Sosiologi stratifikasi sosial politik media

STRATIFIKASI SOSIAL DALAM POLITIK
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas
Pengantar Sosiologi
Yang dibina oleh Dr. I Nyoman Ruja, S.U

Oleh:
Bimo Fergi Wahyudi (160741615252)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
Desember 2016

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Stratifikasi Sosial Dalam Politik ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Dr. I
Nyoman Ruja, S.U selaku Dosen mata kuliah Sosiologi Univerrsitas Negeri

Malang yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai bentuk stratifikasi sosial politik. Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang
akan datang.

Malang, 8 Desember 2016

Penyusun

1


Daftar Isi

Kata Penganatar........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1

Latar belakang...........................................................................................1

1.2

Tujuan Penulisan.......................................................................................1

BAB II RUMUSAN MASALAH............................................................................2
2.1

Rumusan masalah......................................................................................2

BAB III PEMBAHASAN........................................................................................3
3.1


Pengertian dan asal mula terbentuknya stratifikasi sosial.........................3

3.2

Alasan dibentuknya stratifikasi sosial politik............................................4

3.3

Bentuk-bentuk (model) strtifikasi dalam politik dan karakteristiknya......4

BAB IV PENUTUP.................................................................................................9
4.1

Kesimpulan..............................................................................................10

4.2

Saran........................................................................................................10


DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................11

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Banyak yang berpendapat bahwa stratifikasi sosial dan kelas sosial itu
adalah sama, namun pengertian antara stratifikasi sosial dan kelas sosial itu
sejatinya berbeda. Stratifikasi sosial lebih merujuk pada pengelompokan orang
kedalam tingkatan atau strata dalam hierarki secara vertikal, sedangkan kelas
sosial lebih merujuk pada suatu lapisan atau strata tertentu dalam sebuah
stratifikasi sosial.
Oleh karena itu agar pandangan kita tidak salah mengenai stratifikasi
sosial, disini ingin membahas sedikit tentang stratifikasi sosial, dan karena
stratifikasi sosial juga membahas tentang siapa yang diatas dan siapa yang
dibawah, pasti stratifikasi sosial memiliki hubungan dengan dunia politik. Jadi
disini akan membahas juga mengenai stratifikasi sosial dalam politik, mengapa
stratifikasi sosial dalam politik diperlukan dan bagaima bentuk-bentuk atau model
stratifikasi sosial politik.
1.2 Tujuan Penulisan
Di dalam makalah ini ingin menjelaskan bagaimana asal-usul terbentuknya
stratifikasi sosial, mejelaskan mengapa dibutuhkan stratifikasi sosial politik dalam

masyarakat, menjelaskan bagaiman bentuk-bentuk atau model stratifikasi sosial
politik, dan menjelaskan karakteristik mulai dari kelemahan dan kelebihan pada
setiap model stratifikasi sosial politik.

BAB II RUMUSAN MASALAH
2.1 Rumusan masalah
2.1 Mengetahui asal usul terbentuknya stratifikasi sosial
2.2 Mengetahui kenapa harus ada stratifikasi sosial dalam politik
2.3 Mengetahui bentuk stratifikasi sosial dalam politik beserta
karakteristiknya.

2

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Pengertian dan asal mula terbentuknya stratifikasi sosial
Pelapisan sosial atau stratifikasi atau socialstratification berasal dari kata
stratification dan social, stratification berasal dari kata stratum (jamaknya strata)
yang berarti lapisan. Bisa disimpulkan stratifikasi sosial adalah pembedaan atau
pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal (bertingkat). Adapun

pengertian stratifikasi sosial menurut para ahli sebagai berikut:


Stratifikasi sosial menurut Pitirim A. Sorokin adalah perbedaan penduduk /



masyarakat ke dalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat (hirarkis).
Pitirim A. Sorokin dalam karangannya yang berjudul “Social
Stratification” mengatakan bahwa sistem lapisan dalam masyarakat itu
merupakan ciri yang tetap dan umum dalam masyarakat yang hidup



teratur.
Stratifikasi sosial menurut Drs. Robert M.Z. Lawang adalah penggolongan
orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam




lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.
statifikasi sosial menurut Max Weber adalah stratifikasi sosial sebagai
penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial
tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan,
privilese dan prestise.

