Resensi Buku Regionalisme dalam Studi Hu

IDENTITAS BUKU
Judul

: Regionalisme dalam Studi Hubungan Internasional

Penulis

: Nuraeini S., Deasy Silvya, dan Arfin Sudirman

Penerbit

: Pustaka Pelajar

Tahun terbit

: Cetakan Pertama, 2010

Kota terbit

: Yogyakarta


Tampilan buku :

1

PENDAHULUAN
Pasca Perang Dunia ke II, memang tidak dapat dipungkiri, merupakan
suatu bencana terbesar dan yang paling sangat mengerikan pada masa itu, trauma
yang diakibatkan oleh Perang Dunia II tersebut memang membuat sebagian
negara-negara besar terutama negara yang mengalami langsung perang tersebut
tidak ingin merasakan hal yang serupa dan ingin menciptakan kedamaian yang
didambakan selama ini, kerugian yang diakibatkan oleh Perang Dunia II tersebut
pun membuat beberapa negara mulai khawatir bahwa kejadian serupa akan
terulang dalam jangka waktu dekat, maupun dimasa yang akan datang.
Hal inilah yang membuat dan mendasari pentingnya untuk mencegah
kejadian serupa agar tidak terjadi lagi sehingga mereka pun mulai menyadari
pentingnya untuk melakukan kerjasama dengan negara-negara lain terutama
negara yang berada diwilayah kawasanya maupun yang berada disekitar mereka.
Meluasnya kerjasama antar kawasan, atau yang lebih dikenal dengan
regionalisme, menimbulkan perubahan tata ekonomi global serta transformasi
sistem internasional, dimana Pasca Perang Dingin, isu-isu internasional berubah

secara signifikan dari isu high politics ke arah isu low politics yang menyebabkan
mulai saat itu, ekonomi suatu negara sangat mempengaruhi besar atau kecilnya
pengaruh yang ditimbulkan bagi negara tersebut ke negara lainnya.
Kerjasama kawasan yang saat ini memang sangat sering dibicarakan dan
sedang mengalami kemajuan pesat adalah Komunitas Eropa di Eropa Barat. Salah
satu contohnya adalah Uni Eropa, dimana Uni Eropa dapat dikelompokkan
sebagai salah satu hasil dari regionalisme yang sesuai namanya, diperuntukan
untuk negara-negara diseputar Benua Eropa. Uni Eropa adalah salah satu contoh,
bagaimana sebuah kerjasama dapat meintegrasikan berbagai macam negara dalam
satu naungan yang sama dan merupakkan salah satu bentuk kerjasama regional
yang dapat dikatakan sangat sukses dan berhasil hingga saat ini.

2

SUBSTANSI BUKU
 BAB 1
Menurut Mansbaach, region atau kawasan adalah “Pengelompokan
regional diidentifikasikan dari basis kedekatan geografis, budaya, perdagangan,
dan saling ketergantungan ekonomi yang saling menguntungkan, komunikasi serta
keikutsertaan dalam organisasi internasional”. (Raymond F. Hopkins dan Richard

W. Mansbach: 1973). Sedangkan, menurut Coulumbis dan Wolfe, dalam bukunya
yang berjudul Introduction to International Relations, Power and Justice, terdapat
empat cara atau kriteria yang bisa digunakan untuk mendefinisikan dan menunjuk
sebuah kawasan atau region yang sebenarnya sangat ditentukan oleh tujuan
analisis, yaitu: krtieria geografis, kriteria politik/militer, kriteria ekonomi, dan
kriteria transaksional.
Kajian ciri khusus suatu kawasan adalah ciri geografis, sosiologis,
etnolinguistik, sistem sosial-politik dan ekonomi suatu kawasan tertentu, sehingga
kita dapat membedakan unit-unit anggota kawasan tersebut dengan unit diluar
kawasan (Ruddy, 1997: 18-19).
T. May Rudy menyatakan bahwa di setiap kawasan terdapat ciri-ciri
khusus. Kajian peristiwa-peristiwa menyangkut berbagai peristiwa yang terjadi di
suatu kawasan atau yang menyangkut negara disuatu kawasan (Rudy, 1997:20).
Hal terpenting dalam kajian regionalisme adalah meninjau deajat keeratan (level
of cohesion), struktur dalam pelaksaan peran atau percaturan politik (structure of
relations) dalam suatu kawasan, serta rasa kebersamaan yang mewarnai
tumbuhnya kerjasama regional tersebut. Kawasan lebih mengacu pada posisi
teritori geografis, batas-batasnya terwujud dan mampu diterjemahkan dengan
nyata, sementara regionalisme lebih bersifat abstrak, menyangkut “ruh” sebuah
kawasan.

Namun, karena regionalisme itu adalah suatu ide yang sifatnya abstrak dan
tidak terujud, sulit untuk mendeteksi keberadaan regionalisme disuatu wilayah
dibelahan bagian-bagian dunia ini. Regionalisme sebagai deskripsi berarti

3

regionalisme sebagai posisi moral, sementara regionalisme sebagai preskripsi
berarti berarti regionalisme sebagai suatu doktrin atau ajaran tentang bagaimana
hubungan internasional seharusnya diatur.
Menurut Andrew Hurrel (1995), ada lima proses berlangsungnya.
Regionalisme, yaitu: regionalisasi, kesadaran dan identitas regional, kerjasama
regional antarnegara, integrasi regional yang didukung negara, serta kohesi
regional.

 BAB 2
Beralih kepada sejarah terbentuknya regionalisme yang di bagi menjadi
dua bagian yaitu klasik dan baru. Munculnya kembali regionalisme (1990-an)
dalam percaturan politik dunia mendapat reaksi yang berbeda jelas bahwa ada
negara yang menanggapinya dengan optimis dan ada juga yang pesimis. Mereka
yang memandang optimis regionalisme sebagai sesuatu yang positif dan menjadi

ciri tatanan internasional setelah perang dingin dimana regionalisme berperan
sebagai penyeimbang interaksi aktor-aktor dalam memenuhi kebutuhan masingmasing. Sementara pihak yang pesimis, memandang regionalisme hanya sebagai
tren yang sifatnya sementara karena keberadaanya dilandaskan pada kepentingan
sesaat.
Regionalisme klasik adalah regionalisme yang muncul sekitar tahun
1960an seiring dengan munculnya organisasi-organisasi kerjasama regional, yang
bersifat high politics dimana aspek politik yang lebih mendominasi kinerja
organisasi. Ketika terbentuknya regionalisme yang menjadi titik tolak ukurnya
adalah yang pertama dengan melihat faktor daya ikat (kohesi) yang membuat
negara-negara tertarik untuk melakukan kerjasama regional, kedua dengan melihat
lahirnya sebuah lahirnya sebuah institusi regional sebagai wujud dari kerjasama
regional di suatu kawasan.
Menurut Fawcett, pada masa perang dunia II regionalisme belum terlihat
dan hal ini terkait oleh dua faktor: yang pertama, PD II mengakibatkan kerusakan
sangat parah yang hampir dialami oleh semua negara di dunia bukan hanya di
4

kawasan Eropa saja, yang kedua terjadinya transformasi dalam tatanan
masyarakat internasional yang pada saat itu bersifat ‘Eurosentris’ : eropa sebagai
pusat segalanya.

