Pengaruh turbiditas terhadap ekosistem p
MAKALAH
LIMNOLOGI
Pengaruh Kekeruhan/ Turbidity terhadap
Ekosistem Perairan
Disusun Oleh :
Sona Yudha Diliana
230110130217
Perikanan C
PROGRAM STUDI PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan sumber daya yang penting bagi kehidupan, baik itu untuk manusia,
hewan, tumbuhan maupun untuk proses industri, produksi pertanian dan penggunaan
domestik (Effendi, 2003).
Kemajuan industri dan teknologi telah dapat meningkatkan kualitas hidup
manusia. Akan tetapi, disisi lain kemajuan ini dapat pula berdampak pada lingkungan
hidup yang pada akhirnya akan berdampak pula pada manusia. Agar lingkungan tetap
terjaga dengan baik dan alam tetap dapat memberikan daya dukungnya bagi organisme
dan manusia, maka semua kegiatan yang berkaitan dengan masalah peningkatan kualitas
hidup manusia, seperti industri, transportasi, pertanian, perikanan, peternakan,
pertambangan, pembangkit listrik dan lain-lain, dan termasuk aktivitas rumah tangga,
haruslah selalu memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan (Umar, 2012).
Lingkungan terdiri dari komponen abiotik dan biotik. Jika komponen biotik
berada dalam komposisi yang proporsional antara tingkat trofik dengan komponen
abiotik yang mendukung kehidupan komponen biotik, lingkungan tersebut berada dalam
keseimbangan atau stabil. Keseimbangan lingkungan dapat menjadi rusak, artinya
lingkungan menjadi tidak seimbang jika terjadi perubahan yang melebihi daya dukung
dan daya lentingnya (Umar, 2012).
Keseimbangan lingkungan akan menjadi tidak statis, artinya terjadi penurunan dan
kenaikan. Penurunan dan kenaikan terjadi pada populasi setiap jenis. Lingkungan yang
seimbang memiliki daya dukung dan daya lenting yang tinggi. Daya dukung artinya
kemampuan lingkungan memenuhi kebutuhan mahluk hidup di dalamnya, sedangkan
daya lenting adalah daya untuk pulih kembali ke keadaan seimbang (Lina, 1985).
Kegiatan manusia mengubah lingkungan dilakukan karena adanya kebutuhan
hidup. Kebutuhan ini akan menjadi semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya
jumlah
penduduk.
Upaya
pemenuhan kebutuhan
manusia
dipengaruhi
oleh
perkembangan budaya. Ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai hasil perkembangan
budaya digunakan untuk mengembangkan berbagai industri yang dapat memenuhi
kebutuhan manusia (Whardana,1995).
Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas air adalah Turbiditas (Kekeruhan).
Turbiditas ( Kekeruhan ) merupakan kandungan bahan Organik maupun Anorganik yang
terdapat di perairan sehingga mempengaruhi proses kehidupan organisme yang ada di
perairan tersebut. Turbiditas sering di sebut dengan kekeruhan, apabila di dalam air media
terjadi kekeruhan yang tinggi maka kandungan oksigen akan menurun, hal ini disebabkan
intensitas cahaya matahari yang masuk kedalam perairan sangat terbatas sehingga
tumbuhan / phytoplankton tidak dapat melakukan proses fotosintesis untuk mengasilkan
oksigen.
Pada tahap pemeliharaan benih, faktor turbiditas sangat mempangaruhi kehidupan
benih maupun larva di dalam perairan. Turbiditas terlalu tinggi dapat menyebabkan
kematian masal, hal ini disebabkan adanya luka pada tubuh benih maupun larva sehingga
terjadi infeksi dan mempercepat pertumbuhan penyakit. Biasanya kalau terjadi kekeruhan
yang tinggi dapat menyebabkan mengelupasnya sisik / kulit benih maupun larva akibat
infeksi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Kekeruhan atau Turbiditas ?
2. Apa yang dimaksud dengan Ekosistem Perairan?
3. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan kekeruhan pada Perairan?
4. Dampak kekeruhan terhadap Ekosistem Perariran?
1.3 Tujuan
Maksud dan tujuan yang ingin dicapai oleh penyusun dalam pembuatan makalah ini
adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian atau definisi turbiditas.
2. Untuk mengetahui Pengertian, Karakteristik dan Jenis-jenis Perairan.
3. Untuk menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan kekeruhan pada perairan.
4. Untuk menganalisis dampak kekeruhan terhadap ekosistem perairan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kekeruhan (turbidity)
Turbiditas merupakan pengukuran optik dari hamburan sinar yang dihasilkan
karena interaksi antara sinar yang diberikan dengan partikel suspensi yang terdispersi
dalam larutan. Partikel-partikel suspensi tersebut dapat berupa lempung alga, material
organik, mikroorganisme, material koloid, dan sebagainya. Kekeruhan/turbiditas
adalah banyaknya jumlah partikel tersuspensi molekul besar sekalipun seperti tannin
dan lignin di dalam air. (Saidar,et.al, 2002)
Perubahan warna dan peningkatan kekeruhan air dapat diketahui secara visual,
sedangkan penciuman dapat mendeteksi adanya perubahan bau pada air serta peraba
pada kulit dapat membedakan suhu air, selanjutnya rasa tawar, asin dan lain
sebagainya dapat dideteksi oleh lidah (indera perasa) (Hardjojo dan Djokosetiyanto,
2005; Effendi, 2003 dalam Irawan dkk, 2009).
Kekeruhan merupakan sifat fisik air yang tidak hanya membahayakan ikan
tetapi juga menyebabkan air tidak produktif, karena menghalangi masuknya sinar
matahari untuk fotosintesa. Kekeruhan ini disebabkan air mengandung begitu banyak
partikel tersuspensi sehingga merubah bentuk tampilan menjadi berwarna dan kotor.
Menurut Nybakken (1992) dalam Siagian (2009), menyatakan bahwa adanya
zat-zat tersuspensi dalam perairan akan menimbulkan kekeruhan pada perairan
tersebut dan kekeruhan ini akan mempengaruhi ekologi dalam hal penurunan cahaya
yang mencolok.
Turbiditas pada ekositem perairan juga sangat berhubungan dengan
kedalaman, kecepatan arus, tipe substrat dasar, dan suhu perairan. Pengaruh ekologis
kekeruhan adalah menurunnya daya penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan
yang selanjutnya menurunkan produktivitas primer akibat penurunan fotosintesis
fitoplankton dan tumbuhan bentik. Peningkatan kekeruhan pada ekosistem perairan
juga akan berakibat terhadap mekanisme pernafasan organisme perairan. Apabila
kekeruhan semakin tinggi maka sebagian materi terlarut tersebut akan menempel pada
bagian rambut-rambut insang sehingga kemampuan insang untuk mengambil oksigen
terlarut menjadi menurun, bahkan pada tingkat kekeruhan tertentu dapat
menyebabkan insang tidak dapat berfungsi dan menyebabkan kematian.
2.2 Turbidimeter
Turbidimeter
yang
digunakan
merupakan
untuk
alat
menguji
kekeruhan, yang biasanya dilakukan
pengujian adalah pada sampel cairan
misalnya air. Salah satu parameter mutu
yang sangat vital adalah kekeruhan
yang kadang-kadang diabaikan karena
dianggap sudah cukup dilihat saja atau alat ujinya yang tidak ada, padahal hal tersebut
dapat berpengaruh terhadap mutu. Oleh sebab itu, untuk mengendalikan mutu
dilakukan uji kekeruhan dengan alat turbidimeter. Ada beberapa cara praktis
memeriksa kualitas air, pertama dengan ukuran redaman (pengurangan kekuatan)
cahaya saat melewati kolom sampel air, Kekeruhan diukur dengan cara ini
menggunakan alat yang disebut nephelometer dengan setup detektor ke sisi sinar.
Satuan kekeruhan dari nephelometer dikalibrasi disebut Nephelometric Turbidity Unit
(NTU). Kekeruhan di danau, waduk, saluran, dan laut dapat diukur dengan
menggunakan Secchi disk (Keping Secchi).
Metode pengukuran turbiditas dapat dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu :
a) Pengukuran perbandingan intensitas cahaya yang dihamburkan terhadap
intensitas cahaya yang datang.
b) Pengukuran efek ekstingsi, yaitu kedalaman dimana cahaya mulai tidak
tampak di dalam lapisan medium yang keruh.
c) Instrumen pengukur perbandingan Tyndall disebut sebagai Tyndall meter.
