BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro,Kecil dan Menengah (UMKM) - Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap produktivitas usaha kecil mikro Kota Medan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usaha Mikro,Kecil dan Menengah (UMKM)

  Menurut UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang dimaksud dengan usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang. Sedangkan usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimilki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha mikro, usaha kecil atau usaha besar yang memenuhi kriteria sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-undang sebagai berikut ;

Tabel 2.1. Kriteria UKM menurut UU No. 20 Tahun 2008, BPS NO Usaha Kriteria Jumlah Tenaga Asset (Rupiah) Omzet (Rupiah) Kerja (Orang)

  1 Usaha Mikro 50 juta 300 juta 1-4 Tenaga Kerja

  2 Usaha Kecil > 50 juta - 500 > 300 juta - 2,5 5-19 Tenaga juta Miliar Kerja

  3 Usaha Menengah > 500 juta - 10 > 2,5 Miliar - 50 20-99 Tenaga Miliar Miliar Kerja

  Sumber : UU No. 20 Tahun 2008, BPS

  Pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menegah atau UKM merupakan langkah strategis dalam meningkatkan ekonomi nasional. Hal tersebut terutama ditunjukkan untuk memperkuat dasar kehidupan perekonomian dari sebagian besar rakyat indonesia, khuusnya melalui penyediaan lapangan pekerjaan dan mengurangi kesenjangan dan tingkat kemiskinan. Berbagai kebijakan, program dan kegiatan pemberdayaan UKM telah dijadikan pemerintah. Salah satunya dalam ini adalah dengan keluarnya UU no 2 tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah yang disahkan pada tanggal 4 juli 208.

  Kementrian Koperasi dan UKM sebagai instansi yang terkait langsung mencoba untuk memfokuskan pada upaya mengkoordinasikan kebijakan pembangunan yang mampu mendorong tumbuh dan berkembangnya Koperasi dan UKM dengan daya saing yang tinggi. Program kerja yang telah disusun bertujuan memberikan kesempatan berusaha yang sama bagi koperasi dan UMKM dengan biaya transaksi bagi UMKM, menghilangkan biaya ekonomi tinggi bagi UMKM, serta mencabut berbagai peraturan dan kebijakan yang menghambat pemberdayaan UMKM di Indonesia.

  Ada berbagai defenisi UMKM. Penelitian ini mencoba menggabungkan defenisi Usaha mikro, kecil, dan menengah dari berbagai sumber. Menurut Keputusan Menteri Keuangan No 40/KMK.06/2003, tentang Pendanaan Kredit UMKM disebutkan bahwa usaha mikro adalah usaha produktif milik keluarga atau perseorangan WNI dengan hasil penjualan paling banyak Rp 100 juta per tahun. Sementara defenisi usaha kecil menurut UU No. 9/1995, tentang usaha kecil adalah usaha produktif milik Warga Negara Indonesia, yang berbentuk badan usaha orang orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi, memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 100 juta pertahun.

  Sensus Ekonomi (2006) menyatakan bahwa “ skala perusahaan atau usaha dibagi menjadi empat, yaitu perusahaan atau usaha mikro, kecil, menengah dan besar”. Secara umum penetuan skala perusahaan atau usaha yang didasarkan pada jaringan usaha (tunggal, kantor, pusat, atau cabang) status badan usaha, jumlah tenaga kerja, omset, dan kriteria sektor lainnya. Pada umumnya, penetuan skala usaha didasarkan pada kriteria jumlah tenaga kerja karena penggunan tenaga kerja tergantung pada skala usaha (BPS dan Deprindag, 2002), yaitu : perusahaan atau usaha mikro : 1-5 orang tenaga kerja, perusahaan atau usaha kecil : 5-19 orang tenaga kerja, perusahaan atau usaha menengah 20-99 orang tenaga kerja,

2.2 Jenis UKM

  Menurut Tambunan (2009) sektor usaha kecil mikro meliputi berbagai sektor bisnis seperti : pertanian, pertambangan dan penggalian, industri, manufaktur, listrik, gas dan air bersih, bangunan, perdagangan, hotel dan restoran, transportasi dan telekomunikasi, keuangan, penyewaan dan jasa serta jasa-jasa lainnya. Sektor industri terbagi lagi menjadi beberapa bagian yaitu makanan, minuman dan tembakau, tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki, kayu dan produk-produk kayu, kertas percetakan dan publikasi serta kimia (termasuk pupuk).

  2.3 Kelebihan dan kekurangan UKM

  Menurut Hubeis (2009), kelebihan dari UKM adalah dapat menjadi dasar bagi pengembangan kewirausahaan, disebabkan organisasi internal sederhana ini mampu meningkatkan ekonomi kerakyatan/padat karya yang berorientasi pada ekspor dan substitusi impor. Selain itu UKM aman bagi perbankan dalam memberikan kredit karena bergerak di bidang usaha yang cepat menghasilkan. UKM juga mampu untuk memperpendek rantai distribusi, lebih fleksibel dan akuntabilitas dalam pengembangan usaha. Adapun kekurangan dari usaha mikro, kecil dan menengah adalah rendahnya kemampuan sumber daya manusia (SDM) dalam kewirausahaan dan manajerial yang menyebabkan munculnya ketidakefisienan dalam menjalankan proses usaha. Terdapat pula masalah keterbatasan keuangan yang menyulitkan dalam pengembangan wirausaha, ketidakmampuan aspek pasar. Keterbatasan pengetahuan produksi dan teknologi. merupakan kekurangan yang sering dialami UKM.

