LAPORAN MANAJEMEN SUMBER DAYA PESISIR DA

LAPORAN PRAKTEK LAPANG
MANAJEMEN SUMBER DAYA PESISIR DAN LAUT
(LOKASI PRAKTEK RUMAH MAKAN DAN WARUNG TELUK KENDARI)

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan
pada Mata Kuliah Manajemen Sumber Daya Pesisir dan Laut
OLEH
KELOMPOK V :

JUMARDIN
MUH. ILHAM
MUSLIMAT
EKA FAUZIAH
WA ODE INTIYANI M.
BAHRUN
SATRIANA
SURISTIANA ERLINDA
EKO ARIS M.
ESNA NIRWANA
HALIM


I1A1 10 043 (KETUA)
I1A1 10 049 sekretaris
I1A1 10 083 anggota
I1A1 10 087 bendahara
I1A1 10 165 konsumsi
I1A1 10 139
I1A1 10 121
I1A1 10 078
I1A1 10 091
I1A4 10 023
I1A1 11 007

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2013
I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi
Sulawesi Tenggara, secara geografis terletak dibagian selatan garis kwatulistiwa
berada diantara 3o54’30’ - 4o3’11’ Lintang Selatan dan terbentang dari barat ke
timur diantara 120o23’6’ Bujur Timur. Secara administratif batas-batas wilayah
Kota Kendari adalah Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Soropia,
Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Moramo, Sebelah barat berbatasan
dengan Kecamatan Ranomeeto dan Kecamatan Sampara dan Sebelah timur
berbatasan dengan Laut Kendari.
Kota Kendari terbentuk dengan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 6 Tahun 1995 yang disyahkan pada tanggal 3 Agustus 1995 dengan status
Kotamadya Daerah TK II Kendari. Wilayah Kota Kendari yang terletak di Jazirah
Tenggara Pulau Sulawesi.
Wilayah daratnya sebagian besar terdapat didaratan Pulau Sulawesi
mengelilingi Teluk Kendari dan terdapat satu pulau yaitu Pulau Bungkutoko. Luas
wilayah daratan Kota Kendari 267,98 km2 atau 0,70 % dari luas daratan Propinsi
Sulawesi Tenggara. Kota Kendari memiliki berbagai sumber masukan ekonomi
khususnya pada pendapatan Rumah Makan dan Warung Teluk.

I.2. Tujuan dan Kegunaan


Tujuan praktek lapang Manajemen Sumber Daya Pesisir dan Laut adalah
untuk melihat scoping isu / masalah suatu wilayah yang ada di sekitar Teluk
Kendari khususnya pada Rumah Makan dan Warung Teluk serta bagaimana
perumusan suatu isu dalam manajemennya baik isu social, isu ekologi maupun isu
kelembagaan yang terdapat pada lokasi tersebut.
Kegunaan pada praktek lapang Manajemen Sumber Daya Pesisir dan Laut
adalah mahasiswa dapat secara langsung melihat scoping isu dan bagaimana cara
pengelolaannya agar masalah suatu wilayah dapat diatasi.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Wiayah Pesisir dan Laut
Wilayah pesisir adalah wilayah daratan yang berbatasan dengan laut,
dimana batas di daratan meliputi daerah-daerah yang tergenang air maupun yang
tidak tergenang air yang masih dipengaruhi oleh proses-proses laut, seperti
pasang surut, dan intrusi air laut sedangkan batas di laut adalah daerah-daerah
yang dipengaruhi oleh proses-proses alami di daratan, seperti sedimentasi dan
mengalirnya air tawar ke laut, serta yang dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan
manusia di daratan.
Wilayah pesisir dan laut merupakan tatanan ekosistem yang memiliki

hubungan sangat erat dengan daerah lahan atas (upland) baik melalui aliran air
sungai, air permukaan (run off) maupun air tanah (ground water), dan dengan
aktivitas manusia. Keterkaitan tersebut menyebabkan terbentuknya kompleksitas
dan kerentanan di wilayah pesisir. Secara konseptual, hubungan tersebut dapat
digambarkan dalam keterkaitan antara lingkungan darat (bumi), lingkungan laut,
dan aktivitas manusia, seperti disajikan pada Gambar 1

