Pengaruh Desain Interior terhadap Kenyam

PENGARUH DESAIN INTERIOR TERHADAP KENYAMANAN
PEMUSTAKA DI PERPUSTAKAAN DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
PROVINSI JAWA TENGAH

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna
menyelesaikan pendidikan S1 Ilmu Perpustakaan

PENYUSUN
Nama : Nabela Kurnia Saraswati
NIM : 13040111130104

S1 ILMU PERPUSTAKAAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
2014

1

BAB 1
PENDAHULUAN


1.1.

Latar Belakang
Di dalam jaman yang penuh dengan kemajuan informasi dan
teknologi (IT) akibat terjadinya globalisasi, perpustakaan sebagai tempat
yang berperan menjadi penyimpan dan penyebarluasan informasi dituntut
untuk menyediakan informasi terbaru serta fenomena terkini yang tengah
terjadi di masyarakat yang aktual dan dapat dipertanggung jawabkan
validitasnya, sehingga masyarakat yang menjadi pemustaka pun akan
memanfaatkan informasi dan bahan koleksi milik perpustakaan, dan inilah
yang menjadi tolok ukur keberhasilan perpustakaan dalam menyelaraskan
diri dengan era globalisasi yang sudah dipenuhi dengan kemajuan IT.
Tetapi bukan hanya bahan koleksi saja yang mampu membuat pemustaka
berkunjung ke perpustakaan, tetapi juga harus didukung dengan adanya
faktor-faktor lain, terutama dengan perpustakaan khusus yang memiliki
pemustaka dengan tingkat kebutuhan informasi dan intensitas kunjungan
yang berbeda dengan perpustakaan lain seperti perpustakaan umum dan
sekolah.
Perpustakaan khusus sendiri juga memiliki fungsi dan tujuan yang
sama dengan perpustakaan lain. Perpustakaan khusus pun menjadi tempat

atau ruang yang memiliki lima fungsi berkenaan dengan pemanfaatannya,
yaitu sebagai sarana simpan karya manusia, informasi, rekreasi, penelitian
dan budaya. Perpustakaan juga merupakan ruang vital bagi suatu institusi
maju dan berkembang, karena dengan adanya tempat penyimpanan dan
penyebarluasan informasi khusus berkenaan dengan institusi tersebut,
maka cerminannya dalam masyarakat akan semakin baik, sehingga
diharapkan bagi institusi baik swasta dan negeri atau BUMN memiliki
perpustakaannya sendiri, bukan hanya sebagai ruang atau tempat yang
menjalankan lima fungsi yang telah disebutkan sebelumnya tetapi juga

2

dikarenakan syarat wajib yang telah diatur oleh undang-undang dan
peraturan pemerintahan sebelumnya, tidak terkecuali bagi Dinas Kelautan
dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah yang berlokasi di Semarang. Semua
ketentuan dan syarat dalam pembangunan institusi berkenaan dengan
penyimpanan dan penyebarluasan informasi mengenai Dinas Kelautan dan
Perikanan itu sendiri dirasa sangat penting dan vital sesuai dengan lima
fungsi perpustakaan.
Kemudian dalam pencapaiannya memenuhi lima fungsi tersebut,

diperlukan sarana dan prasarana yang telah direncanakan sebelumnya yang
mampu diubah sesuai dengan keperluan masa mendatang perpustakaan
tersebut. Keamanan dan kenyamanan pengguna serta keselamatan bahan
pustaka di perpustakaan bersangkutan semaksimal mungkin. Keamanan
dan kenyamanan dibutuhkan, agar pengguna dapat dengan leluasa
memanfaatkan bahan pustaka dalam perpustakaan demi kebutuhan
informasinya yang nantinya akan berdampak positif bagi loyalitas
pengguna terhadap koleksi perpustakaan, dan banyak aspek yang
dibutuhkan demi menjamin hal tersebut. Salah satu dari sekian banyak
aspek yang menyangkut kenyaman dan keamanan tersebut adalah
bagaimana desain interior perpustakaan itu sendiri yang direncanakan oleh
pihak perpustakaan sesuai dengan kriteria standar.
Desain interior dalam perpustakaan merupakan salah satu penunjang
layanan perpustakaan yang berkaitan dengan penataan ruang-ruang dalam
perpustakaan tersebut, yang mampu membuat pemustaka merasa nyaman
dan juga menjadi sarana dalam mewujudkan prestise institusi yang
berkaitan. Dan dalam desain interior sendiri, terdapat aspek-aspek yang
berkenaan dengan kebutuhan pemustaka itu sendiri dan bidang kajiannya
pun tidak sedikit. dalam penelitian ini, penulis memilah aspek yang yang
berkaitan dengan kenyamanan perpustakaan yang terdiri dari ruang (tata

letak), pencahayaan, suhu udara, Aspek dan bidang kajian desain interior
ini nantinya akan menjadi faktor penting bagi perpustakaan dalam
pengembangan layanan pemustaka yang baik dan mampu memenuhi

3

kebutuhan informasi pengguna dengan tetap mengutamakan keamanan dan
kenyamanannya.
Karenanya dengan adanya aspek dan kajian yang terdapat dalam
desain interior, diharapkan pelaksanaan penataan ruang atau gedung
perpustakaan

sesuai

dengan

aspek

standar


desain

interior

dan

menyesuaikan dengan kepentingan visi dan misi institusi, kenyamanan
pemustaka terjamin dan diharapkan dengan sarana dan prasarana yang
baik dari perpustakaan dapat meningkatkan loyalitas pemustaka terhadap
perpustakaan.
Namun dalam kenyataannya pelaksanaan desain interior yang
memungkinkan pemustaka merasa nyaman di perpustakaan ternyata tidak
berjalan sesuai dengan yang direncanakan, baik dikarenakan oleh adanya
salah pemilihan warna cat dalam ruang-ruang atau bagian-bagian
perpustakaan terhadap tujuan penggunaan ruang tersebut ataupun masalah
sirkulasi udara akibat kurangnya penempatan ventilasi atau air conditioner
dalam suatu ruang. Permasalahan yang kiranya merupakan sesuatu yang
bukan menjadi suatu konsentrasi bagi perpustakaan, ternyata menjadi
penyebab utama bagi pemustaka.
Keadaan seperti ini banyak terjadi dan penulis merasa perlu untuk

mengetahui

mengenai

perihal

bagaimana

hubungan

kenyamanan

pengunjung dengan desain interior perpustakaan Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Jawa Tengah. Penulis memilih judul “Pengaruh Desain
Interior Terhadap Kenyamanan Pemustaka di Perpustakaan Dinas Kelautan
dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah”.

