6.1 KERANGKA KELEMBAGAAN 6.1.1 KONDISI KELEMBAGAAN SAAT INI 10.1.10.1 - DOCRPIJM e19c8636c2 BAB VIBab 6 Kerangka Kelembagaan dan Regulasi Cimahi

Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten/Kota
Tahun 2015 - 2019

Bab 6
KerangkaKelembagaandanRegulasi

Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya,untuk mencapai hasil
yang optimal diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor
penggerak RPI2-JM Bidang Cipta Karya agar dapat dikelola dengan baik dan
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kelembagaan dibagi dalam 3
komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia.
Organisasi sebagai wadah untuk melakukan tugas dan fungsi yang ditetapkan
kepada lembaga; tata laksana merupakan motor yang menggerakkan organisasi
melalui mekanisme kerja yang diciptakan; dan sumber daya manusia sebagai
operator dari kedua komponen tersebut. Dengan demikian untuk meningkatkan
kinerja suatu lembaga, penataan terhadap ketiga komponen harus dilaksanakan
secara bersamaan dan sebagai satu kesatuan.
6.1

KERANGKA KELEMBAGAAN


6.1.1 KONDISI KELEMBAGAAN SAAT INI
10.1.10.1

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten/Kota…….. dibentuk
berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor ……. Tahun ……. tentang ………….., yang
mempunyai tugas pokok ………………….. Sedangkan fungsi Bappeda sebagai perangkat daerah
adalah sebagai berikut:
1. .......................................................................................................................................................
...
2. .......................................................................................................................................................

Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten/Kota
Tahun 2015 - 2019
...
3. ............................dst.
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dibidang perencanaan pembangunan daerah,

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten/Kota ........... memliki visi dan
misi. Visi Bappeda yaitu “.............................”. Sedang misi yang diemban adalah sebagai berikut:
1. .......................................................................................................................................................
..
2. .......................................................................................................................................................
..
3. ............................dst.
Dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya, Kepala Bappeda dibantu oleh seorang
sekretaris dan ........ orang kepala bidang (Kabid) beserta staf. Sekretaris membawahi ......... orang
Kepala Sub Bagian (Kasubag) yaitu Kasubag .............., Kasubag .................. dan Kasubag ...........
Sedangkan masing-masing kepala bidang bertanggung jawab kepada Kepala Badan dan
membawahi beberapa Kepala Sub Bidang (Kasubid) sebagai berikut:
1. Kepala Bidang (Kabid) ............., terdiri atas ....... Sub Bidang:


Kepala Sub Bidang (Kasubid) .........



Kepala Sub Bidang (Kasubid) .........




.........dst

2. Kepala Bidang (Kabid) ............., terdiri atas ....... Sub Bidang:


Kepala Sub Bidang (Kasubid) .............



Kepala Sub Bidang (Kasubid) .............



.......dst

3. ...............dst


Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten/Kota
Tahun 2015 - 2019
Adapun secara rinci Struktur organisasi Bappeda Kabupaten/Kota ............. berdasarkan jabatan
struktural dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

GAMBAR STRUKTUR ORGANISASI BAPPEDA

Gambar-10.1: Struktur Organisasi Badan Perencanaan Daerah Kabupaten/Kota…………..

Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten/Kota
Tahun 2015 - 2019
10.1.10.2 Dinas Pekerjaan Umum
Uraikan seperti diatas, yang menguraikan tentang:
1. Peraturan Daerah yang menjadi dasar penetapan struktur organisasi
2. Penjelasan tugas dan fungsi organisasi
3. Penjelasan visi dan misi organisasi
4. Struktur organisasi
10.1.10.3 Dinas ………(sebutkan Dinas lainnya yang menangani bidang Cipta Karya)

Uraikan seperti diatas, yang menguraikan tentang:
1. Peraturan Daerah yang menjadi dasar penetapan struktur organisasi
2. Penjelasan tugas dan fungsi organisasi
3. Penjelasan visi dan misi organisasi
4. Struktur organisasi
A. KONDISI KEORGANISASIAN BIDANG CIPTA KARYA
Penataan dan penguatan organisasi merupakan Program ke-3 dari
Sembilan Program Reformasi Birokrasi. Keorganisasian yang dimaksud dalam
pedoman ini adalah struktur, tugas, dan fungsi pemerintah daerah yang
menangani bidang Cipta Karya.

B. KONDISI KETATALAKSANAAN BIDANG CIPTA KARYA
Sebagaimana ditetapkan dalam Program
merupakan

salah

satu

prioritas


program

RB, penataan tata laksana

untuk

peningkatan

kapasitas

Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten/Kota
Tahun 2015 - 2019
kelembagaan. Tata laksana organisasi yang perlu dikembangkan adalah
menciptakan

hubungan

kerjaantar


perangkat

daerah

dengan

menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan
beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja.
Secara internal, Cipta Karyakeorganisasian urusan pemerintah bidang Cipta Karya,
perlu mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan
kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masingmasing bidang/seksi. Selanjutnya juga perlu dikembangkan hubungan kerja yang
koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam keorganisasian urusan Cipta Karya,
maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/bidang dalam rangka menghindari
tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara substansial dan
menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat daerah.
Prinsip-prinsip hubungan kerja yang diuraikan di atas perlu dituangkan di
dalam Peraturan Daerah tentang keorganisasian Pemerintah Kabupaten/kota,
khususnya menyangkut tupoksi dari masing-masing instansi pemerintah bidang
Cipta Karya. Selain itu, guna memperjelas pelaksanaan tugas pada setiap satuan

kerja, perlu dilengkapi dengan tatalaksana dan tata hubungan kerja antar satuan
kerja, serta Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk setiap pelaksanaan tugas,
yang dapat dijadikan pedoman bagi pegawai dalam melakukan tugasnya.

No

1.

Tabel 6.3
Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya
Unit/Bagian yang
Peran Instansi dalam
Menangani Pembangunan
Instansi
Pembangunan Bidang CK
Bidang CK
Bappeda
Contoh:
Contoh:
1. Pengoordinasian

Bidang Fisik dan Prasarana
penyusunan
perencanaan
pembangunan

Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten/Kota
Tahun 2015 - 2019
2. Penetapan
petunjuk
pelaksanaan
perencanaan
dan
pengendalian
pembangunan
3. Bimbingan supervisi dan
konsultasi
penyusunan
rencana pembangunan.
4. Pengendalian

pembangunan.
2.
3.
4.
5.

Dinas PU
Dinas…….
Dinas…….
Dinas…….
Tabel 6.4
Inventarisasi SOP Bidang Cipta Karya

No
I

Nama SOP
Pengembangan Permukiman
SOP Penanganan Kawasan
Kumuh (contoh)


1.

2.
II
1.
2.
III
1.
2.
IV
1.
2.
V
1.
2.

Instansi yang Terlibat
Bappeda, Dinas
Dinas…..(lainnya)

PU,

Tugas dan Fungsi
Instansi dalam SOP
Bappeda:
 ……………….
 ……………….
Dinas PU:
 ………………
 ………………
Dinas …….(lainnya):
 ………………
 ……………..

…….dst
Penataan
Bangunan
dan
Lingkungan
……….
…….dst
Pengembangan Air Minum
……….
…….dst
Pengembangan PLP
……….
……….
SOP Non-Teknis
……….
……….

C. KONDISI SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) BIDANG CIPTA KARYA
Dalam kaitannya dengan Reformasi Birokrasi, penataan sistem manajemen
SDM aparatur merupakan program ke-5 dari Sembilan Program Reformasi

Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten/Kota
Tahun 2015 - 2019
Birokrasi, yang perlu ditingkatkan tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga
kualitas. Bagian ini menguraikan kondisi SDM di keorganisasian instansi yang
menangani bidang Cipta Karya, yang dapat dilakukan dengan mengisi tabel
berikut mengenai komposisi pegawai dalam unit kerja bidang Cipta Karya.

UnitKerja

Dinas PU

Tabel 6.5
Komposisi Pegawai dalam Unit Kerja Bidang Cipta Karya
Golongan
JenisKelamin
LatarBelakangPendidikan JabatanFungsional
Gol I :
…….orang
< SMA: ……orang
Gol II :
SMA: ……orang
Jafung TBP:….orang
…….orang
Diploma: ……orang
Pria:…….orang
Jafung TPL:… orang
Gol III :
Wanita:…….orang S1: ……orang
……dst
…….orang
S2: ……orang
Gol IV :
S3: ……orang
…….orang

Bappeda
Dinas……
Dinas……

6.1.2 ANALISIS KELEMBAGAAN
Dengan mengacu pada kondisi eksisting kelembagaan perangkat daerah,
bagian ini menguraikan analisis permasalahan kelembagaan Pemerintah
kabupaten/kota yang menangani bidang Cipta Karya.
A. ANALISIS KEORGANISASIAN BIDANG CIPTA KARYA
Tujuan analisis keorganisasian adalah untuk mengetahui permasalahan
keorganisasian bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi

Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten/Kota
Tahun 2015 - 2019
maupun keluaran produk RPI2-JM Bidang Cipta Karya. Analisis deskriptif dapat
mengacu pada pertanyaan di bawah ini :
1. Apakah struktur organisasi perangkat kerja daerah sudah sesuai dengan

peraturan perundangan yang berlaku?
2. Apakah tugas dan fungsi organisasi bidang Cipta Karya sudah sesuai

dengan tugas dan fungsi masing-masing instansi?
3. Apa saja faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi struktur organisasi?
4. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam organisasi perangkat kerja

daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?
Salah satu cara yang dapat dipergunakan untuk melakukan analisis ini
adalah dengan melakukan diskusi antar anggota Tim RPI2-JM.
B. ANALISIS KETATALAKSANAAN BIDANG CIPTA KARYA
Tujuan analisis permasalahan ketatalaksanaan kelembagaan bidang cipta
karya adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja
organisasi maupun keluaran produk RPI2-JM Bidang Cipta Karya. Dalam proses
analisis ini beberapa pertanyaan kunci yang perlu mendapat jawaban adalah
sebagai berikut :
1. Apakah

Perda

penetapan

Organisasi

Pemerintah

Daerah

telah

menguraikan tupoksi masing-masing dinas/unit kerja yang ada?
2. Bagaimana mekanisme hubungan kerja didalam dan antar instansi terkait

bidang cipta karya yang terjadi selama ini?
3. Apakah keorganisasian bidang cipta karya yang ada sudah mengikuti

ketentuan dalam PP 41 tahun 2007? Juga perlu dicermati apakah semua
sektor bidang cipta karya yaitu bidang air minum, pengembangan
permukiman,

penyehatan

lingkungan

permukiman,

dan

penataan

bangunan dan lingkungan sudah tercantum dalam keorganisasian yang
dibentuk?
4. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam ketatalaksanaan perangkat

kerja daerah yang terkait dengan bidang Cipta Karya?

Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten/Kota
Tahun 2015 - 2019
5. Apa saja faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi ketatalaksanaan

perangkat kerja daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta
karya?
C. ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) BIDANG CIPTA KARYA
Tujuan analisis Sumber Daya Manusia adalah untuk mengetahui
permasalahan SDM bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja
organisasi maupun keluaran produk RPI2-JM Bidang Cipta Karya. Dalam proses
analisis SDM, beberapa pertanyaan kunci yang dapat dijawab adalah sebagai
berikut :
1. Apakah SDM yang tersedia sudah memenuhi kebutuhan baik dari segi

jumlah maupun kualitas dalam perangkat daerah, khususnya di bidang
Cipta Karya?
2. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam manajemen SDM perangkat

kerja daerah yang terkait dengan bidang cipta karya?
3. Apa saja faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kualitas

dan kuantitas SDM organisasi, khususnya yang terkait dengan bidang
cipta karya?

Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten/Kota
Tahun 2015 - 2019
Tabel 6.6
Contoh Matriks Kebutuhan Sumber Daya Manusia

No

1.

2.
3.
4.
5.
6.
7.

Instansi

Bappeda

Tingkat
Pendidikan
SMA/Sederajat
Diploma
- D3 Teknik
- D3 Ekonomi
- D3…..dst
S1/Sederajat
- S1 Teknik
- S1 Ekonomi
- S1……dst
S2
S3

Jumlah Pegawai
Yang Ada
………………..orang

Jumlah Pegawai
yang Diperlukan
………………..orang

………………..orang
………………..orang
………………..orang

………………..orang
………………..orang
………………..orang

………………..orang
………………..orang
………………..orang
………………..orang
………………..orang

………………..orang
………………..orang
………………..orang
………………..orang
………………..orang

Dinas PU
Dinas…….
Dinas…….
Dinas…….
Dinas…….
Dinas…….
D. ANALISIS SWOT KELEMBAGAAN
Analisis SWOT Kelembagaan merupakan suatu metode perencanaan

strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan
(weaknesses),

peluang (opportunities),

dan

ancaman

(threats)

di

bidang

kelembagaan. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan
memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian
menerapkannya dalam matriks SWOT. Berdasarkan penjabaran dari kondisi
eksisting kelembagaan, serta pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab dalam
analisis kelembagaan, maka diperlukan melakukan analisis SWOT kelembagaan
bidang CK di yang meliputi aspek organisasi, tata laksana dan sumber daya
manusia.
Strategi yang digunakan adalah bagaimana kekuatan mampu mengambil
keuntungan dari peluang yang ada (strategi S-O); bagaimana cara mengatasi
kelemahan yang mencegah keuntungan dari peluang yang ada (strategi W-O);
bagaimana kekuatan mampu menghadapi ancaman yang ada (strategi S-T); dan

Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten/Kota
Tahun 2015 - 2019
terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mampu membuat
ancaman menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru (strategi W-T).
Berdasarkan informasi yang disusun dari pertanyaan serta analisis tentang
keorganisasian, tata laksana dan SDM bidang Cipta Karya pada sub-bab
sebelumnya, selanjutnya dapat dirumuskan Matriks Analisis SWOT Kelembagaan.
Perumusan strategi bidang kelembagaan berdasarkan Analisis SWOT diharapkan
dapat menjadi acuan dalam rencana pengembangan kelembagaan.

Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten/Kota
Tahun 2015 - 2019
Tabel 6.7
Matriks Analisis SWOT Kelembagaan
FAKTOR
PELUANG (O)
ANCAMAN (T)
EKSTERNAL
a. ……….…
a. ……………..
FAKTOR
b. …….……
b. ……………..
INTERNAL
c. ………….
c. ……………..
KEKUATAN (S)
a. ……………….
b. ……………….
c. ……………….
KELEMAHAN (W)
a. ……………….
b. ……………….
c. ……………….

6.1.3 RENCANA PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN
Bagian ini menguraikan rencana dan usulan kelembagaan Pemerintah
kabupaten/kota yang menangani bidang Cipta Karya.
Berdasarkan strategi yang dirumuskan dalam analisis SWOT sebelumnya,
maka dapat dirumuskan tiga kelompok strategi meliputi strategi pengembangan
organisasi, strategi pengembangan tata laksana, dan strategi pengembangan
sumber

daya

manusia.

Berdasarkan

strategi-strategi

tersebut,

dapat

dikembangkan rencana pengembangan kelembagaan di daerah.
A. RENCANA PENGEMBANGAN KEORGANISASIAN
Untuk merumuskan rencana pengembangan keorganisasian, dengan
mengacu pada analisis SWOT, dilandaskan pada efektifitas dan efisiensi yang
akan tercipta dari penataan struktur organisasi dan tupoksinya.
Rencana pengembangan keorganisasian dilakukan dengan mengacu pada
analisis dan evaluasi tugas dan fungsi satuan organisasi termasuk perumusan dan
pengembangan jabatan struktural dan fungsional di lingkungan Pemda, serta
menyusun analisis jabatan dan beban kerja dalam rangka mendayagunakan dan
meningkatkan kapasitas kelembagaan satuan organisasi di masing-masing unit
kerja di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya bidang Cipta Karya.
B. RENCANA PENGEMBANGAN TATA LAKSANA
Untuk merumuskan rencana pengembangan tata laksana, dengan
mengacu pada analisis SWOT sebelumnya, antara lain diperlukan evaluasi tata

Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten/Kota
Tahun 2015 - 2019
laksana, pengembangan standar dan operasi prosedur, serta pembagian kerja
dan program yang jelas antar unit dalam instansi ataupun lintas instansi di
lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya di bidang Cipta Karya.
C. RENCANA PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
Untuk merumuskan rencana pengembangan Sumber Daya Manusia,
dengan mengacu pada analisis SWOT, antara lain diperlukan perencanaan karier
setiap pegawai sesuai dengan kompetensi individu dan kebutuhan organisasi.
Guna meningkatkan pelayanan kepegawaian, maka perencanaan pegawai
hendaknya mengacu pada analisis jabatan yang terintegrasi sesuai dengan
kebutuhan organisasi.
Selain itu, rencana pengembangan SDM dapat dilakukan dengan
peningkatan jenjang pendidikan serta mendukung pembinaan kapasitas pegawai
melalui pelatihan. Sesuai dengan lingkup kegiatan bidang Cipta Karya, dalam
rangka peningkatan kualitas SDM terdapat beberapa pelatihan yang diadakan
oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU yang dapat menjadi
referensi dipaparkan pada tabel 10.8

Tabel 6.8
Pelatihan Bidang Cipta Karya

Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten/Kota
Tahun 2015 - 2019

Tabel 6.9
Rangkuman Rencana Aksi Pengembangan KapasitasKelembagaan

6.2

KERANGKA REGULASI
Beberapa

kebijakan

berikut

merupakan

landasan

hukum

dalam

pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan bidang Cipta Karya
pada pemerintahan kabupaten/kota.
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah
Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluasluasnya,

dengan

tujuan

meningkatkan

kesejahteraan

masyarakat,

pelayanan umum, dan daya saing daerah. Untuk membantu Kepala

Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten/Kota
Tahun 2015 - 2019
Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi
perangkat daerah yang ditetapkan melalui Pemerintah Daerah. Dasar
utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi
adalah adanya urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi
tersendiri. Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya
mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan, kebutuhan daerah,
cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis
dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan
kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang
akan ditangani, dan sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena
itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing
daerah tidak senantiasa sama atau seragam.
2. Peraturan

Pemerintah

(PP)

Nomor

38

Tahun

2007

tentang

Pembagian Urusan Pemerintahan
PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan
bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah
berkewajiban

untuk

melakukan

pembinaan

terhadap

pemerintah

kabupaten/kota. PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih
besar

kepada

Pemerintah

Kabupaten/Kota

untuk

melaksanakan

pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 7 Bab
III, yang berbunyi: “(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh
pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota,
berkaitan dengan pelayanan dasar. (2) Urusan wajib sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya adalah bidang pekerjaan
umum”. Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum
merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah,
sehingga penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya sebagai salah satu
perangkat

pembangunan

daerah

perlu

melibatkan

pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

Pemerintah,

Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten/Kota
Tahun 2015 - 2019
3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi
Daerah
Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga,
Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan
perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan
terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat
terdiri dari 3 sub-bagian dan masing-masing bidang terdiri dari paling
banyak 3 seksi.

Gambar 6.1
Keorganisasian Pemerintah Kabupaten/Kota

4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014
Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk
meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan
adanya upaya penataan kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan
kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi
dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran,
serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan
aparaturnya.
beriringan

Untuk
telah

mendukung

ditempuh

penataan

upaya

untuk

kelembagaan,

secara

memperkuat

aspek

ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan
standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di
berbagai instansi. Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di
lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat dan daerah

Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten/Kota
Tahun 2015 - 2019
diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem ketatalaksanaan
dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien
dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.
5. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design
Reformasi Birokrasi 2010-2025 Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini,
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah mengeluarkan Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang
Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi
pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi
birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan
dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuan
pemerintah daerah. Permen ini memberikan panduan dan kejelasan
mengenai

mekanisme

serta

prosedur

dalam

rangka

pengusulan,

penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah
daerah.
Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta
Karya telah dimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah
menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan,
dan Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk mendukung tercapainya good
governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program
reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu :
a. Program

Manajemen

Perubahan,

meliputi:

penyusunan

strategi

manajemen perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda,
sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka
reformasi birokrasi;
b. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan
berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan
oleh K/L dan Pemda;

Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten/Kota
Tahun 2015 - 2019
c. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi
tugas dan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani
organisasi, tata laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;
d. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan
tugas dan fungsi, serta pembangunan dan pengembangan egovernment;
e. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan sistem
rekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar
kompetensi jabatan, asesmen individiu berdasarkan kompetensi;
f. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah (APIP);
g. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja
instansi

pemerintah,

pengembangan

sistem

manajemen

kinerja

organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU);
h. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan
pada unit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.
i. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.
Pola pikir Reformasi Birokrasi di Kementerian Pekerjaan Umum dapat
dilihat pada gambar 6.2 berikut ini.