  2.4 Permasalahan UKM

  UKM menjadi pusat perhatian karena tingkat perekonomian dan pengetahuan yang kurang maju dalam berbisnis. Dengan adanya keterbatasan itu, timbul berbagai permasalahan dimana tingkat intensitas dan sifat dari masalah tersebut bisa berbeda tidak hanya menurut jenis produk atau pasar yang dilayani tetapi juga berbeda antar wilayah, antar jenis kegiatan bahkan antar unit dalam kegiatan yang sama. Masalah umum yang terjadi pada UKM adalah ; 1)

  Keterbatasan finansial. UKM di Indonesia mengalami dua masalah utama dalam aspek finansial yaitu mobilisasi modal awal dan akses ke modal kerja serta finansial jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan demi pertumbuhan output jangka panjang.. Hal ini disebabkan karena lokasi bank terlalu jauh bagi pengusaha yang tinggal di daerah, persyaratan terlalu berat, urusan administrasi yang rumit dan kurang informasi mengenai skim-skim perkreditan yang ada beserta prosedurnya. Lagipula sistim pembukuan yang belum layak secara teknis perbankan menyebabkan UKM juga sulit memperoleh kredit. 2)

  Kesulitan pemasaran. Pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang kritis bagi perkembangan UKM. Dari hasil studi yang dilakukan oleh James dan Akrasanee (1988) di sejumlah Negara ASEAN semua aspek yang terkait dengan pemasaran seperti kualitas produk dan kegiatan promosi maka sulit sekali bagi UKM untuk dapat berpartisipasi dalam era perdagangan bebas. Masalah pemasaran yang dialami yaitu tekanan persaingan baik di pasar domestik maupun dari pasar internasional dan kekurangan informasi yang up to date mengenai peluang di pasar luar negeri. 3)

  Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM). Keterbatasan SDM juga merupakan salah satu kendala yang serius bagi banyak UKM di Indoensia terutama dalam aspek-aspek entrepreneurship, manajemen, teknik produksi, pengembangan produk, organisasi bisnis, teknik pemasaran dan penelitian pasar. Semua keahlian ini sangat dibutuhkan untuk mempertahankan dan memperbaiki kualitas produk, meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam produksi, memperluas pangsa pasar. 4)

  Masalah bahan baku. Keterbatasan bahan baku dan kesulitan mendapatkannya karena harganya yang mahal menjadi satu kendala yang serius bagi pertumbuhan output atau kelangsungan produksi bagi banyak UKM di Indonesia. Banyak pengusaha yang terpaksa menghentikan usahanya dan berpindah profesi kegiatan ekonomi lainnya misalnya menjadi pedagang akibat masalah ini.

2.5 Modal

  Menurut Manurung (2007), dalam membangun diperoleh bisnis dibutuhkan sebuah dana atau dikenal dengan modal. Bisnis yang dibangun tidak akan berkembang tanpa didukung dengan modal. Sehingga modal dapat dikatakan jadi jantungnya bisnis yang dibangun tersebut. Biasanya modal dengan dana sendiri memberikan arti bahwa dana tersebut dipersiapkan oleh pembisnis yang bersangkutan.

  Setiap usaha selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai operasi sehari-hari, misalnya untuk pembelian bahan mentah, membayar gaji karyawan dan lain sebagainya, dimana modal yang di keluarkan itu diharapkan akan kembali masuk kedalam usaha atau perusahaan dalam waktu pendek melalui hasil penjualan produknya. Uang yang masuk dari hasil penjualan produk tersebut akan segera keluar lagi untuk membiayai operasi selanjutnya. Dengan demikian maka dana tersebut akan terus menerus berputar setiap periode selama hidup perusahaan (Riyanto 1992).

  Fungsi modal kerja menurut Ahmad (2000) dibagi menjadi 2, yaitu:

  1. Menopang kegiatan produksi dan penjualan atau sebagai jembatan saat pengeluaran pembelian persediaan dengan penjualan dan penerimaan kembali hasil pembayaran.

  2. Menutup dana atau pengeluaran tetap dan dana yang tidak berhubungan secara langsung dengan produksi dan penjualan.

  Ahmad (2000) memberikan penjelasan tentang pengelolaan modal kerja menjadi penting karena menyangkut beberapa aspek:

  1. Beberapa penelitian telah memberikan indikasi bahwa sebagian besar waktu manajer keuangan dihabiskan dalam kegiatan internal perusahaan dari hari ke hari dan ini merupakan bagian dari manajemen modal kerja.

  2. Kenyataan jumlah aktiva lancar sering lebih separuh total aktiva perusahaan dan cenderung labil.

  3. Hubungan antara tingkat pertumbuhan penjualan dan kebutuhan akan perusahaan kecil, manajemen modal kerja terlebih-lebih pentingnya, dengan alasan:

2.6 Pengalaman Kerja

  Pengalaman kerja terjadi karena adanya kesempatan kerja yang timbul karena adanya investasi dan usaha untuk memperluas kesempatan kerja ditentukan oleh laju pertumbuhan investasi, lahu pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja. Strategi pembangunan yang diterapkan juga akan mempengaruhi usaha perluasan kesempatan kerja. Sedangkan menurut Sagir (2000) kesempatan kerja adalah: kesempatan untuk berusaha dan berpartisipasi dalam pembangunan, jelas akan memberikan hak bagi manusia untuk menikmati hasil dari pembangunan.