Dalam instrumen ini intensitas diukur secara langsung. Sedang pada
nefelometer, intensitas cahaya diukur dengan larutan standar.
2.3 Air
Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan. Fungsi air tidak
pernah dapat digantikan oleh senyawa lain. Air juga merupakan salah satu komponen
utama dalam bahan dan produk pangan. Air memiliki manfaat yang sangat banyak
yang berguna bagi mahluk hidup di bumi, sehingga air mempunyai peranan yang
penting dalam melangsungkan kehidupan. Rumus kimia air dalam lingkungan
laboratorium adalah H2O. Tetapi kenyataannya di alam, rumus tersebut menjadi
H2O+X, dimana X berbentuk karakteristika bilogic (bersifat hidup) ataupun berbentuk
karakteristika non biologic (bersifat mati). Pengotor yang ada dalam air yang akan
diolah sebelum digunakan dalam industri dapat bermacam-macam, diantaranya adalah
kekeruhan (turbidity).
2.4 Ekosistem Perairan
2.4.1 Pengertian Ekosistem
Ekosistem adalah tatanan dari satuan unsur-unsur lingkungan hidup dan
kehidupan (biotik maupun abiotik) secara utuh dan menyeluruh, yang saling
mempengaruhi dan saling tergantung satu dengan yang lainnya. Ekosistem
mengandung keanekaragaman
dengan lingkungannya yang
jenis dalam
berfungsi
sebagai
suatu
suatu
komunitas
satuan
interaksi
kehidupan dalam alam (Dephut, 1997).
Ekosistem, yaitu tatanan kesatuan secara kompleks di dalamnya terdapat
habitat, tumbuhan, dan binatang yang dipertimbangkan sebagai unit kesatuan
secara utuh, sehingga semuanya akan menjadi bagian mata rantai siklus materi
dan aliran energi (Woodbury, 1954 dalam Setiadi, 1983).
Ekosistem, yaitu tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap
unsur
lingkungan
hidup yang
saling
memengaruhi
(UU Lingkungan
Hidup Tahun 1997). Unsur-unsur lingkungan hidup baik unsur biotik maupun
abiotik, baik makhluk hidup maupun benda mati, semuanya tersusun sebagai
satu kesatuan dalam ekosistem yang masing-masing tidak bisa berdiri sendiri,
tidak bisa hidup sendiri, melainkan saling berhubungan, saling mempengaruhi,
saling berinteraksi, sehingga tidak dapat dipisah-pisahkan.
2.4.2 Pengertian Perairan Mengalir dan Menggenang
Perairan mengalir (lotik) merupakan perairan yang dicirikan adanya
arus dengan kecepatan bervariasi sehingga perpindahan massa air berlangsung
terus-menerus, contohnya antara lain: sungai, kali, kanal, parit, dan
sebagainya.
Perairan menggenang (lentik) disebut juga perairan tenang yaitu
perairan dimana aliran air lambat atau bahkan tidak ada dan massa air
terakumulasi dalam periode waktu yang lama.
2.4.3 Karakteristik Perairan
Perairan adalah suatu kumpulan massa air pada suatu kawasan/wilayah
tertentu, baik yang bersifat mengalir(lotik), tergenang (lentik), tawar (fresh),
payau (brackish) maupun asin (saline). Lotik adalah kumpulan massa air
permukaan yang bersifat dinamis/mengalir (>30cm/dt). Perairan Mengalir
(Lotik) Meliputi :
Spring (mata air)
Stream ( aliran air yang keluar dari mata air)
River ( anak sungai)
Main river ( sungai yang mengantarkan air hingga laut)
Estuarine (muara), tempat bercampurnya air tawar dan air laut
(air payau/brackish)
Spring - Stream
Air jernih (turbiditas rendah) dengan nilai 5 NTU (nepteolitic turbidity
unit), dipengaruhi bahan yang tersuspensi, Alat ukurnya adalah
Turbidimeter.
Satuan warna (unit pt-Co [platina- cobalt]) -yang disebabkan bahan
yang terlarut.
Arus ceopat (>30cm/dt) ----- alat ukur arus adalah current meter.
Kelarutan oksigen tinggi (>4 mg/l).
Dasar perairan berbatu, kerikil dan berpasir.
Produktifitas/sumber makanan/energi umumnya diperoleh secara
Alocthonous ( proses daun yang jatuh ke stream).
Biota Perairan Ekosistem Stream
Komunitas dari organisme algae, bakteri, jamur (fungi) dan protozoa
umumnya berinteraksi membentuk suatu polymer extrasellular complex, yang
disebut : Biofilm ( Sheldon et al, 1997). Dalam ekosistem stream organisme
bentik invertebrata sangat berperan dalam aliran energi/makanan. Keragaman
ini dapat dihitung berdasarkan :
Shannon index : >2 = baik
Simpson index : 0,6 - 0.8 = baik
River - Main River
Air realtif keruh >5 NTU (nepteolitic turbidity unit)
Arus realtif cepat (>30cm/dt)
Kelarutan oksigen bervariasi ( tergantung tingkat pencemaran daerah
aliran sungai)
Dasar perairan berpasir dan berlumpur
Produktifitas/sumber makanan/energi umumnya diperoleh secara
Alocthonous maupun autocthonous
Estuarine
Merupakan daerah tangkapan unsur hara (nutrient trap)
Terjadinya fluktuasi salinitas
Turbiditas tinggi umumnya disebabkan oleh komunitas algae/plankton
Kelimpahan plankton tinggi, keragaman ( species diversity ) rendah
Produktivitas tinggi
Estauries mangrove swamp merupakan daerah nursery, spwaning dan
feeding area.
2.5 Faktor-faktor yang Menyebabkan Kekeruhan
2.5.1 Suhu
Suhu air merupakan satu faktor yang penting bagi ikan. Ikan adalah organisma
berdarah dingin dan mempunyai suhu tubuh yang sama dengan suhu persekitarannya
(air). Suhu air akan memberi kesan terhadap aktivitas, makan, pembesaran dan
pembiakan semua ikan. Suhu air juga dapat berperan didalam menentukan jumlah gas
(oksigen, karbon dioksida, nitrogen,dll) yang terlarut didalam air. Semakin dingin air
semakin banyak kandungan gas yang dapat terlarut. Suhu juga memegang peranan
didalam proses stratifikasi termal “thermal stratification”. Bagi para penternak yang
menjalankan aktivitas ternakan ikan dalam sangkar harus memahami dengan seksama
mengenai perkara ini. Air yang lebih dingin biasanya lebih berat dari air yang panas.
Perbedaan yang sedemikian akan menyebabkan air tadi tidak dapat bercampur. Hujan
lebat yang terus menerus selama beberapa hari akan menyebabkan stratifikasi termal
“pecah” dan air dibagian bawah tasik/empangan akan bercampur dengan air dibagian
permukaan dan kematian masal akan terjadi. Kandungan suhu yang ideal untuk usaha
budidaya ikan adalah 23-32°C.(Benefield, Lary D., Joseph F.,& Barron L. Weand.
1982).
2.5.2 Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut, adalah parameter kimia air yang terpenting didalam
akuakultur. Kandungan oksigen yang rendah akan mengakibatkan kematian ikan yang
banyak, secara langsung atau tidak langsung, Seperti juga manusia, ikan memerlukan
oksigen untuk proses respirasi (bernafas). Jumlah oksigen yang diperlukan oleh ikan
adalah bergantung kepada size (ukuran), kadar makan, tahap aktivitas, dan juga suhu.
Anak ikan atau benih memerlukan jumlah oksigen yang lebih dibandingkan dengan
ikan yang lebih besar, kerana kadar metabolik anak ikan lebih tinggi.
Untuk mendapatkan kadar pertumbesaran ikan yang tinggi, ikan harus
dipelihara pada kandungan oksigen yang optimal. Sebagai panduan kandungan
oksigen didalam air minimal 5 mg/l. Kandungan oksigen yang kurang dari 5 mg/l
akan menyebabkan ikan merasa tertekan, dan pada kandungan oksigen < 2 mg/l pula
dapat menyebabkan kematian ikan. Walau bagaimanapun harus diingat, terdapat juga
jenis-jenis ikan yang tidak memerlukan kandungan oksigen yang tinggi, contohnya
ikan Keli.
