Alih Kode Sebagai Indikator Pemertahanan

ALIH KODE SEBAGAI INDlKATOR PEMERTAHANAN BAHASA
PARA PEGAWAI DI RUMAH MAKAN PADANG:
ANALISIS SOSIOLINGUISTIK
Soraya Ramli
Dosen Tetap Jurusan Bahasa Inggris STBA LIA Jakarta
dear-.floraya@yahoo.com

Abstrak
Seorarig bilingual, saat berbicara dengan orang lain, akan memilih bahasa yang sesuai,
tidak terkecuali bagi para pegawai di rumah makan padang sebagai perantau tetap
mempertahankan penggunaan bahasa ibu atau melakukan alih kode ke bahasa setempat adalah
pilihan yang hams diambil terkait dengan peristiwa tutumya. Dengan sebuah penelitian
lapangan, dapat dianalisis bagaimana para pegawai rumah makan padang yang merupakan
perantau melakukan pilihan tersebut. Hasilnya memperlihatkan bahwa alih kode yang
dilakukan merupakan wujud dari seberapa kuat pemertahanan bahasa ibu dilakukan. Semakin
lama seseorang jauh dari kampung halamannya, semakin mudah ia melakukan alih kode dan
semakin lemah pemertahanan bahasanya.
Kata Kunci: Alih Kode, Pemertahanan Bahasa

Abstract
For a bilingual, when talking to other people, he/she will choose the appropriate

language. It happens also to the employees at padang restaurant as migrant workers.
Maintaining the use of mother tongue or doing code switching to the local language are the
options they have to take related to the speech event. By doing linguistic field research to the
employees of padang restaurant, it can be analyzed how they make the options. The result of
the analysis shows that code SWitching is the realization of how strong the mother tongue
maintenance. The longer a personlive far from the home town, the easier he does the code
switching and the weaker is the native language maintenance.
Key Words: Code Switching, Language Maintenance

LATAR BELAKANG
Code Switching 'alih kode' merupakan suatu gejala bahasa yang tidak
dapat dihindari oleh orang-orang yang menguasai lebih dari satu bahasa. Istilah
lain untuk orang yang menguasai lebih dari satu bahasa adalah bilingual.
Hudson (1996:51) menyatakan bahwa seorang bilingual akan memilih satu
bahasa yang akan digunakan. Alasan pemilihan tersebut biasanya situasional.

Aiih Kode Sebagai Indikator Pemertahanan Bahasa
Para Pegawai Di Rumah Makan Padang: Analisis Sosioiinguistik (Soraya Ramli)

89


Ada beberapa alasan yang mendasari pemilihan bahasalpengalihan kode
tersebut (Crystal:363).
1.

Penutur tidak dapat mengekspresikan dirinya secara cukup dalam suatu
bahasa. Alasan pertama dapat digunakan dalam kasus seseorang yang
bam pindah dari daerah ke Jakarta. Di daerah dia terbiasa berbahasa
daerah,sedangkandi Jakarta ia belum dapat berbahasa Indonesia dengan
fasih atau mungkin tidak percaya diri dengan kemampuannya berbahasa
Indonesia. Karena itu, ia akan mengalihkan kode atau memilih bahasa
daerah saat harus mengujarkan sesuatu.

2.

Pengalihan kode dapat menyimbolkan rasa solidaritas yang kuat pada
suatu kelompok sosial.

3.


Pengalihan kode antarbahasa dapat merefleksikan sikap seorang penutur
pada orang yang diajak bicara, misalnya ramah (berusaha dekat) dan
menjaga jarak.

4.

Alasan lain adalah karena keadaanlsituasi dengan pertimbangan bahwa
bahasa tersebut lebih mudah dipahami oleh orang yang diajak bicara
(Hudson:51). Misalnya, saat berbicara dengan orang orang di Jakarta,
yang merupakan komunitas multilingual karena latar belakang daerah
yang heterogen, seorang penutur menggunakan bahasa Indonesia.
Namun, saat bertemu dengan orang-orang yang berasal dari daerah yang
sama, ia cenderung memilih menggunakan bahasa daerahnya untuk
memperlihatkan solidaritasnya.

5.

