Kartini dalam Bingkai Sejarah 1
Kartini dalam Bingkai Sejarah1
Oleh: Exsan Ali Setyonugroho2
”Bagi saya hanya ada dua macam keningratan : keningratan pikiran dan keningratan budi.
Tidak ada yang lebih gila dan bodoh menurut persepsi saya daripada melihat orang yang
membanggakan asal keturunannya…” (Surat Kartini kepada Stella, 18 Agustus 1899).
Dalam politik etis yang merupakan sebab awal dan cikal bakal pergerakan nasional,
ada tiga macam hal yang disoroti, yakni irigasi; transmigrasi dan edukasi. Adanya politik
demikian tak lepas dari peran seorang Belanda bernama Eduard Dowes Dekker yang
mengarang sebuah roman berjudul Max Havellar dengan nama pena Multatuli yang artinya
“aku yang menderita”, ia merupakan orang sumber inspirasi bagi tokoh-tokoh Indonesia
selanjutnya semisal Pramoedya Ananta Toer sampai WS Rendra dan tak terkecuali Kartini.
Namun kesemuanya dari politik etis tersebut hanya dimanfaatkan oleh pihak kolonial
untuk kepentingannya sendiri. Semisal transmigrasi hanya dipakai untuk memindahkan orang
ketempat perkebunan yang kekurangan buruh. Irigasi hanya untuk mengairi sawah-sawah
atau perkebunan milik kolonial. Akan tetapi edukasi berkata lain, banyak dari sini putra-putri
bangsa terbaik lahir dan belajar pendidikan, yang kemudian dijadikan bekal oleh mereka
berjuang merebut kemerdekaan.
Akan tetapi dalam hal edukasi (pendidikan), masih ada diskriminasi dari pemerintah.
Terutama dalam hal penyaringan peserta didik yang masuk. Kebanyakan yang masuk adalah
golongan bangsawan dan priyayi, oleh sebab itu rakyat kecil buruh nelayan dan sebagainya
tidak dapat masuk sekolah. Dengan keadaan yang demikan masih terjadi kesenjangan sosial.
Adalah Kartini satu diantara banyak wanita yang memperjuangan hak-hak dari golongan
tersebut untuk belajar yang terutama adalah wanita. Ia mendirikan sekolah di Jepara hingga
Rembang.
Kartini, sosok perempuan yang masih relevan hingga sekarang. Tulisan-tulisannya
banyak dikaji oleh banyak pihak, untuk kebergunaan sekarang. Perempuan yang lahir 21
April 1879 ini jika ditelisik melalui garis sejarahnya memang merupakan sosok yang layak
jadi panutan. Jelas tulisan dan tindakannya masih relevan hingga sekarang. Maka dari itu
perlu adanya kajian untuk melanjutkan perjuangan-perjuangan dari Kartini, tanpa
merendahkan bahkan menghilangkan para pahlawan lain. 3
1 . didiskusikan untuk Sekolah Tan Malaka, pada 11 April 2014 di Rumah Buku Simpul Semarang
(RBSS)
2. Mahasiswa sejarah Unnes, Pegiat sejarah Pergerakan
3 seperti ungkapan sejarawan muda Bonie Triyana, bahwa Revolusi pergerakan 17 Agustus, bukan
milik Sukarno saja. 17 Agustus adalah milik bersama semua pejuang kemerdekaan: Sukarno, Hatta
Syahrir, Sudirman, Bung Tomo, Tan Malaka, Natsir, Musso, Amir Syarifuddin, Ngurah Rai, dan
puluhan, ratusan, ribuan bahkan jutaan orang lain. Bahkan juga Suharto. Juga para pujangga dan
1
Kartini adalah pelopor dari gerakan relovusi Indonesia sejak awal, setelah itu baru
munculah banyak tokoh pergerakan mulai Ki Hajar Dewantara, HOS Cokroaminoto hingga
Soekarno.4 Ia lahir dari ayah seorang bupati Jepara bernama R.M. Sosroningrat dari istri selir
(garwa ampil) yang dipisahkan oleh sitem feodal dikemudian. Kartini tumbuh menjadi gadis
dengan peka sosial dan jiwa kesatria. Sikap dari ayahnya yang mendukung aktivitas anakanaknya-pun juga termasuk yang melatarbelakangi munculnya sifat kartini tersebut. Setalah
itu, kartini sosok perempuan cerdas sering membaca karya Eduard Dowes Dekker yang
berjudul Max Havelar, berisi tentang kritikan-kritikan terhadap kolonialisme yang memeras
habis tenaga dan menyita kemerdekaan rakyat Hindia Belanda dahulu. Ayahnya juga sering
mengajak anak-anaknya termasuk kartini untuk melihat berbagai keadaan yang menimpa
rakyat. Seperti ungkapan adik kartini bernama kardinah berikut; “Setelah sudah agak besar,
kami (anak-anak R.M. Sosroningrat) sering disuruh oleh rama (bapak) untuk ikut meninjau
tempat-tempat penderitaan rakyat. Maksud rama supaya kami melihat sendiri dari dekat
bencana-bencana yang menimpa rakyat itu dan mendapat kesan bagaimana susahnya hidup
mereka yang melarat dan hina itu,” tulis Kardinah dalam suratnya tanggal 25 Maret 1964
kepada Sitisoemandari Soeroto, penulis Kartini Sebuah Biografi. Sering juga kartini dan adikadiknya setelah dewasa banyak blusukan ketempat-tempat yang jauh dan bahkan tak
sepengetahuan ayahnya. Untuk sekedar mengetahui dan tak jarang juga membantu bagi
orang-orang kecil yang masih terus dihisap dalam sitem politik kolonial di masa tanam paksa.
Ia bahkan sempat menjadi donatur bagi setiap orang yang datang ke pendopo kabupaten
Jepara.
Perlu diketahui bahwa Kartini bukanlah satu-satunya anak dari bupati R.M.
Sosroningrat yang memiliki sikap yang peka akan sosial. Ini jarang ditemui di kalangan
bangsawan lain bahwa anak-anaknya memiliki sikap demikian, yang umum adalah anak-anak
bangsawan itu tidak pernah atau jarang bersinggungan dengan kehidupan luar yang keras,
budaya bangsawan adalah anak perempuan tidak boleh keluar setiap saat. Maka dari itu
timbulah sikap individual dan terkadang mengeklusifkan dirinya sendiri. Ini lain dengan
sastrawan seperti penyair Chairil Anwar yang juga menangkap semangat 45 pada waktu itu.Dalam
sajaknya “Persetujuannya dengan bung karno”, Chairil menulis: Aku melangkah ke depan berada rapat
di sisimu, tetapi di sajak “Kerawang Bekasi” dia juga menulis: Kenang, kenanglah kami/ Teruskan,
teruskan jiwa kami/ Menjaga Bung Karno menjaga Bung Hatta menjaga Bung Sjahrir. Revolusi
nasional milik semua, termasuk semua rakyat miskin pula yang angkat bambu runcing. Bukan hanya
itu, “17 Agustus” juga merupakan simbol hasil dari proses yang sudah berlangsung lama. Mungkin bisa
diperdebatkan kapan titik awal bangkitnya revolusi nasional Indonesia. Saya kira, saya sendiri
sependapat atau sejiwa dengan pandangan Pramoedya Ananta Toer bahwa semuanya dimulai oleh
Kartini. Kartini menolak total kedudukannya sebagai seorang kawula yang nasibnya akan ditentukan
oleh kekuatan “semi-gaib” (feodal dan kolonial). Dia sangat terobsesi dengan pendidikan, pengetahuan
dan kebebasan adalah pemikir pembebas pertama dalam proses awal revolusi nasional. Sesudah
Kartini, mulai muncul tokoh-tokoh lainnya: Tirto Adhisuryo, Ki Hajar Dewantara; Tjokroaminoto, Haji
Misbach, Semaun, dan banyak lagi.
