Dokumen Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Sukabumi Tahun 2015 - 2019

Bab 6 Kerangka Kelembagaan dan Regulasi Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil

  yang optimal diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak RPI2-JM Bidang Cipta Karya agar dapat dikelola dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia. Organisasi sebagai wadah untuk melakukan tugas dan fungsi yang ditetapkan kepada lembaga; tata laksana merupakan motor yang menggerakkan organisasi melalui mekanisme kerja yang diciptakan; dan sumber daya manusia sebagai operator dari kedua komponen tersebut. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga, penataan terhadap ketiga komponen harus dilaksanakan secara bersamaan dan sebagai satu kesatuan.

6.1 KERANGKA KELEMBAGAAN

6.1.1 KONDISI KELEMBAGAAN SAAT INI

  Bagian ini menguraikan secara sistematis tentang kondisi eksisting kelembagaan Pemerintah kabupaten/kota yang menangani bidang Cipta Karya. A. KONDISI KEORGANISASIAN BIDANG CIPTA KARYA Kondisi koordinasi bidang cipta karya di Kota Sukabumi yang akan dijelaskan berikut ini adalah kondisi koordinasi pada badan dan dinas di Kota Sukabumi yang terkait dengan bidang cipta karya, yaitu Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Sukabumi, Dinas Tata Ruang, Perumahan, dan Permukiman Kota Sukabumi, serta Dinas Pengelolaan Sampah, Pertamanan, dan Pemakaman.

   Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Bahwa sebagai tindak lanjut dari ketentuan Pasal 67 Peraturan Daerah Kota Sukabumi Nomor 16 Tahun 2012 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kota Sukabumi, maka perlu ditetapkan Peraturan Walikota Sukabumi tentang Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi, dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Sukabumi.

  Adapun menurut Perda Kota Sukabumi Nomor 16 Tahun 2012 tersebut, BAPPEDA Kota Sukabumi mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan Daerah bidang Perencanaan Pembangunan Daerah. Dalam melaksanakan tugas pokok, BAPPEDA Kota Sukabumi menyelenggarakan fungsi: a. perumusan kebijakan teknis bidang Perencanaan Pembangunan Daerah; b. pemberian dukungan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah bidang

  Perencanaan Pembangunan Daerah; c. pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang Perencanaan Pembangunan

  Daerah; dan d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah di bidang Perencanaan Pembangunan Daerah.

  BAPPEDA Kota Sukabumi adalah lembaga teknis daerah yang merupakan unsur pendukung tugas Kepala Daerah di bidang perencanaan pembangunan Daerah, dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, tidak kurang terdapat 13 (tiga belas) pasal yang menyatakan dan menetapkan secara langsung fungsi dan peran Kepala BAPPEDA, yaitu : 1.

Pasal 10, ayat (2) :

  “Kepala Bappeda menyiapkan rancangan RPJP Daerah”; 2.

  Pasal 11, ayat (3) : “Kepala Bappeda menyelenggarakan Musrenbang Jangka Panjang Daerah“ ; 3. Pasal 12, ayat (2) : “Kepala Bappeda menyusun rancangan akhir RPJP Daerah berdasarkan hasil Musrenbang Jangka Panj ang Daerah“; 4.

  Pasal 14, ayat (2) : “Kepala Bappeda menyiapkan rancangan awal RPJM Daerah sebagai penjabaran visi, misi, dan program Kepala Daerah ke dalam strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, program prioritas dan arah kebijakan keuangan daerah“;

  5. Pasal 15, ayat (4) : “Kepala Bappeda menyusun rancangan RPJM Daerah dengan menggunakan rancangan Renstra- SKPD”; 6.

  Pasal 16, ayat (4) : “Kepala Bappeda menyelenggarakan Musrenbang Jangka Menengah Daerah“; 7. Pasal 18, ayat (2) : “Kepala Bappeda menyusun rancangan akhir RPJM Daerah berdasarkan hasil Musrenbang Jangka Menengah Daerah”; 8.

  Pasal 20, ayat (2) : “Kepala Bappeda menyiapkan rancangan awal RKPD sebagai penjabaran dari RPJM Daerah”;

  2. Subbidang Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup, dan Permukiman;

  f. UPT; dan g. Kelompok Jabatan Fungsional.