  Ada beberapa hal juga untuk menentukan berpengalaman tidaknya seorang pengusaha yang sekaligus sebagai indikator pengalaman kerja, yaitu:

  1. Lama waktu/masa kerja Ukuran tentang lama waktu atau masa kerja yang telah ditempuh seseorang dapat memahami tugas-tugas suatu pekerjaan dan telah melaksanakan dengan baik.

  2. Tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki Pengetahuan merujuk pada konsep, prinsip, prosedur, kebijakan atau informasi lain yang dibutuhkan oleh karyawan. Pengetahuan juga mencakup kemampuan untuk memahami dan menerapkan informasi pada tanggung jawab pekerjaan. Sedangkan keterampilan merujuk pada kemampuan fisik yang dibutuhkan untuk mencapai atau menjalankan suatu tugas atau pekerjaan.

  3. Penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan. Tingkat penguasaan seseorang dalam pelaksanaan aspek-aspek tehnik peralatan dan tehnik pekerjaan (Foster, 2001).

2.7 Pendidikan

  Definisi pendidikan seperti dikutip dari Djumransjah (2004) adalah: 1.

  Proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan perilaku yang berlaku dalam masyarakatnya.

  2. Proses sosial di mana seseorang dipengaruhi oleh suatu lingkungan yang terpimpin (misalnya sekolah) sehingga ia dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan pribadinya. Soedarmayanti (2001) mengemukakan bahwa melalaui pendidikan, seseorang dipersiapkan untuk memiliki bekal agar siap tahu, mengenal dan mengembangkan metode berpikir secara sistematik agar dapat memecahkan masalah yang akan dihadapi dalam kehidupan di kemudian hari.

  Menurut Sistem Pendidikan Nasional (UU Nomor 2 Tahun 1989 Pasal 10) mengemukakan bahwa pendidikan terbagi atas:

  1. Pendidikan persekolahan yang mencakup berbagai jenjang pendidikan dari tingkat sekolah dasar (SD) sampai perguruan tinggi.

  2. Pendidikan Luar Sekolah terbagi atas: A.

  Pendidikan non formal. Mencakup lembaga pendidikan di luar B.

  Pendidikan informal. Mencakup pendidikan keluarga, masyarakat dan program-program sekolah, misalnya ceramah di radio atau televisi dan informasi yang mendidik dalam surat kabar atau majalah. Dari jenis pendidikan di atas, pendidikan informal adalah yang paling dahulu dikenal dan paling penting peranannya. Hal ini disebabkan dalam masyarakat sederhana satu-satunya bentuk pendidikan yang dikenal adalah pendidikan informal. Meskipun pendidikan informal mempunyai peranan yang sangat penting tetapi di dalam penelitian ini tidak mencantumkan sebagai salah satu faktor penunjang produktivitas kerja.

2.8 Pengertian Kredit

  Dalam arti luas kredit diartikan sebagai kepercayaan. Dalam bahasa latin kredit berarti

  “credere” artinya percaya. Maksudnya bagi pemberi kredit adalah

  percaya kepada penerima kredit bahwa kredit yang disalurkan pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian, sedangkan bagi penerima kredit merupakan penerimaan kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai jangka waktu yang telah disepakati. Sebelum kredit diberikan untuk meyakinkan bank bahwa nasabah benar-benar dapat dipercaya, maka bank terlebih dahulu mengadakan analisis kredit. Analisis kredit mencakup latar belakang nasabah atau perusahaan, prospek usahanya, jaminan yang diberikan serta faktor-faktor lainnya. Tujuan analisis ini adalah agar bank yakin bahwa kredit yang diberikan benar- benar aman.

  Pengertian kredit menurut Undang-Undang RI No. 10 tentang Perbankan (1998) adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

  Dari pengertian kredit diatas dapat dikatakan bahwa ; 1. Adanya penyerahan uang atau tagihan.

  2. Adanya kesepakatan antara kreditur dengan debitur.

  3. Adanya satu syarat bagi pihak debitur berkenaan dengan pinjaman dan bunga yang harus dibayar pada saat jatuh tempo.

  Menurut Suyatno (1991) definisi kredit adalah penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain dalam hal mana peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang ditetapkan.

2.9 Jenis-Jenis Kredit

  Menurut Kasmir (1998) jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain :

1. Dilihat dari segi jangka waktu (maturity) a.

  Kredit jangka pendek. Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu paling lama satu tahun. Dan biasanya digunakan sebagai modal kerja.

  b.

  Kredit jangka menengah (medium term loan). Adalah kredit yang jangka waktu pengembaliannya antara satu sampai tiga tahun. Dan biasanya digunakan untuk investasi.

  c.

  Kredit jangka panjang (long term loan). Adalah kredit yang jangka waktu pengembaliannya paling panjang yaitu diatas tiga tahun.

  Biasanya kredit ini digunakan untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan sawit atau perkebunan karet. Atau kredit perumahan.

  2. Dilihat dari segi jaminan (collateral).

  a.

  Kredit dengan jaminan (secured loan). Yaitu kredit yang diberikan dengan jaminan. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau barang yang tidak berwujud atau jaminan orang. Artinya kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan calon debitur.

  b.

  Kredit dengan tanpa jaminan (unsecured loan). Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan karakter serta loyalitas atau nama baik calon debitur selama ini.

  3. Dilihat dari sektor usaha terdiri dari : a.

  Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian rakyat. Sektor usaha pertanian dapat b.

