6.1 KERANGKA KELEMBAGAAN 6.1.1 KONDISI KELEMBAGAAN SAAT INI - DOCRPIJM 10968dab88 BAB VIBab 6 Kerangka Kelembagaan dan Regulasise ok

Bab 6 Kerangka Kelembagaan dan Regulasi Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya,untuk mencapai hasil

  yang optimal diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak RPI2-JM Bidang Cipta Karya agar dapat dikelola dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana dan sumberdaya manusia. Organisasi sebagai wadah untuk melakukan tugas dan fungsi yang ditetapkan kepada lembaga; tata laksana merupakan motor yang menggerakkan organisasi melalui mekanisme kerja yang diciptakan; dan sumber daya manusia sebagai operator dari kedua komponen tersebut. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga, penataan terhadap ketiga komponen harus dilaksanakan secara bersamaan dan sebagai satu kesatuan.

6.1 KERANGKA KELEMBAGAAN

6.1.1 KONDISI KELEMBAGAAN SAAT INI

  Bagian ini menguraikan secara sistematis tentang kondisi eksisting kelembagaan Pemerintah kabupaten/kota yang menangani bidang Cipta Karya. A. KONDISI KEORGANISASIAN BIDANG CIPTA KARYA Penataan dan penguatan organisasi merupakan Program ke-3 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi. Keorganisasian yang dimaksud dalam pedoman ini adalah struktur, tugas, dan fungsi pemerintah daerah yang menangani bidang Cipta Karya.

  Pembentukan keorganisasian bidang cipta karya Kabupaten Kuningan mengacu pada : 1. Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 11 Tahun 2008 tentang Dinas Daerah

  2. Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 12 Tahun 2008 tentang Lembaga Teknis Daerah

  Adapun kondisi aparatur daerah dapat digambarkan bahwa jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) dilingkungan Pemerintah Kabupaten Kuningan dalam mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pemerintahan sebanyak 14.936 orang PNS.

  a. Sekretariatan

  3

  10

  15

  2

  d. Kantor dan Setingkatnya

  c. Badan dan setingkatnya

  b. Dinas

  2. Lembaga Perangkat Daerah

  

Tabel.

  15 361

  32

  c. Desa

  b. Kelurahan

  a. Kecamatan

  1. Wilayah Administratif :

  

Kondisi Pemerintahan

Kondisi Pemerintahan Tahun 2008

  3. Jumlah PNS 14.936

  Kondisi Pemerintahan Tahun 2008

  4. PNS Berdasarkan Golongan

  a. Golongan I 209

  b. Golongan II 4.456

  c. Golongan III 5.162

  d. Golongan IV 5.109

  4. PNS Berdasarkan Pendidikan

  a. SD 265

  b. SLTP 4.799

  c. SLTA 948

  d. D1 3.829

  e. D2 294

  f. D3 4.100

  g. Sarjana S1 350

  h. Sarjana S2 351

  • i. Sarjana S3 Organisasi utama yang menangani infrastruktur bidang cipta karya di Kabupaten Kuningan ada 3 (tiga) yaitu Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah, dan Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya.

1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bapeeda)

  Susunan Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, terdiri dari :

  a. Kepala Badan;

  b. Sekretaris, membawahkan :

  • Sub Bagian Umum;
  • Sub Bagian Keuangan; • Sub Bagian Program.

  c. Bidang Sosial Budaya dan Pemerintahan, membawahkan :

  • Sub Bidang Sosial Budaya; • Sub Bidang Pemerintahan.
  • Sub Bidang Ekonomi Hulu; • Sub Bidang Ekonomi Hilir.
  • Sub Bidang Fisik; • Sub Bidang Lingkungan Hidup.
  • Sub Bidang Penelitian; • Sub Bidang Evaluasi dan Pelaporan.

  d. Bidang Ekonomi, membawahkan :

  e. Bidang Fisik dan Lingkungan Hidup, membawahkan :

  f. Bidang Penelitian, Evaluasi dan Pelaporan, membawahkan :

  g. Kelompok Jabatan Fungsional.

  Bappeda memiliki Visi mewujudkan perencanaan pembangunan yang berpihak pada pemberdayaan masyarakat menuju kemandirian pembangunan daerah.