  1. Subbidang Data dan Pengkajian; dan 2. Subbidang Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.

  e. Bidang Pengkajian, Evaluasi, dan Pelaporan, membawahkan:

  1. Subbidang Pemerintahan, Kesehatan, dan Kesejahteraan Sosial; dan 2. Subbidang Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga.

  d. Bidang Sosial Budaya, membawahkan:

  2. Subbidang Sektor Tersier;

  1. Subbidang Sektor Primer dan Sekunder; dan

  c. Bidang Ekonomi, membawahkan:

  1. Subbidang Tata Ruang dan Infrastruktur Kota; dan

  9. Pasal 21, ayat (4) : “Kepala Bappeda mengkoordinasikan penyusunan rancangan RKPD dengan menggunakan RENJA- SKPD”; 10.

  b. Bidang Fisik dan Penataan Wilayah, membawahkan:

  3. Subbagian Perencanaan Program

  2. Subbagian Keuangan; dan

  1. Subbagian Umum dan Kepegawaian;

  Pasal 29, ayat (3) : “Kepala Bappeda menyusun evaluasi pembangunan berdasarkan hasil evaluasi SKPD”. Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Badan BAPPEDA Kota Sukabumi dibantu oleh beberapa bagian, yaitu: a. Sekretariat, membawahkan:

  12. Pasal 28, ayat (2) : “Kepala Bappeda menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan pelaksanaan pembangunan dari masing- masing SKPD”; 13.

  11. Pasal 24, ayat (2) : “Kepala Bappeda menyusun rancangan akhir RKPD berdasarkan hasil Musrenbang” ;

  Pasal 22, ayat (4) : “Kepala Bappeda menyelenggarakan Musrenbang penyusunan RKPD”;

   Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Permukiman Secara umum, dinas merupakan unsur pelaksana otonomi Daerah, dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah. Dinas mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas

  Menurut Peraturan Walikota Nomor 41 Tahun 2012, Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Permukiman Kota Sukabumi merupakan Dinas merupakan unsur pelaksana otonomi daerah di bidang tata ruang, perumahan, keciptakaryaan, dan sumber daya air, dipimpin oleh seorang Kepala Dinas berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah. Tugas pokok dinas ini adalah melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah di bidang tata ruang, perumahan, keciptakaryaan, dan sumber daya air berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Dalam melakukan tugas pokok tersebut, dinas menyelenggarakan fungsi: a. perumusan kebijakan teknis bidang tata ruang, perumahan, keciptakaryaan, dan sumber daya air; b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang tata ruang, perumahan, keciptakayaan dan sumber daya air; c. pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang tata ruang, perumahan, keciptakaryaan dan sumber daya air; dan d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah di bidang tata ruang, perumahan, keciptakaryaan dan sumber daya air.

  Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Dinas Tata Ruang, Perumahan, dan Permukiman Kota Sukabumi, dibantu oleh: a.

  Sekretariat, membawahkan : 1.

  Subbagian Umum dan Kepegawaian; 2.

  Subbagian Keuangan; dan 3. Subbagian Program dan Pelaporan.

  b. Bidang Tata Ruang, membawahkan: 1.

  Seksi Perencanaan Tata Ruang; 2.

  Seksi Pemanfataan Ruang; dan 3. Seksi Pengendalian Pemanfaatan Ruang c. Bidang Perumahan dan Permukiman, membawahkan: 1.

  Seksi Perumahan;

  2. Seksi Prasarana Permukiman; 3.

  Seksi Sumber Daya Air.

  d.

  Bidang Tata Bangunan, membawahkan: 1.

  Seksi Perencanaan dan Pengendalian; 2.

  Seksi Pembangunan; dan 3. Seksi Pemeliharaan.

  e. UPT; dan f.

  Kelompok Jabatan Fungsional.

   Dinas Pengelolaan Sampah, Pertamanan, dan Pemakaman Secara umum, dinas merupakan unsur pelaksana otonomi Daerah, dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah. Dinas mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

  Menurut Peraturan Walikota Sukabumi Nomor 45 Tahun 2012, Dinas Pengelolaan Sampah, Pertamanan, dan Pemakaman merupakan unsur pelaksana otonomi Daerah di bidang pengelolaan sampah, pertamanan, dan pemakaman, dipimpin oleh seorang Kepala Dinas berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah. Tugas Pokok Dinas Pengelolaan Sampah, Pertamanan, dan Pemakaman Kota Sukabumi adalah melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah di bidang pengelolaan sampah, pertamanan, dan pemakaman berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Adapun alam melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut, dinas menyelenggarakan fungsi : a. perumusan kebijakan teknis bidang pengelolaan sampah, pertamanan, dan pemakaman; b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang pengelolaan sampah, pertamanan, dan pemakaman; c. pembinaan dan pelaksanaan tugas pengelolaan sampah, pertamanan, dan pemakaman; dan d. pelaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah di bidang pengelolaan sampah, pertamanan, dan pemakaman.

  Dalam menjalankan tugasnya, Kepala Dinas Pengelolaan Sampah, Pertamanan, dan Pemakaman, dibantu oleh beberapa bidang, yaitu: a.

  Sekretariat, membawahkan:

  1. Subbagian Umum dan Kepegawaian; 2.

  Subbagian Keuangan; dan 3. Subbagian Perencanaan Program.

  b.

  Bidang Pengelolaan Sampah, membawahkan: 1.

  Seksi Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah;

  2. Seksi Pelayanan Kebersihan; dan 3. Seksi Kemitraan dan Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah.

  c.

  Bidang Pertamanan, membawahkan: 1.

