BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Respon Masyarakat Kota Medan Terhadap Impelementasi Nilai-Nilai Islam Dan Pelayanan Pada Rumah Sakit Islam Malahayati

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ilmu Ekonomi dalam Sudut Pandang Islam

  Sejak adanya kehidupan manusia dipermukaan bumi, hajat untuk hidup secara kooperatif di antara manusia telah dirasakan dan telah diakui sebagai faktor esensial agar dapat survive dalam kehidupan. Seleruh anggota manusia bergantung kepada yang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Ketergantungan mutualistik dalam kehidupan individu dan sosial diantara manusia telah melahirkan sebuah proses evolusi gradual dalam pembentukan sistem pertukaran barang dan pelayanan.

  Dengan semakain berkembanganya peradabaan manusia dari zaman ke zaman, sistem pertukaraan ini berevolusi dari aktivitas yang sederhana kepada aktivitas ekonomi yang modern.

  Bisnis atau berusaha sebagai bagian dari aktivitas ekonomi selalu memegang peranan vital di dalam kehidupan manusia sepanjang masa, sehingga kepentingan ekonomi akan mempengaruhi tingkah laku bagi semua tingkat individu,sosial, regional, nasioanal, dan internasional. Umat Islam telah lama terlibat dalam aktivitas ekonomi, yakni sejak 15 abad silam. Fenomena tersebut bukanlah suatu hal yang aneh, karena Islam menganjurkan umatnya untuk melakukan kegiatan bisnis (berusaha) guna memenuhi kebutuhan sosial-ekonomi mereka. Rasulullah SAW sendiri terlibat di dalam kegiatan bisnis selaku pedangang bersama istrinya Khadijah.

  Al Qur’an sebagai Kitab Suci Umat Islam bukan hanya mengatur masalah ibadah yang bersifat ritual, tetapi juga memberikan petunjuk yang sempurna (komprehensif) dan abadi (universal) bagi seluruh umat manusia. Al Qur’an mengandung prinsp-prinsip dan petunjuk-petunjuk yang fundamental untuk setiap permasalahan manusia, termasuk masalah-masalah yang berhubungan dengan Qur’an dilengkapi dengan sunah-sunah dari Rasulullah melalui berbagai bentuk Al Hadits dan diterangkan lebih rinci oleh para fuqaha pada saat kejayaan Dinul Islamiyah baik dalam bentuk Al Ijma dan Al Qiyas.

  Namun sejak abad ke 15 hingga pertengahan abad ke 20 Masehi, kontribusi Islam dalam pemikiran ekonomi seakan hilang ditelan peradaban dunia sehingga tidak ditemukan buku-buku sejarah pemikiran Ekonomi Islam. Adalah sebuah ironi, bahwa Adam Smith, yang dikenal sebagai “Bapak Ilmu Ekonomi”, dalam bukunya “The Wealth of Nations” (tahun 1766), menjelaskan bahwa perekonomian yang maju ketika itu adalah perekonomian Arab yang dipimpin Muhammad dan Para Khalifa ur Rasyidin (dalam buku tersebut disebut sebagai Mahomet and his

  

immediate successors. Lebih ironis lagi, jika kita simak ternyata judul buku Adam

  Smith tersebut merupakan saduran dari buku Imam Abu Ubayd, yaitu “Al-Amwal” (865).

  Ironi lainnya adalah ketika Samuelson dalam buku Economics edisi 7, menyebutkan bahwa asal muasal Ilmu Ekonomi adalah Bible (injil), tidak satupun ekonom (pakar ekonomi) yang bereaksi. Sementara itu, ketika Ilmuwan Islam mengangkat kembali Ilmu Ekonomi Islam dengan Al Qur’an dan Hadits sebagai sumber rujukan utama, sebagian besar ekonom, termasuk ekonom muslim, spontan tersebut.