4 . Bonie Triyana, Mencari Indonesia versi 17 Agustus, Majalah Historia
2
keluarga Kartini, Kakak dan adiknya pun memiliki sikap yang serupa, bahkan kardinah
sendiri adik Kartini adalah pejuang pendidikan di daerah Tegal. Setelah menikah dengan Patih
Soejitno, anak Bupati Tegal Ario Reksonegoro, pada 24 Januari 1902, Kardinah mulai
mewujudkan cita-cita Het Klaverblad (daun semanggi) atau “Tiga Saudara” –julukan yang
Nyonya Ovink-Soer, istri asisten residen Jepara, berikan kepada Kartini, Rukmini, dan
Kardinah.5 Setelah Kartini wafat, Kardinah melanjutkan cita-cita Kartini dengan mendirikan
sekolah bernama Wismo Pranowo (WP) di tegal pada 1 Maret 1916, yang biaaya
operasioanlnya ditanggung masyarakat yang mampu atau dari keluarga.
Kartini pada saat remaja telah disekolahkan oleh ayahnya yang berpikiran maju itu
kedalam sekolah umum, pada saat itu ia masuk Europese Lagere School (ELS) dari tahun
1885-1892. Kartini adalah satu-satunya perempuan pribumi yang ada disana, teman
perempuan Kartini hanya anak-anak menir Belanda, jadi tak heran bahwa kartini sering
bercengkrama dengan temannya belanda, karena memang anak perempuan pribumi tidak ada.
Ini terjadi karena penyaringan yang dilakukan oleh belanda, hanya diprioritaskan untuk kaum
laki-lakidan juga kaum priyayi. Karena keuntungan yang diperoleh kemudian akan lebih jika
Belanda menerima anak laki-laki yang jam kerja dan staminanya lebih bisa bertahan lama jika
dipekerjakan di kantor-kantor menjadi pegawai negeri yang masih terikat oleh pemerintah.
Oleh sebab itu, kartini juga banyak mengirim surat kepada sahabat-sahabat perempuannya
sampai menteri pendidikan Belanda pada saat itu Abendanon. Bisa analisis bahwa ada
kaitannya surat-surat kartini dengan penetapan politik etis yang salah satunya berorientasi
kepada pendidikan.
Selain itu, ada anggapan bahwa sekolah itu adalah tempat untuk meningkatkan
derajat kehidupan. Dengan sekolah, maka anak terseut kemudian akan bekerja lebih baik atau
mapan daripada ayah atau keturunannya. Pada saat itu, anak perempuan adalah tabu untuk
sekolah. Ini disebabkan karena pandangan anak perempuan tidak memerlukan kepandaian
apapun didalam hidupnya, mengingat kewajibannya dalam rumah tangga bukan sebagai
pencari nafkah. Adalah tidak patut bagi perempuan bangsawan banyak keluar rumah dan
bergaul dengan anak laki-laki. 6 Akan tetapi ini tidak untuk bupati jepara Sosroningrat yang
berpikiran maju dan progresif, yang hampir kesemua anaknya adalah para aktivis atau
pejuang yang peka akan sosial.
Perlu diketahui, bahwa sebelum umur 20 tahun, kartini telah membaca karangankarangan yang pada saat itu dianggap mempengaruhi sikap-sikap kartini selanjutnya. Diantara
buku yang dibaca adalah; Max Havellar dan surat-surat cinta karangan Multatuli telah
dibacanya 2 kali. Kemudian De Stille Kraacht ( kekuatan gaib) karya Louis Coperus.
5 . M.F. Mukthi, Kardinah di Bawah Bayangan Kartini
6 . Sulastin Sutrisno, dalam Surat-Surat Kartini, penerbit djambatan, 1985
3
Kemudian karya van Eeden, karya Augusta de Witt sampai roman feminis karya Nyonya
Goekoop de Jong Van Beek dan roman anti kekerasan/ perang karangan Berta Von Sutter
yang kesemuanya adalah berbahasa belanda. 7 Inilah yang kebanyakan mempengaruhi jalan
pikiran dari kartini yang dianggap terlalu maju bagi masyarakatnya dulu. Kebanyakan ia
membaca ketika ia sedang dipingit. Pernah kartini berontak ketika dipingit, akan tetapi ia
mulai sadar bahwa tindakan itu hanya sia-sia. Maka ia putuskan untuk menikamati masa
pingitan dengan membaca dan menulis. Sama halnya dengan Pramoedya Ananta Toer, Tan
Malaka yang dalam pengasingan dan di penjara mereka berhasil menelurkan banyak
pemikiran dan karya monumental.
Kartini setelah itu ingin bercita-cita melanjutkan sekolah keperguruan tinggi di
Belanda. akan tetapi dengan ia meninggalkan Indonesia, maka sekolah yang baru dirintisnya
itu akan terbengkalai, karena memang sebelumnya ia telah merintis sebuah sekolah di Jepara.
Dan dengan sedikit rasa kecewa ia mengurungkan niatnya untuk belajar ke Belanda. Ia mulai
saat itu memfokuskan diri ke sekolah yang didirikannya. Sekolah Kartini didirikan tanpa
adanya subsidi dari pemerintah, jadi model konsep dan pelaksanaanya penuh dengan rasa
kemanusiaan dan sesuai dengan prinsip among tanpa adanya tekanan atas konsep yang
diberlakukan pemerintah kolonial.
Kartini telah marasa bahagia ketika sekolah yang dirintisnya itu maju pesat.
Kemudian ada hal yang membuatnya sedikit tergoncang pada saat itu. Adalah dirinya telah
dijodohkan oleh ayahnya dengan Bupati Rembang R.M.A.A. Singgih Djojo Adhiningrat yang
telah beristri tiga pada 1903. Oleh kartini, penjodohan tersebut adalah hal yang sangat
menekan hatinya. Ia sebelumnya telah menolak ajaran feodal dan beranggap itu tidak akan
memajukan bangsanya. Meskipun ia telah diajak berunding oleh ayahnya dan akhirnya ia
setuju akan tetapi ia tetap merasa terpaksa dan mencoba untuk menguatkan hatinya.