1.2.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
ditetapkan rumusan masalah penelitian ini adalah “sejauh mana dan
bagaimana desain interior berpengaruh pada tingkat kenyamanan
pemustaka di Perpustakaan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa

4

Tengah difokuskan pada elemen-elemen desain interior yang terdiri dari
ruang (tata letak), pencahayaan, suhu udara, dan kenyamanan?”
Masalah diuraikan sebagai berikut :
1. “Bagaimana pengaruh ruang (tata letak) terhadap kenyamanan
pemustaka?”
2. “Bagaimana pengaruh pencahayaan perpustakaan terhadap
kenyamanan pemustaka?”
3. “”Bagaimana pengaruh suhu udara di perpustakaan terhadap
kenyamanan pemustaka?”
4. “Sejauh mana pengaruh elemen-elemen tersebut terhadap
kenyamanan pemustaka?”
1.3.


Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh desain
interior di Perpustakaan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa
Tengah terhadap kenyamanan pemustakanya.

1.4.

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut :
a. Secara teoritis:
Dengan melakukan penelitian ini, penulis mengharapkan manfaat
perkembangan pengetahuan dalam aspek teoritis Ilmu Perpustakaan
dan menjadikan salah satu contoh implikasi keilmuwan yang
berhubungan dengan pengembangan suatu bangunan menyesuaikan
dengan aturan yang berlaku dan kepentingan pemustaka.
b. Secara praktisi :
a) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangsih pemikiran bagi
Perpustakaan Dinas Kelautan dan Perikanan dalam mengembangkan
dan membenahi desain interiornya terhadap kenyamanan pemustaka.
b) Sebagai tambahan acuan atau referensi dalam penelitian keilmuan

Ilmu Perpustakaan berkenaan dengan Desain Interior.

1.5.

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian mengambil tempat di Perpustakaan Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Jawa Tengah yang bertempat di Jalan Imam Bonjol No.

5

134 Semarang, Jawa Tengah. Waktu penelitian yang dibutuhkan adalah
empat bulan dimulai dari bulan Februari dan selesai pada bulan Juni.
Rincian waktu penelitian dijelaskan sebagai berikut:

1.6.

Kerangka Pikir

6


Keadaan empiris/keadaan sebenarnya
Sarana dan prasarana di perpustakaan

Tata ruang

Terdiri atas aspek-aspek

pencahayaan
-gedung
Tata suara
-desain interior/tata ruang
-fasilitas/perabotan
-layanan perpustakaan Desain interior perpustakaan Suhu udara
-koleksi/buku & nonbuku
Kualitas udara

Kriteria kenyamanan

objek


kenyamanan

Aspek-aspek kenyamanan
kenyamanan pemustaka
berpengaruh

nyaman

Tidak nyaman

Evaluasi & Pembenahan

Diketahui dari lapangan, bahwa tidak semua pemustaka merasa
nyaman dengan ruang perpustakaan yang ada di Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Jawa Tengah oleh sebab yang beragam, diantaranya
pendapat pemustaka yang menyatakan perpustakaan yang memiliki tata
ruang yang membuat jenuh dan yang lainnya. Meski demikian,
perpustakaan telah dibuat sedemikian rupa dengan berdasarkan standar
yang telah ditetapkan oleh Pemerintahan Daerah dan pihak-pihak yang
terlibat dalam pembuatan gedung Dinas Kelautan dan Perikanan beserta

7

perpustakaan. Sedangkan penataan interiornya sendiri berdasarkan elemen
yang di antaranya terdapat pencahayaan, tata suara, suhu udara, dan
lainnya.
Di tambah lagi dengan seiring perkembangan jaman, terdapat
perkembangan dalam kreativitas desain interior yang benar-benar mampu
disesuaikan dengan tingkat latar belakang pemustakanya, seperti yang
telah diaplikasikan ke banyak perpustakaan. Contohnya ialah pada layanan
anak-anak perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah yang telah
disesuaikan dengan kebutuhan informasi anak-anak dan psikologi
pemustakanya, maka dibuatlah warna-warna terang dan ceria yang
mengedepankan kreativitas agar pemustaka merasa nyaman memanfaatkan
bahan koleksi yang tidak hanya berupa buku, tetapi juga koleksi pandang
dengar (audio visual). Banyak pula perpustakaan perguruan tinggi negeri
dan sekolah yang juga mengubah desain interior dan dekorasi interior yang
kiranya sesuai dengan latar belakang pemustakanya.
Sehingga hal inilah yang membuat kunjungan pemustaka pun
meningkat

dan

pemustaka

merasa

nyaman

dalam

kegiatannya

memanfaatkan koleksi bahan pustaka dan meningkatkan loyalitas
pemustaka perpustakaan tersebut. Nyaman dan tidak nyamannya pengguna
di perpustakaan selain karena berbagai latar belakang, juga bisa
berdasarkan aspek psikologi yang juga berhubungan dengan desain interior
tersebut, terutama hubungannya dengan warna cat ruangan, tata cahaya
yang masuk ke gedung atau ruangan dan tata suara. Dekorasi interior
secara langsung ikut berperan dalam kenyamanan ini, dan nantinya masuk
ke dalam elemen kenyamanan pada desain interior.

