Laporan analisis Kuantitatif Karbohidrat Indonesia
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II
Analisa Kuantitatif Karbohidrat
Oleh :
Nama
: Ahmad Irfan
NIM
: 06101181320001
Kelompok
: 6 (enam)
Dosen Pengasuh
: Desi, S.Pd., M.T.
Diah Kartika Sari, S.Pd., M.Si.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016
I. No. Percobaan
II. Tangga Percobaan
: 9 (Sembilan)
: 26 Februari 2016
III. Judul Percobaan
: Analisis Kuantitatif Karbohidrat
IV. Tujuan Pecobaan
: Untuk mengidentifikasi kadar glukosa pada sampel
V. Dasar Teori
Gula pereduksi yaitu monosakarida dan disakarida kecuali sukrosa dapat ditunjukkan
dengan pereaksi Fehling atau Benedict menghasilkan endapan merah bata (Cu2O). Selain
pereaksi Benedict dan Fehling, gula pereduksi juga bereaksi positif dengan pereaksi Tollens
(Apriyanto 1989). Penentuan gula pereduksi selama ini dilakukan dengan metode pengukuran
konvensional seperti metode osmometri, polarimetri, dan refraktrometri maupun berdasarkan
reaksi gugus fungsional dari senyawa sakarida tersebut (seperti metode Luff-Schoorl,
Seliwanoff, Nelson-Somogyi dan lain-lain).
Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan reaksi oksidasi-oksidasi dipergunakan secara
luas dalam analisa titrimetrik.Ion-ion dari berbagai unsure dapat hadir dalam kondisi yang
berbeda,menghasilkan kemunkinan terjadi banyak reaksi redoks.Dalam banyak prosedur
analisis analitnya memiliki lebih dari satu kondisi oksidasi sehingga harus di konversi
menjadi satu kondisi oksidasi tunggal sebelum titrasi (Day&Underwood,2004)
Metode titrasi iodometri langsung (iodimetri)mengacu kepada titrasi dengan suatu
larutan iod standar.Metode titrasi iodometri tidak langsung (iodometri)adalah berkenaan
dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia(Basset,1994)
Titrasi iodometri yaitu titrasi yang tidak langsung dimana oksidator yang dianalisa
kemudian direaksikan dengan ion iodide berlebih dalam keadaan yang sesuai yang
selanjutnya iodium dibebaskan secara kuantitatif dan titrasi dengan larutan standar.Titrasi
iodometri ini termasuk golongan titrasi redoks dimana mengacu pada transfer electron.
(Day&Undewood,2004)
Larutan standar yang digunakan dalam proses iodometri adalah natrium
tiosulfat.Garamini biasanya berbentuk sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O.Larutan tidak boleh
distandarisasi dengan penimbangan secara langsung,tetapi harus distandarisasi dengan larutan
baku
primer.Larutan
natrium
tiosulfat
tidak
stabil
dalam
waktu
yang
lam
(Day&Underwood,2004)
Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan
bilangan
oksidasi,sedangkan
reduksi
digunakan
untuk
setiap
penurunan
bilangan
oksidasi.Berati proses oksidasi disertai hilangnya electron sedangkan reduksi memperoleh
electron.Oksidator adalah senyawa dimana atom yang terkandung mengalami penurunan
oksidasi.Sebaliknya
pada
reduktor
,atom
yang
berlangsung
bersama
dan
saling
menkompensasi satu sama lain.Istilah oksidator reduktor mengacu pada suatu senyawa,tidak
kepada atomnya saja.(Khopkar,2003)
Warna larutan iodium adalah cukup kuat sehingga iodium dapat bekerja sebagai
indikatornya sendiri.Akan tetapi lebih umum digunakan suatu larutan kanji,karena warna biru
tua dari kompleks kanji-iodium dipakai untuk
suatu uji peka terhada iodium.
(Day&Underwood,1986)
Tembaga murni dapat digunakan sebagai standar primer untuk natrium tiosulfat dan
dianjurkan apabila natrium tiosulfat harus digunakan untuk penentuan tembaga.
(Day&Underwood,2004)
Metode Luff school digunakan untuk menetapkan kadar pati karena metode Luff
Schoorl baik digunakan untuk menentukan kadar karbohidrat yang berukuran sedang. Dalam
penelitian M.Verhaart dinyatakan bahwa metode Luff Schoorl merupakan metode terbaik
untuk mengukur kadar karbohidrat dengan tingkat kesalahan sebesar 10% (TBKKP 2008).