Ada juga dua proses terjadinya stratifikasi sosial dalam masyarakat, yang
pertama dapat terjadi dengan sendirinya dan yang kedua sengaja dibentuk. Proses
terjadinya stratifikasi sosial atau pelapisan sosial yang ada dalam masyarakat
dengan sendirinya adalah terjadi karena ada perbedaan dan kemampuan manusia
dalam menilai perbedaan itu dengan menerapkan berbagai kriteria. Artinya
menganggap ada sesuatu yang dihargai, maka sesuatu itu (dihargai) menjadi bibit
yang menumbuhkan adanya sistem berlapis-lapis dalam masyarakat. Proses
terjadinya pelapisan sosial dalam masyarakat secara sengaja dibentuk biasanya
mengacu kepada pembagian kekuasaan dan wewenang yang resmi dalam

organisasi, agar anggota-anggota dalam organisasi teratur, maka kejelasan
kekuasaan dan wewenang yang harus ada dibagi-bagi dengan teratur dalam suatu
organisasi vertikal maupun horizontal. Bila tidak, kemungkinan besar terjadi
pertentangan yang dapat membahayakan keutuhan anggotanya.

3.2 Alasan dibentuknya Stratifikasi sosial dalam politik
Salah satu hasil dari dibentuknya stratifikasi sosial secara disengaja adalah
stratifikasi sosial politik. Politik merupakan kegiatan interaksi manusia berkenaan
dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan

yang mengikat untuk

masyarakat umum atau anggota organisasi, dan disebut sebagai keputusan politik.
Jadi stratifikasi sosial dalam politik ini dibentuk secara segaja agar ada kejelasan
siapa yang memerintah (orang membuat keputusan politik) dan siapa yang
diperintah (orang yang melaksanakan keputusan politik) agar tidak terjadi konflik
dan tujuan organisasi dapat tercapai.
Keputusan politik ini bisa berjalan apa bila orang yang memengaruhi
mempunyai kekuasaan. Kekuasaan adalah kemampuan mempengaruhi pihak lain
agar bersikap dan/atau sesuai dengan kehendak yang memengaruhi. Adapun yang
dimaksud dengan kekuasaan politik adalah kemampuan menggunakan sumbersumber pengaruh untuk memengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan
keputusan politik sehingga menguntungkan atau paling tidak tak merugikan pihak
yang memengaruhi tersebut.
3.3 Bentuk-bentuk (model) stratifikasi sosial dalam politik
Menurut Andrian ada 3 bentuk atau model politik dalam masyarakat yang

biasanya digunakan oleh para ilmuan politik, yaitu sebagai berikut :
1. Model Elitis
Model elitis berasumsi bahwa kekuasaan selalu terkonsentrasi pada
tangan minoritas kecil yang disebut elite. Model ini terbagi dua model yaitu
model klasik yang mengkategorikan menjadi sua kelas yaitu kelas pemerintah
dan kelas yang diperintah. Kelas yang pertama, jumlahnya sedikit,

melaksanakan semua fungsi politik, memonopoli kekuasaan, dan menikmati
keuntungan-keuntungan yang dibawa oleh kekuasaan tersebut. Sedangkan
yang kedua jumlahnya lebih banyak, diarahkan dan dikendalikan oleh
penguasa dengan cara yang kurang lebih legal, semaunya. Oleh karena itu
model politik ini dalam mengambil keputusan politik bukanlah cerminan dari
tuntunan dan aspirasi khalayak tetapi lebih mencerminkan nilai-nilai yang
dipegang oleh kalangan elite tersebut. Perubahan dalam kebijaksanaan akan
berjalan secara tambal sulam (incremental) dan bertahap, dan tidak akan
pernah dilakukan secara radikal. Dan akhirnya, khalayak yang tidak
mempunyai kekuasaan akan suit sekali mempengaruhi golongan elite.
Apabila kita kaji sifat dan karakter golongan elite politik, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat tiga tipe elite politik. Pertama , elite politik tipe
liberal, yaitu elite politik yang segala prilaku politiknya berorientasi kepada

kepentingan masyarakat umum. Oleh karena itu, elite seperti ini cenderung
bersifat terbuka kepada golongan yang bukan elite yang menjadi bagian dari
golongan lingkungan elite tersebut. Mereka cenderung membiarkan adanya
kompetisi untuk menjadi elite politik, sehingga lapisan politik akan
cenderung bersifat pluralistik. Dan akhirnya sebagai konsekuensi dari
orientasi kepada masyarakat umum dan keterbukaan itu, maka golongan elite
seperti ini akan bersifat tanggap terhadap aspirasi dan tuntunan masyarakat.
Elite politik tipe ini sering sekali disebut sebagai elite politik yang
demokratis.
Kedua, elite politik tipe koservatif, yaitu elite politik yang berusaha
memenuhi kepentingan diri sendiri atau segala prilaku politiknya selalu
berorientasi kepada golongan sendiri yang elitis itu. Tipe ini cenderung
bersifat tertutup, artinya tidak mau menerima pihak yang bukan berasal dari
golongan elite untuk masuk kedalam atau menjadi bagian dari lingkungan
mereka yang elite itu. Dan elite tipe ini cenderung berkolaborasi atau
bersekongkol dengan elite lainnya untuk mempertahankanstatus quo. Oleh
karena itu, lapisan politik akan bersifat piramid dan hierarkis., dan tidak akan
tanggapterhadap aspirasi dan tuntunan masyarakat umum. Elite politik tipe ini
seringkali disebut sebagai elite tipe oligarkis.