Alasan situasional ini dapat digunakan untuk memperlihatkan suatu nilai
sosial tertentu. Misalnya, dalam situasi bekerja seseorang hams terlihat
lebih formal dengan menggunakan bahasa yang standar di daerah

tersebut. Ada kalanya saat bekerja seorang penutur menemukan situasi
yang membuat orang lain yang ditemuinya merasa dekat sehingga

90

UN4l1A Vo\.9 No2, Oktober 89-108

memutuskan untuk menggunakan bahasa daerah, misalnya pada pelayan
restoran makanan khas yang berasal dari daerah. Ia hams menggunakan
bahasa Indonesia saat bekerja. Narnun, jika bertemu pe1anggan dari
daerah yang sarna, ia ingin membuat orang tersebut merasa dekat dengan
restorannya. Karena itu, ia akan menggunakan bahasa daerah untuk
berbicara dengan orang tersebut.
Dengan demikian, setiap bahasa yang digunakan mempunyai fungsi
sosial yang berbeda dan fungsi tersebut tidak dapat diisi oleh bahasa yang lain
(Hudson:53). Jadi, bersosialisasi dengan orang-orang disekitamya akan lebih
sulit bagi seseorang di suatu tempat untuk menggunakan bahasa daerahnya
sendiri ketika menghadapi orang dengan latar belakang daerah yang berbeda.
Karena itu, dia akan menggunakan bahasa yang dikuasai lebih banyak orang di
tempat tersebut, bahasa yang merupakan lingua franca, misalnya menggunakan

bahasa Indonesia formal untuk bersosialisasi.
Seseorang dapat melakukan pengalihan kode ini di bawah sadamya.
Untuk orang yang dapat berbicara lebih dari satu bahasa, ia menggunakan
bahasa daerah di rumah. Narnun, saat berada di sekolah, misalnya, ia akan
menggunakan bahasa Indonesia. Hal itu terjadi secara reflek; saat situasi dan
orang yang yang dihadapi berbeda, bahasanya pun berganti.
Situasi yang melatarbelakangi alih kode yang dilakukan orang dari
daerah yang datang ke Jakarta untuk bekerja dapat dikaji secara mendalarn
karena Jakarta mempunyai latar belakang penduduk yang heterogen. Seorang
penutur dari daerah mau tidak mau hams menggunakan bahasa Indonesia atau
minimal bahasa Indonesia dengan dialek Jakarta. Hal ini menimbulkan
pertanyaan bam; bagaimana dengan pemertahanan bahasa daerahnya? Apakah
masih digunakan sesekali atau hilang sarna sekali. Jika masih digunakan,
berarti terjadi alih kode. Keadaan ini merupakan kajian fenomena bahasa yang
Alih Kode Sebagai Indikator Pemertahanan Bahasa
Para Pegawai Di Rumah Makan Padang: Analisis Sosiolinguistik (Soraya Ramli)

91

unik dan menarik untuk diteliti dalam suatu penelitian yang sistematis

terkontrol, empiris, dan teoretis terhadap penggunaan objek tutur: bahasa.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menyelidiki fenomena
bahasa adalah dengan penelitian linguistik lapangan. Ada dua peserta yang
harus ada dalam penelitian lapangan, yaitu penutur suatu bahasa dan peneliti
bahasa. Penutur suatu bahasa yang bahasanya akan dijadikan sumber data
disebut juga informan. Informan diperlukan untuk mendapatkan korpus guna
membuat perumusan tentang struktur suatu bahasa.
Penelitian ini akan dilakukan di rumah makan padang karena tempat ini
mudah ditemukan di banyak tempat. Selain itu, rasa kekerabatan yang dekat
pada masyarakat Padang/Minang memperbesar kemungkinan para pegawainya
juga berasal dari Sumatra Barat. Para pegawai tersebut dapat menjadi informan
bagi penelitian ini setelah diseleksi dengan kriteria dari Samarin dan kriteria
tambahan, yaitu yang tinggal di Jakarta 0-10 tahun, karena setelah lewat 10
tahun seseorang telah mapan dengan bahasa yang ia tinggali dan dapat
melepaskan diri dari bahasa ibunya dalam kesehariannya. Penelitian ini
dilakukan untuk melihat hipotesis apakah semakin lama seseorang tinggal
diluar tempat yang menggunakan bahasa ibunya akan lebih sering alih kode.
Dengan kata lain, pemertahanan bahasa ibu semakin berkurang.
Penelitian ini secara khusus dibatasi untuk menganalisis situasi yang
melatarbelakangi alih kode yang dilakukan para pegawai di rumah makan

padang dan kepada siapa hal itu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi situasi yang melatarbelakangi alih kode yang dilakukan para
pegawai di rumah makan padang dan kepada siapa hal itu dilakukan. Sasaran
penelitian ini adalah alih kode yang dilakukan oleh para pegawai rumah makan
padang yang lahir dan besar di Sumatra Barat, aktif menggunakan bahasa
Padang selama berada di Sumatra Barat, dan berada di Jakarta 0-10 tahun. Jadi,