1.7.

Hipotesis Penelitian
Hipotesis menurut Lungberg dalam Martono “merupakan sebuah
generalisasi yang bersifat tentatif, sebuah generalisasi tentatif yang valid
yang masih harus diuji.”
Dalam penelitian kuantitatif ditentukan hipotesis sebagai berikut:

8

1. H1: terdapat pengaruh desain interior terhadap kenyamanan
pemustaka

dalam

memanfaatkan

fasilitas

dan

layanan

perpustakaan di Perpustakaan Dinas Kelautan dan Perikanan
Jawa Tengah Semarang.
2. H0: tidak terjadi suatu pengaruh apapun mengenai desain
interior

terhadap

kenyamanan

perpustakaan

sehingga

pemustaka tidak memiliki hambatan apapun mengenai
kenyamanannya dalam pemanfaatan koleksi di Perpustakaan
Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Tengah Semarang.
1.8.

Batasan Istilah
Untuk menghindari adanya salah pengertian, berikut dibuat batasan
istilah berdasarkan pendapat para ahli dan peraturan perundang-undang.
Istilah yang dijabarkan sebagai berikut:
1. Perpustakaan khusus adalah

perpustakaan

milik

sebuah

departemen, lembaga negara, lembaga pendidikan, organisasi
massa, militer, industri, maupun perusahaan swasta (Sulistyo
Basuki, 1993: 49).
2. Desain interior

merupakan suatu bidang keilmuan yang

mempelajari hubungan antara bangunan (arsitektur) dengan
manusia yang melakukan aktifitas tertentu di dalamnya
3. Kenyamanan yang dimaksud disini ialah sebagai suatu keadaan
telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang bersifat
individual dan holistik (Kolcaba, 2003).
4. Pemustaka adalah pengguna perpustakaan, yaitu perseorangan,
kelompok orang, masyarakat, atau lembaga yang memanfaatkan
fasilitas layanan perpustakaan (UU Nomor 43 Tahun 2007 tentang
Perpustakaan, 2008: 4).

9

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Pengertian Perpustakaan
Adjat dalam Soeatminah menjabarkan perpustakaan adalah lembaga
yang menghimpun pustaka dan menyediakan sarana bagi orang untuk
memanfaatkan

koleksi

pustaka

10

tersebut

(1992:

32).

Dalam

perkembangannya dan penyesuaiannya dengan melejitnya perkembangan
IT, terdapat pula pendapat yang menyatakan bahwa perpustakaan tidak
hanya menjadi tempat penyimpanan buku semata, melainkan menjadi
tempat pengguna (user) mampu menciptakan lagi sesuatu yang mampu
dibaca dan digunakan orang lain (Suwarno, 2013: 16). Diteruskan dalam
bukunya,

“Perpustakaan

Perpustakaan

merupakan

menghimpun,

salah

mengelola,

satu

pusat

menyimpan,

informasi.

melestarikan,

menyajikan, serta memberdayakan informasi” (Suwarno, 2013: 55).
UU Nomor 43 Tahun 2007 disebutkan pula mengenai pengertian
perpustakaan dalam Pasal 1 bahwa “Perpustakaan adalah institusi
pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara
profesional degan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan
pendstidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para
pemustaka” (2014: 3).
Dari penjabaran pendapat di atas didapat kesimpulan bahwa
Perpustakaan bukan hanya sebuah ruang yang digunakan untuk
menyimpan buku seperti sebuah gudang dalam paradigma lama saja, tetapi
juga menjalankan fungsi-fungsi yang telah ditetapkan dalam hal kebutuhan
informasi pemustakanya sebagai pusat penyimpanan dan penyebarluasan
informasi.
2.2.

Fungsi Perpustakaan
Basuki dalam Suwarno menyatakan fungsi perpustakaan adalah
sebagai berikut:
a. Fungsi simpan karya yaitu fungsi perpustakaan untuk menyimpan
karya masyarakat.
b. Fungsi informasi yaitu perpustakaan yang memberikan informasi
yang dikelola perpustakaan kepada pemustakanya.
c. Fungsi pendidikan, yaitu fungsi yang menunjang

sistem

pembelajaran yang dicanangkan oleh pemerintah.
d. Fungsi rekreasi sebagai tempat yang menjadi rekreasi bagi
pemustakanya dengan memberikan fasilitas yang baik dan bacaan
yang menghibur.

11

e. Fungsi kultural, yaitu fungsi perpustakaan sebagai media dalam
rangka mengembangkan berbagai kebudayaan yang dituangkan
dalam suatu karya.
(2013: 20-21)
Sedangkan Suwarno sendiri berpendapat bahwa terdapat paradigma
baru fungsi perpustakaan yang dituntut untuk mengikuti perkembangan IT,
di antaranya sebagai berikut:
1. Simpan saji karya, yaitu fungsi perpustakaan sebagai tempat
menyimpan suatu karya.
2. Pusat Sumber Daya Informasi

(SDI),

maksudnya

adalah

perpustakaan menjadi pusat yang berfungsi untuk menggali dan
mengelola informasi untuk dijadikan bahan bagi pemustaka yang
kemudian menghasilkan karya baru. Karya tersebut dapat diakses
oleh pemustaka lain sebagai informasi yang baru.
3. Pusat sumber belajar dan penelitian masyarakat, sehingga menjadi
masyarakat yang cerdas dan berpengetahuan luas.
4. Rekreasi dan re-kreasi, yaitu fungsi sebagai tempat yang nyaman
dan menyajikan informasi-informasi yang sifatnya menyenangkan.
5. Mengembangkan kebudayaan, yaitu sebagai tempat pengembangan
kebudayaan melalui informasi yang disajikan, serta penanaman
nilai-nilai kepada masyarakat melalui berbagai kegiatannya yang
berhubungan dengan budaya.
(2013: 21-23).
2.3.

