004 BAB II PARADIGMA MANAJEMEN STRATEGIS
BAB II
PARADIGMA PENDEKATAN MANAJEMEN STRATEGIK DALAM
PENGAWASAN PENDIDIKAN MADRASAH
A. PengertIan Pengawasan Pendidikan
Terdapat sejumlah kata yang berkaitan dengan arti pengawasan, yaitu monitoring
(pemantauan), controlling (mengawasi), dan supervision (penyeliaan). Dalam konteks
manajemen istilah asli yang digunakan adalah controling. Kata controling mengandung 2
(dua) kegiatan, yaitu: pengawasan dan pengendalian. Stoner dan Wankel dalam Achmad S.
Ruky
mendefinisikan pengawasan adalah sebuah proses yang dilakukan untuk
meyakinkan bahwa semua kegiatan (dalam proses manajemen) berjalan mengikuti rencana
yang telah ditetapkan dan menuju kepada sasaran yang harus dicapai.1
Kata pengawasan dipakai sebagai arti harfiyah dari kata controling. Dengan
demikian menurut maka pengertian pengawasan meliputi segala kegiatan penelitian,
pengamatan dan pengukuran terhadap jalannya operasi berdasarkan rencana yang telah
ditetapkan, penafsiran dan perbandingan hasil yang dicapai dengan standar yang
ditetapkan, melakukan tindakan koreksi penyimpangan, dan perbandingan hasil (output)
yang dicapai dengan masukan (input) yang digunakan.2
Monitoring dan evaluasi (monev) merupakan aktivitas pengawasan yang keduanya
memiliki tujuan yang sama yaitu memastikan keberhasilan program. Namun demikian
pada praktiknya terdapat perbedaan fungsi. Monitoring merupakan upaya pimpinan
melakukan pemantauan terhadap kegiatan yang ada di lapangan untuk melihat dan
memastikan kegiatan tersebut apakah ada hambatan dan bagaimana solusinya. Sedangkan
evaluasi penekanannya pada aspekhasil yang dicapai setelah program tersebut
dilaksanakan. Biasanya hasil monitoring menjadi informasi yang berharga sebagai bahan
evaluasi.3
Pengawasan menurut Syafaruddin, merupakan penilaian terhadap kegiatan yang
terjadi. Pengawasan untuk memastikan aktivitas organisasi tidak menyimpangdari rencana
semula. Melalui proses pengawasan akan memperoleh umpan balik tentang komponen
yang ada dalam organisasi, baik berupa manusia maupun benda material lainnya berkaitan
1 Achmad S. Ruky, Sukses Sebagai Manajer Profesional Tanpa Gelar MM atau MBA (Jakarta:
Gramedia, 2002), 213.
2 Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah (Jakarta: ), 135
3 Anggara Sastro, “Pengawasan” dalam Munawar, Kajian Pendidikan Bermutu(Jakarta: Rendi Putra
Jaya, t.t), 219.
7 | hal
dengan prosedur yang telah ada.4 Pengawasan atau supervisi dilakukan terhadap
penyelenggaraan pendidikan di sekolah umum dan madrasah untuk memperoleh gambaran
menyeluruh mengenai pengelolaan sekolah dan madrasah yang meliputi aspek edukatif dan
manajerial. Kata supervise berasal dari bahasa Inggris supervision yang terdiri dari 2 (dua)
kata yaitu, super dan vision. Supervision mengadung pengertian melihat dengan sangat
teliti pekerjaan secara keseluruhan. Subjek yang melakukan disebut supervisor.
B. Tujuan dan Sasaran Supervisi Pendidikan
Tujuan dan sasran supervisi pendidikan yang harus dicapai adalah perbaikan dan
perkembangan proses belajar mengajar secara komprehensif. Tujuan supervisi tidak hanya
memperbaiki mutu mengajar guru, tetapi juga membina pertumbuhan profesi guru dalam
wilayah yang lebih luas, termasuk di dalamnya pengadaan fasilitas-fasilitas, pelayanan
kepemimpinan dan pembinaan human relation yang baik kepada semua pihak terkait.
Adapun sasaran supervise pendidikan adalah 3 (dua) hal yaitu pertama, supervisi kegiatan
yang bersifat teknis edukatif meliputi kurikulum, proses belajar mengajar, dan
evaluasi/penilaian.
Kedua,
supervisi
teknik
administratif
meliputi
administrasi
professional, administrasi keuangan, administrasi sarana prasarana, dan lain-lain yang
berfungsi sebagai pendukung dan pelancar terlaksananya pembelajaran.5 Ketiga, supervisi
lembaga dengan pengamatan supervisor pada aspek-aspek yang berada di sekolah.
Supervisi ini dimaksudkan untuk meningkatkan nama baik sekolah atau kinerja sekolah
secara keseluruhan, misalnya kebersihan, kerapihan, tata letak dari unsure yang ada di
sekolah. 6
C. Prinsip-Prinsip Supervisi
Secara sederhana prinsip-prinsip supervisi, di antaranya memberikan rasa aman
kepada pihak yang disupervisi, kontrukstif, kreatif , realistis didasarkan pada keadaan dan
kenyataan sebenarnya, kesederhanaan, praktis, sistematis, obyektif, realistis, antisipatif,
kooperatif, kekeluargaan, demokratis, berkesinambungan, terepadu dan komprehensif.7
4 Syafaruddin, Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat (Medan: Perdana Publishing, 2012),
65.