Seperti yang kita ketahui bukan hanya ikan yang memerlukan oksigen, tetapi
juga bakteri memerlukan jumlah oksigen yang besar, Ketika terjadi Dekomposisi
(penguraian) bahan-bahan organik (terdir dari algae, bakteria, dan bahan buangan
ikan) adalah merupakan proses yang utama menggunakan oksigen didalam sistem
akuakultur.
2.5.3 Karbondioksida (CO2)
Jumlah kandungan CO2 pada tahap 10 mg/l masih tidak mendatangkan kesan
kepada kehidupan ikan jika pada masa yang sama kandungan oksigen didalam air
yang tinggi. Air kolam yang yang mempunyai kadar penebaran ikan yang normal,
selalu mempunyai kandungan CO2 sekitar 20 mg/l akan mendatangkan masalah kepada ikan.
Ada dua cara yang dapat diamalkan untuk mengurangkan kandungan CO2.
Cara yang paling mudah adalah dengan memberikan pengudaraan "aeration". Dengan
cara ini CO2 boleh dibebaskan ke udara. Cara kedua adalah dengan menambah bahan
yang terdiri dari "carbonate", contohnya CaCO3 atau Na2CO3. Cara ini akan
menghilangkan CO2 dari air dan menyimpannya didalam bentuk penampan
"bicarbonate" atau "carbonate". Kita akan sentuh perkara ini didalam perkara
berkaitan dengan alkalinitas. (Benefield, Lary D., Joseph F.,& Barron L. Weand.
1982).
2.5.4 Blooming Plankton
Red tide atau blooming plankton merupakan fenomena yang terjadi akibat
ledakan perkembangan (blooming) yang begitu cepat dari sejenis fitoplankton,
misalnya Ptychodiscus brevis, Prorocentrum, Gymnodinium breve, Alexandrium
catenella dan Noctiluca scintillans dari kelompok dinoflagelata (Phyrropyta) yang
dapat menyebabkan perubahan warna dan konsentrasi air secara drastis, kematian
massal biota laut, perubahan struktur komunitas ekosistem perairan, bahkan
keracunan dan kematian pada manusia. Ciri-ciri terjadinya Red Tide atau blooming
plankton:
1. Perubahan warna air laut atau estuaria dari hijau biru menjadi merah,
merah kecoklatan, hijau atau kuning hijau.
2. Banyaknya ikan mati.
3. Perubahan bau.
Faktor Pemicu Ledakan Populasi
Populasi blooming fitoplankton di suatu peraian di sebabkan oleh faktorfaktor lingkungan perairan yaitu sebagai berikut:
Upwelling
Upwelling sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi ledakan
alga, dapat didefinisikan sebagai peristiwa menaiknya massa air laut dari
lapisan bawah ke permukaan (dari kedalaman 150 – 250 meter) karena
proses fisik perairan. Proses upwelling terjadi karena kekosongan massa
air pada lapisan permukaan, akibat terbawa ke tempat lain oleh arus.
Upwelling dapat terjadi di daerah pantai dan di laut lepas. Di daerah
pantai, upweling dapat terjadi jika massa air lapisan permukaan mengalir
meninggalkan pantai. Untuk laut lepas, proses upwelling dapat terjadi
karena adanya pola arus permukaan yang menyebar (divergence), sehingga
massa air dari lapisan bawah permukaan akan mengalir ke atas mengisi
kekosongan yang terjadi karena menyebarnya arus. Adanya proses ini
ditandai dengan turunya suhu permukaan laut yang cukup mencolok
(sekitar 2oC untuk daerah tropis, dan > 2oC untuk daerah sub tropis).
Upwelling dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:
1.
Jenis tetap (stationary type), yang terjadi sepanjang tahun meskipun
intensitasnya dapat berubah-ubah. Di sini akan berlangsung gerakan
naiknya massa air dari lapisan bawah secara mantap dan setelah
mencapai permukaan, massa air bergerak secara horizontal ke luar,
seperti yang terjadi di lepas pantai Peru.
2.
Jenis berkala (periodic type) yang terjadi hanya selama satu musim
saja. Selama air naik, massa air lapisan permukaan meninggalkan
lokasi air naik, dan massa air yang lebih berat dari lapisan bawah
bergerak ke atas mencapai permukaan.
3.
Jenis silih berganti (alternating type) yang terjadi secara bergantian
dengan penenggelaman massa air (sinking). Dalam satu musim, air
ringan di lapisan permukaan bergerak ke luar dari lokasi terjadinya
air naik dan air lebih berat di lapisan bawah bergerak ke atas yang
kemudian tenggelam.
Masuknya nutrisi atau eutrofikasi kedalam laut akan bertanggung jawab
terjadinya proses peledakan algae, baik itu mikro algae yang berkembang
didaerah perairan dangkal atau diperairan yang dalam yang dapat
berasosiasi dengan endemic hipoksia didasar.
Penolakan pemakanan oleh predator herbivora terhadap jenis plankton
yang beracun.
Adanya hujan lebat serta masuknya air tawar ke laut dalam jumlah yang
besar.
Pada musim semi terjadi kelimpahan plankton, Musim semi membawa
suhu hangat dan sinar matahari meningkat, menciptakan termoklin yang
memerangkap nutrisi pada permukaan laut. Hal ini memungkinkan
fitoplankton untuk menyerap energi dan mengambil dalam nutrisi yang
mereka butuhkan untuk berfotosintesis dan berkembang biak.
Nutrisi (unsure hara) yang melimpah dalam perairan untuk energi dan
pertumbuhannya, sehingga meningkatkan pertumbuhan fitoplankton
dengan cepat.
2.5.5 Limbah cair
Limbah cair merupakan air bekas yang sudah tidak terpakai lagi sebagai hasil
dari berbagai kegiatan manusia sehari-hari. Air limbah domestik adalah air limbah
yang bukan berasal dari kegiatan industri. Limbah biasanya dibuang ke alam yaitu
dalam tanah atau ke badan perairan.
A. Jenis dan macam limbah cair
Jenis dan macam limbah cair dikelompokan berdasarkan sumber penyebab air
limbah, yang secara umum terdiri :
1. Limbah domestik. Air yang berasal dari kegiatan penghunian (rumah tinggal,
hotel, sekolah, kampus, perkantoran, pasar, pertokoan, dan fasilitas umum).
Yang dapat dikelompokan menjadi air buangan kamar mandi, air buangan wc,
dan air buangan dapur dan cuci.
2. Limbah industri. Air yang berasal dari kegiatan industri (logam, tekstil, kulit,
makanan, minuman, kimia, dll)
3. Air limbah limpasan dan rembesan air hujan. Yaitu air yang melimpas di
atas permukaan tanah dan meresap ke dalam tanah sebagai akibat terjadinya
hujan.
B. Kuantitas air limbah
Banyaknya air limbah dipengaruhi oleh hal-hal sbb :
Jumlah air bersih yang dibutuhkan per kapita, yang pada umumnya diperkirakan
berkisar 60 % - 70% dari banyaknya air bersih yang dibutuhkan.
Keadaan masyarakat dan lingkungan, yang dapat dibedakan berdasarkan tingkat
perkembangan suatu daerah (kota, urban, dan pedesaan), daerah yang
mengalami kekeringan, pola hidup masyarakat (di jawa barat dengan kolam
ikannya, di kalimantan dengan jamban apungnya)
Keserempakan pembuangan air limbah yang tidak sama antara sumber satu
dengan lainnya se tiap hari. Beberapa besaran air buangan limbah yang sering
digunakan dalam perencanaan adalah sbb:
Amerika
……………………
100 - 200 liter/orang/hari
Eropa
……………………
40 - 225 liter/orang/hari
Indonesia ……………………
100 -150 liter/orang/hari
Limbah industri ………………
50 liter/orang/hari
Air limbah yang akan masuk pipa harus digelontor air bersih yang banyaknya
sama atau lebih dari limbahnya, yang dimaksudkan agar aliran dalam pipa dapat
selalu lancar karena sedimentasi yang terjadi dapat dihilangkan pada saat
penggelontoran, dan dengan penggelontoran, maka kepekatan air limbah akan
berkurang.
Untuk menghitung debit air limbah domestik dapat dilakukan melalui 2 cara,
yaitu dengan perhitungan yang berdasarkan pada debit air limbah domestik per
kapita sebesar 150 liter/orang/hari, atau dengan perhitungan yang berdasarkan
debit air bersih rata-rata, yaitu 1 liter/detik/1000 orang.
