Strategi The Icelandic Federation of Fishing Vessels Owners (LIU) dalam Pembatalan Aksesi Uni Eropa oleh Islandia

  

S tra te gi Th e Ice la n d ic Fe d e ra tio n o f Fis h in g

Ve s s e ls Ow n e rs ( LIU ) d a la m Pe m b a ta la n Aks e s i

U n i Ero p a o le h Is la n d ia Iq ba l An ggria w a n

  Departem en H ubungan Internasion al, Fakultas Ilm u Sosial dan Ilm u Politik, Universitas Airlan gga

  Em ail: iqbal.anggri@yahoo.com

  

Abstract

In the form ulation of foreign policy , the coun try 's leaders are often n ot just a sin gle actor. There are m an y m in isters, officials, staff of experts to the in terest groups that also influen ce the foreign

policy of a coun try . This study departs from the policy changes related to EU m em bership

application by Icelan d. Icelan d's decision to apply for EU m em bership in 20 0 9 w as con sidered

quite shocking, because Icelan d itself is kn ow n as a coun try that is v ery eurosceptism . The change

of the political atm osphere in Icelan d in 20 13 led to the application of the European Un ion

restrain ed. In depen dence Party (IP), kn ow n as a party eurosceptism successfully recaptures the m ajority of parliam en tary seats Icelan d. On the other han d, the decision to can cel the application

  IP w as also full of the in fluence of in terest groups. Is The Federation of Icelandic Fishin g Vessel

Ow n ers (LIU), Icelan d's largest in terest group en gaged in the fisheries sector. The study then

w an t to discov er how LIU strategy in influen cing foreign policy form ulation Icelan dic application for cancellation of the European Union .

  K e y w o r d s : Icelan d, Union Europe, The Federation of Icelan dic Fishing Vessel Ow ners (LIU), In depen den t Party (IP), Interest Group, Foreign Policy Abstrak Dalam perum usan kebijakan luar n egeri, pem im pin n egara seringkali tidak han y a m en jadi aktor tunggal. Bany ak terdapat m en teri, pejabat, staff ahli hingga kelom pok kepentingan y an g turut

m em engaruhi kebijakan luar negeri suatu negara. Pen elitian in i berangkat dari adan y a

perubahan kebijakan terkait den gan aplikasi kean ggotaan Un i Eropa oleh Islan dia. Keputusan Islan dia un tuk m engajukan aplikasi kean ggotaan Un i Eropa pada tahun 20 0 9 dinilai cukup

m en gejutkan, karen a Islan dia sen diri diken al sebagai negara y ang sangat eurosceptism .

  Terjadin y a pergan tian atm osfir politik di Islan dia pada tahun 20 13 m en y ebabkan aplikasi Un i

Eropa tersebut tertahan . Partai In depen den (IP) y ang diken al sebagai partai eurosceptism

berhasil m enduduki kem bali m ay oritas kursi parlem en Islandia. Di sisi lain , keputusan IP un tuk

m em batalkan aplikasi tersebut tern y ata juga sarat akan pengaruh kelom pok kepen tingan .

Adalah The Federation of Icelan dic Fishin g Vessel Ow n ers (LIU), kelom pok kepen tingan terbesar

di Islan dia y ang bergerak pada sektor perikan an . Penelitian in i kem udian ingin m en elusuri

bagaim an strategi LIU dalam m em engaruhi perum usan kebijakan luar n egeri Islan dia terkait

pem batalan aplikasi Un i Eropa tersebut.

  K a t a K u n ci : Islandia, Un i Eropa, The Federation of Icelan dic Fishin g Vessel Ow n ers (LIU), In depen den t Party (IP), Kelom pok Kepen tingan , Kebijakan Luar N egeri.