Ayah Kartini yang juga bupati jepara Sosroningrat yang terkenal dengan tindakan
yang progresif dan maju itu ternyata juga terjebak dengan kebiasaan lama dari kalangan raja
dan bangsawan jawa yang menjodohkan anaknya dengan kalangan yang setingkat. Kartini
mengiyakan. Bahwa wanita seperti Kartini-pun akhirnya tak berdaya juga untuk menentang
adat kebiasaan bangsa dan keluarga yang sudah sekian lama berlaku serta dipertahankan.
Menurut analis bisa digaris bawahi, bahwa kartini bisa menerima pinangan Bupati Rembang
adalah sikap yang manusiawi saja dan diperhitungkan bahwa Kartini jika menjadi istri bupati,
maka ia akan lebih leluasa untuk mewujudkan cita-citanya dikemuain hari, daripada ia masih
sebagai anak bupati. Selain itu, ia tidak mau memalukan keluarganya yang telah penuh kasih
sayang membesarkan dan menyekolahkannya sebagai murid satu-satunya perempuan saat itu
7 . Kartini Sebuah Biografi karya Sitisoemandari Soeroto
4
dipribumi yang tumbuh hanya sebagai “perawan tua”. Mungkin hanya kartini yang bisa
menjawab dengan pasti.
Benar jika kita menggunakan alasan yang pertama. bahwa semenjak di Rembang,
cita-cita kartini untuk mendirikan sekolah demi sekolah terpenuhi. Suamainya yang juga
berfikiran maju itu menyetujui bahwa ia mendirikan sekolah di sebelah timur pintu gerbang
kompleks kantor Bupati Rembang. Sekolah kartini kemudian berkembang pesat, banyak
siswa-siswa yang belajar di sekolahnya yang tanpa subsidi dari pemerintah itu.
Akan tetapi perjuangan kartini mencapai diujung. Kartini meninggal dunia setelah 5
hari melahirkan anak pertamanya Soesalit Djojoadhiningrat yang lahir pada 13 September
1904. Kartini meninggal dalam usia 25 tahun. Ia dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu,
Kabupaten Rembang. Setelah itu bukan lantas cita-cita kartini dipendam juga dalam
kuburnya, melainkan banyak diteruskan oleh adik-adiknya bahkan keuarga Van Deventer
seorang tokoh Politik Etis. Mereka mendirikan yayasan kartini, pada 1912 di berbagai tempat
mereka kemudian mendirikan sekolah-sekolah yang berlandaskan cita-cita kartini semasa
masih hidup. misalnya; Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon.
Kartini dan pendidikan
Jika kita membaca surat-surat kartini yang ditujukan kepada Ny. Abandenon
kebanyakan adalah berisi kritikan dan solusi dari seorang kartini untuk kemajuan bangsanya.
Pada tahun segitu, ia sudah mampu menelurkan gagasan-gagasan yang maju, bahkan terlalu
maju bagi jamannya di Hindia Balanda saat itu untuk bandingan kaum pribumi. Sehingga
sering disebut bahwa Kartini dengan gagasan-gagasannya adalah suatu ramalan tentang masa
depan.
Dengan diukur oleh jamannya gagasan-gagasan kartini termasuk revolusioner. Ia
ingin menghanguskan budaya-budaya feodal yang menghambat kemajuan bangsanya. Ini
layaknya Tan Malaka ketika menulis Madilog yang berisi tentang penolakan terhadap logika
mistik yang dipakai kabanyakan orang Indonesia dan diganti dengan pemikiran rasional, ini
merupakan pengaruh dari seorang tokoh yang pendidikannya sering bersinggungan dengan
pendidikan Belanda ataupun masuk didalamnya. 8 Cita-citanya kepada nusa dan bangsa
menjadikannya seorang
nasioanalis yang berjiwa kerakyatan. Kartini ingin mengangkat
derajat dan martabat bangsanya agar tidak semena-mena terus dijajah oleh banga asing. Ia
menginginkan agar bangsa Indonesia mengurusi dan mengatur dirinya sendiri tanpa adanya
8 . termasuk saat Kartini tidak mau ada gelar R.A. atau Raden Ajeng di depan namanya. Ini juga sama
seperti R.M. yang sesungguhnya berada di depan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat kemudian
ia ingin lebih dekat dengan rakyat semuanya ia mengganti nama menjadi Ki Hajar Dewantara di umur
40 tahun
5
urusan asing di negeri sendiri.9 Inilah termasuk relasi antara kartini dan Soekarno yang
menelurkan konsep berdikari.
Suka belajar dan gemar membaca telah membawanya kearah gerbang kemajuan.
Buku-buku dan surat-menuratnya telah berhasil menembus dinding kabupaten, menerobos
keluar membentangkan cakrawala yang luas. Budaya pingitan yang diberlakukan kepadanya
bahkan membuat dia semakin semangat dalam membaca dan menulis.
Bila kita menelaah periodisasi perjuangan kartini, maka politik praktis belum
berkembang disana. Maka wajar jika ia berjuang dalam bidang pendidikan, tetapi hal ini
justru merupakan awal munculnya gerakan perjuangan dikemudian hari. Dengan bukti,
setelah pkiran dan gagasan Kartini berkembang di masyarakat, maka baru munculah
organisasi Budi Utomo dln. Pandangan kartini tentang kependidikan sama halnya dengan
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang intinya mencerdaskan kehidupan bangsa.
Kartini di Jepara telah mendirikan sekolah, setelah ia diperistri oleh Bupati Rembangpun cita-cita mengajarnya tak menurun, ia diberi ruang oleh suaminya untuk mengajar anakanak disekitarnya. Sekolahnya semakin maju karena pendekatan yang dipakai olehnya sangat
persuasif tanpa kekerasan dan bahkan kasih sayang. Pandangan kartini tentang pendidikan
yang awal adalah dari ibu dan keluarga. itu kemudian telah dicerna oleh bapak pendidikan
kita yakni Ki Hajar Dewantara. Kartini menulis:
“sebagai seorang ibu, wanita merupan seorang pengajar dan pendidik yang pertama.
Dalam pengakuannyalah seorang anak pertama-tama belajar merasa, berfikir dan
berbicara; dan dalam banyak hal penididkan pertama ini mempunyai arti yang besar
bagi seluruh hidup anak...”
