Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap produktivitas usaha kecil mikro Kota Medan

(1)

PENGARUH PEMBERIAN KREDIT TERHADAP OMSET

USAHA KECIL MIKRO KOTA MEDAN

TESIS

THOMAS FIRDAUS HUTAHAEAN

NIM : 107018009 / EP

SEKOLAH PASCASARJANA EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

PENGARUH PEMBERIAN KREDIT TERHADAP OMSET

USAHA KECIL MIKRO KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Magister Sains Dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan

Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

THOMAS FIRDAUS HUTAHAEAN

NIM : 107018009 / EP

SEKOLAH PASCASARJANA EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(3)

Judul Tesis : PENGARUH PEMBERIAN KREDIT TEHADAP OMSET USAHA KECIL MIKRO KOTA MEDAN

Nama Mahasiswa : Thomas Firdaus Hutahaean Nomor Induk Mahasiswa : 107018009

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui Komisi Pembimbing

( Dr. Murni Daulay, SE,,M.Si) ( Dr. Jonni Manurung, MS)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Dr. Syaad Afifuddin, S.E., M.Ec) (Prof.Dr. Erman Munir, M,Sc)


(4)

Telah diuji pada Tanggal: 7 Mei 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Murni Daulay, S.E., M.Si Anggota : 1. Dr. Jonni Manurung, MS

2. Prof. Dr. Syaad Afifuddin, M.Ec 3. Prof. Dr. Ramli, S.E., M.S 4. Prof. Dr. Ir. Setiaty Pandia


(5)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah pengaruh pemberian kredit terhadap omset usaha kecil mikro di Kota Medan. Variabel yang mempengaruhi pemberian kredit terhadap omset usaha kecil mikro di Kota Medan adalah modal awal, pengalaman kerja, tingkat pendidikan, pemberian kredit dan omset usaha kecil mikro.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Ordinary Least Squares (OLS) dengan menggunakan persamaan regresi berganda, populasi 44 unit usaha kecil mikro, sampel 30 unit usaha kecil mikro, data yang digunakan dalam penelitian ini adala data primer. Penelitian ini menemukan bahwa 4 variabel modal awal, pengalaman kerja, tingkat pendidikan, pemberian kredit berpengaruh signifikan terhadap omset usaha kecil mikro di Kota Medan dan dalam penelitian ini bahwa variabel pengalaman kerja berpengaruh dominan terhadap omset usaha kecil mikro di Kota Medan.

Kata Kunci : Modal Awal, Pengalaman Kerja, Tingkat Pendidikan, Dan Pemberian Kredit, Omset


(6)

ABSTRACT

The aim of the study was to know the influence of giving credit on the turnover of micro/small businesses in Medan. The variable which influenced the giving of credit to the turnover of micro/small businesses in Medan was initial capital, work experience, level of education, giving credit, and turnover of micro/small businesses.The research used Ordinary Least Square (OLS) method, using multiple regression equation tests. The population was 44 units of micro/small businesses, and 30 of them were used as the samples. The data used in this study were primary data,The result of the study showed that four variables Initial Capital, Work Experience, Level of Education, Giving Credit, Turnover had significant influence on the turnover of micro/small businesses in Medan, and the variable of work experience had dominant influence on the turnover of micro/small businesses in Medan.

Keywords: Initial Capital, Work Experience, Level of Education, Giving Credit, Turnover


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Bapa di surga atas kasih karunia-Nya hingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik tesis yang berjudul “Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap produktivitas usaha kecil mikro Kota Medan.”

Walaupun penulis telah berusaha seoptimal mungkin, namun tesis ini masih tidak luput dari kekurangan baik dari segi isi maupun penyajiannya, untuk itu dengan sikap terbuka penulis mohon maaf kepada pembaca atas kesilapan dan kekurangan yang terdapat dalam tesis ini.

Atas segala bantuan dan atensinya, pada kesempatan ini penulis berterima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Murni Daulay, S.E., M.Si., Ketua Komisi Pembimbing. 2. Bapak Dr. Jonni Manurung, MS., sebagai anggota pembimbing.

3. Bapak Prof. Dr. Syaad Afifuddin, S.E., M.Ec., selaku Ketua Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera, sekaligus selaku Ketua Komisi Pembanding.

4. Bapak Prof. Dr. Ramli, S.E., M.S., selaku Sekretaris Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Prof. Dr. Ir. Setiyati Pandia selaku Anggota Komisi Pembanding.

6. Teman-teman seperjuangan, mahasiswa angkatan XIX Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana USU: Mustafa Pane, Ilham, Paruhuman Harahap, Aron Lumban Batu, Paimin Marbun, Abdul Razak, Ratna, Damaris, Yolanda, dan rekan-rekan yang lain yang tidak dapat dituliskan satu persatu.


(8)

7. Seluruh staf administrasi dan karyawan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

8. Teman – teman Glory Eklesia yang memberikan dukungan dan bantuan semangat dan doa.

Kepada yang teristimewa dan yang terkasih, penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya buat: Ayahanda, Ibunda, Abang, Adik-adik, dan teman-teman atas doa restu dan dukungan yang luar biasa.

Akhir kata, penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat berperan bagi kemajuan tentang Usaha kecil Mikro di Kota Medan.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkati kita semua. Amin…

Medan, Mei 2013

Penulis,


(9)

RIWAYAT HIDUP

N a m a : Thomas Firdaus Hutahaean

A g a m a : Kristen Protestan

Tempat/Tanggal lahir : Medan, 23 Mei 1988

Pekerjaan : Marketing PT. Bank Pundi

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Kewarganegaraan : Indonesia

Nama Ayah : T.M. Hutahaean

Nama Ibu : N. Siagian

Riwayat Pendidikan Formal:

1. Sekolah Dasar Santo Thomas V Medan, Lulus Tahun 1999

2. Sekolah Menengah Pertama Santo Thomas IV Medan, Lulus Tahun 2002 3. Sekolah Menengah Ekonomi Atas Santo Thomas 2 Medan, Lulus Tahun 2005 4. Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman KALTIM, Lulus Tahun 2009 5. Magister Ekonomi Pembangunan Sumatera Utara, Lulus Tahun 2013.


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iiii RIWAYAT HIDUP... vii DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN... xixii BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian... 1

1.2 Perumusan Masalah... 7

1.3 Tujuan Penelitian... 8

1.4 Manfaat Penelitian... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 10

2.1 UMKM...…………... 10

2.2 Jenis UKM………... ... 12

2.3 Kelebihan dan kekurangan UKM... 13


(11)

2.5 Modal... 15

2.6 Pengalaman kerja... 16

2.7 Pendidikan... ... 17

2.8 Pengertian Kredit... ... 19

2.9 Jenis Kredit... ... 20

2.10 Fungsi dan Tujuan Kredit... 23

2.11 Prinsip Dasar Pemberian Kredit... 25

2.12 Tingkat Bunga... 26

2.13 Komponen Menentukan Kredit... 27

2.14 Fungsi Produksi... 28

2.15 Produktivitas... 32

2.16 Produktivitas tenaga kerja... 33

2.17 Perilaku Industri Sedang dan Besar...…... 35

2.18 Perilaku Industri Mikro dan Kecil... 36

2.19 Penyerapan Tenaga Kerja... 39

2.20 Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri... 40

2.21 Penelitian Terdahulu... 41

2.22 Kerangka Konseptual... 44

2.23 Hipotesis... 46

BAB III METODE PENELITIAN... 47

3.1 Ruang Lingkup Penelitian…... 47

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian…... 47

3.3 Jenis dan Sumber Data…... 48


(12)

3.5 Sample Size ...... 50

3.6 Metode Pengumpulan Data... 51

3.7 Variabel Penelitian... 52

3.8 Metode Analisis Data... 52

3.9 Uji Asumsi Klasik... 53

3.9.1. Uji Multikolinieritas... 53

3.9.2. Uji Heterokedastisitas... 54

3.9.3. Uji Normalitas... 54

3.10 Uji Kesesuaian... 54

3.10.1. Uji t ( Partial Test)... 55

3.10.2. Uji F ( Over all test)... 55

3.10.3. Koefisien Determinasi... 57

3.11 Definisi Operasional... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 59

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 59

4.2 Hasil Estimasi Dan Uji Hipotesis... 63

4.2.1. Uji t... 62

4.2.2. Uji F... 64

4.2.3. Uji Determinasi (R2)... 65

4.3 Uji Asumsi Klasik ... 65

4.3.1.Uji Multikolinieritas ... 65

4.3.1.Uji Heteroskedastisitas ... 66

4.4 Pembahasan ... 68


(13)

4.4.2. Pengalaman kerja... 69

4.4.3. Tingkat Pendidikan... 70

4.4.4. Pemberian Kredit... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...73

5.1 Kesimpulan…...73

5.2 Saran…...73


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor.

Judul

Halaman

1.1. Daftar Nama Usaha, Alamat Usaha Kecil Mikro, Barang

Tekstil Perajutan Dan Permadani Di Kota Medan 5 2.1. Kriteria Usaha Kecil Mikro Menurut UU No 20 Tahun

2008 10

3.1. 3.2.

Usaha Kecil Mikro Barang Tekstil Permadani Dan Perajutan di Kota Medan

Sample Usaha Kecil Mikro Barang Tekstil Permadani Dan Perajutan Secara Acak Di Kota Medan

49 51 4.1. Kecamatan Kota Medan Dan Luas Wilayahnya 61 4.2. Hasil Pengolahan Data Menggunakan Eviews 63

4.3. Hasil Uji Multikolinieritas 66


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor.

Judul

Halaman

2.1. Kerangka Konseptual... 45 4.1. Hasil Uji Normalitas... 67


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor.

Judul

Halaman

2.1. Kerangka Konseptual... 45 4.1. Hasil Uji Normalitas... 67


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Judul

Halaman

1. Koesioner... 78

2. Tabulasi Data... 91

3. Hasil Regresi Model... 92

4.. Hasil Uji Normalitas... 93

5. Hasil Uji Heteroskedastisitas... 94

6. Hasil Uji Multikolinieritas... 95


(18)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah pengaruh pemberian kredit terhadap omset usaha kecil mikro di Kota Medan. Variabel yang mempengaruhi pemberian kredit terhadap omset usaha kecil mikro di Kota Medan adalah modal awal, pengalaman kerja, tingkat pendidikan, pemberian kredit dan omset usaha kecil mikro.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Ordinary Least Squares (OLS) dengan menggunakan persamaan regresi berganda, populasi 44 unit usaha kecil mikro, sampel 30 unit usaha kecil mikro, data yang digunakan dalam penelitian ini adala data primer. Penelitian ini menemukan bahwa 4 variabel modal awal, pengalaman kerja, tingkat pendidikan, pemberian kredit berpengaruh signifikan terhadap omset usaha kecil mikro di Kota Medan dan dalam penelitian ini bahwa variabel pengalaman kerja berpengaruh dominan terhadap omset usaha kecil mikro di Kota Medan.