  Allian ce (SDA), partai pro-euro di Sebagai n egara yang dikenal euroskeptis,

  Islandia yang m engajukan aplikasi Islandia untuk pertam a kalinya tersebut. Meski kebijakan ini cukup m em utuskan m engajukan aplikasi m en gejutkan, pen gajuan aplikasi ini keanggotaan Uni Eropa pada tahun dinilai sebagai lan gkah alternatif untuk 20 0 9. Adalah Social Dem ocratics Strategi The Icelandic Federation 43 m en gatasi krisis ekon om i global yang m elan da pada tahun 20 0 8 (Euractiv, 20 15). Pada 16 J uli 20 0 9, parlem en Islandia m em utuskan un tuk m en gesahkan m osi terkait aplikasi untuk bergabung den gan Uni Eropa, dengan hanya selisih suara yan g sangat tipis di dalam votin g, yakni 33 berbandin g 28 . Islandia secara resm i m engajukan aplikasi untuk dapat bergabun g sebagai anggota Un i Eropa pada 17 J uli 20 0 9. Dewan Eropa kem udian sepakat untuk m em utuskan m em buka pintu n egosiasi bagi aksesi Islan dia ke Uni Eropa pada 17 J uni 20 10 (Icelan d Min istry of Foreign Affair, 20 10 ). Meski dem ikian, lan gkah SDA dalam m em ulihkan perekonom ian negara dengan m engajukan aplikasi Uni Eropa m enem ui ban yak tantan gan, terlebih dari partai oposisi di Islandia yang m ayoritas diken al euroskeptis hingga kelom pok kepentingan dari berbagai sektor. H al ini disebabkan oleh potensi Islandia yang akan kehilangan kontrol dari sektor perikanan nasional apabila bergabun g den gan Uni Eropa. Sebagai salah satu sektor terbesar negara, perikanan m enjadi kom oditas ekspor utam a bagi Islandia (Ilugadottir, 20 15). Pasca pem ilu pada tahun 20 13, kursi parlem enter Islandia dikuasai oleh Partai Indepen den (IP) dan Partai Progresif (PP) yang keduanya dikenal sebagai partai euroskeptis. Pada 13 Septem ber 20 13, pem erintah Islandia m em bubarkan tim aksesi yang telah dibentuk serta m em bekukan jalannya proses aksesi un tuk bergabun g dengan Uni Eropa. Pada 12 Maret 20 15, m enteri luar n egeri Islandia Gunn ar Bragi Sveinsson m enyatakan telah m elayangkan surat resm i kepada Uni Eropa untuk m enarik kem bali tawaran bergabung Islandia kepada Uni Eropa (Ilugadottir, 20 15). Koalisi euroskeptis pada dasarn ya m em iliki basis dukun gan yang sangat besar, sebut saja dukungan dari seluruh an ggota Althingi (Parlem en). Seluruh partai politik di Islandia, kecuali partai SDA, telah m en yatakan sikap an ti Uni Eropa m ereka. Adapun kelom pok kepentingan yang juga sangat berpengaruh berasal dari sektor perikanan dan agrikultur (Thorhalsson, 20 14). Tetapi The Federation of Icelandic Fishing Vessels Own ers (LIU), m enjadi kelom pok kepen tingan yang paling berpengaruh dalam m en entang aplikasi kean ggotaan tersebut (Saevalsson , 20 0 6). The Federation of Icelandic Fishing Vessel Own ers/ Lan dssam band Islen skra Utsvegsm an na (LIU), diben tuk pada 17 J anuari 1939. Pem bentukan LIU sendiri bertujuan agar seluruh pem ilik kapal yang bergerak pada sektor perikanan m em iliki representasi di dalam suatu organisasi un tuk tetap m en jaga kepen tingan bersam a m ereka. Status LIU sebagai represen tasi Islan dia dalam negosiasi perihal bidang perikanan den gan Uni Eropa telah m em buktikan betapa besar pengaruh LIU dalam sektor tersebut. LIU berusaha dengan keras agar Islan dia tetap m em iliki kuota penan gkapan ikan jenis m ackerel yang cukup besar (World Fishing, 20 10 ). Adapun tulisan ini in gin m em bahas m en genai strategi LIU dalam m em engaruhi keputusan pem erintah Islandia terkait pem batalan aplikasi keanggotaan Uni Eropa. LIU dinilai m em iliki pengaruh yang sangat besar pada perum usan kebijakan Islandia, tidak han ya pada kebijakan dom estik tetapi juga luar n egeri. Keputusan Islandia untuk m em batalkan aksesi Un i Eropa pada 20 13 juga tidak lepas dari pengaruh LIU sebagai kelom pok kepen tingan terbesar di Islandia. Terdapat berbagai karakteristik pada sistem politik Islan dia yan g m en jadi faktor utam a dalam m engham bat integrasinya dengan Un i Eropa, antara lain politisi Islandia yan g m asih ban yak m em iliki ideologi realis, blockin g power yang dim iliki industri perikanan, ban yakn ya partisipan politik di daerah rural yang kepentingan dom inannya berasal dari sektor perikanan serta pertanian, hingga adanya perlawanan dari partai – partai di Islan dia yang anti terhadap Uni Eropa (Thorhalsson, 20 0 4). Partai Independen (IP) dan Partai Progresif (PP) m erupakan dua partai besar yan g silih berganti m enguasai dinam ika politik Islandia selam a

Iqbal Anggriawan

  44 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 6 No. 1, Januari 2017 puluhan tahun dan keduan ya m em iliki dukungan yang kuat dari kom unitas bisnis. IP m em iliki basis dukun gan dari sektor privat dim an a LIU m erupakan salah satun ya, sedan gkan PP didukung oleh gerakan kooperatif dan juga sektor bisnis regional sebagai tulang punggungnya. Tentu saja dengan dukungan yang sedem ikian rupa kedua partai lebih m udah un tuk m enggalan g dana yang nantinya akan ditujukan untuk berkam panye (Kristjan sson , 1979).

  Relasi an tara LIU dan IP yang m erupakan asosiasi pem ilik kapal penan gkap ikan terbesar di Islandia sangatlah kuat. H al ini dikaren akan beberapa an ggota IP sendiri m erupakan sosok individu yang juga m em iliki kapal penan gkap ikan. Salah satu contohnya adalah Olafur Thors, yang m erupakan ketua um um IP, m enteri kabin et Islandia dan pem ilik kapal penan gkap ikan . Tentu saja orientasi IP yang utam a pada m asa itu kem udian m em iliki fokus untuk m elindungi kepen tingan kom ersil para kapitalis dim an a LIU term asuk didalam nya (Benediktsson, 1966). IP m erupakan partai yang sangat m en dukung sistem kepem ilikan pribadi, oleh karena itulah preferensi kapitalis terhadap IP sendiri dapat dijelaskan secara lan gsung yakni terkait dengan kepen tingan ekonom i. Para kapitalis di Islandia sen diri dapat diidentifikasikan m en jadi dua kelom pok, yakni pem ilik kapal pen angkap ikan (LIU) dan para pedagang. H al ini juga m em buktikan bahwa bagaim an a relasi LIU dan IP dapat terjalin kuat hingga sekarang. Dom inasi LIU dalam sektor perikanan dan pengaruhnya dalam perum usan kebijakan Islandia juga berdasarkan pada hubun gan tersebut (Thorleifsson, 1973). Di dalam dom estik politik Islan dia, LIU m erupakan kelom pok kepen tingan yang dinilai m em iliki power yang besar. Selain kedekatan n ya dengan IP, hal ini disebabkan quota holder di Islandia m erupakan individu yan g m em iliki kapal penan gkap ikan dan ten tu saja m ayoritas dari m ereka m erupakan an ggota LIU.