Jenis Perpustakaan
Berdasarkan berbagai hal seperti perbedaan tujuan, organisasi induk,
anggota, kebutuhan informasi, tempat, dan koleksi bahan pustaka yang
dimiliki,

terdapat

pembagian

jenis

perpustakaan.

Berikut

jenis

perpustakaan yang ada dewasa ini menurut Sulistyo Basuki:
1) Perpustakaan Internasional
Adalah perpustakaan yang merupakan bagian sebuah organisasi
internasional, biasanya didirikan oleh dua negara atau lebih.
2) Perpustakaan Nasional
Perpustakaan nasional merupakan perpustakaan utama dan
paling komprehensif yang melayani kebutuhan informasi dari

12

penduduk suatu negara. Fungsi utamanya adalah menyimpan
seluruh bahan pustaka yang tercetak dan terekam yang diterbitkan
dalam satu negara.
3) Perpustakaan Umum
Merupakan perpustakaan yang diselenggarakan oleh dana
umum dengan tujuan melayani umum.
4) Perpustakaan Swasta (Pribadi)
Dikelola pihak swasta atau pribadi dengan tujuan melayani
keperluan bahan pustaka bagi kelompok, keluarga, atau individu
tertentu.
5) Perpustakaan Khusus
Dapat merupakan perpustakaan sebuah departemen, lembaga
negara, lembaga penelitian, organisasi massa, militer, industri,
maupun perusahaan swasta.
6) Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan yang tergabung pada sebuah sekolah, dikelola
sepenuhnya oleh sekolah yang bersangkutan, bertujuan utama
membantu sekolah untuk mencapai tujuan khusus sekolah dan
tujuan pendidikan.
7) Perpustakaan Perguruan Tinggi
Ialah perpustakaan yang terdapat pada perguruan tinggi, badan
bawahannya, maupun lembaga yang berafiliasi dengan perguruan
tinggi. Tujuan utamanya ialah membantu perguruan tinggi
mencapai tujuannya yang dikenal dengan sebutan Tri Darma.
(1993: 42-51)

2.4.

Pengertian Perpustakaan Khusus
Perpustakaan khusus mempunyai tugas melayani suatu kelompok
masyarakat khusus yang memiliki kesamaan dalam kebutuhan dan minat
terhadap bahan pustaka dan informasi (Soeatminah, 1992: 35). Dalam UU
No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, dibahas pula mengenai
perpustakaan khusus yang menyebutkan bahwa “perpustakaan khusus
adalah perpustakan yang diperuntukkan secara terbatas bagi pemustaka di
lingkungan

lembaga

pemerintah,

13

lembaga

masyarakat,

lembaga

pendidikan, lembaga keagamaan, rumah ibadah, atau organisasi lain”
(2014: 4), dan bahwa perpustakaan khusus memberikan layanan dengan
lingkungan yang terbatas dan bahan pustaka yang terbatas pula,
diselenggarakan sesuai dengan standar nasional perpustakaan dengan
bantuan pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah, dapat berupa
pemberian teknis, pengelolaan, dan/atau pengembangan perpustakaan
(2014: 20-21).
Terdapat ciri utama dalam perpustakaan khusus yang dipaparkan :
a. Buku yang terbatas pada satu atau beberapa disiplin ilmu saja.
b. Keanggotaan perpustakaan terbatas pada sejumlah anggota yang
ditentukan oleh kebijakan erpustakaan atau kebijakan badan induk.
c. Peran utama pustakawan ialah melakukan penelitian kepustakaan
untuk anggota.
d. Tekanan koleksi bukan pada buku melainkan pada majalah,
pamflet, paten, laporan penelitian, abstrak, atau indeks karena jenis
tersebut umumnya informasinya lebih mutakhir dibandingkan
buku.
e. Jasa yang diberikan lebih mengarah pada minat perorangan,
misalnya pada layanan pengiriman fotokopi artikel berdasar
kepeminatan pemustaka.
(Basuki, 1993: 49)
Dari pendapat yang telah dikutip sebelumnya, dapat disimpulkan
bahwa perpustakaan khusus adalah milik lembaga atau instansi tertentu,
yang beranggotakan pada kalangan terbatas, dan memiliki layanan serta
bahan pustaka yang berbeda pula dibandingkan perpustakaan lain dengan
mengikuti standar nasional perpustakaan.
2.5.

Macam Perpustakaan Khusus
Terdapat tiga macam perpustakaan berdasarkan pendapat Soeatminah,
meliputi:
a. Perpustakaan Khusus Bidang Ilmu/Profesi. Ialah perpustakaan
yang didirikan oleh suatu lembaga atau asosiasi masyarakat khusus
dengan keahlian atau profesi yang sama. Perpustakaan tersebut

14

digunakan untuk menghimpun koleksi salah satu bidang ilmu
pengetahuan atau salah satu profesi.
b. Perpustakaan Khusus Perkantoran. Merupakan milik kantor
pemerintahan atau swasta yang dalam tugasnya melaksanakan
pemenuhan kebutuhan informasi yang berkaitan dengan tugas
kantor yang bersangkutan, dan dilengkapi dengan koleksi peraturan
perundangan, laporan kegiatan, laporan penelitian, dan lain-lain.
c. Perpustakaan Khusus Perusahaan. Koleksinya terdiri dari bukubuku yang dapat memberikan informasi untuk meningkatkan dan
melancarkan kegiatan perusahaan seperti pengetahuan administrasi,
produk, pemasaran dan lainnya.
(1992: 36-37)
Dalam penelitian ini, yang dimaksud perpustakaan khusus ialah
perpustakaan kantor, dikarenakan induk yang membawahi perpustakaan
adalah Dinas Kelautan dan Perikanan yang menjadi institusi pemerintahan.
Terdapat perbedaan bahwa perusahaan yang dimaksud bukan institusi yang
dibawahi pemerintah melainkan swasta, sehingga macam perpustakaannya
pun dibedakan.
2.6.