“hanya sekolah saja tidak dapat memajukan masyarakat . lingkungan keluarga
(orangtua) harus membantu juga. Malahan lebih-lebih dari lingkungan keluargalah
yang seharusnya datang kekuatan mendidik. Ingatlah! Keluarga (orangtua) dapat
memberi pengaruhnya siang-malam, sedang sekolah hanya beberapa jam saja..” 10
inilah yang bisa kita anggap sebagai salah satu relasi antara orientasi pendidikan
kartini dengan Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar Sendiri mengatakan ada tiga hal orientasi
pendidikannya, yakni; lingkungan keluarga; perguruan dan juga masyarakat. Menurut Edi
Subkhan, konsep pendidikan dan aktivitas yang dikemukakan oleh Ki Hajar dengan istilah
jawa momong, among dan ngemong menunjukan orientasi gagasan dan praksis pendidikan
yang berorientasi keluarga. Hal tersebut karena memang aktivitas momong, among dan
9 . Ki soeratman, dalam Satu Abad Kartini “kartini dan pendidikan” ,1979
10 . nota yang ditulis kartini atas permintaan Mr. J. Slingenberg yang berjudul “berikanlah pendidikan
kepada bangsa jawa (baca indonesia)”
6
ngemong dalam alam budaya masayarakt jawa dilakukan oleh keluarga, yaitu bapak dan ibu.
Jadi, memang mirip aktivitas yang dilakukan oleh dukun bayi, mulai dari merawat,
mengasuh, mendampingi, mengajari, dengan cinta dan kasih sayang. 11
Dalam perkembangannya, kartini secara tidak langsung telah melakukan akulturasi
pendidikan yang dilakukannya. Ia melakukan sikap selektif dan adaptatif, artinya kartini tetap
malakukan seleksi terhadap unsur-unsur kebudayaan asing. Ia memilih nilai-nilai yang dapat
memperindah, memperhalus dan memperkaya kebudayaan pribumi. Setelah itu ia sesuaikan
dengan situasi, kondisi dan pasikologi rakyat, agar supaya kebudayaan asing tersebut dapat
diterima dengan tanpa paksaan untuk mamperkaya kazhanah kebudayaan kita dan semakin
indah dan elok guna peganggan generasi yang akan datang.
Kartini dan agama
Pernah disuatu ketika, Kartini mengusulkan kepada Kiai kabupaten untuk
menerjemahkan Al-Qur’an, karena pemikirannya bisa dikatakan liberal, ia beranggapan agar
maksud dari kitab itu bisa dicerna oleh segenap masyarakat. Ia beranggapan sangat percuma
jika masyarakat tidak maksud apa pesan yang ditulis dalam Al-Qur’an jika itu tidak
diterjemahkan dalam bahasa jawa dan dibaca setiap harinya. Pendapat Kartini itu lantas
ditolak oleh sang Kiai. Kartini mengusulkan demikian, karena pada saat ia temui
pengasuhnya di kabupaten saat membaca Al-Qur’an. Ia bertanya kepadanya “Yu, apa arti AlFatihah sebenarnya?” kemudian perempuan setengah baya itupun menjawab “Saya hanya
pandai membacanya tapi tidak pandai menulisnya Raden Ayu”. Bahkan kartini pernah
menulis surat kepada kawannya, dengan inti; “Kau lebih bahagia ketimbang aku, engkau
telah memiliki agama dengan bahasa yang kau mengerti, saya juga memiliki agama tapi saya
tidak mengerti bahasa agama saya”12 dalam hal ini, memang jiwa muda yang ditunjukan
Kartini nyata jelas adanya, akan tetapi pemikiran barat yang leberal dan terbuka, telah
mengubah cara pandang kartini bahkan tentang agamanya. Akan tetapi Kartini dalam hatinya
sendiri ingin menyelaraskan antara agama islam dengan pandangannya itu. Ia menulis:
“Moga-moga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat umat agama lain memandang
agama Islam patut disukai” 13
Adalah seorang Snouck Hurgronje, yang berada dibalik kedekatan kartini dengan
para orang barat yang berusaha untuk memberikan porsi kartini untuk belajar barat dan
feminisme serta membuat kartini merasa bingung akan islam dan tidak takhlid begitu saja.
Snouck adalah penasihat pemerintah Hindia Belanda, ia adalah orang cerdik yang behasil
menakhlukan umat islam dalam perjuangnnya di aceh. Oleh sebab itu, ia dipercaya oleh
11 .Edi Subkhan, dalam “Pengajaran Nasional (5)” didiskusikan di RBSS pada 7 april 2014
12 . Surat- surat Kartini pnenerjemah Sulatrin Sutrisno
13 . surat kartini kepada Ny. Van Kool 21 juli 1902
7
pemerintah Kolonial Belanda untuk menjadi arsitek dibalik melemahnya perlawanan dari
penduduk Indonesia. Oleh sebab itu melalui relasi antara Snouck Hurgronje dengan teman
surat menyurat Kartini di belanda, kartini selalu mendapatkan buku baru dari teman
korespondensinya yang telah berhubungan dengan Snouck. Tak salah kemudian kalau Kartini
berpikir begitu progresif, menyampingkan kebudayaan Jawa-nya. Snouck menginginkan agar
Kartini menjadi tokoh perempuan yang tercerahkan lewat pemikiran Barat, bukan dari akar
budayanya sendiri.14 Dengan begitu, maka Belanda seolah berjasa dalam pembentukan nalar
anak bangsa. Ini wajar karena saat itu Belanda sedang menjalankan program politik etis.
Yang pasti, Snocuk memang mengagendakan untuk "menjebak" Kartini untuk
menenggelamkan tokoh perempuan Indonesia yang lain, seperti Cut Nyak Dien, Tengku
Fakinah, Cut Mutia, Dewi Sartika, dan Rohana Kudus. Tapi sejatinya Kartini ingin bersamasama kaum perempuan Indonesia berjuang memberdayakan kaum hawa, tetapi Snouck tak
ingin gemuruh gerakan perempuan membuat Belanda panik dengan kekuasaannya. 15
Oleh sebab itu, benar adanya bahwa kartini adalah orang yang hanya ingin
menyelaraskan pemikiran barat dan ditungkannya kedalam kebudayaan jawa khususnya.
Akan tetapi hal ini banyak disalah artikan. Ada yang mengtakan Kartini itu kafir, sesat dan
lain sebagainya. Akan tetapi sejatinya kartini adalah sosok pejuang yang merupakan satu dari
sebagian besar pejuang yang ikut menuntaskan dahaga kemerdekaan. Kita belajar sejarah
bukan hanya meneladani satu atau dua tokoh pahlawan saja, melainkan beribu-ribu pahlawan
yang rela berkorban harta, tenaga bahkan nyawa sekalipun. Pelajarilah pahlawan demi
pahlawan dengan mencontoh kebiakannya guna memperindah tindakan kita dikemudian hari.
Pelajari juga kekurangan mereka agar nanti kita tidak terjebak dalam situasi yang demkikian
dan tidak salah untuk melangkah.
14 . strategi ini sebenarnya tidaklah baru bagi pemerintah kolonial. Sempat ada pemesanan naskah
babad atau serat yang bernama Serat Gatoloco dan Serat Darmogandul yang berisi tentang cerita
sejarah yang tidak benar. Atau juga tentang cerita perang bubad yang dijadikan sebagai alat belanda
untuk memecah belah antara rakyat jawa barat dengan jawa timur.
