MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DAN MODUL ASUHAN KEPERAWATAN JIWA UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN KEPERAWATAN JIWA (Studi di Rumah sakit Ernaldi bahar Provinsi Sumatera Selatan) Ns.Yunike, S.Kep.Ns.M.Kes Dosen Prodi Keperawatan LubukLinggau Poltekk

  

MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DAN

MODUL ASUHAN KEPERAWATAN JIWA UNTUK MENINGKATKAN

PEMBELAJARAN KEPERAWATAN JIWA

(Studi di Rumah sakit Ernaldi bahar Provinsi Sumatera Selatan)

Ns.Yunike, S.Kep.Ns.M.Kes

  Dosen Prodi Keperawatan LubukLinggau Poltekkes Kemenkes Palembang ABSTRAK

  Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk mengetahui 1) penggunaan model

  

Contextual Teaching And Learning dan Modul asuhan Keperawatan Jiwa untuk meningkatkan

  pembelajaran, 2) penggunaan model Contextual Teaching And Learning dan Modul asuhan Keperawatan Jiwa untuk meningkatkan hasil belajar dan 3) penggunaan model Contextual

  

Teaching And Learning dan Modul asuhan Keperawatan Jiwa untuk meningkatkan praktek

keperawatan jiwa.

  Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action

  

Research) yang terdiri 2 siklus, subyek penelitian atau sampel penelitian adalah mahasiswa

semester enam dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling.

  Pengumpulan data menggunakan wawancara tidak terstruktur, observasi, dan kuesioner kemudian data divalidasi dengan menggunakan triangulasi sumber, triangulasi metode, triangulasi peneliti dan triangulasi teori. Teknik analisis dengan menggunakan reduksi data, sajian data dan verifikasi.

  Pelaksanaan siklus I dan II meliputi meliputi tujuh komponen pembelajaran model

  

Contextual Teaching And Learning yaitu komstruktivisme, inquiry, questioning, modelling,

community learning, refleksi dan auntenthic assessment. Pada pelaksanaan siklus I masih

  ditemukan adanya kekurangan yang berupa pelaksanaan RPP oleh peneliti 87,5% sangat baik tetapi masih belum dilakukan secara sistematis pada tahap modelling, aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran 2,5% sangat baik dan motivasi mahasiswa dalam kategori 100% tinggi. Hasil belajar siklus I didapatkan masih ada mahasiswa yang tidak tuntas belajarnya sedangkan yang tuntas sebesar 67,8% dan praktek asuhan keperawatan siklus I pada kategori sangat baik sebanyak 67,8% dan masih ada mahasiswa yang masih rendah nilai praktek keperawatan jiwa. Pada siklus II pelaksanaan RPP oleh dosen 100% sangat baik. Aktivitas mahasiswa selama pembelajaran sangat baik 12,5%. Motivasi mahasiswa 100% tinggi. Hasil belajar pada siklus II 97,5% sangat baik. Sedangkan pelaksanaan praktek didapatkan hasil 90% sangat baik.

  Kesimpulan penelitian menunjukkan adanya peningkatan pembelajaran keperawatan jiwa, prestasi belajar dan praktek keperawatan jiwa sehingga peneliti menyarankan perlunya penerapan pembelajaran contextual teaching and learning dalam perkuliahan.

  Kata kunci: contextual teaching and learning modul, kompetensi asuhan keperawatan

  PENDAHULUAN

  Mata kuliah Keperawatan Jiwa dideskripsikan sebagai mata kuliah yang mempelajari dan mengkaji konsep asuhan keperawatan jiwa yang meliputi asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan perilaku kekerasan, halusinasi, waham, gangguan konsep diri: harga diri rendah, isolasi social: menarik diri.

  Dalam kegiatan pembelajaran mata kuliah ini umumnya dilakukan dengan ceramah dan diskusi (metode clasikal), penugasan dan

  role play sehingga terkesan monoton, kurang

  menarik dan membuat mahasiswa tidak mandiri dalam belajar. Padahal Pemberlakuan Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi oleh pemerintah menghendaki terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Dalam kurikulum berbasis kompetensi, standar kompetensi Keperawatan Jiwa tidak hanya sekedar akumulasi dari sejumlah pengetahuan yang dihafal (aspek kognitif) tetapi juga pengembangan sikap (aspek afektif) dan ketrampilan tertentu yang tercermin dalam perilaku kehidupan (aspek psikomotor).

  Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian evaluasi Program Studi Keprawatan Lubuklinggau, nilai Keperawatan Jiwa pada tahun 2012-2014 kurang dari 65% dari jumlah mahasiswa yang mencapai nilai hasil belajar tuntas (KKM ≥ 65 %). Kenyataan ini menunjukan bahwa masih rendahnya tingkat pemahaman mahasiswa terhadap mata kuliah keperawatan jiwa khususnya pada pokok bahasan asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi.

  Berdasarkan data dari penanggung jawab Praktik Klinik keperawtaan Jiwa bahwa pencapaian kompetensi asuhan keperawatan jiwa pada mahasiswa yang praktik klinik tahun ajaran 2013-2014 hanya mencapai 62% dari jumlah mahasiswa yang mencapai nilai hasil belajar tuntas (KKM ≥ 65 %). Berdasarkan laporan pembimbing klinik kepada bagian praktik klinik bahwa sebagian besar mahasiswa kesulitan dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan jiwa khususnya pada pasien dengan halusinasi. Hal ini disebabkan karena pasien dengan halusinasi yang dirawat di Rumah Sakit rata-rata masuk tahap keempat diman pasien dikuasai oelh halusinasinya sehingga cenderung mengalami gangguan konsep diri, menarik diri, asyik dengan dunianya sendiri. Sehingga dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa diperlukan teknik khusus berkomunikasi dengan penderita.

