksi subjek penelitian dan mengadakan generalisasi penelitian, yaitu
mengadakan penelitian pada sebagian saja dari populasi. Sedangkan
mengadakan generalisasi penelitian maksudnya mengikutsertakan populasi
penelitian pada kesimpulan yang dicapai dalam penelitian sampel.

Dalam penelitian ini akan dipergunakan sampel sebanyak 100 orang dari
populasi yang berjumlah 107 orang. Dalam menentukan sampel sejumlah 100
orang dipergunakan teknik quota sampling yaitu penentuan jumlah sampel
yang diinginkan oleh peneliti terlebih dahulu (Netra, 1996: 72). Sedangkan
dalam penelitian lain jumlah populasi terdiri dari beberapa SDN 2. maka
dipergunakan teknik proporsional random sampling yaitu pemilihan sampel
didasarkan atas perbanidingan-perbandingan jumlah siswa putra pada masingmasing SDN 1, 2, 3 Angantaka.
3.4 Variabel dan Data Penelitian
3.4.1 Variabel
Variabel dijelaskan konsep yang diberi lebih dari satu nilai (Singaribun,
2001: 47). Variabel ada dua variabel bebas (independent yaitu: variabel yang
menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lainnya. Sedangkan variabel
terikat/tergantung (Dependeri) adalah variabel yang dijelaskan atau yang
dipengaruhi oleh variabel bebas (Husin Umar, 2003: 63). Yang dimaksud juga
dengan variabel adalah .gejala yang menjadi fokus penelitian untuk diamati,
variabel itu sebagai akibat dari sekelompok orang atau obyek yang
mempunyai variasi (dalam hal ini repetisi dan set) dengan yang lainnya dalam
kelompok tersebut. (Nasrun, 2004: 51).
Dalam penelitian ini variabel yang dimaksud adalah variabel bebas
(independen) yaitu pelatihan loncat jongkok pada tangga dalam 10 repetisi 4
set dan 4 repetisi dalam 10 set, sedangkan variabel terikat (dependen) adalah
jauhnya lompatan dalam lompat jauh.

3.4.2 Data
Data adalah adalah suatu fakta dan angka yang secara relatif belum
dapat dimamfaatkan bagi peneliti sehingga data yang ada perlu di
transformasikan terlebih dahulu (Sugiono, 2000: 75). Data adalah hasil yang
diperoleh yang akan diproses (diolah) sehingga menjadi suatu nilai yang
merupakan hasil dari penelitian. Data ada beberapa macam:
3.4.2.1 Data primer
Adalah data yang diperoleh langsung dari subyek yang bersangkutan
atau orang yang diteliti, data ini merupakan data kongkrit yang dihasilkan oleh
sampel penelitian. Data primer dalam penelitian ini adalah data tentang
jauhnya lompatan lompat jauh sebelum dan sesudah perlakukan.
3.5 Metode Pelaksanaan Pelatihan
Adapun rangkaian dari pelaksanaan p