MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA ( 2 )

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Budaya di hampir semua daerah di Indonesia hingga kini masih banyak menjadi
pemicu terjadinya pelanggaran hak azasi manusia (HAM). Budaya yang dinilai bertentangan
dengan HAM itu antara lain budaya patriarki, sistem kasta, yang cenderung menerapkan
perlakuan diskriminatif dalam memperoleh akses pendidikan, kesehatan dan lainnya.
“Budaya-budaya yang bertentangan dengan HAM itu hampir tersebar di seluruh daerah di
Indonesia,”. Budaya-budaya diskriminatif seperti itu perlu dikikis terus demi terwujudnya
nilai budaya baru yang egaliter, yang memosisikan semua orang dalam kesetaraan. Diduga
kuat, masih adanya budaya-budaya yang tidak sejalan dengan prinsip-prinsip HAM ini ikut
memicu tingginya terjadinya kasus-kasus pelanggaran HAM yang dilaporkan ke Komisi
Nasional Hak Azasi Manusia. Selama 2009 misalnya, kasus-kasus pelanggaran HAM yang
masuk ke Komnas HAM tak kurang dari 5000 kasus. Dan hampir semua laporan kasus yang
masuk itu sudah direkomendasikan ke instansi penegak hukum untuk diproses lebih lanjut.
Seperti halnya, Hubungan antara suku bangsa dengan ras sangatlah erat. Perbedaan
ras banyak ditunjukan dengan perbedaan biologis fisik. Misalnya ada anggapan bahwa
berkulit hitam pasti berambut keriting, sedangkan berkulit kuning berambut lurus. Faktor
rasa ini sampai sekarang tidak dapat diubah dengan teknologi dan tidak dapat
disembunyikan. Bisakah Indonesia damai dalam keberagaman? Konflik yang bernuansa
suku, agama dan ras makin sering terjadi di Indonesia, dalam hal kebudayaan. Hal ini dipicu

oleh masyarakat Indonesia yang dilatarbelakangi oleh beragam suku, agama, dan golongan
yang berbeda. Relasi yang kurang harmonis, prasangka, dan kesalah-pahaman sering terjadi
dan sering pula menimbulkan konflik dan tindak kekerasan. Kalaupun usaha yang mengarah
ke resolusi penyelesaian masalah sudah sering dilakukan, nampaknya akar masalah belum
terkuak sehingga konflik sering terulang kembali.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalahan di atas, pembahasan makalah ini akan
membahas dalam hal: “Potensi Keberagaman Budaya”, “Karakteristik Budaya Nasional”,
UNIVERSITAS KUNINGAN 2015

1

“Hubungan Budaya Lokal, Dan Budaya Nasional”, “Masalah Yang Muncul Akibat
Keberagaman Budaya”
C. Tujuan
Supaya kita mengetahui apa pengertian, pada keberagaman budaya sebagai wujud
aktualisasi nilai – nilai Hak Asasi Manusia.

UNIVERSITAS KUNINGAN 2015


2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Karakteristik dan Kebudayaan
Karakteristik secara etimologis berasal dari bahasa Inggris, yaitu berasal dari kata
character. Arti character sendiri adalah watak, sifat, dan peran. Karakter bisa diartikan
sebagai suatu sifat ataupun cirri-ciri yang khusus (yang membedakannya dengan yang lain).
Characteristic adalah sifat yang khas, yaitu sebuah keistimewaan atau ciri kahas yang
membantu