5 Abdul Hamid, dan A. Kadir Djaelani, Pedoman Pengembangan Administrasi dan Supervisi
Pendidikan (Jakarta: Dirjen Bimbagais DITMAPENDA, 2003), 34-36.
6
7 Dodd W.A., Primary School Inspektion in New Countries (London: Oxford University Press,
1972),
8 | hal
Dalam pelaksanaan supervisi hendaknya terjalin hubungan profesional, bukan
didasarkan atas hubungan pribadi, didasarkan pada kemampuan, kesanggupan, kondisi dan
sikap pihak yang disupervisi, dan menolong guru agar senantiasa tumbuh sendiri tidak
tergantung pada kepala sekolah.
D. Ciri-Ciri Supervisi Pendidikan
Menurut istilah, pengertian supervisi mula-mula dimaknai secara tradisional yaitu
sebagai suatu pekerjaan menginspeksi, memeriksa, dan mengawasi dengan mencari-cari
kesalahan melalui cara memata-matai dalam rangka perbaikan pekerjaan yang telah diberikan.
Kemudian berkembang pemahaman superviisi yang bersifat ilmiah dengan ciri-ciri sebagai
berikut.
a) Sistematis, artinya supervisi dilakukan secara teratur, berencana, dan kontinyu.
b) Obyektif, artinya supervisi dilakukan berdasarkan data hasil observasi yang dilakukan
sebelumnya.
c) Menggunakan instrumen yang dapat memberikan informasi sebagi umpan balik untuk
dapat melakukan langkah tindak lanjut menuju perbaikan di masa yang akan datang. 8
E. Teknik-Teknik Supervisi Pendidikan
Berbagai macam teknik dapat digunakan oleh supervisor dalam membantu guru
meningkatkan situasi belajar mengajar, baik secara kelompok maupun secara perorangan
ataupun dengan cara langsung bertatap muka dan cara tak langsung bertatap muka atau
melalui media komunikasi. Adapun teknik-teknik supervisi adalah sebagai berikut:
Teknik supervisi yang bersifat kelompok ialah teknik
supervisi yang
dilaksanakan dalam pembinaan guru secara bersama-sama oleh supervisor dengan
sejumlah guru dalam satu kelompok dalam bentuk pertemuan orientasi bagi guru baru,
rapat guru, studi kelompok antar guru, diskusi, workshop, dan tukar menukar pengalaman
Teknik Individual adalah teknik pelaksanaan supervisi yang digunakan supervisor
kepada pribadi-pribadi guru guna peningkatan kualitas pengajaran di sekolah. Teknikteknik individual dalam pelaksanaan supervisi antara lain teknik kunjungan kelas,
kunjungan sekolah, tes dadakan, konferensi kasus, observasi dokumen, teknik observasi
8 M. Asyhari. Sinopsis Tesis (2011), Supervisi Akademik Pengawas Madrasah Tsanawiyah di
Kabupaten Jepara (IAIN Wali Songo), 4.
9 | hal
kelas, percakapan pribadi, intervisitasi (mengunjungi sekolah lain), penyeleksi berbagai
sumber materi untuk mengajar, menilai diri sendiri, wawancara, angket,, dan laporan.9
F. Standar Pengawas Sekolah/Madrasah10
Pengawasan pendidikan telah mengalami beberapa perubahan sejalan dengan
perubahan filosofi dan system manajemen pemerintahan. Landasan yuridis formal
pengawasan pendidikan saat ini adalah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No 12
Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah. Standar pengawas meliputi
kualifikasi dan standar kompetensi dan kompetensi dasar pengawas dan pengawasan.
1) Kualifikasi
Kualifikasi Pengawas Taman Kanak-kanak/Raudhatul Athfal (TK/RA) dan Sekolah
dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) adalah sebagai berikut: Berpendidikan minimum
sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV) kependidikan dari perguruan tinggi terakreditasi
dengan rincian sebagai berikut: Guru TK/RA bersertifikat pendidik sebagai guru TK/RA
dengan pengalaman kerja minimum delapan tahun di TK/RA atau kepala sekolah TK/RA
dengan pengamalan kerja minimum 4 tahun, untuk menjadi pengawas TK/RA; dan Guru
SD/MI bersertifikat pendidik sebagai guru SD/MI dengan pengalaman kerja minimum
delapan tahun di SD/MI atau kepala sekolah SD/MI dengan pengalaman kerja minimum 4
tahun, untuk menjadi pengawas SD/MI;
a) Memiliki pangkat minimum piñata, golongan ruang III/c;
b) Berusia setinggi-tingginya 50 tahun, sejak diangkat sebagai pengawas satuan
pendidikan;
c) Memenuhi kompetensi sebagai pengawas satuan pendidikan yang dapat diperoleh
melalui uji kompetensi dan atau pendidikan dan pelatihan fungsional pengawas, pada
lembaga yang ditetapkan pemerintah; dan
d) Lulus sebagai pengawas satuan pendidikan.