15 . kartini mati dibunuh: membongkar hubungan kartini dengan freemason karya efatino febriana
8
Oleh: Exsan Ali Setyonugroho2
”Bagi saya hanya ada dua macam keningratan : keningratan pikiran dan keningratan budi.
Tidak ada yang lebih gila dan bodoh menurut persepsi saya daripada melihat orang yang
membanggakan asal keturunannya…” (Surat Kartini kepada Stella, 18 Agustus 1899).
Dalam politik etis yang merupakan sebab awal dan cikal bakal pergerakan nasional,
ada tiga macam hal yang disoroti, yakni irigasi; transmigrasi dan edukasi. Adanya politik
demikian tak lepas dari peran seorang Belanda bernama Eduard Dowes Dekker yang
mengarang sebuah roman berjudul Max Havellar dengan nama pena Multatuli yang artinya
“aku yang menderita”, ia merupakan orang sumber inspirasi bagi tokoh-tokoh Indonesia
selanjutnya semisal Pramoedya Ananta Toer sampai WS Rendra dan tak terkecuali Kartini.
Namun kesemuanya dari politik etis tersebut hanya dimanfaatkan oleh pihak kolonial
untuk kepentingannya sendiri. Semisal transmigrasi hanya dipakai untuk memindahkan orang
ketempat perkebunan yang kekurangan buruh. Irigasi hanya untuk mengairi sawah-sawah
atau perkebunan milik kolonial. Akan tetapi edukasi berkata lain, banyak dari sini putra-putri
bangsa terbaik lahir dan belajar pendidikan, yang kemudian dijadikan bekal oleh mereka
berjuang merebut kemerdekaan.
Akan tetapi dalam hal edukasi (pendidikan), masih ada diskriminasi dari pemerintah.
Terutama dalam hal penyaringan peserta didik yang masuk. Kebanyakan yang masuk adalah
golongan bangsawan dan priyayi, oleh sebab itu rakyat kecil buruh nelayan dan sebagainya
tidak dapat masuk sekolah. Dengan keadaan yang demikan masih terjadi kesenjangan sosial.
Adalah Kartini satu diantara banyak wanita yang memperjuangan hak-hak dari golongan
tersebut untuk belajar yang terutama adalah wanita. Ia mendirikan sekolah di Jepara hingga
Rembang.
Kartini, sosok perempuan yang masih relevan hingga sekarang. Tulisan-tulisannya
banyak dikaji oleh banyak pihak, untuk kebergunaan sekarang. Perempuan yang lahir 21
April 1879 ini jika ditelisik melalui garis sejarahnya memang merupakan sosok yang layak
jadi panutan. Jelas tulisan dan tindakannya masih relevan hingga sekarang. Maka dari itu
perlu adanya kajian untuk melanjutkan perjuangan-perjuangan dari Kartini, tanpa
merendahkan bahkan menghilangkan para pahlawan lain. 3
1 . didiskusikan untuk Sekolah Tan Malaka, pada 11 April 2014 di Rumah Buku Simpul Semarang
(RBSS)
2. Mahasiswa sejarah Unnes, Pegiat sejarah Pergerakan
3 seperti ungkapan sejarawan muda Bonie Triyana, bahwa Revolusi pergerakan 17 Agustus, bukan
milik Sukarno saja. 17 Agustus adalah milik bersama semua pejuang kemerdekaan: Sukarno, Hatta
Syahrir, Sudirman, Bung Tomo, Tan Malaka, Natsir, Musso, Amir Syarifuddin, Ngurah Rai, dan
puluhan, ratusan, ribuan bahkan jutaan orang lain. Bahkan juga Suharto. Juga para pujangga dan
1
Kartini adalah pelopor dari gerakan relovusi Indonesia sejak awal, setelah itu baru
munculah banyak tokoh pergerakan mulai Ki Hajar Dewantara, HOS Cokroaminoto hingga
Soekarno.4 Ia lahir dari ayah seorang bupati Jepara bernama R.M. Sosroningrat dari istri selir
(garwa ampil) yang dipisahkan oleh sitem feodal dikemudian. Kartini tumbuh menjadi gadis
dengan peka sosial dan jiwa kesatria. Sikap dari ayahnya yang mendukung aktivitas anakanaknya-pun juga termasuk yang melatarbelakangi munculnya sifat kartini tersebut. Setalah
itu, kartini sosok perempuan cerdas sering membaca karya Eduard Dowes Dekker yang
berjudul Max Havelar, berisi tentang kritikan-kritikan terhadap kolonialisme yang memeras
habis tenaga dan menyita kemerdekaan rakyat Hindia Belanda dahulu. Ayahnya juga sering
mengajak anak-anaknya termasuk kartini untuk melihat berbagai keadaan yang menimpa
rakyat. Seperti ungkapan adik kartini bernama kardinah berikut; “Setelah sudah agak besar,
kami (anak-anak R.M. Sosroningrat) sering disuruh oleh rama (bapak) untuk ikut meninjau
tempat-tempat penderitaan rakyat. Maksud rama supaya kami melihat sendiri dari dekat
bencana-bencana yang menimpa rakyat itu dan mendapat kesan bagaimana susahnya hidup
mereka yang melarat dan hina itu,” tulis Kardinah dalam suratnya tanggal 25 Maret 1964
kepada Sitisoemandari Soeroto, penulis Kartini Sebuah Biografi. Sering juga kartini dan adikadiknya setelah dewasa banyak blusukan ketempat-tempat yang jauh dan bahkan tak
sepengetahuan ayahnya. Untuk sekedar mengetahui dan tak jarang juga membantu bagi
orang-orang kecil yang masih terus dihisap dalam sitem politik kolonial di masa tanam paksa.
Ia bahkan sempat menjadi donatur bagi setiap orang yang datang ke pendopo kabupaten
Jepara.
Perlu diketahui bahwa Kartini bukanlah satu-satunya anak dari bupati R.M.
Sosroningrat yang memiliki sikap yang peka akan sosial. Ini jarang ditemui di kalangan
bangsawan lain bahwa anak-anaknya memiliki sikap demikian, yang umum adalah anak-anak
bangsawan itu tidak pernah atau jarang bersinggungan dengan kehidupan luar yang keras,
budaya bangsawan adalah anak perempuan tidak boleh keluar setiap saat. Maka dari itu
timbulah sikap individual dan terkadang mengeklusifkan dirinya sendiri. Ini lain dengan
sastrawan seperti penyair Chairil Anwar yang juga menangkap semangat 45 pada waktu itu.Dalam
sajaknya “Persetujuannya dengan bung karno”, Chairil menulis: Aku melangkah ke depan berada rapat
di sisimu, tetapi di sajak “Kerawang Bekasi” dia juga menulis: Kenang, kenanglah kami/ Teruskan,
teruskan jiwa kami/ Menjaga Bung Karno menjaga Bung Hatta menjaga Bung Sjahrir. Revolusi
nasional milik semua, termasuk semua rakyat miskin pula yang angkat bambu runcing. Bukan hanya
itu, “17 Agustus” juga merupakan simbol hasil dari proses yang sudah berlangsung lama. Mungkin bisa
diperdebatkan kapan titik awal bangkitnya revolusi nasional Indonesia. Saya kira, saya sendiri
sependapat atau sejiwa dengan pandangan Pramoedya Ananta Toer bahwa semuanya dimulai oleh
Kartini. Kartini menolak total kedudukannya sebagai seorang kawula yang nasibnya akan ditentukan
oleh kekuatan “semi-gaib” (feodal dan kolonial). Dia sangat terobsesi dengan pendidikan, pengetahuan
dan kebebasan adalah pemikir pembebas pertama dalam proses awal revolusi nasional. Sesudah
Kartini, mulai muncul tokoh-tokoh lainnya: Tirto Adhisuryo, Ki Hajar Dewantara; Tjokroaminoto, Haji
Misbach, Semaun, dan banyak lagi.