  Kredit peternakan, dalam hal ini untuk jangka pendek, misalnya : peternakan ayam dan jangka panjang kambing atau sapi.

  c.

  Kredit industri, yaitu kredit untuk membiayai usaha kredit menengah dan besar.

  d.

  Kredit pertambangan, yaitu jenis usaha tambang yang dibiayai biasanya dalam jangka panjang seperti tambang emas, minyak atau timah.

  e.

  Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan. f.

  Kredit profesi, diberikan kepada para profesional seperti dosen, dokter atau pengacara.

  g.

  Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan.

4. Dilihat dari segi tujuan kredit terbagi atas : a.

  Kredit komersial (commercial loan). Kredit yang diberikan untuk perdagangan biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar.

  b.

  Kredit konsumtif (consumer loan). Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi, dalam kredit ini tidak ada tambahan barang jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau perumahan, kredit untuk mobil pribadi, kredit untuk peralatan rumah tangga, dan lain-lain.

  c.

  Kredit produktif (productif loan). Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Contoh kredit untuk pembangunan pabrik yang nantinya akan menghasilka barang, kredit pertanian akan menghasilkan pertanian atau kredit pertambangan akan menghasilkan barang tambang dan lain-lain.

5. Dilihat dari segi kegunaannya, a.

  Kredit modal kerja, yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksinya. Conothnya kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.

  b.

  Kredit investasi, yang digunakan untuk keperluan usaha atau membangun proyek atau pabrik baru untuk keperluan rehabilitasi.

  Contoh kredit investasi misalnya untuk membangun pabrik atau membeli mesin-mesin yang kecenderungan pemakaiannya untuk satu periode yang relatif lebih lama.

  c.

  Kredit konsumsi, digunakan untuk konsumsi suatu barang atau membeli suatu barang contoh kredit pembelian mobil atau sepeda motor atau kredit pembelian barang elektronik.

2.10 Fungsi Dan Tujuan Kredit

  Menurut Martono (2003) secara garis besar fungsi dan tujuan kredit dalam perekonomian, perdagangan dan keuangan adalah berikut ;

  1. Untuk meningkatkan daya guna uang, dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang maksudnya jika uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit, uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit.

  2. Untuk meningkatkan peredaran uang dan lalu lintas uang. Dalam hal ini uang yang diberikan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya, sehingga satu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya.

  3. Untuk meningkatkan daya guna barang. Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh debitur untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat.

  4. Meningkatkan peredaran uang, kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari suatu wilayah ke wilayah lainnya sehingga jumlah barang yang beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah barang yang beredar. Sebagai alat stabilitas ekonomi, dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat. Kredit dapat pula membantu mengekspor barang dari dalam negeri sehingga meningkatkan devisa negara.

  6. Untuk meningkatkan kegairahan usaha. Bagi penerima kredit akan dapat meningkatkan kegairahan usaha karena adanya tambahan modal yang banyak.

  7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan. Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semakin baik, terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit diberikan untuk membangun pabrik, maka pabrik tersebut akan membutuhkan tenaga kerja sehingga akan mengurangi pengangguran.

  8. Untuk meningkatkan hubungan internasional. Dalam hal pinjaman internasional dapat meningkatkan saling membutuhkan antara sipenerima kredit dengan si pemberi kredit. Pemberian kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerjasama dibidang lainnya.

2.11 Prinsip Dasar Pemberian Kredit.

  Dalam keputusan kelayakan pemberian kredit bagi calon debitur, lembaga keuangan seperti bank-bank formal umumnya memiliki standar penilaian tertentu.

  Menurut Munawir (2000) pendekatan analisis mengenai prinsip 5C adalah ; 1.

  Character. Suatu keyakinan bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar belakang nasabah baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hobby dan social standingnya. Ini semua merupakan ukuran kemauan membayar.

  2. Capacity. Yaitu untuk melihat kemampuan nasabah dalam bidang bisnis yang dihubungkan dengan pendidikan, kemampuannya dalam memahami ketentuan-ketentuan pemerintah dan kemampuannya dalam menjalankan usaha. Dari kriteria tersebut akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang disalurkan.

  3. Capital yaitu untuk melihat penggunaan modal apakah efektif yaitu dengan melihat laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) dan melihat darimana saja sumber dana yang ada.

  4. Collateral. Yaitu jaminan yang dapat berupa fisik maupun non fisik dan jumlahnya harus melebihi jumlah kredit yang diberikan serta telah diteliti keabsahannya.

  5. Condition yaitu dalam menilai kredit hendaknya dinilai kondisi ekonomi dan politik sekarang dan dimasa yang akan datang sesuai sektor masing- kemungkinan kredit itu bermasalah relatif kecil.

2.12 Tingkat Bunga

  Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah dengan yang dibayar oleh nasabah kepada bank. (Kasmir, 2008). Dalam kegiatan sehari-hari ada dua macam bunga yang diberikan kepada nasabah yaitu : a) Bunga simpanan, yaitu bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya dibank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya.

  Contoh : jasa giro, bunga tabungan dan bunga deposito.

  b) Bunga pinjaman atau kredit, yaitu bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Sebagai contoh adalah bunga kredit.

2.13 Komponen-Komponen Dalam Menentukan Bunga Kredit.

  Khusus untuk menentukan besar kecilnya suku bunga kredit yang akan diberikan kepada para debitur terdapat beberapa komponen yang mempengaruhi.

  Adapun komponen tersebut adalah sebagai berikut (Kasmir, 2008) ; 1.