  Seksi Perencanaan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan; 2.

  Seksi Penataan dan Pemeliharaan Taman Kota; dan 3. Seksi Penataan dan Pemeliharaan Jalur Hijau.

  d. Bidang Pemakaman, membawahkan:

  2. Seksi Penataan dan Pemeliharaan Pemakaman.

  e.

  UPT; dan f. Kelompok Jabatan Fungsional.

B. KONDISI KETATALAKSANAAN BIDANG CIPTA KARYA

  Penataan tata laksana merupakan salah satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Tata laksana organisasi yang perlu dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah dengan menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja. Secara internal, keorganisasian urusan pemerintah bidang keciptakaryaan, perlu mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masing-masing bidang/seksi. Selanjutnya juga perlu dikembangkan hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam keorganisasian urusan keciptakaryaan, maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/bidang dalam rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara substansial dan menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat daerah. Prinsip-prinsip hubungan kerja yang diuraikan di atas perlu dituangkan di dalam Peraturan Daerah tentang keorganisasian Pemerintah Kabupaten/kota, khususnya menyangkut tupoksi dari masing-masing instansi pemerintah bidang keciptakaryaan. Dengan mengacu pada tabel berikut, dapat dicantumkan penjabaran peran masing masing instansi dalam pembangunan bidang Cipta Karya.

Tabel 6.1 Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya di Kota Sukabumi

  Peran Instansi dalam Pembangunan Unit/Bagian yang Menangani No Instansi

  Bidang CK Pembangunan Bidang CK

  1. Badan Perencanaan

  1. RPJP Daerah Bidang Fisik dan Penataan menyusun Pembangunan berdasarkan hasil Musrenbang Wilayah Daerah Jangka Panjang Daerah;

  2. RPJM Daerah menyusun berdasarkan hasil Musrenbang Jangka Menengah Daerah”; 3. menyusun RKPD berdasarkan hasil

  Musrenbang; 4. menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan pelaksanaan pembangunan dari masing- masing SKPD;

  5. menyusun evaluasi pembangunan No Instansi Peran Instansi dalam Pembangunan Bidang CK

  Unit/Bagian yang Menangani Pembangunan Bidang CK

   Bidang Pengelolaan Sampah  Bidang Pertamanan  Bidang Pemakaman

  Dinas Tata Ruang, Perumahan, dan Permukiman

  1 Pengembangan Permukiman 1) SOP Infrastruktur kawasan permukiman kumuh

  No Nama SOP Instansi yang Terlibat Tugas dan Fungsi Instansi dalam SOP

Tabel 6.2 Inventarisasi SOP Bidang Cipta Karya Kota Sukabumi

  Selain itu, guna memperjelas pelaksanaan tugas pada setiap satuan kerja, perlu dilengkapi dengan tatalaksana dan tata hubungan kerja antar satuan kerja, serta Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk setiap pelaksanaan tugas, yang dapat dijadikan pedoman bagi pegawai dalam melakukan tugasnya. Dengan tabel berikut bisa dicantumkan inventarisasi SOP Bidang Cipta Karya di Kota Sukabumi.

  Sumber: Hasil Analisis, 2014

  3. pembinaan dan pelaksanaan tugas pengelolaan sampah, pertamanan, dan pemakaman; dan 4. pelaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah di bidang pengelolaan sampah, pertamanan, dan pemakaman.

  2. Dinas Tata Ruang, Perumahan, dan Permukiman 1. merumuskan kebijakan teknis tata ruang dan permukiman;

  2. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang pengelolaan sampah, pertamanan, dan pemakaman;

  1. perumusan kebijakan teknis bidang pengelolaan sampah, pertamanan, dan pemakaman;

  3. Dinas Pengelolaan Sampah, Pertamanan, dan Pemakaman

   Bidang Tata Bangunan

   Bidang Tata Ruang  Bidang Perumahan dan Permukiman

  3. pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang tata ruang dan pemukiman meliputi survey dan pemetaan, perencanaan dan pengendalian, perumahan dan pemukiman dan dokumentasi dan pelayanan;

  2. penyelenggaraan sebagian urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang pekerjaan umum, penataan ruang dan perumahan;

   Perencanaan infrastruktur kawasan permukiman kumuh  Perencanaan pembiayaan infrastruktur kawasan permukiman kumuh No Nama SOP Instansi yang Terlibat Tugas dan Fungsi Instansi dalam SOP ur RSH Perumahan, dan Permukiman

   Perencanaan pembiayaan infrastruktur RSH

  3) SOP Sarpras penanggulangan bahaya kebakaran

  Dinas Tata Ruang, Perumahan, dan Permukiman:

  Dinas Tata Ruang, Perumahan, dan Permukiman: Dinas Pengelolaan

  5) SOP Sarpras RTH

   Identifikasi kawasan  Perencanaan Sarpras revitalisasi kawasan  Pembangunan Sarpras revitalisasi kawasan BAPPEDA:  Perencanaan pendanaan Sarpras revitalisasi kawasan  Koordinasi SKPD terkait terkait program lainnya pada kawasan perencanaan