Pengertian Desain Interior
Menurut pendapat Ching, pengertian desain interior adalah sebagai
berikut “Interior design is the planning, layout, and design of the interior
spaces within buildings. These physical settings satisfy our basic need for
shelter and protection, set the stage for and influence the shape of our
activities, nurture our aspirations, express the ideas that accompany our
actions, and affect our outlook,mood, and personality. The purpose of
interior design, therefore, is the functional improvement, aesthetic
enrichment, and psychological enhancement of the quality of life in
interior spaces (Desain Interior adalah merencanakan, menata, dan
merancang ruang-ruang interior dalam bangunan. Tatanan fisik diatas
dapat memenuhi kebutuhan dasar akan sarana untuk bernaung dan

15

berlindung, menentukan langkah sekaligus mengatur bentuk aktivitas,
memelihara aspirasi dan mengekspresikan ide-ide yang menyertai segala
tindakan, mempengaruhi penampilan, perasaan, dan kepribadian. Oleh
sebab itu, maksud dan tujuan desainer interior adalah untuk memperbaiki
fungsi, memperkaya nilai estetis dan meningkatkan aspek psikologis dari
ruang interior)” (2012: 37).
Dapat diketahui bahwa desain interior sendiri ialah subjek yang
berhubungan dengan perencanaan suatu gedung atau ruang dan hal ini
tidak lepas dari bentuk fisik perpustakaan, ditujukan untuk memberi nilai
tambah bagi suatu ruang dalam hal fungsi, estetika, dan psikologi
pemustaka.
2.7.

Desain Interior Perpustakaan
Sedangkan interior desain perpustakaan sendiri dijelaskan sebagai
berikut, “The subject of interior design is relevant to both planning new
and expanded library buildings and to renovating existing library spaces
(subjek dari desain interior berhubungan baik dengan perencanaan baru
dan penambahan bangunan perpustakaan dan untuk memperbaharui
keberadaan ruang perpustakaan)” (Brown, 2002: 7).
Suwarno menyatakan bahwa “Gedung dan ruangan yang memadai dan
cukup menampung koleksi pembaca, layanan, kegiatan pengolahan bahan
pustaka, dan kegiatan administrasi”(2009: 35). Penataan ruang perlu
kiranya direnungkan agar desain ruangan menjadi kondusif dan
menunjang cita-cita perpustakaan, implikasinya pada kenyamanan
pemustaka dalam membaca, dan menghindari penataan ruang yang
menimbulkan rasa bosan dan jenuh bagi user akibat penyekatan ruang
dengan sekat-sekat mati dan menutupi pandangan (Suwarno, 2009: 101).

2.8.

Elemen-Elemen Desain Interior
Terdapat elemen-elemen yang membentuk desain interior, namun
yang penulis kaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

16

1) Ruang (Tata Letak)
Berkenaan dengan penataan ruang pada perpustaakan sehingga
pemustaka tidak membutuhkan penunjuk arah atau denah gedung.
Penataan ruang yang baik membuat pemustaka tidak merasa
bingung sehingga bisa langsung memilih ruang layanan yang sesuai
dengan kebutuhannya.
2) Pencahayaan
Umumnya penggunaan pencahayaan di perpustakaan akan lebih
banyak, baik cahaya buatan maupun cahaya alami dengan
penerapan jendela dan ventilasi untuk membantu pemustaka dalam
menentukan kegiatan selama berada di perpustakaan. Pada
perpustakaan modern, dibutuhkan tingkatan pencahayaan untuk
kebutuhan pemustaka dan pustakawan yang mungkin berbeda,
seperti pencahayaan pada ruang baca dan ruang teknis misalnya.
3) Tata Suara
Dikhususkan pada ruang sirkulasi dan ruang referensi dimana
terjadi banyak interaksi antara pemustaka dan pustakawan.
Pengaturan dibutuhkan untuk menghindari kebisingan dan gaung
yang akan mengganggu pemustaka yang membutuhkan suasana
tenang dan membedakan kebutuhan pemustaka yang sedang
berdiskusi dan yang individu.
4) Suhu Udara
Tidak hanya dibutuhkan oleh pemustaka namun juga untuk
menghindari kerusakan bahan pustaka, sehingga dibutuhkan suhu
tertentu untuk bahan pustaka. Standar kenyamanan suhu udara di
negara Indonesia berpedoman pada standar Amerika (ANSI/
ASHARE, 1992; 55 dalam Karyono T.H. 2001). Mereka
merekomendasikan suhu nyaman 22,5 oC – 26 oC atau
disederhanakan menjadi 24 oC atau rentang 22 oC hingga 26 oC
5) Kualitas Udara, tidak hanya mengenai sirkulasi udara yang baik
tetapi juga mengenai yang berhubungan dengan psikologi
pemustaka. Aroma pengharum ruangan mulai digunakan oleh
perpustakaan untuk membuat nyaman pemustaka sehingga didapat
kesan rileks selama memanfaatkan fasilitas perpustakaan.
17

6) Kenyamanan.
Sulistyo dalam Sinttyauw menyatakan bahwa “Perencanaan gedung
yang baik akan menghasilkan tempat kerja yang efisien, nyaman,
dan menyenangkan bagi staf perpustakaan maupun pengunjung”
(1991: 303). Rasa nyaman yang didapat oleh pemustaka
mengindikasikan pelayanan perpustakaan tersebut yang sangat baik
dan maju, dan juga terdapat loyalitas yang tinggi. Pemustaka tidak
hanya sekedar berkunjung ke perpustakaan saja melainkan juga
memanfaatkan fasilitasnya dengan maksimal dikarenakan sudah
mendapatkan kenyamanan tersebut.
(Kugler dalam Sainttyauw, 2013: 5-9).
2.9.