92

LlNC;UA Vol.9 No2, Oktober 89--108

populasi penelitian ini adalah penutur bahasa Padang yang memenuhi kriteria
Samarin tersebut.
Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini para penutur bahasa
Padang yang memenuhi kriteria di atas dan dibatasi pada mereka yang bekerja
di daerah Jakarta Selatan dan Depok. Penelitian ini menggunakan lima orang
informan dari tiga restoran yang berbeda. Dua orang informan berasal dari
rumah makan Siang Malam di Gandaria. Dua orang berikutnya bekerja di
rumah makan Putra Minang di Mayestik. Terakhir yang bekerja di rumah
makan Simpang Raya, Depok. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah deskriptif, yaitu metode yang mendeskripsikan secara sistematis faktafakta dan ciri-ciri data kebahasaan seperti apa adanya. Fakta dan ciri
kebahasaan dalam penelitian ini adalah alih kode yang dilakukan oleh informan
selama bekerja (dalam situasi apa dan kepada siapa).
Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang ditempuh untuk
memperoleh data yang diperlukan. Data data yang dikumpulkan berwujud
transkripsi tuturan lisan. Untuk mendapatkan korpus data tersebut digunakan
teknik wawancara untuk mendapatkan informasi tentang latar belakang
kebahasaan informan dan untuk melihat apakah ia memenuhi kriteria untuk
dijadikan informan. Kemudian, pencarian data dilanjutkan dengan teknik
penyadapan berupa perekaman kegiatan berbahasa para informan untuk
melihat alih kode yang dilakukan.

PEMBAHASAN

Pembahasan dilakukan masing-masing informan untuk melihat berapa
banyak alih kode dilakukan, dalam situasi apa saja, dan kepada siapa saja hal
tersebut dilakukan. Untuk mempermudah pembahasan, informan akan diberi

AIih Kode Sebagai Indikator Pemertahanan Bahasa
Para Pegawai Di Rumah Makan Padang: Analisis Sosiolinguistik (Soraya Ramli)


93

nomor bedasarkan lama tinggalnya di Jakarta, dimulai dari yang paling barn ke
yang paling lama. Jadi, urutannya adalah sebagai berikut; S, Ip, I, Si, dan J.
Informan I (S)

S barn tinggal di Jakarta selama lima bulan. Ia bekerja di rumah makan
Siang Malam dan bertanggung jawab untuk menyiapkan minum para
pelanggan dan mencuci peralatan makan yang kotor. Jadi, S tidak banyak
berinteraksi dengan orang di luar restoran. Ia lebih banyak bicara pada ternan
temannya sesama pegawairestoran. Dalam kesempatan lain, S lebih memilih
menggunakan bahasa Padang walaupun temannya menggunakan bahasa
Indonesia. Hal ini juga memperlihatkan bahwa S merasa tidak yakin dengan
kemampuan bahasa Indonesianya.
(J kembali ke dapur dan bicara pada S)

/

Pinggir dikit.


S

Jatuah beko

f

Ah..?

S

fyoyo

/

Tenangaja

Deskripsi di atas memperlihatkan bahwa sebagai orang yang barn tinggal
lima bulan tinggal di Jakarta. S lebih nyaman menggunakan bahasa Padang.
Jelas sekali ia masih kuat mempertahankan bahasa ibunya, bahasa Padang. Alih

kode dilakukan hanya dilakukan jika hal itu diperlukan.Ia hanya melakukan
satu kali alih kode, pada temannya.

94

LINGUA Vo\.9 No2, Oktober 89--108

Informan kedua (I)

I telah lima tahun tinggal di Jakarta. la bekerja di tempat yang sama
dengan S. Di rumah makan Siang Malam, ia bertanggung jawab melayani tamu
dan menyiapkan pesanan. Jadi, ia banyak berinteraksi dengan tamu selain
dengan teman teman keIjanya.
Berdasarkan data dalam transkripsi, I melakukan tujuh kali alih kode dari
bahasa Padang yang sehari hari digunakan di rumah makan tersebut saat
bersama dengan teman temannya ke bahasa Indonesia. Penggalan-penggalan
tersebut adalah sebagai berikut.
(1 sedang mengobrol dengan teman-temannya di luar)
1
T4
1

Di muko de. Pas di mukonyo bana.
Kanjalan. Pas di belakang kanan
In; kan jalan tuh.

[ ..]

Di sini terlihat bahwa I mengalihkan bahasa Padang yang tadinya
dipergunakan ke bahasa Indonesia karena temannya (T -4) menggunakan
bahasa Indonesia. Hal ini memperlihatkan bahwa I mengalihkan kode untuk
menunjukkan solidaritas pada temannya yang beralih menggunakan bahasa
Indonesia. I juga menggunakan bahasa Indonesia pada pelanggan karena
bahasa ini lebih mudah dipahami mereka. Di samping itu, I juga tidak tahu
apakah pelanggan tersebut dapat bicara bahasa Padang atau tidak. la
menggunakan bahasa Indonesia karena merupakan bahasa yang umum yang
digunakan masyarakat Jakarta. Alasan lain adalah situasi bekeIja karena ia
.sedang berhadapan dengan pelanggan. Karena itu, ia menggunakan bahasa
yang lebih sesuai dengan lingkungannya.
(Ada pIg menghampiri)
Alih Kode Sebagai Indikator Pemertahanan Bahasa
Para Pegawai Di Rumah Makan Padang: Analisis Sosiolinguistik (Soraya Ramli)

95

pig 2

Mas, nomor telepon toko sini berapa?

1

Tar dulu (1 mencari catatan no telp) lupa nomor telepon. Ini.

PIg2

1ni nomor telepon kemaren.
[ ...]

Dalam penggalan percakapan, I mengalihkan bahasanya ke bahasa
Indonesia saat bicara dengan pelanggan. Karena pelanggan memulai
percakapan dengan bahasa Indonesia dan menggunakan kata sapaan Mas, I
memutuskan menggunakari bahasa Indonesia dengan pertimbangan bahwa
orang yang diajak bicara tidak mengerti bahasa Padang.
(Ada pelanggan lain memanggil. Pelanggan ini dikenal oleh para pegawai
sebagai lbu Dna)
Pig 4 : Berapa Pak?
1

: Delapan baleh. Delapan belas, Delapan belas ribu.

PIg4

: Delapan belas ribu itu udah termasuk nasi be/um?

1

: Udah

(1 menerima uang, memberikannya ke kasir, dan mengantar kembaliannya
kepada Pig 4)
: Makasih ya Bu.

1

Pig 4 : Tutup jam berapa?
: Tutup jam sepuluh.

1

Pig 4 : Malem?
1

: He eh. Soalnya sepi bu kalo udah malam. Biasanya ini dua puluh

empat jam. Di sini ga ada orang. Jam sepuluh aja udah sepi.
Mereknya Siang Malam. Dua puluh empat jam biasanya. Tapi
tergantung situasi lah. Kalo rame, nonstop.
Pig 4 : Masak di sini?
96

LrNC;UA Vol.9 No2, Oktober 89---108

I

: Masak di sin;' Pengennya sih dua puluh empat jam gitu loh Bu.
Tapi tergantung... Di sini sepi Bu.

Pig 4 : Tapi udah ada pelanggan toh?

I

: Udah. Langganan itu kan kadang sore, kadang siang, gitu 10

Pig 4 : Ayo mas

I

: Ayo, sama sama. Makasih ya, Bu.
Dalam penggalan di atas terlihat bahwa I sudah mengenal pelanggan

tersebut.

Ibu Lina,

sebagai pelanggan,

memulai percakapan dengan

menggunakan bentuk resmi saat menanyakan berapa yang hams dibayar. I
sempat lupa dan menggunakan bahasa Padang. Selanjutnya, I memperbaikinya
dengan bahasa Indonesia. Karena pelanggan mengajak I untuk bercakap-cakap,
I pun melayaninya. Suasana pun bembah menjadi lebih santai. Di sini I
melakukan alih kode kepada pelanggan untuk menunjukkan situasi resmi
karena ia sedang bekerja. Kemudian, ia mengubah bahasa yang resmi itu
menjadi bahasa Indonesia dengan ragam tidak resmi mengikuti pelanggan agar
pelanggan merasa lebih dekat.
Ada situasi saat I menggunakan bahasa Indonesia pada temannya. Saat
itu, temannya memperbesar volume TV untuk menonton pertandingan bola. I
memperingatkan temannya karena ada beberapa pelanggan yang sedang
makan. Jadi, biasanya ia menggunakan bahasa Padang pada temannya, tetapi
kali ini ia menggunakan bahasa Indonesia. Dengan demikian, I menggunakan
alih kode kepada teman untuk menyatakan sikap bahwa ia kurang menyukai
apa yang dilakukan temannya.
Dibandingkan dengan S, I lebih banyak dan lebih berani menggunakan
bahasa Indonesia dan tidak terlalu mempertahankan bahasa sehari -hari, bahasa
Padang. Bahasa Indonesia yang digunakan pun lebih variatif. Di sini juga
AIih Kode Sebagai Indikator Pemertahanan Bahasa
Para Pegawai Di Rumah Makan Padang: Analisis Sosiolinguistik (Soraya Ramli)

97

terIihat bahwa S sangat berhati-hati dalam alih kode dengan pelanggan. Alih
kode yang dilakukan S terhadap pelanggan rnengikuti ragam bahasa yang
dipakai pelanggan. Dengan ternan kerja, ia lebih sering rnenggunakan bahasa
Padang. Alih kode dilakukan hanya jika hal itu dirasa perIu.

Informan 3 (Ip)

Ip bekerja di sebuah rumah rnakan di Mayestik. Ia bertanggung jawab
rnelayani pelanggan yang datang. Ia telah berada di Jakarta selama lima tahun
dan bekerja dengan ternan-ternan yang rnayoritas berasal dari Sumatra Barat.
Di ternpat kerjanya, ada beberapa orang yang tidak berbahasa Padang secara
aktif.
Berdasarkan data yang ada, Ip rnelakukan beberapa kali alih kode kepada
pelanggan dan ternan kerja. Data tersebut akan dianalisis satu persatu.
(Jp melayani pelanggan)
Jp

: Mau makan?

Pig 1 : Nggak. Pesen minum aje.
Jp

: Minum.

Plg2

: Minum ape lo?

Pig 1 : Teh botol.
Jp

: Jus pokat, mangga, melon....

Pig 1 : Teh botol satu lah
Jp

: Teh botoh? (pada T-l) Teh botol de, dir.

PIg 2 : Es Jeruk deh
Jp

: Jeruk? Pakees? Yang manisya? (pada T-l) Esjerukde, Dir.

Ip rnelayani pelanggan dengan bahasa Indonesia. Hal ini dilakukan
karena situasi ini rnerupakan bagian dari pekerjaan. Jadi, Ip hams

98

LINGUA Vol.9 No2, Oktober 89-108

menggunakan bahasa Indonesia kepada pelanggan dalarn rangka menjaga nilai
sosial situasi tersebut. Kemudian, Ip mulai menggunakan bahasa Indonesia
dengan ragarn tidak resmi karena tarnu juga menggunakan jenis bahasa yang
sarna. Jadi, dalarn tuturan yang sarna Ip menggunakan bahasa tersebut supaya
bisa lebih dekat dengan pelanggan.
(Ip bercanda dengan ternan di bagian depan restoran)
Ip

: Ha, 10 dah makan?

T2

: Belom. Belom dua kali.

Ip

: Belom dua kali?

T2

: Alah alah..

Ip

: Lah?

T2

.- Lah.

Dalarn penggalan itu terlihat bahwa Ip bercanda dengan temannya
dengan menggunakan bahasa Jakarta. Alih kode dilakukan agar pendengar
dapat merasa lebih dekat dengan Ip sebagai penutur. Pada saat temannya (T-2)
beralih kode ke bahasa Padang, Ip pun ikut beralih ke bahasa Padang. Jadi, Ip
melakukan alih kode kepada temannya dalam situasi santai untuk membuat
temannya merasa lebih dekat.
(Ada peianggan datang)
PIg4 : Kopi
Ip

: Kopi cie, Dir. Kopi cie. Makan? Yo. Kupua' jange '. Pakai kuah?

Pig 4 : Ndak ndak. Dibalaio
Ip

: Dibaiaio

Pig 4 : Toiong bawain ya
Ip

: Iyo. Iyo.

Alih Kode Sebagai Indikator Pemertahanan Bahasa
Para Pegawai Di Rumah Makan Padang: Analisis Sosioiinguistik (Soraya Ramli)

99

Pelanggan dalam merupakan orang dari wamet di dekat rumah makan
ini. Walaupun bisa menanggapi dalam bahasa Padang, Ip tahu bahwa orang
tersebut tidak bisa menggunakan bahasa Padang dengan fasih karena Ip
sesekali menggunakan alih kode kepada pelanggan agar apa yang diujarkan
lebih mudah dipahami pelanggan tersebut.
(Ip kembali ke depan dan melayani pelanggan)
lp

: (Ke teman) Nasia tambah, Mai.

Berapa bungkus nih mas? Bungkus?
Pig 5 : Pake ini aja
Ip

: Pake ikan mujair?

Pig 5 : Sambal merahya.
Ip

: 5ambai merah?

Pig 5 : Udah itu aja.
Ip

: Daun singkong?

Pig 5 : Daun singkong? Jangan deh. Nangka aja.
lp

: Lai cub ada ' ya? Pakai air juga?

Pig 5 : Udah pake air nih?
Ip

: Udah satu

Pig 5 : Jadi berapa nih? Rendang satu sama mujair satu.
Ip

: Sepuluh ribu.
Saat melayani pelanggan, Ip menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini

dilakukan karena pembeli tidak memahami bahasa Padang dan ini adalah
suasana kerja. Jadi, Ip perlu menggunakan bahasa yang sesuai dengan lokasi
tempat kerjanya, yaitu Jakarta.
Dengan demikian terlihat bahwa alih kode mulai sering dilakukan oleh Ip
sebagai penutur bahasa Padang. Karena telah lima tahun bekerja di Jakarta, Ip
100

liNGUA Vol.9 No2, Oktober 89-108

sudah lebih rnudah beralih kode dalarn situasi pekerjaannya. Alih kode yang
dilakukan pun seimbang antara dengan ternan dan dengan pelanggan.

Informan 4 lSi)

Si telah berada di Jakarta selarna tujuh tahun. Ia bekerja di ternpat yang
sarna dan punya tanggung jawab yang sarna dengan Ip, rekannya. Adapun alih
kode yang dilakukan dapat dideskripsikan sebagai berikut.
(saat melihat seorang anak yang dikenallewat)

S1

: Baru puLang Ab ya? Aidir, pai dah? Dah?
(terdiam. Seorang anak (I'-4)yang dikenallewat)

Si

: Di, di. Kok Adi cepat puLang sekarang?

T4

: Ulangan

Si

: Oh, uLangan? Pai deh Barujam empat Lewat sepuLuh.

Si rnelakukan alih kode pada ternannya yang tidak bisa berbahasa
Padang. Karena itu, alih kode dilakukan agar ujaran dapat Iebih rnudah
dipaharni di sarnping rasa solidaritas pada ternan ternan keciinya yang lebih
sering berbahasa Indonesia dengan dialek Jakarta.
(Ada pelanggan datang)
Si

: Apa mbak? Berapa bungkus?

Pig 6 : Yang satu pake ayam bakar. Dada ya.
Si

: Nih sambaL, sayur, kasih nggak?

Pig 6 : He eh. Kasih.

S1

: Sayur ya?

Pig 6 : /ya.

. Alih Kode Sebagai Indikator Pernertahanan Bahasa
Para Pegawai Di Rurnah Makan Padang: Analisis Sosiolinguistik (Soraya Rarnli)

101

AIih kode dalam penggalan di atas dilakukan oleh Si kepada pelanggan
yang tidak berbahasa Padang. Hal ini dilakukan dalam situasi sosial pekerjaan
sehingga harus menggunakan bahasa yang lebih umum digunakan dan agar
lawan bicaranya lebih dapat memahami ujarannya.
(Ada pelanggan lain datang)
Si

: Ah uni?

PIg 7 : Seperti biasa.
Si

: Adanya paha semua.

PIg 7 : lko apo?
Si

: Nan ma, uni? ltu kakap uni.

Pig 7 : Kakap yo?
Si

: Yo. Lama' ni yo? (beralih ke pelanggan sebelumnya) Satu lag; pake
apa nih?

PIg 6 : Paha
Si

: Pake nasi ndak?

PIg 6 : Ndak, ndak pake nasi (ke pig 7)
Si

: Limo baleh.

PIg 7 : Oh limo baleh. Itu pange '?
Si

: Pake nasi uni?(ke pig 6)

Plg6 : Ndak.
Alih kode dilakukan Si kepada pelanggan yang sudah dikenalnya. Hal ini
terlihat dari sapaan yang ia gunakan pada pelanggan tersebut, yaitu, "uni". Si
menyapa dengan bahasa Padang. Namun, karena pelanggan tersebut menjawab
dengan bahasa Indonesia, Si pun beralih menggunakan bahasa Indonesia. Jadi,
alih kode ini dilakukan karena solidaritas agar lawan bicara merasa lebih dekat.
Karena ini adalah situasi bekerj a, Si terkadang kembali menggunakan bahasa
102

LINGUA Vo\.9 No2, Oktober 89-108

yang lebih umurn digunakan agar lawan bicara lebih dapat rnernahami
ujarannya.
Dari deskripsi di atas terlihat bahwa Si yang lebih lama tinggal di Jakarta
lebih

banyak

rnenggunakan

alih

kode

jika dibandingkan

informan

lainnya.Tercatat ada sepuluh kaIi aIih kode dilakukan Si. Bahasa Indonesia
yang digunakan Si juga lebih rapi apabila dibandingkan Ip, rekan kerjanya.

Informan 5 (J)
J bekerja di restoran Sirnpang Raya, Depok. Di sana 95% pegawainya
berasal dari Jawa Barat. Hanya sedikit pegawai yang berasal dari Sumatra
Barat. Sepuluh tahun rneninggaIkan kampung halaman, ditambah latar
belakang lingkungan kerja yang rnayoritas berbahasa Sunda, dan istri yang
berasal dari Cianjur rnernbuat bahasa Sunda lebih lekat jika dibandingkan
bahasa Padang bagi J. Ia hanya berbahasa Padang pada ternan yang berasal dari
Sumatra barat. Rekaman diambil saat jam rnakan siang telah selesai dan
kebanyakan para pegawai sedang rnenunggu berakhimya jam kerja rnereka.
Selain itu, J juga bertugas di bagian lauk. Ia bertanggung jawab untuk
rnenyiapkan pesanan. Karena tidak banyak pelanggan, ia lebih banyak
bercengkrama dengan ternan ternannya. Berikut adalah deskripsinya.
(Ada ternan J rninta gararn)
J

: Garam? Aya. Di die tuh.

Tl

: Teu aya.