  Misi Bappeda:

  

a. Meningkatkan kualitas proses dan produk perencanaan daerah melalui peningkatan

sumberdaya, transparansi informasi dan sinergitas lembaga;

b. Mewujudkan pengelolaan data pembangunan yang akurat, terintegrasi dan

terbarukan;

c. Mewujudkan proses perencanaan pembangunan yang berpihak pada pemberdayaan

masyarakat, penyetaraan gender, kelestarian sumberdaya alam dan pemerataan hasil pembangunan;

  

d. Mendorong kinerja perencanaan pembangunan regional menuju terbentuknya

keunggulan kawasan berdasarkan konsep kerjasama antar daerah;

e. Mewujudkan kinerja lembaga sebagai pusat keunggulan sumberdaya manusia, teknologi informasi, dan pelayanan prima.

  Tugas Pokok Bappeda yaitu mengkoordinasikan penyusunan perencanaan

  pembangunan

2. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD)

  Susunan Organisasi Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah, terdiri dari :

a. Kepala Badan

  Kepala Badan mempunyai tugas pokok memimpin, mengoordinasikan dan mengendalikan Badan dalam melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan pembangunan daerah.

  b. Sekretaiat

  • Sub Bagian Umum • Sub Bagian Keuangan • Sub Bagian Program

  c. Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

  • Sub Bidang Analisis Dampak Lingkungan • Sub Bidang Pemulihan Kualitas Lingkungan

  d. Bidang Konservasi Lingkungan

  • Sub Bidang Konservasi Tanah dan Air • Sub Bidang Keanekaragaman Hayati

  e. Bidang Kebersihan dan Pertamanan

  • Sub Bidang Operasional Kebersihan • Sub Bidang Pertamanan

  f. Unit Pelaksana Teknis Dinas g. Kelompok Jabatan Fungsional.

  BPLHD memiliki Visi "terwujudnya Lingkungan Hidup yang Lestari, Rindang dan Indah" Misi:

  1. Meningkatkan sumber daya manusia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki pengetahuan dan tindak melindungi dan membina lingkungan hidup

  2. Meningkatkan kualitas lingkungan yang serasi dan seimbang serta mengendalikan perusakan dan pencemaran lingkungan hidup.

  3. Meningkatkan pengelolaan sumber daya alam yang berwawasan lingkungan dan lestari.

  4. Meningkatkan pengelolaan persampahan dan ruang terbuka hijau.

  BPLHD memiliki tugas pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang pengelolaan lingkungan hidup

3. Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya

  Susunan organisasi Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya terdiri dari: a. Kepala Dinas.

  b. Sekretariat, membawahkan :

  • Sub Bagian Umum ;
  • Sub Bagian Keuangan;
c. Bidang Program, membawahkan:

  • Seksi Perencanaan; • Seksi Evaluasi dan Pelaporan.

  d. Bidang Tata Ruang dan Bangunan, membawahkan :

  • Seksi Tata Ruang; • Seksi Tata Bangunan.

  e. Bidang Teknik Penyehatan, membawahkan :

  • Seksi Air Bersih; • Seksi Penyehatan Lingkungan.

  f. Bidang Perumahan dan Jasa Konstruksi, membawahkan :

  • Seksi Perumahan; • Seksi Jasa Konstruksi.

  g. U P T D h. Kelompok Jabatan Fungsional.

  Perumusan Visi Dinas Tata Ruang tentunya terkait dengan upaya pencapaian Visi Kabupaten Kuningan yakni “Kuningan Lebih Sejahtera Berbasis Pertanian Dan Pariwisata Yang Maju Dalam Lingkungan Lestari Dan Agamis” dan melihat potensi dan tantangan yang dihadapi. Dengan maksud tersebut Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya merumuskan visi organisasi yaitu: “Terwujudnya Permukiman

  

Prima Berwawasan Lingkungan Dan Berbudaya Menuju Rapih Winangun

Kerta Raharja”

  Adapun misi Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya adalah sebagai berikut: • Meningkatkan pola tata ruang yang berwawasan lingkungan dan Budaya.