Pengertian Kenyamanan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kenyamanan berarti “keadaan
nyaman; kesegaran; kesejukan”, yang dapat diartikan sebagai keadaan
segar atau sejuk yang dialami oleh fisik beserta panca inderanya.
“Kenyamanan adalah suatu keadaan lingkungan yang memberi rasa
yang sesuai kepada panca indera dan antropemetry disertai fasilitas yang
sesuai dengan kegiatannya. Antropemetry adalah proporsi dan dimensi
tubuh manusia

serta karakter fisiologis lain-lainnya dan sanggup

berhubungan dengan berbagai kegiatan manusia yang berbeda-beda dan
mikro

lingkungan”

(Weisman

dalam

Tistaningtyas,

2002:13

).

Kenyamanan terjadi setelah ditangkap melalui penglihatan oleh rnata,
pendengaran oleh telinga, penciuman oleh hidung, perabaan oleh kulit, dan
pengecapan oleh mulut (Tistaningtyas, 2002: 13).
Sedangkan Kolcaba dalam Bangun menjelaskan bahwa kenyamanan
sebagai “suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang
bersifat individual dan holistik” (2003: 10), sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan panca indera

18

manusia yang tenang dan sehat, disertai oleh fasilitas yang sesuai dengan
kegiatannya disebabkan telah tercapainya kebutuhan dasar manusia.

2.10.

Aspek-Aspek Kenyamanan
Terdapat aspek dalam kenyamanan yang dijelaskan sebagaimana
berikut :
1) Kenyamanan fisik berkenaan dengan sensasi tubuh individual.
2) Kenyamanan psikospiritual berkenaan dengan internal diri,
meliputi konsep diri, harga diri, makna kehidupan, seksualitas dan
hubungan.
3) Kenyamanan lingkungan berkenaan dengan lingkungan. Kondisi
ini berhubungan antara panca indera dan pengaruh dari luar
manusia seperti temperatur, suhu, atau udara.
4) Kenyamanan sosial kultural berkenaan dengan interpersonal,
maksudnya hal-hal yang berhubungan dengan orang lain seperti
keuangan, perawatan kesehatan, individu, dan lainnya.
(Kolcaba dalam Bangun, 2014: 11-12).

2.11.

Penelitian Sebelumnya
Penelitian mengenai desain interior memang sudah banyak dilakukan
sebelumnya, dan dengan kajian yang tidak sedikit, seperti pada penelitian
yang dilakukan oleh Galuh Paramita Swasti (2011) dengan judul “Desain
Interior Ruang Layanan Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten
Kudus” dan bertujuan untuk mengetahui persepsi pemustaka terhadap
desain interior layanan. Penelitian tersebut mendapat hasil bahwa terdapat
tanggapan positif mengenai desain interior di KPAD Kabupaten Kudus
sehingga bisa ditarik kesimpulan mengenai keberhasilan desain interior
ruang layanan dalam memberikan kenyamanan bagi pemustaka.
Penelitian lain juga dilakukan oleh Dwi Andriyanto (2011) tentang
“Pengaruh Desain Interior Terhadap Minat Berkunjung Pemustaka di
Layanan Remaja dan Anak-Anak Perpustakaan Daerah Propinsi Jawa
19

Tengah Semarang” yang bertujuan mengetahui pengaruh desain interior
terhadap minat kunjung pemustaka di layanan remaja dan anak-anak. Hasil
dari penelitian ini menyebutkan bahwa terdapat signifikansi antara variabel
desain interior dengan minat berkunjung pemustaka di layanan remaja dan
anak-anak Perpustakaan Daerah Propinsi Jawa Tengah Semarang.
Dalam penelitian Eka Susanti dan Budiono (2014) yang dimuat dalam
Jurnal Sains dan Seni Pomit dengan judul “Desain Interior Perpstakaan
Sebagai Sarana Edukasi dan Hiburan dengan Konsep Post Modern” yang
mengkaji mengenai bagaimana memberikan kenyamanan dan keleluasaan
kreativitas dan edukasi pengguna melalui desain interior ini memiliki
empat kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam desain interior perpustakaan, perencanaan desain interior
ruang dan pembentukan suasana ruang sangat penting dalam pemberian
kenyamanan.
2. Salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya minat baca di
masyarakat adalah kurang terakomodasinya fasilitas perpustakaan yang
dapat mempengaruhi animo masyarakat.
3. Cenderung terdapat paradigma lama di masyarakat mengenai
perpustakaan yang terkesan membosankan, kaku dan formal tidak mutlak
dapat diselesaikan melalui perencanan konsep interior.
4. Fenomena kurangnya minat baca banyak terjadi pada generasi
muda, sehingga untuk meningkatkan kembali minat baca tersebut
dimunculkan interior dengan pendekatan konsep Post Modern yangbebas,
kreatif, dan out of box sesuai dengan karakteristik generasi muda.
Lain halnya dengan evaluasi yang dilakukan Yustina Eriani (2010)
dengan judul “Evaluasi Desain Interior Ruang Baca Perpustakaan MAN
Yogyakarta III” yang bertujuan untuk mengevaluasi desain interior di
ruang baca perpustakaan. Penelitian tersebut memberikan hasil mengenai
letak perabot, pewarnaan, dan sirkulasi udara yang telah memenuhi standar
sementara pencahayaan masih kurang sesuai.

20

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1.