4 . Bonie Triyana, Mencari Indonesia versi 17 Agustus, Majalah Historia
2
keluarga Kartini, Kakak dan adiknya pun memiliki sikap yang serupa, bahkan kardinah
sendiri adik Kartini adalah pejuang pendidikan di daerah Tegal. Setelah menikah dengan Patih
Soejitno, anak Bupati Tegal Ario Reksonegoro, pada 24 Januari 1902, Kardinah mulai
mewujudkan cita-cita Het Klaverblad (daun semanggi) atau “Tiga Saudara” –julukan yang
Nyonya Ovink-Soer, istri asisten residen Jepara, berikan kepada Kartini, Rukmini, dan
Kardinah.5 Setelah Kartini wafat, Kardinah melanjutkan cita-cita Kartini dengan mendirikan
sekolah bernama Wismo Pranowo (WP) di tegal pada 1 Maret 1916, yang biaaya
operasioanlnya ditanggung masyarakat yang mampu atau dari keluarga.
Kartini pada saat remaja telah disekolahkan oleh ayahnya yang berpikiran maju itu
kedalam sekolah umum, pada saat itu ia masuk Europese Lagere School (ELS) dari tahun
1885-1892. Kartini adalah satu-satunya perempuan pribumi yang ada disana, teman
perempuan Kartini hanya anak-anak menir Belanda, jadi tak heran bahwa kartini sering
bercengkrama dengan temannya belanda, karena memang anak perempuan pribumi tidak ada.
Ini terjadi karena penyaringan yang dilakukan oleh belanda, hanya diprioritaskan untuk kaum
laki-lakidan juga kaum priyayi. Karena keuntungan yang diperoleh kemudian akan lebih jika
Belanda menerima anak laki-laki yang jam kerja dan staminanya lebih bisa bertahan lama jika
dipekerjakan di kantor-kantor menjadi pegawai negeri yang masih terikat oleh pemerintah.
Oleh sebab itu, kartini juga banyak mengirim surat kepada sahabat-sahabat perempuannya
sampai menteri pendidikan Belanda pada saat itu Abendanon. Bisa analisis bahwa ada
kaitannya surat-surat kartini dengan penetapan politik etis yang salah satunya berorientasi
kepada pendidikan.
Selain itu, ada anggapan bahwa sekolah itu adalah tempat untuk meningkatkan
derajat kehidupan. Dengan sekolah, maka anak terseut kemudian akan bekerja lebih baik atau
mapan daripada ayah atau keturunannya. Pada saat itu, anak perempuan adalah tabu untuk
sekolah. Ini disebabkan karena pandangan anak perempuan tidak memerlukan kepandaian
apapun didalam hidupnya, mengingat kewajibannya dalam rumah tangga bukan sebagai
pencari nafkah. Adalah tidak patut bagi perempuan bangsawan banyak keluar rumah dan
bergaul dengan anak laki-laki. 6 Akan tetapi ini tidak untuk bupati jepara Sosroningrat yang
berpikiran maju dan progresif, yang hampir kesemua anaknya adalah para aktivis atau
pejuang yang peka akan sosial.
Perlu diketahui, bahwa sebelum umur 20 tahun, kartini telah membaca karangankarangan yang pada saat itu dianggap mempengaruhi sikap-sikap kartini selanjutnya. Diantara
buku yang dibaca adalah; Max Havellar dan surat-surat cinta karangan Multatuli telah
dibacanya 2 kali. Kemudian De Stille Kraacht ( kekuatan gaib) karya Louis Coperus.
5 . M.F. Mukthi, Kardinah di Bawah Bayangan Kartini
6 . Sulastin Sutrisno, dalam Surat-Surat Kartini, penerbit djambatan, 1985
3
Kemudian karya van Eeden, karya Augusta de Witt sampai roman feminis karya Nyonya
Goekoop de Jong Van Beek dan roman anti kekerasan/ perang karangan Berta Von Sutter
yang kesemuanya adalah berbahasa belanda. 7 Inilah yang kebanyakan mempengaruhi jalan
pikiran dari kartini yang dianggap terlalu maju bagi masyarakatnya dulu. Kebanyakan ia
membaca ketika ia sedang dipingit. Pernah kartini berontak ketika dipingit, akan tetapi ia
mulai sadar bahwa tindakan itu hanya sia-sia. Maka ia putuskan untuk menikamati masa
pingitan dengan membaca dan menulis. Sama halnya dengan Pramoedya Ananta Toer, Tan
Malaka yang dalam pengasingan dan di penjara mereka berhasil menelurkan banyak
pemikiran dan karya monumental.
Kartini setelah itu ingin bercita-cita melanjutkan sekolah keperguruan tinggi di
Belanda. akan tetapi dengan ia meninggalkan Indonesia, maka sekolah yang baru dirintisnya
itu akan terbengkalai, karena memang sebelumnya ia telah merintis sebuah sekolah di Jepara.
Dan dengan sedikit rasa kecewa ia mengurungkan niatnya untuk belajar ke Belanda. Ia mulai
saat itu memfokuskan diri ke sekolah yang didirikannya. Sekolah Kartini didirikan tanpa
adanya subsidi dari pemerintah, jadi model konsep dan pelaksanaanya penuh dengan rasa
kemanusiaan dan sesuai dengan prinsip among tanpa adanya tekanan atas konsep yang
diberlakukan pemerintah kolonial.
Kartini telah marasa bahagia ketika sekolah yang dirintisnya itu maju pesat.
Kemudian ada hal yang membuatnya sedikit tergoncang pada saat itu. Adalah dirinya telah
dijodohkan oleh ayahnya dengan Bupati Rembang R.M.A.A. Singgih Djojo Adhiningrat yang
telah beristri tiga pada 1903. Oleh kartini, penjodohan tersebut adalah hal yang sangat
menekan hatinya. Ia sebelumnya telah menolak ajaran feodal dan beranggap itu tidak akan
memajukan bangsanya. Meskipun ia telah diajak berunding oleh ayahnya dan akhirnya ia
setuju akan tetapi ia tetap merasa terpaksa dan mencoba untuk menguatkan hatinya.