  • Meningkatkan Ketersediaan prasarana dan sarana permukiman Sesuai Kebutuhan Dasar • Meningkatkan kualitas dan kuantitas perumahan serta pembinaan jasa kontruksi.
  • Meningkatkan pembinaan bangunan gedung sesuai kaidah Arsitektur.

  Berdasarkan Peraturan Bupati Kuningan Nomor 33 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok, Fungsi, dan Uraian Tugas Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya adalah sebagai berikut :

  a. Kepala Dinas

  Kepala Dinas mempunyai tugas pokok memimpin, mengoordinasikan dan mengendalikan dinas dalam melaksanakan sebagian urusan pemerintahan di bidang tata ruang dan cipta karya. Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Kepala Dinas mempunyai fungsi :

  • Perumusan dan penetapan kebijakan teknis di bidang Tata Ruang dan Cipta Karya.
  • Pengoordinasian dan pengendalian pelaksanaan tugas dinas.
  • Pemberian perijinan dan pelaksanaan pelayanan umum.
  • Pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis .
  • Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati.

  b. Sekretariat

  Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan pengelolaan dan pembinaan administrasi umum, keuangan dan kepegawaian dinas, serta pengoordinasian pelaksanaan tugas unit organisasi di lingkungan dinas. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Sekretariat mempunyai fungsi :

  • Pengelolaan dan pembinaan administrasi umum, keuangan dan kepegawaian.
  • Pemberian dukungan administratif bagi unit organisasi di lingkungan dinas.
  • Pengoordinasian pelaksanaan tugas unit organisasi di lingkungan dinas.
  • Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.

  c. Bidang Program

  Bidang Program mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan program, evaluasi dan pelaporan kegiatan dinas. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Bidang Program mempunyai fungsi :

  • Penyiapan dan penyusunan program kegiatan dinas.
  • Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan dinas.

  d. Bidang Tata Ruang dan Bangunan

  Bidang Tata Ruang dan Bangunan mempunyai tugas pokok melaksanakan koordinasi dan penyusunan tata ruang serta melaksanakan kegiatan tata ruang bangunan, pemeliharaan dan pengendalian bangunan. Untuk meyelenggarakan tugas pokok tersebut Bidang Tata Ruang dan Bangunan, mempunyai fungsi ;

  • Pelaksanaan perencanaan penataan ruang wilayah kota dan daerah yang meliputi perencanaan pengembangan wilayah/daerah.
  • Pelaksanaan penyusunan, pengaturan dan pengendalian pemanfaatan ruang dan lingkungan.
  • Penyusunan petunjuk teknis tata ruang dan bangunan.
  • Pelaksanaan petunjuk teknis pelaksanaan pembangunan, pemeliharaan dan pengendalian bangunan.

  e. Bidang Teknik Penyehatan

  Bidang Teknik Penyehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan pembangunan, pemeliharaan, pengawasan dan pengendalian sarana dan prasarana air bersih dan penyehatan lingkungan. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Bidang Teknik Penyehatan mempunyai fungsi :

  • Pembangunan, pemeliharaan, pengawasan dan pengendalian sarana dan prasarana air bersih.
  • Pembangunan, pemeliharaan, pengawasan dan pengendalian sarana dan prasarana penyehatan lingkungan.

  f. Bidang Perumahan dan Jasa Konstruksi

  Bidang Perumahan dan Jasa Konstruksi mempunyai tugas pokok melaksanakan pengawasan, pengendalian dan pembinaan di bidang perumahan dan jasa konstruksi.

  Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Bidang Perumahan dan Jasa Konstruksi mempunyai fungsi :

  a. Penyusunan pelaksanaan program dan kegiatan perumahan dan permukiman.

  b. Pelaksanaan pembinaan dan perijinan jasa konstruksi

g. UPTD Tata Ruang dan Cipta Karya

  Pada Dinas Tata dan Cipta Karya ada 6 (enam) UPTD yaitu 1 (satu) UPTD Pemadam Kebakaran dan 5 (lima) UPTD Tata Ruang dan Cipta Karya Wilayah.