  Berdasarkan fakta yang telah dijelaskan, dengan teknik pembelajaran seperti yang diterapkan selama ini pada mata kuliah keperawatan jiwa, untuk mencapai tujuan pembelajaran berupa mahasiswa mampu mencapai kompetensi sampai tahap psikomotor akan sulit dilaksanakan. Untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yang berupa kognitif, afektif dan psikomotor maka diperlukan pembelajaran yang mengaitkan teori dengan dunia nyata. Salah satu pendekatan pembelajaran yang ditawarkan untuk diteliti adalah melalui pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL)

  Secara umum pendekatan kontekstual (CTL) merupakan suatu cara belajar yang membantu dosen mengkaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata mahasiswa dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektifitas, yakni kontruktivisme

  (Contructivisme), bertanya (Questioning),

  menemukan (Inquiri), masyarakat belajar

  (Learning Community), pemodelan (Modeling),

  dan penilaian sebenarnya (Authentic

  Assessment) (Depdikbud 2002). Sehingga

  pembelajaran dapat berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan mahasiswa melakukan dan mengalami bukan menerima transfer pengetahuan dari dosen.

  Menurut Piaget, pengajaran yang baik harus melibatkan anak dengan situasi – situasi dimana anak itu mandiri, melakukan eksperimen, yaitu mencoba segala sesuatu untuk melihat apa yang terjadi, memanipulasi tanda – tanda dan symbol, mengajukan pertanyaan dan menemukan sendiri jawabanya, mencocokan apa yang ia temukan pada saat yang lain (Ibrahim dan Nur, 2000).Seperti halnya Piaget, Vygotsky, dalam Ibrahim dan Nur (2000), bahwa perkembangan intelektual anak terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman menantang ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang dimunculkan oleh pengalaman ini. Sementara itu interaksi social dengan teman lain dalam kelompok – klelompoknya dapat memacu terbentuknya ide – ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa

  Penerapan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual membutuhkan media pembelajaran yang sesuai. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan dan kemauan mahasiswa sehingga mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya (Arief Sidharta, 2006). Modul merupakan salah satu bentuk media pembelajaran yang berupa media cetak. Dalam modul asuhan keperawatan jiwa berisi strategi pengorganisasian materi pembelajaran yang terdiri dari squancing yang mengacu pada pembuatan urutan penyajian materi pelajaran, dan synthesizing yang mengacu pada upaya untuk menunjukan kepada mahasiswa keterkaiatan atara fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang terkandung dalam materi pembelajaran. Adapun manfaat modul asuhan keperawatan jiwa yaitu membantu mahasiswa menyiapkan belajar mandiri, memiliki rencana kegiatan pembelajaran yang dapat direspon secara maksimal, memuat isi pembelajaran yang lengkap dan mampu memberikan kesempatan belajar pada mahassiwa dan dapat memonitor kegiatan belajar mahasiswa. Selama ini pembelajaran Asuhan Keperawatan Jiwa di Program Studi Keperawatan Lubuklinggau hanya memanfaatkan media cetak yang bersumber pada buku jika metodenya ceramah dan pada ranah kognitif dan afektif, sedang ranah psikomotor dengan role play.

  Sesuai dengan Visi dan Misi Rumah Sakit Ernaldi Bahar provinsi Palembang juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan Kesehatan Jiwa maka Keberadaan Rumah Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan sebagai media nyata proses pembelajaran sudah selayaknya dimanfaatkan oleh cititas akademik khususnya bidang kesehatan sebagai media pembelajaran seperti Prodi Keperawatan Lubuklinggau Poltekkes Kemenkes Palembang. Keuntungan lain yang di dapat dari pembelajaran di Rumah Sakit Ernaldi Baha Prov Sumsel karena jumlah pasien gangguan jiwa yang rawat inap rata-rata selama 3 bulan terakhir terhitung Bulan

  November 2013 sampai dengan bulan Januari 2014 sebanyak 200 orang dengan masalah keperawatan yang komplek meliputi: 68% pasien gangguan jiwa mengalami perubahan sensori persepsi: halusinasi, 15% mengalami perilaku kekerasan, 7 % mengalami gangguan konsep diri: HDR, 5 % mengalami gangguan proses piker: waham dan 5 % gangguan keperawatan lainnya. Keuntungan lain menggunakan Rumah Ernaldi bahar Prov. Sumsel sebagai media pembelajaran adalah asuhan keperawatan jiwa dan pendokumentasian proses keperawatan jiwa telah dijalankan perawat dengan baik sehingga dapat digunakan sebagai role model bagi mahasiswa dalam menerapkan pembelajaran asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi. Melalui pengembangan perangkat pembelajaran ini diharapkan kegiatan perkuliahan lebih terarah dan sistematik sehingga pembelajaran akan lebih optimal.

  Berdasarkan uraian di atas, maka perlu peneliti untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan peningkatan kualitas pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dengan modul di Rumah Sakit Ernaldi bahar sebagai media pembelajaran Asuhan Keperawatan Jiwa pada pasien dengan halusinasi.