Kata Kunci : Modal Awal, Pengalaman Kerja, Tingkat Pendidikan, Dan Pemberian Kredit, Omset


(19)

ABSTRACT

The aim of the study was to know the influence of giving credit on the turnover of micro/small businesses in Medan. The variable which influenced the giving of credit to the turnover of micro/small businesses in Medan was initial capital, work experience, level of education, giving credit, and turnover of micro/small businesses.The research used Ordinary Least Square (OLS) method, using multiple regression equation tests. The population was 44 units of micro/small businesses, and 30 of them were used as the samples. The data used in this study were primary data,The result of the study showed that four variables Initial Capital, Work Experience, Level of Education, Giving Credit, Turnover had significant influence on the turnover of micro/small businesses in Medan, and the variable of work experience had dominant influence on the turnover of micro/small businesses in Medan.

Keywords: Initial Capital, Work Experience, Level of Education, Giving Credit, Turnover


(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usaha Kecil dan mikro (UKM) memiliki peranan yang sangat besar terhadap perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan oleh kontribusi usaha kecil mikro terhadap PDB nasional sebesar 56,6% dan jumlah usaha kecil mikro yang sangat besar mencapai 99,9% dari seluruh unit usaha yang ada. Selain itu usaha kecil mikro juga memiliki daya tahan yang luar biasa sewaktu terjadinya krisis ekonomi tahun1997-1998 yang melanda negara kita. Dari data yang ada selama masa krisis ekonomi 1997-1998 hanya sekitar 4% saja Usaha kecil mikro yang gulung tikar, sisanya malah semakin berkembang usahanya selama masa krisis ini membuktikan betapa usaha kecil mikro memiliki daya tahan yang luar biasa (Sutrisno, 2004).

Peranan usaha kecil dan mikro sangat penting kontribusinya terhadap tenaga kerja dan Produk Domestik Bruto dapat melebihi kontribusi usaha besar. Oleh sebab itu pemberdayaan usaha kecil dan menengah diharapkan dapat menurunkan pengangguran dan kemisikinan secara nasional. Inpres nomor 6 tahun 2007 merupakan wujud bahwa perhatian terhadap usaha kecil dan menengah dalam perekonomian nasional sangat penting. Pada umumnya, kontribusi usaha kecil dan menengah terhadap perekonomian nasional dapat ditinjau dari dua aspek penting, yaitu aspek pembentukan produksi agregat dan penyerapan tenaga kerja lebih


(21)

Usaha kecil mikro mengahadapi kenyataan bahwa pendapatan tenaga kerja industri pengolahan mikro dan kecil lebih rendah dari industri pengolahan sedang dan besar. Lebih jauh dapat dikatakan bahwa industri pengolahan mikro dan kecil merupakan produktivitas yang rendah. Keberhasilan pemberdayaan industri pengolahan mikro dan kecil secara otomatis akan mengurangi pengangguran dan kemiskinan jika pertumbuhan nilai output dan pendapatan tenaga kerja lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan nilai output dan pendapatan tenaga kerja industri pengolahan sedang dan besar.

Pada periode 2009-2010 penduduk Kota Medan masing-masing sebanyak 2121053 jiwa dan 2097610 jiwa jumlah angkatan kerja masing-masing sebanyak 961410 jiwa dan 1020626 jiwa (Sumatera Utara Dalam Angka, 2011). Dari jumlah penduduk dan angkatan kerja tersebut, jumlah penduduk miskin masing-masing sebanyak 200400 jiwa atau 9.58 persen dan 212300 jiwa atau sebesar 10.05 persen. Angkatan kerja yang bekerja di Kota Medan masing-masing sebanyak 824250 jiwa dan 886815 jiwa dengan pengangguran terbuka masing-masing sebanyak 137160 jiwa atau 14.27 persen dan 133811 jiwa atau 13.11 persen.

Pada periode 2009-2010, PDRB Kota Medan atas berlaku masing-masing sebesar Rp 72666.89 Milyar dan Rp 84765.93 milyar dengan PDRB industri masing-masing Rp 16925.29 milyar dan 19460.01 milyar. Pada periode yang sama, PDRB sektor Usaha sedang dan besar masing-masing Rp 9983.86 milyar dan 1031.62 milyar (Sumatera Utara Dalam Angka, 2011). Dengan demikian PDRB sektor usaha kecil mikro masing-masing Rp 6941.43 milyar dan 9143.39 milyar pada periode 2009-2010. Peningkatan PDRB sektor indutri ini bersumber


(22)

dari peningkatan PDRB industri sedang dan besar sebesar 3.33 persen dan peningkatan industri kecil mikro sebesar 31.72 persen. Dari angka statistik ini diketahui bahwa kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDRB Kota Medan turun dari 23.29 persen menjadi 22.96 persen pada periode 2009-2010. Penurunan kontribusi tersebut terutama disebabkan penurunan industri pengolahan sedang dan besar dari 13.74 persen menjadi 12.17 persen, sedangkan kontribusi industri pengolahan mikro dan kecil naik dari 9.55 persen menjadi 10.79 persen.

Pada periode 2009-2010, jumlah usaha sedang dan besar di Kota Medan masing-masing sebanyak 166 unit dan 148 unit dengan jumlah tenaga kerja masing-masing sebanyak 36012 jiwa dan 35939 jiwa (Sumatera Utara Dalam Angka, 2011). Pada periode yang sama, jumlah usaha kecil mikro (UKM) 222.000 unit dengan jumlah tenaga kerja masing-masing sebanyak 37419 jiwa dan 29951 jiwa. Hal ini berarti kontribusi usaha kecil mikro terhadap penyerapan tenaga kerja di Kota Medan naik dari 7.99 persen menjadi 8.27 persen. Peningkatan kontribusi daya serap tenaga kerja ini bersumber dari kontribusi usaha kecil mikro naik dari 3.63 persen menjadi 4.22 persen. Sebaliknya kontribusi usaha menengah dan besar turun dari 4.36 persen menjadi 4.05 persen.

Pada periode 2009-2010, produktivitas dari usaha kecil mikro naik dari Rp 0.1835 Milyar menjadi 0.3035 milyar per tahun. Dan produktivitas tenaga kerja usaha menengah dan besar naik dari Rp 0.4700 milyar menjadi 0.5415 milyar per tenaga kerja per tahun. Sedangkan produktivitas industri kecil dan mikro naik dari Rp 12.69 milyar menjadi Rp 18.32 milyar per unit pertahun. Demikian juga


(23)

produktivitas usaha sedang dan besar naik dari 101.96 milyar menjadi 131.49 milyar per unit per tahun (Sumatera Utara Dalam Angka, 2011).

Kota Medan sebagai ibukota provinsi Sumatera Utara sekaligus sebagai pusat perdagangan, industri maupun jasa yang semakin berkembang. Keberadaan usaha kecil mikro barang dari tekstil permadani dan perajutan di Kota Medan tergolong kecil jika dibandingkan dengan usaha-usaha lain. Walaupun ada peningkatan tetapi belum seperti yang diharapkan, karena perputarann produksinya kecil. Hal ini disebabkan perlakuan terhadap usaha kecil mikro barang dari tekstil permadani dan perajutan di Kota Medan belum maksimal. Namun perkembangan usaha kecil mikro barang dari tekstil permadani dan perajutan di Kota Medan dengan semakin terbelakang di karenakan kurangnya modal, dan pengalaman kerja, tingkat pendidikan dan pemberian kredit untuk membantu meningkatkan produksinya dan meningkatkan jumlah permintaan kosumen yang semakin banyak. daftar usaha kecil mikro barang dari tekstil permadani dan perajutan di Kota Medan :


(24)

Tabel 1.1. Daftar Nama Usaha, Dan Alamat Usaha Kecil Mikro Barang Tekstil Permadani Dan Perajutan Di Kota Medan.

NO Nama Usaha KKI Alamat

1 Bebas Sari, PT 171-173 Yos Sudarso Medan Deli 2 Fantasi Kulit Hastomotanadi 171-173 Rahayu Medan Tembung 3 Dompet Imbran 171-173 Pancasila Medan Sunggal 4 Tas Cewek Risnaldi 171-173 Denai Medan Area 5 Tas Indra 171-173 Tentram Medan Denai 6 Kotak Speaker Mandiri Amin 171-173 Marelan Medan Marelan 7 Konfeksi Sandal Tria Anwar 171-173 karib Medan Denai

8 Sandal Bharuddin 171-173 Rahamad Menteng Medan Denai 9 Sandal Darmaji 171-173 Sepakat Medan Denai

10 Sandal Evrison Hidayat 171-173 Bromo Medan Denai 11 Sandal Giran 171-173 Pertiwi Medan Denai 12 Sandal Hakiki 171-173 Sepakat Medan Denai 13 Sandal Manaf 171-173 Pertiwi Medan Denai 14 Sandal Muin 171-173 Pertiwi Medan Denai 15 Sandal Ponari 171-173 Ikhlas Pinggir Medan Denai 16 Sandal Ridwan 171-173 Rahmadsyah Medan Area 17 Sandal Risman 171-173 Sepakat Medan Denai 18 Sandal Sacai Tau 171-173 Pertempuran Medan Barat 19 Sandal Wanto 171-173 Pertiwi Medan Denai 20 Sepatu Asrul 171-173 Purwosari Medan Timur 21 Sepatu Awung Koto 171-173 Ikhlas Medan Denai 22 Sepatu dan Sandal Kadiruddin 171-173 Cemara Medan Area 23 Sepatu Dasman 171-173 Amaliun Medan Area 24 Sepatu Idris 171-173 Pertiwi Medan Denai 25 Sepatu Indra 171-173 Bromo Lk. 12 Medan Denai 26 Sepatu Kaslan 171-173 Sepakat Medan Denai 27 Sepatu Melati Indah Kencana 171-173 Pancasila Medan Sunggal 28 Sepatu Nasri 171-173 Lr. Karya Medan Denai 29 Sepatu Pansirman 171-173 Amaliun Medan Area 30 Sepatu Pria dan Wanita Konprinka 171-173 Bromo Medan Denai