Metode Luff adalah uji kimia kualitatif yang bertujuan menguji adanya gugus aldehid (CHO). Komponen utama reagent Luff adalah CuO. Uji ini dilakukan dengan menambahkan
reagen luff pada sampel, kemudian dipanaskan. Reaksi positif pada uji Luff ditandai dengan
adanya endapan merah. Reaksi yang terjadi adalah :
Reaksi antara aldehida dengan reagen Luff
Pada reaksi tersebut terjadi reduksi CuO menjadi Cu 2O. Cu2O ini kemudian
membentuk endapan merah bata. Salah satu manfaat praktis uji luff adalah mengetahui
adanya gula pereduksi atau aldosa (contohnya sukrosa), yang memiliki gugus aldehid
(Anonim 2009).
Dalam metode Luff Schoorl, monosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan
Luff menjadi Cu2O. Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga
dilepaskan I2. Pada dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan adalah Iodometri karena
kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana proses
iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan. Apabila terdapat zat
oksidator kuat (misal H2SO4) dalam larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam
penambahan ion iodida berlebih akan membuat zat oksidator tersebut tereduksi dan
membebaskan I2 yang setara jumlahnya dengan dengan banyaknya oksidator (Hartati dan
Titik 2003).
VI. Alat dan Bahan
Alat :
Statif + Klem
Biuret
Erlenmeyer
Gelas kimia
Pipet tetes
Bahan :
Larutan amilum
Larutan natrium karbonat 14,3%
Larutan yodium
HCl encer
Larutan natrium tiosulfat
VII.Prosedur Percobaan
1. Timbang sampel yang mengandung kira-kira 100 mg glukosa yang tidak mengandung
reduktor lainnya, dilarutkan di dalam 50 ml air suling di dalam erlenmeyer tertutup.
2. Tambahkan 25 ml yodium 0,1 N dan 10 ml larutan antrium karbonat 14,3%, ditutup dan
dibiarkan selama 30 menit ditempat gelap.
3. Tambahkan 15 ml HCl encer dan yodium yang tersisa dengan larutan natrium tiosulfat
sampai terjadi warna kuning lemah.
4. Tambahkan indikator amilum dan titrasi sampai warna biru hilang.
5. Lakukan titrasi larutan blanko
VIII. Hasil Pengamatan
No
1
2
3
4
5
IX.
Sampel
Nasi
Pisang
Bakso
Tahu
Roti
V Awal
17 ml
22,5 ml
17 ml
19 ml
22 ml
Analisa Data
Nasi
V1 . M1 = V2 . M2
25 ml . 0,1 M = 6,7 ml . M2
M2
= 0,373 M
Kadar glukosa = 0,373 M . 9,9185 = 3,6996 mg
Pisang
V1 . M1 = V2 . M2
25 ml . 0,1 M = 27,5 ml . M2
M2
= 0,09 M
Kadar glukosa = 0,09 M . 9,9185 = 0,8926 mg
Bakso
V1 . M1 = V2 . M2
25 ml . 0,1 M = 2 ml . M2
M2
= 1,25 M
Kadar glukosa = 1,25 M . 9,9185 = 12,3981 mg
Tahu
V1 . M1 = V2 . M2
25 ml . 0,1 M = 3 ml . M2
M2
= 0,833 M
Kadar glukosa = 0,833 M . 9,9185 = 8,2621 mg
Roti
V1 . M1 = V2 . M2
V Akhir
18,7 ml
50 ml
19 ml
22 ml
30,3 ml
V Rerata
6,7 ml
27,5 ml
2 ml
3 ml
16,3 ml
25 ml . 0,1 M = 16,3 ml . M2
M2
= 0,153 M
Kadar glukosa = 0,153 M . 9,9185 = 1,5175 mg
X. Pembahasan
Praktikum kali ini tentang analisa kuantitatif karbohidrat dengan metode titrasi
yodimetri yang bertujuan untuk mengetahui kadar glukosa yang ada pada sampel. Sampel
yang digunakan ada 5 yaitu nasi, pisang, bakso, tahu dan roti.
Langkah pertama yang dilakukan adalah preparasi sampel dengan cara dihaluskan
sampel sebanyak 10 gram kemudian dihomogenisasi dengan 50 ml aquades. Sampel
kemudian diambil dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian ditambahkan dengan
yodium dan larutan natrium karbonat kemudian dibiarkan di tempat gelap 30 menit dengan
tujuan agar reaksi benar benar sempurna dan digelapkan guna menghindari reaks larutan
dengan cahaya. Kemudian ditambahkan dengan larutan HCl encer dan kemudian
ditambahkan dengan indikator amilum, sampai larutan berubah kuning. Larutan dititrasi
dengan larutan natrium tiosulfat sampai terjadi peubahan warna menjadi warna biru, warna
biru menunjukkan titik akhir dari titrasi.
