Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Crude Palm Oil (CPO) Indonesia ke Uni Eropa

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

EKSPOR CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA

KE UNI EROPA

TESIS

Oleh

Nurul Fajriah Pinem 117039029/ MAG

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013


(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

EKSPOR CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA

KE UNI EROPA

TESIS

Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Magister Pertanian pada Program Studi Magister Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Oleh:

Nurul Fajriah Pinem 117039029/ MAG

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013


(3)

Judul : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Crude Palm Oil (CPO) Indonesia ke Uni Eropa Nama : Nurul Fajriah Pinem

Nim : 117039029

Program Studi : Magister Agribisnis

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Dr. Ir. Tavi Supriana, MS) (

Ketua Anggota

Dr. Ir. Surya Abadi Sembiring, MSi)

Ketua Program Studi,, Dekan,


(4)

Telah diuji dan dinyatakan LULUS di depan Tim Penguji pada hari Rabu, 28 Agustus 2013.

Tim Penguji

Ketua : Dr. Ir. Tavi Supriana, MS

Anggota : 1. Dr. Ir. Surya Abadi Sembiring, MSi

: 2. Dr. Ir. Rahmanta Ginting, MSi


(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul:

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

EKSPOR

CRUDE

PALM

OIL

(CPO)

INDONESIA

KE UNI EROPA

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Agustus 2013 yang membuat pernyataan,

Nurul Fajriah Pinem NIM.117039029


(6)

ABSTRAK

NURUL FAJRIAH PINEM. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Crude Palm Oil (CPO) Indonesia ke Uni Eropa (Di bawah bimbingan Dr. Ir. Tavi Supriana, MS sebagai ketua dan Dr. Ir. Surya Abadi Sembiring, MSi sebagai anggota).

Sejak tahun 2004, Crude Palm Oil (CPO) menjadi penyumbang terbesar terhadap produksi minyak nabati dunia. Indonesia memasok 47% kebutuhan CPO dunia, dan Malaysia menguasai 85% pasar CPO dunia. Sebagian besar diekspor ke Uni Eropa, India, China, dan Singapura. Harga pasar CPO dunia sampai saat ini masih dikendalikan di Eropa khususnya pasar Roterdam sebagai tolok ukurnya. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa. Data penelitian ini adalah data sekunder yang berjumah sebanyak 44 data triwulan yang dikumpulkan dari Tahun 2002-2012. Data dianalisis dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda.

Hasil analisis menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan kebijakan perdagangan CSPO dan konsumsi CPO Uni Eropa terhadap volume ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa. Harga CPO berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap volume ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa. Harga minyak rapeseed, harga minyak kedelai, PDB Uni Eropa dan konsumsi Uni Eropa berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap volume ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa. Harga CPO, harga minyak rapeseed, harga minyak kedelai, kebijakan perdagangan CSPO dan konsumsi CPO Uni Eropa bersifat inelastis, sementara PDB Uni Eropa bersifat elastis.

Kata Kunci : Ekspor CPO, Uni Eropa, kebijakan perdagangan CSPO, konsumsi Uni Eropa.


(7)

ABSTRACT

NURUL FAJRIAH PINEM. Analysis of Factors Affecting Exports of Crude Palm Oil (CPO) Indonesia to the European Union (Supervised by Dr. Ir. Tavi Supriana, MS and Dr. Ir. Surya Abadi Sembiring, MS ).

Since 2004, Crude Palm Oil (CPO) is the largest contributor to the production of vegetable oil. Indonesia supplies 47 % of the world's palm oil, and Malaysia dominate 85% of palm oil market in the world. Most of them exported to European Union, India, China, and Singapore. World market price of CPO is still under controlled by European market particulary. Rotterdam as the standar. The purpose of this study was to analyze the factors influenced the Indonesian CPO exports to the EU. The data of this research use secondary data comprises 44 quartely which collected between 2002 s/d 2012.

Based on data analysis, it is found that there is a positive significant effect of the CSPO trade policies and CPO consumption of Europan Union to Indonesian CPO export volume to the EU. The price of crude palm, rapeseed and soybean oil, GDP Europan Union and consumption of EU give positive effect but not significant to Indonesian CPO export volume to the EU. The price of crude palm, rapeseed and soybean oil, CSPO trade policies and EU CPO consumption give inelastict effect to Indonesian CPO export volume to the EU. While GDP Europan Union give elastict effect to Indonesian CPO export volume to the EU.

Keywords : CPO Exports, Europan Union, trade policies of CSPO, EU consumption of CPO


(8)

RIWAYAT HIDUP

NURUL FAJRIAH PINEM, lahir di Medan pada tanggal 28 April 1982 dari Bapak Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M.Agr dan Ibu Dra. Herawaty Ginting, M.Si Apt. Penulis merupakan anak ke satu dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut: 1. Tahun 1988 masuk Sekolah Dasar Al-Azhar Medan, tamat tahun 1994.

2. Tahun 1994 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Medan, tamat tahun 1997.

3. Tahun 1997 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri 15 Medan, tamat tahun 2000.

4. Tahun 2000 diterima di Sosial Ekonomi Pertanian Jurusan Agribisnis Universitas Sumatera Utara, tamat tahun 2005.

5. Tahun 2011 melanjutkan pendidikan S2 di Program Studi Magister Agribisnis Universitas Sumatera Utara.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkah dan rahmat-NYA penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingan ia dan motivasi dari Ibu Dr. Ir Tavi Supriana, M.S selaku ketua komisi pembimbing dan Dr. Ir. Surya Abadi Sembiring, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis .

Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah inspirasi kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Kepada kedua saudaraku tercinta Shabrina Harumi Pinem, S.Sos, M.Si dan Rahmat Bukhari Pinem, Amd. Untuk seluruh sahabatku yang telah memberikan waktu, tenaga dan masukan dalam penyusunan tesis ini Mifta Elfahmi, Tuty Ningsih, Riantri Barus, Yudi Damanik, Tasya Chairuna Pane, Dian Rachmawati dan seluruh teman di angkatan lima Magister Agribisnis.

Penulis menyadari bahwa materi dan isi yang disajikan dalam tesis ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan waktu dan kemampuan yang dimiliki. Dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Medan, Agustus 2013 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ………. i

ABSTRACT ……… ii

RIWAYAT HIDUP ……… iii

KATA PENGANTAR ……… iv

DAFTAR ISI ……….. v

DAFTAR TABEL ……….. vii

DAFTAR GAMBAR ………. viii

DAFTAR LAMPIRAN ……….. ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 3

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ... 4

2.2 Landasan Teori ... 6

2.2.1 Perdagangan Internasional ... 6

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa ... 9

2.2.2.1 Harga ... 9

2.2.2.2 Elastisitas Permintaan ... 10

2.2.2.3 Produk Domestik Bruto ... 13

2.2.2.4 Teori Konsumsi ... 14

2.2.2.5 Teori Eksternalitas ... 15

2.2.2.6 RSPO ... 17

2.3 Kerangka Pemikiran ... 17

2.4 Hipotesis Penelitian ... 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data ... 21


(11)

3.3 Uji Asumsi Klasik... 22

3.3.1 Uji Autokorelasi ... 22

3.3.2 Uji Multikolinearitas ... 23

3.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 23

3.4 Uji Hipotesis ... 24

3.4.1 Uji F ... 24

3.4.2 Uji t ... 25

3.5 Definisi dan Batasan Operasional ... 25

3.5.1 Definisi ... 25

3.5.2 Batasan Operasional ... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Variabel Penelitian . ……….. 27

4.1.1 Perkembangan Ekspor CPO Indonesia……….. 27

26 4.1.2 Harga Minyak Nabati Dunia ... 28

4.1.3 PDB Uni Eropa ... 29

4.1.4 Konsumsi CPO Uni Eropa ... 30

4.2 Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa ………...32

4.2.1 Uji Penyimpangan Model Klasik ... 32

4.2.1.1 Uji Multikolinearitas ... 32

4.2.1.2 Uji Autokorelasi ... 32

4.2.1.3 Uji Heteroskedastisitas ... 34

4.2.1.4 Uji Normalitas ... 35

4.2.2 Hasil Estimasi Model Linear Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor CPO Indonesia ... 36

4.2.2.1 Uji F ... 37

4.2.2.2 Uji t ... 37

4.2.3 Hasil Estimasi Elastisitas Model Linier ... 37

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 43

5.2 Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44


(12)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

1. Nilai Toleran Variabel Independen ………. 32

2. Tabel Run Test ……… 34

3. Tabel Uji Normalitas ……… 35

4. Tabel Hasil Estimasi Regresi Model Linier ……… 36


(13)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

1. 2. 3. 4.

5. 6.

7.

Keseimbangan Harga di pasar Internasional ………. Skema Kerangka Pemikiran ……….. Grafik Perkembangan Ekspor CPO Indonesia Tahun 2002-2012.. Grafik Fluktuasi Harga CPO, Minyak Rapeseed, Minyak Kedelai Dunia Tahun 2002-2012 ………... Grafik Perkembangan PDB Uni Eropa Tahun 2002-201 2……….. Grafik Perkembangan Konsumsi CPO Uni Eropa

Tahun 2002-2012 ……….. Diagram Tebar ………..

7 19 27

28 30

31 35


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hal 1. Volume Ekspor CPO Indonesia Per Triwulan

Tahun 2002-2012 (Ton)……… ……….. 46

2. Harga CPO Per TriwulanTahun 2002-2012 (USD) ……… 47 3. Harga Minyak Rapeseed Per Triwulan Tahun 2002-2012 (USD)…..

48 4. Harga Minyak Kedelai Per Triwulan Tahun 2002-2012 (USD) …… 49 5. PDB Uni Eropa Per Triwulan Tahun 2002-2012 (Trilyun Dollar) ... 50 6. Konsumsi CPO Uni Eropa Per Triwulan Tahun 2002-2012

(Ribu Ton) ………... 51

7. Kebijakan CSPO Per Triwulan Tahun 2002-2012 ……….. 52 8. Data Volume Ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa, Harga CPO

Dunia, Harga Minyak Rapeseed Dunia, Harga Minyak Kedelai Dunia, PDB Uni Eropa, Konsumsi Uni Eropa dan Kebijakan

Perdagangan CSPO ………. 53

9. Data Volume Ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa, Harga CPO Dunia, Harga Minyak Rapeseed Dunia, Harga Minyak Kedelai Dunia, PDB Uni Eropa, Konsumsi Uni Eropa dan Kebijakan

Perdagangan CSPO dalam logaritma natural ...……….. 56 10. Hasil Analisis Regresi Pengaruh Harga CPO Dunia, Harga Minyak

Rapeseed Dunia, Harga Minyak Kedelai Dunia, PDB Uni Eropa, Konsumsi Uni Eropa dan Kebijakan Perdagangan CSPO terhadap Volume Ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa per triwulan Tahun


(15)

ABSTRAK

NURUL FAJRIAH PINEM. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Crude Palm Oil (CPO) Indonesia ke Uni Eropa (Di bawah bimbingan Dr. Ir. Tavi Supriana, MS sebagai ketua dan Dr. Ir. Surya Abadi Sembiring, MSi sebagai anggota).