  Total biaya dana (cost of fund), merupakan total bunga yang dikeluarkan giro, tabungan maupun deposito. Total biaya dana tergantung dari seberapa besar bunga yang ditetapkan untuk memperoleh dana yang diinginkan. Semakin besar bunga yang dibebankan terhadap bunga simpanan, semakin tinggi pula dananya demikian pula sebaliknya. Total biaya dana ini harus dikurangi dengan cadangan wajib atau reserve

  requirement (RR) yang ditetapkan oleh pemerintah.

2. Biaya operasi, dalam melakukan setiap kegiatan setiap bank membutuhkan berbagai sarana dan prasarana baik berupa mausia mapun alat.

  Penggunaan sarana dan prasarana ini memerlukan sejumlah biaya yang harus ditanggung bank sebagai biaya operasi. Biaya operasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank didalam melaksanakan operasinya. Biaya ini terdiri dari biaya gaji pegawai, biaya adminstrasi, biaya pemeliharaan dan biaya-biaya lainnya.

  3. Cadangan resiko kredit macet, merupakan cadangan terhadap macetnya kredit yang akan diberikan , hal ini disebabkan setiap kredit yang akan diberikan pasti mengandung suatu resiko tidak terbayar. Resiko ini dapat timbul baik disengaja maupun tidak disengaja.

  4. Laba yang diinginkan, setiap kali melakukan transaksi bank selalu ingin memperoleh laba yang maksimal. Penentuan ini ditentukan oleh beberapa pertimbangan penting, mengingat penentuan besarnya bunga kredit.

5. Pajak, merupakan kewajiban yang dibebankan pemerintah kepada bank yang memberikan fasilitas kredit kepada nasabahnya.

  Produksi merupaka hasil akhir dari proses atau aktvitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau output. Dengan demikian kegiatan produksi adalah mengkombinasikan berbagai input atau masukan untuk menghaslkan output. Produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output, sehingga nilai barang tersebut bertambah. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan antara tingkat output dan tingkat penggunann input-input (boediono, 2002).

  Fungsi produksi menetapka bahwa suatu perusahaan tidak bisa mencapai suatu output jika hanya menggunakan sedikit input sehingga tingkat outputnya akan berkurang. Fungsi produksi menunjukkan hubungan antara berbagai kombinasi input yang digunakan untuk menghasilkan output.

  Perhitungan fungsi produksi pada masa karl marx menetapkan biaya produksi hanya dihitung berdasarkan pengeluaran tenaga kerja saja karena mereka belum percaya pada mesinisasi, sehingga dapat dimaklumi apabila teori Karl Marx memprediksikan bahwa suatu saat nanti akan terjadi eksploitasi antar manusia yang menyebabkan hancurnya kapitalisme.

  Berikut adalah hubungan antara jumlah output (Q) dengan jumlah input tertentu yang digunakan dalam proses produksi, secara sistematis, menurut Jaesron dan Fathorrozi (2003) dapat di tuliskan sebagai berikut:

  Q = F ( K,L ) Q = output K = input kapital L = input tenaga kerja

  Berdasarkan teori yang berkembang diambil pula satu asumsi dasar mengenai sifat dari fungsi produksi, yakni pada suatu hukum yang disebut The Law of Deminising Returns. Hukum ini mengatakan bahwa bila satu macam input ditambah penggunaannya sedang input yang lainnya tetap, maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang ditambahkan mula-mula menarik, tetapi kemudian menurun bila input terus bertambah.

  Kemudian Boediono (1999) menyatakan bahwa meningkatkan output sebagi konsekuensi pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan meningkatkan ketrampilan pekerja, penerapan sistem pembagian kerja yang tepat berdasarkan ketrampilan pekerja dan penggunaan mesin-mesin yang dapat memudahkan dan mempercepat serta meningkatkan produktivitas tenaga kerja.

  Lebih lanjut Boediono (1999) menggambarkan bentuk umum fungsi produksi yang bisa menampung berbagai kemungkinan substitusi antara kapital (K), tenaga kerja (L), sumber daya (R), dan teknologi (T) adalah sebagai berikut :

  Q = f ( K, L, R, T) Keterangan :

  Q = Output atau Keluaran K = Stok Kapital atau Modal L = Labor atau Tenaga Kerja R = Resource / Sumber Daya T = Tingkat teknologi yang digunakan

  Berdasarkan persamaan diatas menunjukkan bahwa stok kapital, tenaga kerja, penggunanan pupuk dan teknologi akan meningkatkan output. Apabila output meningkat pada periode itu, maka sebagian kenaikan output akan diinvestasikan sehingga stok kapital akan bertambah besar sebesar output yang diinvestasikan. Proses pertumbuhan output ini akan terus berulang pada periode berikutnya, sampai pada batas penggunaan sumber daya alam dan sumber daya tenaga kerja mencapai tingkat yang optimal.

  Berdasarkan persamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya tingkat produksi suatu barang tergantung kepada jumlah faktor produksi yang dimiliki seperti modal, jumlah tenaga kerja, jumlah kekayaan alam dan tingkat produksi yang digunakan. Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa input. Dalam pembahasan teori ekonomi produksi, maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi. Hal tersebut disebabkan hal antara lain :

  1. Dengan fungsi produksi, maka penelitian dapat mengetahui hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah dimengerti.

  2. Dengan fungsi produksi, maka penelitian dapat mengetahui hubungan antara variabel yang dijelaskan (dependent variable) Y, dan variabel yang menjelaskan (independent variable) X, serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas. .