Gambar 1 keterkaitan antara lingkungan darat, laut dan aktivitas manusia
Pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut yang tidak memenuhi kaidah-

kaidah pembangunan yang berkelanjutan secara signifikan mempengaruhi
ekosistemnya. Kegiatan pembangunan yang ada di kawasan ini akan dapat
mempengaruhi produktivitas sumberdaya akibat proses produksi dan residu,
dimana pemanfaatan yang berbeda dari sumberdaya pesisir kerap menimbulkan
konflik yang dapat berdampak timbal balik. Oleh karena itu pemanfaatan
sumberdaya pesisir untuk tujuan pembangunan nasional akan dapat berhasil jika
dikelola secara terpadu (Integrated Coastal Zone Management, ICZM).
Pengalaman

membuktikan


bahwa

pengelolaan atau pemanfaatan kawasan

pesisir secara sektoral tidaklah efektif (Dahuri et. al 1996; Brown 1997; CicinSain and Knecht 1998; Kay and Alder 1999).
Definisi wilayah seperti diatas memberikan suatu pengertian bahwa
ekosistem perairan pesisir merupakan ekosistem yang dinamis dan mempunyai
kekayaan habitat beragam, di darat maupun di laut serta saling berinteraksi.
Selain mempunyai potensi besar, wilayah pesisir juga merupakan ekosistem yang
mudah terkena dampak kegiatan manusia. Umumnya kegiatan pembangunan
secara langsung maupun tidak langsung berdampak merugikan terhadap
ekosistem perairan pesisir (Dahuri et al., 1996).
Kawasan pesisir Teluk Kendari merupakan Sumberdaya Alam Laut yang
menunjang berbagai kepentingan dan aktivitas ekonomi masyarakat di Kota
Kendari dan Provinsi Sulawesi Tenggara pada umumnya. Potensi Sumberdaya
alam dan ekonomi Teluk Kendari dapat dikembangkan menjadi suatu kegiatan
yang dapat memacu pembangunan kota Kendari menjadi salah satu kota
terdepan di Sulawesi.


Teluk Kendari dengan beragam pemanfaatan telah menimbulkan berbagai
dampak negatif terhadap kelestarian lingkungannya. Salah satu upaya dalam
pengelolaan Teluk Kendari agar pembangunan dapat berkelanjutan yaitu
terciptanya suatu Implementasi program dan kegiatan pengelolaan, agar
keberadaan teluk tersebut dalam jangka panjang tetap dalam fungsinya. Maka
perlu

dilakukan

kegiatan

praktikum

mengenai

Kegiatan-kegiatan

yang

berlangsung yang dapat memberikan dampak di wilayah tersebut untuk

Pengelolaan, manajemen Teluk Kendari di Kota Kendari
B. Definisi Rumah Makan
Rumah Makan adalah istilah umum untuk menyebut usaha gastronomi
yang menyajikan hidangan kepada masyarakat dan menyediakan tempat untuk
menikmati hidangan tersebut serta menetapkan tarif tertentu untuk makanan dan
pelayanannya. Meski pada umumnya rumah makan menyajikan makanan di
tempat, tetapi ada juga beberapa yang menyediakan layanan take-out dining dan
delivery service sebagai salah satu bentuk pelayanan kepada konsumennya.
Rumah makan biasanya memiliki spesialisasi dalam jenis makanan yang
dihidangkannya. Sebagai contoh yaitu rumah makan chinese food, rumah makan
Padang, rumah makan cepat saji (fast food restaurant) dan sebagainya.
Di Indonesia, rumah makan juga biasa disebut dengan istilah restoran.
Restoran merupakan kata resapan yang berasal dari bahasa Perancis yang
diadaptasi oleh bahasa inggris; "restaurant" yang berasal dari kata "restaurer" yang
berarti "memulihkan".