31 Sepatu Pria Raman 171-173 Sei Kera Hulu Medan Perjuangan 32 Sepatu Ramli 171-173 Utama Gg. Melati Medan Area 33 Sepatu Riadi 171-173 Pertiwi Medan Denai

34 Sepatu Sandal Sinan Simanjuntak 171-173 Rawa Cangkok II Medan Denai 35 Sepatu Selop Pria Diah Kusuma 171-173 Berlian Sari Medan Johor

36 Sepatu Sugianto 171-173 Tuamang Gg. Irama Medan Tembung 37 Sepatu Suhardi 171-173 Bromo Gg. Setia Kawan Medan Denai 38 Sepatu Sumarno 171-173 Pasar V Medan Deli

39 Sepatu Syahrul Tanjung 171-173 A.R. Medan Area 40 Sepatu Wawan/Rahman 171-173 Aman Medan Denai 41 Sepatu YM 171-173 Melur Medan Maimun 42 Sepatu Yuli Shoes Zailani Nst 171-173 Trikora Medan Denai 43 Sepatu Zul 171-173 M A Selatan Medan Area 44 Taufik UD 171-173 Tengah Medan Denai


(25)

Dalam memenuhi kebutuhan bagi sektor kecil mikro barang dari tekstil permadani dan perajutan di Kota Medan, perbankan jelas memiliki peran yang sangat penting, dimana badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak (UU No 10 tahun 1998).bank dan kaitannya dalam hal ini berperan dalam membantu permasalahan yang di hadapi usaha kecil mikro, makas usaha kecil mikro dapat meringankan masalah permodalan dan dapat menigkatkan usahanya dengan kualitas yang baik dan bermutu sehingga usaha kecil mikro dapat membantu pertumbuhan ekonomi.

Kota Medan sebagai kota besar dengan lalu lintas perekonomian yang begitu ramai jelas memiliki potensial yang begitu besar bagi pengambangan Usaha Kecil dan Mikro (UKM). Pemerintah Kota Medan dalam Program Kerja Pembangunan Bidang ekonominya memasukkan usaha kecil mikro sebagai salah satu perioritas. pencapaian kinerja pembinaan usaha kecil mikro di kota medan yang lalu mencapai 95% dengan 220.000 usaha.

Dengan adanya kredit pada umumnya pengusaha yang menerima kredit tersebut telah dapat meningkatkan usahanya. Tapi kita harus mengakui bahwa kredit tidak selamanya membawa hasil yang positif terhadap perkembangan usaha yang telah mendapatkan kredit tersebut. Bahkan kredit tersebut dapat menjadi beban bagi pengusaha yang menerima kredit apabila pengusaha debitur tidak menggunakan kredit untuk pengembangan usahanya, tapi digunakan untuk keperluan lainnya yang sifatnya konsumtif. Hal ini terbukti dengan banyaknya harta benda nasabah yang di lelang oleh pihak bank melalui prosedur hukum,


(26)

karena si nasabah tidak dapat memanfaatkan kredit yang telah di terimanya dengan baik. Jadi jelaslah kredit dapat membawa arah positif terhadap si penerima apabila kredit tersebut diolah sesuai dengan tujuan untuk meningkatkan usaha. Karenan pentingnya perbankan untuk membantu pengusaha melalui penyaluran kredit maka penulis menetapkan judul “Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap Omset Usaha Kecil Mikro Kota Medan”.

1. 2 Perumusan Masalah

Pemberian kredit bagi sektor usaha kecil mikro diharapkan dapat merangsang pertumbuhan sektor usaha kecil mikro. Dengan pemberian kredit diharapkan dapat meningkatkan modal usaha kecil mikro, omset usaha kecil mikro, pemberian kredit usaha kecil mikro, tingkat pendidikan usaha kecil mikro, serta keuntungan usaha usaha kecil mikro Kota Medan. Dengan meningkatnya modal usaha kecil mikro, Pengalaman kerja, tingkat pendidikan usaha kecil mikro, pemberian kredit usaha kecil mikro akan dapat meningkatkan kontribusi pada produktivitas usaha kecil mikro.

Perumusan masalahnya adalah

1) Apakah modal awal berpengaruh terhadap omset usaha kecil mikro? 2) Apakah pengalaman kerja berpengaruh terhadap omset usaha kecil mikro? 3) Apakah tingkat pendidikan berpengaruh terhadap omset usaha kecil mikro? 4) Apakah pemberian kredit berpengaruh terhadap omset usaha kecil mikro?


(27)

1. 3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan kondisi di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis apakah modal awal berpengaruh terhadap omset usaha

kecil mikro.

2. Untuk menganalisis apakah pengalaman kerja berpengaruh terhadap omset usaha kecil mikro.

3. Untuk menganalisis apakah tingkat pendidikan berpengaruh terhadap omset usaha kecil mikro.

4. Untuk menganalisis apakah pemberian kredit berpengaruh terhadap omset usaha kecil mikro.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan pada pokok permasalahan yang diangkat, maka penelitian ini berguna sebagai berikut:

1. Bagi usaha kecil dan menegah

Bermanfaat sebagai bahan pertimbangan bagi para pelaku usaha kecil dan menengah dalam rangka pengambilan keputusan untuk menjalankan kegiatan usahanya.

2. Bagi peneliti

Menambah pengetahuan dan memperluas wawasan dalam bidang yang di teliti baik secara teoritis maupun aplikasi, terutama perkembangan sektor usaha kecil dan menegah di kota medan pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.


(28)

3. Bagi penelitian selanjutnya

Sebagai bahan pertimbangan dan refrensi/rujukan untuk melakukan penelitian dengan objek atau permasalahan yang serupa pada waktu yang akan datang maupun utnuk penelitian selanjutnya.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usaha Mikro,Kecil dan Menengah (UMKM)

Menurut UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang dimaksud dengan usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang. Sedangkan usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimilki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha mikro, usaha kecil atau usaha besar yang memenuhi kriteria sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-undang sebagai berikut ;

Tabel 2.1. Kriteria UKM menurut UU No. 20 Tahun 2008, BPS

NO Usaha Kriteria

Asset (Rupiah) Omzet (Rupiah) Jumlah Tenaga Kerja (Orang)

1 Usaha Mikro 50 juta 300 juta 1-4 Tenaga Kerja 2 Usaha Kecil > 50 juta - 500

juta

> 300 juta - 2,5 Miliar

5-19 Tenaga Kerja 3 Usaha Menengah > 500 juta - 10

Miliar

> 2,5 Miliar - 50 Miliar

20-99 Tenaga Kerja


(30)

Pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menegah atau UKM merupakan langkah strategis dalam meningkatkan ekonomi nasional. Hal tersebut terutama ditunjukkan untuk memperkuat dasar kehidupan perekonomian dari sebagian besar rakyat indonesia, khuusnya melalui penyediaan lapangan pekerjaan dan mengurangi kesenjangan dan tingkat kemiskinan. Berbagai kebijakan, program dan kegiatan pemberdayaan UKM telah dijadikan pemerintah. Salah satunya dalam ini adalah dengan keluarnya UU no 2 tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah yang disahkan pada tanggal 4 juli 208.

Kementrian Koperasi dan UKM sebagai instansi yang terkait langsung mencoba untuk memfokuskan pada upaya mengkoordinasikan kebijakan pembangunan yang mampu mendorong tumbuh dan berkembangnya Koperasi dan UKM dengan daya saing yang tinggi. Program kerja yang telah disusun bertujuan memberikan kesempatan berusaha yang sama bagi koperasi dan UMKM dengan pelaku usaha lainnya, meningkatkan mobilitas sumbedaya UMKM, mengurangi biaya transaksi bagi UMKM, menghilangkan biaya ekonomi tinggi bagi UMKM, serta mencabut berbagai peraturan dan kebijakan yang menghambat pemberdayaan UMKM di Indonesia.

Ada berbagai defenisi UMKM. Penelitian ini mencoba menggabungkan defenisi Usaha mikro, kecil, dan menengah dari berbagai sumber. Menurut Keputusan Menteri Keuangan No 40/KMK.06/2003, tentang Pendanaan Kredit UMKM disebutkan bahwa usaha mikro adalah usaha produktif milik keluarga atau perseorangan WNI dengan hasil penjualan paling banyak Rp 100 juta per tahun. Sementara defenisi usaha kecil menurut UU No. 9/1995, tentang usaha kecil adalah usaha produktif milik Warga Negara Indonesia, yang berbentuk


(31)

badan usaha orang orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi, memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 100 juta pertahun.

Sensus Ekonomi (2006) menyatakan bahwa “ skala perusahaan atau usaha

dibagi menjadi empat, yaitu perusahaan atau usaha mikro, kecil, menengah dan

besar”. Secara umum penetuan skala perusahaan atau usaha yang didasarkan pada

jaringan usaha (tunggal, kantor, pusat, atau cabang) status badan usaha, jumlah tenaga kerja, omset, dan kriteria sektor lainnya. Pada umumnya, penetuan skala usaha didasarkan pada kriteria jumlah tenaga kerja karena penggunan tenaga kerja tergantung pada skala usaha (BPS dan Deprindag, 2002), yaitu : perusahaan atau usaha mikro : 1-5 orang tenaga kerja, perusahaan atau usaha kecil : 5-19 orang tenaga kerja, perusahaan atau usaha menengah 20-99 orang tenaga kerja, perusahaan atau usaha besar ; 100 orang atau lebih.

2.2 Jenis UKM

Menurut Tambunan (2009) sektor usaha kecil mikro meliputi berbagai sektor bisnis seperti : pertanian, pertambangan dan penggalian, industri, manufaktur, listrik, gas dan air bersih, bangunan, perdagangan, hotel dan restoran, transportasi dan telekomunikasi, keuangan, penyewaan dan jasa serta jasa-jasa lainnya. Sektor industri terbagi lagi menjadi beberapa bagian yaitu makanan, minuman dan tembakau, tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki, kayu dan produk-produk kayu, kertas percetakan dan publikasi serta kimia (termasuk pupuk).


(32)

2.3 Kelebihan dan kekurangan UKM

Menurut Hubeis (2009), kelebihan dari UKM adalah dapat menjadi dasar bagi pengembangan kewirausahaan, disebabkan organisasi internal sederhana ini mampu meningkatkan ekonomi kerakyatan/padat karya yang berorientasi pada ekspor dan substitusi impor. Selain itu UKM aman bagi perbankan dalam memberikan kredit karena bergerak di bidang usaha yang cepat menghasilkan. UKM juga mampu untuk memperpendek rantai distribusi, lebih fleksibel dan akuntabilitas dalam pengembangan usaha. Adapun kekurangan dari usaha mikro, kecil dan menengah adalah rendahnya kemampuan sumber daya manusia (SDM) dalam kewirausahaan dan manajerial yang menyebabkan munculnya ketidakefisienan dalam menjalankan proses usaha. Terdapat pula masalah keterbatasan keuangan yang menyulitkan dalam pengembangan wirausaha, ketidakmampuan aspek pasar. Keterbatasan pengetahuan produksi dan teknologi. Prasarana dan sarana dan ketidakmampuan menguasai teknologi informasi juga merupakan kekurangan yang sering dialami UKM.