  

METODE PENELITIAN tindakan kelas ada beberapa tujuan yang

  dapatdicapai antara lain: Pendekatan penelitian ini adalah

  Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

  1. Untuk perbaikan dan peningkatan kualitas berorientasi pada peningkatan kualitas pembelajaran di kelas pembelajaran. Sesuai orientasinya, jenis

  2. Perbaikan dan peningkatan pelayanan penelitian ini memiliki kelebihan untuk professional pendidik kepada peserta disik memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas dalam konteks pembelajaran di kelas proses dan hasil belajar.

  3. Mendapatkan pengalaman tentang Menurut Susilo H (2009) penelitian ketrampilan praktik dalam proses

  Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian pembelajaran secara reflektif, dan bukan reflekstif yang dilaksanakan secara siklis untuk mendapatkan ilmu baru (berdaur) oleh pendidik atau calon pendidik di

  4. Pengembangan kemampuan dan dalam kelas. Dikatakan demikian karena proses ketrampilan pendidik dalam melaksanakan

  PTK dimulai dari tahapan perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi untuk proses pembelajaran di kelas dalam rangka mengatasi permasalahan actual yang memecahkan masalah dan mencobakan hal – dihadapi sehari – hari. hal baru demi peningkatan kualitas pembelajaran. Desain PTK mengacu pada

  Bila digabungkan definisi di atas, maka model Kemmis dalam Susilo H (2009) diperoleh suatu batasan penelitian

  Penelitian Kelas diartikan sebagai sebuah inkuiri tindakan kelas sebagai sebuah proses ivestigasi yang bersifat reflektif mandiri yang dilakukan terkendali yang berdaur ulang atau siklus dan oleh partisipan dalam kependidikan dengan bersifat reflektif mandiri, yang memiliki tujuan maksud untuk meningkatkan kemantapan untuk melakukan perbaikan – perbaikan rasionalitas dari: 1) praktik – praktik sosial terhadap system, cara kerja, proses, isi, maupun pendidikan, 2) pemahaman terhadap kompetensi atau situasi kependidikan. praktik – praktik tersebut, dan 3) situasi pelaksanaan praktik – praktik pembelajaran.

  1. Subyek Penelitian Menurut Susilo (2009) penelitian

  Subyek dalam penelitian adalah mahasiswa semester VI Program Studi Keperawatan Lubuklinggau Poltekkes Kemenkes Palembang. tahun ajaran 2009/2010 yang berjumlah 40 orang, terdiri dari 14 mahasiswa putra dan 26 mahasiswa putri.

  2. Kedudukan Peneliti dalam Pembelajaran Peneliti adalah dosen mata kuliah Keperawatan Jiwa, sehingga dalam penelitian tidakan kelas, peneliti berperan sebagai pemberi tindakan, sedangkan sebagai observer, evaluator, dan sebagai reflektor adalah teman sejawat atau pakar dalam bidang pendidikan. Namun dalam menjaga obyektifitas penilaian, maka peneliti akan berkolaborasi dengan teman sejawat dan perawat yang ditunjuk menjadi pembimbing klinik RS Ernaldi Bahar Prov Sumsel.

  Sumber Data Dan Sampling

  Dalam penelitian tindakan kelas ini data diperoleh dari beberapa sumber antara lain:

  1. Mahasiswa sebagai subyek penelitian

  2. Nara sumber berasal dari dosen tim pengajar Keperawatan Jiwa atau teman sejawat sebagai peer dan seorang expert yaitu Ketua Program Studi keperawatan Lubuklinggau sebagai informan kunci tentang gambaran Program Studi keperawatan Lubuklinggau.

  Tehnik dan Alat Pengumpulan Data

  Teknik dan alat pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

  a. Wawancara Wawancara ini dilakukan terhadap subyek penelitian yang mengetahui kondisi awal proses pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan kelas. Bentuk pertanyaan yang diajukan selama proses wawancara adalah semi terstruktur dan pertanyaan terbuka (open ended

  question). Bentuk pertanyaan terbuka ini dipilih

  didasarkan fenomena di lapangan bahwa informasi yang digali bersifat mendalam sesuai dengan sudut pandang informan sehingga informan memiliki kebebasan dalam memberikan informasi. Sedangkan semi terstruktur dipilih untuk mengantisipasi informasi yang diberikan informan melebar dari fokus penelitian. Semua hasil wawancara direkam dan hasil rekaman ditranskripsikan dalam suatu deskripsi tekstual. Alat pengumpulan data adalah pedoman wawancara. b Observasi (Pengamatan)

  Observasi ini digunakan untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa selama proses pembelajaran berlangsung dalam bentuk siklus

  • – siklus, selama proses pembelajaran pendekatan kontekstual (CTL). Alat pengumpulan datanya berupa pedoman observasi dan ceklist:
    • Aktivitas dosen
    • Partisipasi mahasiswa dalam CTL
    • Penggunaan modul Asuhan Keperawatan Jiwa untuk mencapai kompetensi asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi

  c. Kuisioner Instrumen ini untuk mengukur kecenderungan sikap peserta didik terhadap pembelajaran yang diikutinya yaitu pendekatan kontekstual (CTL) dan modul asuhan keperawatan jiwa yang digunakan untuk memperoleh informasi. Hal ini untuk mengetahui respon atau mtivasi belajar mahsiswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Alat pengumpulan datanya adalah angket atau kuesioner tentang tanggapan mahasiswa tentang pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dengan inquiry dan modul asuhan keperawatan jiwa.

  d. Diskusi antar dosen dan observer tentang refleksi siklus PTK.