Keberadaan Rumah Makan mulai dikenal sejak abad ke-9 di daerah Timur
Tengah sebelum muncul di Cina. Dalam dunia Islam di abad pertengahan, terdapat
" rumah makan dimana seorang dapat membeli seluruh jenis makanan yang
disediakan". Rumah makan seperti ini disebutkan oleh Al-Muqaddasih seorang

ahli geografi kelahiran tahun 945 masehi yang tinggal di timur tengah pada akhir
abad ke 10.
Menurut Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi
No.KN.73/PVVI05/MPPT-85 tentang Peraturan usaha Rumah Makan, dalam
pcraturan ini yang dimaksud dengan yangsaha Jasa Pangan adalah : “Suatu usaha
yang menyediakan jasa pelayanan makanan dan minuman yang dikelola secara
komersial”.
Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI No. 304/Menkes/Per/89 tentang
persyaratan rumah makan maka yang dimaksud rumah makan adalah satu jenis
usaha jasa pangan yang bertempat di sebagian atau seluruh bangunan yang
permanen dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan,
penyimpanan dan penjualan makanan dan minuman bagi umum di tempat
usahanya. Sedangkan Wojowasito dan Poerwodarminto (Marsyangm, 1999:71)
mengklasifikasikan restoran atau rumah makan menjadi beberapa tipe, antara lain:
1.

A’la Carte Restaurant : adalah restoran yang mendapatkan izin penuh
untuk menjual makanan lengkap dengan banyak variasi dimana tamu bebas
memilih sendiri makanan yang mereka inginkan. Tiap-tiap makanan di dalam
restoran ini memiliki harga sendiri-sendiri.


2.

Table D ‘hote Restaurant : adalah suatu restoran yang khusus menjual
menu table d’hote, yaitu suatu susunan menu yang lengkap (dari hidangan
pernbuka sampai penutup) dan tertcntu, dengan harga yang telah ditentukan
pula.

3.

Coffe Shop atau Brasserei : adalah suatu restoran yang pada umumnya
berhubungan dengan hotel, suatu tempat dimana tamu biasanya berhubungan
dengan hotel, suatu tempat dimana tamu bias mendapatkan makan pagi. makan
siang dan makan malam secara cepat dengan harga yang cukupan. Pada
umumnya system pelayanannya adalah dengan American service dimana yang
diutamakan adalah kecepatannya. Ready on plate service, artinya makanan
sudah dtatur dan disiapkan diatas piring. Kadang-kadang penyajiannya
dilakukan dengan cara buffet atau prasmanan.

4.


Cafelaria atau Cafe : adalah suatu restoran kecil yang mengutamakan
penjualan cake (kue-kue), sandwich (roti isi), kopi dan teh. Pilihan
makanannya terbatas dan tidak menjual minuman beralkohol.

5.

Canteen : adalah restoran yang berhubungan dengan kantor, pabrik, dan
sekolah, tempat dimana para pekerja atau pelajar biasa mendapatkan makan
siang atau coffe break, yaitu acara minum kopi disertai makanan kecil atau
selingan jam kerja, jam belajar ataupun dalam acara rapat-rapat dan seminar.

6.

Continental Restaurant : suatu restoran yang menitik beratkan hidangan
continental pilihan dengan pelayanan elaborate atau megah. Suasananya santai,
susunannya agak rumit, disediakan bagi tamu yang ingin makan secara santai.

7.


Carvery : adalah suatu restoran yang berhubungn dengan hotel dimana
para tamu dapat mengisi sendiri hidangan panggang sebanyak yang mereka
inginkan dengan harga hidangan yang sudah ditetapkan.

8.

Dining Room : terdapat dihotel kecil, motel atau inn. merupakan tempat
yang tidak lebih ekonomis dari pada tempat makan biasa. Dining room pada
dasarnya disediakan untuk para tamu yang tinggal di hotel itu, namun yang
terbuka bag! para tamu dari luar.

9.

Discotheque : ialah suatu restoran yang pada prinsipnya berarti juga
tempat dansa sambil menikmati alunan musik. Kadang-kadang juga
menampilkan live band. Bar adalah salah satu fasilitas utama untuk sebuah
discotheque. Hidangan yang tersedia umumnya berupa snack.

10.