Ayah Kartini yang juga bupati jepara Sosroningrat yang terkenal dengan tindakan
yang progresif dan maju itu ternyata juga terjebak dengan kebiasaan lama dari kalangan raja
dan bangsawan jawa yang menjodohkan anaknya dengan kalangan yang setingkat. Kartini
mengiyakan. Bahwa wanita seperti Kartini-pun akhirnya tak berdaya juga untuk menentang
adat kebiasaan bangsa dan keluarga yang sudah sekian lama berlaku serta dipertahankan.
Menurut analis bisa digaris bawahi, bahwa kartini bisa menerima pinangan Bupati Rembang
adalah sikap yang manusiawi saja dan diperhitungkan bahwa Kartini jika menjadi istri bupati,
maka ia akan lebih leluasa untuk mewujudkan cita-citanya dikemuain hari, daripada ia masih
sebagai anak bupati. Selain itu, ia tidak mau memalukan keluarganya yang telah penuh kasih
sayang membesarkan dan menyekolahkannya sebagai murid satu-satunya perempuan saat itu
7 . Kartini Sebuah Biografi karya Sitisoemandari Soeroto
4
dipribumi yang tumbuh hanya sebagai “perawan tua”. Mungkin hanya kartini yang bisa
menjawab dengan pasti.
Benar jika kita menggunakan alasan yang pertama. bahwa semenjak di Rembang,
cita-cita kartini untuk mendirikan sekolah demi sekolah terpenuhi. Suamainya yang juga
berfikiran maju itu menyetujui bahwa ia mendirikan sekolah di sebelah timur pintu gerbang
kompleks kantor Bupati Rembang. Sekolah kartini kemudian berkembang pesat, banyak
siswa-siswa yang belajar di sekolahnya yang tanpa subsidi dari pemerintah itu.
Akan tetapi perjuangan kartini mencapai diujung. Kartini meninggal dunia setelah 5
hari melahirkan anak pertamanya Soesalit Djojoadhiningrat yang lahir pada 13 September
1904. Kartini meninggal dalam usia 25 tahun. Ia dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu,
Kabupaten Rembang. Setelah itu bukan lantas cita-cita kartini dipendam juga dalam
kuburnya, melainkan banyak diteruskan oleh adik-adiknya bahkan keuarga Van Deventer
seorang tokoh Politik Etis. Mereka mendirikan yayasan kartini, pada 1912 di berbagai tempat
mereka kemudian mendirikan sekolah-sekolah yang berlandaskan cita-cita kartini semasa
masih hidup. misalnya; Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon.
Kartini dan pendidikan
Jika kita membaca surat-surat kartini yang ditujukan kepada Ny. Abandenon
kebanyakan adalah berisi kritikan dan solusi dari seorang kartini untuk kemajuan bangsanya.
Pada tahun segitu, ia sudah mampu menelurkan gagasan-gagasan yang maju, bahkan terlalu
maju bagi jamannya di Hindia Balanda saat itu untuk bandingan kaum pribumi. Sehingga
sering disebut bahwa Kartini dengan gagasan-gagasannya adalah suatu ramalan tentang masa
depan.
Dengan diukur oleh jamannya gagasan-gagasan kartini termasuk revolusioner. Ia
ingin menghanguskan budaya-budaya feodal yang menghambat kemajuan bangsanya. Ini
layaknya Tan Malaka ketika menulis Madilog yang berisi tentang penolakan terhadap logika
mistik yang dipakai kabanyakan orang Indonesia dan diganti dengan pemikiran rasional, ini
merupakan pengaruh dari seorang tokoh yang pendidikannya sering bersinggungan dengan
pendidikan Belanda ataupun masuk didalamnya. 8 Cita-citanya kepada nusa dan bangsa
menjadikannya seorang
nasioanalis yang berjiwa kerakyatan. Kartini ingin mengangkat
derajat dan martabat bangsanya agar tidak semena-mena terus dijajah oleh banga asing. Ia
menginginkan agar bangsa Indonesia mengurusi dan mengatur dirinya sendiri tanpa adanya
8 . termasuk saat Kartini tidak mau ada gelar R.A. atau Raden Ajeng di depan namanya. Ini juga sama
seperti R.M. yang sesungguhnya berada di depan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat kemudian
ia ingin lebih dekat dengan rakyat semuanya ia mengganti nama menjadi Ki Hajar Dewantara di umur
40 tahun
5
urusan asing di negeri sendiri.9 Inilah termasuk relasi antara kartini dan Soekarno yang
menelurkan konsep berdikari.
Suka belajar dan gemar membaca telah membawanya kearah gerbang kemajuan.
Buku-buku dan surat-menuratnya telah berhasil menembus dinding kabupaten, menerobos
keluar membentangkan cakrawala yang luas. Budaya pingitan yang diberlakukan kepadanya
bahkan membuat dia semakin semangat dalam membaca dan menulis.
Bila kita menelaah periodisasi perjuangan kartini, maka politik praktis belum
berkembang disana. Maka wajar jika ia berjuang dalam bidang pendidikan, tetapi hal ini
justru merupakan awal munculnya gerakan perjuangan dikemudian hari. Dengan bukti,
setelah pkiran dan gagasan Kartini berkembang di masyarakat, maka baru munculah
organisasi Budi Utomo dln. Pandangan kartini tentang kependidikan sama halnya dengan
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang intinya mencerdaskan kehidupan bangsa.
Kartini di Jepara telah mendirikan sekolah, setelah ia diperistri oleh Bupati Rembangpun cita-cita mengajarnya tak menurun, ia diberi ruang oleh suaminya untuk mengajar anakanak disekitarnya. Sekolahnya semakin maju karena pendekatan yang dipakai olehnya sangat
persuasif tanpa kekerasan dan bahkan kasih sayang. Pandangan kartini tentang pendidikan
yang awal adalah dari ibu dan keluarga. itu kemudian telah dicerna oleh bapak pendidikan
kita yakni Ki Hajar Dewantara. Kartini menulis:
“sebagai seorang ibu, wanita merupan seorang pengajar dan pendidik yang pertama.
Dalam pengakuannyalah seorang anak pertama-tama belajar merasa, berfikir dan
berbicara; dan dalam banyak hal penididkan pertama ini mempunyai arti yang besar
bagi seluruh hidup anak...”