  Diantara para ilm uan Islandia sendiri terdapat suatu konsen sus yang m en yatakan bahwa LIU ben ar – benar sangat berpengaruh dan bahkan bisa m en jadi kelom pok kepentingan yang paling terkem uka (Karlsdottir, 1958 ). Dukungan LIU selam a proses perum usan kebijakan dalam pengenalan m an ajem en kuota m enjadi dasar atas hal tersebut. Adapun m anajem en sektor perikanan dom estik di Islandia dapat didefinisikan sebagai closed-shop policy dim an a pem erin tah berada dalam posisi yang pasif sehingga LIU m em iliki pengaruh yang sangat besar. Dalam hal ini power yan g dim iliki LIU telah m en capai titik yang setara dengan para pengam bil keputusan politik. Bahkan dalam waktu terten tu LIU dapat m en ggunakan pen garuhnya untuk m en ggagalkan suatu proposal untuk perubahan sistem (Mathiasson, 20 0 3).

  Sem enjak tahun 20 0 9, dapat dilihat quota holders m en jadi kelom pok yang m em iliki pengaruh yang sangat besar dalam sektor tersebut. Dalam hal ini dapat dibuktikan bahwa LIU yang juga pem egang m ayoritas kuota penan gkapan ikan di Islandia m en jadi kelom pok yang paling berkuasa dalam sektor tersebut. Tetapi apabila Islandia bergabun g den gan Uni Eropa, m aka dom in asi LIU tersebut dapat terganggu. Terlebih den gan potensi untuk sem akin m araknya intervensi dan investasi asin g dalam sektor perikanan Islandia. Oleh karena itulah LIU berusaha untuk tetap m enjaga dom inasi dan m onopolinya dengan berusaha m engham bat aksesi tersebut dan fram ing inform asi m erupakan strategi yang digunakan oleh LIU. Monopoli yang terjadi di dalam sektor perikanan Islandia juga dapat dilihat dari sisi awak kapal penangkap ikan di Islandia sen diri. Awak kapal m erupakan individu – individu yan g juga tergabun g dalam beberapa kelom pok kepentingan tetapi tidak m em iliki pengaruh yan g besar dan sem akin kehilangan pengaruhnya sem enjak sistem ITQ diperkenalkan. Adan ya batas – batas serta pem bagian diantara para awak dan pem ilik kapal inilah yang kem udian m en jelaskan adanya konflik utam a Strategi The Icelandic Federation 45 antara kelom pok – kelom pok pem angku kepen tingan yang telah m endom inasi sistem ITQ di Islandia (Eythorsson, 20 0 0 ). Tidak seperti para pem ilik kapal yan g tergabun g dalam satu asosiasi seperti LIU, para awak kapal pada dasarnya diwakili oleh beberapa serikat buruh yang berbeda – beda. Perwakilan m ereka juga tidak m em iliki pengaruh yang besar terlebih dengan adanya quota holder yang secara tradision al berpen garuh terhadap dom estik politik Islandia. Oleh karena itulah m en gapa awak kapal di Islandia dilihat sebagai individu yang sangat bergantung dan telah kehilangan haknya (Carothers an d Cham bers, 20 12). Para awak kapal juga harus m au m en erim a perubahan – perubahan yang diprakarsai oleh kelom pok yan g lebih kuat, terlebih dengan adanya alternatif di beberapa kasus yang m en gharuskan untuk m engabaikan kelom pok tersebut. Den gan kata lain, awak kapal m em iliki posisi tawar yang lem ah den gan adanya

  ITQ, tetapi harus siap untuk m en anggun g beban n egatif di dalam sistem tersebut (Olsom , 20 11). Posisi LIU m en genai integrasi Un i Eropa tidaklah berubah, bahkan hingga terjadinya krisis ekonom i di Islandia pun LIU tetap tidak m erubah posisinya dalam m enen tang Islandia un tuk m asuk ke dalam Un i Eropa. H al ini kem udian seringkali dihubungkan dengan adanya m on opoli LIU dalam sistem kuota Islandia dim an a apabila Islandia m asuk ke dalam Uni Eropa m aka LIU pun tidak lagi dapat m em onopoli sistem tersebut. Keterkaitan tersebut ten tu saja m em iliki dasar yang kuat seperti halnya LIU yang m en dukung penuh dan m em ban tu pem erintah m em perkenalkan sistem kuota dim ana han ya para pem ilik kapal saja yang berhak un tuk m em iliki kuota tersebut. Di Islandia sen diri kepem ilikan kuota m erupakan lam bing dari kekayaan tersendiri m en gingat kuota tersebut dapat diperjualbelikan den gan harga yang sangat tinggi (Thorhalsson and Vignisson, 20 0 4).

  Pem erintahan David Odsson (IP, 1991- 20 0 4) sen diri den gan tegas m em bela sistem kuota, distribusi serta pen jualan bebasnya terhadap kritik yan g sem akin m enin gkat dari partai oposisi dan juga berbagai kelom pok kepentingan lain nya.