1) UPTD Pemadam Kebakaran

  UPTD Pemadam Kebakaran mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya di bidang pencegahan dan penanggulangan kebakaran. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut UPTD Pemadam Kebakaran mempunyai fungsi sebagai berikut :

  • Perumusan sebagian kebijakan teknis di bidang pencegahan dan penanggulangan kebakaran.
  • Pelaksanaan dan penyelenggaraan sebagian kebijakan teknis dibidang pencegahan dan penanggulangan kebakaran.
  • Pelaksanaan pemberian pelayanan umum. 2) UPTD Tata Ruang dan Cipta Karya Wilayah UPTD Tata Ruang dan Cipta Karya memiliki tugas melaksanakan tugas dinas di bidang tata ruang dan cipta karya di wilayah kerjanya. Untuk melaksanakan tugas tersebut UPTD mempunyai fungsi :
  • Perumusan sebagian kebijakan teknis di bidang tata ruang dan cipta karya di wilayah kerjanya.
  • Pelaksanaan penyelenggaraan sebagian kebijakan teknis tata ruang dan cipta karya di wilayah kerjanya.
  • Pelaksanaan pemberian pelayanan umum.
Berikut ini adalah Bagan Struktur Organisasi Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kabupaten Kuningan.

  Gambar Bagan Struktur Organisasi Dinas Tata uang dan Cipta Karya Kabupaten Kuningan

B. KONDISI KETATALAKSANAAN BIDANG CIPTA KARYA

  Sebagaimana ditetapkan dalam Program RB, penataan tata laksana merupakan salah satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Tata laksana organisasi yang perlu dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah dengan menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja. Secara internal, Cipta Karya keorganisasian urusan pemerintah bidang Cipta Karya, perlu mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masing-masing bidang/seksi. Selanjutnya juga perlu dikembangkan hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam keorganisasian urusan Cipta Karya, maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/bidang dalam rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara substansial dan menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat

  Prinsip-prinsip hubungan kerja yang diuraikan di atas perlu dituangkan di dalam Peraturan Daerah tentang keorganisasian Pemerintah Kabupaten/kota, khususnya menyangkut tupoksi dari masing-masing instansi pemerintah bidang Cipta Karya. Selain itu, guna memperjelas pelaksanaan tugas pada setiap satuan kerja, perlu dilengkapi dengan tatalaksana dan tata hubungan kerja antar satuan kerja, serta Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk setiap pelaksanaan tugas, yang dapat dijadikan pedoman bagi pegawai dalam melakukan tugasnya.

Tabel 6.3 Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya No Instansi Peran Instansi dalam Pembangunan Bidang CK Unit/Bagian yang Menangani Pembangunan Bidang CK 1.

  Bappeda

  1. Mengkoordinasikan perencanaan tata ruang, infrastruktur, sumber daya alam dan lingkungan hidup yang diajukan oleh Dinas/Unit Kerja terkait dan pihak lain;

  2. Melakukan pengendalian perencanaan tata ruang, infrastruktur, sumber daya alam dan lingkungan hidup;

  3. Menyelenggarakan inventarisasi permasalahan tata ruang, infrastruktur, sumber daya alam dan lingkungan hidup;

  Bidang Fisik dan Lingkungan Hidup 2.

  Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya

  Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang

  Tata Ruang dan Cipta Karya Semua bidang (Sekertariat, Bidang Program, Bidang Tekhnik Penyehatan, Bidang Perumahan ) 3.

  BPLHD

  Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang pengelolaan lingkungan hidup

  Bidang Kebersihan dan Pertamanan

Tabel 6.4 Inventarisasi SOP Bidang Cipta Karya

  Tugas dan Fungsi No Nama SOP Instansi yang Terlibat Instansi dalam SOP

  I Pengembangan Permukiman SOP Penanganan Kawasan Bappeda, Dinas PU, Bappeda: Kumuh Dinas…..(lainnya)  ……………….

   ………………. Dinas PU: 1.

   SOP Seksi Perumahan  SOP Seksi Jasa Kontruksi

   2. …….dst Penataan Bangunan dan

  II Lingkungan 1. ………. 2. …….dst

  III Pengembangan Air Minum

  • 1. ……….

  2. …….dst

  IV Pengembangan PLP 1. ……….

  2. ……….

  V SOP Non-Teknis 1. ………. 2. ……….