2.4 Permasalahan UKM

UKM menjadi pusat perhatian karena tingkat perekonomian dan pengetahuan yang kurang maju dalam berbisnis. Dengan adanya keterbatasan itu, timbul berbagai permasalahan dimana tingkat intensitas dan sifat dari masalah tersebut bisa berbeda tidak hanya menurut jenis produk atau pasar yang dilayani tetapi juga berbeda antar wilayah, antar jenis kegiatan bahkan antar unit dalam kegiatan yang sama.


(33)

Masalah umum yang terjadi pada UKM adalah ;

1) Keterbatasan finansial. UKM di Indonesia mengalami dua masalah utama dalam aspek finansial yaitu mobilisasi modal awal dan akses ke modal kerja serta finansial jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan demi pertumbuhan output jangka panjang.. Hal ini disebabkan karena lokasi bank terlalu jauh bagi pengusaha yang tinggal di daerah, persyaratan terlalu berat, urusan administrasi yang rumit dan kurang informasi mengenai skim-skim perkreditan yang ada beserta prosedurnya. Lagipula sistim pembukuan yang belum layak secara teknis perbankan menyebabkan UKM juga sulit memperoleh kredit.

2) Kesulitan pemasaran. Pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang kritis bagi perkembangan UKM. Dari hasil studi yang dilakukan oleh James dan Akrasanee (1988) di sejumlah Negara ASEAN menyimpulkan jika UKM tidak melakukan perbaikan yang cukup di semua aspek yang terkait dengan pemasaran seperti kualitas produk dan kegiatan promosi maka sulit sekali bagi UKM untuk dapat berpartisipasi dalam era perdagangan bebas. Masalah pemasaran yang dialami yaitu tekanan persaingan baik di pasar domestik maupun dari pasar internasional dan kekurangan informasi yang up to date mengenai peluang di pasar luar negeri.

3) Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM). Keterbatasan SDM juga merupakan salah satu kendala yang serius bagi banyak UKM di Indoensia terutama dalam aspek-aspek entrepreneurship, manajemen, teknik produksi, pengembangan produk, organisasi bisnis, teknik pemasaran dan


(34)

penelitian pasar. Semua keahlian ini sangat dibutuhkan untuk mempertahankan dan memperbaiki kualitas produk, meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam produksi, memperluas pangsa pasar. 4) Masalah bahan baku. Keterbatasan bahan baku dan kesulitan

mendapatkannya karena harganya yang mahal menjadi satu kendala yang serius bagi pertumbuhan output atau kelangsungan produksi bagi banyak UKM di Indonesia. Banyak pengusaha yang terpaksa menghentikan usahanya dan berpindah profesi kegiatan ekonomi lainnya misalnya menjadi pedagang akibat masalah ini.

2.5 Modal

Menurut Manurung (2007), dalam membangun diperoleh bisnis dibutuhkan sebuah dana atau dikenal dengan modal. Bisnis yang dibangun tidak akan berkembang tanpa didukung dengan modal. Sehingga modal dapat dikatakan jadi jantungnya bisnis yang dibangun tersebut. Biasanya modal dengan dana sendiri memberikan arti bahwa dana tersebut dipersiapkan oleh pembisnis yang bersangkutan.

Setiap usaha selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai operasi sehari-hari, misalnya untuk pembelian bahan mentah, membayar gaji karyawan dan lain sebagainya, dimana modal yang di keluarkan itu diharapkan akan kembali masuk kedalam usaha atau perusahaan dalam waktu pendek melalui hasil penjualan produknya. Uang yang masuk dari hasil penjualan produk tersebut akan segera keluar lagi untuk membiayai operasi selanjutnya. Dengan demikian maka dana tersebut akan terus menerus berputar setiap periode selama hidup perusahaan (Riyanto 1992). Fungsi modal kerja menurut Ahmad (2000) dibagi menjadi 2, yaitu:


(35)

1. Menopang kegiatan produksi dan penjualan atau sebagai jembatan saat pengeluaran pembelian persediaan dengan penjualan dan penerimaan kembali hasil pembayaran.

2. Menutup dana atau pengeluaran tetap dan dana yang tidak berhubungan secara langsung dengan produksi dan penjualan.

Ahmad (2000) memberikan penjelasan tentang pengelolaan modal kerja menjadi penting karena menyangkut beberapa aspek:

1. Beberapa penelitian telah memberikan indikasi bahwa sebagian besar waktu manajer keuangan dihabiskan dalam kegiatan internal perusahaan dari hari ke hari dan ini merupakan bagian dari manajemen modal kerja. 2. Kenyataan jumlah aktiva lancar sering lebih separuh total aktiva

perusahaan dan cenderung labil.

3. Hubungan antara tingkat pertumbuhan penjualan dan kebutuhan akan permodalan aktiva lancar adalah dekat dan langsung. Khususnya bagi perusahaan kecil, manajemen modal kerja terlebih-lebih pentingnya, dengan alasan:

2.6 Pengalaman Kerja

Pengalaman kerja terjadi karena adanya kesempatan kerja yang timbul karena adanya investasi dan usaha untuk memperluas kesempatan kerja ditentukan oleh laju pertumbuhan investasi, lahu pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja. Strategi pembangunan yang diterapkan juga akan mempengaruhi usaha perluasan kesempatan kerja. Sedangkan menurut Sagir (2000) kesempatan kerja adalah:


(36)

kesempatan untuk berusaha dan berpartisipasi dalam pembangunan, jelas akan memberikan hak bagi manusia untuk menikmati hasil dari pembangunan.

Ada beberapa hal juga untuk menentukan berpengalaman tidaknya seorang pengusaha yang sekaligus sebagai indikator pengalaman kerja, yaitu:

1. Lama waktu/masa kerja

Ukuran tentang lama waktu atau masa kerja yang telah ditempuh seseorang dapat memahami tugas-tugas suatu pekerjaan dan telah melaksanakan dengan baik.

2. Tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki

Pengetahuan merujuk pada konsep, prinsip, prosedur, kebijakan atau informasi lain yang dibutuhkan oleh karyawan. Pengetahuan juga mencakup kemampuan untuk memahami dan menerapkan informasi pada tanggung jawab pekerjaan. Sedangkan keterampilan merujuk pada kemampuan fisik yang dibutuhkan untuk mencapai atau menjalankan suatu tugas atau pekerjaan.

3. Penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan. Tingkat penguasaan seseorang dalam pelaksanaan aspek-aspek tehnik peralatan dan tehnik pekerjaan (Foster, 2001).

2.7 Pendidikan

Definisi pendidikan seperti dikutip dari Djumransjah (2004) adalah:

1. Proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan perilaku yang berlaku dalam masyarakatnya.


(37)

2. Proses sosial di mana seseorang dipengaruhi oleh suatu lingkungan yang terpimpin (misalnya sekolah) sehingga ia dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan pribadinya.

Soedarmayanti (2001) mengemukakan bahwa melalaui pendidikan, seseorang dipersiapkan untuk memiliki bekal agar siap tahu, mengenal dan mengembangkan metode berpikir secara sistematik agar dapat memecahkan masalah yang akan dihadapi dalam kehidupan di kemudian hari.

Menurut Sistem Pendidikan Nasional (UU Nomor 2 Tahun 1989 Pasal 10) mengemukakan bahwa pendidikan terbagi atas:

1. Pendidikan persekolahan yang mencakup berbagai jenjang pendidikan dari tingkat sekolah dasar (SD) sampai perguruan tinggi.

2. Pendidikan Luar Sekolah terbagi atas:

A. Pendidikan non formal. Mencakup lembaga pendidikan di luar sekolah, misalnya kursus, seminar, kejar paket A.

B. Pendidikan informal. Mencakup pendidikan keluarga, masyarakat dan program-program sekolah, misalnya ceramah di radio atau televisi dan informasi yang mendidik dalam surat kabar atau majalah.

Dari jenis pendidikan di atas, pendidikan informal adalah yang paling dahulu dikenal dan paling penting peranannya. Hal ini disebabkan dalam masyarakat sederhana satu-satunya bentuk pendidikan yang dikenal adalah pendidikan informal. Meskipun pendidikan informal mempunyai peranan yang sangat penting tetapi di dalam penelitian ini tidak mencantumkan sebagai salah satu faktor penunjang produktivitas kerja.


(38)

2.8 Pengertian Kredit

Dalam arti luas kredit diartikan sebagai kepercayaan. Dalam bahasa latin kredit berarti “credere” artinya percaya. Maksudnya bagi pemberi kredit adalah percaya kepada penerima kredit bahwa kredit yang disalurkan pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian, sedangkan bagi penerima kredit merupakan penerimaan kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai jangka waktu yang telah disepakati. Sebelum kredit diberikan untuk meyakinkan bank bahwa nasabah benar-benar dapat dipercaya, maka bank terlebih dahulu mengadakan analisis kredit. Analisis kredit mencakup latar belakang nasabah atau perusahaan, prospek usahanya, jaminan yang diberikan serta faktor-faktor lainnya. Tujuan analisis ini adalah agar bank yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar aman.

Pengertian kredit menurut Undang-Undang RI No. 10 tentang Perbankan (1998) adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Dari pengertian kredit diatas dapat dikatakan bahwa ; 1. Adanya penyerahan uang atau tagihan.

2. Adanya kesepakatan antara kreditur dengan debitur.

3. Adanya satu syarat bagi pihak debitur berkenaan dengan pinjaman dan bunga yang harus dibayar pada saat jatuh tempo.


(39)

Menurut Suyatno (1991) definisi kredit adalah penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain dalam hal mana peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang ditetapkan.

2.9 Jenis-Jenis Kredit

Menurut Kasmir (1998) jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain :

1. Dilihat dari segi jangka waktu (maturity)

a. Kredit jangka pendek. Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu paling lama satu tahun. Dan biasanya digunakan sebagai modal kerja. b. Kredit jangka menengah (medium term loan). Adalah kredit yang

jangka waktu pengembaliannya antara satu sampai tiga tahun. Dan biasanya digunakan untuk investasi.

c. Kredit jangka panjang (long term loan). Adalah kredit yang jangka waktu pengembaliannya paling panjang yaitu diatas tiga tahun. Biasanya kredit ini digunakan untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan sawit atau perkebunan karet. Atau kredit perumahan.