C. Kualitas air limbah
Kualitas air limbah dapat diketahui melalui karakteristiknya, sbb :
Sifat fisik
Bahan padat : terapung, tersuspensi, terlarut dan mengendap. Yang
mengendap terdiri dari pasir dan lumpur kasar, lumpur halus dan lumpur
koloid
Warna : coklat muda (berumur 6 jam), abu-abu tua (merupakan air limbah
yang sedang mengalami pembusukkan), hitam (air limbah sudah
membusuk akibat bakteri anaerob)
Bau : terasa bau tidak sedap saat air limbah pada kondisi anaerob
Suhu : suhu air limbah biasanya lebih tinggi dari air bersih
Sifat kimia
Organik : minyak, lemak, protein, dan karbonat
Anorganik : sulfat, chlorida, nitrogen, fosfor, belerang dan logam berat
(fe, al, mn, mg dan pb)
Gas-gas : hirogen sulfida, karbon dioksida, oksigen, dan metan
Sifat biologis
Berbagai jenis organisme terdapat di dalam air limbah, yang dapat
diklasifikasikan dalam kelompok binatang (bertulang belakang dan jenis
kerang-kerangan),
tumbuhan
(lumut
dan
pakis),
protista
(bakteri,
mikroorganisme).
D. Dekomposisi air limbah
Air limbah yang dibuang ke alam akan mengalami proses dekomposisi
alami yang dilakukan oleh mikroorganisme baik organik yang terdapat dalam air
limbah untuk menjadi bahan yang stabil dan diterima oleh lingkungan. Namun
alam yang memperbaikinya memiliki keterbatasan dalam melakukan proses
tersebut apabila jumlah limbah yang dibuang melebihi kemampuannya (daya
dukungnya). Proses dekomposisi dapat berlangsung dengan cara :
1. Dekomposisi secara aerobik
Bahan organik terlarut diuraikan oleh bakteri aerob menjadi energi, gas,
bakteri baru dan bahan buangan akhir yang stabil seperti karbon dioksida,
nitrat (NO3), sulfat (SO4).
Proses perombakan biologis dilakukan oleh bakteri aerob untuk
mengoksidasi bahan organik terlarut terurai secara lengkap. Agar proses
berjalan dengan baik, maka diperlukan oksigen dalam jumlah cukup
banyak.
2. Dekomposisi secara anaerobik
Bahan organik terlarut akan dirombak oleh bakteri anaerob menjadi
senyawa organik sederhana, seperti karbondioksida (CO2), metan (CH4),
hydrogen sulfida (H2S), amonia (NH3).
Dalam proses ini air menjadi berbau, keruh, kotor, serta terjadi
pengendapan lumpur.
E. Sistem dan Pola Pengaliran Air Limbah
Untuk menangani air limbah domestik secara komunal diperlukan saluran air
limbah yang dapat mengalirkannya mulai dari sumber limbah sampai ke
instalasi pengolah air limbah (IPAL). Saluran air limbah tersebut berupa
jaringan pipa yang ditanam di bawah permukaan tanah kota. Jaringan ini sering
disebut dengan riool kota.
Hal spesifik yang perlu diperhatikan dalam riool kota adalah :
1.
Pipa saluran air limbah menjadi satu kesatuan dalam jaringan pipa air
limbah yang semuanya tertanam dibawah permukaan tanah
2.
Dimensi pipanya besar (untuk menampung air limbah dan air
penggelontor)
3.
Pada tempat pertemuan pipa harus ada bak kontrol yang dapat
digunakan oleh petugas untuk masuk ke jalan inspeksi
Jenis pipa yang digunakan biasanya terbuat dari galvanis iron pipe, baja tuang,
keramik, tanah liat, beton cor atau PVC.
2.6 Dampak Kekeruhan pada Ekosistem Perairan
Tingkat kekeruhan air di perairan mempengaruhi tingkat kedalaman
pencahayaan matahari semakin keruh suatu badan air maka semakin menghambat sinar
matahari masuk kedalam air. Pengaruh tingkat pencahayaan matahari sangat besar pada
metabolism makhluk hidup dalam air, jika cahaya matahari yang masuk berkurang
maka makhluk hidup dalam air terganggu, khususnya makhluk hidup pada kedalaman
air tertentu, demikian pula sebaliknya (Hardjojo dan Djokosetiyanto, 2005; Alaerts dan
Santika, 1987 dalam Irawan dkk, 2009).
Akibatnya bagi budidaya ikan adalah dapat mengganggu masuknya sinar
matahari, membahayakan bagi ikan maupun bagi organisme makanan ikan karena
dapat menggangu proses respirasi dan metabolisme, dan juga dapat mempengaruhi
corak dan sifat optis dari suatu perairan. Peningkatan konsentrasi padatan tersuspensi
sebanding dengan peningkatan konsentrasi kekeruhan dan berbanding terbalik dengan
kecerahan. Keberadaan total padatan tersuspensi di perairan mempengaruhi intensitas
cahaya matahari yang masuk ke dalam badan air. Dan dampaknya bagi budidaya
perairan adalah adanya absorbsi cahaya oleh air dan bahan-bahan terlarut, pembiasan
cahaya yang di sebabkan oleh bahan-bahan yang melayang. Nilai kecerahan suatu
perairan berhubungan erat dengan penetrasi cahaya matahari ke dalam badan air.
Pengaruh ekologis kekeruhan adalah menurunya daya penetrasi
cahaya
matahari ke dalam perairan yang selanjutnya menurunkan produktivitas primer akibat
penurunan fotosintesis fitoplankton (Satino, 2010)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ekosistem perairan yang beraneka ragam dengan biota perairan sebagai
pelengkapnya memiliki peranan yang penting bagi kelangsungan hidup seluruh
organisme yang ada di lingkungan tersebut. Faktor-faktor fisik, kimia maupun biologis
turut serta dalam mempengaruhi kualitas dan kuantitas suatu perairan agar berada pada
keseimbangan. Salah satu faktor fisik yang mempengaruhi perairan adalah kekeruhan.
Kekeruhan merupakan suatu indikator yang menunjukan bahwa suatu perairan telah
tersuspensi oleh bahan terlarut lain, sehingga mengganggu aktivitas biologis yang ada di
dalamnya. Yang dalam jangka pendek maupun jangka panjang memiliki pengaruh
terhadap ekosistem perairan tersebut.
Kekeruhan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
1. Suhu
2. Oksigen Terlarut
3. Karbondioksida (CO2)
4. Blooming Plankton
5. Limbah Cair
3.2 Saran
Ada beberapa cara untuk penanggulangan kekeruhan pada suatu perairan. Yaitu
proses Purifikasi/proses pemurnian air. Pemurnian air dalam bahasa Inggris disebut water
purification yaitu proses merubah keadaan air dari keruh, berbau dan berwarna, pH
beraneka menjadi air yang jernih, bebas dari keruh, berbau dan berwarna serta pH yang
netral. Mengatasi kekeruhan dapat dilakukan dengan berbagai cara:
1. Pengendapan secara alami (proses sedimentasi) dengan cara membiarkan maka air
yang mengandung lumpur kasar maupun halus akan perlahan-lahan mengendap.
2. Melalui proses koagulasi, air yang mengandung koloidal akan diendapkan memakai
bahan koagulan.
3. Proses sedimentasi aktif.
DAFTAR PUSTAKA
Literatur :
Hefni Effendi. 2007. Telaah kualitas air ; Kanisius 2003, Yogyakarta.
Ir. syaamsudin Adang Rifai, Ir. Komar Pertagunawan. 1982. Biologi perikanan. Tidak
diperjual belikan, milik Depertemen pendidikan dan kebudayaan 1982.
Benefield, Lary D., Joseph F.,& Barron L. Weand. 1982. Process Chemistry for Water and
Wastewater Treatment, Prentice-Hall, Inc. Englewood, new Jersey. 510 pp.
Boyd, C.E. 1979. Water Quality in Warmwater Fish Ponds. Agriculture Experiment Station,
Auburn, Alabama. 359 pp.
Sumber Elektronik :
Definisi Ekosistem (http://www.irwantoshut.net/ekosistem.html) diakses pada 10 Maret 2014
Pukul 00:30 WIB
Pengertian Ekosistem (id.wikipedia.org/wiki/Ekosistem) diakses pada 10 Maret 2014 pukul
00:27 WIB
Definisi Kekeruhan (http://citra1401.blogspot.com/) diakses pada 11 Maret 2014 Pukul 20:12
Pengaruh Polusi domestik (http://anurfadlilah.tumblr.com/post/22955429347/pengaruhpolusi-domestik-terhadap-kualitas-air) diakses pada 11 Maret 2014 Pukul 20:14
LIMNOLOGI
Pengaruh Kekeruhan/ Turbidity terhadap
Ekosistem Perairan
Disusun Oleh :
Sona Yudha Diliana
230110130217
Perikanan C
PROGRAM STUDI PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan sumber daya yang penting bagi kehidupan, baik itu untuk manusia,
hewan, tumbuhan maupun untuk proses industri, produksi pertanian dan penggunaan
domestik (Effendi, 2003).