C. KONDISI SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) BIDANG CIPTA KARYA

  Dalam kaitannya dengan Reformasi Birokrasi, penataan sistem manajemen SDM aparatur merupakan program ke-5 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi, yang perlu ditingkatkan tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga kualitas. Bagian ini menguraikan kondisi SDM di keorganisasian instansi yang menangani bidang Cipta Karya, yang dapat dilakukan dengan mengisi tabel berikut mengenai komposisi pegawai dalam unit kerja bidang Cipta Karya.

Tabel 6.5 Komposisi Pegawai dalam Unit Kerja Bidang Cipta Karya

  Unit Kerja Golongan Jenis Kelamin Latar Belakang Pendidikan Jabatan Fungsional

  Dengan mengacu pada kondisi eksisting kelembagaan perangkat daerah,

  4. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam organisasi perangkat kerja daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya? Salah satu cara yang dapat dipergunakan untuk melakukan analisis ini adalah dengan melakukan diskusi antar anggota Tim RPI2-JM.

  3. Apa saja faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi struktur organisasi?

  2. Apakah tugas dan fungsi organisasi bidang Cipta Karya sudah sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing instansi?

  1. Apakah struktur organisasi perangkat kerja daerah sudah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku?

  bagian ini menguraikan analisis permasalahan kelembagaan Pemerintah kabupaten/kota yang menangani bidang Cipta Karya. A. ANALISIS KEORGANISASIAN BIDANG CIPTA KARYA Tujuan analisis keorganisasian adalah untuk mengetahui permasalahan keorganisasian bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPI2-JM Bidang Cipta Karya. Analisis deskriptif dapat mengacu pada pertanyaan di bawah ini :

  < SMA: 18 orang SMA: 62 orang Diploma: 1 orang S1: 31 orang S2: 5 orang S3: 1 orang

  Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya

  Pria: 91 orang Wanita: 27 orang

  Gol I : 15 orang Gol II : 60 orang Gol III : 40 orang Gol IV : 3 orang

  Bappeda Dinas BPLHD

  < SMA: 6 orang SMA: 80 orang Diploma: 2 orang S1: 61 orang S2: 17 orang

  Pria: 144 orang Wanita: 21 orang

  Gol I : …….orang Gol II : 65 orang Gol III : 93 orang Gol IV : 7 orang

6.1.2 ANALISIS KELEMBAGAAN

B. ANALISIS KETATALAKSANAAN BIDANG CIPTA KARYA

  Tujuan analisis permasalahan ketatalaksanaan kelembagaan bidang cipta karya adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPI2-JM Bidang Cipta Karya. Dalam proses analisis ini beberapa pertanyaan kunci yang perlu mendapat jawaban adalah sebagai berikut :

  1. Apakah Perda penetapan Organisasi Pemerintah Daerah telah menguraikan tupoksi masing-masing dinas/unit kerja yang ada?

  2. Bagaimana mekanisme hubungan kerja didalam dan antar instansi terkait bidang cipta karya yang terjadi selama ini?

  3. Apakah keorganisasian bidang cipta karya yang ada sudah mengikuti ketentuan dalam PP 41 tahun 2007? Juga perlu dicermati apakah semua sektor bidang cipta karya yaitu bidang air minum, pengembangan permukiman, penyehatan lingkungan permukiman, dan penataan bangunan dan lingkungan sudah tercantum dalam keorganisasian yang dibentuk?

  4. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam ketatalaksanaan perangkat kerja daerah yang terkait dengan bidang Cipta Karya?

  5. Apa saja faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi ketatalaksanaan perangkat kerja daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?

C. ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) BIDANG CIPTA KARYA

  Tujuan analisis Sumber Daya Manusia adalah untuk mengetahui permasalahan SDM bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPI2-JM Bidang Cipta Karya. Dalam proses analisis SDM, beberapa pertanyaan kunci yang dapat dijawab adalah sebagai berikut :

  1. Apakah SDM yang tersedia sudah memenuhi kebutuhan baik dari segi jumlah maupun kualitas dalam perangkat daerah, khususnya di bidang Cipta Karya? 2. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam manajemen SDM perangkat kerja daerah yang terkait dengan bidang cipta karya?

  3. Apa saja faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas SDM organisasi, khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?