Kualifikasi Pengawas Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
(SMP/MTs), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), dan Sekolah
Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK) adalah sebagai berikut:
Memiliki pendidikan minimum magister (S2) kependidikan dengan berbasis sarjana (S1)
9 Abdul Hamid, dan A. Kadir Djaelani, Pedoman Pengembangan Administrasi dan Supervisi
Pendidikan, 46-59.
10 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas
Sekolah/Madrasah.
10 | hal
dalam rumpun mata pelajaran yang relevan pada perguruan tinggi terakreditasi dengan
rincian sebagai berikut: Guru SMP/MTs bersetifikat pendidik sebagai guru SMP/MTs
dengan pengalaman kerja minimum delapan tahun dalam rumpun mata pelajaran yang
relevan di SMP/MTs atau kepala sekolah SMP/MTs dengan pengalaman kerja minimum 4
tahun, untuk menjadi pengawas SMP/MTs sesuai dengan rumpun mata pelajarannya; Guru
SMA/MA bersertifikat pendidik sebagai guru dengan pengalaman kerja minimum delapan
tahun dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di SMA/MA atau kepala sekolah
SMA/MA dengan pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk menjadi pengawas SMA/MA
sesuai dengan rumpun mata pelajarannya; Guru SMK/MAK bersertifikat pendidik sebagai
guru SMK/MAK dengan pengalaman kerja minimum delapan tahun dalam rumpun mata
pelajaran yang relevan di SMK/MAK atau kepala sekolah SM\K/MAK dengan
pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk menjadi pengawas SMK/MAK sesuai dengan
rumpun mata pelajarannya;
a) Memiliki pangkat minimum piñata, golongan ruang III/c.
b) Berusia setinggi-tingginya 50 tahun, sejak diangkat sebagai pengawas satuan
pendidikan;
c) Memenuhi kompetensi sebagai pengawas satuan pendidikan yang dapat diperoleh
melalui uji kompetensi dan atau pendidikan dan pelatihan fungsional pengawas, pada
lembaga yang ditetapkan pemerintah; dan
d) Lulus seleksi pengawas satuan pendidikan.
2) Kompetensi
Kompetensi Pengawas Taman Kanak-kana/Raudatul Athfal (TK/RA) dan Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) meliputi 6 (enam) dimensi kompetensi, yaitu
kompetensi kepribadian, kompetensi supervisi manajerial, kompetensi akademik,
kompetensi evaluasi pendidikan, kompetensi penelitian pengembangan, dan kompetensi
social. Adapun rincian dimensi kompetensi dan kompetensi pengawas sebagaimana di
dalam table di dalam lapiran 1:
G. Manajemen Strategik Sebuah Paradigma Baru di dalam Peningkatan Mutu
Organisasi Pengawasan
Mnajemen strategik dalam sebuah organisasi sebagai kiat, cara, dan taktik utama
yang dirancang secara sistematik dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, yang
11 | hal
terarah pada tujuan strategik organisasi. Lebih spesifik Hadari Nawawi menjelaskan
definisi manajemen strategic adalah proses atau rangkaian menyeluruh, disertai penetapan
cara melaksanakannya, yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh
seluruh jajaran di dalam suatu organisasi, untuk mencapai tujuannnya.11
Penetapan rencana strategis12 peningkatan mutu pengawasan adalah dengan
menetapkan langkah-langkah dalam menyusun rencana strategis yang dilakukan oleh
kelompok kerja pengawas (pokjawas) sesuai dengan pandangan Djunaedi, 13 yang di
dalamnya memuat unsur-unsur perumusan visi dan misi, pengkajian lingkungan eksternal,
pengkajian lingkungan internal, perumusan isu-isu strategis dan penyusunan strategi
peningkatan mutu. Menurut Jeffrey S.14 adanya kebingungan untuk membedakan istilah
visi dan misi. Secara umum misi adalah menunjukkan keberadaan sebuah organisasi
tersebut, sementara visi adalah pandangan jauh ke depan dari sebuah organisai yang akan
menjadi organisasi apa yang diinginkan. Lebih jelas menurut Arend E Carl,15 visi adalah
sebuah ide yang menjadi pijakan di mana organisasi itu berjalan. Visi biasanya terdiri dari
harapan-harapan masa depan, tidak begitu terperinci. Namun demikian, visi memuat
penjabaran mimpi besar pengawasan yang sejalan dengan visi. Misi menurut Michael A.
Hitt, dan kawan-kawan.,16 lebih kongkrit dari pada visi. Namun demikian visi adalah
pondasi dari misi. Secara bersamaan visi dan misi adalah sebagai pondasi sebuah
organisasi untuk memilih dan mengembangkan salah satu strateginya.