Kemajuan industri dan teknologi telah dapat meningkatkan kualitas hidup
manusia. Akan tetapi, disisi lain kemajuan ini dapat pula berdampak pada lingkungan
hidup yang pada akhirnya akan berdampak pula pada manusia. Agar lingkungan tetap
terjaga dengan baik dan alam tetap dapat memberikan daya dukungnya bagi organisme
dan manusia, maka semua kegiatan yang berkaitan dengan masalah peningkatan kualitas
hidup manusia, seperti industri, transportasi, pertanian, perikanan, peternakan,
pertambangan, pembangkit listrik dan lain-lain, dan termasuk aktivitas rumah tangga,
haruslah selalu memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan (Umar, 2012).
Lingkungan terdiri dari komponen abiotik dan biotik. Jika komponen biotik
berada dalam komposisi yang proporsional antara tingkat trofik dengan komponen
abiotik yang mendukung kehidupan komponen biotik, lingkungan tersebut berada dalam
keseimbangan atau stabil. Keseimbangan lingkungan dapat menjadi rusak, artinya
lingkungan menjadi tidak seimbang jika terjadi perubahan yang melebihi daya dukung
dan daya lentingnya (Umar, 2012).
Keseimbangan lingkungan akan menjadi tidak statis, artinya terjadi penurunan dan
kenaikan. Penurunan dan kenaikan terjadi pada populasi setiap jenis. Lingkungan yang
seimbang memiliki daya dukung dan daya lenting yang tinggi. Daya dukung artinya
kemampuan lingkungan memenuhi kebutuhan mahluk hidup di dalamnya, sedangkan
daya lenting adalah daya untuk pulih kembali ke keadaan seimbang (Lina, 1985).
Kegiatan manusia mengubah lingkungan dilakukan karena adanya kebutuhan
hidup. Kebutuhan ini akan menjadi semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya
jumlah
penduduk.
Upaya
pemenuhan kebutuhan
manusia
dipengaruhi
oleh
perkembangan budaya. Ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai hasil perkembangan
budaya digunakan untuk mengembangkan berbagai industri yang dapat memenuhi
kebutuhan manusia (Whardana,1995).
Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas air adalah Turbiditas (Kekeruhan).
Turbiditas ( Kekeruhan ) merupakan kandungan bahan Organik maupun Anorganik yang
terdapat di perairan sehingga mempengaruhi proses kehidupan organisme yang ada di
perairan tersebut. Turbiditas sering di sebut dengan kekeruhan, apabila di dalam air media
terjadi kekeruhan yang tinggi maka kandungan oksigen akan menurun, hal ini disebabkan
intensitas cahaya matahari yang masuk kedalam perairan sangat terbatas sehingga
tumbuhan / phytoplankton tidak dapat melakukan proses fotosintesis untuk mengasilkan
oksigen.
Pada tahap pemeliharaan benih, faktor turbiditas sangat mempangaruhi kehidupan
benih maupun larva di dalam perairan. Turbiditas terlalu tinggi dapat menyebabkan
kematian masal, hal ini disebabkan adanya luka pada tubuh benih maupun larva sehingga
terjadi infeksi dan mempercepat pertumbuhan penyakit. Biasanya kalau terjadi kekeruhan
yang tinggi dapat menyebabkan mengelupasnya sisik / kulit benih maupun larva akibat
infeksi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Kekeruhan atau Turbiditas ?
2. Apa yang dimaksud dengan Ekosistem Perairan?
3. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan kekeruhan pada Perairan?
4. Dampak kekeruhan terhadap Ekosistem Perariran?
1.3 Tujuan
Maksud dan tujuan yang ingin dicapai oleh penyusun dalam pembuatan makalah ini
adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian atau definisi turbiditas.
2. Untuk mengetahui Pengertian, Karakteristik dan Jenis-jenis Perairan.
3. Untuk menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan kekeruhan pada perairan.
4. Untuk menganalisis dampak kekeruhan terhadap ekosistem perairan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kekeruhan (turbidity)
Turbiditas merupakan pengukuran optik dari hamburan sinar yang dihasilkan
karena interaksi antara sinar yang diberikan dengan partikel suspensi yang terdispersi
dalam larutan. Partikel-partikel suspensi tersebut dapat berupa lempung alga, material
organik, mikroorganisme, material koloid, dan sebagainya. Kekeruhan/turbiditas
adalah banyaknya jumlah partikel tersuspensi molekul besar sekalipun seperti tannin
dan lignin di dalam air. (Saidar,et.al, 2002)
Perubahan warna dan peningkatan kekeruhan air dapat diketahui secara visual,
sedangkan penciuman dapat mendeteksi adanya perubahan bau pada air serta peraba
pada kulit dapat membedakan suhu air, selanjutnya rasa tawar, asin dan lain
sebagainya dapat dideteksi oleh lidah (indera perasa) (Hardjojo dan Djokosetiyanto,
2005; Effendi, 2003 dalam Irawan dkk, 2009).
Kekeruhan merupakan sifat fisik air yang tidak hanya membahayakan ikan
tetapi juga menyebabkan air tidak produktif, karena menghalangi masuknya sinar
matahari untuk fotosintesa. Kekeruhan ini disebabkan air mengandung begitu banyak
partikel tersuspensi sehingga merubah bentuk tampilan menjadi berwarna dan kotor.
Menurut Nybakken (1992) dalam Siagian (2009), menyatakan bahwa adanya
zat-zat tersuspensi dalam perairan akan menimbulkan kekeruhan pada perairan
tersebut dan kekeruhan ini akan mempengaruhi ekologi dalam hal penurunan cahaya
yang mencolok.
Turbiditas pada ekositem perairan juga sangat berhubungan dengan
kedalaman, kecepatan arus, tipe substrat dasar, dan suhu perairan. Pengaruh ekologis
kekeruhan adalah menurunnya daya penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan
yang selanjutnya menurunkan produktivitas primer akibat penurunan fotosintesis
fitoplankton dan tumbuhan bentik. Peningkatan kekeruhan pada ekosistem perairan
juga akan berakibat terhadap mekanisme pernafasan organisme perairan. Apabila
kekeruhan semakin tinggi maka sebagian materi terlarut tersebut akan menempel pada
bagian rambut-rambut insang sehingga kemampuan insang untuk mengambil oksigen
terlarut menjadi menurun, bahkan pada tingkat kekeruhan tertentu dapat
menyebabkan insang tidak dapat berfungsi dan menyebabkan kematian.
2.2 Turbidimeter
Turbidimeter
yang
digunakan
merupakan
untuk
alat
menguji
kekeruhan, yang biasanya dilakukan
pengujian adalah pada sampel cairan
misalnya air. Salah satu parameter mutu
yang sangat vital adalah kekeruhan
yang kadang-kadang diabaikan karena
dianggap sudah cukup dilihat saja atau alat ujinya yang tidak ada, padahal hal tersebut
dapat berpengaruh terhadap mutu. Oleh sebab itu, untuk mengendalikan mutu
dilakukan uji kekeruhan dengan alat turbidimeter. Ada beberapa cara praktis
memeriksa kualitas air, pertama dengan ukuran redaman (pengurangan kekuatan)
cahaya saat melewati kolom sampel air, Kekeruhan diukur dengan cara ini
menggunakan alat yang disebut nephelometer dengan setup detektor ke sisi sinar.
Satuan kekeruhan dari nephelometer dikalibrasi disebut Nephelometric Turbidity Unit
(NTU). Kekeruhan di danau, waduk, saluran, dan laut dapat diukur dengan
menggunakan Secchi disk (Keping Secchi).
Metode pengukuran turbiditas dapat dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu :
a) Pengukuran perbandingan intensitas cahaya yang dihamburkan terhadap
intensitas cahaya yang datang.
b) Pengukuran efek ekstingsi, yaitu kedalaman dimana cahaya mulai tidak
tampak di dalam lapisan medium yang keruh.
c) Instrumen pengukur perbandingan Tyndall disebut sebagai Tyndall meter.