Sejak tahun 2004, Crude Palm Oil (CPO) menjadi penyumbang terbesar terhadap produksi minyak nabati dunia. Indonesia memasok 47% kebutuhan CPO dunia, dan Malaysia menguasai 85% pasar CPO dunia. Sebagian besar diekspor ke Uni Eropa, India, China, dan Singapura. Harga pasar CPO dunia sampai saat ini masih dikendalikan di Eropa khususnya pasar Roterdam sebagai tolok ukurnya. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa. Data penelitian ini adalah data sekunder yang berjumah sebanyak 44 data triwulan yang dikumpulkan dari Tahun 2002-2012. Data dianalisis dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda.

Hasil analisis menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan kebijakan perdagangan CSPO dan konsumsi CPO Uni Eropa terhadap volume ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa. Harga CPO berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap volume ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa. Harga minyak rapeseed, harga minyak kedelai, PDB Uni Eropa dan konsumsi Uni Eropa berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap volume ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa. Harga CPO, harga minyak rapeseed, harga minyak kedelai, kebijakan perdagangan CSPO dan konsumsi CPO Uni Eropa bersifat inelastis, sementara PDB Uni Eropa bersifat elastis.

Kata Kunci : Ekspor CPO, Uni Eropa, kebijakan perdagangan CSPO, konsumsi Uni Eropa.


(16)

ABSTRACT

NURUL FAJRIAH PINEM. Analysis of Factors Affecting Exports of Crude Palm Oil (CPO) Indonesia to the European Union (Supervised by Dr. Ir. Tavi Supriana, MS and Dr. Ir. Surya Abadi Sembiring, MS ).

Since 2004, Crude Palm Oil (CPO) is the largest contributor to the production of vegetable oil. Indonesia supplies 47 % of the world's palm oil, and Malaysia dominate 85% of palm oil market in the world. Most of them exported to European Union, India, China, and Singapore. World market price of CPO is still under controlled by European market particulary. Rotterdam as the standar. The purpose of this study was to analyze the factors influenced the Indonesian CPO exports to the EU. The data of this research use secondary data comprises 44 quartely which collected between 2002 s/d 2012.

Based on data analysis, it is found that there is a positive significant effect of the CSPO trade policies and CPO consumption of Europan Union to Indonesian CPO export volume to the EU. The price of crude palm, rapeseed and soybean oil, GDP Europan Union and consumption of EU give positive effect but not significant to Indonesian CPO export volume to the EU. The price of crude palm, rapeseed and soybean oil, CSPO trade policies and EU CPO consumption give inelastict effect to Indonesian CPO export volume to the EU. While GDP Europan Union give elastict effect to Indonesian CPO export volume to the EU.

Keywords : CPO Exports, Europan Union, trade policies of CSPO, EU consumption of CPO


(17)

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelapa Sawit merupakan tanaman perkebunan yang berkontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia dan juga digunakan sebagai sumber bahan baku pembuatan minyak goreng.

Crude Palm Oil (CPO) adalah salah satu hasil turunan dari tanaman kelapa sawit. CPO dijual dengan harga rendah tetapi mempunyai kegunaan yang beraneka ragam, salah satunya adalah sebagai bahan baku pembuatan biodiesel.

Pemasaran CPO di dunia dikuasai oleh Malaysia sekitar 85 %, sementara Indonesia sebagai produsen CPO di dunia hanya mampu memasok sekitar 47 % dari total CPO dunia. Oleh sebab itu Indonesia harus dapat memperbaiki sistem internal dari hulu ke hilir agar mempuyai keunggulan untuk dapat bersaing di pasar Internasional.

Ekspor CPO memiliki tingkat permintaan yang paling tinggi karena nilai jual yang tinggi dibandingkan beberapa jenis minyak nabati lainnya seperti Coconut Oil, Cotton Seed Oil, Olive Oil, Palm Oil, Palm Kernel Oil,Peanut Oil, Rape Seed Oil, Soybean Oil dan Sun Fower Oil. Sumber dari Foreign Agricultural Service (FAS) menjelaskan untuk rata-rata persentase ekspor CPO dunia tahun 2002 - Januari 2012 adalah sebagai berikut: Coconut Oil (3,76%), Cotton Seed Oil (0,28 %), Olive Oil (1,33%), Palm Oil (59,14%), Palm Kernel Oil (4,57%), Peanut Oil (0,38%), Rapeseed Oil (3,94%), Soybean Oil (19,24%) dan Sun Flower Oil (7,42%). Dari data terlihat bahwa tingkat permintaan CPO di dunia cukup tinggi sekitar (59,14%).


(18)

Beberapa negara yang mengkonsumsi CPO di dunia antara lain adalah negara China, Uni Eropa (UE), India, Indonesia, Malaysia dan beberapa negara lainnya di dunia. Selain CPO, minyak kanola atau yang dikenal dengan rapeseed oil juga memiliki jumlah permintaan yang cukup besar. Produk Indonesia akan dapat merambah pasar Eropa asalkan memiliki standar produk yaitu ramah lingkungan. Menurut Partiwi (2011) beberapa produk turunan utama dari CPO yang diproduksi oleh Uni Eropa yaitu minyak makan dan biodiesel. Pada tahun 2010 Uni Eropa merupakan produsen dan pasar biodiesel terbesar di dunia dengan target pasar sebesar 5,75% dari total konsumsi minyak diesel untuk transportasi.

Penduduk Uni Eropa saat ini sudah mencapai 500 juta jiwa dengan keanggotaan dari 27 negara. Dengan bertambahnya penduduk Uni Eropa ada kemungkinan bertambahnya keanggotaan Uni Eropa, maka diperkirakan akan semakin besar kebutuhan akan CPO termasuk CPO dari Indonesia.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ekspor CPO Indonesia ke wilayah Uni Eropa.

2. Seberapa besar elastisitas masing masing faktor yang mempengaruhi ekspor CPO Indonesia ke wilayah Uni Eropa.


(19)

1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor CPO Indonesia ke wilayah Uni Eropa.

2. Menganalisis elastisitas masing-masing faktor yang mempengaruhi ekspor CPO Indonesia ke wilayah Uni Eropa.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah:

1. Memberikan informasi mengenai tren ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa. 2. Memberikan informasi mengenai faktor–faktor yang mempengaruhi ekspor

CPO Indonesia ke Uni Eropa.

3. Dapat dijadikan bahan pembanding dan referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.


(20)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian Suherwin (2012), tentang harga Crude Palm Oil dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi harga CPO dunia. Tujuan umum penelitian adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi harga CPO dunia. Tujuan khusus penelitian menganalisis variabel-variabel seperti luas kebun kelapa sawit dunia time lag 5 tahun, biaya produksi CPO, produksi minyak kedelai dunia, harga minyak kedelai dunia, permintaan CPO dunia tahun sebelumnya, dan harga minyak bumi dunia terhadap harga CPO dunia baik secara langsung ataupun secara tidak langsung melalui intervening variabel.

Studi Wardani (2008), tentang Dampak Kebijakan Perdagangan di Sektor Industri CPO terhadap Keseimbangan Pasar Minyak Goreng Sawit dalam Negeri bertujuan untuk: Pertama, mengkaji faktor-faktor apakah yang mempengaruhi ekspor CPO dan keseimbangan pasar minyak goreng sawit di Indonesia. Kedua, menganalisis keterkaitan antar keduanya. Ketiga, untuk mengetahui dampak pajak ekspor di sektor industri CPO terhadap keseimbangan pasar dan harga minyak goreng sawit dalam negeri. Untuk tujuan tersebut, beberapa variabel yang diteliti adalah ekspor CPO, produksi CPO, luas areal kelapa sawit, harga ekspor CPO, harga CPO domestik, pendapatan nasional Indonesia, jumlah penduduk Indonesia, pajak ekspor CPO, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, harga dan produksi minyak goreng sawit dalam negeri, permintaan minyak goreng sawit dalam negeri, upah tenaga kerja di sektor industri, dummy krisis ekonomi, harga minyak


(21)

goreng kelapa, impor minyak goreng sawit serta harga impor minyak goreng sawit.

Penelitian tentang produksi dan ekspor CPO yang dilakukan oleh Hansen (2008), tentang Peramalan Produksi dan CPO Indonesia serta Implikasi Hasil Ramalan terhadap Kebijakan. Besarnya jumlah produksi untuk ekspor ternyata tidak hanya membawa pengaruh yang baik bagi kinerja perekonomian, tetapi berpotensi menimbulkan kelangkaan CPO dalam negeri. Hal ini terjadi karena insentif yang tinggi dari para pengusaha kelapa sawit untuk mengekspor produknya sebagai respon dari meningkatnya harga CPO dunia. Oleh karena itu, perlu kebijakan yang tepat dalam meredam laju ekspor dan mengimbanginya untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri. Salah satu bagian dari perencanaan tersebut menyangkut peramalan produksi dan ekspor yang akan terjadi di masa yang akan datang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis data, mendapatkan model peramalan terbaik dan menerapkan hasil peramalan tersebut dalam kebijakan. Data pada penelitian diperoleh dari Sub Direktorat Tanaman Perkebunan BPS yang berupa data triwulan produksi dan ekspor CPO Indonesia dari tahun 1994 sampai 2007 yang kemudian diagregasi ke bentuk triwulan.

Penelitian tentang produksi dan ekspor CPO yang dilakukan oleh Susila (2004), tentang Dampak Pajak CPO - Ekspor terhadap Beberapa Aspek Industri CPO Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengontrol pasokan CPO domestik, harga CPO dan harga minyak goreng. Pemerintah Indonesia telah memberlakukan pajak CPO - ekspor sejak Agustus 1994. Industri CPO memainkan peran penting dalam perekonomian Indonesia. Pemberlakuan pajak diharapkan memiliki dampak besar pada berbagai aspek industri, seperti pada


(22)

investasi, produksi, perdagangan, pendapatan usaha tani dan distribusi kesejahteraan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai dampak tersebut menggunakan model ekonometrik industri. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kebijakan pajak ekspor telah menghambat laju pertumbuhan investasi, produksi, ekspor dan pendapatan usaha tani. Di sisi lain, kebijakan ini telah menjadi instrumen yang efektif untuk mengendalikan CPO domestik dan memasok harga minyak sawit dunia. Selain itu, kebijakan ini menjadi media untuk mentransfer kesejahteraan substansial dari produsen ke konsumen dan pemerintah.