  Sementara itu, seorang ilmuawan Barat, C.C. Torrey dalam disertasinya yang berjudul “The Commersial Theological terms in the Koran” menyatakan bahwa Al Qur’an menggunakan terminology bisnis sedenikian ekstensif. Ia menemukan 20 macam terminology bisnis dalam Al Qur’an serta diulangi sebanyak 370 kali dalam berbagai ayat (Mustaq Ahmad,1995). Penggunaan terminology bisnis (ekonomi) yang sedemikian banyak, menunjukkan sebuah manifestasi adanya spirit bersifat komersial dalam Al Qur’an.

  Jika kita simak dengan seksama, menurut Adiwarman Karim (2002), ilmu ekonomi merupakan warisan peradaban manusia yang dapat diibaratkan sebagai bangunan bertingkat, dimana setiap kaum telah memberikan kontribusi pada zamannya masing-masing dalam mendirikan bangunan tersebut. Oleh karena itu, dalam upaya mengembangkan pemikiran Ekonomi Islam, para Ulama yang merupakan guru kaum muslimin tidak menolak pemikiran para filosof dan ilmuwan non muslim asalkan tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Para Ulama dan pakar Ekonomi Islam saat ini, berusaha mengembangkan Ekonomi Islam sesuai dengan dalil Naqli dan dalil Aqli, meskipun pengaruh pemikiran Ekonom Barat masih terasa.

  Kegiatan Sosial-Ekonomi (muamalah) dalam Islam mempunyai cangkup luas dan fleksibel, serta tidak membedakan antara Muslim dan Non Muslim. Kenyataan ini tersirat dalam suatu ungkapan yang diriwayatkan oleh Syyidina Ali, yaitu “dalam hak kita”. Dalam segenap aspek kehidupan bisnis transaksi, dunia Islam mempunyai sistem perekonomian yang berbasiskan nilai-niali dan prinsip-prinsip Syariah yang bersumber dari Al Qur’an dan Hadits serta dilengkapi dengan Ijma dan Qiyas.

  Sistem perekonomian Islam, saat ini lebih dikenal dengan istilah Sistem Ekonomi Syariah. Sistem Ekonomi Syariah mempunyai beberapa tujuan, yakni: 1.

  Kesejahteraan Ekonomi dalam kerangka norma moral Islam (dasar pemikiran QS. Al Baqarah ayat 2 7 168, Al Maidah ayat 87-88, Al Jumu’ah ayat 10) 2. Membentuk masyarakat dengan tatanan sosial yang solid, berdasarkan keadilan dan persaudaraan yang universal (QS. Al Hujuraat ayat 13, Al

  Maidah ayat 8, Asy Syu’raa ayat 183) 3. Mencapai distribusi pendapatan dan kekayaan yang adil dan merata (QS. Al

  An’am ayat 165, An’Nahl ayat 71, Az Zukhruf ayat 32) 4. Menciptakan kebebasan individu dalam konteks kesejahteraan sosial (QS. Ar

  Ra’du ayat 36, Luqman ayat 22)

  Ekonomi Syariah yang merupakan bagian dari sistem perekonomian Syariah, memiliki karakteristik dan nilai-nilai yang berkonsep kepada “amar ma’ruf nahi

  

mungkar” yang berarti mengerjakan yang benar dan meninggalkan yang dilarang.

  Ekonomi Syariah dapat dilihat dari 4 sudut pandang yaitu: 1.

  Ekonomi Illahiyah (Ketuhanan) untuk memenuhi perintah-Nya yakni ibadah, dan dalam mencari kebutuhan hidupnya, manusia harus berdasarkan aturan-aturan (Syariah) dengan tujuan utama untuk mendapatkan Ridho Allah.

  2. Ekonomi Ahlaq Ekonomi Ahlaq mengandung arti bahwa kesatuan antara Ekonomi dan Aklaq harus berkaitan dengan sektor produksi, distribusi, dan konsumsi. Dengan demikian seorang Muslim tidak bebas mengerjakan apa saja yang diinginkan atau yang menguntungkan tanpa memperdulikan orang lain.

  3. Ekonomi Kemanusiaan Ekonomi Kemanusiaan mengandung arti bahwa Allah memberikan predikat “khalifa” hanya kepada manusia, karena manusia diberi kemampuan dan perasaan yang memungkinkan ia melaksanakan tugasnya. Melalui perananya sebagai “kalifah” manusia wajib beramal, bekerja keras, dan berinovasi.