  Menurut Soekartawi (2003) fungsi produksi adalah suatu pernyataan menyatakan jumlah maksimum yang dapat di produksi dengan sejumlah masukan tertentu atau alternaif lain, jumlah maksimum masukan yang diperlukan untuk memproduksi satu tingkat keluaran tertentu. Fungsi ditetapkan oleh teknologi yang tersedia yaitu hubungan masukan/keluaran untuk setiap produksi adalah karakteristik teknologi, peralatan, tenaga kerja, bahan dan sebagainya yang dipergunakan perusahaan.

  Selanjutnya, Widayat (2001) menjelaskan bahwa proses produksi pada umumnya membutuhkan berbagai macam faktor produksi, misalnya tenaga kerja, modal dan berbagai bahan mentah. Pada setiap proses produksi, faktor-faktor produksi tersebut digunakan dalam kombinasi tertentu.

2.15 Produktivitas

  = produktivitas Kapital

  α (1- α)

  Y = A.K L =

  Y= Y = A

  α

  Y = A ( )

  α

  Y = A.K Y = A.

  = Y =

  1- α

  Y = A ( )

  α-1

  Y = A K Dimana

  Y = produksi Output A = Teknologi K = Kapital L = Tenaga Kerja α = Konstanta

  Monga dalam Winardi (2003) menyatakan bahwa produktivitas adalah menciptakan kekayaan melalui penciptaan penerapan pengetahuan hingga dapat disediakan produk produk serta jasa-jasa yang memenuhi kebutuhan para pemakai dan yang bersifat konsisten dengan tujuantujuan sosial, lingkungan dan ekonomi masyarakat yang bersangkutan. Ada dua macam aspek vital produktivitas yaitu efektivitas dan efisiensi, efektivitas berhubungan dengan pencapaian tujuan yang diekspektasi sedangkan efisiensi berhubungan dengan bagaimana baiknya berbagai sumberdaya atau input itu dikombinasi (Winardi, 2003).

  Dalam penelitian ini indeks produktivitas yang akan kita ukur adalah produktivitas dalam hal tingkat penerimaan usaha kecil menengah dibagi faktor produksi yang ada. Untuk lebih konkritnya produktivitas dinyatakan melalui tingkat pendapatan pengusaha industri kecil. Produktivitas dalam prosesnya sangat bersinggungan dengan inovasi pelaku wirausaha di mana untuk terpenuhinya definisi produktivitas sebagaimana yang dikemukakan oleh Monga di atas maka dibutuhkan pemikiran yang kreatif dan tindakan yang inovatif untuk menciptakan peluang yang efektif dan efisien, selanjutnya direalisasikan dalam bentuk barang dan jasa dengan nilai tertentu sesuai kebutuhan pemakai .

  Produktivitas adalah salah satu faktor yang penting dalam mempengaruhi produktivitas berarti meningkatkan kesejahteraan dan mutu perusahaan. Oleh sebab itu perlu dilakukan suatu pengukuran produktivitas di perusahaan yang bertujuan untuk mengetahui tolak ukur produktivitas yang telah dicapai dan merupakan dasar dari perencanaan bagi peningkatan produktivitas di masa datang Simanjuntak (1985:30)

2.16 Produktifitas Tenaga Kerja

  Dalam suatu proses produksi tenaga kerja memegang peranan penting disamping modal, lahan dan teknologi. Pengukuran produktivitas tenaga kerja perlu di lakukan dalam suatu kegiatan produksi. Sumber daya manusia mempunyai peranan yang penting dalam proses peningkatan produktivitas produksi, karena alat produksi dan teknologi pada hakekatnya juga merupakan hasil karya manusia.

   Anwar (dalam Kasnawi 1993:3) mengemukakan bahwa produktifitas

  tenaga kerja dipengaruhi oleh 6 hal yaitu perkembangan barang modal per pekerja, meningkatkan skala usaha, perpindahan pekerja antar jenis kegiatan, perubahan komposisi output dari tiap sektor atau subsektor serta perubahan teknik produksi.

  Menurut simanjuntak (2003), produktivitas tenaga kerja adalah perbandingan hasil yang dicapai dari peran tenaga kerja per satuan waktu. Secara sederhana produktivitas tenaga kerja merupakan ukuran efektivitas tenaga kerja dalam menghasilkan produk dalam satuan tertentu.

  Dilihar dari sisi teori ekonomi mikro, produktivitas mengacu pada kemampuan maksimal seorang pekerja menghasilkan output. Kenyataannya, pekerja tersebut belum tentu atau mampu memanfaatkan seluruh kemampuannya, produktivitas semacam ini disebut produktivitas fisik. Produktivitas yang dikaitkan dngan harga pasar disebut produktivitas nilai, yang harganya sama dengan harga output dikalikan produktivitas fisik. (Simanjuntak, 2005)

2.17 Perilaku Indusstri Pengolahan Sedang Dan Besar

  Optimasi perilaku industri UKM akan menghasilkan parameter pemberdayaan. Perilaku industri UKM pengolahannya dalam model difusi teknologi dijelaskan dengan merumuskan fungsi produksi (ethier, 1982; Romer, 1986,1990) sebagai berikut :

  Y

  IPSB = A

  IPSB x x

  ∑ Dimana

  Y IPSB = nilai output industri pengolahan sedang dan besar. A

  IPSB = parameter produktivitas industri pengolahan sedang dan besar,

  L

  

IPSB = jumlah tenaga kerja industri pengolahan sedang dan besar,

  N

  

IPSB = variasi faktor produksi industri pengolahan sedang dan besar,

  X = jumlah faktor produksi tipe ke-j industri pengolahan sedang dan

  IPSBj

  besar, dan j= 1,2,......, N

  IPSB 0 < α , 1.