Ketiga, golongan counter elite, yaitu pimpinan yang berorientasi kepada
khalayak dengan menentang segala bentuk kemampuan (estabilished order)
atau menentang segala bentuk perubahan. Ciri-ciri kelompok ini adalah
bersifat ekstrim, tidak toleran, elite tipe ini terdiri dari dua sayap yaitu sayap
kiri (leftwing)

yakni aliran yang menuntut perubahan secara radikal dan

revolisioner, dan sayap kanan (rightwing) yakni aliran yang menentang segala
macam perubahan sosial,budaya, ekonomi, dan politik. Akan tetapi, keduanya
menuntut menunjukkan diri sebagai pembawa suara rakyat, dan menuntut
agar rakyat menguasai hukum, lembaga-lembaga, dan prosedur dan hak-hak
individual.
2. Model Pluralis atau kelompok kepentingan
Ada beberapa asumsi dalam model politik ini, asumsi yang pertama
menyatakan bahwa kekuasaan terdistribusi secara luas dan merata ke seluruh
masyarakatyang cenderung terpusat pada kelompok kepentingan, jadi setiap
anggota masyarakat tergabung dalam satu atau menjadi anggota suatu
organisasi atau kelompok tertentu sesuai dengan aspirasi dan kepentingannya
baik sesuai ideologis,ekonomis, maupun kultural.Dengan kata lain, suatu
kelompok politik akan terbentuk apabila terdapat sekelompokorang yang
mempunyai kepentingan yang sama mengorganisasi, berinteraksi, dan
memperjuangkan tujuannya melalui proses politik.
Asumsi yang kedua adalah bahwa kelompokpolitik dalam masyarakat
berusaha mempertahankan otonomi dan karakteristiknya baik dan pengaruh
kelompok lain maupun campur tangan pemerintah. Ketiga, politik menurut
pendekatan ini merupakan kegiatan kelompok untuk mempengaruhi
keputusan lembaga-lembaga pemerintah. Keputusan pemerintah dipandang
sebagai hasil saling mempengaruhi antara tuntunan dan tujuan kelompok
kepentingan dengan lembaga-lembaga pemerintah. Keempat, tujuan untuk
setiap kelompok politik adalah memperoleh kekuasaan untuk memengaruhi
keputusan pemerintah sehingga menguntungkan mereka.

Akses di sini berarti kesempatan suatu kelompok untuk mengadakan
kontrak untuk memengaruhi pembuatan sebuah keputusan politik. Jadi
semakin besar suatu kelompok memiliki akses, maka semakin besar
kesempatan kelompok tersebut untuk memengaruhi keputusan kelompok.
Oleh karena itu, kita bisa mengetahui alasan mengapa kelompok X
mempunyai pengaruh yang lebih besar di dalam politik daripada kelompok Y
misalnya. Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya sebuah akses yang
dimiliki satu kelompokantara lain: kohesi kelompok (kesetiaan total para
anggota), organisasi (kompleks), status (posisi kelompok tersebut dalam
struktur sosial), kepemimpinan kelompok, kekayaan, ilmu teknologi,
informasi, senjata dan hak moral. Dan jika konsep ini dianggap sebagai
konsep sentral model pluralis, maka dalam membandingkan akses
dibandingkan pula secara tidak langsung pengaruh dan efektivitas kelompok
politik. Inilah yang sebenarnya menjadi tujuan pendekatan kelompok.
Untuk cara atau mekanisme hubungan pendekatan pemerintah dengan
pendekatan pluralis ini, sesuai yangsudah dijelaskan sebelumnya bahwa
karakteristik utama kelompok politik adalah kontak tersebut dengan
pemerintah. Suatu kelompok sosial dapat dikatakan sebagai kelompok politik
apabila kelompok sosial tersebut juga ikut andil dalampembuatan keputusan
politik. Dan lembaga-lembaga pemerintah juga membentuk kelompok politik
namun mereka juga memiliki ciri khas tersendiri, kelompok ini juga memiliki
hak untuk mempertahankan aspirasi atau kepentingan mereka. Yang menjadi
kepentingan lembaga atau kelompok ini adalah kesejahteraan umum dan
keadaan badan eksekutif, dan keadilan dan kepastian hukum bagi yudikatif.
Jadi kelompok yang dibentuk oleh perintah ini bertugas sebagai penentu
keseimbangan kekuasaandalam sistem dan bahkan

menentukan bentuk

persaingan dan konflik antar kelompok politik, juga lembaga politik berperan
sebagai penengah terhadap aspirasi kelompok sosial yang memiliki akses agar
tidak terjadi konflik antar kelompok.