  Baldur Thorhalsson dan Vignisson m en gasum sikan adanya pengaruh besar yang berasal dari sektor perikanan di dalam sistem politik Islan dia dim an a kelom pok kepen tingan dalam sektor tersebut m en ggunakan pengaruhnya secara tidak lan gsun g untuk m em pen garuhi outcom e dari kebijakan dom estik m aupun luar negeri Islan dia. Keduan ya juga m enyatakan bahwa IP dan PP m erupakan dua partai terbesar di Islandia yang telah m em iliki koneksi ekslusif den gan kelom pok kepentin gan tersebut, terutam a IP dan kon eksinya den gan LIU. Adm inistrasi Islandia yang m em iliki ukuran relaatif kecil m en jadi faktor utam a m unculnya pengaruh dari kelom pok kepen tingan. Dalam hal inilah kelom pok kepentingan berfungsi untuk m en yediakan inform asi yang dibutuhkan kem en trian terkait den gan sektor – sektor terten tu. Oleh karena itulah penulis berasum si bahwa di Islan dia posisi yang ditegakkan oleh kelom pok kepentin gan m erupakan represen tasi sikap dari n egara itu sen diri. Sikap LIU atas integrasi Uni Eropa tersebut m erupakan suatu bentuk perjuangan bagi kebebasan Islandia, seperti yang telah din yatakan Chairm an LIU, Fridrik Arngrim sson pada 5 Maret 20 0 9 dalam wawancaranya di Radio Nasional Islandia. Adapun posisi LIU terkait dengan aksesi Uni Eropa dapat dijelaskan sebagai berikut. Perikanan m erupakan sum ber daya ekspor terpenting bagi Islandia. Kesejahteraan perekonom ian Islan dia sebagian besar didasarkan pada pem anfaatan yan g keberlan jutan dari sum berdaya perikanan. Tidak perlu dipertanyakan lagi siapa yan g seharusnya patut bertan ggun g jawab dalam m engelola sum ber daya tersebut, m engingat perikanan m erupakan faktor yang paling penting bagi econom ic independence rakyat Islan dia. Islandia sendiri telah berhasil m en gam an kan kepentin gan ekonom inya

Iqbal Anggriawan

  46 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 6 No. 1, Januari 2017 sehubun gan dengan Uni Eropa di berbagai bidang. Apabila bergabun g den gan Uni Eropa, Islandia harus m en erim a adan ya CFP dan dengan dem ikian m em perbolehkan kekuatan supran asion al Brussels untuk m em buat sem ua keputusan terkait dengan perikanan Islandia. Perikanan Uni Eropa m en erim a subsidi n egara yang sangat besar dim an a sebagian besar ketersediaan stok perikanan di perairan Eropa telah m en galam i over fishing dan m ulai teran cam keberadaan nya. Tidak ada jam in an pasti bahwa aturan stabilitas kom paratif Uni Eropa akan terus berlan gsun g pada m asa m en datang dan dengan dem ikian kuota Islandia akan dapat dengan bebas dialokasikan kepada negara – negara Uni Eropa lainnya di m asa depan. Den gan bergabungn ya Islan dia den gan Uni Eropa, pihak asing akan m am pu untuk m em beli m ayoritas saham di perusahaan perikanan negara. Pentingn ya sektor perikanan bagi Islan dia m en gharuskan m ayoritas perusahaan nasional juga dim iliki oleh Islandia. Perjuan gan Islandia dalam m em perjuangkan kontrol penuh akan perairannya dengan asing m erupakan bagian utam a dari perjuangan n egara akan kem erdekaan dan tentu saja kem erdekaan yang telah diraih dan diperjuangkan hingga saat ini tidak akan dilepaskan begitu saja untuk m en gikuti suatu kebijakan yan g gagal (Storjn, 20 0 8 ).

  Di dalam m odel politik birokrat Islandia, LIU m erupakan instrum en utam a dalam m em bentuk sistem kuota penangkapan ikan di Islan dia bersam a den gan pem erintah. LIU juga berusaha untuk terus m en ekan pengem bangan sistem kuota hingga pada tahun 1990 kuota penan gkapan ikan di Islan dia m enjadi transferable quotas. H al ini m en andakan bahwa aktivitas dari sektor perikanan Islandia m enjadi sem akin term arketisasi secara signifikan dan wilayah penan gkapan ikan sendiri m en jadi lebih terprivatisasi, m engingat tran sferable quotas didefinisikan sebagai hak m ilik yang bisa diperjualbelikan dan juga dipinjam kan (Mjoset…). LIU dapat dikatakan sebagai salah satu instrum en penting di dalam politik dom estik Islandia dalam m en entukan arah kebijakan luar negerinya. Sebagai salah satu representasi sektor terbesar di Islandia, LIU m em iliki peran an yang tidak dapat dikesam pin gkan , m en gingat kom petensi serta pengalam an nya yang cukup tinggi di sektor perikanan.

  Kontribusi LIU sendiri terhadap kebijakan luar n egeri Islandia dapat dilihat m elalui beberapa usahan ya dalam m em proteksi sektor perikanan Islandia dari pihak asing. Di sisi lain, LIU juga kerap m em ban tu pem erintah Islandia sebagai salah satu konsultan pentin g apabila m en em ui suatu deadlock dalam negosisasi internasional, terlebih yang m em iliki kaitan dengan sektor perikanan. Berbagai saran dan inform asi yang telah diberikan LIU m en jadi sangat berguna bagi pem erintah Islandia sebagai salah satu pertim bangan utam a dalam m enen tukan kebijakan luar negerinya. Bergabungn ya Islandia ke dalam EEC, EEA, EFTA dan Schengen Area juga tidak lepas dari adanya kontribusi kelom pok kepen tingan dom estik dan LIU m erupakan salah satunya.