  Tes tulis untuk mengetahui peningkatan hasil belajar asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi pada akhir tindakan kelas berupa post test. Alat pengumpulan datanya adalah butir soal test.

  Analisis Data

  Dalam PTK, sesuai dengan ciri dan karakteristik serta bentuk hipokarya tulis ilmiah PTK, analisis data diarahkan untuk mencari dan menemukan upaya yang dilakukan pendidik dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar peserta didik. Dengan demikian, analissi data dalam PTK bias dilakukan dengan analisis diskriptif. Analsis diskriptif kualitatif digunakan untuk menentukan peningkatan proses belajar khususnya berbagai tindakan yang dilakukan pendidik hasil dari berdasarkan hasil observasi, wawancara dan refleksi. Sedangkan analisis diskriptif komparatif digunakan untuk membandingkan nilai tes antar siklus maupun dengan indicator kerja (Wina Sanjaya, 2009).

  Aktifitas dalam analisis data yaitu pengumpulan data, sajian data, reduksi data dan penarikan kesimpulan / verifikasi. b. Pengumpulan data Langkah pengumpulan data ini sesuai dengan teknik pengumpulan data yang meliputi wawancara, observasi dan dokumentasi. Pengumpulan data dilakukan selama data yang diperlukan belum memadai dalam pengambilan keputusan.

  c. Sajian data Sebagai proses analisis data yang berintikan pengkajian dengan cara mengorganisasi informasi secara sistemik untuk mempermudah penelitian dalam menggabungkan dan merangkai keterikatan antar data dalam menyusun penggambaran proses dan fenomena yang diteliti.

  d. Reduksi data Merupakan proses seleksi, memfokuskan, penyederhanaan dan abtraksi data. Proses ini berlangsung terus – menerus selama pengumpulan data sampai laporan akhir disusun. Pada waktu pengumpulan data berlangsung peneliti membuat ringkasan dari catatan yang diperoleh di lapangan, membuat kode, memusatkan tema, menentukan batas permasalahan dan menulis memo.

  e. Penarikan kesimpulan / verifikasi Merupakan kegiatan melakukan penarikan kesimpulan dari keadaan yang belum jelas kemudian meningkat sampai pada pernyataan yang memiliki landassan yang kuat dari proses analissi terhadap fenomena yang ada dan mendiskusikan permasalahan dengan pihak – pihak yang terkait sampai diperoleh kesepakan kesimpulan.

  Proses analisis dan interpretasi data dalam PTK diarahkan untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk menjawab rumusan masalah dan pertanyaan peneliti.

  Hasil Penelitian

  Berdasarkan pengamatan pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti, serta hasil wawancara dengan mahasiswa yang meliputi perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi didapatkan hasil sebagai berikut:

  Sebelum melaksanakan tindakan pada siklus I peneliti terlebih dahulu melakukan tindakan pra siklus diantaranya tes pra siklus. Instrumen yang digunakan adalah soal tulis pilihan ganda. Tes tulis sejulah 20 soal dengan alokasi waktu 40 menit. Setelah mahasiswa mengerjakan soal dilanjutkan dengan koreksi bersama, jawaban mahasiswa ditukar dengan mahasiswa lainnya. Adapun penskoran tiap jawaban benar dinilai 1 dan salah nol kemudian hasil dikalikan 5, setelah selesai hasil tersebut dimasukan ke dalam instruemn penelitian. Hasil yang

  1. Penggunaan Model Contextual Teaching

  And Learning Untuk

  diperoleh dari nilai pra siklus digunakan untuk mengetahui salah satu perkembangan hasil

  Meningkatkan Pembelajaran Keperawatan belajar mahasiswa. Jiwa

  Kepada Ketua Program studi dan Penggunaan CTL untuk meningkatkan urusan akademik, peneliti menginformasikan pembelajaran Keperawatan Jiwa dapat dinilai tentang pelaksanaan penelitian tindakan kelas terhadap komponen pelaksanaan CTL yang dengan CL pada semester VI untuk mata meliputi: kuliah Keperawatan Jiwa dan mohon a. Observasi Rencana Proses Pembelajaran dorongan agar pembelajaran berjalan lancar.

  Peneliti juga menyampaikan secara lisan Dari table dan diagram menunjukan pendekatan, metode dan teknik pembelajaran keberhasilan proses pembelajaran yang CTL yang akan dilaksanakan. dilakukan dosen pada pembelajaran model

  Tingkat

  Dalam setiap pertemuan

  No Motivasi Siklus I Siklus II

  kegiatanpembelajaran dimulai dengan kegiatan

  1 Tinggi 40 (100%) 40 (100) dan pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Tingkat Siklus Siklus No aktivitas

  I II Kegiatan awal dilakukan dengan apersepsi,

  2 Sedang penjelasan tujuan pembelajaran dan komponen 1 (2,5

  Rend CTL. Pada akhir pembelajaran dilakukan

  1 Sangat Baik %) 5 (12,5 %) 3 ah refleksi dan penilaian auntenthic yang berupa 5 (12,5

  Jumlah 40 (100%) 40 (100%) tes.