Dalam instrumen ini intensitas diukur secara langsung. Sedang pada
nefelometer, intensitas cahaya diukur dengan larutan standar.
2.3 Air
Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan. Fungsi air tidak
pernah dapat digantikan oleh senyawa lain. Air juga merupakan salah satu komponen
utama dalam bahan dan produk pangan. Air memiliki manfaat yang sangat banyak
yang berguna bagi mahluk hidup di bumi, sehingga air mempunyai peranan yang
penting dalam melangsungkan kehidupan. Rumus kimia air dalam lingkungan
laboratorium adalah H2O. Tetapi kenyataannya di alam, rumus tersebut menjadi
H2O+X, dimana X berbentuk karakteristika bilogic (bersifat hidup) ataupun berbentuk
karakteristika non biologic (bersifat mati). Pengotor yang ada dalam air yang akan
diolah sebelum digunakan dalam industri dapat bermacam-macam, diantaranya adalah
kekeruhan (turbidity).
2.4 Ekosistem Perairan
2.4.1 Pengertian Ekosistem
Ekosistem adalah tatanan dari satuan unsur-unsur lingkungan hidup dan
kehidupan (biotik maupun abiotik) secara utuh dan menyeluruh, yang saling
mempengaruhi dan saling tergantung satu dengan yang lainnya. Ekosistem
mengandung keanekaragaman
dengan lingkungannya yang
jenis dalam
berfungsi
sebagai
suatu
suatu
komunitas
satuan
interaksi
kehidupan dalam alam (Dephut, 1997).
Ekosistem, yaitu tatanan kesatuan secara kompleks di dalamnya terdapat
habitat, tumbuhan, dan binatang yang dipertimbangkan sebagai unit kesatuan
secara utuh, sehingga semuanya akan menjadi bagian mata rantai siklus materi
dan aliran energi (Woodbury, 1954 dalam Setiadi, 1983).
Ekosistem, yaitu tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap
unsur
lingkungan
hidup yang
saling
memengaruhi
(UU Lingkungan
Hidup Tahun 1997). Unsur-unsur lingkungan hidup baik unsur biotik maupun
abiotik, baik makhluk hidup maupun benda mati, semuanya tersusun sebagai
satu kesatuan dalam ekosistem yang masing-masing tidak bisa berdiri sendiri,
tidak bisa hidup sendiri, melainkan saling berhubungan, saling mempengaruhi,
saling berinteraksi, sehingga tidak dapat dipisah-pisahkan.
2.4.2 Pengertian Perairan Mengalir dan Menggenang
Perairan mengalir (lotik) merupakan perairan yang dicirikan adanya
arus dengan kecepatan bervariasi sehingga perpindahan massa air berlangsung
terus-menerus, contohnya antara lain: sungai, kali, kanal, parit, dan
sebagainya.
Perairan menggenang (lentik) disebut juga perairan tenang yaitu
perairan dimana aliran air lambat atau bahkan tidak ada dan massa air
terakumulasi dalam periode waktu yang lama.
2.4.3 Karakteristik Perairan
Perairan adalah suatu kumpulan massa air pada suatu kawasan/wilayah
tertentu, baik yang bersifat mengalir(lotik), tergenang (lentik), tawar (fresh),
payau (brackish) maupun asin (saline). Lotik adalah kumpulan massa air
permukaan yang bersifat dinamis/mengalir (>30cm/dt). Perairan Mengalir
(Lotik) Meliputi :
Spring (mata air)
Stream ( aliran air yang keluar dari mata air)
River ( anak sungai)
Main river ( sungai yang mengantarkan air hingga laut)
Estuarine (muara), tempat bercampurnya air tawar dan air laut
(air payau/brackish)
Spring - Stream
Air jernih (turbiditas rendah) dengan nilai 5 NTU (nepteolitic turbidity
unit), dipengaruhi bahan yang tersuspensi, Alat ukurnya adalah
Turbidimeter.
Satuan warna (unit pt-Co [platina- cobalt]) -yang disebabkan bahan
yang terlarut.
Arus ceopat (>30cm/dt) ----- alat ukur arus adalah current meter.
Kelarutan oksigen tinggi (>4 mg/l).
Dasar perairan berbatu, kerikil dan berpasir.
Produktifitas/sumber makanan/energi umumnya diperoleh secara
Alocthonous ( proses daun yang jatuh ke stream).
Biota Perairan Ekosistem Stream
Komunitas dari organisme algae, bakteri, jamur (fungi) dan protozoa
umumnya berinteraksi membentuk suatu polymer extrasellular complex, yang
disebut : Biofilm ( Sheldon et al, 1997). Dalam ekosistem stream organisme
bentik invertebrata sangat berperan dalam aliran energi/makanan. Keragaman
ini dapat dihitung berdasarkan :
Shannon index : >2 = baik
Simpson index : 0,6 - 0.8 = baik
River - Main River
Air realtif keruh >5 NTU (nepteolitic turbidity unit)
Arus realtif cepat (>30cm/dt)
Kelarutan oksigen bervariasi ( tergantung tingkat pencemaran daerah
aliran sungai)
Dasar perairan berpasir dan berlumpur
Produktifitas/sumber makanan/energi umumnya diperoleh secara
Alocthonous maupun autocthonous
Estuarine
Merupakan daerah tangkapan unsur hara (nutrient trap)
Terjadinya fluktuasi salinitas
Turbiditas tinggi umumnya disebabkan oleh komunitas algae/plankton
Kelimpahan plankton tinggi, keragaman ( species diversity ) rendah
Produktivitas tinggi
Estauries mangrove swamp merupakan daerah nursery, spwaning dan
feeding area.
2.5 Faktor-faktor yang Menyebabkan Kekeruhan
2.5.1 Suhu
Suhu air merupakan satu faktor yang penting bagi ikan. Ikan adalah organisma
berdarah dingin dan mempunyai suhu tubuh yang sama dengan suhu persekitarannya
(air). Suhu air akan memberi kesan terhadap aktivitas, makan, pembesaran dan
pembiakan semua ikan. Suhu air juga dapat berperan didalam menentukan jumlah gas
(oksigen, karbon dioksida, nitrogen,dll) yang terlarut didalam air. Semakin dingin air
semakin banyak kandungan gas yang dapat terlarut. Suhu juga memegang peranan
didalam proses stratifikasi termal “thermal stratification”. Bagi para penternak yang
menjalankan aktivitas ternakan ikan dalam sangkar harus memahami dengan seksama
mengenai perkara ini. Air yang lebih dingin biasanya lebih berat dari air yang panas.
Perbedaan yang sedemikian akan menyebabkan air tadi tidak dapat bercampur. Hujan
lebat yang terus menerus selama beberapa hari akan menyebabkan stratifikasi termal
“pecah” dan air dibagian bawah tasik/empangan akan bercampur dengan air dibagian
permukaan dan kematian masal akan terjadi. Kandungan suhu yang ideal untuk usaha
budidaya ikan adalah 23-32°C.(Benefield, Lary D., Joseph F.,& Barron L. Weand.
1982).
2.5.2 Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut, adalah parameter kimia air yang terpenting didalam
akuakultur. Kandungan oksigen yang rendah akan mengakibatkan kematian ikan yang
banyak, secara langsung atau tidak langsung, Seperti juga manusia, ikan memerlukan
oksigen untuk proses respirasi (bernafas). Jumlah oksigen yang diperlukan oleh ikan
adalah bergantung kepada size (ukuran), kadar makan, tahap aktivitas, dan juga suhu.
Anak ikan atau benih memerlukan jumlah oksigen yang lebih dibandingkan dengan
ikan yang lebih besar, kerana kadar metabolik anak ikan lebih tinggi.
Untuk mendapatkan kadar pertumbesaran ikan yang tinggi, ikan harus
dipelihara pada kandungan oksigen yang optimal. Sebagai panduan kandungan
oksigen didalam air minimal 5 mg/l. Kandungan oksigen yang kurang dari 5 mg/l
akan menyebabkan ikan merasa tertekan, dan pada kandungan oksigen < 2 mg/l pula
dapat menyebabkan kematian ikan. Walau bagaimanapun harus diingat, terdapat juga
jenis-jenis ikan yang tidak memerlukan kandungan oksigen yang tinggi, contohnya
ikan Keli.
Seperti yang kita ketahui bukan hanya ikan yang memerlukan oksigen, tetapi
juga bakteri memerlukan jumlah oksigen yang besar, Ketika terjadi Dekomposisi
(penguraian) bahan-bahan organik (terdir dari algae, bakteria, dan bahan buangan
ikan) adalah merupakan proses yang utama menggunakan oksigen didalam sistem
akuakultur.