Maka pada masa perang dingin inilah wilayah menjadi aspek yang sangat
penting, hal ini terkait dengan persaingan dua adikuasa AS dan US. Negara-negara
di dunia seakan harus memilih untuk mendukung dan beraliansi dengan AS atau
US sehingga menurut salah satu tokoh Fawcett pada masa perang dingin bisa
diidentifikasikan munculnya regionalism, meskipun dalam bentuk yang masih
lemah; Regionalisme Klasik.
Dalam melihat legalitas regionalisme klasik dapat dilihat dalam piagam
PBB yang mengakui eksistensi organisasi regional sebagai aktor yang penting
dalam upaya menyelesaikan konflik atau sengketa yang terjadi, sebelum masalah
tersebut diselesaikan di mahkammah internasional PBB. Munculnya regionalisme
klasik dikaitkan dengan dua kondisi yaitu :
Yang pertama , bahwa regionalisme muncul dalam versi persiapan piagam
PBB yang di buat di Dumbarton Oaks pada tahun 1944 yang menetapkan bahwa
‘keberadaan badan-badan regional yang berkaitan dengan masalah perdamaian
dan keamanan tidak seharusnya dihalang-halangi’
Kedua keberadaan agen regional hanya merupakan sub-ordinat dari
kekuasaan dan pengaruh dua negara adikuasa dan hal ini ditunjukan dengan
munculnya NATO, Pakta Wasarta, Pakta Rio, SEATO, CENTO, dan ANZUS.
Organisasi internasional ini secara politik hanya salah satu wadah atau
sarana struggle for power bagi negara lemah, setelah bertahan selama 10 tahun

regionalisme klasik mengalami kemunduran yang disebabkan oleh bukan kaum
regionalis yang mengembangkan Uni Eropa tapi kaum fungsional dan
neofungsionalis, munculnya anti-Eurosentris dan bubarnya beberapa organisasi
regional.
Karena munculnya bibit-bibit regionalism yang sangat berbeda dari tujuan
regionalism klasik serta lebih ambisius dan menjanjikan maka terbentuklah
regionalisme baru. Regionalisme baru adalah regionalism yang berkembang pada

5

awal tahun 90-an pasca perang dingin yang bersifat low politics, dan dimana
aspek ekonomi, bidaya lebih mendominasi kerjasama antar negara.
Sebab kemunculan dari regionalism baru ini didominasi oleh 4 faktor
yaitu; berakhirnya perang dingin membuat pandangan elite terhadap kerjasama
internasional dan desentralisasi sistem internasional, perubahan ekonomi,
berahirnya paham dunia ketiga dan demokratisasi.
Hal ini tetap saja memunculkan kritik terhadap regionalism baru dan
diantaranya; fashionable than desirable (trend dan keinginan), kemampuan
organisasi regional dalam menangani permasalahan regional meragukan serta
daya ikat regional ialah mempertajam perbedaan antara inside/outside kawasan.

 BAB 3
Pembabagan teoretis mengenai regionalisme ini didasarkan pada pemetaan
regionalisme dalam peringkat analisis (level of analysis) studi hubungan
internasional. Indikator-indikator yang akan dilihat dalam setiap tahap peringkat
analisis, yaitu:
1. Pada tingkatan sistem akan menganalisis karakteristik struktural,
hubungan power, pola-pola ekonomi, dan norma-norma perilaku dari
sistem.
2. Tingkat negara / organizational akan menganalisis tipe pemerintahan;
situasi, kebijaka, dan budaya politik; serta aktor yang membuat kebijakan.
3. Tingkat individu akan melihat manusia sebagai a species, perilaku dia
dalam berorganisasi dan karakter kepemimpinannya.
Pandangan teoretis mengenai regionalisme digulirkan oleh neorealisme
dan interdependensi struktural globalisasi. Level negara, pandangan teoretisnya
digulirkan

oleh

neofungsionalisme,


neoliberal

intitusionalisme,

dan

kontruktivisme yang memusatkan perhatian pada pengaruh interdependensi
regional. Pada level individu ada teori domestik yang menjelaskan regionalisme
kontemporer dilihat dari tiga faktor penting yaitu regionalisme dan statre
conherence; Tipe Rezim dan demokratisasi; serta convergence theory.

6

Teori-teori sistematik menyoroti pentingnya peran struktur politik dan
ekonomi yang lebih luas terhadap suatu kawasan dan pengaruh berbagai tekanan
dari luar terhadap kawasan, hal ini bersifat out-side-in. kawasan dipandang
sebagai bagian dari sistem yang lebih luas, dua teori sistemik yang pertama adalah
teori dari kaum neo-realis yang menekankan pentingnya sistem internasional yang
anarki serta pentingnya persaingan power secara politis dan ekonomis. Kedua,
teori interdepensi dan globalisasi yang menekankan perubahan ciri dalam sistem

internasional dan pengaruh perubahan secara ekonomi dan teknologi.
Regionalisme sering kali dianggap sebagai hal yang sangat bertentangan
dengan prinsip-prinsip realisme yang hanya memandang negara (nation-state)
sebagai satu-satunya aktor dalam hubungan internasional, dimana negara-negara
itu pada dasarnya harus mampu mempertahankan diri dalam kondisi sistem
internasional yang anarki sehingga masing-masingnya melakukan struggle for
power. Pada kenyataannya negara-negara yang letaknya berdekatan secara
geografis saling melakukan kerja sama dan sebisa mungkin menjadi sebuah good
neighbor.
Bagi kaum neo-realis, hegemoni AS sangatlah penting. Neorealis
menyoroti integrasi yang dikendalikan langsung oleh desakan dan tekanan AS.
Dia juga menekan integrasi Eropa yang ppada kenyataannya merupakan integrasi
subregional yang ditanamkan dengan kerangka keamanan trans-atlantik.
Penerimaan terhadap ketergantungan keamanan kemudian menjadi salah satu
‘kesepakatan inti’ di dalam terbentuknya kerja sama dan integrasi Eropa, suatu
fakta yang membuat pentingnya ketergantungan keamanan dalam hubungan
antara isu-isu ekonomi dan keamanan di berbagai belahan dunia lainnya.
Sasaran ekonomi dalam integrasi ekonomi tidak berasal dari keinginan
untuk mengejar kesejahteraan tapi dari hubungan langsung antara kekayaan
ekonomi dengan power politik dan dari negara-negara fokus terhadap keuntungan

dan kerugian relatif. Regionalisme ekonomi kemudia bisa dilihat sebagai suatu
strategi persaingan kamu neo-merkantilis.
Dalam studi hubungan internasional istilah hegemoni ditujukan kepada
negara-negara super power memiliki kapabilitas lebih untuk berkuasa dan
7

menguasai negara lain. Kebijakan hegemoni inipun mempengaruhi kebijakan
negara lain. Terdapat empat cara negara hegemon mendorong regionalisme dan
terciptanya insitusi regional, yakni:
1. Kelompok-kelompok subreginal sering berkembang sebagai respon
terhadap keberadaan kekuasaan hegemon atau yang berpotensi
menjadi hegemon.
2. Regionalisme dapat muncul untuk membatasi free exercise dari
kekuasaan

hegemoni

melalui

pembentukan

insitusi-intitusi

regional.
3. Bandwagoning. Negara-negara lemah terhadap hegemon regional,
terjadinya kerjasama antara negara lemah dengan negara kuat.
4. Negara