(40)

2. Dilihat dari segi jaminan (collateral).

a. Kredit dengan jaminan (secured loan). Yaitu kredit yang diberikan dengan jaminan. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau barang yang tidak berwujud atau jaminan orang. Artinya kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan calon debitur.

b. Kredit dengan tanpa jaminan (unsecured loan). Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan karakter serta loyalitas atau nama baik calon debitur selama ini.

3. Dilihat dari sektor usaha terdiri dari :

a. Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian rakyat. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka panjang atau jangka pendek.

b. Kredit peternakan, dalam hal ini untuk jangka pendek, misalnya : peternakan ayam dan jangka panjang kambing atau sapi.

c. Kredit industri, yaitu kredit untuk membiayai usaha kredit menengah dan besar.

d. Kredit pertambangan, yaitu jenis usaha tambang yang dibiayai biasanya dalam jangka panjang seperti tambang emas, minyak atau timah.

e. Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan.


(41)

f. Kredit profesi, diberikan kepada para profesional seperti dosen, dokter atau pengacara.

g. Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan.

4. Dilihat dari segi tujuan kredit terbagi atas :

a. Kredit komersial (commercial loan). Kredit yang diberikan untuk perdagangan biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar.

b. Kredit konsumtif (consumer loan). Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi, dalam kredit ini tidak ada tambahan barang jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh; kredit untuk perumahan, kredit untuk mobil pribadi, kredit untuk peralatan rumah tangga, dan lain-lain.

c. Kredit produktif (productif loan). Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Contoh kredit untuk pembangunan pabrik yang nantinya akan menghasilka barang, kredit pertanian akan menghasilkan pertanian atau kredit pertambangan akan menghasilkan barang tambang dan lain-lain.


(42)

5. Dilihat dari segi kegunaannya,

a. Kredit modal kerja, yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksinya. Conothnya kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.

b. Kredit investasi, yang digunakan untuk keperluan usaha atau membangun proyek atau pabrik baru untuk keperluan rehabilitasi. Contoh kredit investasi misalnya untuk membangun pabrik atau membeli mesin-mesin yang kecenderungan pemakaiannya untuk satu periode yang relatif lebih lama.

c. Kredit konsumsi, digunakan untuk konsumsi suatu barang atau membeli suatu barang contoh kredit pembelian mobil atau sepeda motor atau kredit pembelian barang elektronik.

2.10 Fungsi Dan Tujuan Kredit

Menurut Martono (2003) secara garis besar fungsi dan tujuan kredit dalam perekonomian, perdagangan dan keuangan adalah berikut ;

1. Untuk meningkatkan daya guna uang, dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang maksudnya jika uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit, uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit.


(43)

2. Untuk meningkatkan peredaran uang dan lalu lintas uang. Dalam hal ini uang yang diberikan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya, sehingga satu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya.

3. Untuk meningkatkan daya guna barang. Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh debitur untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat.

4. Meningkatkan peredaran uang, kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari suatu wilayah ke wilayah lainnya sehingga jumlah barang yang beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah barang yang beredar.

5. Sebagai alat stabilitas ekonomi, dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat. Kredit dapat pula membantu mengekspor barang dari dalam negeri sehingga meningkatkan devisa negara.

6. Untuk meningkatkan kegairahan usaha. Bagi penerima kredit akan dapat meningkatkan kegairahan usaha karena adanya tambahan modal yang banyak.


(44)

7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan. Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semakin baik, terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit diberikan untuk membangun pabrik, maka pabrik tersebut akan membutuhkan tenaga kerja sehingga akan mengurangi pengangguran.

8. Untuk meningkatkan hubungan internasional. Dalam hal pinjaman internasional dapat meningkatkan saling membutuhkan antara sipenerima kredit dengan si pemberi kredit. Pemberian kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerjasama dibidang lainnya.

2.11 Prinsip Dasar Pemberian Kredit.

Dalam keputusan kelayakan pemberian kredit bagi calon debitur, lembaga keuangan seperti bank-bank formal umumnya memiliki standar penilaian tertentu. Standar yang sering dipakai bank adalah prinsip 5C.

Menurut Munawir (2000) pendekatan analisis mengenai prinsip 5C adalah ;

1. Character. Suatu keyakinan bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar belakang nasabah baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hobby dan social standingnya. Ini semua merupakan ukuran kemauan membayar.


(45)

2. Capacity. Yaitu untuk melihat kemampuan nasabah dalam bidang bisnis yang dihubungkan dengan pendidikan, kemampuannya dalam memahami ketentuan-ketentuan pemerintah dan kemampuannya dalam menjalankan usaha. Dari kriteria tersebut akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang disalurkan.

3. Capital yaitu untuk melihat penggunaan modal apakah efektif yaitu dengan melihat laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) dan melihat darimana saja sumber dana yang ada.

4. Collateral. Yaitu jaminan yang dapat berupa fisik maupun non fisik dan jumlahnya harus melebihi jumlah kredit yang diberikan serta telah diteliti keabsahannya.

5. Condition yaitu dalam menilai kredit hendaknya dinilai kondisi ekonomi dan politik sekarang dan dimasa yang akan datang sesuai sektor masing-masing serta prospek usaha dari sektor yang dijalankan sehingga kemungkinan kredit itu bermasalah relatif kecil.

2.12 Tingkat Bunga

Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah dengan yang dibayar oleh nasabah kepada bank. (Kasmir, 2008). Dalam kegiatan sehari-hari ada dua macam bunga yang diberikan kepada nasabah yaitu :


(46)

a) Bunga simpanan, yaitu bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya dibank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya. Contoh : jasa giro, bunga tabungan dan bunga deposito.

b) Bunga pinjaman atau kredit, yaitu bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Sebagai contoh adalah bunga kredit.

2.13 Komponen-Komponen Dalam Menentukan Bunga Kredit.

Khusus untuk menentukan besar kecilnya suku bunga kredit yang akan diberikan kepada para debitur terdapat beberapa komponen yang mempengaruhi. Adapun komponen tersebut adalah sebagai berikut (Kasmir, 2008) ;

1. Total biaya dana (cost of fund), merupakan total bunga yang dikeluarkan oleh bank untuk memperoleh dana simpanan baik dalam bentuk simpanan giro, tabungan maupun deposito. Total biaya dana tergantung dari seberapa besar bunga yang ditetapkan untuk memperoleh dana yang diinginkan. Semakin besar bunga yang dibebankan terhadap bunga simpanan, semakin tinggi pula dananya demikian pula sebaliknya. Total biaya dana ini harus dikurangi dengan cadangan wajib atau reserve requirement (RR) yang ditetapkan oleh pemerintah.

2. Biaya operasi, dalam melakukan setiap kegiatan setiap bank membutuhkan berbagai sarana dan prasarana baik berupa mausia mapun alat. Penggunaan sarana dan prasarana ini memerlukan sejumlah biaya yang harus ditanggung bank sebagai biaya operasi. Biaya operasi merupakan


(47)

biaya yang dikeluarkan oleh bank didalam melaksanakan operasinya. Biaya ini terdiri dari biaya gaji pegawai, biaya adminstrasi, biaya pemeliharaan dan biaya-biaya lainnya.

3. Cadangan resiko kredit macet, merupakan cadangan terhadap macetnya kredit yang akan diberikan , hal ini disebabkan setiap kredit yang akan diberikan pasti mengandung suatu resiko tidak terbayar. Resiko ini dapat timbul baik disengaja maupun tidak disengaja.

4. Laba yang diinginkan, setiap kali melakukan transaksi bank selalu ingin memperoleh laba yang maksimal. Penentuan ini ditentukan oleh beberapa pertimbangan penting, mengingat penentuan besarnya bunga kredit. 5. Pajak, merupakan kewajiban yang dibebankan pemerintah kepada bank

yang memberikan fasilitas kredit kepada nasabahnya.

2.14 Fungsi Produksi

Produksi merupaka hasil akhir dari proses atau aktvitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau output. Dengan demikian kegiatan produksi adalah mengkombinasikan berbagai input atau masukan untuk menghaslkan output. Produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output, sehingga nilai barang tersebut bertambah. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan antara tingkat output dan tingkat penggunann input-input (boediono, 2002).


(48)

Fungsi produksi menetapka bahwa suatu perusahaan tidak bisa mencapai suatu output jika hanya menggunakan sedikit input sehingga tingkat outputnya akan berkurang. Fungsi produksi menunjukkan hubungan antara berbagai kombinasi input yang digunakan untuk menghasilkan output.

Perhitungan fungsi produksi pada masa karl marx menetapkan biaya produksi hanya dihitung berdasarkan pengeluaran tenaga kerja saja karena mereka belum percaya pada mesinisasi, sehingga dapat dimaklumi apabila teori Karl Marx memprediksikan bahwa suatu saat nanti akan terjadi eksploitasi antar manusia yang menyebabkan hancurnya kapitalisme.

Berikut adalah hubungan antara jumlah output (Q) dengan jumlah input tertentu yang digunakan dalam proses produksi, secara sistematis, menurut Jaesron dan Fathorrozi (2003) dapat di tuliskan sebagai berikut:

Q = F ( K,L )

Keterangan dimana ; Q = output K = input kapital L = input tenaga kerja

Berdasarkan teori yang berkembang diambil pula satu asumsi dasar mengenai sifat dari fungsi produksi, yakni pada suatu hukum yang disebut The Law of Deminising Returns. Hukum ini mengatakan bahwa bila satu macam input ditambah penggunaannya sedang input yang lainnya tetap, maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang ditambahkan mula-mula menarik, tetapi kemudian menurun bila input terus bertambah.


(49)

Kemudian Boediono (1999) menyatakan bahwa meningkatkan output sebagi konsekuensi pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan meningkatkan ketrampilan pekerja, penerapan sistem pembagian kerja yang tepat berdasarkan ketrampilan pekerja dan penggunaan mesin-mesin yang dapat memudahkan dan mempercepat serta meningkatkan produktivitas tenaga kerja.