  Dinas Tata Ruang, Perumahan, dan Permukiman:

  Dinas Tata Ruang, Perumahan, dan Permukiman; BAPPEDA

  4) SOP Sarpras revitalisasi kawasan

   Perencanaan jaringan air hidran pendukung penanggulangan bahaya kebakaran  Pembuatan jaringan air hidran pendukung penanggulangan bahaya kebakaran

  Dinas Tata Ruang, Perumahan, dan Permukiman

   Pembuatan desain bangunan gedung percontohan  Pembuatan modul bangunan gedung percontohan  Pembangunan bangunan gedung percontohan

  3) SOP Rusunawa dan infrastruktur pendukungnya

  2) SOP PIP2B Dinas Tata Ruang, Perumahan, dan Permukiman

   Perencanaan aksesibilitas bangunan gedung dan lingkungan  Pembangunan sarana penunjang aksesibilitas bangunan gedung dan lingkungan

  Dinas Tata Ruang, Perumahan, dan Permukiman

  2 Penataan Bangunan dan Lingkungan 1) SOP Aksesibilitas bangunan gedung dan lingkungan

  Pembentukan badan pengelola Rusunawa  Perencanaan sumber pembiayaan pembangunan Rusunawa dan infrastrukturnya

   Pembangunan Rusunawa  Pembentukan badan pengelola Rusunawa BAPPEDA:  Bersama dengan Distarcip dalam

   Perencanaan pembiayaan pembangunan Rusunawa

   Perencanaan infrastruktur Rusunawa  Perencanaan pembiayaan infrastruktur Rusunawa

  Dinas Tata Ruang, Perumahan, dan Permukiman:

  Dinas Tata Ruang, Perumahan, dan Permukiman; BAPPEDA

   Perencanaan Ruang Peruntukan Sarpras RTH No Nama SOP Instansi yang Terlibat Tugas dan Fungsi Instansi dalam SOP dan Pemakaman; BAPPEDA

  Dinas Tata Ruang, Perumahan, dan Permukiman:

  Dinas Tata Ruang, Perumahan, dan Permukiman

  Dinas Tata Ruang, Perumahan, dan Permukiman

  Dinas Tata Ruang, Perumahan, dan Permukiman; BAPPEDA

  5 Drainase 1) SOP Infrastruktur Drainase

   Perencanaan teknis infrastruktur limbah  Pembangunan infrastruktur air limbah BAPPEDA:  Berperan aktif dalam menyusun UKL/ UPL  Tersedianya hasil penelitian (masterplan) dan pengembangan  Fasilitasi berbagai forum multistakeholder

  Dinas Tata Ruang, Perumahan, dan Permukiman:

  Dinas Tata Ruang, Perumahan, dan Permukiman; BAPPEDA

   Perencanaan teknis infrastruktur limbah  Pembangunan infrastruktur air limbah BAPPEDA:  Berperan aktif dalam menyusun AMDAL  Tersedianya hasil penelitian (masterplan) dan pengembangan  Fasilitasi berbagai forum multistakeholder 2) SOP Infrastruktur air limbah dengan system setempat dan komunal

  Dinas Tata Ruang, Perumahan, dan Permukiman; BAPPEDA

   Perencanaan Sarpras RTH  Pembangunan Sarpras RTH BAPPEDA:  Perencanaan pendanaan Sarpras RTH  Koordinasi SKPD terkait terkait program lainnya pada kawasan perencanaan

  4 Pengembangan PLP 1) SOP Infrastruktur air limbah skala kota

   Perencanaan SPAM IKK  Penyediaan sarana SPAM IKK BAPPEDA:  Penyeddiaan data MBR

  Dinas Tata Ruang, Perumahan, dan Permukiman

  Dinas Tata Ruang, Perumahan, dan Permukiman; BAPPEDA

   Penyediaan sarana pendukung SPAM IKK BAPPEDA:  Penyediaan data MBR 2) SOP SPAM di ibukota kecamatan

  Dinas Tata Ruang, Perumahan, dan Permukiman

  Dinas Tata Ruang, Perumahan, dan Permukiman; BAPPEDA

  3 Pengembangan Air Minum 1) SOP Optimalisasi IKK

   Perencanaan teknis infrastruktur drainase  Pembangunan infrastruktur drainase BAPPEDA:  Tersedianya hasil penelitian (masterplan) No Nama SOP Instansi yang Terlibat Tugas dan Fungsi Instansi dalam SOP  Fasilitasi berbagai forum multistakeholder

  6 Sampah 1) SOP Infrastruktur stasiun antara dan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah

  Dinas Tata Ruang, Perumahan, dan Permukiman; Dinas Pengelolaan Sampah, Pertamanan, dan Pemakaman; BAPPEDA