4. Ekonomi Keseimbangan

  Ekonomi Keseimbangan adalah pandangan Islam terhadap hak individu dan masyarakat diletakkan dalam neraca keseimbangan yang adil tentang dunia dan akhirat, jiwa dan raga, akal dan hati, perumpamaan dan kenyataan, iman dan kekuasaan. Ekonomi yang moderat tidak menzalimi masyarakat, Disamping itu, Islam juga tidak menzalimi hak individu sebagaimana yang dilakukan oleh kaum sosialis, tetapi Islam mengakui hak individu dan masyarakat secara berimbang. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa Sistem Ekonomi Islam mempunyai konsep yang lengkap dan seimbang dalam segala hal kehidupan, namun penganut ajaran Islam sendiri, sering kali tidak menyadari hal itu. Hal itu terjadi karena masih berpikir dengan kerangka Ekonomi Kapitalis, karena berabad-abad dijajah oleh bangsa Barat, dan juga bahwa pandangan dari Barat selalu lebih hebat, Padahal tanpa disadari ternyata di dunia Barat sendiri telah banyak negara mulai mendalami sistem perekonomian yang bersiskan Syariah.

2.2 Pengertian Pelayanan

  Pelayanan adalah suatau kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi lngsung antara seseorang dengan orang lain mesin secara fisik,dan menyediakan kepuasan pelanggan, pelayanan juga dapat diartikan sebagai usaha melayani kebutuhan orang lain (Hasyim,2006). Konsep pelayanan,menurut Gronroos (1990:27), bermakna sebagai berikut : “Pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan

  Tolak ukur pelayanan dapat dilihat dari beberapa aspek. Menurut McDonald & Lowton(1977),tolak ukur pelayanan menyangkut efisiensi dan efektivitas.Menurut Salim & Woodward (1992), tolak ukur meliputi ekonomi,efesiensi,efektivitas,dan keadilan. Menurut Lenvine(1990), tolak ukur pelayanan dapt dilihat dari segi responsivitas dan akuntabilitas. Menurut Zeithami, Parasuraman & Berry(1990), tolak ukur pelayanan ada 10 yakni: ketampakan fisik, reabilitas, responsivitas, kompetensi, kesopanan, kredibilitas, keamanan, akses,komunikasi,dan pengertian.

2.2.1 Pelayanan Kesehatan

  Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan bentuk pelayanan yang diberikan kepada klien oleh suatu tim multi disiplin. Pelayanan kesehatan pada masa kini sudah merupakan industri jasa kesehatan utama dimana setiap rumah sakit bertanggung jawab terhadap penerima jasa pelayanan kesehatan. Keberadaan dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan ditentukan oleh nilai-nilai dan harapan dari penerima jasa pelayanan tersebut. Disamping itu, penekanan pelayanan kepada kualitas yang tinggi tersebut harus dapat tercapai dengan biaya yang dipertanggung

  Kualitas pelayanan rumah sakit, menurut Ware,Jr.,at al (1977), harus ukur dari kepuasan pasien. Dimensi utama kepuasan pasien meliputi: (1) jumlah perawatan yang diberikan kepada pasien; (2) kompetensi dan standar penanganan pasien; (3) berkaitan dengan banyak hak yang diterima oleh pasien; (4) berkaitan dengan pembayaran; (5) berkaitan dengan fasilitas fisik; (6) berkaitan dengan kemanfaatan.

  Penelitian-penelitian mengenai kepuasan masyarakat atas pelayanan kesehatan banyak dihubungkan dengan faktor kepegawaian, faktor sarana, keuangan, dan lain-lain. Hensen et.al(2008) meneliti pelayanan kesehatan di Afganistan. Mereka menggunakan pendekatan Balanced Score Card,dimana variabel-variabel meliputi staff (health worker satisfaction dan salary payment current), capacity for

  

service provision (equipment functionality,durg avalilability, family planning

  availability, laboratory functionality, meeting minimum staff guidelines, infrasrtucture, patient records, monitoring of TB treatment).