  2 Baik %) 21 (52,5 %) Rata-rata nilai

  Setelah pelaksanaan tindakan yang (65 motivasi 95,3% 95,3% berlangsung dalam dua siklus hasil penelitian

  3 Cukup 26 %) 15 (37,5 %) tindakan kelas dapat diuraikan sebagai berikut: (20

  4 Kurang 8 %) 0 (0 %) (100 contextual teaching and learning dan modul Berdasarkan tabel dan diagram di atas asuhan keperawatan jiwa pada 4 kelompok menunjukkan bahwa sebelum dilakukan mempunyai nilai rata-rata keberhasilan pada metode pembelajaran CTL pada siklus siklus I sebesar 87,4 %. berarti keberhasilan I dan siklus II 100% motivasinya tinggi proses pembelajaran yang dilakukan dosen dengan nilai rata-rata motivasi 95,3% dalam kategori sangat baik dan siklus II rata-

  Penggunaan Model Contextual

  rata keberhasilan 100 %. berarti keberhasilan

  Teaching And Learning untuk

  proses pembelajaran yang dilakukan dosen

  meningkatkan hasil belajar dalam kategori sangat baik. keperawatan jiwa

  2) Observasi Aktivitas Mahasiswa Indicator yang menjadi penilaian penggunaaan

  Tabel 2. Hasil Observasi Aktivitas model contextual teaching and learning yaitu mahasiswa dalam proses pembelajaran hasil ketuntasan belajar mahasiswa adalah hasil Model Contextual Teaching And Learning ketuntasan belajar mahasiswa. Berikut adalah dan Modulasuhan Keperawatan Jiwa data hasil ketuntasan belajar mahassiwa

  Berdasarkan hasil tabel dan diagram di atas 1) Hasil Ketuntasan Belajar mahasiswa menunjukan bahwa aktivitas Tabel 4. Ketuntasan belajar mahasiswa mahasiswa dalam pembelajaran pada siklus I pada pembelajaran CTL pada bulan sebesar 2,5 % sangat baik, 12,5 % baik, 65% April di Program Studi Keperawatan cukup, kurang 20% dan siklus II Lubuklinggau menunjukan bahwa aktivitas siklus 32,5%, tidak tuntas 67,5% pada siklus I Mahasiswa dalam pembelajaran 12,5 % sangat ketuntasan belajar 95%, tidak tuntas 5% dan baik, 52,5 % aktivitas baik, 37,5 % cukup dan 0 siklus II ketuntasan belajar 97,5% dan tidak % kurang. tuntas 2,5% . Adapun hasil prestasi belajar mahasiswa dapat dilihat pada tabel 4. 1) Hasil Motivasi Mhahasiswa terhadap

  Pembelajaran CTL Tabel 5. Prestasi belajar mahasiswa pada pembelajaran CTL pada bulan April Tabel 3. Motivasi mahasiswa pada di Program Studi Keperawatan pembelajaran CTL pada bulan April di

  Lubuklinggau Program Studi Keperawatan Lubuklinggau

  27,5%, baik 40%, cukup 20% dan kurang 12,5% dan pada siklus II mengalami peningkatan yaitu sangat baik 90% dan baik sebesar 10%

  Berdasarkan tabel di atas menunjukkan

  2. Pembahasan

  bahwa sebelum dilakukan metode

  a. Penggunaan Model Contextual

  pembelajaran CTL sebagian besar mahasiswa

  Teaching And Learning Untuk

  (82,5% atau 33 mahasiswa) memiliki nilai di

  Meningkatkan Pembelajaran

  bawah KKM. Setelah dilakukan metode

  Keperawatan Jiwa

  pembelajaran CTL terjadi peningkatan prestasi mahasiswa, hal ini dapat dilihat pada hasil Berdasarkan hasil penelitian, evaluasi sikus I mahasiswa yang memiliki penggunaan CTL dan modul Asuhan nilai di bawah KKM menurun menjadi (37,5% Keperawatan Jiwa untuk meningkatkan atau 13 mahasiswa). Pembelajaran CTL pada pembelajaran dinilai dari pelaksanaan rencana siklus II mahasiswa yang memiliki nilai di proses pembelajaran, aktivitas mahasiswa bawah KKM 2,5% atau hanya 1 mahasiswa selama pembelajaran CTL dan motivasi yang mendapat nilai di bawah KKM, 97,5 % mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran. mendapatkan nilai di atas KKM.

  Penggunaan CTL dan Modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat meningkatkan Pembelajaran Keperawatan Jiwa. Berdasarkan

  hasil pelaksanaan

  Teaching And Learning untuk meningkatkan praktek Keperawata rencana proses pembelajaran nilai rata-rata Jiwa keberhasilan pada siklus I sebesar 87,4% dan

  siklus II rata-rata keberhasilan 100 %. berarti Tabel 6 Praktek mahasiswa pada keberhasilan proses pembelajaran yang pembelajaran CTL pada bulan April di dilakukan dosen dalam kategori sangat baik.

  Program Studi Keperawatan Lubuklinggau Sedangkan aktivitas mahasiswa pada siklus I

  Dari table dan diagram diatas sebesar 2,5 % sangat baik dan siklus II 12,5 % menunjukan bahwa pelaksanaan praktek asuhan dan motivasi mahasiswa dalam pembelajaran keperawatan jiwa pada siklus I sangat baik siklus I dan siklus II 100% tinggi.