“hanya sekolah saja tidak dapat memajukan masyarakat . lingkungan keluarga
(orangtua) harus membantu juga. Malahan lebih-lebih dari lingkungan keluargalah
yang seharusnya datang kekuatan mendidik. Ingatlah! Keluarga (orangtua) dapat
memberi pengaruhnya siang-malam, sedang sekolah hanya beberapa jam saja..” 10
inilah yang bisa kita anggap sebagai salah satu relasi antara orientasi pendidikan
kartini dengan Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar Sendiri mengatakan ada tiga hal orientasi
pendidikannya, yakni; lingkungan keluarga; perguruan dan juga masyarakat. Menurut Edi
Subkhan, konsep pendidikan dan aktivitas yang dikemukakan oleh Ki Hajar dengan istilah
jawa momong, among dan ngemong menunjukan orientasi gagasan dan praksis pendidikan
yang berorientasi keluarga. Hal tersebut karena memang aktivitas momong, among dan
9 . Ki soeratman, dalam Satu Abad Kartini “kartini dan pendidikan” ,1979
10 . nota yang ditulis kartini atas permintaan Mr. J. Slingenberg yang berjudul “berikanlah pendidikan
kepada bangsa jawa (baca indonesia)”
6
ngemong dalam alam budaya masayarakt jawa dilakukan oleh keluarga, yaitu bapak dan ibu.
Jadi, memang mirip aktivitas yang dilakukan oleh dukun bayi, mulai dari merawat,
mengasuh, mendampingi, mengajari, dengan cinta dan kasih sayang. 11
Dalam perkembangannya, kartini secara tidak langsung telah melakukan akulturasi
pendidikan yang dilakukannya. Ia melakukan sikap selektif dan adaptatif, artinya kartini tetap
malakukan seleksi terhadap unsur-unsur kebudayaan asing. Ia memilih nilai-nilai yang dapat
memperindah, memperhalus dan memperkaya kebudayaan pribumi. Setelah itu ia sesuaikan
dengan situasi, kondisi dan pasikologi rakyat, agar supaya kebudayaan asing tersebut dapat
diterima dengan tanpa paksaan untuk mamperkaya kazhanah kebudayaan kita dan semakin
indah dan elok guna peganggan generasi yang akan datang.
Kartini dan agama
Pernah disuatu ketika, Kartini mengusulkan kepada Kiai kabupaten untuk
menerjemahkan Al-Qur’an, karena pemikirannya bisa dikatakan liberal, ia beranggapan agar
maksud dari kitab itu bisa dicerna oleh segenap masyarakat. Ia beranggapan sangat percuma
jika masyarakat tidak maksud apa pesan yang ditulis dalam Al-Qur’an jika itu tidak
diterjemahkan dalam bahasa jawa dan dibaca setiap harinya. Pendapat Kartini itu lantas
ditolak oleh sang Kiai. Kartini mengusulkan demikian, karena pada saat ia temui
pengasuhnya di kabupaten saat membaca Al-Qur’an. Ia bertanya kepadanya “Yu, apa arti AlFatihah sebenarnya?” kemudian perempuan setengah baya itupun menjawab “Saya hanya
pandai membacanya tapi tidak pandai menulisnya Raden Ayu”. Bahkan kartini pernah
menulis surat kepada kawannya, dengan inti; “Kau lebih bahagia ketimbang aku, engkau
telah memiliki agama dengan bahasa yang kau mengerti, saya juga memiliki agama tapi saya
tidak mengerti bahasa agama saya”12 dalam hal ini, memang jiwa muda yang ditunjukan
Kartini nyata jelas adanya, akan tetapi pemikiran barat yang leberal dan terbuka, telah
mengubah cara pandang kartini bahkan tentang agamanya. Akan tetapi Kartini dalam hatinya
sendiri ingin menyelaraskan antara agama islam dengan pandangannya itu. Ia menulis:
“Moga-moga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat umat agama lain memandang
agama Islam patut disukai” 13
Adalah seorang Snouck Hurgronje, yang berada dibalik kedekatan kartini dengan
para orang barat yang berusaha untuk memberikan porsi kartini untuk belajar barat dan
feminisme serta membuat kartini merasa bingung akan islam dan tidak takhlid begitu saja.
Snouck adalah penasihat pemerintah Hindia Belanda, ia adalah orang cerdik yang behasil
menakhlukan umat islam dalam perjuangnnya di aceh. Oleh sebab itu, ia dipercaya oleh
11 .Edi Subkhan, dalam “Pengajaran Nasional (5)” didiskusikan di RBSS pada 7 april 2014
12 . Surat- surat Kartini pnenerjemah Sulatrin Sutrisno
13 . surat kartini kepada Ny. Van Kool 21 juli 1902
7
pemerintah Kolonial Belanda untuk menjadi arsitek dibalik melemahnya perlawanan dari
penduduk Indonesia. Oleh sebab itu melalui relasi antara Snouck Hurgronje dengan teman
surat menyurat Kartini di belanda, kartini selalu mendapatkan buku baru dari teman
korespondensinya yang telah berhubungan dengan Snouck. Tak salah kemudian kalau Kartini
berpikir begitu progresif, menyampingkan kebudayaan Jawa-nya. Snouck menginginkan agar
Kartini menjadi tokoh perempuan yang tercerahkan lewat pemikiran Barat, bukan dari akar
budayanya sendiri.14 Dengan begitu, maka Belanda seolah berjasa dalam pembentukan nalar
anak bangsa. Ini wajar karena saat itu Belanda sedang menjalankan program politik etis.
Yang pasti, Snocuk memang mengagendakan untuk "menjebak" Kartini untuk
menenggelamkan tokoh perempuan Indonesia yang lain, seperti Cut Nyak Dien, Tengku
Fakinah, Cut Mutia, Dewi Sartika, dan Rohana Kudus. Tapi sejatinya Kartini ingin bersamasama kaum perempuan Indonesia berjuang memberdayakan kaum hawa, tetapi Snouck tak
ingin gemuruh gerakan perempuan membuat Belanda panik dengan kekuasaannya. 15
Oleh sebab itu, benar adanya bahwa kartini adalah orang yang hanya ingin
menyelaraskan pemikiran barat dan ditungkannya kedalam kebudayaan jawa khususnya.
Akan tetapi hal ini banyak disalah artikan. Ada yang mengtakan Kartini itu kafir, sesat dan
lain sebagainya. Akan tetapi sejatinya kartini adalah sosok pejuang yang merupakan satu dari
sebagian besar pejuang yang ikut menuntaskan dahaga kemerdekaan. Kita belajar sejarah
bukan hanya meneladani satu atau dua tokoh pahlawan saja, melainkan beribu-ribu pahlawan
yang rela berkorban harta, tenaga bahkan nyawa sekalipun. Pelajarilah pahlawan demi
pahlawan dengan mencontoh kebiakannya guna memperindah tindakan kita dikemudian hari.
Pelajari juga kekurangan mereka agar nanti kita tidak terjebak dalam situasi yang demkikian
dan tidak salah untuk melangkah.
14 . strategi ini sebenarnya tidaklah baru bagi pemerintah kolonial. Sempat ada pemesanan naskah
babad atau serat yang bernama Serat Gatoloco dan Serat Darmogandul yang berisi tentang cerita
sejarah yang tidak benar. Atau juga tentang cerita perang bubad yang dijadikan sebagai alat belanda
untuk memecah belah antara rakyat jawa barat dengan jawa timur.
15 . kartini mati dibunuh: membongkar hubungan kartini dengan freemason karya efatino febriana
8