  Chao-Chan (2011), meneliti mengenai dampak of hospital brand image pada sikap dan perilaku pasien rumah sakit. Survei yang dilakukan bertujuan untuk menilai hubungan antara hospital brand image, service quality, patient satisfaction, and loyalty.

  Mark G. Dugaan (2000), meneliti mengenai pelayanan rumah sakit yang dimiliki oleh perusahaan (private for profit), organisasi sosial (private non for profit), dan pelayanan bagi orang miskin. Variabel pengaruh yang dikaji adalah masalah keuangan (financial) dari ketiga bentuk rumah sakit tersebut.

  Metode yang dikembangkan oleh Zeithalm, Parasuman, dan Berry (1990) banyak tempat. Model ini menyebutkan bahwa pertanyaan mendasar yang cukup sensitif umtuk mengukur pengalaman konsumen mendapatkan pelayanan tercakup dalam lima dimensi kualitas pelayanan yaitu : realiability (kehandalan), yaitu kemampuan menampilkan pelayanan yang dijanjikan dengan segera dan akurat, responsivenes (ketanggapan), yaitu kemampuan untuk membantu konsumen dan meningkatkan kecepatan pelayanan, assurance (jaminan kepastian), yaitu kompetensi yang dimiliki sehingga memberikan rasa aman, bebas dari bahaya, resiko atau keraguan dan kepastian yang mencangkup pengetahuan perilaku , dan sikap yang dapat dipercaya, emphaty (perhatian) yaitu sifat dan kemampuan untuk memberikan perhatian penuh kepada pasien, kemudahan melakukan kontak dan komunikasi yang baik, tangible (wujud nyata) yaitu penampilan fisik dari fasilitas, peralatan, sarana informasi atau komunikasi dan petugas atau pegawai (Zeithalm, Parasuman, dan Berry, 1990 dalam Suryawati, 2004).Lima dimensi kualitas pelayanan tersebut dapat dijadikan alat oleh Rumah Sakit untuk meningkatkan kepuasan pasien.

  Tujuan pelayanan kesehatan adalah tercapainya derajat kesehtan masyarakat yang memuaskan harapan dan kebutuhan derajat masyarakat (consumer satifaction), melalui pelayanan yang efektif oleh pemberi pelayanan (provider satisfaction), pada institusi pelayanan yang diselenggarakan secara efisien (institutional satisfaction).

  Interaksi ketiga pilar utama pelayanan kesehatan yang serasi, selaras, dan seimbang. yang memuaskan (satisfactory healty care) (Ahamad Djojosugito,2001).

  Menurut Ahmad Djojosugito (2001) ada 4 aspek yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan antara lain :

  1. Jumlah petugas Jumlah petugas merupakan salah satu aspek yang menunjang pelayanan kepada pasien dirumah sakit. Keadaan petugas yang kurang menyebabkan penyelenggaraan pelayanan dilaksanakan tidak maksimal dan kurang memenuhi kepuasan pasien atas pelayanan yang diberikan.Selain itu, petugas sendiri akan mengalami kewalahan dalam menjalankan tugasnya yang pada nantinya akan menurunkan tingkat kemampuan kerja yang diberikan petugas pasien di rumah sakit.

  2. Ketanggapan petugas Ketanggapan petugas berhubungan dengan aspek kesigapan dari petugas dalam memenuhi kebutuhan pasien akan pelayanan yang diinginkan. Tingkat kesigapan dari petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi penilaian pasien atas mutu pelayanan yang diselenggarakan.

  3. Kehandalan petugas Kehandalan berhubungan dengan tinggat kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki petugas dalam menyelenggarakan dan memberikan pelayanan kurang dari tenaga kesehatan tentunya akan memberikan pelayanan yang kurang memenuhi kepuasan pasien sebagai standar penilaian terhadap mutu pelayanan.