  Hasil ini sejalan dengan hakikat pembelajaran CTL yang menyatakan bahwa pemanfaatan pembelajaran CTL menciptakan ruang kelas yang pesertanya aktif bukan hanya pengamatan yang pasif dan bertanggung jawab terhadap belajarnya. Pendekatan CTL lebih memberikan keleluasaan kepada mahasiswa untuk belajar bersama teman melalui kerja kelompok, diskusi dan saling mengoreksi (Depdiknas, 2002).

  Berbeda dengan pembelajaran secara klasikal dimana pembelajaran yang berpusat pada dosen, hasilnya mahasiswa kurang aktif dalam proses pembelajaran, mahasiswa hanya menerima apa yang disampaikan oleh dosen dan dengan pembelajaran ini membuat mahasiswa kurang berinisiatif untuk mencari bahan pembelajaran lain selain dari apa yang disampiakan dosen yang berupa power point. Mengingat program pendidikan Ners yang diharapkan memiliki kompetensi yang professional untuk mampu menganalisis dan kritis dalam menangani pasien.

  Pada kenyataanya perlu adanya pembelajaran yang bersifat kontekstual dimana proses pembelajaran CTL dapat dijelaskan pada 7 komponen CTL. Dalam pembelajaran CTL tidak hanya aspek hafalan tetapi model CTL lebih menekankan pada keterlibatan siswa secara aktif. Baik sikap maupun mentalnya dengan bimbingan dosen. Bimbingan tersebut secara bertahap dan berurutan disesuaikan dengan silabus pembelajaran. Keberhasilan penerapan model CTL dalam menemukan konsep baru merupakan salah satu kebanggaan bagi siswa sehingga mendorong siswa untuk memperoleh preastasi belajar yang optimal. Peran guru dalam menerapkan CTL memberikan kesempatan secara luas kepada mahasiswa untuk mengembangkan potensi yag dimiliki secara optimal dengan kondisi pembelajaran yang menyenangkan. dosen sebagai pengelola pembelajaran perlu mempertimbangkan kesesuaian model yang akan diterapkan dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan. dosen hendaknya memiliki kemammpuan dalam memilih model yang sesuai dengan tujuan dan kebutuhan pembelajaran agar memberikan hasil yang optimal. Salah satu model yang dapat membantu menumbuhkan berpikir kritis, analitis, dan kreatif adalah model CTL (Slave, 2000; Nur, 2000; Trianto, 2002)

  Dalam teori konstruktivisme terdapat prinsip yang penting bahwa dosen atau pendidik tidak hanya memberikan pengetahuan saja, namun mahasiswa juga harus membangun sendiri pengetahuan didalam dirinya dan peran dosen adalah sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Dalam proses ini dosen memberikan kesempatan pada mahasiswa agar menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri dan mendidik mahasiswa agar menjadi sadar dengan menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar, sehingga dosen dapat memberikan pemahaman yang lebih tinggi (Nur, 2002).

  Dari hasil penelitian berupa tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran CTL yang dilakukan selama tindakan pada setiap siklus dapat memacu aktivitas dan motivasi mahasiswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri dalam suatu kelompok (masyarakat belajar). Penilaian ini tidak hanya dilakuka pada akhir pebelajaran tetapi selama proses pembelajaran terhadap aktivitas dan motivasi mahasiswa. Sehingga tidak salah kalau masyarakat belajar ini merupakan aktivitas mahasiswa yang menonjol pada proses belajar. Sejalan dengan teori konstruktivisme bahwa dalam suatu kelompok mahasiswa akan terlibat dalam dialog yang baik dengan sesame teman maupun dengan Dosen (Nur, 2000). Hal ini juga sejalan dengan model pembelajaran yang diterapkan yaotu kooperatif. Pada pembelajaran ini mahasiswa dihadapkan pada proses berpikir teman sebaya melalui interasi dengan teman, pasien dan perawat. Selama pembelajaran mahasiswa belajar secara berkelompok untuk saling membantu memecahkan masalah, identifikasi dan mengkaitkan teori halusinasi pada modul asuhan keperawatan jiwa dengan kenyataan langsung pada pasien dengan lhalusinasi.

  b. Penggunaan Model Contextual Teaching And Learning untuk meningkatkan hasil belajar keperawatan jiwa

  Penggunaan CTL untuk meningkatkan hasil belajar keperawatan jiwa dapat dilihat dari hasil belajar mahasiswa dan ketuntasan belajarnya. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa ketuntasan belajar mahasiswa pre siklus sebesar 17,5%, siklus I sebesar 67,8% dan siklus II sebesar 97,5% . Sebagian besar hasil belajarnya mahasiswa memuaskan dengan CTL dibandingkan dengan pembelajaran klasikal.

  Setiap mahasiswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika proporsi jawaban benar mahasiswa ≥ 65% dan suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat ≥ 85% mahasiswa yang telah tuntas belajarnya (Depdikbud, 1996).