Tujuan dibentangkan oleh J. Salusu, 17 sebagai suatu gejala yang
kompleks, dapat diartikan sebagai kondisi jangka
panjang yang
diinginkan, dinyatakan dalam istilah umum dan kualitatif, dan mungkin
hanya sebagian yang dapat dicapai. Visi, misi, dan tujuan
menurut
11 Hadari Namwawi, Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan Dengan
Ilustrasi di Bidang Pendidikan (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2005), 147-153.
12 Rencana Strategik (Renstra) dan Rencana Operasional (Renop) dirumuskan dengan menganalisis
internal dan eksternal baik lokal, nasional, dan global. Hasil analisis internal dan eksternal digunakan secara
langsung untuk penyusunan program-program tahunan, sebagai implementasi rencana operasional organisasi
non-profit. Lihat dalam Hadari Nawawi, Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan
dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), 153.
13 Ahmad Djunaedi, “Keragaman Pilihan Corak Perencanaan (Planning Styles) untuk Mendukung
Kebijakan Otonomi Daerah”, Makalah dipresentasikan dalam Seminar dan Temu Alumni MPKD 2000, di
Werdhapura, Sanur, Bali, 27-30 Agustus 2000.
14 Jeffrey S. Harrison, Foundations in Strategic Management (Mason: Cengage Learning, 2009), 74.
15 Arend E Carl, Teacher Empowerment Through Curriculum Development: Theory into Practice
(Cape Town, Sout Africa: Juta and Company, 2009), 173.
16 Michael A. Hitt, Strategic Management: Competitiveness & Globalization : Concepts (Mason:
Cengage Learning, 2010), 18.
17 J. Salusu, Pengambilan Keputusan Stratejik (Jakarta: Grasindo, 2004), 133.
12 | hal
Hadari Nawawi18 adalah merupakan acuan dalam merumuskan rencana
strategik (Renstra), namun dalam teknis penempatannya sebagai
keputusan manajemen puncak secara tertulis semua acuan tersebut
terdapat di dalamnya.
Gambar 1.1
Visi, dan Misi Pedoman Pelaksanaan Peningkatan Pengawas Madrasah
Misi Pengawas
Tercermin dalam:
Program kegiatan Pengawasan
Strategi pengawasan yang ditetapkan
Visi Pengawas
Peningkatan Mutu Pengawas
Pendidikan Madrasah
Berkualitas
Rencana
stretegis
(RENSTRA)
peningkatan
mutu
pengawas
madrasah, yaitu: rencana jangka panjang, rencana jangka menengah
dan rencana jangka pendek atau disebut rencana operasional (RENOP).
Hal tersebut sesuai dengan tipe perencanaan ditinjau dari segi waktu
dalam
pendidikan
menurut
Pidarta,
terbagi
menjadi
tiga,
yaitu:
perencanaan jangka panjang, menengah, dan pendek. 19 Rencana kerja
18 Hadari Nawawi, Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan dengan
Ilustrasi di Bidang Pendidikan (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), 153.
19 Made Pidarta, Perencanaan Pendidikan Partisipatori Dengan Pendekatan Sistem (Jakarta: Rineka
Cipta, 2005), 64-70.
13 | hal
dan rencana anggaran pengawas pendidikan20 adalah bagian dari
rencana pengembangan untuk jangka waktu empat tahunan sesuai
dengan filosofi, arah, dan tujuan pendidikan nasional sebagaimana
tercantum dalam UUD 1945 (yang diamandemen) dan dalam UndangUndang
RI., Nomor 20 Tahun 2003, Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 dan peraturan perundangan lainnya yang relevan.
Hadari Nawawi menjelaskan keunggulan upaya pengimplementasian manajemen
strategik melalui perumusan visi, misi, tujuan, RENSTRA, dan RENOP
dalam
melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, dan mewujudkan tugas pokok di lingkungan
organisasi pengawasharus diukur dan dinilai keunggulannya. Di antara keunggulannya
bahwa implentasi manajemen strategik dievaluasi dengan profitabilitas (efektif dan
efisien), Produktivitas tinggi (secara kuantitaif meningkat), Posisi Kompetitif (dihargai dan
dibutuhkan masyarakat sekolah), Keunggulan Teknologi (secara cepat, tepat waktu, sesuai
kualitas), Keunggulan SDM (sumber dauya manusia baik pengawas, kepala sekolah, guru,
dan staf sebagai tokoh sentral), Iklim Kerja (harmanis di dalam hubungan frmal dan
informal)Etika dan Tanggung Jawab Sosial (mendahulukan kepentingan masyarakat
sekolah).21
20 Sekolah diberi kewenangan melakukan perencanaan sesuai dengan kebutuhannya, misalnya
kebutuhan meningkatkan mutu sekolah. Termasuk dalam rencana pengembangan sekolah adalah rencan
ainduk pengembangan sekolah dalam jangka 3-5 tahun. Lihat dalam Nurkolis, Manajemen Berbasis
Sekolah: Teori, Model, dan Aplikasi (Jakrta: Grasindo, 2003), 45.
21 Hadari Nawawi, Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan dengan
Ilustrasi di Bidang Pendidikan (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), 1180-186.