2.2. Landasan Teori

2.2.1 Perdagangan Internasional

Pada dasarnya beberapa faktor yang mendorong timbulnya perdagangan internasional suatu negara dengan negara lainnya bersumber dari keinginan memperluas pasaran komoditi ekspor, memperbesar penerimaan devisa bagi kegiatan pembangunan, adanya perbedaan penawaran dan permintaan antar negara, serta akibat adanya perbedaan biaya relatif dalam menghasilkan komoditi tertentu. Dalam teori mengenai timbulnya perdagangan internasional, Heckser-Ohlin menganggap bahwa suatu negara dicirikan oleh faktor bawaan yang berbeda, sedangkan fungsi produksi di semua negara adalah sama. Berdasarkan asumsi tersebut, dapat disimpulkan bahwa dengan fungsi produksi yang sama dan faktor bawaan yang berbeda antar negara. Suatu negara cenderung untuk mengekspor komoditi yang menggunakan faktor produksi yang lebih banyak dan secara relatif murah dan mengimpor barang-barang yang menggunakan faktor-faktor produksi yang relatif langka dan mahal (Salvatore, 1997).


(23)

Secara teoritis, suatu negara (misal negara A) akan mengekspor suatu komoditi (misal CPO) ke negara lain (misal negara B) karena harga domestik di negara A lebih rendah jika dibandingkan dengan harga domestik di negara B. Struktur harga yang relatif rendah di negara A tersebut disebabkan adanya kelebihan penawaran (excess supply) yaitu produksi domestik yang melebihi konsumsi domestik. Dalam hal ini faktor produksi di negara A relatif berlimpah. Dengan demikian negara A mempunyai kesempatan menjual kelebihan produksinya ke negara lain (Salvatore, 1997).

Di pihak lain, negara B terjadi kekurangan penawaran karena konsumsi domestiknya melebihi produksi domestik (excess demand) sehingga harga menjadi tinggi. Dalam hal ini negara B berkeinginan untuk membeli komoditi negara lain yang harganya relatif lebih murah. Jika kemudian terjadi komunikasi antara negara A dan negara B, maka dapat terjadi perdagangan antara kedua negara tersebut dimana negara A akan mengekspor komoditi CPO ke negara B (Salvatore, 1997).

Jumlah dan harga komoditas yang diekspor dapat ditentukan setelah diketahui kurva penawaran dan persediaan yang merupakan perangkat geometris utama. Secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 1.


(24)

Gambar 1. memperlihatkan sebelum terjadinya perdagangan internasional, harga di negara A sebesar A, sedangkan di negara B sebesar B. Penawaran di pasar internasional akan terjadi jika harga internasional lebih tinggi dari A sedangkan permintaan di pasar internasional akan terjadi jika harga internasional lebih rendah dari B. Pada saat harga internasional sama dengan A atau B maka tidak terjadi perdagangan internasional. Apabila harga internasional lebih besar dari A maka terjadi excess supply (ES) pada negara A dan apabila harga internasional lebih rendah dari B maka terjadi excess demand (ED) pada negara B. Dengan demikian, dari A dan B tersebut akan terbentuk kurva ES dan ED di pasar internasional, dimana perpotongan antara kurva ES dan ED akan menentukan harga yang terjadi di pasar internasional sebesar P.

Jenis kebijakan perdagangan internasional terdiri atas :

a. Kebijakan perdagangan bebas adalah kebijakan perdagangan yang menginginkan adanya kebebasan dalam perdagangan, sehingga tidak ada rintangan yang menghalangi arus produk dari dan ke luar negeri.

Manfaat dari perdagangan bebas menurut Teori Klasik adalah sebagai berikut: Pertama dapat mendorong persaingan antar pengusaha, sehingga nantinya akan mendorong terjadinya efisiensi biaya (cost) sehingga mampu menghasilkan produk dengan harga yang mampu bersaing. Kedua, meningkatkan mobilitas modal, tenaga ahli dan investasi (faktor produksi) ke berbagai negara sehingga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi. Ketiga, meningkatkan perolehan laba sehingga memungkinkan para pengusaha berinvestasi lebih luas. Keempat konsumen dapat lebih bebas dalam menentukan variasi dan pilihan produk yang diinginkan.


(25)

b. Kebijakan Perdagangan Proteksionis adalah kebijakan/ aturan perdagangan yang berfungsi melindungi produk-produk dalam negeri agar mampu bersaing dengan produk asing dengan melakukan cara membuat berbagai rintangan dan hambatan arus produksi dalam dan keluar negeri.

Alasan dilakukan kebijakan proteksionis adalah: Pertama, hanya negara maju saja yang dapat diuntungkan, karena memiliki modal dan teknologi tinggi. Selain itu harga jual produk dari negara-negara maju dinilai terlalu tinggi dibanding dengah harga bahan baku yang dihasilkan oleh negara-negara berkembang. Kedua, untuk melindungi industri dalam negeri yang baru tumbuh. Ketiga, untuk membuka lapangan kerja. Untuk membuat proteksi maka industri dalam negeri dapat tetap hidup dan dengan demikian akan mampu membuka lapangan kerja bagi masyarakat. Keempat, untuk menyehatkan neraca pembayaran. Kelima untuk meningkatkan penerimaan negara

2.2.2 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Ekspor CPO Indonesia 2.2.2.1 Harga

Harga adalah satuan nilai yang diberikan pada suatu komoditi sebagai informasi kontraprestasi dari produsen/ pemilik komoditi. Dalam teori ekonomi disebutkan bahwa harga suatu barang atau jasa yang pasarnya kompetitif, maka tinggi rendahnya harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran pasar. Oleh karena itu dalam penelitian ini harga pasar CPO akan ditinjau dari sisi penawaran dan permintaan pasar (Wardani, 2008). Harga CPO di dalam negeri sangat ditentukan oleh harga CPO Internasional. Harga CPO dunia yang tinggi


(26)

merupakan insentif yang besar bagi pengusaha CPO domestik untuk mengekspor CPO dan menghindarkan diri dari kewajibannya untuk memenuhi kebutuhan CPO dalam negeri. Ketika terjadi kenaikan harga CPO dunia, para produsen sawit akan lebih memilih memasarkan produknya di pasar internasional (Wardani, 2008).

Ekspor merupakan kelebihan penawaran domestik yang tidak dikonsumsi oleh konsumen negara itu sendiri dan tidak disimpan dalam bentuk stok. Sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:

QXt = Qt – Ct – St-1

Dimana:

... (1)

QXt

Q

= Jumlah yang diekspor

t

Ct = Jumlah konsumsi = Jumlah produksi

St-1

Jumlah stok diasumsikan tetap dari tahun ke tahun, maka : = Stok pada tahun t

QXt = Qt

Dimana:

– QDt ... (2)

QXt

Q

= Jumlah yang diekspor

t

QDt = Jumlah penawaran domestik (Rahardja dan Manurung, 2002) = Jumlah produksi

2.2.2.2 Elastisitas Permintaan

Elastisitas harga permintaan mengukur seberapa banyak permintaan barang dan jasa (konsumsi) berubah ketika harganya berubah. Elastisitas


(27)

permintaan mempengaruhi total penerimaan yang diterima oleh penjual ataupun produsen. Hubungan keduanya adalah sebagai berikut:

1. Permintaan tidak elastis sempurna (=0), perubahan harga tidak mempengaruhi kuantitas yang diminta atas barang. Dengan demikian, kenaikan harga akan meningkatkan total penerimaan.

2. Permintaan tidak elastis (< 1), persentase perubahan kuantitas yang diminta lebih kecil dari persentase perubahan harga. Oleh karena itu, kenaikan harga akan meningkatkan total penerimaan penjual/ produsen.

3. Permintaan uniter elastis (= 1), persentase perubahan kuantitas sama dengan persentase perubahan harga. Dengan demikian, tidak ada pengaruh terhadap total penerimaan.

4. Permintaan elastis (> 1), persentase perubahan kuantitas yang diminta lebih besar dari persentase perubahan harga. Oleh karenanya, kenaikan harga akan menurunkan total penerimaan penjual/ produsen.

5. Permintaan elastis sempurna (tak terhingga), kenaikan harga akan menyebabkan permintaan turun jadi 0. Oleh karenanya, kenaikan harga sekecil apapun akan menghilangkan total penerimaan. Sementara penurunan harga akan menurunkan total penerimaan.

E = ∆Q x ∆P Q1

P1

Keterangan:

E = Elastisitas

∆Q = Perubahan jumlah barang

∆P = Perubahan harga P1 = Harga mula-mula


(28)

Q1 = Jumlah barang mula-mula ……….. (3)

Empat faktor utama dalam menentukan elastisitas permintaan: 1. Produk substitusi.

Semakin banyak produk pengganti (substitusi), permintaan akan semakin elastis. Hal ini dikarenakan konsumen dapat dengan mudah berpindah ke produk substitusi jika terjadi kenaikan harga, sehingga permintaan akan produk akan sangat sensitif terhadap perubahan harga.

2. Jumlah pendapatan yang dibelanjakan.

Semakin tinggi bagian pendapatan yang digunakan untuk membelanjakan produk tersebut, maka permintaan semakin elastis. Produk yang harganya mahal akan membebani konsumen ketika harganya naik, sehingga konsumen akan mengurangi permintaannya. Sebaliknya pada produk yang harganya murah.

3. Produk mewah versus kebutuhan.

Permintaan akan produk kebutuhan cenderung tidak elastis, dimana konsumen sangat membutuhkan produk tersebut dan mungkin sulit mencari substitusinya. Akibatnya, kenaikan harga cenderung tidak menurunkan permintaan. Sebaliknya, permintaan akan produk mewah cenderung elastis, dimana barang mewah bukanlah sebuah kebutuhan dan substitusinya lebih mudah dicari. Akibatnya, kenaikan harga akan menurunkan permintaan.

4. Jangka waktu permintaan dianalisis.

Semakin lama jangka waktu permintaan dianalisis, semakin elastis permintaan akan suatu produk. Dalam jangka pendek, kenaikan harga yang terjadi di pasar mungkin belum disadari oleh konsumen, sehingga mereka tetap membeli


(29)

produk yang biasa dikonsumsi. Dalam jangka panjang, konsumen telah menyadari kenaikan harga, sehingga mereka akan pindah ke produk substitusi yang tersedia. Selain itu, dalam jangka panjang kualitas dan desain produk juga berubah, sehingga lebih mudah menyebabkan konsumen pindah ke produk lain (yasinta.wordpress.com, 2008).

2.2.2.3 Produk Domestik Bruto

Menurut Lipsey (1995), Gross Domestic Product (GDP) atau disebut juga dengan Produk Domestik Bruto (PDB) adalah pendapatan nasional yang diukur dari sisi pengeluaran yaitu jumlah pengeluaran konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor-impor. PDB dikategorikan menjadi dua, yaitu nominal dan riil. Dikatakan PDB nominal, apabila PDB total yang dinilai pada harga-harga sekarang. Sedangkan PDB yang dinilai pada harga periode dasarnya disebut PDB riil sering disebut sebagai pendapatan nasional riil. Pendapatan nasional dapat dihitung berdasarkan dua harga yang telah ditetapkan pasar, yaitu PDB harga berlaku dan PDB harga konstan.

Pendapatan nasional pada harga berlaku adalah nilai barang-barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam periode tertentu menurut/ berdasarkan harga yang berlaku pada periode tersebut. Pendapatan nasional pada harga konstan adalah nilai barang-barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam periode tertentu, berdasarkan harga yang berlaku pada suatu tahun tertentu yang dipergunakan seterusnya dalam menilai barang-barang dan jasa yang dihasilkan pada periode/ tahun berikutnya. (Lipsey, et al. 1995).