hegemon

berusaha

mencari

cara

teribat

dalam

pembentukan intitusi-intitusi regional.
Tedapat dua konsep tatanan atau sistem internasional pasca perang dingin
yaitu complex interdependence menyangkut interdependensi struktural dan
globalisasi sebagai sistem internasonal. Ciri utama complex interdependence yaitu
multiple channels meghubungkan masyarakat yang satu dengan masyarakat yang
lainnya dengan hubungan bersifat interstate, transgovernmental atau hubungan
antarpemerintah, dan transnational yang artinya hubungan individu atau kelompok
yang melintasi batas negaranya.
Berbeda dengan pendekatan outside-in, terdapat teori yang lebih melihat
langsung hubungan antara reginalisme dan interdependensi regional yakni
kesalingtergantungan yang tumbuh di antara aktor-aktpr yang berada di suatu
kawasan. Terdapat tiga teori yang membahas mengenai interdependensi kawasan,
yaitu Neofungsionalis, Neo-liberal institusionalisme dan Konstruktivisme.
Terdapar tiga faktor domestik terkait regionalisme kontemporer yakni
pertama, regionalisme dan state conherence. Regionalisme dikaitkan beyond the
state artinya kedaulatan suatu negara menjadi berkurang dan batas-batas negara
tidak lagi menjadi hal yang penting sehingga regionalisme mengikis peran suatu
negara. Coherence dan viability ini sangat terkait dengan legitimasi internal suatu
negara. Jika tidak ada negara yang mampu dan memiliki keingin kuat untuk
8

mempertahanan integrasi kawasan akan sulit terbentuknya suatu kawasan.Kedua
yakni Tipe Rezim dan Demokratisasi yang teorinya berfokus pada kebijakan
domestic suatu negara dalam melakukan adaptasi sistem internal dengan
kawasannya melalui proses demokratisasi. Ketiga, Teori Konvergensi yang
memahami dinamika kerja sama regional dan integrasi ekonomi dalam kerangka
bertemunya atau bersatunya berbagai pilihan kebijakan domestic dari negaranegara. Regionalisme dalam teori ini bukanlah suatu pergerakan melainkan suatu
kawasan yang melindungi negara anggota kawasan tersebut. Singkatnya dalam
teori ini negara sudah benar-benar menyadari kompayibilitas atau kesesuaian
kebijakan domestiknya dengan kawasan.

 BAB 4
Pada abad ke 20, terjadi pertentangan antara pengusung universalisme
dengan regionalisme. Keduanya memang setuju dengan sistem internasional,
tetapi ada modifikasi dari negara-negara utama terkait dengan penyerahan
sebagian kedaulatan negara kepada unit politik yang lebih besar. Kaum regionalis
sering mengutarakan klaim-klaim berikut yang memperlihatkan superioritas
regionalisme terhadap universalisme.
1. Terdapat kecenderungan terhadap regionalisme berdasarkan kesamaan
dalam hal kepentingan, tradisi, dan nilai-nilai di dalam kelompokkelompok kecil dari negara-negara yang saling bertetangga.
2. Integrasi politik, ekonomi dan sosial akan lebih mudah dicapai oleh
negara-negara dalam jumlah yang sedikit di dalam wilayah geografis yang
terbatas dibandingkan secara global.
3. Kerja sama ekonomi regional menjadi wadah perekonomian yang lebih
efisien bagi negara-negara, dan entitas regional ini diharapkan bisa
berhasil di dalam persaingan pasar dunia secara global.
4. Ancaman-ancaman lokal terhadap perdamaian lebih tepat ditangani oleh
pemerintahan di wilayah tersebut daripada oleh negara-negara lain dengan
jarak yang jauh dan tidak tertarik dengan permasalahan tersebut.

9

5. Dengan bergabungnya negara-negara ke dalam kelompok-kelompok
regional, keseimbangan kekuasaan global akan terpelihara dan mendukung
perdamaian dan keamanan dunia.
6. Dunia belum siap mendirikan suatu otoritas global guna memelihara
perdamaian dunia dan mendukung kesejahteraan dunia.
7. Kaum universalis gagal memperhitungkan keberagaman faktor-faktor
politik, ekonomi, sosial dan geografis di seluruh dunia yang menghalanghalangi kesatuan global.
Sebaliknya, kaum universalis sering mengemukakan alasan-alasan berikut
yang menunjukkan dominasi universalisme terhadap regionalisme. Alasan-alasan
tersebut diantaranya:
1. Kesalingtergantungan dunia telah meningkatkan berbagai permasalahan
yang membutuhkan pemecahan secara global.
2. Sumber daya regional seringkali tidak cukup untuk memecahkan
permasalahan negara-negara di dalam kawasan.
3. Ketika perdamaian tidak dapat ditangani oleh satu organisasi dunia,
ancaman terhadap perdamaian mungkin jika tidak dicegah tersebut
melewati batas-batas lokal atau regional.
4. Hanya organisasi universal yang bisa mengawasi dominasi negara besar
terhadap anggota-anggota lainnya dalam suatu tatanan regional.
5. Sanksi terhadap aggressor biasanya tidak efektif jika diterapkan pada
tatanan regional, karena sumber-sumber bantuan dukungan terhadap
agresor berasal dari luar kawasan.
6. Kawasan bukan alat yang tepat dan tetap. Tidak ada kesepakatan yang bisa
dicapai di dalam suatu sistem kawasan yang tidak bisa dicapai oleh global.
7. Aliansi-aliansi regional memfasilitasi persaingan dan pertentangan bagi
supremasi militer di antara kawasan-kawasan yang kemungkinan besar
mengarah pada pecahnya peperangan besar-besaran.
8. Adanya sejumlah organisasi universal menunjukkan keinginan pemerintah
dan rakyat untuk bekerja sama dalam tataran global tanpa perlu

10

menggunakan organisasi regional sebagai tahapan awal mengembangkan
konsensus komunitas.



BAB 5
Kerja sama regional memiliki beragam bentuk,misalnya 1) Kerja sama

fungsional mengacu pada area isu terbatas yang disepakati oleh negara-negara
guna bekerja sama dalam isu-isu tertentu; 2) Kerja sama ekonomi mengacu pada
tatanan meramalkan atau mengangankan terciptanya suatu derajat keistimewaan
komersial, namun tanpa adanya harmonisasi dalam aturan domestik maupun
obligasi bagi tindakan bersama dalam urusan-urusan internasional; 3) Kerja sama
politik, meliputi dukungan dan komitmen bersama yang saling menghargai dalam
penerapan nilai dan praktik-praktik tertentu dalam suatu negara; 4) Kerja sama
dalam masalah luar negeri dan kebijakan keamanan yang berarrti bahwa para
pemerintah secara sistematis saling memberitahu dan berkonsultasi satu sama lain.
Dalam beragamnya bentuk kerja sama regional tidak diperlukan hubungan
di antara wilayah-wilayah kerjasama ini. Maisng-masing kerja sama mempunyai
konsekuensi status internasional tersendiri. Organisasi regional merupakan suatu
bagian dari dunia yang sama-sama diikat oleh kesamaan tujuan berdasarkan ikatan
geografis, sosial, budaya, ekonomi, atau politik dan struktur formal yang
memberikan arahan pada berbagai kesepakatan intergovernmental secara formal.
Tingkat-tingkat kerja sama regional dapat dilihat menjadi empat jenis,
yakni berupa asosiasi, koordinasi, harmonisasi, dan integrasi baik sebagian
maupun sepenuhnya.
Aspek Legal Personalities
1. Merupakan himpunan yang bersifat tetap yang dilengkapi dengan struktur
organisasi yang lengkap
2. Memiliki perbedaan,dalam hal kewenangan hukum dan tujuan organisasi,
antara organisasi tersebut dengan negara anggota
3. Adanya kewenangan hukum organisasi itu yang dapat diterima serta
diterapkan dalam kegiatan pada ruang lingkup internasional.
11



BAB 6
Integrasi merupakan suatu proses dimana dominasi sistem politik yang

lebih besar menjadi meningkat atau bertambah dengan adanya penambahan unitunit baru. Integrasi global terjadi karena perkembangan sistem internasional,
dimana interaksi regional atau subsistem mungkin akan mengurangi atau
memperkuat integrasi global tergantung pada tujuan dan kesalingketergantungan
diantara para konglomerat regional yang berperan.
Integrasi internasional adalah proses pencapaian kondisi supranasional
dimana urusan yang semula ditangani pemerintah nasional beralih ke unit-unit
politik yang lebih besar. Secara singkat integrasi internasional didefinisikan
sebagai, proses dimana aktor-aktor politik nasional dari berbagai Negara diminta
mengarahkan loyalitas, harapan, dan kegiatan politik mereka ke institusi pusat
baru dan lebih besar, yang lembaga-lembaganya memiliki atau mengambil alih
yuridiksi yang semula berada di tangan Negara-bangsa.
Integrasi terjadi dalam 2 kondisi, yakni pertumbuhan integratif dan
transfer integratif. Pertumbuhan integratif terjadi ketika berbagai prosedur
keputusan dan institusi-institusi harus menangani porsi pertumbuhan berbagai
keputusan yang harus dilakukan dan diselesaikan. Pertumbuhan ini merupakan
hasil dari perubahan dalam kondisi kesalingketergantungan antara proses social
dan ekonomi. Transfer integratif terjadi ketika unit-unit yang terpisah tergabung
ke dalam suatu komunitas yang lebih luas kemudian menjadi pusat dan dasar bagi
otoritas pembuatan keputusan. Kedua kondisi ini diikuti oleh tinjauan publik
tentang pentingnya keputusan yang dibuat dalam sistem yang lebih besar. Dalam
transfer integratif dibutuhkan pengalihan loyalitas dan identifikasi terhadap suatu
kelompok yang lebih besar serta tumbuhnya harapan bahwa tugas-tugas akan
ditangani pada satu tingkat pusat otoritas pembuatan keputusan yang baru.

12

Integrasi merupakan faktor pokok yang menentukan tumbuh atau tidaknya
regionalisme. Hal ini terjadi integrasi bisa mewujudkan daya ikat antar unit-unit.
Pemaparan ini dimulai dari definisi, faktor-faktor yang menyusun integrasi serta
berbagai pandangan terhadap integrasi. Sebagian para ahli menganggap integrasi
sebnagai sebuah ‘proses‘, ketika beberapa unit melebur menjadi satu unit atau
minimalnya beberapa fungsi tertentu dari beberapa unit bergabung di bawah satu
atap koordinasi. Sebagian lagi menganggap integrasi sebagai ‘kondisi‘, dimana
terdapat rasa memiliki terhadap suatu komunitas politik tertentu. Kita akan
menggunakan istilah integrasi sebagai suatu proses perubahan dan istilah
‘komunitas politik‘ atau ‘masyarakat yang terintegrasi’ sebagai hasil dari proses
integrasi.
Integrasi bukanlah suatu proses yang berjalan lurus kedepan, sehingga jika
kita memulai dari satu titik maka kita akan menemukan titik akhirnya. Integrasi
lebih merupakan suatu dinamika, naik turunnya suatu proses. Terdapat 3 faktor
utama dalam mendukung terjadinya integrasi, yakni faktor struktural (long term),
faktor proses (middle term), dan faktor kebetulan (accidental).


Bab 7
Pengalaman buruk yang terjadi di Eropa membuat rasa

tidak aman secara berkepanjangan bagi warga negaranya. Maka
dari itu Eropa membuat beberapa bentuk kerjasama kawasan
yang dapat menjadi barikade agar tidak terjadi konflik atau
perang lagi. Salah satunya adalah dengan pembentukan Uni
Eropa bagi negara-negara Eropa yang berfokus diberbagai
bidang.
Uni Eropa dikatakan sebagai organisasi regional yang
cukup berhasil meskipun berawal dari kerjasama dalam fokus
ekonomi. Bahkan beberapa kawasan menjadikan Uni Eropa
sebagai kiblat utama dalam membangun kerjasama kawasan
tersebut. Namun, keberhasilan suatu kerjasama bukan berasal
dari mana ia berkiblat dan mengacu kepada keyakinan apa
13

melainkan bagaimana orang di dalamnya dapat mempengaruhi
dan menjalankan kerjasama yang dibentuk oleh sub-region
tersebut.
Uni Eropa memiliki sejarah yang panjang, yaitu diawali
dengan penyatuan Benelux hingga perjanjian Lisbon 2009.
Dalam Uni Eropa terdapat integrasi politik yang menjadi ruh
regionalisme klasik dalam perkembangan regionalisme baru.
Keanggotaan Uni Eropa sangat terbuka bagi negara-negara
di kawasan Eropa yang hanya berpacu kepada dua syarat, yaitu:
pertama, negara yang bersangkutan harus berada di benua
Eropa,

kedua,

demokrasi,

negara

penegakan

tersebut
hukum,

menerpkan

prinsip-prinsip

penghormatan

HAM,

dan

menjalankan segala peraturan perundangan Uni Eropa (acquis
communautaires).
Akan tetapi tidak bagi Turki yang hingga sekarang masih
mengambang untuk dijadikan sebagai anggota Uni Eropa. Alasan
Uni eropa masih menahan Turki karena belum mampu melakukan
reformasi politik dan ekonomi dalam negerinya.
Struktur Organisasi Uni Eropa terdapat empat dewan saja,
yaitu:
1. Europen Council (Dewan Eropa)
2. Europesn Commission
3. The Council of Ministers
4. European Parliament
Selain badan atau dewan-dewan di atas, ada pula badanbadan lain di Uni Eropa yang ikut berperan dalam pelaksanaan
Uni Eropa adalah:
1. Mahkamah Auditor
2. Economic and Social Committee
3. Komite-komite Regional

14

Council Of Europe dibentuk pada tanggal 3 Agustus 1949 dengan bahasa
resmi yang digunakan adalah Inggris dan Prancis. Council of Europe bertujuan
menjaga dan merealisasikan prinsip-prinsip dan ide warisan bersama (common
heritage) bangsa Eropa serta memfasilitasi pemajuan bidang sosial dan ekonomi,
termasuk merealisasikan hak-hak asasi dan kebebasan dasar fundamental manusia.
Untuk itu dibentuklah badan dibawah Council of Europe, yakni the Committte of
Ministers (yang beranggotakan para Menteri Luar Negeri) dan the Consultative
Assembly yang masing-masing dipimpin oleh seorang sekretaris Jenderal.
OECD didirikan pada tahun 1961 sebagai pengganti Organization for
European Economic Cooperation (OEEC). Organisasi ini bertujuan sebagai
institusi administratif pelaksana bantuan Marshall Plan dan rencana-rencana
perbaikan Eropa. Selain itu juga meliputi dukungan terhadap optimalisasi kondisi
ekonomi dan stabilitas finansial anggota, pengembangan perekonomian dunia,
dukungan terhadap pembangunan ekonomi negara-negara anggota dan nonanggota, serta perluasan perdagangan dunia berdasarkan sifat non-diskriminatif.
Keanggotaannya meliputi negara-negara eropa dengan sistem konomi pasar pada
tahun 1960-an, Australia, New Zealand, Jepang, Amerika Serikat, Kanada dan
Turki. Melalui konsultasi, penelitian, pertukaran informasi dan publikasi, OECD
menjadi pusat koordinasi kebijakan-kebijakan perekonomian dari negara-negara
anggota mereka sendiri kepada negara-negara berkembang.
Visegard Group adalah aliansi dari empat negara Eropa Tengah yaitu
Republik Ceko, Slovakia, Hungaria, dan Polandia. Kelompok ini dibentuk pada
tanggal 15 februari 1991. Tujuan Organisasi ini adalah terbinanya kerja sama dan
meningkatkan keeratan dalam integrasi di Eropa. Visegard dipimpin oleh Seorang
Presiden yang dipilih secara rotasi setiap satu tahun sekali dari tiap negara
anggota.
Nordic atau bangsa Norden mengacu pada subregion yang berada di benua
Eropa. Subregion ini mempunyai peran penting selama masa Perang Dingin
dimana mereka mampu mengembangkan keamanan internal sendiri dan juga
memberikan kontribusi signifikan pada masa detente internasional. Kelompok inti

15

dari Norden yakni Norwegia, Swedia, Finlandia, dan Denmark. Kelompok inti ini
didasarkan pada persamaan sejarah, budaya, bahasa dan variabel geometri.
Nordic Council merupakan organisasi kerja sama diantara negara-negara
berbahasa Nordic yang terletak di Tanjung Skandinavia. Terdiri dari lima anggota
utama, yakni Denmark, Skandinavia, Finlandia, Swedia dan Islandia; serta
teritorial otonom seperti Faroe Islands dan Greenland (di bawah Denmark) dan
Aland Islands (dibawah Finlandia). Bahasa resmi yang digunakan adalah Nordic
Danish, Norwegian dan Swedish. Sejak tahun 1952, Nordic Council mampu
mewujudkan common labour market (pasar buruh bersama) dan mobilitas yang
bebas melintas batas negara tanpa harus memiliki paspor selama ia menjadi warga
negara salah satu anggota Nordic Council.
Benelux merupakan kesatuan tiga negara Eropa Barat, yaitu Belgia,
Netherlands (Belanda) dan Luxemburg yang secara geografis letaknya saling
berdekatan, yakni di wilayah Eropa Barat Laut antara Prancis dan Jerman.
Benelux ini merupakan cikal bakal regionalisme di Eropa yang kohesinya
didasarkan pada kedekatan geografis, budaya dan ekonomi. Benelux dibentuk
sejak Agustus 1946.


BAB 8
Secara geografis, Amerika dibagi menjadi 3 subregion, yakni Amerika

Utara, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Benua Amerika sendiri dibagi
menjadi dua wilayah yaitu Amerika Latin dan Western HemisphereI. Amerika
latin meliputi Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Perjuangan regionalisme di
benua Amerika sejak tahun 1800-an, Amerika Tengah dan Amerika Selatan
menentang dan ingin melepaskan diri dari kolonialisme spanyol. Perjuangan ini
dikenal dengan istilah Pan Amerika, Pan Amerika adalah sebuah gerakan yang
berupaya untuk menciptakan, mengembangkan dan menata hubungan, asosiasi
dan kerjasama di antara Negara-negara Amerika dalam menyelaraskan
kepentingan bersama, baik secara diplomatis, politis, ekonomis dan sosial.
Regionalisme di Benua Amerika juga dapat kita lihat dari tumbuh dan

16

berkembangnya organisasi-organisasi seperti OAS, NAFTA, SICA, CACM,
CARICOM, CAN, dan MERCOSUR.


Bab 9
Merupakan sub kawasan Asia yang terdiri dari Negara Indonesia, Filipina,

Thailand, Kamboja, Brunei, Malaysia, Singapura, Laos, Myanmar, dan Vietnam.
Asia tenggara berada di posisi strategis yakni berada di sebelah timur india dan di
sebelah selatan China. Penduduk asli Asia Tenggara adalah orang yang berkulit
gelap dan berbadan kecil, yang kini menghuni dataran tinggi di Filipina,
Indonesia, dan Malaysia.
Untuk pertama kalinya Negara-negara Asia Tenggara mengenal organisasi
regional pada saat terbentuknya SEATO (South East Asia Treaty Organization).
Organisasi ini dibentuk sebagai upaya Amerika Serikat untuk membendung
pengaruh komunis di Asia Tenggara, terutama pengaruh dari Sovyet melalui
China. Organisasi regional yang pertama dibentuk oleh Negara-negara di kawasan
ini adalah ASA (Association of Southeast Asia) tahun 1961. Organisasi ini tidak
bertahan lama karena adanya konflik antara Filipina dan Malaysia dan konflik
tersebut mendorong terbentuknya Maphilindo (Malaysia, Filipina, dan Indonesia)
Maphilindo bubar karena konflik Indonesia yang menentang pembentukan Negara
Malaysia.
Pada tanggal 5-8 Agustus 1967, lima menteri luar negeri Asia Tenggara
mengadakan pertemuan di Bangkok dan sepakat membentuk ASEAN
(Association of South East Asian Nation) berdasarkan deklarasi Bangkok. Pada
KTT ASEAN ke-9 tahun 2003 para pemimpin ASEAN sepakat untuk membentuk
ASEAN Community yang dipertegas kembali pada KTT ke-12 pada januari 2007.
ASEAN Community terdiri dari 3 pilar, yakni ASEAN Economic Community
(AEC), ASEAN Sosio-cultural Community, ASEAN Political-Security Community.
AEC mempunyai 4 pilar, yakni pasar tunggal ASEAN, pengembangan
perekonomian di ASEAN, pemerataan ekonomi dan peningkatan daya saing
global.

17

Asia selatan merupakan kawasan yang terdiri dari Negara Bangladesh,
Bhutan, India, Maldives, Nepal, Pakistan dan Sri Lanka. Kawasan ini mewarisi
peradaban kuno Lembah Sungai Indus. Kawasan ini mengalami masa penjajahan
di bawah portugis, Belanda, Perancis dan Inggris. Pemberitaan media menganai
kawasan ini tidak terlalu menyenangkan. Kemiskinan, konflik yang mengarah
pada peperangan karena perbedaan etnis dan agama, korupsi yang merajalela, dan
pembunuhan tokoh politik menjadi citra kawasan ini. Meskipun begitu, upaya
integrasi tetap berlangsung di kawasan ini. Tanggal 9 Desember 1974, didirikan
ACU (Asian Clearing Union oleh Bangladesh, India, Iran, Myanmar, Nepal,
Pakistan, Dan Sri Lanka. ACU merupakan sebuah system clearing payment
(sistem pembayaran dalam perdagangan) di antara Negara-negara anggota yang
disesuaikan dengan sistem multilateral. Penggunaan ACU ini terkait dengan upaya
awal ESCAP (badan ECOSOC PBB untuk kawasan Asia Pasifik) menerapkan
pengurangan tarif dalam perdagangan antara lima Negara, yakni Bangladesh,
India, Laos, Korea Selatan, dan Sri Lanka. Pada umumnya, upaya ini gagal terkait
dengan prosedur structural di Negara masing-masing karena dalam perdagangan
bebas, bukan hanya tarif saja yang harus dihilangkan tetapi juga masalah
hambatan nontarif yang bias menjadi kendala utama.


BAB 10
Negara – negara pecahan Uni Soviet terdiri dari Kazakstan, Uzbekistan,

Turkmenistan, Kirgistan, danTajikistan. Wilayah ini dulu dikenal sebagai
Turkestan Barat. Populasinya sekitar 50 juta penduduk yang terdiri dari 35 juta
muslim dan 10 juta orang Rusia.
Ada dua aktor penting yang dapat menentukan arah regionaliisme di Asia Tengah.
1. Kazakstan, sebagai raksaksa didalam luas wilayah diantara republikrepublik lainnya di Asia Tengah.
2. Uzbekistan, Sebuah republic dengan jumlah penduduk paling banyak dan
persebaran etnis paling meratadiseluruh negara Asia tegah lainnya. Para
pengamat memperkirakan Uzbekistan adalah negara denga ambisi yang

18

kuat untuk mempengaruhi pembangunan kawasan tersebut secra
keseluruhan.
BAB 11



Menurut Cantory dan Spiegel, negara-negara core di kawasan Timur
Tengah adalah United Arab Republic, Yaman, Saudi Arabia, Kuwait, Libanon,
Sudan, Jordan, Syria, South Yemen (Persian Gulf States). Negara pheriphery nya
adalah Israel, Turkey, Iran, dan Afghanistan. Sementara Intrusive system-nya
adalah Amerika Serikat, USSR Perancis, Inggris, Jerman Barat, dan China. Timur
Tengah merupakan istilah yang dipakai pasca Perang Dunia II yang merujuk pada
kawasan dengan batas sebelah utara adalah Laut Kaspia dan Laut Hitam, sebelah
timur Afghanistan dan Pakistan, sebelah selatan adalah Laut Arab, Teluk Aden,
dan Sahara. Di wilayah ini lahir 3 agama besar, yakni Yudaisme, Kristen, dan
Islam.
Liga Arab merupakan sebuah asosiasi negara-negara independen dimana
masyarakatnya sebagian besar menggunakan bahasa Arab untuk percakapan
sehari-hari. Unsur yang menjadi dasar ikatan mereka adalah agama, bahasa, dan
budaya yang sama. Liga arab dibentuk pada 22 Maret 1945 berdasarkan proposal
Raja Faruk dari Mesir. Organisasi ini berdiri dengan penandatanganan perjanjian
oleh lima negara yakni Mesir, Suriah, Irak, Yaman, dan Arab Saudi yang
dilaksanakan di Kairo Mesir. Mereka menginginkan agar Liga Arab bisa menjadi
sebuah organisasi yang dapat mempererat kerjasama di antara mereka tanpa
kehilangan kedaulatan untuk membuat peraturan-peraturan independen di
negaranya yang biasanya terjadi pada organisasi yang terbentuk union. United
Arab Emirates (UAE) adalah sebuah negara persatuan dari tujuh negara emirat
yang kaya akan minyak bumi. Tujuh emirat ini adalah: Abu Dhabi, Ajman, Dubai,
Fujairah, Ras al-Khaimah, Sharjah, dan Umm al-Qaiwain. Sehingga tidak heran
jika motif ekonomi, terutama masalah minyak dan perdagangannya menjadi
kohesi UAE.
 BAB 12
19

PAN AFRIKA merupakan sebuah ide ikatan diantara penduduk asli Afrika
yang keberadaannnya bisa ditelusuri sejak zaman kuno dan mendukung berbagai
nilai-nilai yang menjadi keunikan peradaban Afruja dan juga berjuang melawan
perbudakan, rasisme, kolonialisme, dan neo-kolonialisme. Menurut Henry
Sylvester-William, konsep Pan Afrika mengacu pada keinginan untuk menyatukan
seluruh bangsa Afrika diseluruh benua Afrika.
a. Organization of African Unity (OAU)
Merupakan salah satu multipurpose regional organization yang berdiri
pertama kali. OAU muncul pada 1963 sebagai gabungan dari beberapa kelompok
negara-negara subregional di Afrika. Tujuan OAU adalah sebagai berikut:
mendukung kesatuan dan solidaritas negara-negara bangsa Afrika, upaya-upaya
kerjasama dan koordinasi guna mencapai kehidupan yang lebih baik bagi orangorang Afrika, mempertahankan kedaulatan, intgritas wilayah, dan kemerdekaan
negara-negara Afrika, memberantas semua bentuk kolonialisme dari bumi Afrika,
dan mendukung kerjasama internasional berdasarkan Piagam PB dan Universal
Declaration of Human Rights.
b. African Union (AU)
Guna mengisi kebuntuan gerak OAU, OAU melalui KTTnya berubah
menjadi African Union (AU) yang menandakan terjadinya integritas politik yang
lebih serius antarpemerintah negara-negara dikawasan Afrika. AU terdiri dari
beberapa badan resmi, yakni:
1. Pan-African Parliement (PAP) sebagai badan legislatif tertinggi AU.
Terdiri dari 265 orang perwakilan dari seluruh anggota AU (53
negara).
2. Majelis AU, terdiri dair kepala negara dan kepala pemerintahan
negara-negara AU, sebagai badan tertinggi di AU. Mekanisme
pengambilan keputusan dilakukan secara consensus atau 2/3 suara
terbanyak dan menjadi rujukan bagi PAP.
3. African Union Authority merupakan sekretariat AU yang terdiri dari
10 komisioner dans ejumlah staff. Badan ini bertanggung jawab atas
20

kinerja administrasi dan melakukan koordinasi berbagai aktivitas
pertemuan AU.
4. African Court of Justice, dibentuk berdasarkan The Constitutive Act
yang mengamanahkan badan ini untuk menyelesaikan berbagai
sengketa atas berbagai interpretasi terhadap perjanjian AU.
5. Executive Council (Dewan Eksklusif), terdiri dari para menteri yang
menjadi utusan pemerintah negara-negara anggota. Dewan ini
memutuskan berbagai materi mengenai perdagangan luar negeri,
keamanan sosial, makanan, agrikultur dan komunikasi. Dan
dipertanggungjawabkan kepada majelis AU.
6. Permanent Representative Committee, terdiri dari perwakilan tetap
yang dipilih oleh masing-masing negara anggtoa. Komite ini
mempersiapkan berbagai rencana kerja bagi Dewan Eksekutif.
7. Peace and Security Council (PSC), menggunakan mekanisme
collective security.
8. Economic, Social, and Cultural Council (Dewan Ekonomi, Sosial,
dan Budaya) merupakan suatu badan advisori yang terdiri dari para
pakar professional dan perwakilan sipil.
9. Komite Khusus terdiri dari para menteri atau pakar yang ditunjuk
oleh negara-negara Afrika yang memberkan berbagai masukan
kepada majelis.
c. Union Government
Pembentukan Union Government yang bertujuan untuk mengarahkan
lebih lanjut pada pembentukan United State of Africa. Pilihan pertama
menyatakan perlunya AU mempunyai angkatan bersenjata; pilihan kedua
(terutama disuarakan oleh negara-negara Afrika Selatan) lebih mendukung
memperkuat struktur yang telah ada; pilihan ketiga menginginkan adanya
reformasi administrasi dan politis dalam pembuatan komisi AU dan badan-badan
lainnya agar kinerjanya benar-benar efektif.
Hal yang menjadi perdebatan dalam mencapai integrasi benua Afrika
adalah begitu banyaknya organisasi regional atau komunitas-komunitas yang
21

tumbuh dan berkembang dikawasan ini yang memang eksistensinya didasarkan
pada the Lagos Plan of Action for Development of Africa (1980) dan Abuja Treaty
(1991 yang melahirkan African Economic Community).
d. Southern African Development Community (SADC)
Merupakan sebuah IGO’s yang betujuan untuk mengembangkan
integrasi dan kerjasama sosio-ekonomi dan juga keamanan dan politik diantara 15
negara Afrika Selatan. Secara informal pelopor pergerakan SADC yang bergerak
dalam kerjasama politik dan keamanan adakah Front Line States (FLS) yang
dibentuk pada 1980. Sementara SADCC (Southern African Development
Coordination Conference) merupakan pelopor kerjasama sosio-ekonomi SADC.
Pada 2008, SADC sepakat untuk membentuk zona perdagangan bebas dengan
East African Community (EAC) dan Common Market of Eastern and Southern
Africa (COMESA) meliputi semua anggota dari masing-masing organisasi
tersebut.
e. Southern African Customs Union (SACU).
Merupakan custom union antara lima negara Afrika Selatan dan
merupakan custom union tertua di dunia. SACU mengadakan perteman sekali
setahun guna membahas berbagai masalah yang berkaitan dengan kesepakatan.
SACU bertujuan untuk memelihara pertukaran barang-barang secara bebas
diantara negara-negara anggota, dan juga menentukan besaran tarif eksternal
bersama dan besaran tarif pajak bersama yang berlaku dikawasan tersebut. Semua
transaksi tersebut dibayarkan melalui National Revenue Fund Afrika Selatan.
Revenue Fund ini ditentukan bersama menurut sistem bagi hasil yang dipaparkan
dalam kesepakatan.
Dewan Menteri SACU menyepakati bahwa bagi hasil yang berlaku
diantara negara-negara anggota harus dikalkulasikan dari 3 komponen dasar,
yakni: Bagi hasil dari cadangan bea cukai, Bagi hasil dari cadangan pajak, dan
Bagi hasil dari komponen pembangunan.
f. Intergovernemtal Authority on Development (IGAD)

22

Merupakan organisasi pembangunan regional di Afrika Timur.
Pembentukan IGAD dilatarbelakangi dengan terjadinya kemarau berkepanjangan
dan berbagai bencana lainnya antara 1974 sampai 1984. Meski negara-negara
secara individual telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah
bencana alam tersebut disertai berbagai bantuan dari komunitas internasional,
namun desakan untuk membentuk suatu organisasi kerjasama regional guna
menghadapi permasalahan bencana alam secara kolektif tidak dapat ditangguhkan
lagi.
g. ECOWAS (Economic Community of West African States)
Didirikan pada 28 Mei 1975 berdasarkan perjanjian Lagos. Misinya
adalah untuk mendukung integrasi ekonomi diantara negara-negara Afrika Barat
yang mengarah pada pembentukan union atau kesatuan perekonomian dan
moneter dalam suatu blok perdagangan tersendiri. Guna mendukung stabilitas
regional negara-negara di Afrika Barat ini melakukan kerjasama keamanan
regional. Sebagai wadah penyelesaian sengketa secara damai terhadap interpretasi
Perjanjian dala ECOWAS, dibentuklah ECOWAS Community Court of Justice.
Sedangkan, guna mendukung integrasi ekonomi yang lebih luas, terutama
menyangkut masalah mata uang bersama dibentuklah West African Economic
Monetary Union (UEMOA).
h. Economic Community of Central African States (ECCAS)
Merupakan sebuah komunitas ekonomi bagian dari African Union (AU)
yang mendorong kerjasama ekonomi regional di Afrika Tengah. Tujuannya adalah
untuk mencapai otonomi kolektif yang meningkatkan standar hidup rakyatnya dan
menjaga stabilitas ekonomi melalui kerjasama yang harmonis. Pada 1966
dibentuklah The Customs and Economic Union of Central Africa, kemudian
UDEAC menandatangani sebuah perjanjian untuk membentuk Economic and
Monetary Community of Central Africa (CEMAC).
Sasaran CEMAC adalah mendukung perdagangan membentuk institusi
pasar bersama, dan solidaritas yang lebih besar diantara orang-orang yang berada
dinegara dan di wilayah ini.
i. CEN-SAD (Community of Sahel-Saharan State)
23

Merupakan sebuah komunitas yang bertujuan untuk membentuk zona
perdagangan bebas dianara negara-negara Sahel Sahara. CEN-SAD bertujuan
untuk mencapai eksatuan ekonomi melalui implementasi pergerakan secara bebas
orang dan barang.
j. Economic Community of The Great Lakes Countries (CEPGL)
Merupakan organisasi sub-kawasan yang dibentuk berdasarkan
Kesepakatan Gisenyi yang bertujuan untuk menjamin keamanan diantara negaranegara anggota, mengembangkan dan menciptakan aktivitas yang berorientasi
kepentingan public, mendukung perdagangan dan peregerakan orang dan
kepemilikan, membentuk kerjasama yang erat dalam bidang politik, ekonomi, dan
sosial, serta mendukung kerjasama dan integrasi ekonomi regional.

KELEBIHAN & KELEMAHAN BUKU


Kelebihan Buku
Buku Regionalisme ini setidaknya memiliki beberapa kelebihan,

diantaranya isinya cukup lengkap dan dapat menjelaskan regionalisme secara
menyeluruh dan terperinci dimana disertai beberapa contoh dan memiliki bahasa
yang ringan sehingga mudah dibaca dan dimengerti oleh orang awam.
Kemudian buku ini juga secara menyeluruh menjelaskan mengenai hal-hal
apa saja yang diperlukan oleh para penstudi Hubungan Internasional khususnya
untuk diketahui dan dipelajari.


Kekurangan Buku
Tidak dapat dipungkiri, semua buku tidak diluput memiliki kekurangan,

sama halnya dengan buku ini, hal ini dapat dilihat dimana bahwa didalam
penulisan ditemukan beberapa kesalahan tulisan, tidak hanya satu atau dua,
namun, hampir di tiap pembahasan atau ditiap bab, ditemukan beberapa kesalahan
penulisan dan beberapa pemborosan ejaan.

24

KONTRIBUSI BUKU TERHADAP STUDI HI
Setiap buku, pada dasarnya memiliki kontribusi terhadap segala aspek
kehidupan, baik dibidang akademis maupun non akademis, hal ini dapat dilihat
dari kontribusi buku Regionalisme, dimana buku ini memiliki banyak kontribusi
terhadap perkembangan studi akademis, dalam hal ini dapat dikatakan studi Ilmu
Hubungan Internasional. Karena dapat dilihat dari judulnya sendiri yaitu
“Regionalisme dalam Studi Hubungan Internasional” hal ini sudah menjelaskan
bahwa Regionalisme ini sendiri berkaitan erat dengan Ilmu Hubungan
Internasional, terlebih Regionalisme sendiri merupakan salah satu hal yang
dipelajari dan merupakan cakupan dalam studi ini.
Regionalisme itu sendiri dalam buku ini dijelaskan sangat mendetail, hal
ini dapat berkontribusi untuk memperluas pengetahuan baik dari kalangan
penstudi, maupun kalangan umum. Dari buku ini juga kita dapat mempelajari halhal yang melatarbelakangi adanya Regionalisme itu sendiri. Baik dari segi sejarah
maupun dari segi para ahli, secara lengkap dihadirkan dalam buku ini, sehingga
para pembaca dapat menebak sendiri, darimana asal-usul regionalisme itu sendiri.
Regionalisme didalam buku ini dijelaskan sudah ada sejak abad ke 20, namun
semakin berkembang dan menjadi sebuah isu yang sangat trend pada pasca Perang
Dingin, dimana ketika itu terjadi pergeseran isu-isu high politics kearah low
politics, serta pada masa Perang Dingin itu sendiri dimana negara-negara didunia
menyari aliansi, atau mencari kawan dalam bidang keamanan dan militer yang
25

didasari oleh kesamaan ideologi yang mereka anut sehingga tercipta Blok Barat
dan Blok Timur.
Walaupun pada akhirnya Blok Barat lah yang menang, justru hal ini
membuat negara-negara semakin menjadikan kerjasama kawasan sebagai sesuatu
yang penting dan tidak luput dari perhatian negara-negara lain. Sehingga diera
sekarang ini kerjasama kawasan merupakan hal lumrah dan sudah menjadi suatu
“keharusan” bagi suatu negara untuk melakukan kerjasama agar tidak menemukan
kesulitan dan dapat menciptakan keamanan, kedamaian, serta meminimalisir
ancaman, dimana ancaman terbesar suatu negara biasanya berasal dari negara
terdekat mereka, atau bisa dikatakan dari negara tetangganya, sehingga untuk
meminimalisir ancaman tersebut, diperlukan kerjasama kawasan.
Regionalisme sendiri didalam buku ini menurut Mansbaach, dapat
diartikan region atau kawasan adalah “Pengelompokan regional diidentifikasikan
dari basis kedekatan geografis, budaya, perdagangan, dan saling ketergantungan
ekonomi yang saling menguntungkan, komunikasi serta keikutsertaan dalam
organisasi internasional”. Kajian ciri khusus suatu kawasan adalah ciri geografis,
sosiologis, etnolinguistik, sistem sosial-politik dan ekonomi suatu kawasan
tertentu, sehingga kita dapat membedakan unit-unit anggota kawasan tersebut
dengan unit diluar kawasan, sehingga dapat dilihat bahwa, geografis suatu
wilayahlah yang menentukan kerjasama kawasan tersebut, semakin dekat
geografis suatu negara, semakin tinggi peluang diadakanya kerjasama kawasan
tersebut.
Buku ini juga tak luput membahas mengenai berbagai perspektif dalam
memandang fenomena regionalisme ini, seperti pandangan teoretis mengenai
regionalisme digulirkan oleh neorealisme dan interdependensi struktural
globalisasi.

Level

neofungsionalisme,

negara,
neoliberal

pandangan

teoretisnya

intitusionalisme,

dan

digulirkan

oleh

kontruktivisme

yang

memusatkan perhatian pada pengaruh interdependensi regional.
Menurut buku regionalisme ini, dijelaskan bahwa kerja sama regional
memiliki beragam bentuk, dimana ada yang disebut dengan kerjasama fungsional
yang mengacu pada area isu tebatas yang disepakati oleh negara-negara tersebut
26

untuk bekerjasama dalam isu tersebut, jadi kerjasama fungsional ini hanya
membahas isu-isu yang sudah disepakati oleh bersama. Kemudian ada juga yang
disebut dengan kerjasama ekonomi. Mungkin hal inilah yang sekarang sedang
menjadi suatu isu hangat untuk dibicarakan karena pada umumnya kerjasama
kawasan sekarang lebih kepada kerjasama ekonomi dimana hal ini dimaksudkan
untuk mempermudah berbagai perdangangan dengan menghapuskan berbagai
kebijakan ekonomi yang memberatkan negara-negara anggota tersebut untuk
melakukan transaksi. Kemudian ada juga yang disebut dengan kerjasama politik,
seperti namanya, kerjasama ini berfokus kepada politik dinegara-negara
anggotanya, seperti komitmen atau dukungan dari negara-negara anggota untuk
saling menghargai praktek politik atau nilai-nilai dalam suatu negara. Kemudian
hal yang terakhir sering disebut juga dengan kerjasama dalam masalah luar negeri
dan kebijakan keamanan hal ini juga dapat disebut sebagai kerjasama ke arah
yang high politics karena menyangkut masalah keamanan suatu negara, biasanya
ada didalam suatu aliansi keamanan.
Buku Regionalisme dalam Hubungan Internasional juga menyinggung
mengenai integrasi. Dimana didalam buku dijelaskan bahwa integrasi merupakan
suatu proses dimana dominasi sistem politik yang lebih besar menjadi meningkat
atau bertambah dengan adanya penambahan unit-unit baru. Serta menjelaskan
juga mengenai integrasi global dan integrasi internasional.
Buku ini juga menjelaskan kepada para pembaca khususnya kepada para
penstudi Hubungan Internasional, mengenai beberapa contoh kerjasama kawasan
yang ada diseluruh kawasan seperti kerjasama yang ada dikawasan Eropa, seperti
yang kita dengan Uni Eropa yang sangat maju dan dapat dikatakan berhasil dalam
mengintegrasikan negara-negara anggotanya, kemudian berbagai kerjasama
kawasan di daerah Asia, Afrika, Amerika, negara-negara di Timur-Tengah, bahkan
negara-negara bekas Uni Soviet.
Dalam buku Regionalisme ada suatu pembahasan dimana menjelaskan
menurut Cantory dan Spiegel, negara-negara core di kawasan Timur Tengah
adalah United Arab Republic, Yaman, Saudi Arabia, Kuwait, Libanon, Sudan,
Jordan, Syria, South Yemen (Persian Gulf States). Negara pheriphery nya adalah
27

Israel, Turkey, Iran, dan Afghanistan. Sementara Intrusive system-nya adalah
Amerika Serikat, USSR Perancis, Inggris, Jerman Barat, dan China. Timur Tengah
merupakan istilah yang dipakai pasca Perang Dunia II yang merujuk pada
kawasan dengan batas sebelah utara adalah Laut Kaspia dan Laut Hitam, sebelah
timur Afghanistan dan Pakistan, sebelah selatan adalah Laut Arab