Kelima sampel yang dititrasi didapatkan volume natrium tiosulfat yang digunakan
untuk nasi sebanyak 6,7 ml, pisang sebanyak 27,5 ml, bakso sebanyak 2 ml, tahu sebanyak 3
ml, roti sebanyak 16,3 ml. Dengan kadar glukosa masing-masing secara urutan sebesar madu
3,6996 mg, 0,8926 mg, 12,3981 mg, 8,2621 mg dan 1,5175 mg. Dari percobaan di atas dapat
disimpulkan bahwa banyaknya kadar glukosa berbanding terbalik dengan banyaknya volume
yang dibutuhkan dengan semakin besar kandungan karbohidrat di dalam sampel maka
volume natrium tiosulfat yang digunakan untuk titrasi semakin sedikit.
XI.
Kesimpulan
1. Banyaknya volume natrium tiosulfat yang digunakan untuk titrasi yaitu nasi sebanyak 6,7
ml, pisang sebanyak 27,5 ml, bakso sebanyak 2 ml, tahu sebanyak 3 ml, roti sebanyak 16,3
ml.
2. Kandungan glukosa pada sampel yang digunakan adalah madu 3,6996 mg, 0,8926 mg,
12,3981 mg, 8,2621 mg dan 1,5175 mg.
3. Banyaknya kadar glukosa berbanding terbalik dengan banyaknya volume yang
dibutuhkan.
4. Semakin besar kandungan karbohidrat di dalam sampel maka volume natrium tiosulfat
yang digunakan untuk titrasi semakin sedikit
DAFTAR PUSTAKA
BerthJulisthi.2012.MetodeLuffSchoorl.(online).https://foodandsnack.wordpress.com/
2012/01/08/analisa-kuantitatif-karbohidrat-metode-luff-schoorl/ , diakses pada 23
Maret 2016
HaswikaHasan.2015.TitrasiIodometri.(online).http://haswikahasan.blogspot.co.id/2015/05/
laporan-praktikum-iodometri.html diakses pada 23 Maret 2016
NugrohoEstu.2015.MetodeLuffSchoorl.(online).http://dokumen.tips/documents/super-luffschoorl.html , diakses pada 23 Maret 2016
Analisa Kuantitatif Karbohidrat
Oleh :
Nama
: Ahmad Irfan
NIM
: 06101181320001
Kelompok
: 6 (enam)
Dosen Pengasuh
: Desi, S.Pd., M.T.
Diah Kartika Sari, S.Pd., M.Si.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016
I. No. Percobaan
II. Tangga Percobaan
: 9 (Sembilan)
: 26 Februari 2016
III. Judul Percobaan
: Analisis Kuantitatif Karbohidrat
IV. Tujuan Pecobaan
: Untuk mengidentifikasi kadar glukosa pada sampel
V. Dasar Teori
Gula pereduksi yaitu monosakarida dan disakarida kecuali sukrosa dapat ditunjukkan
dengan pereaksi Fehling atau Benedict menghasilkan endapan merah bata (Cu2O). Selain
pereaksi Benedict dan Fehling, gula pereduksi juga bereaksi positif dengan pereaksi Tollens
(Apriyanto 1989). Penentuan gula pereduksi selama ini dilakukan dengan metode pengukuran
konvensional seperti metode osmometri, polarimetri, dan refraktrometri maupun berdasarkan
reaksi gugus fungsional dari senyawa sakarida tersebut (seperti metode Luff-Schoorl,
Seliwanoff, Nelson-Somogyi dan lain-lain).
Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan reaksi oksidasi-oksidasi dipergunakan secara
luas dalam analisa titrimetrik.Ion-ion dari berbagai unsure dapat hadir dalam kondisi yang
berbeda,menghasilkan kemunkinan terjadi banyak reaksi redoks.Dalam banyak prosedur
analisis analitnya memiliki lebih dari satu kondisi oksidasi sehingga harus di konversi
menjadi satu kondisi oksidasi tunggal sebelum titrasi (Day&Underwood,2004)
Metode titrasi iodometri langsung (iodimetri)mengacu kepada titrasi dengan suatu
larutan iod standar.Metode titrasi iodometri tidak langsung (iodometri)adalah berkenaan
dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia(Basset,1994)
Titrasi iodometri yaitu titrasi yang tidak langsung dimana oksidator yang dianalisa
kemudian direaksikan dengan ion iodide berlebih dalam keadaan yang sesuai yang
selanjutnya iodium dibebaskan secara kuantitatif dan titrasi dengan larutan standar.Titrasi
iodometri ini termasuk golongan titrasi redoks dimana mengacu pada transfer electron.