(30)

2.2.2.4 Teori Konsumsi

1. Teori konsumsi Keynes terdiri dari konsep yaitu kecenderungan mengkonsumsi marjinal (marginal propersity to consume), rasio konsumsi terhadap pendapatan dan pendapatan sebagai determinan konsumsi yang penting.

2. Teori konsumsi Kuznet menolak asumsi Keynes tentang kecenderungan konsumsi rata-rata menurun saat pendapatan naik. Menurutnya rasio antara konsumsi dengan pendapatan ternyata stabil dari dekade ke dekade, walaupun telah terjadi kenaikan pendapatan.

3. Teori konsumsi berdasar hipotesis siklus hidup yang dikemukakan oleh Ando, Brumberg dan Modigliani membagi konsumsi seseorang berdasarkan tiga bagian yaitu bagian I adalah umur 0 sampai dengan t1 seseorang mengalami

dissaving, bagian II adalah umur t1 sampai dengan t2 seseorang mengalami

saving, dan bagian III adalah umur t2

4. Teori konsumsi pendapatan permanen oleh Friedman berasumsi konsumsi seharusnya tergantung pada pendapatan permanen karena konsumen menggunakan tabungan dan pinjaman untuk melancarkan konsumsi dalam menanggapi perubahan pendapatan sementara.

dimana orang kembali melakukan dissaving.

5. Dalam jangka panjang teori konsumsi dengan hipotesis pendapatan relatif yaitu kenaikan penghasilan masyarakat secara keseluruhan tidak akan mengubah distribusi penghasilan seluruh masyarakat. Untuk jangka pendek besarnya konsumsi seseorang dipengaruhi oleh besarnya penghasilan tertinggi yang pernah diperoleh (Mankiw, 2000).


(31)

2.2.2.5 Teori Eksternalitas

Dalam suatu perekonomian modern, setiap aktivitas mempunyai keterkaitan dengan aktivitas lainnya. Apabila semua keterkaitan antara suatu kegiatan dengan kegiatan lainnya dilaksanakan melalui mekanisme pasar atau melalui suatu sistem, maka keterkaitan antar berbagai aktivitas tersebut tidak menimbulkan masalah. Akan tetapi banyak pula keterkaitan antar kegiatan yang tidak melalui mekanisme pasar sehingga timbul berbagai macam masalah. Keterkaitan suatu kegiatan dengan kegiatan lain yang tidak melalui mekanisme pasar adalah apa yang disebut dengan eksternalitas (Ferry, 2010).

Eksternalitas adalah suatu efek samping dari suatu tindakan pihak tertentu terhadap pihak lain, baik dampak yang menguntungkan maupun yang merugikan. Eksternalitas digambarkan sebagai efek yang dirasakan oleh seseorang yang ditimbulkan oleh tindakan orang lain. Definisi eksternalitas secara implisit membedakan antara dua kategori yaitu eksternalitas dalam hal hubungan laba dan eksternalitas konsumsi setiap kali tingkat utilitas terpengaruh.

Eksternalitas jika ditinjau dari segi pihak-pihak yang melakukan dan pihak yang menerima akibat dari eksternalitasdapat dibagimenjadi empat yaitu:

1. Eksternalitas produsen terhadap produsen

Eksternalitas produsen terhadap produsen terjadi ketika output dan input yang digunakan oleh suatu perusahaan mempengaruhi output dan input yang digunakan oleh perusahaan lain.

2. Eksternalitas produsen terhadap konsumen

Dalam kasus eksternalitas produsen terhadap konsumen eksternalitas terjadi ketika fungsi utilitas konsumen tergantung pada output dari produsen.


(32)

3. Eksternalitas konsumen terhadap produsen

Jenis eksternalitas konsumen terhadap produsen jarang terjadi didalam praktek. Eksternalitas konsumen terhadap produsen meliputi efek dari kegiatan konsumen terhadap output perusahaan.

4. Eksternalitas konsumen terhadap konsumen

Eksternalitas konsumen terhadap konsumen terjadi ketika kegiatan suatu konsumen mempengaruhi utilitas konsumen lain.

Jenis-jenis eksternalitas yang lainnya adalah : 1. Eksternalitas uang/Pecuniary externalities

Menurut Dagupta dan Pearce, eksternalitas berupa uang merujuk pada pengaruh produksi atau utilitas pada pihak ketiga karena perubahan permintaan. Eksternalitas negatif berupa uang dapat terjadi ketika peningkatan produksi suatu industri menyebabkan peningkatan harga input yang digunakan oleh industri lain. Eksternalitas berupa uang juga mempengaruhi penawaran pasar dan kondisi permintaan. Intinya eksternalitas uang hanya mempengaruhi harga tanpa mempengaruhi kemungkinan teknis produksi atau komsumsi. 2. Eksternalitas teknikal/Technical Eksternalities

Eksternalitas teknikal mengacu pada efek dimana fungsi produksi atau fungsi utilitas terpengaruh. Eksternalitas teknikal mengacu pada eksternalitas yang secara langsung mempengaruhi produksi perusahaan dalam fungsi utilitas individu. Jadi eksternalitas teknikal adalah tindakan seseorang dalam konsumsi maupun produksi akan mempengaruhi tindakan konsumsi atau produksi orang lain tanpa adanya konpensasi (Ferry, 2010).


(33)

2.2.2.6 RSPO

Dilatarbelakangi oleh anggapan bahwasannya

Certified Sustainable Palm Oil (CSPO) adalah kelanjutan daripada sistem RSPO pada tahun 2004 adalah dimulainya perdagangan CSPO dimulai pada Bulan September 2008. Adapun negara yang berkomitmen terhadap penggunaan 100 % minyak sawit berkelanjutan bersertifikat RSPO adalah Jerman, Inggris, Belanda, Perancis dan Belgia (RSPO, 2013).

perkebunan kelapa sawit berasal dari konversi hutan dan merusak lingkungan, maka munculah kebijakan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). RSPO bertujuan untuk mempromosikan pengembangan dan penggunaan minyak kelapa sawit yang berkelanjutan dengan kerjasama di antara mata rantai penyedia produksi. Sebagai bukti penerapan RSPO, dilakukan audit dan sertifikasi oleh pihak ketiga yang independen yang berperan sebagai lembaga sertifikasi (RSPO, 2013).

2.3Kerangka Pemikiran

Berdasarkan landasan teori yang telah dibahas dan hasil penelitian terdahulu ada beberapa variabel yang dimasukkan dalam skema kerangka pemikiran yaitu Harga CPO dunia, harga minyak rapeseed dunia, harga minyak kedelai dunia, PDB Uni Eropa, kebijakan perdagangan CSPO dan konsumsi Uni Eropa.

Harga CPO yang semakin tinggi di pasar dunia dan belum terpenuhinya kebutuhan dunia akan CPO menjadi salah satu variabel yang berpengaruh terhadap volume ekspor CPO di Indonesia. Semakin tinggi harga CPO dunia akan berdampak terhadap penurunan ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa.


(34)

Harga minyak rapeseed dan minyak kedelai akan berpengaruh terhadap volume ekspor Indonesia karena minyak rapeseed dan minyak kedelai merupakan jenis minyak nabati yang fungsinya dapat menggantikan fungsi minyak CPO yaitu sebagai bahan bakar biodiesel. Sebagai barang subtitusi pengaruh dari perubahan harga minyak rapeseed dan minyak kedelai adalah semakin tinggi harga minyak rapeseed dan minyak kedelai akan berdampak terhadap tingginya ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa.

Perkembangan kegiatan dalam perekonomian menyebabkan jumlah barang da antara pertumbuhan ekonomi dengan kesejahteraan masyarakat, apabila pertumbuhan ekonomi baik maka tingkat pendapatan masyarakat juga akan meningkat. Semakin tinggi PDB Uni Eropa maka akan berpengaruh terhadap meningkatnya volume ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa.

Minyak sawit berkelanjutan bersertifikat yang berskala dunia yang akan berpengaruh terhadap pendapatan jumlah petani sawit independen dan plasma. Kebijakan perdagangan CSPO dapat dijadikan sebagai salah satu variabel yang berpengaruh terhadap besarnya volume ekspor Indonesia dengan menggunakan sistem dummy. Volume ekspor CPO Indonesia diukur dengan menggunakan penilaian sebelum adanya kebijakan CSPO tahun 2002 – Agustus 2008 dan sesudah diberlakukannya kebijakan CSPO di Indonesia dari September 2008 – Desember 2012. Dengan adanya kebijakan perdagangan CSPO, maka perkebunan-perkebunan pemerintah maupun swasta yang menjalankan CSPO dapat meningkatkan volume ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa.


(35)

Konsumsi menjadi salah satu variabel yang digunakan untuk melihat jumlah volume ekspor CPO di Indonesia ke Uni Eropa. Berapa besar jumlah konsumsi CPO Uni Eropa akan sangat berpengaruh terhadap besarnya jumlah permintaan CPO Uni Eropa terhadap Indonesia. Semakin besar konsumsi CPO Uni Eropa maka akan semakin tinggi volume ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa.

Untuk lebih jelasnya faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa dapat dijelaskan pada skema kerangka pemikiran pada pada Gambar 2.

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Ekspor CPO

Indonesia ke Uni Eropa

Harga CPO

Harga Minyak Rapeseed

Harga Minyak Kedelai

PDB Uni Eropa

Kebijakan Perdagangan CSPO


(36)

2.4 Hipotesis Penelitian

1. Harga CPO berpengaruh negatif dan tidak nyata terhadap volume ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa. Harga minyak rapeseed, harga minyak kedelai, PDB Uni Eropa berpengaruh positif dan tidak nyata terhadap volume ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa. Sementara kebijakan perdagangan CSPO dan konsumsi CPO Uni Eropa berpengaruh positif dan nyata terhadap volume ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa.

2. Harga CPO, harga minyak rapeseed, harga minyak kedelai, kebijakan perdagangan CSPO dan konsumsi CPO Uni Eropa bersifat inelastis. Sementara PDB Uni Eropa bersifat elastis.


(37)

III.

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang dicatat secara sistematis yang berbentuk data runtut waktu (time series data). Data yang digunakan adalah data triwulan dari tahun 2002-2012 yang diperoleh dari berbagai sumber. Data dari Oil World, United States Department of Agriculture (USDA), Foreign Agricultural Service (FAS), Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Perdagangan dan Perindustrian dan sumber-sumber lainnya.

3.2 Metode Analisis Data

Metode yang digunakan adalah metode kuadrat terkecil atau method of Ordinary Least Square (OLS) sedangkan operasional pengolahan data dilakukan dengan software SPSS (Statistic Package for Social Science for Window 18). Metode OLS mempunyai beberapa keunggulan yaitu secara teknis sangat mudah dalam penarikan interpretasi dan perhitungan serta penaksiran BLUE (Best Linier Unbiased Estimator).

Pengaruh masing-masing variabel bebas dalam penelitian ini adalah :

E= f (HCPO, HMR,HMK,PDB, KCSPO, C)……… (4)

Selanjutnya dari persamaan tersebut dijadikan model regresi linier berganda sehinga diperoleh persamaan :


(38)

Untuk menguji elastisitas maka dapat dibuat dalam bentuk persamaan seperti dibawah ini:

Eln = β0ln + β1ln HCPO + β2ln HMR+ β3ln HMK + β4ln PDB + β5ln KCSP+β6lnC+ei………...(6)

Dimana:

E : Volume ekspor CPO Indonesia ke wilayah Uni Erop pada tahun t (Ribu Ton)

HCPO : Harga CPO (Dollar/ Ton)

HMR : Harga Minyak Rapeseed (Dollar/Ton) HMK : Harga Minyak Kedelai (Dollar/Ton) PDB : Produk Domestik Bruto (Juta Dollar)

KCSPO : Kebijakan Perdagangan CSPO (Sebelum dan Sesudah) C : Konsumsi Uni Eropa (Ribu/Ton)

β0 adalah perpotongan atau intercept ei adalah variabel pengganggu

β1, β2 , β3, β4, β5, β6 adalah parameter

3.3 Uji Asumsi Klasik 3.3.1. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah korelasi antara anggota serangkaian obervasi yang diurutkan menurut waktu (seperti deret waktu). Untuk mengetahui autokorelasi digunakan uji Durbin Watson (DW). Adanya autokorelasi dalam regresi dapat diketahui dengan menggunakan uji Durbin-Watson.Uji Durbin-Watson dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

i. Regresi model lengkap untuk mendapat nilai residual ii. Hitung d (Durbin-Watson statistik) dengan rumus


(39)

iii. Hasil rumus tersebut (nilai d) kemudian dibandingkan dengan nilai d tabel Durbin-Watson. Di dalam tabel itu dimuat 2 nilai yaitu nilai batas atas (du) dan nilai batas bawah (dl) untuk berbagai nilai n dan k. Untuk autokorelasi positif (0 < p < 1). Hipotesa nol (Ho) diterima, jika d > du, sebaliknya Ho ditolak jika d < dl. Untuk autokorelasi negatif, Hipotesa nol (Ho) diterima jika (4-d) > du, sebaliknya ditolak jika (4-d) < dl (Gujarati, 2003).

3.3.2. Uji Multikolinearitas

Masalah multikolinearitas muncul jika terdapat hubungan yang sempurna atau pasti di antara beberapa variabel atau semua variabel independen dalam model. Pada kasus multikolinearitas yang serius, koefisien regresi tidak lagi menunjukkan pengaruh murni dari variabel independen dalam model. Ada beberapa model untuk mendeteksi keberadaan multikolinearitas. Untuk mendeteksi multikolinearitas digunakan uji pada variabel-variabel bebas dengan pengukuran terhadap Varian Inflatio Factor (VIF). Apabila nilai VIF berada di bawah 10 dikatakan bahwa persamaan tidak mengandung multikolinearitas (Gujarati, 2003).

3.3.3 Uji Heterokedastisitas

Uji Heterokedastisitas dilakukan dengan uji Glejser mengusulkan untuk meregresi nilai absolut residual terhadap variabel bebas, dengan persamaan regresi sebagai berikut :

Ut = α + β Xt + vi ... (7)


(40)

heterokedastisitas. Apabila ternyata tidak signifikan bisa menerima asumsi homokedastisitas (Ghozali, 2001).

3.4 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dapat didasarkan dengan menggunakan dua hal, yaitu:

tingkat signifikansi atau probabilitas (α) dan tingkat kepercayaan atau confidence interval. Didasarkan tingkat signifikansi pada umumnya orang menggunakan 0,05. Kisaran tingkat signifikansi mulai dari 0,01 sampai dengan 0,1. Tingkat signifikansi adalah probabilitas melakukan kesalahan tipe I, yaitu kesalahan menolak hipotesis ketika hipotesis tersebut benar. Tingkat kepercayaan pada umumnya ialah sebesar 95%, yang dimaksud dengan tingkat kepercayaan ialah tingkat dimana sebesar 95% nilai sampel akan mewakili nilai populasi dimana sampel berasal. Dalam melakukan uji hipotesis terdapat dua hipotesis, yaitu: H0 (hipotesis nol) dan H1 (hipotesis alternatif).

3.4.1 Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat. Signifikan berarti hubungan yang terjadi dapat berlaku untuk populasi. Tingkat signifikansi menggunakan α= 5% atau 0,05.

Kriteria Ho adalah sebagai berikut :

a. Jika nilai F hitung > α maka Ho ditolak dan H1 diterima. Artinya berpengaruh nyata.

b. Jika nilai F hitung < α maka Ho diterima dan H1 ditolak. Artinya tidak berpengaruh nyata.


(41)

3.4.2 Uji t

Uji t digunakan untuk menguji secara parsial masing-masing variabel. Hasil uji t dapat dilihat pada tabel coefficients pada kolom sig (significance). Jika probabilitas nilai t atau signifikansi < 0,05, maka dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Atau jika probabilitas nilai t atau signifikansi > 0,05, maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat.

3.5 Definisi dan Batasan Operasional 3.5.1 Definisi

1. Volume ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa adalah banyaknya jumlah permintaan CPO Uni Eropa setiap tahunnya (Ribu Ton).

2. Harga CPO dunia adalah harga CPO yang berlaku di pasar Internasional (Dollar).

3. Harga minyak rapeseed adalah harga minyak rapeseed yang dihitung dari harga yang berlaku di pasar Internasional (Dollar).

4. Harga minyak kedelai adalah harga minyak kedelai yang dihitung dari harga yang berlaku di pasar Internasional (Dollar).

5. Produk Domestik Bruto Uni Eropa yaitu perubahan jumlah produksi semua total barang dan jasa yang dihasilkan Uni Eropa selama 1 tahun (Juta Dollar). 6. KCSPO adalah kebijakan perdagangan RSPO yang digunakan untuk

mengetahui pengaruh perdagangan CSPO terhadap ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa.

7. Konsumsi Uni Eropa adalah besarnya jumlah penggunaan CPO Uni Eropa dalam satu tahun (Ribu Ton).


(42)

3.5.2 Batasan Operasional

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan time series data dari beberapa sumber yang berhubungan dengan penelitian.


(43)

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Variabel Penelitian

4.1.1 Perkembangan Ekspor CPO Indonesia

Sejak tahun 2002, Indonesia merupakan pemasok CPO terbesar bagi pasar dunia. Ekspor CPO memiliki prospek yang sangat cerah disebabkan oleh peningkatan kosumsi produk-produk yang berbahan baku CPO yang sejalan dengan pertumbuhan produk di berbagai negara. Untuk perkembangan konsumsi minyak sawit (CPO) dunia dari tahun ke tahun terus menunjukkan cenderung meningkat. China merupakan negara yang paling besar mengkonsumsi CPO dunia. Selain itu negara Uni Eropa juga termasuk konsumen kedua terbesar yang mengkonsumsi CPO di dunia. Adapun perkembangan volume ekspor CPO Indonesia dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Grafik Perkembangan Ekspor CPO Indonesia

Sumber : FAS. USDA, diolah

Dari Gambar 3. dapat dilihat pola ekspor CPO Indonesia dari tahun 2002 sampai dengan 2012. Grafik perkembangan ekspor CPO Indonesia dari tahun

0 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000 2002Q 1 2002Q 3 2003Q 1 2003Q 3 2004Q 1 2004Q 3 2005Q 1 2005Q 3 2006Q 1 2006Q 3 2007Q 1 2007Q 3 2008Q 1 2008Q 3 2009Q 1 2009Q 3 2010Q 1 2010Q 3 2011Q 1 2011Q 3 2012Q 1 2012Q 3


(44)

2002 sampai dengan 2012 terjadi kenaikan secara keseluruhan. Kenaikan ekspor CPO dimulai dari tahun 2007 sampai semester keempat tahun 2009 sekitar 1.009.201,32 ton. Hal ini disebabkan karena negara-negara Uni Eropa sedang mengalami krisis finansial yang cukup parah. Oleh karena itu, permintaan CPO Uni Eropa terhadap semakin meningkat tajam, karena harga CPO lebih murah dibandingkan harga minyak nabati lainnya.

4.1.2 Harga Minyak Nabati Dunia

Salah satu faktor yang menjadi variabel dalam kegiatan perdagangan adalah harga barang. Harga minyak nabati dunia yang dilihat adalah harga CPO, harga minyak rapeseed dan harga minyak kedelai. CPO, minyak rapeseed dan minyak kedelai sebagai barang subtitusi yang dapat saling menggantikan fungsinya. Apabila harga CPO naik, maka dapat digantikan oleh minyak rapeseed atau minyak kedelai tergantung daripada harga masing-masing minyak tersebut di pasar dunia. Fungsi dari ketiga minyak ini adalah sebagai bahan baku daripada biodiesel. Untuk mengetahui fluktuasi harga CPO, harga minyak rapeseed dan harga minyak kedelai dunia dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Fluktuasi Harga CPO, Minyak Rapeseed, Minyak Kedelai Dunia

Sumber: FAS, USDA 2013, diolah

0,00 500,00 1000,00 1500,00 2000,00 2500,00 3000,00 3500,00 4000,00 4500,00 2 0 0 2 Q 1 2 0 0 2 Q 3 2 0 0 3 Q 1 2 0 0 3 Q 3 2 0 0 4 Q 1 2 0 0 4 Q 3 2 0 0 5 Q 1 2 0 0 5 Q 3 2 0 0 6 Q 1 2 0 0 6 Q 3 2 0 0 7Q 1 2 0 0 7Q 3 2 0 0 8 Q 1 2 0 0 8 Q 3 2 0 0 9 Q 1 2 0 0 9 Q 3 2 0 1 0 Q 1 2 0 1 0 Q 3 2 0 11Q 1 2 0 11Q 3 2 0 1 2 Q 1 2 0 1 2 Q 3 Harga Minyak Kedelai Harga Minyak Rapeseed Harga CPO


(45)

Dari Gambar 4. dapat dilihat fluktuasi harga CPO, harga minyak rapeseed dan harga minyak kedelai secara bersamaan mengalami kenaikan dari tahun 2002-2012. Harga CPO mengalami kenaikan sejak awal tahun 2009 dan harga tertinggi pada tahun 2011. Sementara harga minyak rapeseed mengalami peningkatan dimulai pada tahun 2007, kemudian cenderung semakin meningkat dari tahun 2011 sampai 2012. Minyak kedelai mulai mengalami peningkatan harga sejak tahun 2008 dan tahun 2011 sampai 2012 seterusnya.

4.1.3 Produk Domestik Bruto (PDB) Uni Eropa

Salah satu indikator perekonomian suatu negara atau kawasan dapat dilihat dari besaran PDB. PDB adalah sumber terbesar dari anggaran negara-negara Uni Eropa yang saat ini menggunakan basis pengenaan yang sama untuk setiap negara anggota yakni sebesar 1,24 % dari total PDB. Seluruh aktivitas keuangan mencakup bagaimana keadaan pertumbuhan negara-negara Uni Eropa, sumber energi, perdagangan internasional termasuk di dalamnya hutang luar negeri, perjanjian bilateral dan ekspor impor, jumlah pengangguran dan aktivitas industri seperti industri dalam bidang pertanian, manufaktur dan keuangan. Dibeberapa bidang Uni Eropa yang beranggotakan 28 negara anggota mengambil keputusan-keputusan melalui musyawarah dan mufakat. Uni Eropa bekerja melalui gabungan sistem supranasional dan antar pemerintahan yang dibentuk dalam sistem organisasi internasional. Perkembangan PDB Uni Eropa pada periode 2002-2012 dapat dilihat pada Gambar 5.


(46)

Gambar 5. Perkembangan PDB Uni Eropa Tahun 2002-2012

Sumber : Eurostat 2013, diolah

Dari Gambar 5. terlihat adanya kecenderungan kenaikan PDB Eropa dari tahun ke tahun. Kenaikan PDB tidak terlalu besar setiap tahunnya. Hal ini disebabkan Uni Eropa merupakan negara-negara makmur dan telah memiliki kesejahteraan yang cukup baik dibandingkan negara-negara berkembang lainnya. PDB Uni Eropa tahun 2002 berkisar 2,5 triliun dollar dan mengalami kenaikan sampai dengan 3,2 triliun dollar pada akhir tahun 2012.

4.1.4 Konsumsi CPO Uni Eropa

Peningkatan konsumsi biodiesel dunia mempengaruhi permintaan CPO dunia semakin tinggi. Impor CPO negara Uni Eropa tidak hanya digunakan untuk kepentingan pangan dan industri tetapi juga pengembangan biodiesel masing-masing negara Uni Eropa. Kebutuhan konsumsi CPO Uni Eropa sangat mempengaruhi besarnya volume Ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa. Besarnya jumlah konsumsi CPO Uni Eropa dapat dilihat pada Gambar 6.

0,00 500000,00 1000000,00 1500000,00 2000000,00 2500000,00 3000000,00 3500000,00 2002Q 1 2002Q 4 2003Q 3 2004Q 2 2005Q 1 2005Q 4 2006Q 3 2007Q 2 2008Q 1 2008Q 4 2009Q 3 2010Q 2 2011Q 1 2011Q 4 2012Q 3

PDB Uni Eropa


(47)

Gambar 6. Perkembangan Konsumsi CPO Uni Eropa

Sumber : Eurostat 2013, diolah

Dari Gambar 6. dapat dilihat terjadi konsumsi CPO Uni Eropa fluktuasinya cukup tajam. Perkembangan konsumsi CPO Uni Eropa pada awal tahun 2002 adalah 1.200.000 ton. Kemudian meningkat pada triwulan keempat tahun 2004 sekitar 2.900.000 ton. Jumlah konsumsi CPO Uni Eropa terbesar terjadi pada saat resesi keuangan Eropa di akhir Tahun 2009 yaitu mencapai 3.200.000 ton. Fluktuasi perkembangan konsumsi CPO Uni Eropa cukup tinggi, hal ini disebabkan karena Uni Eropa tidak hanya mengkonsumsi CPO saja, tetapi juga mengkonsumsi jenis minyak nabati lainnya seperti minyak rapeseed dan minyak kedelai. 0,00 500,00 1000,00 1500,00 2000,00 2500,00 3000,00 3500,00 2002Q 1 2002Q 3 2003Q 1 2003Q 3 2004Q 1 2004Q 3 2005Q 1 2005Q 3 2006Q 1 2006Q 3 2007Q 1 2007Q 3 2008Q 1 2008Q 3 2009Q 1 2009Q 3 2010Q 1 2010Q 3 2011Q 1 2011Q 3 2012Q 1 2012Q 3

Konsumsi CPO UE

Konsumsi CPO UE


(48)

4.2 Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa

4.2.1 Uji Penyimpangan Model Klasik

4.2.1.1 Multikolinearitas

Salah satu asumsi regresi linier klasik adalah tidak adanya multikolinieritas sempurna (no perfect multicollinearity). Suatu model regresi dikatakan multikolinearitas bila terjadi hubungan linier antara semua variabel bebas dari suatu model regresi. Akibatnya akan kesulitan untuk dapat melihat pengaruh variabel penjelas terhadap variabel yang dijelaskan (Gujarati, 2003).

Nilai korelasi antar variabel independen dapat dijadikan untuk menentukan ada tidaknya multikolinearitas antar masing-masing variabel. Hasil analis data penelitian disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai Toleran Variabel Independen

Variabel Kolinearitas Statistik Keputusan

Toleran VIF

HCPO 0.112 8.907 Bebas multikolinearitas

HMR 0.100 9.964 Bebas multikolinearitas

HMK 0.227 4.409 Bebas multikolinearitas

PDB 0.145 6.903 Bebas multikolinearitas

KCSPO 0.356 2.812 Bebas multikolinearitas

Consumption UE 0.726 1.378 Bebas multikolinearitas Sumber : Data penelitian yang diolah, Lampiran 10

Dari Tabel 1. dapat dilihat bahwa hasil perhitungan VIF untuk variabel tersebut <10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolenieritas antar setiap variabel bebas dalam model regresi (Ghozali, 2001).

4.2.1.2 Autokorelasi

Autokorelasi (autocorelation) dapat didefinisikan sebagai korelasi/ keterkaitan antara serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu dan ruang


(49)

(Gujarati, 2003). Untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala autokoreklasi dalam perhitungan regresi atas penelitian ini maka digunakan Durbin-Watson Test (DW Test). Dari hasil pengolahan data diperoleh nilai Durbin-Watson Test d= 2,151.

Dengan menggunakan tabel statistik d dan derajat kepercayaan 95% jumlah observasi 44, serta jumlah variabel bebas sebanyak 6 maka diperoleh d = 2,178 angka dl =1,226 dan du = 1,837. Nilai 4-du = 2,163 dan 4-dl = 2,774. Dengan menggunakan uji statistik Durbin Watson dua ujung (two tailed) maka patokan yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. d < dl = menolak Ho, artinya ada autokorelasi positif.

2. d > 4-dl = menolak Ho, artinya ada autokorelasi negatif. 3. du < d < 4-du = tidak menolak Ho artinya tidak ada autkorelasi. 4. dl < d <du atau 4-du < d < 4-dl = daerah tidak meyakinkan (ragu-ragu).

Jika nilai DW-test berada pada daerah ragu-ragu maka dapat dilakukan Runs-test untuk memastikan ada tidaknya autokorelasi. Jika tingkat signifikansi Runs-test > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi.

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji korelasi variabel dengan nilai Durbin Watson adalah sebesar 2.178 maka diperoleh hasil : 4-du < d < 4-dl = daerah tidak meyakinkan (ragu-ragu). Artinya belum dapat dipastikan apakah terdapat autokorelasi antara setiap variabel pada persamaan di atas, oleh sebab itu harus dilakukan uji Run Test untuk memastikan ada atau tidaknya autokorelasi dalam tiap variabel pada model persamaan diatas.


(50)

Tabel 2. Tabel Run Test Run Test

Unstandardized Residual

Test Valuea 0.03563

Cases < Test Value 22 Cases >= Test Value 22

Total Cases 44

Number of Runs 26

Z 0.763

Asymp. Sig. (2-tailed) 0.446

Sumber : Data Penelitian Diolah, Lampiran 10

Dari hasil tabel Run Test, nilai signifikansi adalah 0,446. Artinya lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada persamaan diatas bebas autokorelasi.

4.2.1.3 Heterokedastisitas

Dalam penelitian ini digunakan data deret waktu (time series) sehingga kemungkinan terjadinya gangguan heterokedastisitas sangat kecil, namun demikian tidak ada salahnya untuk melakukan uji heterokedastisitas dalam model penelitian ini. Dalam bahasa ekonometrika situasi dimana varian (σ2) dari faktor pengganggu atau error term/ disturbance term adalah sama untuk semua observasi atau pengamatan atas variabel bebas (αi). Maka sering disebut dengan homokedastisitas (homoscedasticity). Dari hasil regresi linier berganda dapat dilihat pada gambar scatter plot bahwasannya titik-titik menyebar secara merata dan dapat ditarik kesimpulan bahwasanya model ini bersifat homokedastisitas.


(51)

Gambar 7. Diagram Tebar

4.2.1.4 Normalitas

Hasil analisis data menunjukkan untuk uji Normalitas (Kolmogorov Smirnov Z) diperoleh data signifikansi pada normal parameter sebesar 0,610. Dengan tingkat kepercayaan > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi data yang digunakan dalam penelitian ini terdistribusi secara normal. Hasil analisis data dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Tabel Uji Normalitas

One Sample Kolmogorov – Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 44

Mean 0.0000000

Std. Deviation 0.21918923

Absolute 0.092

Positive 0.092

Negative -0.092

Kolmogorov – Smirnov Z 0.610

Asymp. Sig. (2 tailed) 0.850


(52)

4.2.2 Hasil Estimasi Model Linear Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa

Untuk memperoleh model regresi yang terbaik yang secara statistik disebut BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) beberapa kriteria berikut harus dipenuhi. Berdasarkan pengujian model akan didapatkan pula koefisien determinasi (R2), dimana semakin tinggi koefisien determinasi maka akan

semakin baik model tersebut dalam arti semakin besar kemampuan variabel bebas menerangkan variabel tergantung. Nilai R2 akan meningkat dengan bertambahnya

jumlah variabel bebas dalam persamaan. Namun dengan menambah jumlah variabel bebas maka derajat bebas akan semakin kecil. Oleh sebab itu dipergunakan R2 adjusted yang sudah mempertimbangkan derajat bebas,

disamping itu dapat pula diketahui koefisien determinasi partial R2

Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan linier berganda dan metode yang digunakan adalah metode kuadrat terkecil atau method of ordinary least square (OLS). Setelah dilakukan pengolahan data menggunakan program SPSS 18 diperoleh hasil regresi dari beberapa model linier seperti terlihat pada Tabel 4.

yang menunjukkan seberapa besar kemampuan masing-masing variabel bebas mempengaruhi variabel tergantung.

Tabel 4. Hasil Estimasi Regresi Model Linier

Variabel Koefisien t statistik Sig

(Constant) -11.163 -0.801 0.428

HCPO -0.272 -1.050 0.300

HMR 0.153 0.413 0.682

HMK 0.042 0.216 0.830

PDB 1.378 1.303 0.201

KCSPO 0.293 2.414 0.021

Konsumsi UE 0.528 3.330 0.002


(53)

4.2.2.1 Uji F

Setelah dilakukan olah data diperoleh nilai signifikansi F 0,000 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Harga CPO, Harga Minyak Rapeseed, Harga Minyak Kedelai, PDB Uni Eropa, Kebijakan Perdagangan CSPO dan Konsumsi CPO Uni Eropa secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap volume ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa.

4.2.2.2 Uji t

Untuk uji t digunakan α 0,05 dengan membandingkan nilai signifikansi antara setiap variabel yang ada. Dari Tabel 5 dapat dilihat untuk variabel yang berpengaruh secara nyata adalah kebijakan perdagangan CSPO dan konsumsi CPO Uni Eropa (<0,05). Sementara harga CPO, harga minyak rapeseed, harga minyak kedelai dan PDB Uni Eropa tidak berpengaruh nyata terhadap volume ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa karena nilainya lebih besar dari 0,05.

4.2.3 Hasil Estimasi Elastisitas Model Linier

Untuk mengetahui elastisitas digunakan model regresi linier yang telah dikonversi dalam bentuk logaritma natural (ln). Sementara data koefisien dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Koefisien Regresi Linier

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig

B Std. Error Beta

(Constant) -11.163 13.942 -0.801 0.428

HCPO -0.272 0.259 -0.303 -1.050 0.300

HMR 0.153 0.370 0.126 0.413 0.682

HMK 0.042 0.194 0.044 0.216 0.830

PDB 1.378 1.058 0.331 1.303 0.201

KCSPO 0.293 0.121 0.391 2.414 0.021


(54)

Model Regresi Linier Elastisitas

Dari Tabel 6 diatas dapat dibuat dalam bentuk persamaan linier elastisitas faktor- faktor yang mempengaruhi ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa sebagai berikut ini.

E = - 0,272 ln HCPO + 0,153 ln HMR + 0,042 ln HMK + 1,378 ln PDB

(0,259) + (0,370) + (0,194) + (1,058)

+ 0,293 ln KCSPO + 0,528 ln C

+ (0,121) + (0,159)

R2 = 0,599

Harga CPO berpengaruh negatif terhadap volume ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa dengan elastisitas sebesar 0,272. Artinya setiap kenaikan harga CPO sebesar 1%, maka volume CPO Indonesia ke Uni Eropa akan turun sebesar 0,272 % dari volume ekspor CPO Indonesia ke Eropa. Sesuai dengan teori permintaan yang menjelaskan bahwa harga dipengaruhi oleh permintaan. Ketika permintaan CPO dunia naik, maka harga CPO pun akan ikut naik. Akan tetapi, jika jumlah permintaan CPO turun, maka harga CPO pun akan mengalami penurunan.

Dalam teori permintaan dijelaskan turunnya permintaan disebabkan oleh naiknya atau terlalu tingginya harga di pasar, sehingga masyarakat berfikir ulang untuk mengeluarkan biaya. Beberapa faktor lainnya yang menyebabkan berkurangnya permintaan CPO adalah bergesernya selera konsumen. CPO dianggap sebagai produk yang tidak ramah lingkungan dapat menyebabkan berkurangnya selera masyarakat terhadap penggunaan CPO.

Faktor-faktor lainnya yang menyebabkan berkurangnya permintaan terhadap CPO selain harga adalah adanya barang subtitusi seperti minyak rapeseed, minyak kedelai dan minyak bunga matahari. Minyak nabati lainnya juga


(55)

dapat dijadikan sebagai bahan baku dalam pembuatan produk turunan CPO seperti minyak makan dan biodiesel. Tingkat pendapatan masyarakat juga mempengaruhi jumlah permintaan terhadap CPO. Apabila pendapatan masyarakat semakin tinggi maka masyarakat akan memilih minyak nabati lainnya untuk dikonsumsi dengan alasan lebih ramah lingkungan dan lebih baik kualitasnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi harga CPO maka akan berpengaruh negatif terhadap volume ekspor CPO Indonesia.

Harga CPO bersifat inelastis dengan nilai koefisien <1. Hal ini disebabkan karena CPO adalah produk turunan dari kelapa sawit yang telah mengalami proses pengolahan dan dapat disimpan dalam jangka waktu cukup lama. Sehingga sifatnya tidak mudah rusak, tahan lama dan harganya tergantung dari pada harga pasar yang berlaku.

Harga minyak rapeseed berpengaruh positif terhadap volume ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa dengan elastisitas sebesar 0,153. Artinya setiap kenaikan harga minyak rapeseed sebesar 1%, maka volume ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa akan naik sebesar 0,153 % dari volume ekspor CPO Indonesia ke Eropa. Volume ekspor CPO dapat mengalami peningkatan ataupun penurunan sesuai dengan teori permintaan yang menjelaskan bahwa barang pengganti (subsitusi) dapat mengubah jumlah permintaan yang berpengaruh terhadap harga dan penawaran. Munculnya barang pengganti yang lebih baik kualitasnya dengan harga yang sesuai, kemungkinan besar akan mendorong sebagian besar konsumen untuk memilih barang subsitusi tersebut. Minyak rapeseed dan minyak kedelai adalah sebagai barang subtitusi dari CPO. Apabila harga minyak rapeseed naik, maka konsumen akan memilih untuk tetap menggunakan CPO sebagai bahan


(56)

baku utama dan sebaliknya.

Harga minyak kedelai juga berpengaruh positif terhadap volume ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa karena minyak kedelai juga sebagai barang subtitusi CPO. Artinya kenaikan harga minyak kedelai sebesar 1 % akan menyebabkan volume ekspor CPO ke Uni Eropa akan naik sebesar 0,042 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwasannya peningkatan harga minyak rapeseed dan kedelai memberikan pengaruh yang positif karena akan menyebabkan semakin tingginya jumlah permintaan ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa.

Minyak rapeseed dan minyak kedelai bersifat inelastis karena termasuk sebagai produk turunan yang telah mengalami proses pengolahan dan dapat disimpan dalam jangka waktu cukup lama. Sehingga sifatnya tidak mudah rusak, tahan lama dan harganya tergantung dari pada harga pasar yang berlaku.

Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara selama satu tahun. Selain bertujuan untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu negara manfaat lain diantaranya untuk mengetahui struktur perekonomian nasional. PDB dapat digunakan untuk menentukan besarnya kontribusi berbagai sektor perekonomian terhadap pendapatan nasional, misalnya sektor pertanian, pertambangan, industri, perdagangan, jasa, dan sebagainya. Semakin besar PDB suatu negara maka akan semakin banyak aktivitas ekonomi yang berlangsung. Hal ini akan berpengaruh positif terhadap agregat permintaan dan penawaran.

Produk Domestik Bruto Uni Eropa berpengaruh positif terhadap ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa dengan elastisitas sebesar 1,378. Setiap kenaikan


(57)

PDB Uni Eropa sebesar 1% akan meningkatkan volume ekspor CPO ke Uni Eropa sebesar 0,378 %. Artinya semakin baik PDB Uni Eropa maka akan berpengaruh terhadap meningkatnya ekspor CPO Indonesia.

PDB Uni Eropa bersifat elastis, karena nilai koefisien > 1. Perubahan PDB Uni Eropa cukup besar setiap tahunnya karena Uni Eropa merupakan negara maju yang telah memiliki kestabilan dan kesejahteraan ekonomi yang cukup baik dibandingkan negara-negara berkembang lainnya.

Kebijakan Perdagangan CSPO memberikan pengaruh yang signifikan terhadap volume ekspor CPO Indonesia. Nilai koefisien yang diperoleh dari hasil analisis sebesar 0,293. Setiap kenaikan perdagangan CSPO 1 % akan meningkatkan volume ekspor CPO ke Uni Eropa sebesar 0,293 %. Hal ini disebabkan perdagangan CSPO memberikan keuntungan bagi investor setelah diberlakukan kebijakan. Kebijakan perdagangan CSPO memiliki pengaruh positif terhadap ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa. Karena setelah diberlakukan Kebijakan Perdagangan CSPO maka volume ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa mengalami peningkatan. Kebijakan perdagangan CSPO bersifat inelastis karena diasumsikan dalam model dummy yaitu sebelum dan sesudah adanya kebijakan.

Konsumsi adalah pengeluaran total untuk memperoleh barang-barang dan jasa dalam suatu perekonomian dalam jangka waktu tertentu. Teori konsumsi menjelaskan bahwa besarnya konsumsi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pendapatan, tingkat kemakmuran dan demografi suatu penduduk. Uni Eropa dari segi komposisi penduduk adalah negara yang memiliki pendapatan yang cukup baik, dan kebutuhan akan CPO juga tinggi disebabkan karena


(58)

penduduk Uni Eropa membutuhkan CPO untuk bahan baku dalam pembuatan bahan bakar biodiesel.

Konsumsi CPO Uni Eropa berpengaruh positif terhadap volume ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa dengan elastisitas sebesar 0,528. Artinya setiap kenaikan konsumsi CPO sebesar 1%, maka volume CPO Indonesia ke Uni Eropa akan naik sebesar 0,528 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwasannya konsumsi CPO Uni Eropa memberikan pengaruh yang positif terhadap volume ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa. Semakin besar konsumsi CPO Uni Eropa maka akan semakin besar volume ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa. Konsumsi CPO Uni Eropa bersifat inelastis, dilihat dari nilai koefisien <1. Hal ini bisa terjadi karena peningkatan konsumsi searah dengan peningkatan permintaan.


(59)

5.1 Kesimpulan

1. Kebijakan perdagangan CSPO dan konsumsi CPO Uni Eropa berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa. Harga CPO berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap volume ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa. Harga minyak rapeseed, minyak kedelai, PDB Uni Eropa berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap volume ekspor CPO Indonesia.

2. Elastisitas harga CPO, harga minyak rapeseed, harga minyak kedelai, kebijakan perdagangan CSPO dan konsumsi CPO Uni Eropa bernilai lebih kecil dari satu bersifat inelastis, sementara PDB Uni Eropa bernilai lebih dari 1 dan bersifat elastis.

5.2 Saran

1. Setelah diberlakukannya kebijakan perdagangan CSPO di Indonesia dan memberikan nilai positif dan berpengaruh nyata terhadap peningkatan volume ekspor CPO Indonesia, maka diharapkan perhatian khusus pemerintah dan instansi-instansi yang berkaitan untuk dapat mematuhi dan menjalankan dengan baik kebijakan perdagangan CSPO.

2. Kebutuhan konsumsi CPO Uni Eropa cukup besar setiap tahunnya karena digunakan sebagai bahan baku industri negara-negara Uni Eropa. Diharapkan agar Indonesia mampu meningkatkan volume ekspor CPO ke Uni Eropa dengan memperbaiki sistem dan kualitas CPO yang dihasilkan yang berbasis ramah lingkungan.


(60)

Ferry, P. (2010). Teori Eksternalitas. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Brawijaya.

Ghozali, I. (2001). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Gujarati. (2003). Ekonometrika Dasar. Erlangga, Jakarta. http: // eurostat.com.

http: // fas.usda.gov.

http: // farida.fsautida.blogspot.com /2011. .

http: // oilworld. Biz/annual. http:// www.rspo.org.

http: // yasintawordpress.com/ 2008.

Hansen, K. (2008). Peramalan Produksi dan Ekspor Crude Palm Oil (CPO) Indonesia serta Implikasi Hasil Ramalan Terhadap Kebijakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Lipsey, et al. (1995). Pengantar Makro Ekonomi. Binarupa Aksara, Jakarta.