Tabel 6.6 Matriks Kebutuhan Sumber Daya Manusia

  Jumlah Pegawai Jumlah Pegawai No Instansi Tingkat Pendidikan Yang Ada yang Diperlukan

  SMA/Sederajat 10 orang Diploma

  D3 Teknik - ………………..orang D3 Ekonomi - 1 orang

  ………………..orang - D3…..dst

  1. Bappeda S1/Sederajat

  S1 Teknik ………………..orang - S1 Ekonomi - ………………..orang S1……dst 26 orang

  • S2 15 orang S3 ………………..orang SD

  4 Orang SMP

  2 Orang SMA / SEDERAJAT

  80 Orang Diploma ‘- D3 Teknik

  2 Orang

  2. Dinas PU ‘- D3 Ekonomi

  S1 / SEDERAJAT ‘- S1 Teknik

  26 Orang ‘- S1 Ekonomi

  33 Orang ‘- S1 Hukum

  2 Orang S2

  17 Orang SD

  14 Orang SMP

  4 Orang SMA / SEDERAJAT

  61 Orang Diploma

  Dinas 3. BPLHD

  ‘- D3 Teknik ‘- D3 Ekonomi

  1 Orang S1 / SEDERAJAT

  ‘- S1 Ekonomi

  11 Orang ‘- S1 Hukum Orang S2

  5 Orang S3

  1 Orang

D. ANALISIS SWOT KELEMBAGAAN

  Analisis SWOT Kelembagaan merupakan suatu metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) di bidang kelembagaan. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam matriks SWOT. Berdasarkan penjabaran dari kondisi eksisting kelembagaan, serta pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab dalam analisis kelembagaan, maka diperlukan melakukan analisis SWOT kelembagaan bidang CK di yang meliputi aspek organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia.

  Strategi yang digunakan adalah bagaimana kekuatan mampu mengambil keuntungan dari peluang yang ada (strategi S-O); bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mencegah keuntungan dari peluang yang ada (strategi W-O); bagaimana kekuatan mampu menghadapi ancaman yang ada (strategi S-T); dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mampu membuat ancaman menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru (strategi W-T).

  Berdasarkan informasi yang disusun dari pertanyaan serta analisis tentang keorganisasian, tata laksana dan SDM bidang Cipta Karya pada sub-bab sebelumnya, selanjutnya dapat dirumuskan Matriks Analisis SWOT Kelembagaan. Perumusan strategi bidang kelembagaan berdasarkan Analisis SWOT diharapkan dapat menjadi acuan dalam rencana pengembangan kelembagaan.

Tabel 6.7 Matriks Analisis SWOT Kelembagaan

  

FAKTOR PELUANG (O) ANCAMAN (T)

EKSTERNAL a. ……….… a. …………….. FAKTOR

  b. …….…… b. ……………..

  INTERNAL c. ………….

  c. …………….. KEKUATAN (S) a. ……………….

  b. ……………….

  c. ………………. KELEMAHAN (W) a. ……………….

  b. ……………….

  c. ……………….

6.1.3 RENCANA PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN

  Bagian ini menguraikan rencana dan usulan kelembagaan Pemerintah

  Berdasarkan strategi yang dirumuskan dalam analisis SWOT sebelumnya, maka dapat dirumuskan tiga kelompok strategi meliputi strategi pengembangan organisasi, strategi pengembangan tata laksana, dan strategi pengembangan sumber daya manusia. Berdasarkan strategi-strategi tersebut, dapat dikembangkan rencana pengembangan kelembagaan di daerah.

  A. RENCANA PENGEMBANGAN KEORGANISASIAN

  Untuk merumuskan rencana pengembangan keorganisasian, dengan mengacu pada analisis SWOT, dilandaskan pada efektifitas dan efisiensi yang akan tercipta dari penataan struktur organisasi dan tupoksinya.

  Rencana pengembangan keorganisasian dilakukan dengan mengacu pada analisis dan evaluasi tugas dan fungsi satuan organisasi termasuk perumusan dan pengembangan jabatan struktural dan fungsional di lingkungan Pemda, serta menyusun analisis jabatan dan beban kerja dalam rangka mendayagunakan dan meningkatkan kapasitas kelembagaan satuan organisasi di masing-masing unit kerja di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya bidang Cipta Karya.