2.5.3 Karbondioksida (CO2)
Jumlah kandungan CO2 pada tahap 10 mg/l masih tidak mendatangkan kesan
kepada kehidupan ikan jika pada masa yang sama kandungan oksigen didalam air
yang tinggi. Air kolam yang yang mempunyai kadar penebaran ikan yang normal,
selalu mempunyai kandungan CO2 sekitar 20 mg/l akan mendatangkan masalah kepada ikan.
Ada dua cara yang dapat diamalkan untuk mengurangkan kandungan CO2.
Cara yang paling mudah adalah dengan memberikan pengudaraan "aeration". Dengan
cara ini CO2 boleh dibebaskan ke udara. Cara kedua adalah dengan menambah bahan
yang terdiri dari "carbonate", contohnya CaCO3 atau Na2CO3. Cara ini akan
menghilangkan CO2 dari air dan menyimpannya didalam bentuk penampan
"bicarbonate" atau "carbonate". Kita akan sentuh perkara ini didalam perkara
berkaitan dengan alkalinitas. (Benefield, Lary D., Joseph F.,& Barron L. Weand.
1982).
2.5.4 Blooming Plankton
Red tide atau blooming plankton merupakan fenomena yang terjadi akibat
ledakan perkembangan (blooming) yang begitu cepat dari sejenis fitoplankton,
misalnya Ptychodiscus brevis, Prorocentrum, Gymnodinium breve, Alexandrium
catenella dan Noctiluca scintillans dari kelompok dinoflagelata (Phyrropyta) yang
dapat menyebabkan perubahan warna dan konsentrasi air secara drastis, kematian
massal biota laut, perubahan struktur komunitas ekosistem perairan, bahkan
keracunan dan kematian pada manusia. Ciri-ciri terjadinya Red Tide atau blooming
plankton:
1. Perubahan warna air laut atau estuaria dari hijau biru menjadi merah,
merah kecoklatan, hijau atau kuning hijau.
2. Banyaknya ikan mati.
3. Perubahan bau.
Faktor Pemicu Ledakan Populasi
Populasi blooming fitoplankton di suatu peraian di sebabkan oleh faktorfaktor lingkungan perairan yaitu sebagai berikut:
Upwelling
Upwelling sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi ledakan
alga, dapat didefinisikan sebagai peristiwa menaiknya massa air laut dari
lapisan bawah ke permukaan (dari kedalaman 150 – 250 meter) karena
proses fisik perairan. Proses upwelling terjadi karena kekosongan massa
air pada lapisan permukaan, akibat terbawa ke tempat lain oleh arus.
Upwelling dapat terjadi di daerah pantai dan di laut lepas. Di daerah
pantai, upweling dapat terjadi jika massa air lapisan permukaan mengalir
meninggalkan pantai. Untuk laut lepas, proses upwelling dapat terjadi
karena adanya pola arus permukaan yang menyebar (divergence), sehingga
massa air dari lapisan bawah permukaan akan mengalir ke atas mengisi
kekosongan yang terjadi karena menyebarnya arus. Adanya proses ini
ditandai dengan turunya suhu permukaan laut yang cukup mencolok
(sekitar 2oC untuk daerah tropis, dan > 2oC untuk daerah sub tropis).
Upwelling dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:
1.
Jenis tetap (stationary type), yang terjadi sepanjang tahun meskipun
intensitasnya dapat berubah-ubah. Di sini akan berlangsung gerakan
naiknya massa air dari lapisan bawah secara mantap dan setelah
mencapai permukaan, massa air bergerak secara horizontal ke luar,
seperti yang terjadi di lepas pantai Peru.
2.
Jenis berkala (periodic type) yang terjadi hanya selama satu musim
saja. Selama air naik, massa air lapisan permukaan meninggalkan
lokasi air naik, dan massa air yang lebih berat dari lapisan bawah
bergerak ke atas mencapai permukaan.
3.
Jenis silih berganti (alternating type) yang terjadi secara bergantian
dengan penenggelaman massa air (sinking). Dalam satu musim, air
ringan di lapisan permukaan bergerak ke luar dari lokasi terjadinya
air naik dan air lebih berat di lapisan bawah bergerak ke atas yang
kemudian tenggelam.
Masuknya nutrisi atau eutrofikasi kedalam laut akan bertanggung jawab
terjadinya proses peledakan algae, baik itu mikro algae yang berkembang
didaerah perairan dangkal atau diperairan yang dalam yang dapat
berasosiasi dengan endemic hipoksia didasar.
Penolakan pemakanan oleh predator herbivora terhadap jenis plankton
yang beracun.
Adanya hujan lebat serta masuknya air tawar ke laut dalam jumlah yang
besar.
Pada musim semi terjadi kelimpahan plankton, Musim semi membawa
suhu hangat dan sinar matahari meningkat, menciptakan termoklin yang
memerangkap nutrisi pada permukaan laut. Hal ini memungkinkan
fitoplankton untuk menyerap energi dan mengambil dalam nutrisi yang
mereka butuhkan untuk berfotosintesis dan berkembang biak.
Nutrisi (unsure hara) yang melimpah dalam perairan untuk energi dan
pertumbuhannya, sehingga meningkatkan pertumbuhan fitoplankton
dengan cepat.
2.5.5 Limbah cair
Limbah cair merupakan air bekas yang sudah tidak terpakai lagi sebagai hasil
dari berbagai kegiatan manusia sehari-hari. Air limbah domestik adalah air limbah
yang bukan berasal dari kegiatan industri. Limbah biasanya dibuang ke alam yaitu
dalam tanah atau ke badan perairan.
A. Jenis dan macam limbah cair
Jenis dan macam limbah cair dikelompokan berdasarkan sumber penyebab air
limbah, yang secara umum terdiri :
1. Limbah domestik. Air yang berasal dari kegiatan penghunian (rumah tinggal,
hotel, sekolah, kampus, perkantoran, pasar, pertokoan, dan fasilitas umum).
Yang dapat dikelompokan menjadi air buangan kamar mandi, air buangan wc,
dan air buangan dapur dan cuci.
2. Limbah industri. Air yang berasal dari kegiatan industri (logam, tekstil, kulit,
makanan, minuman, kimia, dll)
3. Air limbah limpasan dan rembesan air hujan. Yaitu air yang melimpas di
atas permukaan tanah dan meresap ke dalam tanah sebagai akibat terjadinya
hujan.
B. Kuantitas air limbah
Banyaknya air limbah dipengaruhi oleh hal-hal sbb :
Jumlah air bersih yang dibutuhkan per kapita, yang pada umumnya diperkirakan
berkisar 60 % - 70% dari banyaknya air bersih yang dibutuhkan.
Keadaan masyarakat dan lingkungan, yang dapat dibedakan berdasarkan tingkat
perkembangan suatu daerah (kota, urban, dan pedesaan), daerah yang
mengalami kekeringan, pola hidup masyarakat (di jawa barat dengan kolam
ikannya, di kalimantan dengan jamban apungnya)
Keserempakan pembuangan air limbah yang tidak sama antara sumber satu
dengan lainnya se tiap hari. Beberapa besaran air buangan limbah yang sering
digunakan dalam perencanaan adalah sbb:
Amerika
……………………
100 - 200 liter/orang/hari
Eropa
……………………
40 - 225 liter/orang/hari
Indonesia ……………………
100 -150 liter/orang/hari
Limbah industri ………………
50 liter/orang/hari
Air limbah yang akan masuk pipa harus digelontor air bersih yang banyaknya
sama atau lebih dari limbahnya, yang dimaksudkan agar aliran dalam pipa dapat
selalu lancar karena sedimentasi yang terjadi dapat dihilangkan pada saat
penggelontoran, dan dengan penggelontoran, maka kepekatan air limbah akan
berkurang.
Untuk menghitung debit air limbah domestik dapat dilakukan melalui 2 cara,
yaitu dengan perhitungan yang berdasarkan pada debit air limbah domestik per
kapita sebesar 150 liter/orang/hari, atau dengan perhitungan yang berdasarkan
debit air bersih rata-rata, yaitu 1 liter/detik/1000 orang.