  Saran dan inform asi yang diberikan LIU tersebut kem udian dapat dikategorikan sebagai dom estic con straint bagi Islandia dalam m enen tukan kebijakan luar negerinya. Dalam proses aksesinya den gan Uni Eropa, LIU kem udian m em berikan batasan – batasan terten tu yang sem akin m em persem pit opsi yang dim iliki Islandia sehin gga pada akhirnya m am pu m enuntun pada outcom e yang ingin dicapai oleh LIU sen diri. Meski tidak secara langsung m em pen garuhi perum usan kebijakan luar negeri Islandia, tidak dapat dipungkiri LIU m em iliki pengaruh yang cukup besar. H al ini sen diri dikaren akan LIU telah m en jalin hubun gan tersebut dengan IP sejak lam a. Oleh karena itulah, LIU m erupakan instrum en dom estik politik Islandia yang m am pu m em berikan pengaruhnya dalam perum usan kebijakan luar n egeri secara tidak lan gsun g. Melalui saran dan inform asinya, LIU kem udian m enjadi dom estic constrain t bagi Islan dia karena Strategi The Icelandic Federation 47 m am pu m em batasi opsi yang dim iliki, sehingga keputusan yang dibuat oleh Islandia pun secara tidak langsun g juga akan m erepresentasikan kepentingan LIU, yakni pem batalan aksesi Uni Eropa oleh Islandia untuk m elindungi sektor perikanan n asional dari cam pur tangan asing (Youn us, 20 0 3). Strategi yang dilakukan LIU dalam m em engaruhi pem batalan tersebut adalah fram ing. Adapun beberapa inform asi yang di fram ing adalah perbandingan an tara kebijakan perikanan Uni Eropa dan Islandia hingga potensi apa saja yang akan didapatkan Islandia apabila bergabung dengan Uni Eropa. Com m on Fisheries Policy (CFP) Uni Eropa pada awalnya m erupakan bagian dari kebijakan agrikultur dari tahun 1958 tetapi diperkenalkan kem bali sebagai kebijakan yang berbeda pada tahun 1970 . CFP pada dasarnya m en ekankan pada sektor perikanan yang berkelan jutan dan penguatan daya saing industri perikanan secara m en yeluruh sebagai langkah un tuk m em enuhi perm intaan pasar disam ping ketersediaan ikan yang sem akin berkurang. Tetapi hingga saat ini kesuksesan CFP dinilai m asih terlalu kecil dim an a m asih terjadi over fishing dari sekitar 8 8 % ketersediaan perikanan di wilayah perairan Eropa higga profit m argin n elayan yan g terus m enurun jum lahn ya. H ingga saat ini sum bangasih sektor perikanan han ya sebesar 0 ,25% dari total GDP Uni Eropa m en andakan betapa tidak siginifikann ya sektor ini jika diban dingkan dengan Islandia yan g telah m en capai 11% dari total GDP (Bjarn ason, 20 10 ). Uni Eropa sen diri bahkan m en gakui kegagalan daripada CFP sendiri. J oe Borg selaku kom isioner sektor perikanan Uni Eropa m en yatakan bahwa m ereka sendiri tengah m em pertanyakan aspek fundam en tal daripada CFP. Uni Eropa tidak lagi m engin ginkan adanya reform asi dari kebijakan tersebut, bahkan m ereka m en yatakan untuk saatnya m endesain sistem perikanan berkelan jutan yang lebih m odern dan sederhan a. Maraknya aktivitas over fishing dari kapal pen angkap ikan di seluruh Eropa hingga negara – n egara anggota Un i Eropa yang dinilai gagal m en egakkan batas kuota yang telah ditetapkan dalam CFP m enjadi salah satu bukti bahwa kon trol dan m anajem en perikanan secara terpusat ini dinilai gagal oleh kebanyakan kritikus kebijakan Eropa. Bahkan banyak dari para kritikus dan anggota Uni Eropa yang telah lam a m en untut kem balinya kontrol perikanan nasional. Salah satunya adalah Struan Stevenson, anggota dari Partai Konservatif Skotlan dia dan juru bicara Parlem en Eropa terkait sektor perikanan yang m ulai m enyerukan kebijakan perikanan untuk didesentralisasi. Nigel Farage pem im pin Partai Indepen den di Inggris m enyatakan bahwa inilah saatnya untuk m eninggalkan CFP secara keseluruhan dan m ulai kem bali kepada kebijakan perikanan nasional seperti yang dijalankan Islandia dan Norwegia yang terbukti jauh lebih sukses. H uw Irran ca-Davies, m enteri perikanan Britania Raya juga m enggaris bawahi CFP terkait den gan pem buangan lim bah ikan agar sesuai den gan kuota yang ditetapkan . Beliau m enyatakan bahwa Britania Raya harus m am pu dalam m en gurangi lim bah perikanan yang dibuang kem bali ke laut dan m em aksim alkan tan gkapan para n elayan untuk diproduksi (Waterfield, 20 0 9). Berbeda den gan CFP, kebijakan perikanan nasional Islandia m em iliki overall objective berupa pen ggunaan sum ber daya m aritim di wilayah perairan Islandia secara efektif untuk kesejahteraan n asional. Sistem m an ajem en perikanan Islandia tersebut telah banyak dinyatakan sebagai salah satu sistem m an ajem en perikanan yang sukses. Kem en trian Perikan an dan Agrikultur di Islandia m erupakan principal m anagem en t in organization yang bertan ggun g jawab terhadap sektor perikanan nasional. Adapaun overall responsibilities nya adalah dalam m an ajem en , pen elitian , kon trol dan konservasi. Selain itu kem entrian juga m em iliki wewenang pen uh untuk m en en tukan TAC tahunan Islan dia den gan bantuan Marine Research