14 | hal
PARADIGMA PENDEKATAN MANAJEMEN STRATEGIK DALAM
PENGAWASAN PENDIDIKAN MADRASAH
A. PengertIan Pengawasan Pendidikan
Terdapat sejumlah kata yang berkaitan dengan arti pengawasan, yaitu monitoring
(pemantauan), controlling (mengawasi), dan supervision (penyeliaan). Dalam konteks
manajemen istilah asli yang digunakan adalah controling. Kata controling mengandung 2
(dua) kegiatan, yaitu: pengawasan dan pengendalian. Stoner dan Wankel dalam Achmad S.
Ruky
mendefinisikan pengawasan adalah sebuah proses yang dilakukan untuk
meyakinkan bahwa semua kegiatan (dalam proses manajemen) berjalan mengikuti rencana
yang telah ditetapkan dan menuju kepada sasaran yang harus dicapai.1
Kata pengawasan dipakai sebagai arti harfiyah dari kata controling. Dengan
demikian menurut maka pengertian pengawasan meliputi segala kegiatan penelitian,
pengamatan dan pengukuran terhadap jalannya operasi berdasarkan rencana yang telah
ditetapkan, penafsiran dan perbandingan hasil yang dicapai dengan standar yang
ditetapkan, melakukan tindakan koreksi penyimpangan, dan perbandingan hasil (output)
yang dicapai dengan masukan (input) yang digunakan.2
Monitoring dan evaluasi (monev) merupakan aktivitas pengawasan yang keduanya
memiliki tujuan yang sama yaitu memastikan keberhasilan program. Namun demikian
pada praktiknya terdapat perbedaan fungsi. Monitoring merupakan upaya pimpinan
melakukan pemantauan terhadap kegiatan yang ada di lapangan untuk melihat dan
memastikan kegiatan tersebut apakah ada hambatan dan bagaimana solusinya. Sedangkan
evaluasi penekanannya pada aspekhasil yang dicapai setelah program tersebut
dilaksanakan. Biasanya hasil monitoring menjadi informasi yang berharga sebagai bahan
evaluasi.3
Pengawasan menurut Syafaruddin, merupakan penilaian terhadap kegiatan yang
terjadi. Pengawasan untuk memastikan aktivitas organisasi tidak menyimpangdari rencana
semula. Melalui proses pengawasan akan memperoleh umpan balik tentang komponen
yang ada dalam organisasi, baik berupa manusia maupun benda material lainnya berkaitan
1 Achmad S. Ruky, Sukses Sebagai Manajer Profesional Tanpa Gelar MM atau MBA (Jakarta:
Gramedia, 2002), 213.
2 Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah (Jakarta: ), 135
3 Anggara Sastro, “Pengawasan” dalam Munawar, Kajian Pendidikan Bermutu(Jakarta: Rendi Putra
Jaya, t.t), 219.
7 | hal
dengan prosedur yang telah ada.4 Pengawasan atau supervisi dilakukan terhadap
penyelenggaraan pendidikan di sekolah umum dan madrasah untuk memperoleh gambaran
menyeluruh mengenai pengelolaan sekolah dan madrasah yang meliputi aspek edukatif dan
manajerial. Kata supervise berasal dari bahasa Inggris supervision yang terdiri dari 2 (dua)
kata yaitu, super dan vision. Supervision mengadung pengertian melihat dengan sangat
teliti pekerjaan secara keseluruhan. Subjek yang melakukan disebut supervisor.
B. Tujuan dan Sasaran Supervisi Pendidikan
Tujuan dan sasran supervisi pendidikan yang harus dicapai adalah perbaikan dan
perkembangan proses belajar mengajar secara komprehensif. Tujuan supervisi tidak hanya
memperbaiki mutu mengajar guru, tetapi juga membina pertumbuhan profesi guru dalam
wilayah yang lebih luas, termasuk di dalamnya pengadaan fasilitas-fasilitas, pelayanan
kepemimpinan dan pembinaan human relation yang baik kepada semua pihak terkait.
Adapun sasaran supervise pendidikan adalah 3 (dua) hal yaitu pertama, supervisi kegiatan
yang bersifat teknis edukatif meliputi kurikulum, proses belajar mengajar, dan
evaluasi/penilaian.
Kedua,
supervisi
teknik
administratif
meliputi
administrasi
professional, administrasi keuangan, administrasi sarana prasarana, dan lain-lain yang
berfungsi sebagai pendukung dan pelancar terlaksananya pembelajaran.5 Ketiga, supervisi
lembaga dengan pengamatan supervisor pada aspek-aspek yang berada di sekolah.
Supervisi ini dimaksudkan untuk meningkatkan nama baik sekolah atau kinerja sekolah
secara keseluruhan, misalnya kebersihan, kerapihan, tata letak dari unsure yang ada di
sekolah. 6
C. Prinsip-Prinsip Supervisi
Secara sederhana prinsip-prinsip supervisi, di antaranya memberikan rasa aman
kepada pihak yang disupervisi, kontrukstif, kreatif , realistis didasarkan pada keadaan dan
kenyataan sebenarnya, kesederhanaan, praktis, sistematis, obyektif, realistis, antisipatif,
kooperatif, kekeluargaan, demokratis, berkesinambungan, terepadu dan komprehensif.7
4 Syafaruddin, Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat (Medan: Perdana Publishing, 2012),
65.