  B. RENCANA PENGEMBANGAN TATA LAKSANA

  Untuk merumuskan rencana pengembangan tata laksana, dengan mengacu pada analisis SWOT sebelumnya, antara lain diperlukan evaluasi tata laksana, pengembangan standar dan operasi prosedur, serta pembagian kerja dan program yang jelas antar unit dalam instansi ataupun lintas instansi di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya di bidang Cipta Karya.

  C. RENCANA PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

  Untuk merumuskan rencana pengembangan Sumber Daya Manusia, dengan mengacu pada analisis SWOT, antara lain diperlukan perencanaan karier setiap pegawai sesuai dengan kompetensi individu dan kebutuhan organisasi. Guna meningkatkan pelayanan kepegawaian, maka perencanaan pegawai hendaknya mengacu pada analisis jabatan yang terintegrasi sesuai dengan kebutuhan organisasi.

  Selain itu, rencana pengembangan SDM dapat dilakukan dengan peningkatan jenjang pendidikan serta mendukung pembinaan kapasitas pegawai melalui pelatihan. Sesuai dengan lingkup kegiatan bidang Cipta Karya, dalam rangka peningkatan kualitas SDM terdapat beberapa pelatihan yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU yang dapat menjadi referensi dipaparkan pada tabel 10.8

Tabel 6.8 Pelatihan Bidang Cipta Karya

  Tabel 6.9

Rangkuman Rencana Aksi Pengembangan Kapasitas Kelembagaan

  Aspek Kelembagaan Strategi Rencana Aksi (1) (2) (3) 1.

  Meningkatkan kinerja manajemen bidang ciptakarya dalam perencanaan, pelaksanaan dan

  a. Sosialisasi dan penyebar luasan semua dokumen perencanaan yang ada (RPJMD, SSK, monev; RISPAM, SPPIP, 2. Meningkatkan jumlah RTBL, SPM dll) pegawai bidang cipta kepada semua karya untuk pegawai yang terlibat mengikuti pelatihan dalam perencanaan, dan bimtek pelaksanaan dan keciptakaryaan; monev.

  3.

  b. Menyusun program Mengalokasikan pelatihan dan dana APBD yang ada

  Organisasi pengembangan didukung dengan karier pegawai serta sumber pendanaan menyiapkan lainnya seperti dari anggaran yang

  APBD Provinsi, memadai APBN Pusat, swasta

  c. Sosialisasi kepada melalui dana CSR masyarakat terkait serta lembaga donor dengan PERDA untuk meningkatkan tentang Larangan pelayanan sanitasi

  4. membuang sampah

  Bekerjasama dengan tidak pada tempatnya instansi terkait

  d. Membentuk tim lainnya untuk Penyidik PNS melakukan tindakan (PPNS) untuk hukum bagi menindak masyarakat atau masyarakat/badan badan usaha yang melakukan hukum yang pelanggaran Perda melanggar PERDA yang terkait dengan isu-isu lingkungan

  5. Bekerjasama dengan instansi terkait lainnya melakukan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat terkait isu2 lingkungan termasuk Perda.

  6. Dinas/badan Lebih selektif dalam pengadaan tenaga kontrak sesuai dengan criteria yang dibutuhkan.

  a. Meningkatkan

  a. Sosialisasi kepada koordinasi dengan semua instasi terkait menambah intensitas di bidang pertemuan untuk keciptakaryaan untuk membahas melakukan permasalahan koordinasi secara sanitasi intens;

  b. Pengadaan pegawai Tata Laksana baru yang memiliki keahlian dan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan

  a. Pengadaan pegawai baru yang memiliki baru sesuai dengan keahlian dan kualifikasi yang pendidikan yang dibutuhkan sesuai dengan

  1. Pengadaan pegawai

  b. Mengusulkan kebutuhan Pelatihan kepada

  2. Meningkatkan semua staf teknis kemampuan staf c. Mengusulkan teknis dalam penambahan melaksanakan tugas anggaran pokok dan fungsi kesejahteraan

  Sumber Daya Manusia dengan member pegawai dalam APBD kesempatan untuk mengikuti pelatihan di bidang Cipta karya

  3. Meningkatkan kesejahteraan pegawai 4. Menerapkan reward dan funishment kepada semua pegawai

6.2 KERANGKA REGULASI

  Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan bidang Cipta Karya pada pemerintahan kabupaten/kota.