dalam

mengenal

seseuatu,

memisahkannya


dengan

yang

lain,

atau

mendeskripsikan secara jelas dan nyata; sebuah tanda yang berbeda.
Pengertian kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil
karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia
dengan belajar. Kebudayaan bisa dikatakan sebagai suatu sistem dalam masyarakat dimana
terjadi interaksi antar individu/kelompok dengan idnividu/kelompok lain sehingga
menimbulkan suatu pola tertentu, kemudian menjadi sebuah kesepakatan bersama (baik
langsung ataupun tidak langsung).
B. Implikasi Karakteristik Kebudayaan
Karakteristik Kebudayaan adalah sesuatu yang dapat dipelajari, dapat ditukar dan
dapat berubah, itu terjadi ‘hanya jika’ ada jaringan interaksi antarmanusia dalam bentuk
komunikasi antarpribadi maupun antarkelompok budaya yang terus menerus. Dalam hal ini,
seperti yang dikatakan oleh Edward T. Hall, budaya adalah komunikasi; komunikasi adalah

budaya. Jika kebudayaan diartikan sebagai sebuah kompleksitas total dari seluruh pikiran,
perasaan, dan perbuatan manusia, maka untuk mendapatkannya dibutuhkan sebuah usaha
yang selalu berurusan dengan orang lain. Disini Edward T. Hall menegaskan bahwa hanya
manusialah yang memiliki kebudayaan, sedengakan binatang tidak. Karaktersitik dari
kebudayaan membentuk perilaku –perilaku komunikasi yang khusus, yang tampil dalam
konsep subkultur. Subkultur adalah kebudayaan yang hanya berlaku bagi anggota sebuah
komunitas dalam satu kebudayaan makro. Sebagai contoh para homosex atau lesbi
mempunyai kebudayaan khsus, apakah itu dari segi pakaian, makanan, istilah, atau bahasa
yang digunakan sehari-hari.
UNIVERSITAS KUNINGAN 2015

3

Dalam

mempelajari

kebudayaan

tedapat


beberapa

pendekatan:

materi,

behaviorisme, dan ideasional. Pendekatan materi yakni memandang kebudayaan sebagai
materi: pada produk yang dihasilkan sehingga bisa diobservasi. Pendekatan behavirosime
kebudayaan dipandang sebagai suatu pola tindakan dan perilaku atau sebagai suatu sistem
adaptif. Sedangakan pada pendekatan ideasional kebudayaan dipandang sebagai suatu ide,
yaitu keseluruhan pengetahuan yang memungkinkan prosuk dan perilaku ditampakkan.
Dalam memahami kebudayaan kita harus mengacu pada sejumlah karakteristik
kebudayaan, antara lain adalah bahwa kebudayaan itu dimiliki bersama, diperoleh melalui
belajar, bersifat simbolis, bersifat adaptif dan maladapti, bersifat relatif dan universal
C. Potensi Keberagaman Budaya
Tiap suku bangsa ini memiliki ciri fisik, bahasa, kesenian, adat istiadat yang
berbeda. Dengan demikian dapat dikatakan bangsa Indonesia sebagai negara yang kaya akan
budaya. Beberapa aspek keberagaman budaya Indonesia antara lain suku, bahasa, agama dan
kepercayaan, serta kesenian. Kekayaan budaya ini merupakan daya tarik tersendiri dan

potensi yang besar untuk pariwisata serta bahan kajian bagi banyak ilmuwan untuk
memperluas pengetahuan dan wawasan. Hal yang utama dari kekayaan budaya yang kita
miliki adalah adanya kesadaran akan adanya bangga akan kebudayaan yang kita miliki serta
bagaimana dapat memperkuat budaya nasional sehingga “kesatuan kesadaran “ atau nation
bahwa kebudayaan yang berkembang adalah budaya yang berkembang dalam sebuah NKRI
sehingga memperkuat integrasi.
Seperti halnya dalam Pengertian kebudayaan, dimana keseluruhan sistem gagasan,
tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik
diri manusia dengan belajar. Kebudayaan bisa dikatakan sebagai suatu sistem dalam
masyarakat dimana terjadi interaksi antar individu/kelompok dengan idnividu/kelompok lain
sehingga menimbulkan suatu pola tertentu, kemudian menjadi sebuah kesepakatan bersama
(baik langsung ataupun tidak langsung).
Disatu sisi bangsa Indonesia juga mempunyai permasalahan berkaitan dengan
keberagaman budaya yaitu adanya konflik yang berlatar belakang perbedaan suku dan
agama. Banyak pakar menilai akar masalah konflik ialah kemajemukan masyarakat, atau
adanya dominasi budaya masyarakat yang memilki potensi tinggi dalam kehidupan serta
UNIVERSITAS KUNINGAN 2015