Lebih lanjut Boediono (1999) menggambarkan bentuk umum fungsi produksi yang bisa menampung berbagai kemungkinan substitusi antara kapital (K), tenaga kerja (L), sumber daya (R), dan teknologi (T) adalah sebagai berikut :

Q = f ( K, L, R, T) Keterangan :

Q = Output atau Keluaran K = Stok Kapital atau Modal L = Labor atau Tenaga Kerja R = Resource / Sumber Daya

T = Tingkat teknologi yang digunakan

Berdasarkan persamaan diatas menunjukkan bahwa stok kapital, tenaga kerja, penggunanan pupuk dan teknologi akan meningkatkan output. Apabila output meningkat pada periode itu, maka sebagian kenaikan output akan diinvestasikan sehingga stok kapital akan bertambah besar sebesar output yang diinvestasikan. Proses pertumbuhan output ini akan terus berulang pada periode berikutnya, sampai pada batas penggunaan sumber daya alam dan sumber daya tenaga kerja mencapai tingkat yang optimal.

Berdasarkan persamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya tingkat produksi suatu barang tergantung kepada jumlah faktor produksi yang dimiliki seperti modal, jumlah tenaga kerja, jumlah kekayaan alam dan tingkat produksi yang digunakan. Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah


(50)

hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa input. Dalam pembahasan teori ekonomi produksi, maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi. Hal tersebut disebabkan hal antara lain :

1. Dengan fungsi produksi, maka penelitian dapat mengetahui hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah dimengerti.

2. Dengan fungsi produksi, maka penelitian dapat mengetahui hubungan antara variabel yang dijelaskan (dependent variable) Y, dan variabel yang menjelaskan (independent variable) X, serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas. .

Menurut Soekartawi (2003) fungsi produksi adalah suatu pernyataan deskriptif yang mengaitkan masukan dengan keluaran. Fungsi produksi menyatakan jumlah maksimum yang dapat di produksi dengan sejumlah masukan tertentu atau alternaif lain, jumlah maksimum masukan yang diperlukan untuk memproduksi satu tingkat keluaran tertentu. Fungsi ditetapkan oleh teknologi yang tersedia yaitu hubungan masukan/keluaran untuk setiap produksi adalah karakteristik teknologi, peralatan, tenaga kerja, bahan dan sebagainya yang dipergunakan perusahaan.

Selanjutnya, Widayat (2001) menjelaskan bahwa proses produksi pada umumnya membutuhkan berbagai macam faktor produksi, misalnya tenaga kerja, modal dan berbagai bahan mentah. Pada setiap proses produksi, faktor-faktor produksi tersebut digunakan dalam kombinasi tertentu.


(51)

2.15 Produktivitas

= produktivitas Kapital

Y = A.Kα L(1-α)

= Y= Y = A

Y = A α Y = A.Kα Y = A.

= Y = Y = A 1-α Y = A Kα-1 Dimana

Y = produksi Output A = Teknologi K = Kapital L = Tenaga Kerja

α = Konstanta

Monga dalam Winardi (2003) menyatakan bahwa produktivitas adalah menciptakan kekayaan melalui penciptaan penerapan pengetahuan hingga dapat disediakan produk produk serta jasa-jasa yang memenuhi kebutuhan para pemakai dan yang bersifat konsisten dengan tujuantujuan sosial, lingkungan dan ekonomi masyarakat yang bersangkutan. Ada dua macam aspek vital produktivitas yaitu


(52)

efektivitas dan efisiensi, efektivitas berhubungan dengan pencapaian tujuan yang diekspektasi sedangkan efisiensi berhubungan dengan bagaimana baiknya berbagai sumberdaya atau input itu dikombinasi (Winardi, 2003).

Dalam penelitian ini indeks produktivitas yang akan kita ukur adalah produktivitas dalam hal tingkat penerimaan usaha kecil menengah dibagi faktor produksi yang ada. Untuk lebih konkritnya produktivitas dinyatakan melalui tingkat pendapatan pengusaha industri kecil. Produktivitas dalam prosesnya sangat bersinggungan dengan inovasi pelaku wirausaha di mana untuk terpenuhinya definisi produktivitas sebagaimana yang dikemukakan oleh Monga di atas maka dibutuhkan pemikiran yang kreatif dan tindakan yang inovatif untuk menciptakan peluang yang efektif dan efisien, selanjutnya direalisasikan dalam bentuk barang dan jasa dengan nilai tertentu sesuai kebutuhan pemakai.

Produktivitas adalah salah satu faktor yang penting dalam mempengaruhi proses kemajuan dan kemunduran suatu perusahaan, artinya meningkatkan produktivitas berarti meningkatkan kesejahteraan dan mutu perusahaan. Oleh sebab itu perlu dilakukan suatu pengukuran produktivitas di perusahaan yang bertujuan untuk mengetahui tolak ukur produktivitas yang telah dicapai dan merupakan dasar dari perencanaan bagi peningkatan produktivitas di masa datang Simanjuntak (1985:30)

2.16 Produktifitas Tenaga Kerja

Dalam suatu proses produksi tenaga kerja memegang peranan penting disamping modal, lahan dan teknologi. Pengukuran produktivitas tenaga kerja perlu di lakukan dalam suatu kegiatan produksi. Sumber daya manusia


(53)

mempunyai peranan yang penting dalam proses peningkatan produktivitas produksi, karena alat produksi dan teknologi pada hakekatnya juga merupakan hasil karya manusia.

Anwar (dalam Kasnawi 1993:3) mengemukakan bahwa produktifitas tenaga kerja dipengaruhi oleh 6 hal yaitu perkembangan barang modal per pekerja, meningkatkan skala usaha, perpindahan pekerja antar jenis kegiatan, perubahan komposisi output dari tiap sektor atau subsektor serta perubahan teknik produksi.

Menurut simanjuntak (2003), produktivitas tenaga kerja adalah perbandingan hasil yang dicapai dari peran tenaga kerja per satuan waktu. Secara sederhana produktivitas tenaga kerja merupakan ukuran efektivitas tenaga kerja dalam menghasilkan produk dalam satuan tertentu.

Dilihar dari sisi teori ekonomi mikro, produktivitas mengacu pada kemampuan maksimal seorang pekerja menghasilkan output. Kenyataannya, pekerja tersebut belum tentu atau mampu memanfaatkan seluruh kemampuannya, produktivitas semacam ini disebut produktivitas fisik. Produktivitas yang dikaitkan dngan harga pasar disebut produktivitas nilai, yang harganya sama dengan harga output dikalikan produktivitas fisik. (Simanjuntak, 2005)


(54)

2.17 Perilaku Indusstri Pengolahan Sedang Dan Besar

Optimasi perilaku industri UKM akan menghasilkan parameter pemberdayaan. Perilaku industri UKM pengolahannya dalam model difusi teknologi dijelaskan dengan merumuskan fungsi produksi (ethier, 1982; Romer, 1986,1990) sebagai berikut :

YIPSB = AIPSB x x

Dimana

YIPSB = nilai output industri pengolahan sedang dan besar.

AIPSB = parameter produktivitas industri pengolahan sedang dan besar, LIPSB = jumlah tenaga kerja industri pengolahan sedang dan besar, NIPSB = variasi faktor produksi industri pengolahan sedang dan besar, XIPSBj = jumlah faktor produksi tipe ke-j industri pengolahan sedang dan besar, dan j= 1,2,..., NIPSB 0 < α , 1.

Parameter AIPSB menjelaskan bebrbagai peranan kebijakan pemerintah, seperti pajak dan retribusi, transfer dan subsidi, perizinan dan birokrasi serta parameter kebijakan pemerintah lainnya, yang dideskripsikan dalam tingkat difusi teknologi. Sifat penjumlahan secara terpisah dari faktor produksi XIPSBj menjelaskan bahwa produk marginal dari faktor produksi ke j adalah indenpendent dari jumlah faktor produksi ke j. Independensi produk marginal dari faktor produksi menjelaskan bahwa produk baru tidak mengakibatkan produk lama menjadi kadaluarsa. Jika NIPSB merupakan tipe faktor produksi industri pengolahan sedang dan besar yang tersedia dengan harga tertentu maka industri pengolahan sedang dan besar termotivasi menggunakan semua faktor produksi.


(55)

Penggunaan semua faktor produksi atau input tipe ke j akan menghasilkan kesimbangan XIPSBj = XIPSB, sehingga fungsi produksi dan fungsi laba industri pengolahan sedang dan besar masing-masing adalah

YIPSB = AIPSB x x [ N XIPSB ] α x N1-α ΠIPSB = YIPSB – WIPSB –∑ XIPSBj Dimana :

ΠIPSBj = Laba industri pengolahan sedang dan besar, Pj = harga faktor produksi ke-j dari dan

WIPSB = upah tenaga kerja industri pengolahan sedang dan besar.

2.18 Perilaku Industri Pengolahan Mikro Dan Kecil

Perilaku industri mikro dan kecil (IPMK) diasumsikan sama dengan perilaku industri pengolahan sedang dan besar dimana fungsi produksi pengolahan mikro dan kecil dirumuskan dalam bentuk Cobb-Douglas, yaitu:

YIPMK = AIPMK x x ∑ Dimana:

YIPMK = nilai output industri pengolahan mikro dan kecil AIPMK = produktivitas industri pengolahan mikro dan kecil LIPMK = tenaga kerja industri pengolahan mikro dan kecil

XIPKMj = faktor produksi antara tipe ke-j industri pengolahan mkro dan kecil NIPMK ≤ NIPSB, j = 1, 2, ..., NIPMK, 0 , α , 1.

Parameter NIPKM menjelaskan variasi faktor produksi yang tersedia dan dapat dihasilkan sendiri industri pengolahan mikro dan kecil. NIPMK merupakan bagian dari N , artinya tidak ada difusi teknologi dari industri pengolahan


(56)

sedang dan besar dan industri pengolahan mikro dan kecil. Paramteter AIPMK dan LIPMK dapat berbeda dengan parameter AIPSB dan LIPSB. Perbedaan parameter AIPMK dan AIPSB menjelaskan perbedaan kebijakan pemerintah pada industri pengolahan mikro dan kecil dan industri pengolahan sedang dan besar. Model difusi teknologi industri pengolahan mikro dan kecil paralel dengan model produksi industri pengolahan sedang dan besar, kecuali imitasi biaya ekonomi tidak akan dapat dilakukan oleh industri pengolahan mikor dan kecil. Biaya ekonomi industri pengolahan mikor dan kecil adalah ϑ. Diasumsikan bahwa baiaya ekonomi dari industri pengolahan sedang dan besar lebih tinggi dari biaya ekonomi industri pengolahan mikro dan kecil, sehingga [ 0 , ϑ , ϭ ]. Asumsi ini sangat krusial karena imitasi biaya ekonomi sulit diserap secara penuh oleh industri pengolahan mikro dan kecil (Masfield Schwartz and Wagner, 1982). Fungsi produksi, penggunaan faktor produksi dan produktivitas tenaga kerja industri pengolahan mikro dan kecil masing-masing adalah

YIPMK = AIPMK x x [ N XIPMK ] α x N1-α XIPMKj = x x LIPMK

YIPMK = YIPMK / LIPMK x x NIPMK WIPMK = [1-α ] yIPMK

Dimana WIPMK adalah tingkat upah tenaga kerja industri pengolahan mikro dan kecil. Dari persamaan diatas ditunjukkan bahwa rasio produktivitas tenaga kerja industri pengolahan sedang dan besar dengan industri pengolahan mikro dan kecil [ yIPSB / yIPMK ] ditentukan oleh rasio [AIPSB/AIPMK]1/(1-α) dan [NIPSB/NIPMK]. Demikian juga rasio tingkat upah industri pengolahan sedang dan besar dengan industri pengolahan mikro dan kecil wIPSB/wIPMK juga ditentukan oleh rasio


(57)

[AIPSB/AIPMK]1/(1-α) dan [NIPSB/NIPMK]. Oleh sebab itu model laba, tingkat return dan tingkat pertumbuhan output industri pengolahan mikro dan kecil mempunyai bentuk yang mirip dengan industri pengolahan sedang dan besar., yaitu:

ΠIPMKj = x x α 2(1-α) x LIPMK

RIPMK = [ LIPMK / ϑ x x α2(1-α)

ѲIPMK = [1/ ϑ] [LIPMK / ϑ) x (1- α)/α) x x α2(1-α) –ρ]

Difusi teknologi secara penuh dijelaskan oleh ѲIPMK . ѲIPSB yaitu pada nilai AIPSB = AIPMK, LIPSB = LIPMK dan ϑ < ϭ. Artinya industri pengolahan mikro dan kecil mengalami pertumbuhan output yang lebih tinggi dari industri pengolahan sedang dan besar karena difusi teknologi terjadi dengan biaya lebih murah, yaitu:

ѲIPMK> ѲIPSB jika

ϭ

<

x

1(1-α)

Persamaan diatas menjelaskan bahwa pertumbuhan output industri pengolahan mikro dan kecil lebih tinggi dari industri pengolahan sedang dan besar jika industri pengolahan mikro dan kecil mempunyai keunggulan dalam parameter AIPMK dan LIPMK. Dengan kata lain, tingkat return industri pengolahan mikro dan kecil lebih tinggi dari industri pengolahan sedang dan besar jika industri pengolahan mikro dan kecil mempunyai keunggulan dalam parameter AIPMK dan LIPMK. Pertumbuhan output industri pengolahan mikro dan kecil juga akan lebih tinggi dari industri pengolahan sedang dan besar jika diversifikasi NIPMK lebih banyak dari diversifikasi NIPSB, sebagai implikasi dari difusi teknologi.


(58)

2.19 Penyerapan Tenaga Kerja

Di negara kita pengertian tenaga kerja yang sering digunakan adalah tenaga kerja yang mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, mencari pekerjaan dan yang melakukan pekerjaan lain seperti sekolah dan mengurus rumah tangga. Tiga golongan yang disebut terakhir walaupun sedang tidak bekerja, mereka dianggap secara fisik dan sewaktu-waktu dapat bekerja.

Dalam Undang-undang pokok Ketenagakerjaan No. 25 Tahun 1997 tenaga kerja didefinisikan sebagai setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Proses dari usaha-usaha penyerapan tenaga kerja dapat terwujud apabila pembinaan dan pengembangan industri dapat berjalan sebagaimana mestinya. Pengertian dari penyerapan itu sendiri diartikan secara luas menyerap dalam maknanya menghimpun orang atau tenaga kerja disuatu lapangan usaha, untuk dapat berbuat sesuai dengan kebutuhan usaha itu sendiri.

Secara praktis pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja dibedakan oleh batas umur yang berbeda-beda. Amerika menggunakan batasan umur 10 tahun keatas tanpa batasan umur maksimum. Penggunaan tenaga kerja yang tidak mengenal batas umur tersebut pada kenyataannya anak-anak dibawah umur 10 tahun juga banyak yang dipekerjakan. Beranjak dari kenayataan ini maka konsep yang digunakan dalam survei industri yang dilakukan Badan Pusat Statistik, tenaga kerja/pekerja dalam perusahaan industri adalah semua orang yang biasanya bekerja di perusahaan dengan mendapat upah/gaji dan tunjangan-tunjangan lain


(59)

baik berupa uang ataupun barang serta pekerja tidak dibayar seperti pemilik dan pekerja keluarga.

Tenaga kerja yang ada atau lapangan usaha yang ada, tidak mampu menyerap tenaga kerja dengan kondisi tidak siap pakai. Masalah penyerapan tenaga kerja ini juga tidak terlepas dari kesempatan kerja yang tersedia di tengah-tengah masyarakat. Ketidakseimbangan penawaran tenaga kerja dengan pasar kerja akan menimbulkan pengangguran.

2.20 Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri

Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari tenaga kerja yang digunakan dalam satu unit usaha tertentu atau dengan kata lain penyerapan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang bekerja dalam satu unit usaha. Dalam penyerapan tenaga kerja ini dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal tersebut antara lain tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, pengangguran dan tingkat bunga. Dalam dunia usaha tdaklah memungkinkan mempengaruhi kondisi tersebut, maka hanyalah pemerintah yang dapat menangani dan mempengaruhi faktor eksternal. Dengan melihat keadaan tersebut maka dalam mengembangkan sektor industri kecil dapat dilakukan dengan menggunakan faktor internal dari industri yang meliputi tingkat upah, produktivitas tenaga kerja, modal serta pengeluaran tenaga kerja non upah.


(60)

2.21 Penelitian Terdahulu

Pritariani, 2009. Dengan judul “analisis perkembangan usaha mikro dan

kecil binaan BKM Artha Kawula di Kec. Semarang Barat kota Semarang. Variabel dependen perkembangan UKM, sedangkan variabel independennya modal, ongkos produksi, tekhnologi, mutu, total penjualan, keuntungan dan jumlah pembeli. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan modal , teknologi, mutu, total penjualan, jumlah pembeli sebelum dan sesudah adanya binaan dari BKM Artha Kawula, sedangkan keuntungan tidak memiliki perbedaan bahkan mengalami penurunan sebelum dan sesudah adanya binaan dari BKM Artha Kawula. Model analisis dengan menggunakan uji berpangkat wilcoxon dan uji chi square.

Purba, Abdilah. 2010. Analisis faktor yang mempengaruhi pertumbuhan industri kecil Di Kota Medan. Hasil Penelitian ini menemukan 3 variabel dari 4 variabel yang mempengaruhi secara signifikan. Yaitu variabel kredit UKM, pengangguran, dan upah. Sedangkan variabel PMDN tidak signifikan mempengaruhi perkembangan industri kecil di Kota Medan. Nilai koefisien determinasinya sebesar 83,9% sedangkan sisanya 16,1% di jelaskan oleh variabel lain yang tidak si masukkan ke dalam model ini.

Malvin, 2008. Kajian dampak program perkreditan dan perkuatan permodalan usaha kecil menengah terhadap perekonomian daerah. Variabelnya adalah : 1). Permodalan usaha kecil dan menengah 2). Produksi usaha kecil dan menengah. 3).volume dari usaha kecil dan menengah. Teknik analisis dengan regresi linier . Hasilnya menunjukkan perkuatan permodalan UKM diperuntukkan untuk pembelian bahan baku dan peralatan berpengaruh positif terhadap volume


(61)

usaha meskipun pengaruh tersebut tidak signifikan. Dengan meningkatnya volume usaha akan berpengaruh pada meningkatnya produksi barang dan jasa yang berarti akan meningkatkan perekonomian daerah.

Ninna, 2011, analisis faktor-faktor yang mempengaruhi laba usaha mikro di pasar tradisional Kota Binjai. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Laba Usaha Mikro di Pasar Tradisional Kota Binjai yaitu: Modal, Jumlah Waktu Bekerja, Pengalaman Usaha dan Tingkat Pendidikan dengan menggunakan metode Ordinary Least Squares (OLS).Hasil Penelitian menunjukkan bahwa modal, jumlah waktu bekerja dan pengalaman usaha mempengaruhi signifikan terhadap laba usaha mikro sedangkan tingkat pendidikan tidak dapat mempengaruhi secara signifikan terhadap laba usaha mikro

Melina Harahap, 2010, analisis pengaruh faktor-faktor produksi terhadap pendapatan pengrajin bambu di Kota Binjai. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh modal, tenaga kerja, tingkat pendidikan, pengalaman terhadap pendapatan pengrajin bambu di Kota Binjai. Nilai R2 = 0,724 yang bermakna bahwa variasi Modal Kerja, Tingkat Pendidikan, Pengalaman Bekerja, Tenaga Kerja mampu menjelaskan variasi Pendapatan Pengrajin Bambu di Kota Binjai. Dapat diketahui terdapat 3 variabel bebas yang berpengaruh secara signifikan terhadap Pendapatan Pengrajin Bambu di Kota Binjai, yaitu modal kerja, pengalaman bekerja dan tenaga kerja, sedangkan 1 (satu) variabel bebas yaitu tingkat pendidikan tidak signifikan mempengaruhi Pendapatan Pengrajin Bambu di Kota Binjai


(62)

Ardy Mandala, 2011, peranan pendidikan, pengalaman, dan inovasi terhadap produktivitas usaha kecil menengah. Hasil penelitian diketahui bahwa pendidikan, pengalaman, dan inovasi berpengaruh signifikan terhadap produktivitas UKM di Kota Semarang. Dengan koefisien determinasi 0,628 menggunakan uji regresi linier berganda dengan tingkat kepercayaan 95%.

Ginting, Erdiana, 2008, dengan judul penelitian “analisis Pengaruh Kredit Perbankan, Lama Usaha dan Tingkat Pendidikan Terhadap Omset Pengusaha Kecil Rotan di Kecamatan Medan Barat Kota Medan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa variabel-variabel independen yaitu kredit perbankan, lama usaha dan tingkat pendidikan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap omset pengusaha kecil rotan. Hal ini dapat dilihat dari R Square sebesar 0,98. Hal ini berarti bahwa kredit perbankan, lama usaha dan tingkat pendidikan berpengaruh sebesar 98% terhadap omset pengusaha kecil rotan sedangkan sisanya sebesar 2 % dijelaskan oleh variabel lain diluar model.