Fish and Chip Shop : ialah suatu restoran yang banyak terdapat di
Inggris, dimana kita dapat membeli macam-macam kripik (chips) dan ikan
goreng, biasanya berupa ikan Cod, dibungkus dalam kertas dan dibawa pergi .
jadi rnakanannya tidak dinikmati di tempat itu.

11.

Grill Room (Rotisserie) : adalah suatu restoran yang menyedikan
bermacam-macam daging panggang. Pada umumnya antara restoran dengan
dapur dibatasi dcngan sekat dinding kaca sehingga para tamu dapat memilih
sendiri potongan daging yang dikehendaki dan melihat sendiri bagaimana
memasaknya. Grill room kadang-kadang disebut juga sebagai steak house.

12.

Inn Tavern : Inn tavern ialah suatu restoran dengan harga cukupan yang
dikelola oleh perorangan di tepi kota. Suasananya dibuat dekat dan ramah,
dengan tamu-tamu. Sedangkan hidangannya lezat-lezat.

13.

Night Club/Super Club : adalah suatu restoran yang pada umumnya mulai
dibuka menjelang larut malam, menyediakan makan malam bagi tamu-tamu
yang ingin santai. Dekorasinya mewah, pelayanannya megah. Band
merupakan kelengkapan yang diperlukan. Para tamu dituntut berpakaian
resmi dan rapi sehingga manaikkan gengsi.

14.

Pizzeria: adalah suatu restoran yang kusus menjual pizza. Kadang-kadang
juga ada spaghetty atau makanan khas Italia lainnya.

15.

Pan Cake Hoii.se/Creperie: adalah restoran yang khusus menjual pun
cake dan crepe yang diisi dengan berbagai macam manisan didalamnya.

16.

Pub : pada mulanya merupakan tempat hiburan umum yang mendpat izin
menjual minuman bir serta minuman beralkohol lainnya. Para tamu
mendapatkan minumannya dari counter (meja panjang yang membatasi dua
ruangan). Pengunjung dapat menikmat; sambil duduk atau berdiri. Hidangan
yang tersedia berupa snack seperti pies dan sandwich. Sekarang kita bisa
mendapatkan banyak hidangan pengganti di pub.

17.

Snack Bar/Cqfe/Milk Bar: adalah semacam restoran cukupan yartg
sifatnya

tidak

resmi

dengan

pelayanan

cepat

dimana

para

tamu

mengumpulkan makanan mereka diatas baki yang diambil dari atas kounter
dan kemudian membawanya kemeja makan. Para tamu bebas memilih
makanan yang disukainya. Makanan yang disediakan biasanya adalah
hamburger, sausages dan sawhvich.
18.

Specialitiy Restaurant: adalah restoran yang suasana dan dekorasi
seluruhnya disesuaikan dengan tipe khas makanan yang disajikan atau

temanya. Restoran semacam ini menyediakan masakan Cina, Jepang, Italia
dan sebagainya. Pelayanannya sedikit banyak berdasarkan tatacara negara
tempat asal makanan spesial itu.
19.

Terrace Restaurant: adalah suatu restoran yang terletak di luar bangunan,
namun pada umumnya masih berhubungan dengan hotel maupun restoran
induk. Di negara-negara barat pada umumnya restoran tersebut hanya buka
pada waktu musim panas saja.

20.

Gourmet Restoran: ialah suatu restoran yang menyelenggarakan
pelayanan makan dan minum untuk orang-orang yang berpengalaman luas
dalam bidang rasa makanan dan minuman. Keistimewaan restoran ini ialah
makanan dan minumannya yang lezat-lezat, pelayanannya megah dan
harganya cukup mahal.

21.

Family

Type

Restaurant:

ialah

suatu

restoran

sederhana

yang

menghidangkan makanan dan minuman dengan harga tidak mahal, terutama
disediakan untuk tamu-tamu keluarga maupun rombongan.
22.