  Dinas Tata Ruang, Perumahan, dan Permukiman:

   Perencanaan ruang untuk Tempat Pemrosesan Akhir Sampah dan jaringan prasarana persampahan Dinas Pengelolaan Sampah, Pertamanan, dan Pemakaman:

   Perencanaan teknis Infrastruktur stasiun antara dan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah  Pembangunan infrastruktur Infrastruktur stasiun antara dan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah BAPPEDA:  Berperan aktif dalam menyusun AMDAL  Tersedianya hasil penelitian (masterplan) dan pengembangan  Fasilitasi berbagai forum multistakeholder 2) SOP Tempat pengolahan sampah terpadu

  Dinas Tata Ruang, Perumahan, dan Permukiman; Dinas Pengelolaan Sampah, Pertamanan, dan Pemakaman; BAPPEDA

  Dinas Tata Ruang, Perumahan, dan Permukiman:

   Perencanaan ruang untuk Tempat Pemrosesan Akhir Sampah dan jaringan prasarana persampahan Dinas Pengelolaan Sampah, Pertamanan, dan Pemakaman:

   Perencanaan teknis Infrastruktur stasiun antara dan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah  Pembangunan infrastruktur Infrastruktur stasiun antara dan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah BAPPEDA:  Berperan aktif dalam menyusun AMDAL  Tersedianya hasil penelitian (masterplan) dan pengembangan  Fasilitasi berbagai forum multistakeholder

  Sumber: Hasil Analisis, 2014

C. KONDISI SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) BIDANG CIPTA KARYA

  Dalam kaitannya dengan Reformasi Birokrasi, penataan sistem manajemen SDM aparatur merupakan program ke-5 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi, yang perlu ditingkatkan tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga kualitas. Bagian ini menguraikan kondisi SDM di keorganisasian instansi yang menangani bidang Cipta Karya, yang dapat dilakukan dengan mengisi tabel berikut mengenai komposisi pegawai dalam unit kerja bidang Cipta Karya. Secara umum, Pemerintah Kota Sukabumi didukung oleh Sumber Daya Manusia/Aparatur yang Handal. Kondisi SDM di keorganisasian instansi yang menangani bidang Cipta Karya di Kota Sukabumi dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Untuk menunjang sistem pemerintahan, jumlah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kota Sukabumi pada tahun 2013 sebanyak 2.325 orang, dimana sebagian besar di antaranya berada pada golongan ruang IV/a, yakni sebanyak 1.478 orang. Sementara itu, ada dua pegawai yang memiliki status golongan tertinggi, yakni golongan IV/e. Ditinjau dari segi pendidikan, hampir setengah dari PNS yang ada di Kota Sukabumi (2.240 orang) berpendidikan S-1. Jumlah PNS Kota Sukabumi berdasarkan golongan dan pendidikan terakhir pada tahun 2013 dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini.

Tabel 6.3 Jumlah PNS Kota Sukabumi berdasarkan Golongan Tahun 2013

  11 III/c 561

  No Pendidikan Terakhir Jumlah

Tabel 6.4 Jumlah PNS Kota Sukabumi berdasarkan Pendidikan Terakhir Tahun 2013

  Sumber: Kota Sukabumi dalam Angka, 2013

  2 Jumlah 5.325

  17 IV/e

  4

  16 IV/d

  30

  15 IV/c

  14 IV/b 145

  13 IV/a 1.478

  12 III/d 433

  10 III/b 678

  No Golongan Jumlah

  9 III/a 658

  8 II/d 293

  7 II/c 200

  6 II/b 481

  5 II/a 230

  31

  4 I/d

  32

  3 I/c

  59

  2 I/b

  10

  1 I/a

  1 Sekolah Dasar 109

  No Pendidikan Terakhir Jumlah

  3 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas 1.230

  4 D-I/D-II/D-III dan Akademi 1.281

  5 D-IV

  28

  6 S-1 2.240

  7 S-2 318

  8 S-3

  4 Jumlah 5.325

  Sumber: Kota Sukabumi dalam Angka, 2013

6.1.2 ANALISIS KELEMBAGAAN

  Analisis kelembagaan ini terdiri dari analisis keorganisasian bidang cipta karya, analisis ketatalaksanaan bidang cipta karya, analisis sumber daya manusia (SDM) bidang cipta karya, dan analisis SWOT kelembagaan di Kota Sukabumi.

  A. ANALISIS KEORGANISASIAN BIDANG CIPTA KARYA

  Tujuan analisis keorganisasian adalah untuk mengetahui permasalahan keorganisasian bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPI2-JM Bidang Cipta Karya. Struktur organisasi perangkat kerja daerah yang menangani bidang Cipta Karya di Kota Sukabumi sudah sesuai dengan perda yang berlaku. Struktur yang ada di Peraturan Walikota Sukabumi untuk masing-masing badan dan dinas sudah sesuai dengan struktur yang dijabarkan dalam Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2012 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kota Sukabumi. Begitupun dengan tujuan pokok dan fungsi (tupoksi) instansi, perangkat kerja daerah yang menangani bidang Cipta Karya di Kota Sukabumi telah melakukan tugas dan fungsinya sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku dan mengacu kepada visi misi yang telah disepakati.