4


adanya ikatan primordialisme baik secara vertikal dan horisontal. Disamping itu kesenjangan
antara dua kelompok masyarakat dalam bidang ekonomi, kesempatan memperoleh
pendidikan atau mata pencaharian, maupun sosial dan budaya yang mengakibatkan
kecemburuan sosial, terlebih adanya perbedaan dalam mengakses fasilitas pemerintah juga
berbeda (pelayanan kesehatan, pembuatan KTP, SIM atau sertifikat serta hukum). Semua
perbedaan tersebut menimbulkan prasangka atau kontravensi hingga dapat berakhir dengan
konflik.
Dalam

mempelajari

kebudayaan

tedapat

beberapa

pendekatan:

materi,


behaviorisme, dan ideasional. Pendekatan materi yakni memandang kebudayaan sebagai
materi: pada produk yang dihasilkan sehingga bisa diobservasi. Pendekatan behavirosime
kebudayaan dipandang sebagai suatu pola tindakan dan perilaku atau sebagai suatu sistem
adaptif. Sedangakan pada pendekatan ideasional kebudayaan dipandang sebagai suatu ide,
yaitu keseluruhan pengetahuan yang memungkinkan prosuk dan perilaku ditampakkan.
Dalam memahami kebudayaan kita harus mengacu pada sejumlah karakteristik
kebudayaan, antara lain adalah bahwa kebudayaan itu dimiliki bersama, diperoleh melalui
belajar, bersifat simbolis, bersifat adaptif dan maladapti, bersifat relatif dan universal.
Dalam konteks HAM, Kesadaran akan pentingnya hak-hak semakin menguat
seiring dengan kesadaran moral umat manusia yang juga makin berkembang. Penghargaan
dan pengakuan terhadap hak-hak, berhubungan erat dengan penghayatan nilai-nilai,
khususnya moral. Dalam hubungannya dengan HAM, penghargaan tersebut merupakan suatu
imperatif moral dan bukan soal belas kasih dan keputusan pribadi (Ceunfin, 2004: xxi).
Imperatif tersebut hadir ke permukaan sebagai kebajikan manusia yang melahirkan
keyakinan tentang adanya hak-hak dasar yang tidak boleh dilanggar. Pelanggaran atau
pengurangan hak-hak tersebut akan mengurangi martabat manusia, sehingga untuk alasan
apa pun hak-hak tersebut tidak boleh dikurangi, dilanggar maupun diabaikan. Meskipun
seseorang melakukan perjanjian untuk menyerahkan atau mengurangi kebebasannya, kontrak
tersebut tidak akan dianggap sah dan esensi HAMnya tidak akan dikurangi (Onaga &

Manuel, 2004: 8).
D. Karakteristik Budaya Nasional

UNIVERSITAS KUNINGAN 2015

5

Ki Hajar Dewantara mengemukakan kebudayaan nasional Indonesia adalah puncakpuncak kebudayaan daerah, menurut Koentjoroningrat kebudayaan nasional Indonesia adalah
kebudayaan yang didukung sebagian besar rakyat Indonesia, bersifat khas dan dapat
dibanggakan oleh warga Indonesia. Wujud budaya nasional:
a. Bahasa, yaitu bahasa Indonesia. Sebagai bahasa nasional berfungsi sebagai lambang
kebangga nasional, lambang identitas nasional, alat pemersatu berbagai suku bangsa dan
alat penghubung antardaerah dan antar budaya
b. Seni berpakaian, contohnya adalah pakaian batik yang menjadi simbol orang Indonesia
dan non – Indonesia, serta pakaian kebaya
c. Perilaku, misalnya gotong royong (walaupun tiap daerah mempunyai nama yang berbeda,
sambatan, gugur gunung,). Selain gotong royong juga ada musyawarah, misalnya ,
adanya balai desa tempat musyawarah tiap desa, atau honai, rumah laki-laki suku Dani
serta subak pada masyarakat Bali. Contoh yang lain adalah ramah tamah dan toleransi.
Menurut Dr Bedjo dalam tulisannya memaknai kembali Bhineka Tunggal Ika dituliskan

konsep Bhineka Tunggal Ika berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 1951, juga
merujuk pada sumber asalnya yaitu Kitab Sutasoma yang ditulis oleh Empu Tantular
pada abad XIV. Semboyan tersebut merupakan seloka yang menekankan pentingnya
kerukunan antar umat yang berbeda pada waktu itu yaitu Syiwa dan Budha. Yang
terpenting disini adanya wacana baru yang dikemukakan penulis tentang semboyan
bangsa. Bhineka Tunggal Ika juga ditafsirkan sebagai “Ben Ika Tunggale Ika “ (baca: ben
iko tunggale iko, Bahasa Jawa – red). Kata ‘ben” artinya biarpun, kata ‘ika’ dibaca iko
yang artinya ‘itu atau ini’ dengan menunjuk seseorang atau sekelompok orang didekatnya
atau di luar kelompoknya. Kata ‘tunggale’ artinya ‘sadulur’ atau ‘saudara’. Jadi kalimat
diatas dapat dimaknai menjadi: Biarpun yang ini/itu saudaranya yang ini/itu dan lebih
jauh lagi, makna dari Bhineka Tunggal Ika adalah paseduluran atau persaudaraan.
Dengan persaudaraan sebagai sebuah keluarga besar yang dilahirkan oleh Ibu Pertiwi
yang bermakna Indonesia. Jadi memang kerukunan dan toleransi merupakan akar budaya
nasional
d. Peralatan, banyak sekali peralatan, materi atau artefak yang menjadi kebanggaan nasional
misalnya Candi Borobudur dan Prambanan, Monas.
UNIVERSITAS KUNINGAN 2015

6


Dalam implikasi karakteristik budaya, Kebudayaan adalah sesuatu yang
dapat dipelajari, dapat ditukar dan dapat berubah, itu terjadi ‘hanya jika’ ada jaringan
interaksi antar manusia dalam bentuk komunikasi antarpribadi maupun antar kelompok
budaya yang terus menerus. Dalam hal ini, seperti yang dikatakan oleh Edward T. Hall,
budaya adalah komunikasi; komunikasi adalah budaya. Jika kebudayaan diartikan sebagai
sebuah kompleksitas total dari seluruh pikiran, perasaan, dan perbuatan manusia, maka untuk
mendapatkannya dibutuhkan sebuah usaha yang selalu berurusan dengan orang lain.
Dalam konteks HAM, Sebagaimana prinsip etik budaya, HAM dapat dan tentu saja
dipersengketakan, tapi disana tuntutannya adalah bahwa HAM akan tetap bertahan hidup
dengan membuka diri dan terinformasikan secara cermat dan jeli (Sen, dalam Andreassen
dan Marks, 2006: 3). HAM dalam pemikiran Sen berhubungan dengan dinamika dan
perkembangan peradaban manusia yang memberi isi bagi HAM. Isi tersebut (HAM)
selanjutnya diuji dalam ruang publik untuk mengukur, apakah klaim yang mengusung
pembenarannya dapat dipertahankan secara etis.
E. Hubungan Budaya Lokal dan Budaya Nasional
Budaya lokal yang bernilai positif, bersifat luhur dapat mendukung budaya
nasional. Dalam pembangunan kebudayaan bangsa, nilai-nilai budaya positif baik budaya
daerah perlu dipertahankan dan dikembangkan karena justru menjadi akar atau sumber
budaya nasional. Mengingat budaya bangsa merupakan “hasil budi daya rakyat Indonesia
seluruhnya” maka cepat lambat pertumbuhannya tergantung kearifan peran serta seluruh
masyarakatnya. Bagaimana peran keluarga, sekolah dan pemerintah menanamkan budaya
daerah pada generasi berikutnya dan kearifan generasi muda dalam melestarikan budaya
daerah.
Sehingga didalam mempelajari kebudayaan tedapat beberapa pendekatan: materi,
behaviorisme, dan ideasional. Pendekatan materi yakni memandang kebudayaan sebagai
materi: pada produk yang dihasilkan sehingga bisa diobservasi. Pendekatan behavirosime
kebudayaan dipandang sebagai suatu pola tindakan dan perilaku atau sebagai suatu sistem
adaptif. Sedangakan pada pendekatan ideasional kebudayaan dipandang sebagai suatu ide,
yaitu keseluruhan pengetahuan yang memungkinkan prosuk dan perilaku ditampakkan.

UNIVERSITAS KUNINGAN 2015

7

Dalam konteks HAM, Kesadaran akan pentingnya hak-hak semakin menguat
seiring dengan kesadaran moral umat manusia yang juga makin berkembang. Penghargaan
dan pengakuan terhadap hak-hak, berhubungan erat dengan penghayatan nilai-nilai
kebudayaan, khususnya moral. Dalam hubungannya dengan HAM, penghargaan tersebut
merupakan suatu imperatif moral dan bukan soal belas kasih dan keputusan pribadi (Ceunfin,
2004: xxi). Imperatif tersebut hadir ke permukaan sebagai kebajikan manusia yang
melahirkan keyakinan tentang adanya hak-hak dasar yang tidak boleh dilanggar. Pelanggaran
atau pengurangan hak-hak tersebut akan mengurangi martabat manusia, sehingga untuk
alasan apa pun hak-hak tersebut tidak boleh dikurangi, dilanggar maupun diabaikan.
Meskipun

seseorang

melakukan

perjanjian

untuk

menyerahkan

atau

mengurangi

kebebasannya, kontrak tersebut tidak akan dianggap sah dan esensi HAMnya tidak akan
dikurangi (Onaga & Manuel, 2004: 8).
F. Masalah Yang Muncul Akibat Keberagaman Budaya
1. Konflik
Konflik merupakan proses sosial disosiatif yang memecah kesatuan dalam masayarakat.
Meskipun demikian, tak selamanya konflik itu negatif. Misalnya dari konflik tentang
perbedaan pendapat dalam diskusi. Dari konflik pendapat tersebut dapat memperjelas
hal-hal yang sebelumnya tidak jelas, menyempurnakan hal-hal yang tidak sempurna,
bahkan kesalahan dapat diperbaiki dengan cara-cara kritis dan santun. Berdasarkan
tingkatannya, ada dua macam konflik yaitu konflik tingkat ideologi atau gagasan dan
konflik tingkat politik. Berdasarkan jenisnya ada tiga, yaitu konflik rasial, konflik antar
suku dan konflik antar agama.
2. Intergrasi
Integrasi adalah saling ketergantungan yang lebih rapat dan erat antarbagian dalam
organisme hidup atau antar anggota di daam masyarakat sehingga terjadi penyatuan
hubungan yang dianggap harmonis.
3. Disintegrasi
Disintegrasi atau disorganisasi merupakan suatu keadaan yang tidak serasi pada setiap
bagian dari suatu kesatuan. Agar masyarakat dapat berfungsi sebagai organisasi harus ada
keserasian antar bagian – bagiannya.
UNIVERSITAS KUNINGAN 2015