  4. Ketersediaan dan kelengkapan fasilitas Fasilitas merupakan sarana bantu bagi instansi dan tenaga kesehatan dalam menyelenggarakan pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Keadaan fasilitas yang memadai akan membantu terhadap penyelenggaraan pelayanan kepada pasien.

  Menurut Djunaidi,et al (2006) kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan dapat dilihat dari lima dimensi antara lain : 1)

  Tangibles (bukti langsung), yaitu meliputi fasilitas fisik, pegawai, dan sarana komunikasi.

  2) Relibility (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan pelayanan dengan segera dan memuaskan dan sesuai dengan yang telah dijanjikan.

  3) Responsiveness (daya tangkap), yaitu keingan para staf untuk membantu para

  4) Assurance (jaminan), yaitu mencangkup kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya maupun resiko.

  5) Empaty, yaitu meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, dan perhatian dengan tulus terhadap kebutuhan pelanggan.

2.3 Rumah Sakit

  Beberapa pengertian rumah sakit yang dikemukan oleh para ahli,diantaranya : a. Menurut Assosiation of Hospital Care (1947), Rumah sakit adalah pusat dimana pelayanan kesehatan masyarakat, pendidikan serta penilaian kedokteran diselenggarakan.

  b.

  Menurut American Hospital Asosiation (1974), Rumah sakit adalah suatau alat organisasi yang terdiri dari tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan, yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien.

  c.

  Menurut Wolper dan Pena (1997), Rumah sakit adalah tempat dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran, perawat dan tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan.

2.3.2.Fungsi dan Tugas Rumah sakit A.

  Fungsi Rumah Sakit Permankes RI No.159b/MenKes/Per/1998,fungsi rumah sakit adalah : 1)

  Menyelenggarakan dan menyediakan pelayanan medik, penunjang medik, rehabilitas, pencegahan dan peningkatan kesehatan.

  Menyediakan tempat pendidikan dan atau latihan tenaga medik dan paramedik.

  3) Sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan.

  B.

  Tugas Rumah Sakit Tugas rumah sakit melaksanakan pelayanan kesehatan dengan mengutamakan kegiatan penyembuhan penderita dan pemulihan keadaan cacat badan dan jiwa yang dilaksanakan secara terpadu dengan upaya peningkatan (promotif) dan pencegahan (preventif) serta melaksanakan upaya rujukan.

2.4 Sejarah Rumah Sakit dimasa Peradaban Isalam

  Peradaban Islam dikenal sebagai peradaban yang bukan hanya memiliki kepedulian penuh terhadap kebutuhan rohani manusia,namun juga kebutuhan jasmaninya.Maka, berdirilah rumah sakit merupakan usaha perawatan jasmani yang diperlukan untuk menciptakan kehidupan yang berkualitas dan memenuhi hak tubuh kita untuk sehat sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “ Tubuh anda memiliki hak

  yang harus anda penuhi. “

  Islam menolak penyebaran penyakit dan mendesak untuk mencari perawatan medis. Sistem kesehatan dalam peradaban Islam terbangun diatas pondasi yang kuat berdasarkan petunjuk kenabian, sehingga dunia pun mengambil manfaat dari peradaban Islam dengan berdirinya rumah sakit dan sekolah medis beserta dokter- dokter lulusannya yang menjadi kebanggan dunia atas kontribusi mereka terhadap

  Peran institusi kesehatan dalam peradaban Islam terwujud dalam pemberian layanan kesehatan pada pasien, terutama yang miskin dan yang membutuhkan melalui rumah sakit. Rumah sakit tidak hanya menyediakan layanan pengobatan pasien yang dirawat di rumah juga. Rumah sakit juga menyebar keseluruh dunia Islam dan menjadi sumber kebahagian dan keyakinan bagi masyarakat di semua kelas akan terjamin kesehatan mereka. Pasien mendapat pengobatan,perawatan penuh,pakaian dan rumah sakit. Selain itu, banyak rumah skit yang berfungsi sebagai pusat pendidikan kedokteran disamping fungsi dasarnya merawat pasien dan memastikan kenyamanan meraka. Dan derdirinya rumah sakit pertama di dunia dan kontribusi terbesar peradaban Islam dalam bidang kesehatan. Tepatnya sembilan abad sebelum peradaban lain mengembangkan bidang ini.