Desain dan Jenis Penelitian
Pengertian desain penelitian menurut Thyer dalam Widi (2010: 211212) adalah “sebagai suatu kerangka kerja atau cetak biru (blueprint) yang
merinci secara detail prosedur yang diperlukan untuk memperoleh
informasi guna menjawab masalah riset dan menyediakan informasi yang
dibutuhkan bagi pengambilan keputusan”.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan
mencari data di lapangan untuk mengetahui faktor, unsur bentuk, dan suatu
sifat dari fenomena di masyarakat (Nazir dalam Atmanta, 2010: 27).
Kemudian jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif,yakni

21

metode yang digunakan untuk meneliti sekelompok manusia atau objek di
masa sekarang. Tujuan penelitian ini untuk membuat deskripsi variabel
mengenai pengaruh desain interior terhadap kenyamanan pemustaka di
Perpustakaan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah
Semarang.
Sementara penelitian kuantitatif itu sendiri diidentifikasikan oleh
Danim sebagai “proses kerja yang berlangsung secara ringkas, sempit, dan
reduksionis. Reduksionisme melibatkan pembedahan atas keseluruhan
menjadi bagian-bagian, yang bagian-bagian itu dapat diuji secara
kuantitatif” (2013: 5).
Selanjutnya dijelaskan lebih rinci bahwa penelitian kuantitatif
dilaksanakan untuk menjelaskan, menguji hubungan-hubungan antara
fenomena, dan menentukan kausalitas dari variabel-variabel untuk menguji
teori yang telah ada, dan menggunakan penalaran deduksi. Penelitian
kuantitatif penuh dengan objektivitas yang diperoleh melalui instrumen
yang telah diuji validitas dan reabilitasnya.
3.2.

Populasi
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”
(Sugiyono dalam Haryono, 2012:56)
Yang dimaksud dengan populasi dalam penelitian ini adalah
pengunjung Perpustakaan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa
Tengah Semarang dengan tidak dibatasi kriterianya.

3.3.

Sampel
Secara umum, sampel dapat dijelaskan sebagai bagian kecil dari
populasi (Umar, 2007: 77). Sedang menurut Rahmat, sampel merupakan
“sub dari seperangkat elemen yang dipilih untuk dipelajari” (2013: 114).
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan bagian
representatif dari populasi yang telah dipilih peneliti. Syarat sampel adalah
sebagai berikut:
22

1. Sampel penelitian tidak dibatasi pada mayoritas pengunjung
perpustakaan tetapi juga pemustaka dari luar, seperti
mahasiswa jurusan Kelautan dan Perikanan atau anggota
koperasi yang terdiri dari nelayan dan petani ikan.
2. Merupakan pemustaka aktif dan potensial di perpustakaan
tersebut di berbagai layanan.
3.4.

Teknik Penentuan Sampel
Teknik penentuan sampel menggunakan aksidental yang meupakan
teknik sampling dengan mengambil siapa saja responden yang kebetulan
ada sehingga semua pengunjung Perpustakaan Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Jawa Tengah memiliki kesempatan yang sama untuk

3.5.

menjadi responden.
Teknik Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai
berikut :
3.5.1. Observasi
Teknik

observasi

dilakukan

dengan

pengamatan

langsung pada objek dan subjek penelitian dan melakukan
pencatatan secara sistematis tentang fenomena yang terjadi
di lapangan. Observasi ini dilakukan sebagai studi
pendahuluan mengenai desain interior di Perpustakaan
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah
Semarang.
3.5.2. Studi Dokumentasi
Dokumen adalah catatan tertulis mengenai berbagai
kegiatan atau peristiwa waktu yang lalu (Sunyoto, 2013: 64).
Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data
dengan berdasarkan data sekunder yaitu melalui penelitian
sebelumnya, jurnal yang memiliki tema yang sama dengan
penelitian, dan buku koleksi yang bersangkutan dengan tema
desain interior perpustakaan.

23

3.5.3. Angket
Angket adalah “daftar pertanyaan yang di distribusikan
melalui pos untuk diisi dan dikembalikan atau dapat juga
dijawab di bawah pengawasan peneliti” (Nasution, 2011:
128).
Dalam penelitian ini, angket disebarkan pada responden
yang telah ditetapkan dalam waktu tertentu dengan
pertanyaan-pertanyaan yang telah dirancang menggunakan
variabel-variabel sebelumnya. Pertanyaan yang dituliskan
peneliti

dalam

angket

merupakan

pertanyaan

yang

merupakan kombinasi, terbagi atas :
a. Angket tertutup
“Angket tertutup terdiri atas pertanyaan atau
pernyataan dengan sejumlah jawaban tertentu
sebagai pilihan” (Nasution, 2011: 129). Pertanyaan
ini dipilih karena menganggap responden cukup
mengetahui

atau

menguasai

materi

yang

ditanyakan.
b. Angket terbuka
Angket terbuka memberi kesempatan penuh
memberi jawaban yang dirasa perlu oleh responden
tersebut (Nasution, 2011: 129), seperti kritik dan
saran atau harapan akan perpustakaan ideal
responden.
Adapun dalam penelitian ini digunakan dua sumber data, yaitu data
primer dan data sekunder. Sumber data dijabarkan sebagai berikut:
1. Data primer
Data primer merupakan data yang didapat dari sumber
pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil dari
wawancara atau hasil pengisian kuisioner yang biasa dilakukan
peneliti (Umar, 2007: 42). Data primer dalam penelitian ini
menggunakan angket yang dibagikan pada responden dengan
sejumlah

pertanyaan

yang

telah

dipilih

oleh

peneliti

berdasarkan keadaan yang ada dan hasil pengamatan serta

24

pencatatan

saat

observasi

terhadap

desain

interior

perpustakaan.
2. Data Sekunder
“Data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih
lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer
atau oleh pihak lain misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau
diagram-diagram” (Umar, 2007: 42). Yang dimaksud data
sekunder dalam penelitian ini ialah buku-buku mengenai
penelitian yang bersangkutan, referensi penelitian sebelumnya
yang berupa skripsi dan jurnal, serta artikel-artikel yang dapat
membantu jalannya penelitian.
3.6.

Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data adalah melakukan analisis data dengan metode dan
cara tertentu yang telah diberlakukan peneliti. Data yang digunakan adalah
data ordinal, yaitu data yang diperoleh dengan cara kategorisasi dan
klasifikasi. Dan dikarenakan penelitian ini merupakan kuantitatif, maka
pengolahan data menggunakan analisis regresi, yaitu analisis yang
bertujuan mengetahui pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain, yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah pengaruh variabel desain interior
sebagai variabel independent terhadap variabel kenyamanan sebagai
variabel dependent.

3.7.

Analisis Data
Analisis data adalah “proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun dalam pola,
memilih yang penting dan yan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri ataupun orang lain” (Saebani &
Nurjaman, 2013: 105).

25

Dalam penelitian kuantitatif, analisis data meliputi tiga langkah
sebagai berikut:
1. Persiapan
Kegiatan dalam persiapan antara lain dengan mengecek
kelengkapan identitas pengisi berupa nama, alamat, pekerjaan,
atau usia. Instrumen anonim tidak diperbolehkan. Mengecek
kelengkapan

data,

artinya

memeriksa

isi

instrumen

pengumpulan data, dalam hal ini kuisioner, apakah pertanyaan
terisi semua atau terdapat halaman dan kertas yang sobek atau
hilang.

Kekurangan

atau

hilang

halaman

menjadikan

terulangnya pengisian data.
2. Tabulasi
Tabulasi adalah penyajian data dalam bentuk tabel
sehingga memudahkan pembaca dalam memahami laporan
penelitian tersebut. Kegiatan tabulasi meliputi pemberian skor
terhadap item-item yang perlu diberi skor, pemberian kode
terhadap item yang tidak diberi skor, mengubah jenis data,
menyesuaikan atau memodifikasi dengan teknik analisis yang
akan digunakan, dan memberikan kode dalam hubungan
dengan pengolahan data jika menggunakan komputer.
3. Setelah penyajian data telah siap dan matang, maka data
diterapkan sesuai dengan pendekatan penelitian. Pendekatan
penelitian ini adalah deskriptif, sehingga data yang telah
ditabulasi diceritakan atau dideskripsikan sesuai hasil untuk
kemudian diambil sebagai simpulan.

26

DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Andriyanto, Dwi. 2011. “Pengaruh Desain Interior Terhadap Minat Berkunjung
Pemustaka di Layanan Remaja dan Anak-Anak Perpustakaan Daerah
Propinsi Jawa Tengah Semarang”. Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Budaya
UNDIP.
Atmanta, Igniasius Tri Sunarna. 2010. “Persepsi Pengguna Terhadap Desain
Interior Perpustakaan di Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta”.
Skripsi, Semarang: Fakultas Ilmu Budaya UNDIP.
Bangun, Eva Violesta. 2014. Pengaruh Warna Ruang Kerja Terhadap Kenyamanan
Dosen Departemen Psikologi Industri Dan Organisasi Fakultas Psikologi
USU. Skripsi. Medan: Fakultas Psikologi USU.
Basuki, Sulistyo. 1993. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Brown, Carol L. (2002). “Interior Design for Libraries:Drawing on Function and
Appeal.” Sumber . Diunduh [20 Oktober
2014].
Ching, Francis D.K., Chorky Bingeli. (2012). “Interior Design Ilustrated 3rd
Edition.” Sumber . Diunduh [20 Oktober 2014].
Nasution, S. 2011. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.

27

Rahmat. 2013. Statistika Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.
Riduwan. 2013. Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung:
Penerbit Alfabeta
Saebani, Beni Ahmad dan Kada Nurjaman. 2012. Manajemen Penelitian.
Bandung: Pustaka Setia
Sainttyauw, Adrina Ayu Candra Zelzi Jeint. 2014. “Pengaruh Desain Interior
Terhadap Kenyamanan Pengguna di Perpustakaan Universitas 17 Agustus
1945 Surabaya,” dalam Jurnal Unair. Vol. 2 / No. 1 / Pub. 2013-01 / LibriNet. Surabaya: Universitas Airlangga Surabaya.
Soeatminah.

1992.

Perpustakaan,

Kepustakawanan,

dan

Pustakawan.

Yogyakarta: Kanisius.
Sunyoto, Danang. 2013. Metode dan Instrumen Penelitian Ekonomi dan Bisnis.
Yogyakarta: CAPS.
Susanti, Eka dan Budiono. 2014. “Desain Interior Perpstakaan Sebagai Sarana
Edukasi dan Hiburan dengan Konsep Post Modern” dalam Jurnal Sains dan
Seni Pomit. Vol. 1 / No. 1. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya.
Suwarno, Wiji. 2009. Psikologi Perpustakaan. Jakarta: Sagung Seto.
____________. 2013. Ilmu Perpustakaan dan Kode Etik Pustakawan. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Swasti, Galuh Paramita. 2011. “Desain Interior Ruang Layanan Perpustakaan dan
Arsip Daerah Kabupaten Kudus”. Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Budaya
UNDIP
Tistaningtyas,Esti Yulistriani. 2002. “Fungsi Jalur Pedestrian di Kawasan
Simpang Lima Semarang pada Malam Hari Ditinjau dari Aspek

28

Kenyamanan dan Visibilitas Penggunanya”. Tesis. Semarang: Fakultas
Arsitektur UNDIP.
Umar, Husein. 2007. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada.
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007, tentang Perpustakaan.

29