8

4. Reintegrasi
Reintgrasi atau reorganisasi dapat dilaksanakan apabila norma-norma dan nilai-nilai baru
telah melembaga dalam diri warga masyarakat.
Sehingga kesemua bentuk karakteristik Kebudayaan adalah sesuatu yang dapat dipelajari,
dapat ditukar dan dapat berubah, itu terjadi ‘hanya jika’ ada jaringan interaksi antarmanusia
dalam bentuk komunikasi antar pribadi maupun antar kelompok budaya yang terus menerus.
Dalam hal ini, seperti yang dikatakan oleh Edward T. Hall, budaya adalah komunikasi;
komunikasi adalah budaya. Jika kebudayaan diartikan sebagai sebuah kompleksitas total dari
seluruh pikiran, perasaan, dan perbuatan manusia, maka untuk mendapatkannya dibutuhkan
sebuah usaha yang selalu berurusan dengan orang lain. Disini Edward T. Hall menegaskan
bahwa hanya manusialah yang memiliki kebudayaan, sedengakan binatang tidak. Karaktersitik
dari kebudayaan membentuk perilaku – perilaku komunikasi yang khusus, yang tampil dalam
konsep subkultur.
Dalam konteks HAM, Menurut Amartya Sen, hak asasi manusia dipandang terbaik dan
secara mendasar hadir sebagai komitmen dalam etika sosial yang dapat dibandingkan dengan –
tapi sekaligus sangat berbeda dari – penerimaan logika utilitarian yang diusung oleh Jeremy
Bentham dan pendukungnya. Sebagaimana prinsip etik lainnya, HAM dapat dan tentu saja
dipersengketakan, tapi disana tuntutannya adalah bahwa HAM akan tetap bertahan hidup dengan
membuka diri dan terinformasikan secara cermat dan jeli (Sen, dalam Andreassen dan Marks,
2006: 3). HAM dalam pemikiran Sen berhubungan dengan dinamika dan perkembangan
peradaban manusia yang memberi isi bagi HAM. Isi tersebut (HAM) selanjutnya diuji dalam
ruang publik untuk mengukur, apakah klaim yang mengusung pembenarannya dapat
dipertahankan secara etis.

UNIVERSITAS KUNINGAN 2015

9

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya.
Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita
ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain. Dalam kehidupan
bernegara, HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan, dimana setiap bentuk
pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu instansi atau
bahkan suatu Negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM
menempuh proses pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat
dalam Undang-Undang pengadilan HAM. Budaya Suku atau Budaya daerah yang tampak
maju misalnya Budaya Sunda, Budaya Bali, Budaya Jawa, da Sebagainya. Kemajuan
tersebut akan melewati batas menyebabkan berbahayanya perkembangan kebudayaan di
Indonesia tersebut.
B. Saran
Upaya agar sadar akan pentingnya Hak Asasi Manusia dan keberagaman budaya,
maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan HAM
kita sendiri.
2. Kerjasama antara Pemerintah daerah dan warga masyarakat Daerah perlu ditingkatkan
untuk menjaga lestarinya budaya di indonesia.
3. Kita harus bisa menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan sampai kita
melakukan pelanggaran HAM dan Jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjakinjak oleh orang lain dalam hal keberagaman budaya
4. Pemerintah harus bisa bekerjasama dengan masyarakat dalam mewujudkan kesejahteraan
rakyat.

UNIVERSITAS KUNINGAN 2015

10

5. Pelanggaran hak asasi manusia di negara Indonesia khususnya di daerah – daerah,
seharusnya ditanggapi dengan cepat dan tanggap oleh pemerintah dan disertai peran serta
masyarakat.
6. Dalam menjaga HAM kita harus mampu menyelaraskan dan mengimbangi antara HAM

kita dengan HAM orang lain.

UNIVERSITAS KUNINGAN 2015

11