Handayani, 2005 dengan judul “Peranan Kredit PT. Bank Sumut Cabang

Stabat Terhadap perkembangan UKM. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh variabel modal kerja (X1), kredit yang diberikan (X2), lama usaha (X3) terhadap pendapatan debitur (Y). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kredit yang diberikan (X2) dan lama usaha (X3) berpengaruh nyata dan signifikan terhadap pendapatan debitur dengan tingkat kepercayaan 95%.

Dian Harahap, 2005 dengan judul “Peranan Kredit UKM terhadap peningkatan pendapatan debitur pada PT. Bank Bukopin Cabang Medan. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh variabel modal sendiri (X1) dan


(63)

variabel kredit yang diberikan (X2) terhadap pendapatan debitur (Y). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kredit yang diberikan (X2) berpengaruh signifikan terhadap pendapatan debitur (Y) dengan tingkat kepercayaan 95%.

Lingga Insanuddin, 2010 dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pengusaha Industri Kecil Di Kabupaten Dairi.Hasil analisis data diketahui bahwa terdapat 5 (lima) variabel independen (modal, tenaga kerja, lama berusaha, tingkat pendidikan dan bantuan modal) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi.Variabel yang signifikan tersebut sebagai modal utama yang mengindikasikan adanya peningkatan pendapatan Pengusaha Industri Kecil. Keseluruhan variabel, signifikan mempengaruhi pendapatan Pengusaha Industri Kecil yaitu variabel modal, tenaga kerja, lama berusaha, pendidikan dan bantuan modal. Dilain pihak variabel bantuan usaha pengaruhnya masih rendah. Rendahnya pengaruh bantuan modal bagi pengusaha industri kecil tersebut sebagai indikasi, dimana variabel bantuan modal kurang menggerakkan variabel pendapatan Pengusaha Industri Kecil.

2.22 Kerangka Konseptual

Usaha kecil mikro selalu membutuhkan modal awal untuk membelanjai operasi sehari-hari, misalnya untuk pembelian bahan mentah, membayar gaji karyawan dan lain sebagainya, dimana modal awal yang di keluarkan itu diharapkan akan kembali masuk kedalam usaha atau perusahaan dalam waktu pendek melalui hasil penjualan produknya. Pengalaman kerja terjadi karena adanya kesempatan kerja yang timbul karena adanya investasi dan usaha untuk memperluas kesempatan kerja ditentukan oleh laju pertumbuhan investasi.


(64)

Pemberian kredit untuk meningkatkan daya guna uang, dan meningkatkan omset usaha kecil mikro, dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang maksudnya jika uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit, uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit. Artinya bahwa adanya hubungan antara modal awal, pengalaman kerja, tingkat pendidikan dan pemberian kredit terhadap omset usaha kecil mikro.

Adapun kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Penelitian Pengaruh pemberian Kredit Terhadap Omset Usaha Kecil Mikro Kota Medan

MODAL AWAL (X1)

PENGALAMAN KERJA

(X2) OMSET

USAHA KECIL MIKRO

(Y) TINGKAT

PENDIDIKAN (X3) PEMBERIAN

KREDIT (X4)


(65)

2.23 Hipotesis

Berdasarkan kerangka Konseptual maka dibuatlah hipotesis penelitian berikut ini :

1. Modal awal berpengaruh positif terhadap omset usaha kecil mikro. 2. Pengalaman kerja berpengaruh positif terhadap omset usaha kecil mikro. 1. Tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap omset usaha kecil mikro. 2. Pemberian Kredit UKM berpengaruh positif terhadap omset usaha kecil


(66)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Analisis penelitian menitikberatkan pada pengkajian pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel-variabel yang diteliti adalah modal awal, pengalaman kerja, tingkat pendidikan, pemberian kredit, sebagai varibel independen dan omset usaha kecil mikro sebagai variabel dependent. Ruang lingkup penelitian ini adalahindustri pengolahan golongan mikro, kecil, sedang dan besar di Kota Medan. Secara umum, klasifikasi industri yang digunakan adalah klasifikasi berdasarkan International Standard Industrial Classification (ISIC), yang telah disesuaikan dengan kondisi indonesia dengan Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI) dengan Kode Kelompok Industri (KKI). Jenis Kode Kelompok Industri yang diteliti adalah barang tekstil, permadani, dan perajutan [KKI 172-173]

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi. Penelitian adalah di Kota Medan Propinsi Sumatera Utara. Dasar pertimbangan penetuan kota atau kabupaten sampel adalah karena industri pengolahan kecil dan mikro lebih terkonsentrasi di Kota Medan. Penelitian direncanakan dilakukan di bulan Januari 2013 sampai dengan April 2013.


(67)

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari pihak pertama yang menjadi objek penelitian (survey). Data primer ini di peroleh dengan wawancara atau survey dengan menggunakan alat koesioner pada nasabah yang di jadikan sampel.

3.4. Populasi

Populasi penelitian ini adalah industri usaha kecil dan mikro (UKM) dengan Kode Kelompok Industri [KKI 172-173] barang dari tekstil permadani dan perajutan. Berikut Jumlah industri barang tekstil, permadani dan perajutan di Kota Medan adalah 44 unit pada tabel di bawah ini:


(1)

Lampiran 2 Tabulasi Data

OBS PUKM MUKM LUKM TUKM PKUKM

1 60 20 5 12 50

2 45 15 2 12 10

3 30 10 5 12 20

4 60 30 3 12 140

5 90 30 3 12 180

6 40 20 4 12 25

7 40 20 2 12 30

8 40 20 2 17 10

9 60 30 2 6 10

10 40 20 5 6 50

11 40 20 3 12 30

12 40 20 2 12 10

13 60 20 5 12 100

14 40 20 5 6 20

15 45 15 3 12 20

16 50 25 3 12 50

17 60 30 3 12 20

18 45 15 2 12 30

19 40 20 4 12 30

20 40 20 2 12 50

21 60 30 2 12 80

22 45 15 5 6 15

23 60 30 5 12 30

24 60 30 3 6 25

25 40 20 3 12 30

26 40 20 3 12 40

27 40 20 5 6 10


(2)

Lampiran 3. Hasil Regresi Model

Dependent Variable: PUKM Method: Least Squares Sample: 1 30

Included observations: 30 Weighting series: LUKM

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

MUKM 1.322931 0.195131 6.779692 0.0000

LUKM 1.948111 0.756540 2.575026 0.0161

TUKM 0.637712 0.357933 1.781651 0.0865

PKUKM 0.142489 0.037930 3.756651 0.0009

Weighted Statistics

R-squared 0.895737 Mean dependent var 48.24742

Adjusted R-squared 0.883707 S.D. dependent var 21.31709 S.E. of regression 7.269512 Akaike info criterion 6.928821 Sum squared resid 1373.991 Schwarz criterion 7.115648 Log likelihood -99.93232 Durbin-Watson stat 2.224291

Unweighted Statistics

R-squared 0.665736 Mean dependent var 48.50000

Adjusted R-squared 0.627167 S.D. dependent var 12.11653 S.E. of regression 7.398365 Sum squared resid 1423.131 Durbin-Watson stat 2.290856


(3)

Lampiran 4. Hasil Uji Normalitas

0 1 2 3 4 5 6 7

-10 -5 0 5 10 15

Series: Standardized Residuals Sample 1 30

Observations 30

Mean 0.335568 Median -1.625758 Maximum 14.61630 Minimum -12.18545 Std. Dev. 6.874774 Skewness 0.355519 Kurtosis 2.419506 Jarque-Bera 1.053186 Probability 0.590614


(4)

Lampiran 5. Hasil Uji Heteroskedastisitas White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 1.418342 Probability 0.246183 Obs*R-squared 10.52354 Probability 0.230184 Test Equation:

Dependent Variable: STD_RESID^2 Method: Least Squares

Sample: 1 30

Included observations: 30

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 227.9298 227.8643 1.000287 0.3286 MUKM -11.70912 14.93882 -0.783805 0.4419 MUKM^2 0.187053 0.323924 0.577460 0.5698 LUKM 53.96284 80.87618 0.667228 0.5119 LUKM^2 -6.530551 11.67414 -0.559403 0.5818 TUKM -21.34717 26.84840 -0.795100 0.4355 TUKM^2 0.729310 1.302191 0.560064 0.5814 PKUKM 0.422722 1.075140 0.393179 0.6982 PKUKM^2 0.001600 0.005872 0.272436 0.7879 R-squared 0.350785 Mean dependent var 45.79970 Adjusted R-squared 0.103464 S.D. dependent var 56.91095 S.E. of regression 53.88645 Akaike info criterion 11.05496 Sum squared resid 60978.74 Schwarz criterion 11.47532 Log likelihood -156.8244 F-statistic 1.418342 Durbin-Watson stat 1.733555 Prob(F-statistic) 0.246183


(5)

Lampiran 6. Hasil Uji Multikolinieritas

Corr. Matrix LUKM MUKM TUKM PKUKM

LUKM 1.0000 -0,1791 -0,4177 0,0139 MUKM -0.1791 1.0000 -0,0853 0,4495 TUKM -0.4177 -0.0853 1.0000 0,1766 PKUKM 0.0139 0.4495 0.1766 1.0000


(6)

Lampiran 7. KLUI (Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia), KKI (Kode Kelompok Industri)

NO KLUI KKI

1 Pengolahan dan pengawetan daging, ikan, buah-buahan, sayuran, minyak dan

lemak 151

2 makanan lainnya dan minuman 154-155

3 pakaian jadi kecuali untuk pakaian jadi berbulu 161

4 penmintalan, pertenunan dan pengolahan akhir tekstil serta barang dari tekstil,

permadani dan perajutan 171-173

5 Penggergajian dan pengawetan kayu serta barang-barang dari kayu 201-202

6 Penerbitan dan percetakan 221-222

7 Batu bara, pengilangan minyak bumi, pengolahan gas bumi, dan barang-barang

hasil 231

pengilangan minyak bumi kimia dan barang dari bahan kimia

barang-barang dari kimia lainnya 241-242

8 Karet dan barang dari karet barang dari plastik 251-252

9 Barang dari porselin dan pengolahan tanah liat semen, kapur, gips dan

barang-barang dari semen dan kapur lainnya 262-264

10 Logam dasar besi dan baja logam dasar bukan besi dan pengecoran logam

barang-barang dari logam 271-273

siap pasang untuk bangunan dan tangki barang logam lainnya dan kegiatan jasa

pembuatan barang-barang dari logam 282, 289

11 Mesin-mesin umum dan mesin-mesin untuk keperluan khusus 291-292

12 Furniture 361