  Dari 40 mahasiswa ada 1 mahasiswa hasil belajar pra siklus, siklus I dan siklus II tidak tuntas belajarnya. Jika dikaji secara Hasil Penggunaan CTL untuk keseluruhan ketidaktuntasan itu tidak hanya meningkatkan praktek Keperawatan jiwa dapat pada mata kuliah keperawatan jiwa tetapi juga dilihat bahwa siklus I sebesar 27,5% sangat mata kuliah yang lain. Berdasarkan hasil baik dan siklus II sebesar 90% sangat baik. Hal psikotest pada awal mahasiswa masuk ini menunjukan bahwa mahasiswa berhasil menunjukan bahwa kemmapuan intelektualnya mengaplikasikan asuhan keperawatan jiwa pada dibawah 90. Menurut Teori Binnet (1984) pasein dengan halusinasi. bahwa seseorang yang memiliki kemampuan

  Hal ini sesuai dengan pendapat Paget, intelektual kurang dari 90 maka dalam Vigotsky dalam Ibrahim dan Nur (2000), pembelajaran individu tersebut hanya mampu percaya bahwa perkembangan intelektual anak menyelesaiakan permasalahan yang bersifat terjadi pada saat individu berhadapan dengan konkrit sedangkan untuk menganalisis pengalaman menantang ketika mereka berusaha mendalam dia tidak akan mampu. untuk memecahkan masalah yang dimunculkan

  Pada akhir pembelajaran selalu oleh pengalaman ini. Sementara itu interaksi dilakukan refleksi yang bermanfaat pada social dengan teman lain dalam kelompok- mahasiswa dalam merenungkan kembali kelompoknya dapat memacu terbentuknya ide- kegiatan yang dilakukan dan hasil yang ide baru dan memperkaya perkembangan diperoleh. Hasil refleksi diharapkan dapat intektual siswa. meningkatkan ketertarikan pada mata kuliah

  Selain mahasiswa terlibat secara keinginnan untuk berpikir kritis dalam mendalam selama proses pembelajaran melakukan asuhan keperawatan jiwa. berlangsung, dosen harus mengkaitkan materi pengajaran yang diajarkan dengan mengajak mahasiswa belajar sukses dengan kehidupan nyata. Selain itu mendorong mahasiswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dan menerapkannya dalam kehidupan

  Penggunaan Model Contextual mereka sehari-hari.

  Teaching And Learning untuk meningkatkan praktek Keperawata Dalam pembelajaran CTL pada Jiwa

  komponen pemodelan saat pembelajaran dosen memberikan contoh cara melakukan pengkajian mulai dari identitas, keadaan umum pasien, yang telah diuraikan dapat disimpulkan sebagai status mental serta pengobatan pasien. Selai itu berikut: juga dosen juga memberi contoh cara

  1. Penggunaan CTL dan modul Asuhan menentukan masalah pengkajian yang didapat Keperawatan Jiwa dapat meningkatkan kemudian menentukan core problem dan pembelajaran Keperawatan Jiwa, hal ini intervensi keperawatan. Selanjutnya dosen juga terbukti dari hasil Keterlaksanaan RPP oleh mencontohkan cara mengimplementasikan dosen, aktivitas mahasiswa selama intervensi yang telah dibuat serta mengevaluasi pembelajaran dan Motivasi mahasiswa dan medokumentasikan hasil dari asuhan yang meningkat pada setiap siklus. Pada keperawatan jiwa yang telah dilakukan. siklus I hasil keterlaksanaan RPP oleh

  Proses pembelajaran dengan model dosen sebesar 87,5%, aktivitas mahasiswa CTL dilakukan secara mandiri atas bimbingan selama pembelajaran sebesar 2,5% sangat penuh guru dan teman-temannya dengan baik dan motivasi mahasiswa sebesar 100% berbagai aktivitas secara mandiri secara tinggi. Pada siklus II hasil keterlaksanaan individual maupun kelompok, misalnya: RPP oleh dosen sebesar 100 %, aktivitas bertanya, bertindak, mencari penyelesaian mahasiswa selama pembelajaran sebesar masalah, membuat dugaan dan mengambil 12,5% dan motivasi mahasiswa sebesar kesimpulan. Peran guru adalah memberikan 100% tinggi bimbingan, memotivasi siswa dan memberikan

  2. Penggunaan CTL dan Modul Asuhan dukungan kepada siswa dan ikut membantu Keperawatan Jiwa dapat meningkatkan siswa dalam pemecahan masalah jika dalam hasil belajar mahasiswa, hal ini terbukti proses pembelajaran menemukan kesulitan pada hasil ketuntasan belajar mahasiswa

  Dapat disimpulkan bahwa CTL dapat pada siklus I sebesar 67,8% dengan nilai meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam diatas

  65 Sebanyak

  13 mempraktekan asuhan keperawatan jiwa pada Mahasiswa.Sedangkan pada siklus II hasil pasien dengan halusinasinya. ketuntasan belajar mahasiswa sebesar 97,5% dengan nilai diatas 65 sebanyak 32.

  KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN

  3. Penggunaan CTL dan modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat meningkatkan

  Dari hasil penelitian dan pembahasan penelitian praktek Keperawatan Jiwa, hal ini terbukti dari hasil nilai praktek Keperawatan Jiwa penerapan pola pembelajaran ini pada pada siklus I 27,5% sangat baik dan siklus pokok bahasan lain.

  II 90% sangat baik.

  1. Agar proses pembelajaran dengan Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu menerapkan model CTL dapat dilaksanakan Pendekatan Praktek. Edisi Revisi dengan baik dalam mencapai tujuan Kelima. Jakarta: Rineka Cipta. pembelajaran, maka perlu diperhatikan: Arikunto. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. dosen memberikan penjelasan prosedur

  Jakarta: PT Bumi Aksara pembelajaran dengan model CTL secara Astuti, dwi. 2004. Peningkatan Keterampilan efektif dan sejels-jelasnya sepada mahasiswa, sehingga proses pembelajaran Menulis Karangan Narasi dengan

  Pendekatan Kontekstual Komponen

  lebih terarah dalam mencapai tujuan yang

  Pemodelan pada Siswa Kelas II PS telah diterapkan. SMK Negeri 8 Semarang. Skripsi.