Iqbal Anggriawan

  • – negara anggota Uni Eropa harus m en ggunakan kriteria yang tran sparan dan obyektif ketika m ereka m en distribusikan kuota nasional diantara para n elayan . Mereka m em iliki tanggun g jawab un tuk m em astikan bahwa kuota tidak berlebihan . Apabila sem ua kuota yang tersedia bagi suatu spesies telah habis digun akan , m aka negara tersebut wajib untuk m en ghen tikan dan m enutup aktifitas pem ancingan terkait spesies yan g bersan gkutan (European Com ission, 20 15). Sebagai negara dengan sejarah perikanan yang pan jan g, Islandia sangat m en dukung adanya pengelolaan sektor perikanan yang efisien dan bertanggung jawab. Meski sebagian besar stok ikan Islandia berada di wilayah perairan nya, Islandia juga m em iliki beberapa stok ikan yang dikategorikan ke dalam straddling stocks. Di Islandia, Men teri Perikan an dan Pertanian m em eliki wewenang untuk m em utuskan TAC untuk stok setiap spesies ikan. Keputusan TAC Islandia tersebut

  48 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 6 No. 1, Januari 2017 Institute (MRI) dan kelom pok kepen tingan lainnya seperti haln ya LIU.

  Fisheries Managem en t Act tahun 1990 m erupakan cikal bakal dari FMS Islandia hingga saat ini dim ana kebijakan tersebut berpedom an pada ITQ. FMS Islandia in i juga ditopang den gan beberapa legal m easure antara lain The Act concerning the Treatm en t of Com m ercial Marin e Stocks (1996), The Act on Fishing in Iceland’s Exclusive Fishing Zon e (1997), The Act on Fishing Outside Iceland’s Exclusive Fishing Zone (1996), The Act on Fishing and Processing by Foreign Vessels in Icelan d’s Exclusive Fishing Zon e (1998 , The Act on Aquaculture (20 0 8 ). Islandia dikenal sebagai salah satu negara yang dapat m em anfaatkan sektor perikannya secara sangat efektif dan m en guntun gkan dim ana hal ini dikarenakan sistem m anajem en perikanannya sendiri m em iliki dasar dari adan ya TAC yang konsisten setiap tahunn ya, karena dibantu dengan rekom endasi ilm iah. H al tersebut kem udian berkesin am bun gan dengan adan ya sistem ITQ yang m em ungkinkan pem iliknya untuk m em iliki kuota penan gkapan untuk dapat m enan gkap ikan sesuai den gan TAC yang berlaku. Adapun kunci dari sistem perikanan Islandia dapat dijelaskan sebagai berikut.

  Dalam hal in i LIU kem udian m elihat CFP sebagai titik lem ah dari Uni Eropa yang pada akhirn ya akan digunakan sebagai salah satu inform asi yang dapat difram ing dengan kepentin gann ya. Inform asi inilah yang m en jadi pertim ban gan bagi Islandia untuk m en ahan n egosiasi yan g pada akhirnya berakhir dengan pen arikan aplikasi keanggotaan Islan dia. CFP dinilai tidak m am pu m engakom odasi kepen tingan anggota Uni Eropa dalam sektor perikanan, di sisi lain apabila Islandia bergabung dengan Uni Eropa dan m en gikuti CFP m aka LIU juga akan kehilan gan dom inasi di sektor perikanan dom estik dim ana hal ini juga berarti berakhirnya praktik m onopoli kuota perikanan dom estik oleh LIU yan g telah dijalankan selam a puluhan tahun.

  Total Allowable Catch (TAC) yang diterapkan Uni Eropa dalam CFP, m en jadi salah satu aspek yan g dirasa sangat m erugikan Islandia. TAC m erupakan batas penangkapan ikan yang dinyatakan dengan ton dan ditetapkan untuk sebagian besar stok ikan kom ersial. Proposal tentan g pengaturan TAC di Uni Eropa m erupakan hasil penelitian ilm iah dari badan pen asihat seperti Intern ational Council for the Exploration of the Sea (ICES) dan Scientific, Technical and Econom ic Com m ittee for Fisheries (STECF). TAC ham pir ditetapkan setiap tahunn ya untuk m ayoritas stok ikan dan setiap dua tahun untuk deep-sea stock oleh Dewan Menteri Perikan an Un i Eropa. Di dalam Uni Eropa, TAC dibagi diantara n egara – negara anggotanya dalam bentuk kuota nasional. Untuk setiap stokn ya, persentase alokasi yang dibagikan setiap n egara berbeda – beda dim an a hal ini kem udian diterapkan untuk m em bagi kuota. Persentase tetap inilah yan g kem udian diken al sebagai kunci stabilitas relatif. Di sisi lain, n egara Strategi The Icelandic Federation 49 berdasarkan pen elitian dan saran ilm iah yang diberikan oleh The Marine Research In stitute (MRI) yang m elakukan penelitian sistem atis pada distribusi, ukuran dan potensi dari spesies ikan tertentu pada tiap tahunnya yang bertujuan un tuk m em prom osikan pem anfaatan sum ber daya laut secara berkelan jutan (Icelan dic Group, 20 12). Setiap kapal penangkap ikan m en dapat alokasi tertentu dari TAC Islandia untuk setiap spesiesnya. Pada tahun 20 15/ 20 16 Islandia m em iliki total TAC sebesar 490 .0 0 0 ton, sehingga berdasarkan perbandingan dengan negara – n egara Uni Eropa, Islan dia m en em pati posisi tiga besar dibawah Den m ark dan In ggris Raya. Den gan jum lah alokasi TAC yang cukup besar, Islandia tentu akan m enilai posisinya sekaran g ini sudah cukup baik. Penguran gan jum lah TAC adalah hal yang dinilai san gat m erugikan Islandia apabila bergabun g den gan Uni Eropa terlebih dengan adan ya CFP yang m en gharuskan Excess TAC atau kelebihan tangkapan tersebut harus dikem balikan ke wilayah perairan dan tidak boleh diproduksi. Dalam hal ini yang m enjadi perm asalahan kem udian adalah ikan – ikan tersebut pada um um nya tidak dapat bertahan hidup lebih lam a dan han ya kana m enjadi lim bah laut. Meski alokasi TAC Islandia cukup besar jika diban dingkan n egara – negara Eropa lainnya, tetapi pem bagian TAC tersebut dianggap cukup m en diskrim inasikan n elayan – n elayan kecil dan hanya m engun tungkan pem ilik kapal pen angkap ikan m odern saja. Belum lagi terdapat Individual Transferable Quotas (ITQ) yang dapat diperjualbelikan sehingga m on opoli kuota penangkapan ikan oleh fishing com pany tidak lagi dapat terhindarkan . H al ini sem akin m em pertegas adan ya m onopoli LIU un tuk dapat m em pertahankan status quo di dalam sektor perikanan dom estik dengan agenda m em en garuhi pem batalan aksesi Uni Eropa tersebut. Berdasarkan analisis data dan pem aparan yang telah disam paikan penulis di atas, m aka dapat diam bil kesim pulan bahwa hipotesis yang telah diuraikan pada bagian awal telah terbukti. Strategi LIU dalam m em pen garuhi keputusan Islandia untuk m em batalkan aksesi Uni Eropa dapat dilihat m elalui adanya m odel birokrasi politik di Islan dia. Model birokrasi politik m en gatakan bahwa pem erintah bukanlah aktor tunggal dalam perum usan kebijakan . Kelom pok kepen tingan dalam hal ini m em iliki peran an yang juga tidak kalah penting dalam m em ban tu pem erintah di dalam perum usan kebijakan tersebut. Sebagai n egara den gan kapasitas pem erintahan relatif kecil, parlem en Islandia m au tidak m au harus m em iliki altern atif dan solusi dalam m em bantu kinerja perum usan kebijakan negara, baik dalam skala dom estik m aupun luar negeri. Dalam hal inilah keberadaan kelom pok kepentingan sangatlah m em bantu. Sesuai den gan asum si birokrasi politik, pem erintah Islandia kem udian tidak bekerja sendiri dalam perum usan kebijakannya. Terdapat ban yak kelom pok kepentingan dari berbagai latar belakang yang m em bantu pem erintah dalam m enyediakan sudut pandan g yang berbeda sebagai alternatif solusi apabila terjadi deadlock dalam usaha untuk m encapai keputusan . Terlebih dengan adanya kelom pok kepen tingan yan g bergerak di bidang terten tu, m aka sudut pandang serta inform asi yang ditawarkan m en jadi sangat kredibel dan dapat diandalkan. Sejak pertam a kali dibentuk pada 1930 , LIU telah ban yak m em bantu Islandia sebagai representasi negara hingga penasihat dalam berbagai kerjasam a dan negosiasi intern asional. H al ini terbukti den gan bergabun gnya Islandia kedalam EEC, EFTA, EEA dan Schengen Area dim an a keseluruhan nya m em iliki potensi keuntun gan bagi Islandia dalam beberapa sektor terutam a perikanan. Adapun LIU yang juga berperan dalam m em bela kedaulatan terhadap perikanan nasional dalam beberapa konflik seperti Cod Wars, Mackerel Wars, Loophole Dispute hin gga m encegah Islandia untuk

Iqbal Anggriawan

D a fta r Pu s ta ka

Karlsdóttir, A. 2008. “Not sure about the shore! Transformation effects of individual

  [6] Eythórsson, E. 2000. A decade of ITQ- management in Icelandic fisheries: consolidation without consensus. Marine Policy 24(6)

  transferable quotas on Iceland’s fishing economy and communities”, dalam Enclosing the fisheries: people, places and power, ed. ME Lowe and C Carothers. Maryland: American Fisheries Society.

  [10]

  [9] Ilugadottir, Vera. 2015. “Umsóknin ekki formlega dregin til baka” [online] dalam http://ruv.is/frett/umsoknin-ekki-formlega- dregin-til-baka. [diakses pada 20 Maret 2016]

  Responsible Fisheries” [online] dalam http://www.icelandic.is/icelandic/sustainabili ty/iceland-responsible-fisheries/ [diakses pada 1 Desember 2016 ]

  [8] Icelandic Group. 2012. “Icelandic

  [7] Eythórsson, E.. 2003. “Stakeholders, courts, and communities: Individual transferable quotas in Icelandic fisheries, 1991–2001”, dalam The commons in the new millennium: challenges and adaptations, ed. N Dolšak and E Ostrom. Cambridge, MA: MIT Press.

  50 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 6 No. 1, Januari 2017 bergabung dengan Uni Eropa. Sem ua itu dilakukan dem i m en jaga kontrol penuh atas sektor perikan an nasional agar tidak jatuh ke tan gan asing.