Lukas, E. (2009). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar Riil di Indonesia. Periode 1990:1 – 2007:4 dengan metode Error Correction Model. Universitas Indonesia.

Mankiw, N.G. (2000). Pengantar Ekonomi. Erlangga, Jakarta.

Pratiwi, E. (2011). Analisis Determinan Ekspor Crude Palm Oil (CPO) Indonesia ke Uni Eropa. Tesis, Universitas Sumatera Utara.

Rahardja, P dan Manurung, M. (2008). Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi dan Makroekonomi). Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. RSPO. (2013). Roundtable on Sustainable Palm Oil. Jakarta, Juni, Diakses pada

tanggal 15 Juni 2013.

Salvatore, D. (1997). Ekonomi Internasional. Erlangga, Jakarta.

Suherwin. (2012). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Crude Palm Oil (CPO) Dunia. Tesis, Universitas Sumatera Utara.


(61)

Susila,W.R (2004). Impacts of CPO-Export Tax on Several Aspects of Indonesian CPO Industry. Oil Palm Industry Economic Journal (vol 4 (2) 2004).

Wardani, W.K. (2008). Dampak Kebijakan Perdagangan di Sektor Industri CPO terhadap Keseimbangan Pasar Minyak Goreng Sawit dalam Negeri. Institut Pertanian Bogor, Bogor.


(62)

Lampiran 1. Volume Ekspor CPO Indonesia Per Triwulan Tahun 2002 - 2012 (Ton)

Tahun/ Triwulan Q1 Q2 Q3 Q4

2002 329,687.22 250,907.11 367,101.44 398,604.51

2003 273,768.00 391,031.43 294,844.29 389,365.79 2004 321,912.40 241,424.91 437,041.00 374,795.27 2005 297,219.13 354,295.00 390,729.72 514,681.06 2006 413,103.69 462,554.78 389,637.15 543,723.87 2007 290,316.59 399,489.95 317,460.65 640,902.31 2008 578,468.37 516,454.11 329,708.31 705,040.91 2009 613,589.81 617,478.52 838,648.95 1,009,201.32 2010 549,298.21 581,184.56 898,313.31 922,825.43 2011 396,594.94 688,501.84 574,666.96 614,595.46 2012 622,010.09 338,852.33 719,008.89 754,133.09


(63)

Lampiran 2. Harga CPO Per TriwulanTahun 2002 - 2012 (USD)

Tahun/ Triwulan Q1 Q2 Q3 Q4

2002 303.17 341.66 376.71 405.44

2003 414.32 383.25 373.21 470.71

2004 496.62 468.82 393.99 379.45

2005 356.34 371.88 466.63 475.90

2006 383.97 389.04 418.48 475.77

2007 556.98 711.49 746.40 861.62

2008 536.25 718.81 641.72 679.50

2009 1,081.13 1,088.90 828.35 453.29

2010 763.41 779.67 841.54 1,055.15

2011 1,209.79 1,114.38 1,025.42 956.43

2012 1,057.99 1,038.73 920.90 741.72


(64)

Lampiran 3. Harga Minyak Rapeseed Per TriwulanTahun 2002 - 2012 (USD)

Tahun/ Triwulan Q1 Q2 Q3 Q4

2002 529.18 519.90 596.99 570.66

2003 689.22 611.72 627.53 625.84

2004 689.50 717.98 720.20 729.13

2005 729.75 781.47 787.68 774.96

2006 786.90 866.49 867.93 883.96

2007 878.27 866.06 1,008.35 1,294.74

2008 880.04 871.32 863.33 910.01

2009 1,537.12 1,594.69 1,519.04 1,044.00

2010 908.81 881.92 996.70 1,259.56

2011 1,425.80 1,422.22 1,353.81 1,264.68 2012 1,279.69 1,241.12 1,233.00 1,202.51


(65)

Lampiran 4. Harga Minyak Kedelai Per TriwulanTahun 2002 - 2012 (USD)

Tahun/ Triwulan Q1 Q2 Q3 Q4

2002 347.45 380.30 439.82 471.79

2003 455.18 488.47 465.47 592.01

2004 695.56 674.54 534.91 456.80

2005 463.72 509.93 516.22 493.12

2006 498.84 541.97 561.20 603.98

2007 660.00 751.03 822.98 964.95

2008 1,257.36 1,345.66 1,192.71 739.42

2009 717.04 821.38 769.91 839.75

2010 849.34 840.59 887.22 1,122.16

2011 1,256.87 1,261.62 1,228.75 1,116.05

2012 1,166.18 1,154.99 1,192.36 1,093.49


(1)

Lampiran 9. Data Volume Ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa, Harga CPO Dunia, Harga Minyak Rapeseed Dunia, Harga Minyak Kedelai Dunia, PDB Uni Eropa, Konsumsi Uni Eropa dan Kebijakan CSPO (dalam logaritma natural)

Waktu

Vol Ekspor CPO Indonesia ke UE (Juta Ton)

Harga CPO Dunia (USD)

Harga Minyak

Rapeseed (USD)

Harga Minyak Kedelai (USD)

PDB Uni Eropa (Million USD)

Konsumsi CPO UE

Kebijakan CSPO

2002Q1 12.71 5.71 6.27 5.85 14.74 7.10 0

2002Q2 12.43 5.83 6.25 5.94 14.71 7.27 0

2002Q3 12.81 5.93 6.39 6.09 14.73 7.37 0

2002Q4 12.90 6.00 6.35 6.16 14.74 7.65 0

2003Q1 12.52 6.03 6.54 6.12 14.74 7.40 0

2003Q2 12.88 5.95 6.42 6.19 14.73 7.52 0

2003Q3 12.59 5.92 6.44 6.14 14.75 7.35 0

2003Q4 12.87 6.15 6.44 6.38 14.76 7.68 0

2004Q1 12.68 6.21 6.54 6.54 14.77 7.20 0

2004Q2 12.39 6.15 6.58 6.51 14.79 7.52 0

2004Q3 12.99 5.98 6.58 6.28 14.80 7.29 0

2004Q4 12.83 5.94 6.59 6.12 14.80 7.99 0

2005Q1 12.60 5.88 6.59 6.14 14.81 7.70 0

2005Q2 12.78 5.92 6.66 6.23 14.83 7.27 0


(2)

Waktu

Vol Ekspor CPO Indonesia ke UE (Juta Ton)

Harga CPO Dunia (USD)

Harga Minyak

Rapeseed (USD)

Harga Minyak Kedelai (USD)

PDB Uni Eropa (Million USD)

Konsumsi CPO UE

Kebijakan CSPO

2005Q4 13.15 6.17 6.65 6.20 14.86 7.65 0

2006Q1 12.93 5.95 6.67 6.21 14.87 7.40 0

2006Q2 13.04 5.96 6.76 6.30 14.88 7.52 0

2006Q3 12.87 6.04 6.77 6.33 14.90 7.35 0

2006Q4 13.21 6.16 6.78 6.40 14.92 7.68 0

2007Q1 12.58 6.32 6.78 6.49 14.93 7.20 0

2007Q2 12.90 6.57 6.76 6.62 14.94 7.52 0

2007Q3 12.67 6.62 6.92 6.71 14.96 7.29 0

2007Q4 13.37 6.76 7.17 6.87 14.96 7.99 0

2008Q1 13.27 6.28 6.78 7.14 14.89 7.77 0

2008Q2 13.15 6.58 6.77 7.20 14.89 7.49 0

2008Q3 12.71 6.46 6.76 7.08 14.90 7.12 1

2008Q4 13.47 6.52 6.81 6.61 14.90 7.88 1

2009Q1 13.33 6.99 7.34 6.58 14.96 7.59 1

2009Q2 13.33 6.99 7.37 6.71 14.96 7.60 1

2009Q3 13.64 6.72 7.33 6.65 14.96 7.90 1

2009Q4 13.82 6.12 6.95 6.73 14.93 8.09 1

2010Q1 13.22 6.64 6.81 6.74 14.92 7.87 1

2010Q2 13.27 6.66 6.78 6.73 14.94 7.60 1

2010Q3 13.71 6.74 6.90 6.79 14.95 7.23 1

2010Q4 13.74 6.96 7.14 7.02 14.95 7.99 1


(3)

Waktu

Vol Ekspor CPO Indonesia ke UE (Juta Ton)

Harga CPO Dunia (USD)

Harga Minyak

Rapeseed (USD)

Harga Minyak Kedelai (USD)

PDB Uni Eropa (Million USD)

Konsumsi CPO UE

Kebijakan CSPO

2011Q2 13.44 7.02 7.26 7.14 14.97 7.53 1

2011Q3 13.26 6.93 7.21 7.11 14.97 7.84 1

2011Q4 13.33 6.86 7.14 7.02 14.97 8.02 1

2012Q1 13.34 6.96 7.15 7.06 14.98 7.83 1

2012Q2 12.73 6.95 7.12 7.05 14.99 7.55 1

2012Q3 13.49 6.83 7.12 7.08 15.00 7.75 1


(4)

Lampiran 10. Hasil Analisis Regresi Pengaruh Harga CPO Dunia, Harga Minyak Rapeseed Dunia, Harga Minyak Kedelai Dunia, PDB Uni Eropa, Konsumsi Uni Eropa dan Kebijakan Perdagangan CSPO terhadap Volume Ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa per triwulan Tahun 2002-2012.

1. Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 44

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation .21918923

Most Extreme Differences

Absolute .092

Positive .092

Negative -.092

Kolmogorov-Smirnov Z .610

Asymp. Sig. (2-tailed) .850

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

2. Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics

Durbin-Watson R

Square Change

F

Change df1 df2 Sig. F Change 1 .809

a

.655 .599 .23629 .655 11.693 6 37 .000 2.178

a. Predictors: (Constant), CUE, HCPO, KCSPO, PDB, HMK, HMR b. Dependent Variable: Voleks


(5)

3.

Tabel Run Test

Run Test

Unstandardized Residual

Test Valuea 0.03563

Cases < Test Value 22 Cases >= Test Value 22

Total Cases 44

Number of Runs 26

Z 0.763

Asymp. Sig. (2-tailed) 0.446 a. Median


(6)

5. Uji Multikolinearitas dan Uji t- hitung

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -11.163 13.942 -.801 .428

HCPO -.272 .259 -.303 -1.050 .300 .112 8.907 HMR .153 .370 .126 .413 .682 .100 9.964 HMK .042 .194 .044 .216 .830 .227 4.409 PDB 1.378 1.058 .331 1.303 .201 .145 6.903 KCSPO .293 .121 .391 2.414 .021 .356 2.812

CUE .528 .159 .378 3.330 .002 .726 1.378

a. Dependent Variable: Voleks

6. Uji Fhitung

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 3.917 6 .653 11.693 .000a

Residual 2.066 37 .056

Total 5.983 43

a. Predictors: (Constant), CUE, HCPO, KCSPO, PDB, HMK, HMR b. Dependent Variable: Voleks

.