  Rumah sakit pertama dalam peradaban Islam adalah rumah sakit yang khusus menangani penyakit kusta. Rumah sakit ini didirikan oleh Khalifah Umayyah Al- Walid bin Abdul-Malik yang ,memerintah pada tahun 86-96 H/ 705-715 M. Selain itu, bebrapa rumah sakit didirikan didunia Islam. Rumah sakit tersebut dianggap sebagai basis ilmu pengetahuan dan kedokteran,sementara rumah sakit pertama di Eropa didirikan di Paris lebih dari 9 abad kemudian.

  Ruamh sakit dulu dikenal dengan sebutan “ Bimaristan “ yang dalam bahasa persi berarti “ rumah pasien “ dan tidak hanya dibangun permanen dipusat-pusat kota, namun era Saljuk Sultan Mahmud yang memerintah pada periode 511-525 H/ yang dilengkapi dengan alat terapi dan obat-obatan, dan disertai oleh sejumlah dokter. Konvoi ini berkeliling desa-desa terpencil, padang pasir dan pegunungan sehingga bisa mencapai setiap sudut negara Islam.

  Dikota-kota besar,beberapa rumah skit besar dibangun. Termasuk diantaranya rumah sakit Al-A’dudi di Bangdad yang paling terkenal, yang didirikan pada tahun 371 H, Ruamh Sakit Al-Nuri di Damaskus yang didirikan pada tahun 549 H/1154 M, Ruamh Sakit Al-Mansuri di Kairo,yang didirikan pada 683 H/1284 M. Dan di Cordoba saja ada lebih dari lima puluh rumah sakit dibangun.

  Beberapa rumah sakit besr terbagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan spesialisasi. Ada bagian penyakit perut, dertomologi, oftalmologi, penyakit psikologis tulang dan patah tulang.

  Rumah sakit tidak hanya tempat untuk perawatan medis, tetapi juga menjadi tampat kajian bahan-bahan dasar komposisi obat. Rumah Sakit Islam mempenyai perpustakaan besar berisi sejumlah besar buku-buku farmakologi, anatomi, fisiologi, dan ilmu lainnya yang berkaitan dengan bidang kedokteran. Sebagai contoh, dari seratus ribu buku. Selain perpustakaan, peternakan besar didirikan didekat rumah sakit, dimana tananam obat dan rempah-rempah ditanam untuk memasok kebutuhan bahan dasar obat-obatan rumah sakit.

  Pada masa itu, langkah-langkah preventif sudah diambil rumah sakit untuk mencegah infeksi. Pasien diminta menyerahkan pakaian mereka sebelum memasuki infeksi melalui pakaian yang mereka kenakan ketika mereka tertangkap penyakit. Selain itu, setiap pasien memasuki bangsal khusus sesuai dengan penyakitnya, dan dia tidak diizinkan untuk memasuki bangsal lain untuk mencegah infeksi baru.

  Bahkan setiap pasien berhak atas sprei kasur yang baru.

  Jika kita bandingkan antara rumh sakit tersebut dan rumah sakit yang didirikan di Paris beberapa abad setelah Rumah Sakit Islam didirikan, kita akan menemukan bahwa pasien Rumah Sakit di Paris dipaksa untuk tinggal di satu lingkungan, terlepas dari sifat penyakit mereka. Kadang-kadang, tiga atau empat atau bahkan lima pasien terpaksa tidur di satu tempat tidur. Jadi, anda dapat menemukan pasien cacar tidur disamping pasien-pasien patah tulang atau disamping seorang wanita yang melahirkan. Selain itu, dokter dan perawat tidak bisa masuk bangsal tanpa mengenakan masker wajah untuk menghindari bau jamur dari bangsal mereka.

  Orang mati dipindahkan diluar bangsal 24 jam setelah kematian mereka. Kita bisa membayangkan bagaimana hal ini berbahaya untuk pasien lainnya.