C. Kualitas air limbah
Kualitas air limbah dapat diketahui melalui karakteristiknya, sbb :
Sifat fisik
Bahan padat : terapung, tersuspensi, terlarut dan mengendap. Yang
mengendap terdiri dari pasir dan lumpur kasar, lumpur halus dan lumpur
koloid
Warna : coklat muda (berumur 6 jam), abu-abu tua (merupakan air limbah
yang sedang mengalami pembusukkan), hitam (air limbah sudah
membusuk akibat bakteri anaerob)
Bau : terasa bau tidak sedap saat air limbah pada kondisi anaerob
Suhu : suhu air limbah biasanya lebih tinggi dari air bersih
Sifat kimia
Organik : minyak, lemak, protein, dan karbonat
Anorganik : sulfat, chlorida, nitrogen, fosfor, belerang dan logam berat
(fe, al, mn, mg dan pb)
Gas-gas : hirogen sulfida, karbon dioksida, oksigen, dan metan
Sifat biologis
Berbagai jenis organisme terdapat di dalam air limbah, yang dapat
diklasifikasikan dalam kelompok binatang (bertulang belakang dan jenis
kerang-kerangan),
tumbuhan
(lumut
dan
pakis),
protista
(bakteri,
mikroorganisme).
D. Dekomposisi air limbah
Air limbah yang dibuang ke alam akan mengalami proses dekomposisi
alami yang dilakukan oleh mikroorganisme baik organik yang terdapat dalam air
limbah untuk menjadi bahan yang stabil dan diterima oleh lingkungan. Namun
alam yang memperbaikinya memiliki keterbatasan dalam melakukan proses
tersebut apabila jumlah limbah yang dibuang melebihi kemampuannya (daya
dukungnya). Proses dekomposisi dapat berlangsung dengan cara :
1. Dekomposisi secara aerobik
Bahan organik terlarut diuraikan oleh bakteri aerob menjadi energi, gas,
bakteri baru dan bahan buangan akhir yang stabil seperti karbon dioksida,
nitrat (NO3), sulfat (SO4).
Proses perombakan biologis dilakukan oleh bakteri aerob untuk
mengoksidasi bahan organik terlarut terurai secara lengkap. Agar proses
berjalan dengan baik, maka diperlukan oksigen dalam jumlah cukup
banyak.
2. Dekomposisi secara anaerobik
Bahan organik terlarut akan dirombak oleh bakteri anaerob menjadi
senyawa organik sederhana, seperti karbondioksida (CO2), metan (CH4),
hydrogen sulfida (H2S), amonia (NH3).
Dalam proses ini air menjadi berbau, keruh, kotor, serta terjadi
pengendapan lumpur.
E. Sistem dan Pola Pengaliran Air Limbah
Untuk menangani air limbah domestik secara komunal diperlukan saluran air
limbah yang dapat mengalirkannya mulai dari sumber limbah sampai ke
instalasi pengolah air limbah (IPAL). Saluran air limbah tersebut berupa
jaringan pipa yang ditanam di bawah permukaan tanah kota. Jaringan ini sering
disebut dengan riool kota.
Hal spesifik yang perlu diperhatikan dalam riool kota adalah :
1.
Pipa saluran air limbah menjadi satu kesatuan dalam jaringan pipa air
limbah yang semuanya tertanam dibawah permukaan tanah
2.
Dimensi pipanya besar (untuk menampung air limbah dan air
penggelontor)
3.
Pada tempat pertemuan pipa harus ada bak kontrol yang dapat
digunakan oleh petugas untuk masuk ke jalan inspeksi
Jenis pipa yang digunakan biasanya terbuat dari galvanis iron pipe, baja tuang,
keramik, tanah liat, beton cor atau PVC.
2.6 Dampak Kekeruhan pada Ekosistem Perairan
Tingkat kekeruhan air di perairan mempengaruhi tingkat kedalaman
pencahayaan matahari semakin keruh suatu badan air maka semakin menghambat sinar
matahari masuk kedalam air. Pengaruh tingkat pencahayaan matahari sangat besar pada
metabolism makhluk hidup dalam air, jika cahaya matahari yang masuk berkurang
maka makhluk hidup dalam air terganggu, khususnya makhluk hidup pada kedalaman
air tertentu, demikian pula sebaliknya (Hardjojo dan Djokosetiyanto, 2005; Alaerts dan
Santika, 1987 dalam Irawan dkk, 2009).
Akibatnya bagi budidaya ikan adalah dapat mengganggu masuknya sinar
matahari, membahayakan bagi ikan maupun bagi organisme makanan ikan karena
dapat menggangu proses respirasi dan metabolisme, dan juga dapat mempengaruhi
corak dan sifat optis dari suatu perairan. Peningkatan konsentrasi padatan tersuspensi
sebanding dengan peningkatan konsentrasi kekeruhan dan berbanding terbalik dengan
kecerahan. Keberadaan total padatan tersuspensi di perairan mempengaruhi intensitas
cahaya matahari yang masuk ke dalam badan air. Dan dampaknya bagi budidaya
perairan adalah adanya absorbsi cahaya oleh air dan bahan-bahan terlarut, pembiasan
cahaya yang di sebabkan oleh bahan-bahan yang melayang. Nilai kecerahan suatu
perairan berhubungan erat dengan penetrasi cahaya matahari ke dalam badan air.
Pengaruh ekologis kekeruhan adalah menurunya daya penetrasi
cahaya
matahari ke dalam perairan yang selanjutnya menurunkan produktivitas primer akibat
penurunan fotosintesis fitoplankton (Satino, 2010)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ekosistem perairan yang beraneka ragam dengan biota perairan sebagai
pelengkapnya memiliki peranan yang penting bagi kelangsungan hidup seluruh
organisme yang ada di lingkungan tersebut. Faktor-faktor fisik, kimia maupun biologis
turut serta dalam mempengaruhi kualitas dan kuantitas suatu perairan agar berada pada
keseimbangan. Salah satu faktor fisik yang mempengaruhi perairan adalah kekeruhan.
Kekeruhan merupakan suatu indikator yang menunjukan bahwa suatu perairan telah
tersuspensi oleh bahan terlarut lain, sehingga mengganggu aktivitas biologis yang ada di
dalamnya. Yang dalam jangka pendek maupun jangka panjang memiliki pengaruh
terhadap ekosistem perairan tersebut.
Kekeruhan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
1. Suhu
2. Oksigen Terlarut
3. Karbondioksida (CO2)
4. Blooming Plankton
5. Limbah Cair
3.2 Saran
Ada beberapa cara untuk penanggulangan kekeruhan pada suatu perairan. Yaitu
proses Purifikasi/proses pemurnian air. Pemurnian air dalam bahasa Inggris disebut water
purification yaitu proses merubah keadaan air dari keruh, berbau dan berwarna, pH
beraneka menjadi air yang jernih, bebas dari keruh, berbau dan berwarna serta pH yang
netral. Mengatasi kekeruhan dapat dilakukan dengan berbagai cara:
1. Pengendapan secara alami (proses sedimentasi) dengan cara membiarkan maka air
yang mengandung lumpur kasar maupun halus akan perlahan-lahan mengendap.
2. Melalui proses koagulasi, air yang mengandung koloidal akan diendapkan memakai
bahan koagulan.
3. Proses sedimentasi aktif.
DAFTAR PUSTAKA
Literatur :
Hefni Effendi. 2007. Telaah kualitas air ; Kanisius 2003, Yogyakarta.
Ir. syaamsudin Adang Rifai, Ir. Komar Pertagunawan. 1982. Biologi perikanan. Tidak
diperjual belikan, milik Depertemen pendidikan dan kebudayaan 1982.
Benefield, Lary D., Joseph F.,& Barron L. Weand. 1982. Process Chemistry for Water and
Wastewater Treatment, Prentice-Hall, Inc. Englewood, new Jersey. 510 pp.
Boyd, C.E. 1979. Water Quality in Warmwater Fish Ponds. Agriculture Experiment Station,
Auburn, Alabama. 359 pp.
Sumber Elektronik :
Definisi Ekosistem (http://www.irwantoshut.net/ekosistem.html) diakses pada 10 Maret 2014
Pukul 00:30 WIB
Pengertian Ekosistem (id.wikipedia.org/wiki/Ekosistem) diakses pada 10 Maret 2014 pukul
00:27 WIB
Definisi Kekeruhan (http://citra1401.blogspot.com/) diakses pada 11 Maret 2014 Pukul 20:12
Pengaruh Polusi domestik (http://anurfadlilah.tumblr.com/post/22955429347/pengaruhpolusi-domestik-terhadap-kualitas-air) diakses pada 11 Maret 2014 Pukul 20:14