5 Abdul Hamid, dan A. Kadir Djaelani, Pedoman Pengembangan Administrasi dan Supervisi
Pendidikan (Jakarta: Dirjen Bimbagais DITMAPENDA, 2003), 34-36.
6
7 Dodd W.A., Primary School Inspektion in New Countries (London: Oxford University Press,
1972),
8 | hal
Dalam pelaksanaan supervisi hendaknya terjalin hubungan profesional, bukan
didasarkan atas hubungan pribadi, didasarkan pada kemampuan, kesanggupan, kondisi dan
sikap pihak yang disupervisi, dan menolong guru agar senantiasa tumbuh sendiri tidak
tergantung pada kepala sekolah.
D. Ciri-Ciri Supervisi Pendidikan
Menurut istilah, pengertian supervisi mula-mula dimaknai secara tradisional yaitu
sebagai suatu pekerjaan menginspeksi, memeriksa, dan mengawasi dengan mencari-cari
kesalahan melalui cara memata-matai dalam rangka perbaikan pekerjaan yang telah diberikan.
Kemudian berkembang pemahaman superviisi yang bersifat ilmiah dengan ciri-ciri sebagai
berikut.
a) Sistematis, artinya supervisi dilakukan secara teratur, berencana, dan kontinyu.
b) Obyektif, artinya supervisi dilakukan berdasarkan data hasil observasi yang dilakukan
sebelumnya.
c) Menggunakan instrumen yang dapat memberikan informasi sebagi umpan balik untuk
dapat melakukan langkah tindak lanjut menuju perbaikan di masa yang akan datang. 8
E. Teknik-Teknik Supervisi Pendidikan
Berbagai macam teknik dapat digunakan oleh supervisor dalam membantu guru
meningkatkan situasi belajar mengajar, baik secara kelompok maupun secara perorangan
ataupun dengan cara langsung bertatap muka dan cara tak langsung bertatap muka atau
melalui media komunikasi. Adapun teknik-teknik supervisi adalah sebagai berikut:
Teknik supervisi yang bersifat kelompok ialah teknik
supervisi yang
dilaksanakan dalam pembinaan guru secara bersama-sama oleh supervisor dengan
sejumlah guru dalam satu kelompok dalam bentuk pertemuan orientasi bagi guru baru,
rapat guru, studi kelompok antar guru, diskusi, workshop, dan tukar menukar pengalaman
Teknik Individual adalah teknik pelaksanaan supervisi yang digunakan supervisor
kepada pribadi-pribadi guru guna peningkatan kualitas pengajaran di sekolah. Teknikteknik individual dalam pelaksanaan supervisi antara lain teknik kunjungan kelas,
kunjungan sekolah, tes dadakan, konferensi kasus, observasi dokumen, teknik observasi
8 M. Asyhari. Sinopsis Tesis (2011), Supervisi Akademik Pengawas Madrasah Tsanawiyah di
Kabupaten Jepara (IAIN Wali Songo), 4.
9 | hal
kelas, percakapan pribadi, intervisitasi (mengunjungi sekolah lain), penyeleksi berbagai
sumber materi untuk mengajar, menilai diri sendiri, wawancara, angket,, dan laporan.9
F. Standar Pengawas Sekolah/Madrasah10
Pengawasan pendidikan telah mengalami beberapa perubahan sejalan dengan
perubahan filosofi dan system manajemen pemerintahan. Landasan yuridis formal
pengawasan pendidikan saat ini adalah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No 12
Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah. Standar pengawas meliputi
kualifikasi dan standar kompetensi dan kompetensi dasar pengawas dan pengawasan.
1) Kualifikasi
Kualifikasi Pengawas Taman Kanak-kanak/Raudhatul Athfal (TK/RA) dan Sekolah
dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) adalah sebagai berikut: Berpendidikan minimum
sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV) kependidikan dari perguruan tinggi terakreditasi
dengan rincian sebagai berikut: Guru TK/RA bersertifikat pendidik sebagai guru TK/RA
dengan pengalaman kerja minimum delapan tahun di TK/RA atau kepala sekolah TK/RA
dengan pengamalan kerja minimum 4 tahun, untuk menjadi pengawas TK/RA; dan Guru
SD/MI bersertifikat pendidik sebagai guru SD/MI dengan pengalaman kerja minimum
delapan tahun di SD/MI atau kepala sekolah SD/MI dengan pengalaman kerja minimum 4
tahun, untuk menjadi pengawas SD/MI;
a) Memiliki pangkat minimum piñata, golongan ruang III/c;
b) Berusia setinggi-tingginya 50 tahun, sejak diangkat sebagai pengawas satuan
pendidikan;
c) Memenuhi kompetensi sebagai pengawas satuan pendidikan yang dapat diperoleh
melalui uji kompetensi dan atau pendidikan dan pelatihan fungsional pengawas, pada
lembaga yang ditetapkan pemerintah; dan
d) Lulus sebagai pengawas satuan pendidikan.