  Relasi yang sangat dekat dengan IP sebagai partai politik terbesr di Islandia sem akin m em perlihatkan pengaruh LIU di dalam proses perum usan kebijakan dom estik m aupun luar negeri Islan dia. Dalam hal ini hubungan yan g sangat erat antara LIU sebagai kelom pok kepen tingan dan IP sebagai represen tasi politik di Islandia m erupakan cerm inan dari adanya birokrasi politik di Islan dia. Oleh karen a itulah pada akhirnya IP benar – benar m en jadikan inform asi yang disediakan LIU sebagai pertim ban gan utam a dalam m engam bil keputusan.

  [5] European Commission. 2015. “TACs and

  [4] Euractiv, 2015. Iceland officially drops EU membership bid. [onlone] dalam: http://www.euractiv.com/sections/enlargeme nt/iceland-officially-drops-eu membership- bid-312877. [diakses pada: 6 Januari, 2016].

  Fisheries privatization and the remaking of fishery systems. Environment and Society: Advances in Research 3(1)

  Andvari 91 [3] Carothers, C, and C Chambers. 2012.

  [2] Benediktsson, B. 1966. '6lafur Thors”, dalam

  European Integration: On the Edge. London: Routledge

  [1] Baldur Thorhalsson,ed.,2004a.Iceland and

  LIU kem udian m enyediakan inform asi yang dibutuhkan pem erin tah terkait den gan perbandingan kebijakan perikanan Uni Eopa (CFP) dengan Islandia (FMS). Perbandingan TAC Uni Eropa dan Islan dia hingga dam pak CFP bagi Islandia apabila bergabun g dengan Uni Eropa. Inform asi yang disediakan LIU tersebut kem udian dikem as bersam a den gan kepentin gan LIU sendiri yakni m em pertahankan status dom in asinya dalam sektor perikanan dom estik. Inform asi tersebut kem udian m enjadi salah satu faktor utam a bagi pem erintah untuk m em pertim bangkan apakah Islandia ben ar – ben ar m em iliki potensi keuntungan apabila bergabun g dengan Uni Eropa. Pada akhirnya pem batalan aksesi tersebut dapat dilihat sebagai suatu keputusan Islandia dim ana terdapat kepentingan LIU di dalam nya yakni m em pertahankan dom inasi sektor perikanan dom estik.

  Kem udian, strategi yang digunakan LIU agar dapat m em pen garuhi perum usan kebijakan tersebut adalah dengan fram ing inform asi. Sebagai n egara den gan jum lah penduduk yang sedikit m aka kapasitas pem erintahannya pun tidak dapat berfungsi dengan m aksim al, oleh karena itulah LIU dalam hal ini berfungsi sebagai advisor dim an a inform asi m en jadi kom oditi utam a yan g dibutuhkan oleh pem erintah Islandia. H al ini dibuktikan dengan status LIU sebagai representasi Islandia dalam negosiasi perihal chapter perikanan den gan Uni Eropa.

  Quotas” [online] dalam https://ec.europa.eu/fisheries/cfp/fishing_rul es/tacs_en [diakses pada 2 Desember 2016 ]

  Strategi The Icelandic Federation

  Vignisson. 2004. Iceland’s policy on European integration from the foundation of the republic to 1972. London: Routledge

  Theoretical Introduction. Karachi: Oxford University Press..

  [24] Younus, M. 2003. Foreign Policy: A

  Macekerel Proposal” [online] dalam http://www.worldfishing.net/news101/indust ry-news/iceland-rejects-eumackerelproposal. [diakses pada 19 September 2016]

  [23] World Fishing. 2010. “Iceland Reject EU

  [22] Waterfield, Bruno. 2009. European Commission admits failure of fishing policy.

  Iysveldis. Reykjavik: Bokaverslun Sigfusar Eymundssonar

  [21] Thorleifsson, H. 1973. Fra einveldi til

  Prefers Partial Engagement in European Integration. London Routledge

  [20] Thorhallsson, Baldur. 2014. Europe: Iceland

  Engagement: A Practical Solution”, dalam Iceland and European Integration: On the Edge. London: Routledge.

  [19] Thorhallsson, Baldur. 2004. “Partial

  [18] Thorhallsson, Baldur & Hjalti Thor

  51 [11]

  Center of Icelandic Ministry of Fisheries and Agriculture” [online] dalam http://www.fisheries.is/economy/fisheries- impacts/nr/275, University of Akureyri (diakses 17 Juli 2011)

  [17]

  [16] Olson, J. 2011. Understanding and contextualizing social impacts from the privatization of fisheries:an overview. Ocean & Coastal Management 54(5)

  [15] Mjoset, Lars. 2008. The Nordic Varieties of Capitalism Comparative Social Research.

  The EU” [online] dalam https://www.mfa.is/media/MFA_pdf/Factshe et---Iceland's-Application-to-the-EU--- July.pdf. [diakses pada 5 January 2016]

  [14] MFA. 2010. “Iceland Application to Join

  Icelandic fisheries. Natural Resources Forum

  [13] Matthiasson, T. 2003. Closing the open sea: development of fishery management in four

  Poisition at the Beginning of 21st Century. Netherlands: Amsterdam University Press

  [12] M Bjarnason. 2010. The Political Economy of Joining European Union Iceland’s

  Kristjánsson, Svanur. 1979. “The Electoral Basis of the Icelandic Independence Party, 1929-1944”, dalam Scandinavian Political Studies, Bind 2. University of Iceland