Main Dining Room: ialah suatu restoran atau ruang makan utama yang
pada umumnya terdapat di hotel-hotel besar. dimana penyaji makanannya
secara resmi, pelan tapi masih terikat oleh suatu peraruran yang ketat.
Servisnya biasa menggunakan pelayanan ala Perancis atau Rusia. Tamu-tamu
yang hadirpun pada umumnya berpakaian resmi atau formal.

III. ISU POKOK
Isu pokok dari hasil praktek lapangan yang diperoleh pada wawncara
disetiap rumah/warung makan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Isu Pokok Hasil Wawancara.
No Rumah/Warung Makan
Aspek Sosial
.
1 Rumah Makan
- Tidak ada konflik
Lumayan
antara masyarakat
- Terjadi konflik antara
pemerintah
(pemanfaatan ruang)
- Dana pinjaman dari
pihak Bank
- Tidak memiliki IPAL
2

Warung Makan
Pangkep

- Di berikan izin pada
pemerintah untuk
sementara (tidak
menetap)
- Pola hidup subtitusi
menetap belum
berkembang/hanya
untuk kebutuhan
sehari-hari
- Dana yang digunakan
milik pribadi
- Tidak memiliki IPAL
- Diberi izin sementara
oleh pemerintah
- Memakai modal
sendiri
- Memiliki tempat
sampah tersendiri
- Tidak memiliki IPAL

3

Warung Makan Ceria

4

Rumah Makan Lae-Lae - Daya saing antar
sesama warung makan
- Tidak memiliki IPAL

Aspek Ekologi
- Sanitasi lingkungan
kurang Bersih
- Mangrove sebagian
hilang
- Terjadi reklamasi
lahan
- Sedimentasi tinggi
- Pembuangan sampah
- Lahan tidak produktif
- Sanitasi lingkungan
kurang bersih
- Sampah organik
langsung di buang ke
perairan
- Sampah anorganik
dibuang di tempat
pembuangan sampah
- Adanya asap
menyebabkan polusi
udara
- Sanitasi lingkungan
kurang bersih
- Sampah organik
langsung di buang ke
perairan
- Sampah anorganik
dibuang di tempat
pembuangan sampah
- Adanya asap
menyebabkan polusi
udara
- Sanitasi lingkungan
kurang bersih
- Sampah berserakan

5

Rumah Makan Aroma
Labakang

- Persaingan antara
rumah makan
- Tidak mempunyai
IPAL

- Adanya penimbunan
- Sedimentasi
- Mangrove
hilang/penebangan
- Sampah terbuang
keselokan

IV. PERUMUSAN ISU / MASALAH
IV.1.

Aspek Sosial
Satu hal yang memprihatinkan adalah bahwa kecenderungan kerusakan

lingkungan pesisir khususnya Teluk Kendari lebih disebabkan paradigma dan
praktek pembangunan yang selama ini diterapkan belum sesuai dengan prinsipprinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Cenderung
bersifat ekstratif serta dominasi kepentingan ekonomi pusat lebih diutamakan dan
ekonomi masyarakat setempat (pesisir sekitar teluk) tanpa memperhatikan
lingkungan.

Seharusnya

lebih

bersifat

partisipatif,

transparan,

dapat

dipertanggung-jawabkan (Accountable), Efektif dan efisien, pemerataan serta
mendukung supremasi hukum.
Untuk mencapai tujuan-tujuan pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir
teluk Kendari secara terpadu dan berkelanjutan, maka perlu dirumuskan suatu
pengelolaan (strategic plan), mengintegrasikan setiap kepentingan dalam
keseimbangan (proporsionality) antar dimensi ekologis, dimensi sosial, antar
sektoral, disiplin ilmu dan segenap pelaku pembangunan (stakeholders).
Rumah Makan Lumayan
Permasalahan/isu pokok yang ada di Rumah Makan Lumayan adalah
terjadinya konflik antara pemerintah (pemanfaatan ruang), dana pinjaman dari
pihak Bank, tidak memiliki IPAL.
Perumusan isu/cara pengelolaan isu pokok pada Rumah Makan Lumayan
adalah dengan melakukan pengurusan surat izin mengenai hak milik lahan,

Pemberian izin bagi pemilik rumah makan untuk menggunakan lokasi tempat
perdagangannya, menyediakan instalansi pengelolaan limbah yang sederhana agar
tidak menggunakan dana yang begitu banyak serta pemberian sertivikat rumah
makan bahwa itu adalah sebenar-benarnya milik pribadinya dan tidak ada
gangguan dari pihak lain.
IV.2.