Gambar 6.2
Pola Pikir Penyusunan Reformasi Birokrasi PU 2010-2014 Cipta Karya

Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten/Kota
Tahun 2015 - 2019

6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan
Gender dalam Pembangunan Nasional
Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam
seluruh proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari kegiatan fungsional semua instansi dan lembaga pemerintah di
tingkat Pusat dan Daerah. Presiden menginstruksikan untuk melaksanakan
pengarusutamaan

gender

guna

terselenggaranya

penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi

atas

perencanaan,
kebijakan

dan

program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai
dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing.
Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya telah
mulai menerapkan PUG dalam tiap program/kegiatan Cipta Karya. Untuk
itu perlu diperhatikan dalam pengembangan kelembagaan bidang Cipta
Karya untuk memasukkan prinsip-prinsip PUG, demikian pula di dalam
pengelolaan RPI2-JM Bidang Cipta Karya.
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang
Standar Pelayanan Minimum
Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar
bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota.
Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada
Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan
tanggungjawab

kelembagaan

yang

menangani

bidang

ke-PU-an,

khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam
dokumen RPI2-JM.Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur
bertanggung jawab dalam koordinasi penyelenggaraan pelayanan dasar
bidang PU, sedangkan Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam
penyelenggaraan

pelayanan

dasar

bidang

PU.

Koordinasi

dan

penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di Bidang PU
dan Penataan Ruang baik provinsi maupun kabupaten/kota.

Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten/Kota
Tahun 2015 - 2019
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang
Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah
Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan
perangkat daerah. Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan
perangkat daerah adalah Peraturan Daerah (Perda). Penjabaran tupoksi
masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan Pergub, dan SKPD
Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.
9. Permendagri Nomor

57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar

Pelayanan Perkotaan
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai
dasar untuk memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP
adalah standar pelayanan minimal kawasan perkotaan, yang sesuai
dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan tempat permukiman
perkotaan, termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang Cipta Karya,
seperti perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan,
persampahan, dan air limbah.
10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan
Kebutuhan Pegawai Berdasarkan

Beban Kerja

Dalam Rangka

Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah
dalam menghitung kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam
rangka penyusunan formasi PNS. Dalam perhitungan kebutuhan pegawai,
aspek pokok yang harus diperhatikan adalah: beban kerja, standar
kemampuan rata-rata, dan waktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur
melakukan

pembinaan

dan

pengendalian

pelayanan

perkotaan,

sedangkan Bupati/Walikota melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan
pelayanan perkotaan.
Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka dimungkinkan untuk
mengeluarkan peraturan daerah untuk

pemantapan dan pengembangan

perangkat daerah, khususnya untuk urusan pemerintahan bidang pekerjaan

Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten/Kota
Tahun 2015 - 2019
umum dan lebih khusus lagi tentang urusan pemerintahan pada sub bidang Cipta
Karya. Dengan adanya suatu kelembagaan yang definitif untuk menangani urusan
pemerintah pada bidang Cipta Karya maka diharapkan dapat meningkatkan
kinerja pelayanan kelembagaan.

BAGIAN INI BERISIKAN GAMBARAN UMUM KERANGKA REGULASI YANG
SUDAH ADA DAN REGULASI YANG DIPERLUKAN DAERAH DALAM
PELAKSANAAN TUGAS, FUNGSI, SERTA KEWENANGANNYA PADA
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA.

Tabel 6...
Matriks Kebutuhan Regulasi

NO

Arah
Regulasi
Dan/Atau
Kebutuhan
Regulasi

Urgensi
Pembentukan
Berdasarkan
Evaluasi
Regulasi
Eksisting,
Kajian Dan
Penelitian

SubstansiArahanRegulasi

Unit
Penanggungjawab

Unit
Terkait/Institusi

Target
Penyelesaian

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Keterangan pengisian :
(1) Nomor
(2) NamaPerda/Perbub/Perwali yang sudahadaatau yang dibutuhkanolehKabupaten/Kota
(3) Alasanpembentukanregulasi
(4) Isi danarahanregulasieksistingatau yang dibutuhkan
(5) SKPD yang bertanggungjawab
(6) Institusi/SKPD lain yang terkait
(7) Waktu target penyelesaianregulasi