Berdasarkan uraian diatas, teori pluralis ini sangat membantah adanya
teori elitis. Bagi teori elitis, yang berkuasa atau yang mempunyai pengaruh
besar dalam prosespembuatan pelaksanaan keputusan politik terdiri atas lebih
dari satu kekuatan politik, dan bahwa kekuatan-kekuatan politik (kelompokkelompok) itu tidak semuanya mempunyai kekuasaan yang bersifat ekonomi
sebagaimana dituduhkan oleh teori elitis.
3. Model populis kerakyatan
Asumsi dasar model ini adalah demokrasi, jadi partisipasi individu
menjadi

keharusan

dalamproses

pembuatan

keputusan

politik

yang

memengaruhi kehidupan mereka. Asumsi tersebut sesuai dengan pendapat
dari Dewey bahwa kunci utama demokrasi sebagai pandangan hidup adalah
partisipasi setiap manusia yang telah dewasa dalam pembentukan nilai-nilai
yang mengatur hidu mereka.
Ada beberapa perbedaan pendapat menurut beberapaahli tentang
menentukan siapa yang dimaksud dengan rakyat. Pendapat yang pertama
mengatakan rakyat sebagai individu negara, paham ini biasanya dianut oleh
kalangan demokrasi liberal yang menekankan individualisme. Pendapat yang
kedua memandang rakyat secara keseluruhan (kolektif), biasanya diikutioleh
kalangan negara-negara berkembang di Asia dan Afrika.
Berdasarkan pengertian diatas, maka dirumuskanlah beberapa asumsi
lainnya yang mendasari model politik ini. Pertama, setiap warga negara yang
telah dewasa secara potensial mempunyai kekuasaan politik,seperti hak
memilih dalam pemilihan umum. Kedua, setiap warga negara mempunyai
perhatian dan minat yang besar terhadap proses politik,karena itu setiap
warga negara mempunyai potensi untuk aktif politik. Ketiga, setiap warga
negara mempunyai kemampuan untuk mengadakan penilaian terhadap proses
politik karena mereka mempunyai informasi politik yang akurat dan dalam
jumlah yang memadai.
Dengan penjelasan sebelumnya kita bisa mengetahui karakteristik masingmasing model politik. Lalu muncul sebuah pertanyaan “model politik mana
yang paling baik untuk masyarakat ?”. Sebelum memasuki jawaban tersebut

kitaterlebih dahulu harus mengetahui kelemahan masing-masing model
politik dalam stratifikasi sosial. Seperti penjelasan berikut.
Kelemahan model elitis terletak pada ekstrimnya. Yang memerintah selalu
dalam jumlah yang kecil, karena itu dalam mengambil keputusan selalu
mengabaikan aspirasi-aspirasi khalayak umum. Kelemahan model pluralis
adalah mengabaikan peranan pemimpin kelompok-kelompok politik. Dalam
kenyataannya yang memegang peranan menentukan dalamperjuangan
kelompokacapkali justru pemimpin-pemimpin kelompok tadi. Oleh karena
itu, yang menentukan atau yang memengaruhi pembuatan dan pelaksana
keputusan politik ialah sekelompok kecil pemimpin kelompok kepentingan
tersebut. Kelemahan model populis adalah menganggap semua warga negara
memiliki kapasitas yang sama. Dalam kenyataan tidak semua warga negara
yang telah dewasa mempunyai hak pilih. Disamping itu, tidak semua warga
negara mempunyai kemampuan mengajukan penilaian terhadap proses
politik, karena ketajaman pikiran dan informasi politik juga berbeda, dan
tidak semua warga negara mempunyai sumber kekuasaan.

BAB IV PENUTUP

Kesimpulan
Stratifikasi sosial terbentuk dari masyarakat karena mereka mengkriteriakan
perbedaan, dan terbentuk secara disengaja maupun tidak disengaja. Politik adalah
salah satu hasil stratifikasi sosial yang sengaja dibentuk, karena dalam suatu

organisasi atau negara diperlukan kejelasan mana yang memerintah dan mana
yang diperintah.

Saran
Dari sekian model politik kita tidak bisa mengatakan mana model politik
yang baik dan mana yang buruk, karena itu tergantung model politik tersebut
apakah sesuai dan disetujui atau tidak dengan anggotanya sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
Kolip M.Usman.2013.pengantar sosiologi.jakarta.study etly
https://edigooners.wordpress.com/2014/10/09/185/