J

: Aya.•• Piringin atuh.

Tl

: Tatakan kedl nih.

J

: Haredang, but Ke heula atuh.

Alih Kode Sebagai Indikator Pemertahanan Bahasa
Para Pegawai Di Rumah Makan Padang: Analisis Sosiolinguistik (Soraya Ramli)

103

·J rnenggunakan bahasa Sunda saat berbicara dengan ternannya. Karena
rnayoritas ternan ternannya berbahasa Sunda, J ingin rnenjadi bagian dari
rnereka dan rnernperlihatkan solidaritasnya. Karena itu, ia rnenggunakan alih
kode ke bahasa Sunda, bukan bahasa Padang. Alih kode dilakukan untuk
rnenunjukkan solidaritas pada rnayoritas ternan ternannya yang berasal dari
JawaBarat.
J

: Kumaha iyeu teheuy?

T-3

: (dialekJawa) Ini nunggu udah lama makanya dikasih tau. Cepetan,
cepetan

J

: Biasa wae atuh. Teu ngotot. Nu bener atuh ngomong na.

T-3

: Masalahnya ini udah lama.

J

: Numana sih numana? Nu opatan, lain?

T-3

: Nu ngarep (Zogat Jawa). Yang sama Faisal
tadi di bawah kan empat

J

.' Kapan?

T-3

: Tadi yang duduk di situ.

J

: Ah, boong luh ah.

T-3

: Aku nggak boong. Tanya aja sama Andri. Tuh Andri yang kenai sama
orangnya. (ZogatJawa)

J

: Tabuh Sabaraha?

T-3

: Tadi yang dua orang itu. Udah itu nasi udah dateng, tapi lauknya
belum. [ ..]
Tamunya udah marah tuh.

J

: { ..] euuuh isuk pulang euy.

J sedang bertengkar dengan ternannya. Ternannya tidak berasal dari Jawa
Barat dan bukan pula dari Padang. Logat Jawa rnernperlihatkan hal tersebut.
104

LINGUA Vo\.9 No2, Oktober 89-108

Walaupun temannya menggunakan bahasa Indonesia, J tetap merespon dengan
bahasa Sunda untuk memperlihatkan sikap menjaga jarak pada temannya. Di
tengah pertengkaran, ia beralih kode lagi ke bahasa Indonesia dengan tujuan
agar ujarannya lebih dipahami oleh lawan bicaranya mengingat ia buka berasal
dari J awa Barat.
(J kembali bieara pada teman-teman yang lain)
J

Eta panon tuh urus. Te ta tinggali semangat. (Beralih pada T-4)
Ha? Balia ang? Ko bali' bali' beko.
(T-4 mengajak J pulang)

J

Jam tigo. Ko jam tigo. Bantai lah. Baia pak.I... 1Mangantua' ko?
Ado ada sih karajo. Pake box mo ha?
(beralih ke teman lain) Apa labora taun pak?

T-7:

Tiga puluh

J

Enam puluh? Tiga puluh?
(J mengajak temannya pulang)

Potongan percakapan tersebut memperlihatkan bahwa J dengan mudah
beralih kode untuk menyesuaikan diri dengan bahasa yang digunakan temantemannya. Setelah berujar dengan bahasa Sunda, ia beralih ke bahasa Padang
saat bicara dengan temannya yang berasal dari Sumatra Barat (T -4). Saat ia
bicara dalam bahasa Sunda dan ditanggapi dengan bahasa Indonesia, ia pun
beralih ke bahasa Indonesia.
Saat bercanda dan bercerita dengan teman-temannya, J lebih banyak
mengalihkan kode ke bahasa Sunda walaupun itu berbeda dengan bahasa yang
digunakan teman-temannya. Hal ini dilakukan karena bahasa Sunda merupakan
bahasa kaum mayoritas di rumah makan itu dan merupakan bahasa yang sehari
hari digunakan oleh J. Jadi, mengungkapkan segala sesuatu dalam bahasa
Alih Kode Sebagai Indikator Pernertahanan Bahasa
Para Pegawai Di Rumah Makan Padang: Analisis Sosiolinguistik (Sonya Ramli)

105

Sunda lebih mudah bagi J. Narnun, J juga masih memberi perhatian kepada
siapa yang diajak bicara sehingga seringkali bahasa dialihkan sesuai dengan
yang dipahami orang yang diajak bicara.
J sangat banyak melakukan alih kode dari bahasa Padang. Dalarn data
tercatat ada enarn belas kali alih kode dari bahasa Padang yang merupakan
bahasa ibu ke bahasa Indonesia dan bahasa Sunda yang penuturnya merupakan
bagian yang dominan dari kesehariannya. Dari semua informan inilah
terbanyak. AIih kode yang lakukan mempunyai pola yang sarna dengan yang
telah dipaparkan sebelumnya.
Secara umum deskripsi data telah memperlihatkan bahwa alih kode
paling banyak dilakukan oleh informan yang paling lama tinggal di Jakarta. Ini
juga menandakan bahwa bahasa ibu tidak lagi dipertahankan sepenuhnya.
Situasi mengendalikan alih kode yang dilakukannya. Secara singkat data
penelitian dapat dirumuskan menjadi seperti tabel di bawah ini.

':Memperlihatkan sikap,
...Memperlihatkan
106

solidaritasl

LINGUA VoL9 No2, Oktober 89---108

Pelanggan (4)

Melayani tamu

agar lebih dekat

Petugas

-Agar rnudah dipahami karena

parkir (1)

lawan bicara tidak rnenguasai
bahasa asH penutur
-Menunjukkan nilai sosial

(16)

ternan

-Memperlihatkan

solidaritasl

agar lebih dekat
-Agar nmdah dipahamikarena
lawanbicara tidak menguasai
bahasa asH penutur
Ket: Inf= informan, jrnl AK, tggl di Jkt = lama tinggal di Jakarta

SIMPULAN

Berdasarkan deskripsi, analisis, dan rumusan data hasil penelitian,
simpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut.
1.

Semakin lama seseorang meninggalkan tempat asalnya, semakin kurang
pemertahanan bahasanya dan semakin sering alih kode dilakukan.
Sebaliknya, jika seseorang masih bam meninggalkan kampung
halamannya, semakin sedikit alih kode yang dilakukan dan semakin kuat
pemertahanan bahasanya.

Alih Kode Sebagai Indikator Pemertahanan Bahasa
Para Pegawai Di Rumah Makan Padang: Analisis Sosiolinguistik (Soraya Ramli)

107

2.

Alih kode pada para pegawai rumah makan padang kebanyakan terjadi
saat sedang bersama ternan keIja dan saat bersama pelanggan.

3.

Alih kode pada ternan dilakukan saat bersantai atau bersosialisasi untuk
menyatakan sikap atau menunjukkan solidaritas

4.

Secara umum, alih kode kepada pelanggan dilakukan saat melayani
mereka untuk menunjukkan nilai so sial karena situasinya adalah
lingkungan keIja para pegawai.

5.

Alih kode dilakukan oleh para pegawai rumah makan padang dengan
mempertimbangkan situasi dan menyesuaikan dengan bahasa apa yang
harns dilakukan.

6.

Jika dibandingkan kepada ternan keIja, alih kode yang dilakukan kepada
pelanggan sepenuhnya dilakukan secara sadar. Informan menyesuaikan
diri dengan bahasa dan ragam bahasa yang gunakan oleh para pelanggan.

DAFTARPUSTAKA

Crystal, David. 1987. The Cambridge Encyclopedia of Language. Cambridge:
Cambridge University Press
Hudson, RA. 1996. Sociolinguistics. Cambridge: Cambridge University Press.
Samarin, William J. 1988. Ilmu Bahasa Lapangan. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Wardhough, Ronald. 1986. An Introduction to Sociolinguistics. UK: Basil
Blackwell

108

LlN4UA Vol.9 No2, Oktober 89-108

Dokumen yang terkait

Analisis Komposisi Struktur Modal Yang Optimal Sebagai Upaya Peningkatan Kinerja Operasional Pada PT Telagamas Pertiwi Di Surabaya

1 65 76

Kajian Karakteristik Fisik, Kimia dan Mikrobiologis Edible Film dari Tiga Jenis Pati (Kimpul, Ubi Jalar Putih dan Singkong) dengan Penambahan Filtrat Kunyit (Curcuma longa Linn.) Sebagai Penghambat Bakteri Salmonella.

16 119 21

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Pengelolaan Publikasi MelaluiMedia Sosial Sebagai sarana Pengenalan Kegiatan Nandur Dulur( Studi deskriptif pada tim publikasi Nandur Dulur)

0 66 19

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121

Modifikasi Struktur Senyawa Etil Pmetoksisinamat Melalui Proses Nitrasi- Esterifikasi dengan 1-Butanol Serta Uji Aktivitas Sebagai Antiinflamasi

3 34 113

Analisis Prioritas Program Pengembangan Kawasan "Pulau Penawar Rindu" (Kecamatan Belakang Padang) Sebagai Kecamatan Terdepan di Kota Batam Dengan Menggunakan Metode AHP

10 65 6

Peranan Deposito Sebagai Sumber Dana Pada PT. Bank X,Tbk. Cabang Buah Batu Bandung

3 47 1

Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Komitmen Organisasi Melalui Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Mediasi pada Bank DKI Kantor Cabang Surabaya

0 1 21

Asas Tanggung Jawab Negara Sebagai Dasar Pelaksanaan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

0 19 17