  B. ANALISIS KETATALAKSANAAN BIDANG CIPTA KARYA

  Tujuan analisis permasalahan ketatalaksanaan kelembagaan bidang cipta karya adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPI2-JM Bidang Cipta Karya. mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPI2-JM Bidang Cipta Karya. Tugas pokok dan fungsi masing-masing lembaga yang terkait Bidang Cipta Karya telah diuraikan dalam Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2012 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kota Sukabumi yang dijabarkan lebih lanjut ke dalam beberapa peraturan walikota. Lembaga pemerintah yang mengurusi sektor-sektor Keciptakaryaan di Kota Sukabumi sebagian besar berada di bawah naungan Dinas Tata Ruang, Perumahan, dan Permukiman, terutama bidang perumahan dan permukiman yang membawahkan prasarana permukiman. Namun secara umum semua sektor yang terkait bidang cipta karya yaitu air minum, pengembangan permukiman, penyehatan lingkungan permukiman dan penataan bangunan lingkungan sudah tercakup dalam perangkat organisasi yang ada di Kota Sukabumi. Permasahalan yang sering muncul dalam dalam ketatalaksanaan perangkat kerja terkait Bidang Cipta Karya di antaranya belum adanya bagian yang lebih spesifik di masing-masing subbidang tersebut sehingga masih dirasa terlalu umum, seperti subbidang prasarana perumahan dan permukiman di Dinas Tata Ruang, Perumahan, dan Permukiman yang mencakup seluruh bidang Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP). Selain itu masih terdapat kejelasan mengenai SKPD yang memiliki tugas pokok dan fungsi terhadap sektor tertentu. Salah satu contohnya adalah pengelolaan bidang PLP yang selain terdapat di subbidang prasarana perumahan dan permukiman Dinas Tata Ruang, Perumahan, dan Permukiman, juga terdapat di subbidang Penyehatan Lingkungan di Dinas Kesehatan.

  C.

ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) BIDANG CIPTA KARYA

  Tujuan analisis Sumber Daya Manusia adalah untuk mengetahui permasalahan SDM bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPI2-JM Bidang Cipta Karya. Analisis deskriptif Sumber Daya Manusia bidang Cipta Karya di Kota Sukabumi adalah sebagai berikut: 1.

  Ketersediaan SDM SDM yang tersedia sudah memenuhi kebutuhan baik dari segi jumlah

   maupun kualitas dalam perangkat daerah khususnya bidang Cipta Karya Ketersediaan (kuantitas) SDM sudah melebihi kebutuhan dalam instansi

   2. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas SDM

   Program bantuan teknis terkait bidang Cipta Karya 

  Pendidikan dan pelatihan yang dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum

  3. Permasalahan dalam manajemen SDM Komunikasi yang kurang lancer antara SDM yang berpendidikan tinggi

   dengan SDM yang berpendidikan rendah SDM yang berpendidikan rendah cenderung mengurus hal-hal yang bersifat

   administrasi dan kurang memahami hal-hal teknis terkait bidang Cipta Karya

D. ANALISIS SWOT KELEMBAGAAN

  Analisis SWOT Kelembagaan merupakan suatu metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) di bidang kelembagaan. Analisis mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam matriks SWOT. Strategi yang digunakan adalah bagaimana kekuatan mampu mengambil keuntungan dari peluang yang ada (strategi S-O); bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mencegah keuntungan dari peluang yang ada (strategi W-O); bagaimana kekuatan mampu menghadapi ancaman yang ada (strategi S-T); dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mampu membuat ancaman menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru (strategi W-T). Berdasarkan informasi serta analisis tentang keorganisasian, tata laksana dan SDM bidang Cipta Karya pada sub-bab sebelumnya, selanjutnya dapat dirumuskan Matriks Analisis SWOT Kelembagaan seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 6.5 Matriks Analisis SWOT Kelembagaan Kota Sukabumi

  Opportunities (O) Threats (T) FAKTOR INTERNAL 1.

  1. program yang Adanya kemungkinan dibuat Surat Mengusulkan

  Keputusan Penugasan dan alokasi dibutuhkan oleh lintas sektor dan dana bagi proses penyusunan lintas wilayah; RPI2-JM; 2.

  Membuka kemungkinan alokasi 2. peran serta pemanfaatan anggaran yang

  Memaksimalkan fasilitator dalam penyusunan RPI2- berasal dari pemerintah Provinsi JM. dan pemerintah pusat untuk program keciptakaryaan;

  3. koordinasi antar Mewujudkan pemeritah daerah dengan pemerintah provinsi dan

  FAKTOR EKSTERNAL pemerintah pusat;

  Strength (S) Strategy SO Strategy ST 2.