  Parameter A

  IPSB menjelaskan bebrbagai peranan kebijakan pemerintah,

  seperti pajak dan retribusi, transfer dan subsidi, perizinan dan birokrasi serta parameter kebijakan pemerintah lainnya, yang dideskripsikan dalam tingkat difusi teknologi. Sifat penjumlahan secara terpisah dari faktor produksi X

  IPSBj

  menjelaskan bahwa produk marginal dari faktor produksi ke j adalah indenpendent dari jumlah faktor produksi ke j. Independensi produk marginal dari faktor produksi menjelaskan bahwa produk baru tidak mengakibatkan produk lama menjadi kadaluarsa. Jika N

  IPSB merupakan tipe faktor produksi industri

  pengolahan sedang dan besar yang tersedia dengan harga tertentu maka industri pengolahan sedang dan besar termotivasi menggunakan semua faktor produksi.

  Penggunaan semua faktor produksi atau input tipe ke j akan menghasilkan kesimbangan X = X , sehingga fungsi produksi dan fungsi laba industri

  IPSBj

  IPSB

  pengolahan sedang dan besar masing-masing adalah

  

1-

α α

  Y

  IPSB = A

  IPSB x x [ N X

  IPSB ] x N

  IPSB = Y

  IPSB

  IPSB

  X IPSBj Π – W – ∑ Dimana :

  IPSBj = Laba industri pengolahan sedang dan besar,

  Π Pj = harga faktor produksi ke-j dari dan W = upah tenaga kerja industri pengolahan sedang dan besar.

  IPSB

2.18 Perilaku Industri Pengolahan Mikro Dan Kecil

  Perilaku industri mikro dan kecil (IPMK) diasumsikan sama dengan perilaku industri pengolahan sedang dan besar dimana fungsi produksi pengolahan mikro dan kecil dirumuskan dalam bentuk Cobb-Douglas, yaitu: Y

  IPMK = A

  IPMK x x

  ∑ Dimana:

  Y

  IPMK = nilai output industri pengolahan mikro dan kecil

  A

  IPMK = produktivitas industri pengolahan mikro dan kecil

  L

  IPMK = tenaga kerja industri pengolahan mikro dan kecil

  X = faktor produksi antara tipe ke-j industri pengolahan mkro dan kecil

  IPKMj

  N

  IPMK

  IPSB , j = 1, 2, ..., N

  IPMK ≤ N , 0 , α , 1.

  Parameter N

  IPKM menjelaskan variasi faktor produksi yang tersedia dan

  dapat dihasilkan sendiri industri pengolahan mikro dan kecil. N

  IPMK merupakan

  bagian dari N

  IPSB , artinya tidak ada difusi teknologi dari industri pengolahan sedang dan besar dan industri pengolahan mikro dan kecil. Paramteter A

  IPMK dan

  L dapat berbeda dengan parameter A dan L Perbedaan parameter

  IPMK

IPSB IPSB.

  A

  IPMK dan A

  IPSB menjelaskan perbedaan kebijakan pemerintah pada industri

  pengolahan mikro dan kecil dan industri pengolahan sedang dan besar. Model difusi teknologi industri pengolahan mikro dan kecil paralel dengan model produksi industri pengolahan sedang dan besar, kecuali imitasi biaya ekonomi tidak akan dapat dilakukan oleh industri pengolahan mikor dan kecil. Biaya ekonomi industri pengolahan mikor dan kecil adalah

  ϑ. Diasumsikan bahwa baiaya ekonomi dari industri pengolahan sedang dan besar lebih tinggi dari biaya ekonomi industri pengolahan mikro dan kecil, sehingga [ 0 ,

  ϑ , ϭ ]. Asumsi ini sangat krusial karena imitasi biaya ekonomi sulit diserap secara penuh oleh industri pengolahan mikro dan kecil (Masfield Schwartz and Wagner, 1982). Fungsi produksi, penggunaan faktor produksi dan produktivitas tenaga kerja

  1- α α

  Y

  IPMK = A

  IPMK x

  IPMK ] x N

  x [ N X

  X IPMKj = x x L

  IPMK

  Y = Y / L x x N

  IPMK

  IPMK

  IPMK

  IPMK

  W

  IPMK = [1-

  IPMK

  α ] y Dimana W

  IPMK adalah tingkat upah tenaga kerja industri pengolahan mikro

  dan kecil. Dari persamaan diatas ditunjukkan bahwa rasio produktivitas tenaga kerja industri pengolahan sedang dan besar dengan industri pengolahan mikro dan

  1/(1- α) kecil [ y / y ] ditentukan oleh rasio [A /A ] dan [N /N ].

  IPSB

  IPMK

  IPSB

  IPMK

  IPSB

  IPMK

  Demikian juga rasio tingkat upah industri pengolahan sedang dan besar dengan industri pengolahan mikro dan kecil w

  IPSB /w

  IPMK juga ditentukan oleh rasio

  1/(1- α)

  [A

IPSB /A

  IPMK ] dan [N

IPSB /N

  IPMK ]. Oleh sebab itu model laba, tingkat return

  dan tingkat pertumbuhan output industri pengolahan mikro dan kecil mempunyai bentuk yang mirip dengan industri pengolahan sedang dan besar., yaitu:

  2(1- α)

  IPMKj = x L

  IPMK

  Π ) x x α (

  2(1- α)

  R = [ L /

  IPMK

  IPMK x α

  ϑ ( ) x

  2(1- α)

  IPMK = [1/

  IPMK /

  Ѳ ϑ] [L x α –ρ] ϑ) x (1- α)/ α) x IPMK .