Aspek Ekologi
Dalam membantu memberikan solusi dalam menyusun strategi pengelolaan

kawasan pesisir Segitiga Teluk secara terpadu dan berkelanjutan, Berdasarkan
analisis terhadap sejumlah isu dan permasalahan serta karakteristik wilayah
pesisir. Pada saatnya diharapkan dapat tercapai tujuan-tujuan pembangunan
ekonomi, Perbaikan kualitas lingkungan serta menghindari adanya konflik jangka
panjang di wilayah tersebut. Untuk itu perlu dilakukan reformasi paradigma dan
pola pembangunan Kawasan Teluk yang meliputi perbaikan seperangkat
kebijakan yang bersifat teknis dan bersifat pengaturan (governance).
Pengelolaan sumberdaya pesisir secara terpadu adalah suatu proses iteratif
dan evolusioner untuk mewujudkan pembangunan kawasan pesisir secara optimal
dan berkelanjutan. Bukan hanya untuk mengejar pertumbuhan ekonomi
(economic growth) jangka pendek, melainkan juga menjamin pertumbuhan
ekonomi yang dapat dinikmati secara adil dan proporsional oleh segenap pihak
yang terlibat (stakeholders), dan memelihara daya dukung serta kualitas
lingkungan pesisir, sehingga pembangunan dapat berlangsung secara lestari.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka diperlukan keterpaduan

(integration) dan koordinasi. Setiap kebijakan dan strategi dalam pemanfaatan
sumberdaya pesisir harus berdasarkan kepada :
1) Pemahaman yang baik tentang proses-proses alamiah (eko-hidrologis) yang
berlangsung di kawasan pesisir yang sedang dikelola
2) Kondisi ekonomi, sosial, budaya dan politik masyarakat; dan
3) Kebutuhan saat ini dan yang akan datang terhadap barang dan (produk) dan
jasa lingkungan pesisir.
Di dalam proses pengelolaan dilakukan identifikasi dan analisis mengenai
berbagai isu pengelolaan atau pemanfaatan yang ada maupun yang diperkirakan
akan muncul dan kemudian menyusun serta melaksanakan kebijakan dan
program aksi untuk mengatasi isu yang berkembang.
Proses pengelolaan kawasan pesisir secara terpadu dan berkelanjutan ini
paling kurang memiliki empat tahapan utama : (1) penataan dan perencanaan, (2)
formulasi, (3) implementasi, dan (4) evaluasi (Cicin-Sain and Knecht 1998).
Pada tahap perencanaan dilakukan pengumpulan dan analisis data guna
mengidentifikasi kendala dan permasalahan, potensi dan peluang pembangunan
dan tantangan. Atas dasar ini, kemudian ditetapkan tujuan dan target pengelolaan
atau pemanfaatan dan kebijakan serta strategi dan pemilihan struktur
implementasi untuk mencapai tujuan tersebut.
Oleh karena tujuan adalah mewujudkan pembangunan kawasan pesisir
secara berkelanjutan maka keterpaduan dalam perencanaan dan pengelolaan
kawasan pesisir dan laut mencakup empat aspek, yaitu : (a) keterpaduan
wilayah/ekologis; (b) keterpaduan sektor; (c) keterpaduan disiplin ilmu; dan (d)

keterpaduan stakeholder. Dengan kata lain, penetapan komposisi dan laju/tingkat
kegiatan pembangunan pesisir yang optimal akan menghasilkan pertumbuhan
ekonomi yang dapat dirasakan oleh segenap stakeholders secara adil dan
berkelanjutan. Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu pada dasarnya
merupakan suatu proses yang bersifat siklikal. Dengan demikian terlihat bahwa
pendekatan keterpaduan pengelolaan/pemanfaatan kawasan pesisir menjadi
sangat penting, sehingga diharapkan dapat terwujud one plan dan one
management serta tercapai pembangunan yang berkelanjutan dan kesejahteraan
masyarakat secara keseluruhan.
Strategi pengelolaan pesisir yang difokuskan pemanfaatan ruang adalah
sebagai berikut.
1)

Identifikasi pengguna ruang dan kebutuhannya.

2)

Penyusunan rencana tata ruang pesisir untuk menangani isu konflik

3)

Penetapan sempadan pantai dan penanaman mangrove.

4)

Pengendalian reklamasi pantai.

5)

Pengetatan baku mutu limbah dan manajemen persampahan.

6)

Penataan permukiman kumuh.

7)

Perbaikan sistem drainase.

8)

Penegakan hukum secara konsisten.
REKOMENDASI
Berdasarkan identifikasi isu-isu Kawasan Pesisir Teluk Kendari dapat

di analisis sebagai berikut :
1.

Pendangkalan dan pencemaran segitiga teluk

Berdasarkan faktor penyebab dan akibat yang di timbulkan oleh adanya
pendangkalan dan pencemaran segitiga teluk maka dapat dianalisis sebagai
berikut :
a)

Penanggulangan sedimentasi yang merupakan faktor penyebab utama
pendangkalan segitiga Teluk Kendari dapat dilakukan dengan menyetop
sumber sedimentasi yang berasal dari aktivitas segitiga teluk yang
kesemuanya bermuara pada Teluk Kendari khususnya rumah makan. Upaya
yang bisa dilakukan yaitu meminimalisasi terjadinya luapan material
sedimentasi dengan melakukan reboisasi di daerah hulu, upaya ini
berpengaruh signifikan di dalam mengurangi laju sedimentasi. Program
reboisasi ini sebaiknya melibatkan masyarakat sekitar yang bermukim di
sekitar hulu teluk kendari secara keseluruhan sehingga mampu menciptakan
ikatan emosional warga dengan lingkungan sekitarnya, melibatkan
masyarakat penanaman pohon-pohon sekitar aliran sungai menghasilkan
pengaruh yang signifikan terhadap pengurangan material sedimentasi.

b) Desain Perencanaan Tata Ruang Teluk Kendari, di mana banyaknya
pembangunan sekitar teluk untuk lahan ekonomi mereka seperti pemukiman
yang tidak tertata café-café (triple nine dan twt), Rumah makan sepanjag
pesisir teluk yang semuanya memberikan dampak terhadap perairan teluk
sebagai landmark titik fokus menjadikan Teluk Kendari sebagai kawasan
ekowisata. Kalau bisa jangan hanya di lihat dari satu aspek saja yaitu
aspek ekonomi yang merupakan sumber pendapatan kuliner. Sebab jika
merujuk dari salah satu penyebab pendangkalan Teluk Kendari yaitu

dengan adanya berbagai aktivitas yang terdapat di dalam Teluk Kendari
yang merupakan salah satu penyebab pendangkalan Teluk Kendari, ada
baiknya di lakukan riset dan analisis yang mendalam sejauh mana efek yang
akan di timbulkan dari rencana pembangunan. Apakah dari

segi

Lingkungan tidak akan menjadi penyumbang sedimentasi pula yang
menjadikan semakin dangkalnya Teluk Kendari. Serta setiap aktivitas
seperti rumah makan, café dan pemukiman memiliki ipal khusus sebelum
limbahnya masuk ke perairan diolah dinetralkan terlebih dahulu setelah itu
di alirkan ke laut sehingga mengurangi dampak pencemaran dari daratan.

c)

Dengan adanya penataan ruang Teluk Kendari, menjadikan wajah Teluk
Kendari semakin indah dan teratur. Dukungan dari masyarakat disekitar
Teluk Kendari tentunya sangat di perlukan. Keindahan Teluk Kendari tidak
terlepas dari kebersihan dan keteraturan Teluk Kendari. Hal ini perlu
melibatkan masyarakat baik yang berdomisili di sekitar Teluk Kendari
maupun masyarakat yang hanya sekedar berkunjung ke Teluk Kendari
untuk mempunyai kesadaran dalam menjaga kebersihan Teluk dengan tidak
lagi membuang sampah di sekitar Teluk dan di dalam Teluk Kendari.

d) Erosi yang terjadi di dalam Teluk Kendari akibat dari rusaknya mangrove
akibat

perambahan

hutan

secara

liar

melakukan

reklamasi

untuk

pembangunan. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya pengendalian laju erosi
dan rehabilitasi mangrove Pemerintah Kota dalam hal ini harus mengeluarkan
kebijakan dan siap mengalokasi anggaran untuk upaya-upaya tersebut. Dalam
tataran teknis sebaiknya upaya rehabilitasi dan

pengendalian erosi

dilakukan dengan lebih detail, serta melibatkan masyarakat setempat
sebagai upaya pencegahan konflik.

2.

Pencemaran
Sebagian besar sumber pencemaran di dalam Teluk Kendari berasal dari

pembuangan limbah rumah tangga yang berada di sekitar Kawasan Pesisir Teluk
Kendari, sebaiknya pemerintah Kota dalam hal ini Dinas Kebersihan Kota
Kendari secara teknis membuat tanda larangan membuang sampah dan limbah ke
dalam Teluk Kendari, papan larangan tersebut di letakkan di sekitar Kawasan
Pesisir Teluk Kendari yang isinya dilengkapi dengan putusan perda A3 No. 4
tahun 1997, tentang Pelarangan membuang sampah di dalam Teluk Kendari
yang telah disahkan, sehingga perda tersebut tersosialisasi kepada masyarakat, dan
tidak alasan lagi masyarakat tidak mengetahui peraturan tersebut. Adapun Pabrikpabrik atau Bangunan-bangunan publik yang berada di sekitar Kawasan Pesisir
segitiga Teluk Kendari disyaratkan untuk memiliki AMDAL dan bagi perusahaan
industri harus pula dilengkapi dengan IPAL .
Berdasarkan

dua

isu

tersebut

dapat

dianalisis

bahwa

terjadinya

pendangkalan ataupun pencemaran di dalam Kawasan Pesisir segitiga Teluk
Kendari tidak terlepas dari belum adanya aturan yang mengikat secara hukum
semacam Peraturan Daerah (Perda) mengenai pengelolaan Teluk Kendari. Hal
tersebut tentunya akan membuka peluang eksploitasi sumberdaya Teluk Kendari
dengan bebas.
Upaya yang dapat dilakukan untuk menciptakan Peraturan Daerah (perda)
yaitu dengan mendorong Pemerintah dan Lembaga Legislatif untuk segera

mensahkan Peraturan Daerah mengenai Pengelolaan Teluk Kendari. Harus diakui
pengimplementasian dalam penegakan hukum seringkali tumpang tindih dan
cenderung menciptakan konflik antar stakeholders. Oleh karenanya perlu di buat
perangkat hukum yang tertulis yang merupakan kesepakatan bersama antar
stakeholders.
Saat ini hambatan yang paling besar adalah ketidak jelasan aturan
dalam hal pengelolaan lahan di sekitar Kawasan Teluk Kendari terkait
dengan

peruntukan

akan pengunaan lahan tersebut dan juga ketidaktegasan

pemerintah memicu adanya pemanfaatan lahan yang tidak terkendali misalnya
untuk mencegah semakin banyak terjadi kasus ilegalitas pemanfaatan lahan
sebaiknya pemerintah dalam hal ini Badan Pertanahan Kota Kendari bekerjasama
dengan Kepolisian Kota Kendari melakukan penertiban dan penindakan tegas
terhadap masyarakat atau pengusaha yang memanfaatkan lahan di sepanjang
Kawasan Pesisir tanpa sertifikat kepemilikan lahan dan juga tanpa IMB. Oleh
karena itu Ketika regulasi atau aturan yang disepakati oleh berbagai sektoral
disahkan dalam bentuk Perda, dan telah disosialisasikan ke masyarakat, dengan
sendirinya akan tercipta pemanfaatan lahan Teluk Kendari yang baik sesuai
peruntukannya.