  2. Aplikasi model CTL dapat dilakukan Universitas Negeri Semarang. dengan langkah-langkah sebagai berikut:

  Blanchard, A. 2001. Contextual Teaching and dosen membimbing mahasiswa secara aktif, membantu mahasiswa dalam prosedur Learninf. B.E.S.T. USA pembelajaran, menelaah materi dan

  Depdiknas, 2002. Pendekatan permasalahan, kemampuan yang diperlukan

  Kontekstual.Jakarta: Depdiknas

  adalah pemahamanan dosen memahami Eko priyono. 2009. Peningkatan Kualitas kecakapan dan kejelian mahasiwa dalam

  pembelajaran dengan pendekatan

  belajar baik secara individu maupun

  Contextual Teaching And Learning

  kelompok sehingga kebersamaan dalam

  (CTL) di Kebun Binatang Surabaya

  menganalisis permasalahan dari berbagai

  sebagai Media Paktikum Identifikasi sudut pandang. Aves Mata Kuliah Taksonomi Hewan 2.

  3. CTL berdasarkan kajian teoritik dan Harnawatiaj. Ilmu Keperawatan Jiwa. empiric sesuai untuk perkuliahan

  harnawatiaj.wordpress.com . Tanggal 23

  mahasiswa, sehingga disarankan untuk januari 2009. pukul 15.15 vol 1 edisi 4, alih bahasa asih yasmin, Jakarta: EGC Irman Somantri. Perencanaan (1). irmanthea.blogspot.com. Tanggal 24 Sidharta, Arif. 2006. Media Pembelajaran Januari 2009. Pukul 16.18 Depdiknas Dierjen. PMPTK PPPG IPA.

  Nunuk Suryani, 2007. Pengaruh Penerapan Susili Herawati. 2009. Penelitian Tindakan

  Pendekatan Kontekstual Bermedia VCD Kelas. Solo: Bavumedia Terhadap Pencapaian Kompetensi

  Sutopo, H.B. 2009. Metodologi Penelitian

  Belajar Sejarah (Studi Eksperimen di Kualitatif. Edisi 2 Universitas Sebelas SMA Negeri I Karanganyar dan SMA Maret Press. Negeri Karangpandan Tahun Pelajaran

  TIM. Kesehatan Jiwa di Indonesia . fmpkj- 2006/200).

  samarinda.blogspot.com . Tanggal 24

  Potter and Perry. 2005, Buku Ajar Januari 2009. Pukul 16.03

  Fundamental: Konsep, Proses, Praktik,

Dokumen yang terkait

ENTREPRENEURIAL ORIENTATION AND MARKET ORIENTATION ON THE PERFORMANCE OF MICRO, SMALL AND MEDIUM ENTERPRISES (

0 0 14

II. GAYA GESER DAN MOMEN LENTUR - Gaya geser dan momen lentur

0 1 18

HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DIARE DAN KEPEMILIKAN JAMBAN SEHAT DENGAN KEJADIAN DIARE PADA KELUARGA DI DESA SADARKARYA KECAMATAN PURWODADI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2015 Bambang S, SKM, M.Kes, Dosen Keperawatan LubukLinggau Poltekkes Kemenkes Palembang A

0 0 13

HUBUNGAN UMUR DAN JENIS KELAMIN DENGAN KEJADAIN KATARAK DI INSTALASI RAWAT JALAN (POLI MATA) RS.DR.SOBIRIN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2015 CIKWI SKM, M.Kes Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Poltekkes Kemenkes Palembang ABSTRAK - Hubungan Umur dan Jenis

0 0 15

HUBUNGAN PENGETAHUAN, LINGKUNGAN DAN PENDAPATAN KELUARGA TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS TABA KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2015 Nadi Aprilyadi, S.Sos, M.Kes Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Poltekkes Kemenkes Palembang ABSTRAK

0 0 13

FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANGKA KEJADIAN ISPA PADA BALITA USIA 0-5 TAHUN DI PUSKESMAS SIMPANG PERIUK KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2015 Susmini, SKM,M.Kes, Dosen Prodi Keperawatan LubukLinggau Poltekkes Kemenkes Palembang ABSTRAK - Faktor Faktor yang memp

0 0 12

SURVEY KEPUASAN MAHASISWA TERHADAP LAYANAN AKADEMIK DAN NON AKADEMIK 2014

0 3 42

EFEKTIFITAS MENYIKAT GIGI METODE HORIZONTAL DAN METODE VERTIKAL TERHADAP PENURUNAN SKOR PLAK PADA ANAK TUNA RUNGU DI SLB-B NEGERI JALAN SOSIAL PALEMBANG TAHUN 2015 Drg. Vitri Nurilawaty, M.Kes; Syokumawena, S.Kep, M.Kes Poltekkes Kemenkes Palembang ABSTRA

1 5 15

SURVEY KEPUASAN MAHASISWA TERHADAP LAYANAN AKADEMIK DAN NON AKADEMIK 2015

1 1 19

HUBUNGAN PARITAS, UMUR DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIDOREJO KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2015 Yeni Elviani,SKM,M.Kes Dosen Prodi Keperawatan LubukLinggau Poltekkes Kemenkes Palembang ABSTRAK - Hu

0 0 15