(Day&Undewood,2004)
Larutan standar yang digunakan dalam proses iodometri adalah natrium
tiosulfat.Garamini biasanya berbentuk sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O.Larutan tidak boleh
distandarisasi dengan penimbangan secara langsung,tetapi harus distandarisasi dengan larutan
baku
primer.Larutan
natrium
tiosulfat
tidak
stabil
dalam
waktu
yang
lam
(Day&Underwood,2004)
Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan
bilangan
oksidasi,sedangkan
reduksi
digunakan
untuk
setiap
penurunan
bilangan
oksidasi.Berati proses oksidasi disertai hilangnya electron sedangkan reduksi memperoleh
electron.Oksidator adalah senyawa dimana atom yang terkandung mengalami penurunan
oksidasi.Sebaliknya
pada
reduktor
,atom
yang
berlangsung
bersama
dan
saling
menkompensasi satu sama lain.Istilah oksidator reduktor mengacu pada suatu senyawa,tidak
kepada atomnya saja.(Khopkar,2003)
Warna larutan iodium adalah cukup kuat sehingga iodium dapat bekerja sebagai
indikatornya sendiri.Akan tetapi lebih umum digunakan suatu larutan kanji,karena warna biru
tua dari kompleks kanji-iodium dipakai untuk
suatu uji peka terhada iodium.
(Day&Underwood,1986)
Tembaga murni dapat digunakan sebagai standar primer untuk natrium tiosulfat dan
dianjurkan apabila natrium tiosulfat harus digunakan untuk penentuan tembaga.
(Day&Underwood,2004)
Metode Luff school digunakan untuk menetapkan kadar pati karena metode Luff
Schoorl baik digunakan untuk menentukan kadar karbohidrat yang berukuran sedang. Dalam
penelitian M.Verhaart dinyatakan bahwa metode Luff Schoorl merupakan metode terbaik
untuk mengukur kadar karbohidrat dengan tingkat kesalahan sebesar 10% (TBKKP 2008).
Metode Luff adalah uji kimia kualitatif yang bertujuan menguji adanya gugus aldehid (CHO). Komponen utama reagent Luff adalah CuO. Uji ini dilakukan dengan menambahkan
reagen luff pada sampel, kemudian dipanaskan. Reaksi positif pada uji Luff ditandai dengan
adanya endapan merah. Reaksi yang terjadi adalah :
Reaksi antara aldehida dengan reagen Luff
Pada reaksi tersebut terjadi reduksi CuO menjadi Cu 2O. Cu2O ini kemudian
membentuk endapan merah bata. Salah satu manfaat praktis uji luff adalah mengetahui
adanya gula pereduksi atau aldosa (contohnya sukrosa), yang memiliki gugus aldehid
(Anonim 2009).
Dalam metode Luff Schoorl, monosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan
Luff menjadi Cu2O. Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga
dilepaskan I2. Pada dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan adalah Iodometri karena
kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana proses
iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan. Apabila terdapat zat
oksidator kuat (misal H2SO4) dalam larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam
penambahan ion iodida berlebih akan membuat zat oksidator tersebut tereduksi dan
membebaskan I2 yang setara jumlahnya dengan dengan banyaknya oksidator (Hartati dan
Titik 2003).
VI. Alat dan Bahan
Alat :
Statif + Klem
Biuret
Erlenmeyer
Gelas kimia
Pipet tetes
Bahan :
Larutan amilum
Larutan natrium karbonat 14,3%
Larutan yodium
HCl encer
Larutan natrium tiosulfat
VII.Prosedur Percobaan
1. Timbang sampel yang mengandung kira-kira 100 mg glukosa yang tidak mengandung
reduktor lainnya, dilarutkan di dalam 50 ml air suling di dalam erlenmeyer tertutup.
2. Tambahkan 25 ml yodium 0,1 N dan 10 ml larutan antrium karbonat 14,3%, ditutup dan
dibiarkan selama 30 menit ditempat gelap.
3. Tambahkan 15 ml HCl encer dan yodium yang tersisa dengan larutan natrium tiosulfat
sampai terjadi warna kuning lemah.
4. Tambahkan indikator amilum dan titrasi sampai warna biru hilang.
5. Lakukan titrasi larutan blanko
VIII. Hasil Pengamatan
No
1
2
3
4
5
IX.