  Berikut beberapa Rumah Sakit Islam terkemuka dalam sejarah peradaban Islam:

  1) Rumah Sakit Al-A’dudi

  Rumah Sakit ini didirikan oleh A’dud-al-Dawlah ibn Buwayh di 371 H/ 981 M di Bangdad.Dua puluh empat dokter bekerja dirumah sakit itu pada awal didirikan,namun jumlah itu jauh meningkat kemudian. Rumah Sakit ini memiliki perpustakaan besar, apotek dan dapur, di samping sejumlah besar dalam dua sip dalam melayani pasien. Jadi,dalam 24 jam sehari ada dokter di rumah sakit. 2)

  Rumah Sakit Al-Nuri di Damaskus Rumah Sakit ini didirikan oleh Sultan Al-Adil Nur al-Din Mahmud pada tahun 549 H/1154 M. Rumah Sakit ini menjadi salah satu rumah sakit terbesar karena terus bekerja untul waktu yang sangat lama. Bahkan menerima pasien sampai tahun 1317 H/1899 M, yaitu hampir delapan ratus tahun. 3)

  Besar Rumah Sakit Al-Maansuri Hospital The Al-Mansuri Rumah Sakit ini didirikan oleh Raja Al-Mansur Syaf al-Din Qalawun di Kairo pada 683 H/1284 M. Rumah Sakit ini memiliki kualitas akurasi,organisasi dan kebersihan. Selain juga mampu menampung lebid dari empat ribu pasien setiap hari. 4)

  Rumah Sakit Marakesh Rumah Sakit ini didirikan oleh Al-Mansur Abu Yusuf Ya’qub, Raja Dinasti

  Rumah sakit ini memadukan antara keunggulan kualitas dan keindahan. Semua jenis pohan dan tanaman ditanam dirumah sakit, serta memiliki empat danau buatan kecil. Rumah sakit itu sangat maju dalam hal lemampuan medis, obat modrern dan dokter terampil.

2.5 Respon Masyarakat

  masyarakat (Poewadarminta, 1987: 1012). Respon akan timbul setalah seseorang tau kelompok orang terlebih dahulu merasakan kehadiran suatu objek dan dilaksanakan, kemudian menginterprestasikan objek yang dirasakan tadi. Berarti dalam hal ini respon pada dasarnya adalah proses pemahaman terhadap apa yang terjadi dilingkungan dengan manusia dab tingkah lakunya. Terdapat 2 jenis yang mempengaruhi respon yaitu :

a) Variabel Struktural, yaitu faktor yang terkandung dalam ransangan fisik.

  b) Variabel fungsional, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri si pengamat misalnya kebutuhan suasana hati, pengalaman masa lalu (Wirawan, 1991 :47)

  Secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi respon seseorang yaitu : 1)

  Diri orang yang bersangkutan yang melihat dan berusaha memberikan interprestasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh sikap, motif, kepentingan dan harapannya. 2)

  Sasaran respon tersebut, berupa orang, benda atau pariwisata. Sifat-sifat

  Dengan kata lain gerakan, seuara, ukuran, tindak lanjut dan ciri-ciri lain dari sasaran respon turut menentukan cara pandang orang.

  3) Faktor situasi, respon dapat dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana respon itu timbul pula mendapatkan perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam pembentukan atau tanggapan dipengaruhi oleh sejauh mana pemahaman terhadap objek respon tersebut.

  Suatu objek respon yang belum jelas atau belum nampak sama sekali tidak mengkin akan memberikan makna.

  Seseorang dilihat respon posotifnya melalui tahap kognisi, afeksi, dan psikomotorik. Sebaliknya, seseorang tersebut dapat dilihat respon negatifnya bila informasi yang didengar atau perubahan suatu objek tidak mempengaruhi tindakanya, atau malah menghindar atau membenci objek tersebut. Respon ditegaskan oleh Daryl Beum sebagai tingkah laku balas atau sikap yang menjadi tingkah laku terwujud. Lebih lanjut respon merupakan proses pengorganisasian ransang, dimana dalam alam pikiran manusia, diorganisasikan dan kemudian ditimbulkan melalui interprestasi dari objek yang menerima ransang tersebut.

  Dollard dan Miller mengemukakan bahwa bahasa memegang peranan

  penting dalam pembentukan respon masyarakat. Respon-respon tertentu terikat dengan kata-kata. Dan oleh karna itu ucapan dapt berfungsi sebagai mediator atau menetukan pikiran mana yang bekerja. Artinya sosialisasiyang mempengaruhi respon masyarakat. Apakah respon tersebut terbentuk respon positif maupun negatif, sangat tergantung pada soisalisasi dari objek yng akan direspon.

2.6 Penelitian Terdahulu

  Dr. Ulung Pribadi (2012) Nilai-nilai Agama dan Pelayanan Publik (studi kasus di RS Muhammadiyah Yogyakarta). Unit analisis penelitian ini adalah Sumber datanya adalah para informan dan responden penelitian. Cara memperoleh sumber data informan penelitian ini dilakukan melalui teknik key-person dari para pejabat dan staf rumah sakit itu. Karena karakteristik populasi relatif homogen, maka cara memperoleh sumber data responden penelitian ini dilakukan melalui teknik

  

simple random-sampling dari para pasien pada rumah sakit itu.Teknik pengumpulan

  data yang digunakan dalam penelitian ini adalah on-line data (internet), bahan dokumenter, wawancara mendalam (in-depth interview), dan survei. Dalam penelitian ini, sample yang diambil, pada bulan Juli 2012, adalah 170 (dari populasi berjumlah 300 pasien per bulan). Teknik analisis datanya dilakukan dengan menggunakan teknik statistik. Teknik statistik yang digunakan untuk analisis data dan menguji hipotesis, untuk hipotesis asosiatif, dengan data berbentuk interval (instrumennya menggunakan skala Likert), maka pengujian hipotesis menggunakan teknik statistik Korelasi Product Moment

  Hasil Penelitian Menunjukkan bahwa pelayanan rumah sakit Muhammadiyah Yogyakarta mempunyai hubungan anatara nilai-nilai Islam dan pelayanan

  Agung Utama (2003) yang menganalisis Pengaruh Persepsi Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan pelanggan Rumah Sakit Umum Cakra Husada Klaten.

  Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan purposive sampling dan convenience sampling. Responden yang dipilih sebagai sampel dalam penelitian ini sebesar 50 pasien. Pengumpulan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan kepada responden. Penyebaran kuesioner dilakukan dengan mengunjungi ruang rawat jalan rumah sakit Cakra Husada Klaten. Sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara dokumentasi, yakni dengan mengunjungi Unit Record. Medik RSU Cakra Husada Klaten untuk mendapatkan data tentang jumlah pasien rawat inap selama tahun 2003.

  Hasil analisis deskriptif menunjukkan pelanggan (pasien) RSU Cakra Husada Klaten memiliki persepsi yang memuaskan atas kualitas pelayanan yang diterimanya (dirasakan) yang meliputi dimensi tangible, reliability, responsiveness, assurance,

  

dan empathy. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa kelima dimensi kualitas

  pelayanan yang terdiri dari tangible, reliability, responsiveness, assurance, dan empathy memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pelanggan (pasien) RSU Cakra Husada Klaten baik secara individual, maupun secara serempak atau bersama-sama. Hal ini ditunjukkan oleh nilai probabilitas signifikansi t dan f nya sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. Hasil analisis tersebut juga menunjukkan bahwa dimensi reliability merupakan dimensi yang paling berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan (pasien) RSU Cakra Husada Klaten diantara kelima dimensi persepsi kualitas pelayanan pada Rumah Sakit tersebut.

2.7 Kerangka Konseptual

  Implementasi nilai-nilai Pelayanan dari rumah sakit Islam Islam malahayati

  Respon masyarakat

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

  Dari Kerangka Pemikiran diatas saya dapat menjelaskan bahwa Implementasi nilai-nilai Islam dan pelayanan dari Rumah Sakit Islam Malahayati tersebut berhubungan terhadap respon masyarakat.