  IPSB yaitu pada nilai

  Difusi teknologi secara penuh dijelaskan oleh Ѳ Ѳ A

  IPSB = A

  IPMK , L

  IPSB = L

  IPMK dan

  ϑ < ϭ. Artinya industri pengolahan mikro dan kecil mengalami pertumbuhan output yang lebih tinggi dari industri pengolahan sedang dan besar karena difusi teknologi terjadi dengan biaya lebih murah, yaitu:

  ϭ 1(1- α)

  jika

  IPMK

  IPSB < x

  Ѳ > Ѳ

  

( )

  Persamaan diatas menjelaskan bahwa pertumbuhan output industri pengolahan mikro dan kecil lebih tinggi dari industri pengolahan sedang dan besar jika industri pengolahan mikro dan kecil mempunyai keunggulan dalam parameter A

  IPMK dan L

  IPMK . Dengan kata lain, tingkat return industri pengolahan mikro dan

  kecil lebih tinggi dari industri pengolahan sedang dan besar jika industri pengolahan mikro dan kecil mempunyai keunggulan dalam parameter A

  IPMK dan

  L

  

IPMK . Pertumbuhan output industri pengolahan mikro dan kecil juga akan lebih

  tinggi dari industri pengolahan sedang dan besar jika diversifikasi N lebih

  IPMK

  banyak dari diversifikasi N IPSB , sebagai implikasi dari difusi teknologi.

2.19 Penyerapan Tenaga Kerja

  Di negara kita pengertian tenaga kerja yang sering digunakan adalah tenaga kerja yang mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, mencari pekerjaan dan yang melakukan pekerjaan lain seperti sekolah dan mengurus rumah tangga. Tiga golongan yang disebut terakhir walaupun sedang tidak bekerja, mereka dianggap secara fisik dan sewaktu-waktu dapat bekerja.

  Dalam Undang-undang pokok Ketenagakerjaan No. 25 Tahun 1997 tenaga kerja didefinisikan sebagai setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Proses dari usaha-usaha penyerapan tenaga kerja dapat terwujud apabila pembinaan dan pengembangan industri dapat berjalan sebagaimana mestinya. Pengertian dari penyerapan itu sendiri diartikan secara luas menyerap dalam maknanya menghimpun orang atau tenaga kerja disuatu lapangan usaha, untuk dapat berbuat sesuai dengan kebutuhan usaha itu sendiri.

  Secara praktis pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja dibedakan oleh batas umur yang berbeda-beda. Amerika menggunakan batasan umur 10 tahun keatas tanpa batasan umur maksimum. Penggunaan tenaga kerja yang tidak mengenal batas umur tersebut pada kenyataannya anak-anak dibawah umur 10 tahun juga banyak yang dipekerjakan. Beranjak dari kenayataan ini maka konsep yang digunakan dalam survei industri yang dilakukan Badan Pusat Statistik, tenaga kerja/pekerja dalam perusahaan industri adalah semua orang yang biasanya bekerja di perusahaan dengan mendapat upah/gaji dan tunjangan-tunjangan lain baik berupa uang ataupun barang serta pekerja tidak dibayar seperti pemilik dan pekerja keluarga.

  Tenaga kerja yang ada atau lapangan usaha yang ada, tidak mampu menyerap tenaga kerja dengan kondisi tidak siap pakai. Masalah penyerapan tenaga kerja ini juga tidak terlepas dari kesempatan kerja yang tersedia di tengah- tengah masyarakat. Ketidakseimbangan penawaran tenaga kerja dengan pasar kerja akan menimbulkan pengangguran.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap produktivitas usaha kecil mikro Kota Medan

0 39 117

Pengaruh Standardisasi Kelayakan Pemberian Kredit Terhadap Pemberian Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Pada PT. Bank Mandiri - Micro Banking District Center Medan Pulau Pinang

0 43 99

Strategi penyaluran zakat Dompet Dhuafa Republika dalam meningkatkan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) kaum Dhuafa

8 45 79

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kewirausahaan - Pengaruh Keterampilan Berwirausaha Terhadap Keberhasilan Usaha Pada Doorsmeer Sabena

0 1 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kredit Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, “Kredit - Analisis Pengaruh Kredit Usaha Rakyat (KUR) Terhadap Tingkat produktivitas Hasil Panen Padi di Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara

0 0 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Kreativitas - Pengaruh Kreativitas dan Keterampilan Terhadap Keberhasilan Usaha Pada Kerajinan Rotan di Medan

0 2 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekonomi Industri - Analisis Pengaruh Kredit Perbankan Terhadap Pertumbuhan Usaha Ekonomi Kreatif di Kota Medan

0 0 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 PengertianKewirausahaan - Pengaruh Managerial Skill Terhadap Keberhasilan Usaha Industri Kreatif Di Kota Medan

0 0 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kewirausahaan 2.1.1 Pengertian Kewirausahaan - Pengaruh Kreativitas Dan Inovasi Terhadap Keberhasilan Usaha Pada Usaha Tauko Medan

1 4 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank - Efektivitas Kredit Usaha Rakyat dalam Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil

0 1 21