Sampel
Nasi
Pisang
Bakso
Tahu
Roti
V Awal
17 ml
22,5 ml
17 ml
19 ml
22 ml
Analisa Data
Nasi
V1 . M1 = V2 . M2
25 ml . 0,1 M = 6,7 ml . M2
M2
= 0,373 M
Kadar glukosa = 0,373 M . 9,9185 = 3,6996 mg
Pisang
V1 . M1 = V2 . M2
25 ml . 0,1 M = 27,5 ml . M2
M2
= 0,09 M
Kadar glukosa = 0,09 M . 9,9185 = 0,8926 mg
Bakso
V1 . M1 = V2 . M2
25 ml . 0,1 M = 2 ml . M2
M2
= 1,25 M
Kadar glukosa = 1,25 M . 9,9185 = 12,3981 mg
Tahu
V1 . M1 = V2 . M2
25 ml . 0,1 M = 3 ml . M2
M2
= 0,833 M
Kadar glukosa = 0,833 M . 9,9185 = 8,2621 mg
Roti
V1 . M1 = V2 . M2
V Akhir
18,7 ml
50 ml
19 ml
22 ml
30,3 ml
V Rerata
6,7 ml
27,5 ml
2 ml
3 ml
16,3 ml
25 ml . 0,1 M = 16,3 ml . M2
M2
= 0,153 M
Kadar glukosa = 0,153 M . 9,9185 = 1,5175 mg
X. Pembahasan
Praktikum kali ini tentang analisa kuantitatif karbohidrat dengan metode titrasi
yodimetri yang bertujuan untuk mengetahui kadar glukosa yang ada pada sampel. Sampel
yang digunakan ada 5 yaitu nasi, pisang, bakso, tahu dan roti.
Langkah pertama yang dilakukan adalah preparasi sampel dengan cara dihaluskan
sampel sebanyak 10 gram kemudian dihomogenisasi dengan 50 ml aquades. Sampel
kemudian diambil dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian ditambahkan dengan
yodium dan larutan natrium karbonat kemudian dibiarkan di tempat gelap 30 menit dengan
tujuan agar reaksi benar benar sempurna dan digelapkan guna menghindari reaks larutan
dengan cahaya. Kemudian ditambahkan dengan larutan HCl encer dan kemudian
ditambahkan dengan indikator amilum, sampai larutan berubah kuning. Larutan dititrasi
dengan larutan natrium tiosulfat sampai terjadi peubahan warna menjadi warna biru, warna
biru menunjukkan titik akhir dari titrasi.
Kelima sampel yang dititrasi didapatkan volume natrium tiosulfat yang digunakan
untuk nasi sebanyak 6,7 ml, pisang sebanyak 27,5 ml, bakso sebanyak 2 ml, tahu sebanyak 3
ml, roti sebanyak 16,3 ml. Dengan kadar glukosa masing-masing secara urutan sebesar madu
3,6996 mg, 0,8926 mg, 12,3981 mg, 8,2621 mg dan 1,5175 mg. Dari percobaan di atas dapat
disimpulkan bahwa banyaknya kadar glukosa berbanding terbalik dengan banyaknya volume
yang dibutuhkan dengan semakin besar kandungan karbohidrat di dalam sampel maka
volume natrium tiosulfat yang digunakan untuk titrasi semakin sedikit.
XI.
Kesimpulan
1. Banyaknya volume natrium tiosulfat yang digunakan untuk titrasi yaitu nasi sebanyak 6,7
ml, pisang sebanyak 27,5 ml, bakso sebanyak 2 ml, tahu sebanyak 3 ml, roti sebanyak 16,3
ml.
2. Kandungan glukosa pada sampel yang digunakan adalah madu 3,6996 mg, 0,8926 mg,
12,3981 mg, 8,2621 mg dan 1,5175 mg.
3. Banyaknya kadar glukosa berbanding terbalik dengan banyaknya volume yang
dibutuhkan.
4. Semakin besar kandungan karbohidrat di dalam sampel maka volume natrium tiosulfat
yang digunakan untuk titrasi semakin sedikit
DAFTAR PUSTAKA
BerthJulisthi.2012.MetodeLuffSchoorl.(online).https://foodandsnack.wordpress.com/
2012/01/08/analisa-kuantitatif-karbohidrat-metode-luff-schoorl/ , diakses pada 23
Maret 2016
HaswikaHasan.2015.TitrasiIodometri.(online).http://haswikahasan.blogspot.co.id/2015/05/
laporan-praktikum-iodometri.html diakses pada 23 Maret 2016
NugrohoEstu.2015.MetodeLuffSchoorl.(online).http://dokumen.tips/documents/super-luffschoorl.html , diakses pada 23 Maret 2016