  1.

  1. Ketersediaan data dan informasi, Mendorong koordinasi penyusunan Mengidentifikasi leading sector; walaupun tidak lengkap; fasilitasi penyusunan RPI2-JM

  2. Mendorong penyusunan program- 3. melalui peran serta Bappeda; program dasar, seperti pembuatan

  Peran personil Bappeda kota Sukabumi yang relatif telah 2. penyediaan data masterplan yang dibicarakan lintas

  Mendorong membantu walaupun tidak semaksimal mungkin untuk sektor; maksimal penyusunan RPI2-JM; 3.

  Mengidentifikasi skala prioritas 3. program lintas sektor dan lintas

  Mengadakan pertemuan lintas sektor secara berkala. wilayah. Weakness (W) Strategy WO Strategy WT

  1. Memanfaatkan semaksimal mungkin 1.

  Daerah belum menggangap Penjelasan akan pentingnya RPI2- penting penyusunan RPI2-JM; tenaga dan anggaran yang tersedia JM bagi Daerah; 2. dalam proses fasilitasi penyusunan 2.

  Informasi tentang RPI2-JM tidak Mengidentifikasi kelengkapan data tersosialisasikan kepada SKPD RPI2-JM; dasar dalam bidang keciptakaryaan, terkait; dan mengusulkannya menjadi 3. program;

  Personil Bappeda yang terlibat tidak memiliki kewenangan 3. dan memberi

  Menugaskan dalam konteks koordinasi kewenangan kepada personil penyusuan RPI2-JM; pemerintah daerah yang memiliki 4. komitmen dalam penyusunan RPI2-

  Belum terbangunnya sistem data dan informasi; JM.

  Sumber: Hasil Analisis, 2014

6.1.3 RENCANA PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN

  Bagian ini menguraikan rencana dan usulan kelembagaan Pemerintah Kota Sukabumi yang menangani bidang Cipta Karya. Berdasarkan strategi yang dirumuskan dalam analisis SWOT sebelumnya, maka dapat dirumuskan tiga kelompok strategi meliputi strategi pengembangan organisasi, strategi pengembangan tata laksana, dan strategi pengembangan sumber daya manusia. Berdasarkan strategi-strategi tersebut, dapat dikembangkan rencana pengembangan kelembagaan di daerah.

A. RENCANA PENGEMBANGAN KEORGANISASIAN

  Berdasarkan strategi yang dirumuskan dalam analisis SWOT, maka rencana pengembangan keorganisasian di Kota Sukabumi adalah sebagai berikut:

  1. Memperkuat koordinasi dan komunikasi antar instansi daerah, instansi pusat dan intra instansi;

  2. Menyiapkan tools atau panduan siapa melakukan apa dalam pelaksanaan program yang lintas sektor;

  3. Sosialisasi kebijakan dan rambu-rambu KPK dan Kejaksaan dalam menetapkan sesuatu yang masuk dalam kriteria tindak pidana korupsi;

  4. Mengadakan pelatihan atau seminar dengan topik Komunikasi dalam dunia kerja dan topik Perencanaan Strategis;

  5. Memaksimalkan dan mengadakan workshop yang bertujuan untuk menjelaskan pentingnya keterkaitan dan keselarasan visi dan misi antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah; 6. Optimalisasi hasil workshop dengan menyepakati program kerja bersama diantara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah, dengan berlandaskan kesesuaian perwujudan visi dan misi masing-masing pemerintahan; dan

7. Meningkatkan kualitas Rapat Koordinasi dan Rapat Kerja di Pemerintahan Kota

  Sukabumi dengan menetapkan standar pelaksanaan rapat koordinasi dan rapat kerja.

B. RENCANA PENGEMBANGAN TATA LAKSANA

  Berdasarkan strategi yang dirumuskan dalam analisis SWOT, maka rencana pengembangan tata laksana di Kota Sukabumi adalah sebagai berikut:

  1. Legalisasi peraturan atau norma yang mengatur Pemerintah Provinsi mempunyai kewenangan yang kuat dalam mendelegasikan/ melaksanakan program di daerah;

  2. Program-program lokal yang sudah berjalan dengan baik perlu didampingi program bantuan teknis dari pusat;

3. Siap mengantisipasi perubahan perundangan; 4.

  Menyiapkan tools atau panduan siapa melakukan apa dalam pelaksanaan program yang lintas sektor; dan Aktif mengundang bantuan teknis dari pusat.