Kualifikasi Pengawas Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
(SMP/MTs), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), dan Sekolah
Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK) adalah sebagai berikut:
Memiliki pendidikan minimum magister (S2) kependidikan dengan berbasis sarjana (S1)
9 Abdul Hamid, dan A. Kadir Djaelani, Pedoman Pengembangan Administrasi dan Supervisi
Pendidikan, 46-59.
10 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas
Sekolah/Madrasah.
10 | hal
dalam rumpun mata pelajaran yang relevan pada perguruan tinggi terakreditasi dengan
rincian sebagai berikut: Guru SMP/MTs bersetifikat pendidik sebagai guru SMP/MTs
dengan pengalaman kerja minimum delapan tahun dalam rumpun mata pelajaran yang
relevan di SMP/MTs atau kepala sekolah SMP/MTs dengan pengalaman kerja minimum 4
tahun, untuk menjadi pengawas SMP/MTs sesuai dengan rumpun mata pelajarannya; Guru
SMA/MA bersertifikat pendidik sebagai guru dengan pengalaman kerja minimum delapan
tahun dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di SMA/MA atau kepala sekolah
SMA/MA dengan pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk menjadi pengawas SMA/MA
sesuai dengan rumpun mata pelajarannya; Guru SMK/MAK bersertifikat pendidik sebagai
guru SMK/MAK dengan pengalaman kerja minimum delapan tahun dalam rumpun mata
pelajaran yang relevan di SMK/MAK atau kepala sekolah SM\K/MAK dengan
pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk menjadi pengawas SMK/MAK sesuai dengan
rumpun mata pelajarannya;
a) Memiliki pangkat minimum piñata, golongan ruang III/c.
b) Berusia setinggi-tingginya 50 tahun, sejak diangkat sebagai pengawas satuan
pendidikan;
c) Memenuhi kompetensi sebagai pengawas satuan pendidikan yang dapat diperoleh
melalui uji kompetensi dan atau pendidikan dan pelatihan fungsional pengawas, pada
lembaga yang ditetapkan pemerintah; dan
d) Lulus seleksi pengawas satuan pendidikan.
2) Kompetensi
Kompetensi Pengawas Taman Kanak-kana/Raudatul Athfal (TK/RA) dan Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) meliputi 6 (enam) dimensi kompetensi, yaitu
kompetensi kepribadian, kompetensi supervisi manajerial, kompetensi akademik,
kompetensi evaluasi pendidikan, kompetensi penelitian pengembangan, dan kompetensi
social. Adapun rincian dimensi kompetensi dan kompetensi pengawas sebagaimana di
dalam table di dalam lapiran 1:
G. Manajemen Strategik Sebuah Paradigma Baru di dalam Peningkatan Mutu
Organisasi Pengawasan
Mnajemen strategik dalam sebuah organisasi sebagai kiat, cara, dan taktik utama
yang dirancang secara sistematik dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, yang
11 | hal
terarah pada tujuan strategik organisasi. Lebih spesifik Hadari Nawawi menjelaskan
definisi manajemen strategic adalah proses atau rangkaian menyeluruh, disertai penetapan
cara melaksanakannya, yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh
seluruh jajaran di dalam suatu organisasi, untuk mencapai tujuannnya.11
Penetapan rencana strategis12 peningkatan mutu pengawasan adalah dengan
menetapkan langkah-langkah dalam menyusun rencana strategis yang dilakukan oleh
kelompok kerja pengawas (pokjawas) sesuai dengan pandangan Djunaedi, 13 yang di
dalamnya memuat unsur-unsur perumusan visi dan misi, pengkajian lingkungan eksternal,
pengkajian lingkungan internal, perumusan isu-isu strategis dan penyusunan strategi
peningkatan mutu. Menurut Jeffrey S.14 adanya kebingungan untuk membedakan istilah
visi dan misi. Secara umum misi adalah menunjukkan keberadaan sebuah organisasi
tersebut, sementara visi adalah pandangan jauh ke depan dari sebuah organisai yang akan
menjadi organisasi apa yang diinginkan. Lebih jelas menurut Arend E Carl,15 visi adalah
sebuah ide yang menjadi pijakan di mana organisasi itu berjalan. Visi biasanya terdiri dari
harapan-harapan masa depan, tidak begitu terperinci. Namun demikian, visi memuat
penjabaran mimpi besar pengawasan yang sejalan dengan visi. Misi menurut Michael A.
Hitt, dan kawan-kawan.,16 lebih kongkrit dari pada visi. Namun demikian visi adalah
pondasi dari misi. Secara bersamaan visi dan misi adalah sebagai pondasi sebuah
organisasi untuk memilih dan mengembangkan salah satu strateginya.
Tujuan dibentangkan oleh J. Salusu, 17 sebagai suatu gejala yang
kompleks, dapat diartikan sebagai kondisi jangka
panjang yang
diinginkan, dinyatakan dalam istilah umum dan kualitatif, dan mungkin
hanya sebagian yang dapat dicapai. Visi, misi, dan tujuan
menurut
11 Hadari Namwawi, Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan Dengan
Ilustrasi di Bidang Pendidikan (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2005), 147-153.
12 Rencana Strategik (Renstra) dan Rencana Operasional (Renop) dirumuskan dengan menganalisis
internal dan eksternal baik lokal, nasional, dan global. Hasil analisis internal dan eksternal digunakan secara
langsung untuk penyusunan program-program tahunan, sebagai implementasi rencana operasional organisasi
non-profit. Lihat dalam Hadari Nawawi, Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan
dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), 153.
13 Ahmad Djunaedi, “Keragaman Pilihan Corak Perencanaan (Planning Styles) untuk Mendukung
Kebijakan Otonomi Daerah”, Makalah dipresentasikan dalam Seminar dan Temu Alumni MPKD 2000, di
Werdhapura, Sanur, Bali, 27-30 Agustus 2000.
14 Jeffrey S. Harrison, Foundations in Strategic Management (Mason: Cengage Learning, 2009), 74.
15 Arend E Carl, Teacher Empowerment Through Curriculum Development: Theory into Practice
(Cape Town, Sout Africa: Juta and Company, 2009), 173.
16 Michael A. Hitt, Strategic Management: Competitiveness & Globalization : Concepts (Mason:
Cengage Learning, 2010), 18.
17 J. Salusu, Pengambilan Keputusan Stratejik (Jakarta: Grasindo, 2004), 133.
12 | hal
Hadari Nawawi18 adalah merupakan acuan dalam merumuskan rencana
strategik (Renstra), namun dalam teknis penempatannya sebagai
keputusan manajemen puncak secara tertulis semua acuan tersebut
terdapat di dalamnya.
Gambar 1.1
Visi, dan Misi Pedoman Pelaksanaan Peningkatan Pengawas Madrasah
Misi Pengawas
Tercermin dalam:
Program kegiatan Pengawasan
Strategi pengawasan yang ditetapkan
Visi Pengawas
Peningkatan Mutu Pengawas
Pendidikan Madrasah
Berkualitas
Rencana
stretegis
(RENSTRA)
peningkatan
mutu
pengawas
madrasah, yaitu: rencana jangka panjang, rencana jangka menengah
dan rencana jangka pendek atau disebut rencana operasional (RENOP).
Hal tersebut sesuai dengan tipe perencanaan ditinjau dari segi waktu
dalam
pendidikan
menurut
Pidarta,
terbagi
menjadi
tiga,
yaitu:
perencanaan jangka panjang, menengah, dan pendek. 19 Rencana kerja
18 Hadari Nawawi, Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan dengan
Ilustrasi di Bidang Pendidikan (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), 153.
19 Made Pidarta, Perencanaan Pendidikan Partisipatori Dengan Pendekatan Sistem (Jakarta: Rineka
Cipta, 2005), 64-70.
13 | hal
dan rencana anggaran pengawas pendidikan20 adalah bagian dari
rencana pengembangan untuk jangka waktu empat tahunan sesuai
dengan filosofi, arah, dan tujuan pendidikan nasional sebagaimana
tercantum dalam UUD 1945 (yang diamandemen) dan dalam UndangUndang
RI., Nomor 20 Tahun 2003, Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 dan peraturan perundangan lainnya yang relevan.
Hadari Nawawi menjelaskan keunggulan upaya pengimplementasian manajemen
strategik melalui perumusan visi, misi, tujuan, RENSTRA, dan RENOP
dalam
melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, dan mewujudkan tugas pokok di lingkungan
organisasi pengawasharus diukur dan dinilai keunggulannya. Di antara keunggulannya
bahwa implentasi manajemen strategik dievaluasi dengan profitabilitas (efektif dan
efisien), Produktivitas tinggi (secara kuantitaif meningkat), Posisi Kompetitif (dihargai dan
dibutuhkan masyarakat sekolah), Keunggulan Teknologi (secara cepat, tepat waktu, sesuai
kualitas), Keunggulan SDM (sumber dauya manusia baik pengawas, kepala sekolah, guru,
dan staf sebagai tokoh sentral), Iklim Kerja (harmanis di dalam hubungan frmal dan
informal)Etika dan Tanggung Jawab Sosial (mendahulukan kepentingan masyarakat
sekolah).21
20 Sekolah diberi kewenangan melakukan perencanaan sesuai dengan kebutuhannya, misalnya
kebutuhan meningkatkan mutu sekolah. Termasuk dalam rencana pengembangan sekolah adalah rencan
ainduk pengembangan sekolah dalam jangka 3-5 tahun. Lihat dalam Nurkolis, Manajemen Berbasis
Sekolah: Teori, Model, dan Aplikasi (Jakrta: Grasindo, 2003), 45.
21 Hadari Nawawi, Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan dengan
Ilustrasi di Bidang Pendidikan (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), 1180-186.
14 | hal