  1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

  Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas- luasnya, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melalui Pemerintah Daerah. Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam.

  2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

  PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota. PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 7 Bab

  III, yang berbunyi: “(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6

  ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. (2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya adalah bidang pekerjaan umum”. Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum

  merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya sebagai salah satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

  

3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi

Daerah

  Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3 sub-bagian dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.

Gambar 6.1 Keorganisasian Pemerintah Kabupaten/Kota

4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014

  Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran, serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya. Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di berbagai instansi. Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat dan daerah diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.

  

5. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design

Reformasi Birokrasi 2010-2025 Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini,

  Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah.

  Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah dimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk mendukung tercapainya good

  governance , maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program

  reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu :

  a. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi; b. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda; c. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;

  d. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e- government;

  e. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan sistem rekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan, asesmen individiu berdasarkan kompetensi;

  f. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP);

  g. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU);

  h. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota. i. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.

  Pola pikir Reformasi Birokrasi di Kementerian Pekerjaan Umum dapat dilihat pada gambar 6.2 berikut ini.

Gambar 6.2 Pola Pikir Penyusunan Reformasi Birokrasi PU 2010-2014 Cipta Karya

6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional

  Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam dari kegiatan fungsional semua instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah. Presiden menginstruksikan untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing.

  Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya telah mulai menerapkan PUG dalam tiap program/kegiatan Cipta Karya. Untuk itu perlu diperhatikan dalam pengembangan kelembagaan bidang Cipta Karya untuk memasukkan prinsip-prinsip PUG, demikian pula di dalam pengelolaan RPI2-JM Bidang Cipta Karya.

  

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang

Standar Pelayanan Minimum

  Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada

  Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke-PU-an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam dokumen RPI2-JM. Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam koordinasi penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU, sedangkan Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU. Koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di Bidang PU dan Penataan Ruang baik provinsi maupun kabupaten/kota.

  8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah

  Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat daerah. Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat daerah adalah Peraturan Daerah (Perda). Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.

  9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan

  Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasar untuk memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standar pelayanan minimal kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan tempat permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang Cipta Karya, seperti perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.

10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil

  Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah dalam menghitung kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan formasi PNS. Dalam perhitungan kebutuhan pegawai, aspek pokok yang harus diperhatikan adalah: beban kerja, standar kemampuan rata-rata, dan waktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan pembinaan dan pengendalian pelayanan perkotaan, sedangkan Bupati/Walikota melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan pelayanan perkotaan.

  Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka dimungkinkan untuk mengeluarkan peraturan daerah untuk pemantapan dan pengembangan perangkat daerah, khususnya untuk urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum dan lebih khusus lagi tentang urusan pemerintahan pada sub bidang Cipta Karya. Dengan adanya suatu kelembagaan yang definitif untuk menangani urusan pemerintah pada bidang Cipta Karya maka diharapkan dapat meningkatkan kinerja pelayanan kelembagaan.

  

BAGIAN INI BERISIKAN GAMBARAN UMUM KERANGKA REGULASI YANG

SUDAH ADA DAN REGULASI YANG DIPERLUKAN DAERAH DALAM

PELAKSANAAN TUGAS, FUNGSI, SERTA KEWENANGANNYA PADA

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA.

Tabel 6...

Matriks Kebutuhan Regulasi

Urgensi Arah Regulasi Substansi Pembentukan Unit Dan/Atau Unit Target NO Arahan Berdasarkan Kebutuhan Terkait/Institusi Penyelesaian Penanggungjawab Regulasi Evaluasi Regulasi Regulasi

  Eksisting, Kajian Dan Penelitian (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

  Keterangan pengisian : (1) Nomor (2) Nama Perda/Perbub/Perwali yang sudah ada atau yang dibutuhkan oleh Kabupaten/Kota (3) Alasan pembentukan regulasi (4) Isi dan arahan regulasi eksisting atau yang dibutuhkan (5) SKPD yang bertanggung jawab (6) Institusi/SKPD lain yang terkait (7) Waktu target penyelesaian regulasi