C. RENCANA PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

  Berdasarkan strategi yang dirumuskan dalam analisis SWOT, maka rencana pengembangan SDM di Kota Sukabumi adalah sebagai berikut:

  1. Melakukan penelitian yang dapat menjawab efektifitas perhitungan rasio perbandingan antara jumlah penduduk dengan jumlah Pegawai negeri Sipil;

2. Mengadakan pelatihan secara kontinyu terhadp aparat pemerintah; 3.

  Aspek Kelembagaan

Tabel 6.6 Rangkuman Rencana Aksi Pengembangan Kapasitas Kelembagaan

   Memperkuat koordinasi dan komunikasi antar instansi daerah, instansi pusat dan intra instansi;  Menyiapkan tools atau panduan siapa melakukan apa dalam pelaksanaan program yang lintas sektor;  Sosialisasi kebijakan dan rambu-rambu KPK dan Kejaksaan dalam menetapkan sesuatu yang masuk dalam kriteria tindak pidana korupsi;  Mengadakan pelatihan atau seminar dengan topik

  Komunikasi dalam dunia kerja dan topik Perencanaan Strategis;

   Memaksimalkan dan mengadakan workshop yang bertujuan untuk menjelaskan pentingnya keterkaitan dan keselarasan visi dan misi antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah;  Optimalisasi hasil workshop dengan menyepakati program kerja bersama diantara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah, dengan berlandaskan kesesuaian perwujudan visi dan misi masing-masing pemerintahan; dan  Meningkatkan kualitas Rapat Koordinasi dan Rapat Kerja di

  Pemerintahan Kota Sukabumi dengan menetapkan standar pelaksanaan rapat koordinasi dan rapat kerja. Tata Laksana Mewujudkan koordinasi antar

   Legalisasi peraturan atau norma yang mengatur Pemerintah Provinsi mempunyai kewenangan yang kuat

  4. Membuka seluas-luasnya kemungkinan beasiswa bagi peningkatan pendidikan formal para pegawai negeri sipil.

  Peningkatan tingkat pendidikan formal terhadap pegawai negeri sipil; dan

  Strategi Rencana Aksi Organisasi Mewujudkan koordinasi antar pemeritah daerah dengan pemerintah provinsi dan pemerintah pusat; Mengadakan pertemuan lintas sektor secara berkala Aspek Strategi Rencana Aksi

  Kelembagaan dengan  Program-program local yang sudah berjalan dengan baik pemerintah perlu didampingi program bantuan teknis dari pusat; provinsi dan

   Siap mengantisipasi perubahan perundangan; pemerintah pusat  Menyiapkan tools atau panduan siapa melakukan apa dalam pelaksanaan program yang lintas sektor; dan  Aktif mengundang bantuan teknis dari pusat.

  Sumber Daya Memanfaatkan  Melakukan penelitian yang dapat menjawab efektifitas Manusia semaksimal perhitungan rasio perbandingan antara jumlah penduduk mungkin dengan jumlah Pegawai negeri Sipil; tenaga/SDM dan

   Mengadakan pelatihan secara kontinyu terhadp aparat anggaran yang pemerintah; tersedia;  Peningkatan tingkat pendidikan formal terhadap pegawai Menugaskan dan negeri sipil; dan memberi  Membuka seluas-luasnya kemungkinan beasiswa bagi kewenangan peningkatan pendidikan formal para pegawai negeri sipil. kepada personil pemerintah daerah yang memiliki komitmen

  Sumber: Hasil Analisis, 2014

6.2 KERANGKA REGULASI

  Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan bidang Cipta Karya pada pemerintahan kabupaten/kota.

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

  Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas- luasnya, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melalui Pemerintah Daerah. Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam.

  2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

  PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota. PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 7 Bab

  III, yang berbunyi: “(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6

  ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. (2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya adalah bidang pekerjaan umum”. Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum

  merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya sebagai salah satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

  3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah

  Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3 sub-bagian dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.

Gambar 6.1 Keorganisasian Pemerintah Kabupaten/Kota

  4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014

  Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran, serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya. Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di berbagai instansi. Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat dan daerah diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.

  5. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini,

  Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah.

  Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah dimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk mendukung tercapainya good

  governance , maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program

  reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu :

  a. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi; b. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda; c. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat; d. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e- government; e.

  Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan sistem rekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan, asesmen individiu berdasarkan kompetensi; f. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian

  Intern Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP); g. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU); h. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota. i.

  Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.

  Pola pikir Reformasi Birokrasi di Kementerian Pekerjaan Umum dapat dilihat pada gambar 6.2 berikut ini.

  Gambar 6.2 Pola Pikir Penyusunan Reformasi Birokrasi PU 2010-2014 Cipta Karya

6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional

  Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional semua instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah. Presiden menginstruksikan untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing. Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya telah mulai menerapkan PUG dalam tiap program/kegiatan Cipta Karya. Untuk itu perlu diperhatikan dalam pengembangan kelembagaan bidang Cipta Karya untuk memasukkan prinsip-prinsip PUG, demikian pula di dalam pengelolaan RPI2-JM Bidang Cipta Karya.

  7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum

  Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada

  Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke-PU-an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam dokumen RPI2-JM. Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam koordinasi penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU, sedangkan Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU. Koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di Bidang PU dan Penataan Ruang baik provinsi maupun kabupaten/kota.

  8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah