Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya Kabupaten Sumenep
Rencana Pembangunan
Infrastruktur Cipta Karya
Kabupaten Sumenep
Rencana Program Investasi Jangka Menengah
Bidang Cipta Karya Kabupaten Sumenep
Tahun 2017-2021
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 0
7.1. Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman
Bagian ini memaparkan kondisi eksisting, sasaran program, serta usulan kebutuhan
program dan pembiayaan dalam pengembangan kawasan permukiman, khususnya
dalam rangka pencapaian gerakan nasional 100-0-100.
7.1.1 Kondisi Eksisting
Kabupaten Sumenep sudah memiliki SK Kawasan Kumuh dengan nomer :
188/437/KEP/435.013/2015. Adapun lokasi kawasan kumuh dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 7. 1 Lokasi Kawasan Kumuh Kaupaten Sumenep berdasarkan SK Kumuh
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Nama Kawasan
Parsanga
Bangselok
Bangkal
Karanganyar
Kebunan
Kertasada
Marengan Laok
Pabian
Pandian
Pinggirpapas
Ambuten Barat
Ambuten Timur
Bukabu
Campor Barat
Legung Barat
Aeng Daka
Dungkek
Aeng Panas
Karduluk
Larang Pereng
Pakamban daya
Pakamban Laok
Pragaan daya
Pragaan Laok
Preduan
Sendang
Kelurahan
Parsanga
Bangselok
panggung Lor
Karanganyar
Kebunan
Kertasada
Marengan Laok
Pabian
Pandian
Pinggirpapas
Ambuten Barat
Ambuten Timur
Bukabu
Campor Barat
Legung Barat
Aeng Daka
Dungkek
Aeng Panas
Karduluk
Larang Pereng
Pakamban daya
Pakamban Laok
Pragaan daya
Pragaan Laok
Preduan
Sendang
Kecamatan
Sumenep
Sumenep
Sumenep
Kalianget
Sumenep
Kalianget
Sumenep
Sumenep
Sumenep
Kalianget
Ambuten
Ambuten
Ambuten
Ambuten
Batang Batang
Bluto
Dungkek
Pragaan
Pragaan
Pragaan
Pragaan
Pragaan
Pragaan
Pragaan
Pragaan
Pragaan
TOTAL
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
Luas
8,16
0,94
1,39
2,84
2,46
5,83
4,72
4,18
2,03
2,84
1,38
19,44
1,35
3,32
4,25
9,35
1,12
3,46
7,75
3,33
1,96
7,32
2,79
4,16
11,08
1,09
118,54
|7- 1
Data kondisi eksisting kawasan kumuh, sebagai baseline perencanaan pembangunan
menuju 100-0-100, dilengkapi dengan SK bupati/walikota. SK Bupati Kabupaten
Sumenep bisa dilihat pada gambar dibawah ini.
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 2
Kondisi eksisting permukiman perdesaan, permukiman nelayan, rawan bencana,
perbatasan, dan pulau kecil bisa dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 7. 2 Kondisi eksisting permukiman perdesaan, permukiman nelayan, rawan
bencana Kaupaten Sumenep
No
Kondisi Eksisting
1
Permukiman
2
Permukiman
Nelayan
Lokasi
Kawasan permukiman terbagi menjadi kawasan permukiman
perkotaan dan perdesaan.
Potensi Kawasan Permukiman yang ada di wilayah perencanaan
yaitu :
· Pola mengumpul (aglomerasi) terdapat di Kecamatan
Sumenep; serta
· Pola di sepanjang jalan (linier) terdapat disemua kecamatan
Masalah Kawasan Permukiman yang ada di wilayah perencanaan
yaitu :
1. Perkembangan kawasan perkotaan tidak merata cenderung
memusat di Kecamatan Kota Sumenep.
2. Dibeberapa daerah masih perkembangan perkotaannya
lambat.
3. Terdapatnya permukiman di sempadan sungai sehingga rawan
banjir.
4.Terdapatnya permukiman disempadan pantai yang rawan
gelombang pasang.
Prospek pengembangan Kawasan permukiman yang ada di
wilayah perencanaan yaitu :
1. Pengembangan akses antar permukiman perkotaan,
pemukiman perkotaan perdesaan dan permukiman
perdesaan.
2. Penambahan akses dari Kecamatan yang perkembangannya
lambat.
3. Pengembangan akses untuk kawasan tertinggal atau pelosok.
4. Peringatan kepada masyarakat yang bermukim di sempadan
sungai.
Kabupaten Sumenep juga memberikan hasil perikanan,
terutama perikanan laut yang banyak dihasilkan oleh wilayah
kepulauan atau pesisirnya. Hasil perikanan dapat dibedakan
antara hasil perikanan laut, air payau, air tawar dan perairan
umum. Disamping itu hasil perikanan juga ditunjukkan oleh
adanya pengolahan hasil perikanan dalam bentuk ikan kering,
ikan asap dan terasi.
Potensi Kawasan Perikanan di wilayah perencanaan adalah :
1. Secara geografis Kabupaten Sumenep memiliki banyak
kepulauan dan sebagian besar wilayahnya berupa lautan,
sehingga potensi perikanan sangat besar.
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 3
No
Kondisi Eksisting
3 Rawan Bencana
Lokasi
2. Banyak penduduk di kepaulauan yang berprofesi sebagai
nelayan.
3. Jumlah ikan di perairan Kabupaten Sumenep masih cukup
besar.
Prospek pengembangan Kawasan Perikanan di wilayah
perencanaan adalah :
1. Pengembangan fasilitas penunjang untuk penangkapan ikan.
2. Pengembangan kualitas SDM dan alih teknologi yang sesuai
dengan kondisi yang ada.
3. Pegembangan budidaya perikanan darat sebagai alternatif.
4. Pengamanan wilayah tangkap di perairan Sumenep dari
penjarahan nelayan luar.
(1)
Kawasan Rawan Bencana Gempa, Meliputi
Potensi Kawasan Rawan Bencana Gempa di wilayah
perencanaan adalah :
1. Pulau Madura diapit oleh dua patahan aktif yang memanjang
dari timur ke barat.
2. Berdasarkan analisis intensitas secara kualitas, peta rawan
gempa di Madura sebagaimana terlihat pada gambar berikut ini.
Dengan memadukan peta rawan bencana dan indikator
kualitatif gempa bumi, Pulau Madura berada pada zona IV-V
2. Kawasan Rawan Bencana Banjir
4
perbatasan
Potensi Kawasan Rawan Bencana Banjir di wilayah perencanaan
adalah :
1. Kawasan rawan bencana banjir di Kabupaten Sumenep,
disebabkan luapan air sungai dan pasang surut air laut ketika
hujan.
Masalah Kawasan Rawan Bencana Banjir di wilayah perencanaan
adalah :
1. Pembuangan sampah pada sungai.
2. Banyaknya permukiman di sempadan sungai.
Menyempitnya DAS akibat kegiatan di sempadan sungai
Rawan Bencana lainnya
Kawasan rawan bencana lainnya terdapat pada wilayah pesisir
yaitu air laut pasang.
Potensi Rawan Bencana lainnya di wilayah perencanaan adalah :
1. Kawasan rawan bencana air laut pasang terjadi pada wilayah
pesisir.
2. Wilayah pesisir Kabupaten Sumenep yang panjang.
-
Sumber; RTRW Kabupaten Sumenep tahun 2013
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 4
7.2. Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
Bagian ini memaparkan kondisi eksisting, sasaran program, serta usulan kebutuhan
program dan pembiayaan dalam penataan bangunan dan lingkungan, khususnya
dalam rangka pencapaian gerakan nasional 100-0-100.
7.2.1 Kondisi Eksisting
A.
Data Kondisi Perda Bangunan Gedung dan NSPK .
Berikut ini kami tampilkan kondisi dokumen perencanaan yang ada di kabupaten
Sumenep terkait dengan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan.
Tabel 7. 3 Data Kondisi Dokumen Perencanaan Terkait Penataan Bangunan dan
lingkungan Kabupaten Sumenep
No
1
Dokumen Perencanaan
PERDA BG
2
RTBL
3
RISPK
4
KOTA HIJAU
NOMER PERDA
Tentang
Perda Kabupaten Sumenep
Nomor 4 Tahun 2014
tentang Bangunan Gedung
Perda Kabupaten Sumenep
Nomor 4 Tahun 2014 tentang
Bangunan Gedung
Di Kabupaten Sumenep penataan bangunan dan lingkungan belum dilakukan,
sehingga struktur bangunan tidak berorientasi pada keberlanjutan sistem ekologi. Hal
ini dikhawatirkan menyimpan masalah besar yang akan muncul lima sampai sepuluh
tahun kedepan mengingat laju pertumbuhan dan urbanisasi semakin meningkat di
Kabupaten Sumenep. Sehingga Kabupaten Sumenep tidak mempunyai profil
bangunan gedung baik yang dikuasai pemerintah secara langsung maupun oleh
masyarakat secara perseorangan dan kelembagaan. Meskipun demikian, Kabupaten
Sumenep mulai menyusun rencana mengenai penataan bangunan dan lingkungan di
beberapa wilayah yang strategis dan cepat tumbuh agar perencanaan tersebut dapat
direalisasikan segera dalam upaya perwujudan wilayah kabupaten yang nyaman dan
estetik.
Poros utama jalur pergerakan Sumenep dari arah Pamekasan terjadi pada Koridor
Jalan Trunojoyo – Jalan Halim Perdana Kusuma (Haperkus. Selama ini pergerakan dari
luar Kabupaten hanya melalui koridor Trunojoyo – Haperkus. Sehingga peran koridor
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 5
Trunojoyo – Haperkus sangat penting, baik sebagai jalur pergerakan utama manusia
maupun sebagai jalur perekonomian wilayah kecamatan Kota dan kabupaten
Sumenep secara umum.
Koridor Trunojoyo – Haperkus bagi wilayah Kabupaten Sumenep secara umum
merupakan pusat bisnis, karena kegiatan perekonomian dan perbankan berada di
koridor ini.
Jasa Perhotelan sebagian besar berada pada koridor Trunojoyo –
Haperkus. Kegiatan pasar dan perdagangan di Jalan Halim perdana Kusuma
merupakan salah satu penggerak ekonomi Kabupaten Sumenep yang ada di koridor
Trunojoyo – Haperkus. Perdagangan skala besar seperti Show Room sepeda motor
dan mobil juga berada di koridor ini. Konsentrasi kegiatan ekonomi yang ada di koridor
Trunojoyo – Haperkus tersebut, menyebabkan koridor Trunojoyo – Haperkus berperan
sebagai pusat kegiatan bisnis di Kabupaten Sumenep.
Peran koridor sebagai pusat perkonomian, maka interaksi koridor Trunojoyo –
Haperkus dengan wilayah sekitar Kecamatan Kota sangat kuat. Interaksi kegiatan
yang ada di koridor Trunojoyo – Haperkus menjangkau hingga wilayah kepulauan.
Perbankan yang ada di koridor Trunojoyo – Haperkus juga menjadi pusat keuangan
yang menjangkau nasabah hingga ke seluruh kabupaten Sumenep.
Peran koridor dengan interaksinya tersebut mendorong koridor relatif lebih
berkembang dibandingkan dengan bagian wilayah perkotaan lainnya. Kegiatan
perdagangan dan permukiman di Kecamatan Kota cenderung berorientasi ke koridor
Trunojoyo – Haperkus. Koridor Trunojoyo – Haperkus juga menjadi orientasi tujuan
bagi warga dari wilayah sekitar dalam memenuhi pelayanan kegiatan ekonomi.
Memperhatikan
peran
dan
kedudukan
koridor
tehadap
eksternal,
maka
perkembangan di bagian wilayah Kabupaten Sumenep secara umum akan sangat
berpengaruh terhadap itensitas pergerakan yang melalui koridor Trunojoyo –
Haperkus. Tanpa pengembangan jaringan jalan yang mendukung fungsi jalur
pergerakan utama di wilayah perkotaan Sumenep, koridor Trunojoyo berpotensi
mengalami kemacetan dan kesemrawutan seiring dengan perkembangan wilayah
Kabupaten Sumenep. Intensitas kegiatan yang tinggi dan kecenderungan pemusatan
kegiatan di koridor, secara umum juga akan berdampak pada pola perkembangan
wilayah Kabupaten Sumenep yang tidak seimbang dan merata, karena ada potensi
koridor menarik perkembangan secara memusat dan linier.
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 6
Dengan demikian maka koridor dalam konteks keterkaitan eksternal mempunyai
kedudukan yang penting sebagai koridor yang mempengaruhi dan yang terpengaruhi
bagi perkembangan wilayah Kabupaten Sumenep secara umum. Berdasar keterkaitan
eksternal tersebut, beberapa kegiatan yang
berpotensi menjadi stimulan
perkembangan wilayah, seperti perdagangan grosir dan pasar perlu dipindahkan dari
koridor untuk memeratakan perkembangan wilayah agar tidak cenderung memusat di
koridor serta untuk mengurangi beban koridor seiring dengan potensi perkembangan
Kabupaten Sumenep secara umum. Pemindahan beberapa kegiatan tersebut perlu
juga seiring dengan pengembangan jalur yang berfungsi mengalihkan pergerakan dari
luar Kabupaten atau bagian wilayah lain KabupatenSumenep (pergerakan region
B.
Potensi dan tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Di Kabupaten Sumenep banyak terjadi permasalahan mengenai penataan bangunan
dan lingkungan, khususnya di wilayah-wilayah cepat tumbuh. Secara umum berikut
permasalahan yang terjadi di Kabupaten Sumenep, antara lain:
1) Belum mempunyai mekanisme tentang bangunan gedung yang menjamin
keselamatan, keamanan dan kenyamanan bangunan gedung termasuk pada
daerah-daerah rawan bencana.
2) Belum semua wilayah strategis dan cepat tumbuh mempunyai RTBL yang dapat
mengarahkan semua pihak dalam membangun gedung.
3) Menjamurnya gedung-gedung di areal produktif sehingga banyak petani kehilangan
lahan yang berdampak pada kemiskinan asset.
4) Banyaknya bangunan gedung pemerintahan yang belum memenuhi persyaratan
keselamatan, keamanan dan kenyamanan.
5) Penyelengaraan bangunan gedung dan rumah Negara kurang tertib dan efesien.
6) Masih banyaknya aset Negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.
7) Terjadinya degradasi kawasan strategis, padahal punya potensi ekonomi untuk
mendorong pertumbuhan Kabupaten Sumenep.
8) Lembaga legislatif maupun eksekutif belum banyak memahami tentang penataan
bangunan dan lingkungan.
9) Secara kelembagaan Pemerintah Kabupaten Sumenep belum memadai dalam
pengelolaan penataan bangunan dan lingkungan.
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 7
7.2.2 Sasaran Program,
Berdasarkan kondisi serta permasalahan mengenai penataan bangunan dan
lingkungan yang ada, terdapat beberapa program yang akan diusulkan di beberapa
kawasan, yaitu:
1. Kawasan prioritas yang akan diusulkan dalam sektor penataan bangunan dan
lingkungan adalah kawasan perkotaan, dimana pada beberapa kawasan di
Kecamatan Sumenep memiliki potensi yang cukup besar untuk dijadikan sebagai
kawasan wisata, antara lain Kawasan Alun-alun Sumenep, Kawasan Keraton
Sumenep, serta Kawasan Makam Pahlawan, dan Makam Asta Tinggi.
2. Penataan Kawasan Koridor Jalan Trunojoyo – Jalan Halim Perdana Kusuma
(Haperkus) yaitu menyusun rencana tata bangunan dan lingkungan sebagai
pedoman rancang bangun lingkungan yang dapat digunakan sebagai sarana
mengendalikan pembangunan dan pembangunan fisik kawasan/lingkungan di
wilayah kawasan khusus koridor Jalan Trunojoyo – jalan Halim Perdana Kusuma.
Sasaran program mengaitkan kondisi eksisting dengan target yang harus dicapai.
Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembangunan
bidang Cipta Karya khususnya sektor penataan bangunan dan lingkungan baik di
tingkat Pusat maupun di tingkat kabupaten/kota.
Tabel 7. 4 Matrik Sasaran Program Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan
NO
URAIAN SASARAN
PROGRAM
SASARAN
PENANGANAN
I
Penyelenggaraan
Bangunan Gedung
…. m2
II
Penataan Bangunan dan
Lingkungan Strategis
…. m2
III
Revitalisasi Kawasan
Tematik Perkotaan
…. Kawasan
IV
Pengembangan RTH
…. m2
V
Fasilitasi Ruang terbuka
Publik/ Edukasi dan
Partisipasi Masy.
…. Kecamatan
VI
Turbinwas BG
…. %
Bangunan ber
IMB
TAHUN
I
SASARAN PROGRAM
TAHUN
TAHUN
TAHUN
II
III
IV
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
TAHUN
V
|7- 8
KET
7.3. Sektor Pengembangan SPAM
Bagian ini memaparkan kondisi eksisting, sasaran program, serta usulan kebutuhan
program dan pembiayaan dalam pengembangan SPAM, khususnya dalam rangka
pencapaian gerakan nasional 100-0-100.
7.3.1 Kondisi Eksisting
A.
Data pelayanan air minum, baik perpipaan maupun non perpipaan
Karakteristik dari sumber air yang di gunakan penduduk di Kabupaten Sumenep untuk
keperluan rumah tangga yang dalam hal ini bersumber dari PDAM/ leideng, sumur, dan
mata air. Dari 18 kecamatan yang ada di Kabupaten sumenep wilayah daratan untuk
pemenuhan kebutuhan akan air bersih tidak semua kecamatan menggunakan layanan
PDAM atau dari lembaga swadaya masyarakat seperti HIPPAM, HIPPA, maupu P2AT.
Dari 18 kecamatan yang terlayan dengan PDAM terdiri dari Kecamatan Kota Sumenep,
Kecamatan Manding (sebagian kecil saja), Kecamatan Kalianget, Kecamatan Pragaan
dan Kecamatan Dasuk (sebagian kecil saja), Kecamatan Ambunten dan Kecamatan
Batang-batang. Kecamatan lain di Kabupaten sumenep wilayah daratan untuk
pemenuhan kebutuhan akan air bersih masih bersumber dari mata air. Namun fungsi
mata air tersebut lebih ditekankan untuk kegiatan irigasi, khususnya pada musim
tembakau. Sedangkan untuk pemenuhan kebutuhan akan MCK dan air minum,
penduduk membuat sumur, baik sumur gali yang ditarik dengan tali maupun sumur bor
yang menggunakan mesin.
Aspek teknis Kabupaten Sumenep (daratan)
Air Minum Perpipaan
Penduduk Kabupaten Sumenep memenuhi kebutuhan air minum dari 3 jenis sumber,
yaitu:
1. Sistem perpipaan, dikelola oleh PDAM.
2. Air permukaan dari sungai-sungai yang ada.
3. Air tanah, terutama melalui sumur dangkal.
Jenis air minum penduduk yaitu menggunakan air permukaan sekitar 23,4% sumur gali
14,6%, sumur dangkal 2%, sumur bor dalam 2%, hidran umum PDAM 13% dan sambungan
langsung PDAM 45%.
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 9
Tabel 7. 5 Jenis Sumber Air Minum Penduduk
Jenis Sumber Air
Jumlah Pemakai
(%Penduduk Total)
Melalui perpipaan-PDAM
Sambungan rumah
Dari tetangga
Hidran umum
Sistem non perpipaan
Sumur
Air Permukaan&air hujan
Membeli air (vendors)
38%
13%
4%
16%
17%
2%
Penyediaan air minum melalui sistem perpipaan dikelola oleh PDAM Kabupaten
Sumenep, tidak ada sistem yang dikelola oleh swasta atau kelompok masyarakat,
kecuali untuk beberapa industri dan hotel memiliki sistem penyediaan air minum
perpipaan dengan skala kecil.
Air minum non perpipaan
Sumber utama air minum non perpipaan untuk keperluan domestic adalah air
permukaan dan air tanah. Terdapat sekitar 10-15% penduduk yang tergantung pada air
peermukaan dan air tanah untuk keperluan makan dan minum.
Perlu dicatat bahwa setiap 3-5 tahun pada musim kemarau kadar garam air permukaan
dan air tanah dapat melebihi 600 mg/1 sehingga tidak dapat digunakan sebagai sumber
air minum. Selama masa tersebut PDAM tidak bisa beroperasi karena tidak ada
alternatif sumber air baku yang lain.
Aspek teknis Kabupaten Sumenep (kepulauan)
Sistem penyediaan air minum di Kepulauan Kabupaten Sumenep saat ini dilayani oleh
PDAM Kabupaten Sumenep dan Non PDAM baik oleh masyarakat sendiri sebagai
individu dan kelompok masyarakat seperti HIPPAM dan KSM bentukan Program
WSLIC.
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 10
PELAYANAN AIR MINUM PERPIPAAN PDAM
Wilayah kecamatan yang sistem penyediaan air minumnya dilayani oleh PDAM
Kabupaten Sumenep adalah Pulau Kangean (Kecamatan Arjasa dan Kecamatan
Kangayan) dan Pulau Sapudi (Kecamatan Gayam dan Kecamatan Nonggunong). Jenis
pelanggan terdiri atas pelanggan :
Pelanggan golongan I (sosial), terdiri dari :
Sosial umum
Sosial khusus
Pelanggan golongan II (non niaga), terdiri dari :
Rumah tangga A
Rumah tangga B
Pemda Tk.II Sumenep
Instansi pemerintah
HANKAM, yang terdiri dari TNI AD dan POLRI
Pelanggan golongaan III (niaga), terdiri dari :
Niaga kecil
Niaga besar
a.
Unit Air Baku
Sumber air baku yang digunakan oleh PDAM Kabupaten Sumenep untuk
melayani kebutuhan air pada unit-unit kepulauan adalah sebagai berikut;
1. Unit Arjasa (P. Kangean) mempunyai kapasitas sebesar 130 liter/detik yang
berasal dari 3 sumber air, yaitu :
a.
Mata air Jelgung dengan kapasitas sebesar 17,5 liter/detik;
b.
Sumur bor Angon-angon dengan kapasitas sebesar 25 liter/detik;
c.
Sumur bor Nyangkreng dengan kapasitas sebesar 25 liter/detik.
2. Unit Gayam (P. Sapudi) mempunyai kapasitas sebesar 2,5 liter/detik yang
berasal dari :
a.
Sumur bor Tonggung dengan kapasitas sebesar 2 liter/detik dan;
b.
Sumur bor Ro’koro’ dengan kapasitas sebesar 0,5 liter/detik.
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 11
Berdasarkan uji yang pernah dilakukan oleh PDAM Kabupaten Sumenep, air dari
sumber-sumber tersebut memiliki kualitas yang baik, sehingga tidak dilakukan
pengolahan terhadap air baku. Kapasitas unit air baku untuk unit Arjasa dan Unit
Gayam dapat dilihat pada Tabel 2-29 berikut ini.
Tabel 7. 6Jenis Kapasitas Terpasang, Jam Operasi dan Sistem Pengaliran pada Unit
Kangean dan Sapudi
b.
Unit Produksi Dan Distribusi
1. Unit Arjasa (P. Kangean)
Unit produksi yang ada pada sistem penyediaan air minum PDAM Kabupaten
Sumenep unit Kangean secara ringkas sebagai berikut:
a.
Dari MA Jelgung ditangkap kemudian dipompakan menuju reservoir
berjarak 4500 m, baru didistribusikan ke:
o Desa Pandeman 224 SR
o Desa Gelgung 1 SR
o Desa Pasereman 136 SR
o Desa Sembakati 53 SR
o Desa Angon-Angon 20 SR
o Desa Duko 70 SR
o Desa Arjasa 412 SR
o Desa Kalikatak 171 SR.
b.
Dari Sumur Bor Angon-angon disuntikkan ke pelanggan di Angon-angon
sebesar 20 SR dan Sambakati 53 SR atau Total 83 SR.
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 12
c.
Dari Sumur Bor Nyangkreng disuntikkan langsung ke pelanggan untuk
menambah Kapasitas distribusi di Desa Duko, Desa Arjasa dan Desa
Kaliklatak.
2. Unit Gayam (P. Sapudi)
Untuk Unit Produksi Pulau Sapudi dapat digambarkan sebagai berikut: Dari
Sumber Tonggung didistribusikan secara grafitasi ke Desa Gayam dan Pancor
ke sekitar 235 sambungan rumah.
PELAYANAN AIR MINUM PERPIPAAN NON PDAM
Pelayanan perpipaan air minum non PDAM terutama untuk desa dilakukan oleh
Program WSLIC (Water and Sanitation For Low Income Community) dan HIPPAM
(Himpunan Penduduk Pemakai Air Minum). Desa-desa yang sudah memiliki perpipaan
dari Program WSLIC adalah sebagai berikut:
1. Kecamatan Gayam terdiri dari 7 desa yaitu:
Prambanan untuk 1.752 jiwa
Kalowang untuk 929 jiwa
Jambung untuk 625 jiwa
Gendang Barat untuk 776 jiwa
Tarebung untuk 728 jiwa
Nyamplong untuk 1.752 jiwa.
2. Kecamatan Giligenteng:
Banmaleng untuk 1.906 jiwa.
Desa-desa yang lain belum terlayani perpipaan.
PELAYANAN AIR MINUM NON PERPIPAAN
Air minum penduduk Kepulauan Kabupaten Sumenep diperoleh dari mata air, air tanah
dan air hujan. Di Pulau Sapudi untuk Kecamatan Gayam sebagian besar mendapatkan
air dari mata air dan sumur dangkal. Air tanah dari sumur dangkal cenderung payau
sehingga hanya digunakan untuk mandi saja. Untuk Kecamatan Nanggunong sama
dengan di Kecamatan Gayam sebagian besar menggunakan air tanah dangkal.
Di Pulau Kangean, yaitu Kecamatan Arjasa, selain menggunakan air PDAM, juga
menggunakan air tanah dangkal dengan kualitas yang kurang baik. Keadaan yang
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 13
sama berlaku untuk Kecamatan Kangayan. Kondisi di Pulau Giligenting dan Gili Raja
Kecamatan Giligenting, hampir semua menggunakan air tanah dangkal. Untuk Pulau
Raas Kecamatan Raas, sebagian besar menggunakan air tanah dangkal. Sedangkan
untuk Kecamatan Masalembu yang terdiri dari Pulau Masakambing dan Masalembu,
penduduk menggunakan air tanah dangkal.
Untuk Kecamatan Sapeken yang terdiri dari Pulau Paliat, Pulau Sapeken, Pulau
Sapanjang dan sekitarnya, mengunakan air tanah dangkal dan sebagian mata air.
Selain itu penampungan air hujan juga digunakan di wilayah ini.
Untuk Kecamatan Talango, yaitu Pulau Talango dan Gililabak, menggunakan air tanah
dangkal sebagai sumber pemenuhan kebutuhan air minumnya. Penampung air hujan
juga digunakan sebagai alternatif yang bisa dihandalkan.
Kelembagaan
Kelembagaan masyarakat dalam pengelolaan air bersih dan sanitasi dimaksudkan
sebagai berapa unsure perkumpulan masyarakat atau kelompok-kelompok
masyarakat yang secara kebersamaan dan berdasarkan kemusyarakatan untuk
menggunakan air bersih. Dalam pengelolaan air bersih sendiri, sector ini tidak dapat
dipisahkan dengan sanitasi umum. Kelembagaan masyarakat dalam pengelolaan air
bersih dan sanitasi umum sangat penting keberadaannya dalam upaya menjaga
kesinambungan antara sumber daya air dan lingkungan serta tingkat kebutuhan
terhadap air itu sendiri. Faktor utama yang dijadikan tolak ukur dalam pengembangan
jaringan air bersih dan sanitasi adalah faktor sosial. Faktor sosial ini merupakan based
domein service atau kebutuhan pelayanan dasar sektor air bersih dan sanitasi yang
didasarkan pada kebutuhan objektif masyarakat tingkat bawah. Kondisi kelembagaan
masyarakat pengelolaan air bersih di wilayah Kabupaten Sumenep hingga saat ini
(tahun 2008) terdapat 10 (sepuluh) dan tersebar di 5 (lima) kecamatan. Untuk
kelembagaan di kecamatan lainnya masih belum ada. Beberapa hal terkait dengan
kelembagaan masyarakat pengelolaan air bersih dapat ditinjau dalam beberapa
asepek, yaitu :
1. Tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan sektor air bersih
2. Kelembagaan ekonomi yang efisien dan berkelanjutan
3. Kelembagaan hukum sektor air bersih.
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 14
Beberapa aspek tersebut, secara keseluruhan belum terimplementasikan di wilayah
Kabupaten Sumenep khususnya wilayah daratan.
Kelembagaan Pemerintah daerah
Unsur kelembagaan Pemerintah Daerah dimaksudkan sebagai dinas teknis atau
lembaga teknis yang terkiat dengan pengelolaan sektor air bersih dan irigasi. Unsur
kelembagaan teknis ini dapat berbentuk organisasi yang terdapat dalam lingkup
Kabupaten. Dalam hubungannya dengan pengembangan sektor air bersih dan sanitasi
di Kabupaten Sumenep, bentuk lembaga teknis dapat berupa :
1. Badan Usaha Milik Daerah
Badan usaha milik daerah yang menangani pelaksanaan pengembangan air bersih
di Kabupaten Sumenep adalah PDAM. PDAM disini berfungsi dan berperan dalam
mengembangkan pengaturan penyelenggaraan air minum di lingkungan
permukiman.
2. Dinas Teknis
Dinas terkait dengan sektor air bersih adalah Dinas Irigasi. Dinas ini berkaitan
dengan pengendalian, pengawasan dan pemanfaatan sungai.
Adapun fungsi dari lembaga teknis tersebut adalah :
1. pengelolaan sektor air bersih baik secara teknis maupun non teknis;
2. mengkoordinasikan (steering) seluruh kegiatan perencanaan, pengembangan dan
pembangunan terkait dengan sektor air bersih dan sanitasi;
3. melakukan pembinaan terhadap lembaga masyarakat sektor air bersih;
4. melakukan pembinaan, fasilitasi dan informasi terkait dengan teknologi
pengembangan air bersih;
5. melakukan pengendalian dan pengawasan terhadap seumber daya air yag ada,
pelaksanaan operasi distribusi penyediaan air dan sanitasi.
Untuk
menunjang fungsi tersebut diatas, diperlukan penguatan tata kerja
kelembagaan terkait sehingga memberikan pelayanan air bersih secara akuntabel dan
mencapai terget yang diharapkan. Penguatan tata kerja tersebut harus dibarengi
adanya sumber daya manusia yang memadai, sehingga potensi dan permasalahan
terkait dengan pelayanan air bersih dapat dilakukan secara kebersamaan dan tidak
menimbulkan ketidakadilan dalam pelayanan air bersih.
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 15
Peran serta masyarakat
Umumnya masyarakat di Kabupaten Sumenep wilayah daratan dalam memanfaatkan
sumber air bakunya untuk keperluan air minum, maupun untuk keperluan air bersih
rumah tangga dengan memanfaatkan sumber yang ada, baik itu mata air, sumur
gali/bor. Sedangkan untuk keperluan irigasi, masyarakat di Kabupaten Sumenep
wilayah daratan memanfaatkan sumber air dari mata air, sumur bor, juga sungai.
Karakter masyarakat di beberapa kecamatan yang ada di bagian utara Kabupaten
Sumenep wilayah daratan, dalam memanfaatkan sumber air yang berupa mata air
cenderung dengan cara yang masih manual, yaitu untuk tiap rumah tangga dengan
memasang pipa yang di sedot langsung dari mata air yang kebanyakan berada di area
masjid. Sedangkan untuk rumah yang jaraknya jauh dengan masjid dengan
maenggunakan sarana dari pemerintah seperti WSLIC untuk keperluan irigasi,
sedangkan untuk kebutuhan air minum dengan membuat sumur gali/bor di rumah
yang miliki kadar resapan air yang bagus dan juga mampu untuk membuat sumur
tersebut. Dan rumah-rumah yang berada disekitarnya dengan memasang pipa pada
sumur tersebut dengan kompensasi membantu membayar iuran listriknya.
B. Potensi dan tantangan Pengembangan SPAM
Secara umum, masalah utama sektor air minum di Kabupaten Sumenep adalah:
1) Tingkat pelayanan air minum oleh PDAM relative masih rendah, sementara sumber
air minum lainnya tidak memenuhi persyaratan.
2) Kapasitas produksi terpasang masih belum dapat didistribusikan secara optimal
karena terbatasnya jaringan distribusi.
3) Sistem distribusi belum begitu baik karena volume reservoir belum mencukupi
kebutuhan.
4) Masalah air baku yang dipengaruhi intrusi air laut, khususnya di musim kemarau.
5) Tingkat kehilangan air relatif cukup tinggi.
Tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan sektor air bersih masih
dipengaruhi oleh faktor ekonomi. Kondisi ekonomi masyarakat yang rendah
khususnya di wilayah perdesaan membrikan kontribusi yang pasif dalam
pengembangan air bersih sehinga pengelolaan dan pemanfaatannya masih bersifat
tradisional dan bersifat pribadi. Dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Sumenep
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 16
memberikan peran yang penting dalam pengelolaan air bersih. Namun demikian,
adanya tarik ulur antar kepentingan sosial dan ekonomi dalam lingkup masyarakat,
menyebabkan adanya ketidasinkronisasi dan kedinamisan dalam pemanfaatan air
yang ada. Beberapa kelembagaan yang sudah terwujud dan terdata masih terbatas
dan belum mampu mewujudkan aspirasi masyarkat secara keseluruhan.
Sistem Penyediaan Air Bersih
Sistem pelayanan air bersih tiap kecamatan di Kabupaten Sumenep wilayah daratan,
yang merupakan kawasan perkotaan dikelola oleh PDAM dengan pengembangan
jaringan pipa air bersih, dibagi dalam bebera tipe perpipaan, antara lain jaringan pipa
primer,jaringan pipa sekunder dan jaringan pipa tersier (PDAM Kab Sumenep).
Jaringan primer diarahkan pada jalan-jalan utama kawasan dan dengan diameter pipa
200mm. Debit maksimun jaringan pipa primer 62,8l/det dan melayani maksimum 3140
konsumen. Jaringan pipa sekunder dengan diameter 100mm dan 75 mm melayani
konsumen maksimum 785 dan 411,5 dengan debit maskimum 15,70 lt/det dan 62,8
lt/det. Untuk jaringan pipa tersier dengan diameter 50 mm dan 25 mm melayani
konsumen maksimum 196,5 dan 49 serta debit maksimum 3,93 lt/det dan 0,98 lt/det.
Gambar 7. 1 Skema Penyediaan Sambungan Pipa Kran Umum
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 17
Gambar 7. 2 Skema Penyediaan Sambungan Pipa Kran Umum
7.3.2 Sasaran Program
Sistem Penyediaan Untuk Wilayah Perdesaan Dan Prioritas Pembangunan Sistem
Air Minumnya
Untuk wilayah perdesaan, sebagian besar penduduk memanfaatkan sumur dangkal
pribadi atau kelompok yang kemudian didistribusikan ke penduduk melalui Hidrant
Umum (HU). Pola ini digunakan oleh WSLIC dan HIPPAM. Prioritas desa-desa yang akan
diprogramkan adalah desa-desa sebagai berikut:
1) Desa rawan air termasuk rawan bencana;
2) Desa miskin;
3) Desa nelayan.
Prioritas pertama Desa rawan air yang diperoleh dari Laporan Indikasi Potensi Air
Bersih Untuk Kawasan Rawan Air Jawa Timur Tahun 2005 yang disampaikan oleh
Satuan Kerja Pengembangan Kinerja Air Minum Propinsi Jawa Timur. Desa-desa ini
mengalami kekeringan antara 6-8 bulan sehingga perlu prioritas penanganan. Yang
termasuk Kategori ini ada 4 desa yaitu:
Desa Karangnangka, Kecamatan Raas
Desa Alas Malang, Kecamatan Raas
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 18
Desa Poteran, Kecamatan Raas
Desa Kombang, Kecamatan Talango
Untuk desa miskin kategori merah (kelas terendah) ada 25 lokasi. Lokasi-lokasi ini
tersebar di wilayah :
1) Kecamatan Giligenting desa Lombang.
2) Kecamatan Talango, Desa Cabbiya
3) Kecamatan Raas, yaitu Desa Karopoh, Desa Karangnangka, Desa Alasmalang, Desa
Tonduk, Desa Jungkat.
4) Kecamatan Sapeken, yaitu Desa Sapeken, Desa Paliat, Desa Sakata, Desa Sabunten.
5) Kecamatan Arjasa, yaitu Desa Gelaman, Desa Kalisangka, Desa Buddi, Desa Pabian.
6) Kecamatan Kangayan, yaitu Desa Kangayan, Desa Daandung, Desa Timur
Janjang,Desa Jukong-jukong, Desa Batuputih, Desa Tembayang, Desa Cangkrimaan,
Desa Saobi.
Sistem yang akan dikembangkan ada 2 (dua) sistem yang akan diserahkan kepada
masyarakat untuk memilih sistem yang digunakan dengan dilakukan proses
pemberdayaan terlebih dahulu. Sistem yang akan ditawarkan ada 2 (dua) yaitu :
Sistem penampungan air hujan (PAH) dengan telaga/embung tiap desa /perdusun.
Dilengkapi dengan IPA sederhana. Baru kemudian didistribusikan ke Hidrant Umum.
Dimana 1 HU dipergunakan untuk 20 KK atau 1 RT. Untuk tahap 1 Sambungan Rumah
akan dicoba untuk 20% pelanggan.
Sistem yang kedua adalah menggunakan air tanah dengan dipompa ke pelanggan
seperti kondisi sambungan yang dibuatkan WSLIC saat ini, tetapi dengan jaringan
perpipaan yang langsung ke rumah.
Prioritas kedua adalah lokasi dengan tingkat kemiskinan pada kategori kuning. Wilayah
ini sampai saat ini tidak mengalami kekeringan. Tetapi akan berpotensi kering bila
penduduk tidak dibantu mempermudah memperoleh air minum. Lokasi –lokasi yang
termasuk dalam katagori ini adalah :
1) Kecamatan Giligenting, yaitu Desa Banbaru, Desa Jate, Desa galis.
2) Kecamatan Talango, yaitu Desa Gapurana, Desa Poteran, Desa Palasa.
3) Kecamatan Raas, yaitu Desa Ketupat.
4) Kecamatan Sapeken, yaitu Desa Tanjungkiaok.
5) Kecamatan Arjasa, yaitu Desa Laok Jangjang.
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 19
Prioritas ketiga adalah lokasi dengan kondisi kemiskinan masyarakat diatas kategori
kuning dan merah. Wilayah ini sampai saat ini tidak mengalami kekeringan. Tetapi akan
berpotensi kering bila penduduk tidak dibantu mempermudah memperoleh air
minum. Tetapi kondisi penduduk masih mampu mengadakan air sendiri karena tingkat
ekonominya lebih baik. Lokasi-lokasi yang termasuk dalam kategori ini adalah :
1) Kecamatan Talango, yaitu Desa Talango
2) Kecamatan Nonggunong, yaitu Desa Talaga, Desa Sonok, Desa Sukarame Paseser,
Desa Sukarame Timur, Desa Somber, Desa Tanah merah, Desa Nanggunong, Desa
Rosong.
3) Kecamatan Raas, yaitu Desa Brakas, Desa Guwa-guwa.
4) Kecamatan Sapeken, yaitu Desa Pagerungan kecil, Desa Sepanjang, Desa Sasiil.
5) Kecamatan Masalembu, yaitu Desa Masalima, Desa Sukajeruk, Desa Karamian,Desa
Masakambing.
Sistem Penyediaan Air Minum Oleh PDAM Untuk Wilayah Perkotaan (Ibukota
Kecamatan)
A. PDAM Unit Kangayan
Wilayah pelayanan PDAM ada di dua kecamatan yaitu di Kecamatan Arjasa. Kondisi
pelayanan PDAM di Kecamatan Arjasa masih belum optimal. Jumlah pelanggan masih
mampu terlayani oleh PDAM bahkan potensi pelanggan baru ada 211 pelanggan daftar
tunggu. Berdasarkan analisa kondisi Program Bantuan Teknis Penyehatan PDAM
Kabupaten Sumenep yang dilakukan oleh Satuan Kerja Pengembangan Kinerja Air
Minum Jawa Timur diperoleh data kondisi sebagai berikut :
1)
Ada kapasitas menganggur (idle) sebesar 32,10 l/det dari kapasitas sumber sebesar
80 l/det. Kondisi ini disebabkan oleh :
Kondisi sumber air Jeddung yang perlu dicek kembali apakah ada penurunan
atau tidak sehingga ada idle sebesar ini.
Diindikasikan Pipa transmisi belum optimal.
Sistem distribusi menggunakan grafitasi perlu dianalisa lebih lanjut apakah
efisien atau tidak dengan panjang jaringan yang ada.
Rata-rata operasi 8 jam per hari dilaksanakan secara bergiliran 4 jam di wilayah
di wilayah tinggi dan 4 jam di wilayah rendah. Pemompaan dilakukan untuk
pengisian reservoir. Jadi volume reservoi perlu dilihat apakah bisa dibesarkan.
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 20
2)
Daftar tunggu calon pelanggan besar.
Rencana tindak yang bisa dilaksanakan untuk optimalisasi potensi ini adalah :
1)
Evaluasi kapasitas sumber yang akan dilaksanakan oleh PDAM apakah benar
sehingga untuk optimalisasi punya dasar yang kuat. Berdasar evaluasi PDAM unit
Kangean yang telah dilaksanakan pada awal bulan Nopember tahun 2007 debit
MA/Sumber Jelgung hanya 17 l/detik sehingga akan diadakan evaluasi-evaluasi
untuk program optimalisasi selanjutnya.
2)
Evaluasi spesifikasi pompa dan tata cara pengoperasian yang benar yang
dilaksanakan oleh PDAM dan bantuan dana APBD.
3)
Evaluasi kemampuan pengaturan debit di jaringan transmisi dan distribusi utama.
4)
Meningkatkan jam pelayanan menjadi 24 jam dengan penambahan kapasitas
reservoir dan subsidi bahan bakar genset oleh Pemerintah Daerah.
5)
Mengoptimalkan sisa kapasitas yang akan dilaksanakan oleh PDAM.
B.
PDAM Unit Sapudi
Unit Sapudi melayani Desa Gayam 235 SR dengan 2 sumber air dari Mata air Toggung
sebesar 2 l/det dan Sumber Air Ro’koro’. Di kedua sumber tidak dilengkapi meter induk
sehingga air yang terdistribusi tidak terdeteksi.
Selain mengevaluasi sumber dan jaringan, perlu dilihat apakah minat masyarakat
menjadi pelanggan PDAM masih cukup besar mengingat desa-desa lain menggunakan
jaringan HIPPAM dan WSLIC yang lebih murah. Dan sumber air ini juga dipakai oleh
HIPPAM. Perlu dibuatkan mekanisme yang jelas untuk masalah ini.
Rencana tindak yang bisa dilaksanakan adalah;
Pengadaan meter air.
Bekerjasama dengan HIPPAM agar harga air relatif sama dan Mata air dibebaskan
oleh Pemkab dan di kelola oleh PDAM. HIPPAM mengelola pasokan kompensasi
yang disetujui bersama antar HIPPAM dan PEMKAB.
Penyediaan air baku air minum di kepulauan yang paling utama adalah debit yang bisa
diandalkan untuk memasok. Debit yang bisa diandalkan adalah dari air hujan.
Perhitungan kasar debit air baku dari air hujan dengan asumsi:
1)
Intensitas hujan 115 mm/bulan intensitas rata-rata per tahun Kabupaten Sumenep.
2)
Hari hujan yang ditampung adalah 14 hari hujan.
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 21
3)
Wilayah tangkapan air adalah 40% wilayah pulau.
4)
Hari kering untuk pemanfaatan adalah 6 bulan (180 hari), maka diperoleh
gambaran debit air tertampung dan bisa dimanfaatkan seperti pada tabel 5-03
berikut ini.
7.4. Sektor Pengembangan PLP
Bagian ini memaparkan kondisi eksisting, sasaran program, serta usulan kebutuhan
program dan pembiayaan dalam pengembangan PLP, khususnya dalam rangka
pencapaian gerakan nasional 100-0-100.
7.4.1 Kondisi Eksisting
A. Kondisi eksisting pengembangan air limbah permukiman
Dari 299,582 KK yang bertempat tinggal di Kabupaten Sumenep, sekitar 69,34%
fasilitas pembuangan limbah manusia secara on site menggunakan septitank dan
cubluk. Sedangkan yang menggunakan on site secara komunal seperti jamban umum
atau MCK sekitar 8,83% dari jumlah rumah tangga (KK), dan yang lainnya menggunakan
tempat terbuka atau sungai untuk fasilitas pembuangan limbah manusianya. Data
selengkapnya sebagai berikut:
Tabel 7. 7Jenis Cakupan Pelayanan Air Limbah Sistem On – Site
No
Kecamatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Pragaan
Bluto
Saronggi
Giligenteng
Talango
Kalianget
Sumenep
Batuan
Lenteng
Ganding
Galuk-galuk
Pasongsongan
Ambunten
Jumlah Prasarana dan Sarana Sistem On-Site
Pengumpulan
Pengolahan
Jamban
Septic
MCK
Lain-lain
Cubluk
Lain-lain
Keluarga
Tank
671
18
4532
18
671
4532
391
11
2211
11
391
2211
352
8
234
8
352
234
333
8
2454
8
333
2454
371
14
4565
14
371
4565
111
15
1343
15
111
1343
514
11
235
11
514
235
346
7
235
7
346
235
387
10
2355
10
387
2355
635
9
1345
9
635
1345
525
10
1244
10
525
1244
364
5
2133
5
364
2133
853
8
123
8
853
123
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 22
No
Kecamatan
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Rubaru
Dasuk
Manding
Batuputih
Gapura
Batang-batang
Dungkek
Nonggunong
Gayam
Raas
Sapeken
Arjasa
Kangayan
Masalembu
Jumlah Prasarana dan Sarana Sistem On-Site
Pengumpulan
Pengolahan
Jamban
Septic
MCK
Lain-lain
Cubluk
Lain-lain
Keluarga
Tank
443
5
3544
5
443
3544
199
5
2434
5
199
2434
913
5
2432
5
913
2432
394
4
1455
4
394
1455
236
6
1234
6
236
1234
244
7
1223
7
244
1223
573
7
1235
7
573
1235
124
3
1454
3
124
1454
675
5
1543
5
675
1543
475
9
1654
9
475
1654
296
3
1455
3
296
1455
553
11
3345
11
553
3345
374
18
1421
18
374
1421
109
17
1564
17
109
1564
Tingkat Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan
Seiring dengan pertambahan permukiman penduduk tingkat kesahatan masayarakat
miskin. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah pasien di Rumah Sakit mapun Puskesmas
semakin meningkat terutama pada musim-musim tertentu. Penyakit yang menimpa
masyarakat rata-rata adalah penyakit menular. Karena penyakit yang sering menimpa
masyarakat pada umumnya diderita secara komunal dalam sebuah komunitas
masyarakat.
Kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan masyarakat setempat dan
keberadaan fasilitas kesehatan yang menunjang. Fasilitas kesehatan yang ada di
Kabupaten Sumenep adalah Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan
Puskesmas Keliling. Jumlah rumah sakit pada tahun 2008 sebanyak 2 buah, Puskesmas
sebanyak 29 buah, Puskesmas Pembantu 71 buah, Puskesmas Keliling sebanyak 29
buah.
Jenis 10 penyakit yang sering diderita oleh masyarakat yaitu Ispa, Gastritis, Thypus,
Adominalis, Desentri, Kulit, Hipertensi, Tulang, telinga dan saluran kencing.
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 23
Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah
Prasarana dan sarana pengelolaan air limbah di Kabupaten Sumenep sangat kecil
dibandingkan dengan jumlah penduduk yang secara otomatis penghasil limbah.
Sehingga sebagian besar air limbah di Kabupaten Suemenp belum tertangani dengan
baik.
Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar masayarakat Kabupaten Sumenep
berada pada lingkungan yang mengancam kesehatannya terutama mereka yang
tinggal di kawasan kecamatan Kota Sumenep dan Kecamatan Kalianget.
Tabel 7. 8Kapasitas Pelayanan Tahun 2008 Kabupaten Sumenep
Prasarana/sarana
Jumlah
Kapasitas
Truk tinja
23 Unit
750 Jiwa
IPLT
17 unit
750 Jiwa
IPAL
17 unit
750 Jiwa
Sistem Pengolahan
Langsung ditangani
pemerintah dengan
didanai APBD
Langsung ditangani
pemerintah dengan
didanai APBD
Langsung ditangani
pemerintah dengan
didanai APBD
Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Pengelolaan Air Limbah
Walaupun Sarana dan Prasarana jauh dari kondisi ideal, tapi kondisi fisiknya semuanya
baik. Sehingga setiap hari sebagian kecil limbah mansuia tertangani dengan baik. Akan
tetapi masalahnya terletak pada kapasitas pengangkutan dan pengaliran serta tempat
\ pengelolaan belum dibangun di Kabupaten Sumenep. Air limbah mengalir langsung
kepermukaan air sungai tidak melalui pengelolaan terlebih dahulu.
Peraturan perundangan
Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah dalam Rencana Kabupaten
Sumenep :
Peningkatan akses pelayanan air limbah baik melalui sistem on-site maupun offsite di perkotaan dan perdesaan.
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 24
Peningkatan pembiayaan pembangunan prasarana dan sarana air limbah
permukiman.
Peningkatan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan
sistem pengelolaan air limbah permukiman.
Penguatan kelembagaan.
Pengembangan perangkat peraturan daerah
Permasalahan dan tantangan pengembangan air limbah
I.
Identifikasi permasalahan air limbah
Persoalan air limbah yang dihadapi masyarakat sebagian belum tertangani oleh
pemerintah dan masyarakat, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
1)
Pemahaman masyarakat terhadap teknik penanganan belum begitu maksimal,
sehingga menurut anggapan masyarakat permasalahan air limbah tidak menjadi
ancaman. Hal ini yang mendasari pemanfaatan air yang sudah tercemar untuk
pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
2)
Belum ada perda yang mengatur tentang penanganan air limbah. Sehingga tidak
ada kebijakan yang dapat mengatur penanganan air limbah secara spesifik.
3)
Kondisi keuangan daerah sangat kecil disbanding dengan tingkat kebutuhan
pengelolaan air limbah.
II.
Tantangan dan peluang pengembangan sektor air limbah
Sasaran dalam pengelolaan air limbah yang diharapkan oleh Kabupaten Sumenep
anatara lain:
1) Pemenuhan kebutuhan dasar penduduk terhadap akses pelyanan air limbah
mengingat tingkat pencemaran lingkungan semakin mengancam penduduk.
2) Meningkatkan keberlanjutan lingkungan, sehingga terjadi keseimbangan ekologi
yang dapat mempertahankan kehidupan secara sehat.
3) Pemenuhan kebutuhan pembangunan ekonomi Kabupaten Sumenep, karena
dengan penyehatan lingkungan secara otomatis masyarakat menjadi produktif.
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 25
Tabel 7. 9Permasalahan dan Upaya Penanganan
No
A
1
2
3
B
1
2
Aspek
Permasalahan
Pengelolaan
yang Dihadapi
Air Limbah
KELEMBAGAAN
Bentuk
Belum
ada
Institusi
insttitusi
khusus
yang
menangani air
limbah, masih
tersentral pada
Pemda
yaitu
kantor
kebersihan dan
pertamanan
Kabupaten
Sumenep
Dasar Hukum
Pembentukan
SDM
Belum
teridentifikasi
SDM
yang
dapat
dimanfaatkan
untuk
penanganan air
limbah
TEKNIS OPERASIONAL
Ketersediaan Masterplan
dokumen
pengelolaan air
pperencanaa limbah belum
n
ada
(masterplan,
FS, DED)
Sanitasi Sistem On-Site
a) Pembangunan baru
MCK
Tingkat
Jamban
kemampuan
Keluarga
dan
dan Septic
Tank/Cubluk pemahaman
masyarakat
terhadap
standar
kelayakan
Yang Sudah
Dilakukan
Tindakan
Yang sedang
Dilakukan
Penan
ggung
Jawab
Yang Akan
Direncanakan
Belum ada
Belum ada
Pembentukan
institusi atau komite
yang focus pada
penanganan
air
limbah
Kantor
Kebers
ihan
dan
Perta
manan
Kabup
aten
Sumen
ep
Belum ada
Belum ada
Identifikasi SDM
Pelatihan
Pembentukan
komite
Kantor
Kebers
ihan
dan
Perta
manan
Kabup
aten
Sumen
ep
Belum ada
Belum ada
Penyusunan
masterplan
pengelolaan
limbah
Kantor
Kebers
ihan
dan
Perta
manan
Kabup
aten
Sumen
ep
Belum ada
Belum ada
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
Sosialisasi
kampanye
air
dan
|7- 26
Kantor
Kebers
ihan
dan
Perta
manan
Kabup
aten
No
Aspek
Pengelolaan
Air Limbah
Septic Tank
Komunal
PS Sanitasi
berbasis
masyarakat
Truk tinja
IPLT
Permasalahan
yang Dihadapi
teknis
yang
sangat kurang
Tingkat
kemampuan
dan
pemahaman
masyarakat
terhadap
standar
kelayakan
teknis
yang
sangat kurang
Tingkat
kemampuan
dan
pemahaman
masyarakat
terhadap
standar
kelayakan
teknis
yang
sangat kurang
Tidak dapat
memenuhi
kebutuhan
Tidak dapat
memenuhi
kebutuhan
Yang Sudah
Dilakukan
Tindakan
Yang sedang
Dilakukan
Yang Akan
Direncanakan
Belum ada
Belum ada
Sosialisasi
kampanye
Belum ada
Belum ada
Penambahan unit
Belum ada
Belum ada
Penambahan unit
Belum ada
Belum ada
Penambahan unit
Pembangunan
infrastruktur
jalan
perkampungan
Pembangunan
infrastruktur jalan
perkampungan
b) Rehabilitasi dan peningkatan kapasitas
Terbatasnya
Pembangunan
Truk tinja
infrastruktur
infrastruktur
transportasi
jalan
truk dalam
perkampungan
pengangkutan
tinja
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
dan
|7- 27
Penan
ggung
Jawab
Sumen
ep
Kantor
Kebers
ihan
dan
Perta
manan
Kabup
aten
Sumen
ep
Kantor
Kebers
ihan
dan
Perta
manan
Kabup
aten
Sumen
ep
Kantor
Kebers
ihan
dan
Perta
manan
Kabup
aten
Sumen
ep
Kantor
Kebers
ihan
dan
Perta
manan
Kabup
aten
Sumen
ep
PU
Cipta
Karyta
No
3
Aspek
Pengelolaan
Air Limbah
IPLT, dll
Permasalahan
yang Dihadapi
Terbatasnya
infrastruktur
transportasi
truk dalam
pengangkutan
tinja
c) Operasi dan Pemeliharaan
Sistem retribusi
Truk tinja
belum berjalan
maksimal
sehingga
berdampak
pada
operasional dan
pemeliharaan
Sistem retribusi
IPLT
belum berjalan
maksimal
sehingga
berdampak
pada
operasional dan
pemeliharaan
Sanitasi Sistem off-Site
a) Pembangunan Baru
Sambungan Belum
mempunyai
rumah
petunjuk teknis
dan
perencanaan
yang
dapat
mengarahkan
pada
keberlanjutan
Belum
Sistem
mempunyai
jaringan
pengumpul petunjuk teknis
dan
perencanaan
yang
dapat
mengarahkan
pada
keberlanjutan
Kesadaran
Sistem
masyarakat
sanitasi
terhadap fungsi
berbasis
dan
masyarakat sanitasi
kapasitas
masyarakat
Yang Sudah
Dilakukan
Tindakan
Yang sedang
Dilakukan
Yang Akan
Direncanakan
Penyusunan
masterplan
pembangunan
perumahan
penduduk
Penan
ggung
Jawab
PU
Cipta
Karyta
Belum ada
Belum ada
Penyusunan
mekanisme retribusi
dan
penarikan
retribusi
secara
intens
Belum ada
Belum ada
Penyusunan
mekanisme retribusi
dan
penarikan
retribusi
secara
intens
Belum ada
Belum ada
Penyusunan
masterplan
dan
petunjuk
teknis
dengan
mempertimbangkan
kondisi sasaran
PU
Cipta
Karya
Belum ada
Belum ada
Penyusunan
masterplan
dan
petunjuk
teknis
dengan
mempertimbangkan
kondisi sasaran
PU
Cipta
Karya
Belum ada
Belum ada
Pelatihan,
sosialisasi,
kampanye
PU
Cipta
Karya
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
dan
|7- 28
PU
Cipta
Karya
No
Aspek
Pengelolaan
Air Limbah
IPAL
C
D
Permasalahan
yang Dihadapi
terhadap
pemahaman
tentang sanitasi
belum
mumpuni
Belum
mempunyai
petunjuk teknis
dan
perencanaan
yang
dapat
mengarahkan
pada
keberlanjutan
PEMBIAYAAN
Keterlibatan
Sumberpihak swasta
sumber
pembiayaan belum
terpetakan
sebagai potensi
dalam
pembiayaan
Belum
Alokasi
mencukupi
APBD
kebutuhan
yang ada
Belum
Tarif
seimbang
retribusi
dengan
pembiayaan
yang
ada
karena
kemampuan
masyarakat
Mekanisme Kurang
ditegakkan
penarikan
karena
retribusi
masyarakat
banyak yang
tidak paham
Penerimaan
Realisasi
penerimaan jauh dari yang
seharusnya
PERATURAN/PERUDANGAN
Belum diatur
Kelayakan
secara teknis
pakai
yang
memperhatikan
kondisi
Yang Sudah
Dilakukan
Tindakan
Yang sedang
Dilakukan
Yang Akan
Direncanakan
Penan
ggung
Jawab
Belum ada
Belum ada
Penyusunan
masterplan
dan
petunjuk
teknis
dengan
mempertimbangkan
kondisi sasaran
PU
Cipta
Karya
Belum ada
Belum ada
Identifikasi potensi
pembiayaan
dan
konsolidasi
PU
Cipta
Karya
Pengusulan
dan hearing
dengan DPRD
Pengusulan
dan hearing
dengan DPRD
Pengusulan dan
hearing dengan
DPRD
PU
Cipta
Karya
Mencari
format
pembiayaan
yang
efisien
sehingga tidak
mempengaruhi
besaran
retribusi
Belum ada
Mencari
format
pembiayaan
yang
efisien
sehingga tidak
mempengaruhi
besaran
retribusi
Belum ada
Mencari
format
pembiayaan yang
efisien
sehingga
tidak
mempengaruhi
besaran retribusi
PU
Cipta
Karya
Intensitas sosialisasi
dan pemahaman
terhadap
masyarakat
PU
Cipta
Karya
Penarikan
secara intens
Penarikan
secara intens
Penarikan
intens
secara
PU
Cipta
Karya
Perbaikan dan
mencari
format baru
yang lebih baik
Perbaikan dan
mencari
format baru
yang lebih baik
Perbaikan dan
mencari format
baru yang lebih baik
PU
Cipta
Karya
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 29
No
E
Aspek
Pengelolaan
Air Limbah
Permasalahan
yang Dihadapi
Yang Sudah
Dilakukan
lingkungan
yang ada
Belum dapat
Intensitas
Penerapan
ditegakkan
sosialisasi dan
sanksi, dll
karena
pemahaman
kesadaran
terhadap
masyarakat
masyarakat
yang minim
akibat
pemahaman
yang kurang
PERAN MASYARAKAT DAN SWASTA
Kurang
Melibatkan
Kampanye/
stakeholder
penyuluhan mendapatkan
respon positif
dalam
dari masyarakat memberikan
penyuluhan
dan kampanye
Kurang
Melibatkan
Keterlibata
mendapatkan
stakeholder
n swasta
respon positif
dalam
dari pihak
memberikan
swasta
penyuluhan
dan kampanye
Kurang
Melibatkan
Partisipasi
mendapatkan
stakeholder
aktif
dalam
masyarakat respon positif
dari masyarakat memberikan
penyuluhan
dan kampanye
Tindakan
Yang sedang
Dilakuka
Infrastruktur Cipta Karya
Kabupaten Sumenep
Rencana Program Investasi Jangka Menengah
Bidang Cipta Karya Kabupaten Sumenep
Tahun 2017-2021
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 0
7.1. Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman
Bagian ini memaparkan kondisi eksisting, sasaran program, serta usulan kebutuhan
program dan pembiayaan dalam pengembangan kawasan permukiman, khususnya
dalam rangka pencapaian gerakan nasional 100-0-100.
7.1.1 Kondisi Eksisting
Kabupaten Sumenep sudah memiliki SK Kawasan Kumuh dengan nomer :
188/437/KEP/435.013/2015. Adapun lokasi kawasan kumuh dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 7. 1 Lokasi Kawasan Kumuh Kaupaten Sumenep berdasarkan SK Kumuh
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Nama Kawasan
Parsanga
Bangselok
Bangkal
Karanganyar
Kebunan
Kertasada
Marengan Laok
Pabian
Pandian
Pinggirpapas
Ambuten Barat
Ambuten Timur
Bukabu
Campor Barat
Legung Barat
Aeng Daka
Dungkek
Aeng Panas
Karduluk
Larang Pereng
Pakamban daya
Pakamban Laok
Pragaan daya
Pragaan Laok
Preduan
Sendang
Kelurahan
Parsanga
Bangselok
panggung Lor
Karanganyar
Kebunan
Kertasada
Marengan Laok
Pabian
Pandian
Pinggirpapas
Ambuten Barat
Ambuten Timur
Bukabu
Campor Barat
Legung Barat
Aeng Daka
Dungkek
Aeng Panas
Karduluk
Larang Pereng
Pakamban daya
Pakamban Laok
Pragaan daya
Pragaan Laok
Preduan
Sendang
Kecamatan
Sumenep
Sumenep
Sumenep
Kalianget
Sumenep
Kalianget
Sumenep
Sumenep
Sumenep
Kalianget
Ambuten
Ambuten
Ambuten
Ambuten
Batang Batang
Bluto
Dungkek
Pragaan
Pragaan
Pragaan
Pragaan
Pragaan
Pragaan
Pragaan
Pragaan
Pragaan
TOTAL
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
Luas
8,16
0,94
1,39
2,84
2,46
5,83
4,72
4,18
2,03
2,84
1,38
19,44
1,35
3,32
4,25
9,35
1,12
3,46
7,75
3,33
1,96
7,32
2,79
4,16
11,08
1,09
118,54
|7- 1
Data kondisi eksisting kawasan kumuh, sebagai baseline perencanaan pembangunan
menuju 100-0-100, dilengkapi dengan SK bupati/walikota. SK Bupati Kabupaten
Sumenep bisa dilihat pada gambar dibawah ini.
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 2
Kondisi eksisting permukiman perdesaan, permukiman nelayan, rawan bencana,
perbatasan, dan pulau kecil bisa dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 7. 2 Kondisi eksisting permukiman perdesaan, permukiman nelayan, rawan
bencana Kaupaten Sumenep
No
Kondisi Eksisting
1
Permukiman
2
Permukiman
Nelayan
Lokasi
Kawasan permukiman terbagi menjadi kawasan permukiman
perkotaan dan perdesaan.
Potensi Kawasan Permukiman yang ada di wilayah perencanaan
yaitu :
· Pola mengumpul (aglomerasi) terdapat di Kecamatan
Sumenep; serta
· Pola di sepanjang jalan (linier) terdapat disemua kecamatan
Masalah Kawasan Permukiman yang ada di wilayah perencanaan
yaitu :
1. Perkembangan kawasan perkotaan tidak merata cenderung
memusat di Kecamatan Kota Sumenep.
2. Dibeberapa daerah masih perkembangan perkotaannya
lambat.
3. Terdapatnya permukiman di sempadan sungai sehingga rawan
banjir.
4.Terdapatnya permukiman disempadan pantai yang rawan
gelombang pasang.
Prospek pengembangan Kawasan permukiman yang ada di
wilayah perencanaan yaitu :
1. Pengembangan akses antar permukiman perkotaan,
pemukiman perkotaan perdesaan dan permukiman
perdesaan.
2. Penambahan akses dari Kecamatan yang perkembangannya
lambat.
3. Pengembangan akses untuk kawasan tertinggal atau pelosok.
4. Peringatan kepada masyarakat yang bermukim di sempadan
sungai.
Kabupaten Sumenep juga memberikan hasil perikanan,
terutama perikanan laut yang banyak dihasilkan oleh wilayah
kepulauan atau pesisirnya. Hasil perikanan dapat dibedakan
antara hasil perikanan laut, air payau, air tawar dan perairan
umum. Disamping itu hasil perikanan juga ditunjukkan oleh
adanya pengolahan hasil perikanan dalam bentuk ikan kering,
ikan asap dan terasi.
Potensi Kawasan Perikanan di wilayah perencanaan adalah :
1. Secara geografis Kabupaten Sumenep memiliki banyak
kepulauan dan sebagian besar wilayahnya berupa lautan,
sehingga potensi perikanan sangat besar.
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 3
No
Kondisi Eksisting
3 Rawan Bencana
Lokasi
2. Banyak penduduk di kepaulauan yang berprofesi sebagai
nelayan.
3. Jumlah ikan di perairan Kabupaten Sumenep masih cukup
besar.
Prospek pengembangan Kawasan Perikanan di wilayah
perencanaan adalah :
1. Pengembangan fasilitas penunjang untuk penangkapan ikan.
2. Pengembangan kualitas SDM dan alih teknologi yang sesuai
dengan kondisi yang ada.
3. Pegembangan budidaya perikanan darat sebagai alternatif.
4. Pengamanan wilayah tangkap di perairan Sumenep dari
penjarahan nelayan luar.
(1)
Kawasan Rawan Bencana Gempa, Meliputi
Potensi Kawasan Rawan Bencana Gempa di wilayah
perencanaan adalah :
1. Pulau Madura diapit oleh dua patahan aktif yang memanjang
dari timur ke barat.
2. Berdasarkan analisis intensitas secara kualitas, peta rawan
gempa di Madura sebagaimana terlihat pada gambar berikut ini.
Dengan memadukan peta rawan bencana dan indikator
kualitatif gempa bumi, Pulau Madura berada pada zona IV-V
2. Kawasan Rawan Bencana Banjir
4
perbatasan
Potensi Kawasan Rawan Bencana Banjir di wilayah perencanaan
adalah :
1. Kawasan rawan bencana banjir di Kabupaten Sumenep,
disebabkan luapan air sungai dan pasang surut air laut ketika
hujan.
Masalah Kawasan Rawan Bencana Banjir di wilayah perencanaan
adalah :
1. Pembuangan sampah pada sungai.
2. Banyaknya permukiman di sempadan sungai.
Menyempitnya DAS akibat kegiatan di sempadan sungai
Rawan Bencana lainnya
Kawasan rawan bencana lainnya terdapat pada wilayah pesisir
yaitu air laut pasang.
Potensi Rawan Bencana lainnya di wilayah perencanaan adalah :
1. Kawasan rawan bencana air laut pasang terjadi pada wilayah
pesisir.
2. Wilayah pesisir Kabupaten Sumenep yang panjang.
-
Sumber; RTRW Kabupaten Sumenep tahun 2013
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 4
7.2. Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
Bagian ini memaparkan kondisi eksisting, sasaran program, serta usulan kebutuhan
program dan pembiayaan dalam penataan bangunan dan lingkungan, khususnya
dalam rangka pencapaian gerakan nasional 100-0-100.
7.2.1 Kondisi Eksisting
A.
Data Kondisi Perda Bangunan Gedung dan NSPK .
Berikut ini kami tampilkan kondisi dokumen perencanaan yang ada di kabupaten
Sumenep terkait dengan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan.
Tabel 7. 3 Data Kondisi Dokumen Perencanaan Terkait Penataan Bangunan dan
lingkungan Kabupaten Sumenep
No
1
Dokumen Perencanaan
PERDA BG
2
RTBL
3
RISPK
4
KOTA HIJAU
NOMER PERDA
Tentang
Perda Kabupaten Sumenep
Nomor 4 Tahun 2014
tentang Bangunan Gedung
Perda Kabupaten Sumenep
Nomor 4 Tahun 2014 tentang
Bangunan Gedung
Di Kabupaten Sumenep penataan bangunan dan lingkungan belum dilakukan,
sehingga struktur bangunan tidak berorientasi pada keberlanjutan sistem ekologi. Hal
ini dikhawatirkan menyimpan masalah besar yang akan muncul lima sampai sepuluh
tahun kedepan mengingat laju pertumbuhan dan urbanisasi semakin meningkat di
Kabupaten Sumenep. Sehingga Kabupaten Sumenep tidak mempunyai profil
bangunan gedung baik yang dikuasai pemerintah secara langsung maupun oleh
masyarakat secara perseorangan dan kelembagaan. Meskipun demikian, Kabupaten
Sumenep mulai menyusun rencana mengenai penataan bangunan dan lingkungan di
beberapa wilayah yang strategis dan cepat tumbuh agar perencanaan tersebut dapat
direalisasikan segera dalam upaya perwujudan wilayah kabupaten yang nyaman dan
estetik.
Poros utama jalur pergerakan Sumenep dari arah Pamekasan terjadi pada Koridor
Jalan Trunojoyo – Jalan Halim Perdana Kusuma (Haperkus. Selama ini pergerakan dari
luar Kabupaten hanya melalui koridor Trunojoyo – Haperkus. Sehingga peran koridor
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 5
Trunojoyo – Haperkus sangat penting, baik sebagai jalur pergerakan utama manusia
maupun sebagai jalur perekonomian wilayah kecamatan Kota dan kabupaten
Sumenep secara umum.
Koridor Trunojoyo – Haperkus bagi wilayah Kabupaten Sumenep secara umum
merupakan pusat bisnis, karena kegiatan perekonomian dan perbankan berada di
koridor ini.
Jasa Perhotelan sebagian besar berada pada koridor Trunojoyo –
Haperkus. Kegiatan pasar dan perdagangan di Jalan Halim perdana Kusuma
merupakan salah satu penggerak ekonomi Kabupaten Sumenep yang ada di koridor
Trunojoyo – Haperkus. Perdagangan skala besar seperti Show Room sepeda motor
dan mobil juga berada di koridor ini. Konsentrasi kegiatan ekonomi yang ada di koridor
Trunojoyo – Haperkus tersebut, menyebabkan koridor Trunojoyo – Haperkus berperan
sebagai pusat kegiatan bisnis di Kabupaten Sumenep.
Peran koridor sebagai pusat perkonomian, maka interaksi koridor Trunojoyo –
Haperkus dengan wilayah sekitar Kecamatan Kota sangat kuat. Interaksi kegiatan
yang ada di koridor Trunojoyo – Haperkus menjangkau hingga wilayah kepulauan.
Perbankan yang ada di koridor Trunojoyo – Haperkus juga menjadi pusat keuangan
yang menjangkau nasabah hingga ke seluruh kabupaten Sumenep.
Peran koridor dengan interaksinya tersebut mendorong koridor relatif lebih
berkembang dibandingkan dengan bagian wilayah perkotaan lainnya. Kegiatan
perdagangan dan permukiman di Kecamatan Kota cenderung berorientasi ke koridor
Trunojoyo – Haperkus. Koridor Trunojoyo – Haperkus juga menjadi orientasi tujuan
bagi warga dari wilayah sekitar dalam memenuhi pelayanan kegiatan ekonomi.
Memperhatikan
peran
dan
kedudukan
koridor
tehadap
eksternal,
maka
perkembangan di bagian wilayah Kabupaten Sumenep secara umum akan sangat
berpengaruh terhadap itensitas pergerakan yang melalui koridor Trunojoyo –
Haperkus. Tanpa pengembangan jaringan jalan yang mendukung fungsi jalur
pergerakan utama di wilayah perkotaan Sumenep, koridor Trunojoyo berpotensi
mengalami kemacetan dan kesemrawutan seiring dengan perkembangan wilayah
Kabupaten Sumenep. Intensitas kegiatan yang tinggi dan kecenderungan pemusatan
kegiatan di koridor, secara umum juga akan berdampak pada pola perkembangan
wilayah Kabupaten Sumenep yang tidak seimbang dan merata, karena ada potensi
koridor menarik perkembangan secara memusat dan linier.
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 6
Dengan demikian maka koridor dalam konteks keterkaitan eksternal mempunyai
kedudukan yang penting sebagai koridor yang mempengaruhi dan yang terpengaruhi
bagi perkembangan wilayah Kabupaten Sumenep secara umum. Berdasar keterkaitan
eksternal tersebut, beberapa kegiatan yang
berpotensi menjadi stimulan
perkembangan wilayah, seperti perdagangan grosir dan pasar perlu dipindahkan dari
koridor untuk memeratakan perkembangan wilayah agar tidak cenderung memusat di
koridor serta untuk mengurangi beban koridor seiring dengan potensi perkembangan
Kabupaten Sumenep secara umum. Pemindahan beberapa kegiatan tersebut perlu
juga seiring dengan pengembangan jalur yang berfungsi mengalihkan pergerakan dari
luar Kabupaten atau bagian wilayah lain KabupatenSumenep (pergerakan region
B.
Potensi dan tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Di Kabupaten Sumenep banyak terjadi permasalahan mengenai penataan bangunan
dan lingkungan, khususnya di wilayah-wilayah cepat tumbuh. Secara umum berikut
permasalahan yang terjadi di Kabupaten Sumenep, antara lain:
1) Belum mempunyai mekanisme tentang bangunan gedung yang menjamin
keselamatan, keamanan dan kenyamanan bangunan gedung termasuk pada
daerah-daerah rawan bencana.
2) Belum semua wilayah strategis dan cepat tumbuh mempunyai RTBL yang dapat
mengarahkan semua pihak dalam membangun gedung.
3) Menjamurnya gedung-gedung di areal produktif sehingga banyak petani kehilangan
lahan yang berdampak pada kemiskinan asset.
4) Banyaknya bangunan gedung pemerintahan yang belum memenuhi persyaratan
keselamatan, keamanan dan kenyamanan.
5) Penyelengaraan bangunan gedung dan rumah Negara kurang tertib dan efesien.
6) Masih banyaknya aset Negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.
7) Terjadinya degradasi kawasan strategis, padahal punya potensi ekonomi untuk
mendorong pertumbuhan Kabupaten Sumenep.
8) Lembaga legislatif maupun eksekutif belum banyak memahami tentang penataan
bangunan dan lingkungan.
9) Secara kelembagaan Pemerintah Kabupaten Sumenep belum memadai dalam
pengelolaan penataan bangunan dan lingkungan.
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 7
7.2.2 Sasaran Program,
Berdasarkan kondisi serta permasalahan mengenai penataan bangunan dan
lingkungan yang ada, terdapat beberapa program yang akan diusulkan di beberapa
kawasan, yaitu:
1. Kawasan prioritas yang akan diusulkan dalam sektor penataan bangunan dan
lingkungan adalah kawasan perkotaan, dimana pada beberapa kawasan di
Kecamatan Sumenep memiliki potensi yang cukup besar untuk dijadikan sebagai
kawasan wisata, antara lain Kawasan Alun-alun Sumenep, Kawasan Keraton
Sumenep, serta Kawasan Makam Pahlawan, dan Makam Asta Tinggi.
2. Penataan Kawasan Koridor Jalan Trunojoyo – Jalan Halim Perdana Kusuma
(Haperkus) yaitu menyusun rencana tata bangunan dan lingkungan sebagai
pedoman rancang bangun lingkungan yang dapat digunakan sebagai sarana
mengendalikan pembangunan dan pembangunan fisik kawasan/lingkungan di
wilayah kawasan khusus koridor Jalan Trunojoyo – jalan Halim Perdana Kusuma.
Sasaran program mengaitkan kondisi eksisting dengan target yang harus dicapai.
Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembangunan
bidang Cipta Karya khususnya sektor penataan bangunan dan lingkungan baik di
tingkat Pusat maupun di tingkat kabupaten/kota.
Tabel 7. 4 Matrik Sasaran Program Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan
NO
URAIAN SASARAN
PROGRAM
SASARAN
PENANGANAN
I
Penyelenggaraan
Bangunan Gedung
…. m2
II
Penataan Bangunan dan
Lingkungan Strategis
…. m2
III
Revitalisasi Kawasan
Tematik Perkotaan
…. Kawasan
IV
Pengembangan RTH
…. m2
V
Fasilitasi Ruang terbuka
Publik/ Edukasi dan
Partisipasi Masy.
…. Kecamatan
VI
Turbinwas BG
…. %
Bangunan ber
IMB
TAHUN
I
SASARAN PROGRAM
TAHUN
TAHUN
TAHUN
II
III
IV
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
TAHUN
V
|7- 8
KET
7.3. Sektor Pengembangan SPAM
Bagian ini memaparkan kondisi eksisting, sasaran program, serta usulan kebutuhan
program dan pembiayaan dalam pengembangan SPAM, khususnya dalam rangka
pencapaian gerakan nasional 100-0-100.
7.3.1 Kondisi Eksisting
A.
Data pelayanan air minum, baik perpipaan maupun non perpipaan
Karakteristik dari sumber air yang di gunakan penduduk di Kabupaten Sumenep untuk
keperluan rumah tangga yang dalam hal ini bersumber dari PDAM/ leideng, sumur, dan
mata air. Dari 18 kecamatan yang ada di Kabupaten sumenep wilayah daratan untuk
pemenuhan kebutuhan akan air bersih tidak semua kecamatan menggunakan layanan
PDAM atau dari lembaga swadaya masyarakat seperti HIPPAM, HIPPA, maupu P2AT.
Dari 18 kecamatan yang terlayan dengan PDAM terdiri dari Kecamatan Kota Sumenep,
Kecamatan Manding (sebagian kecil saja), Kecamatan Kalianget, Kecamatan Pragaan
dan Kecamatan Dasuk (sebagian kecil saja), Kecamatan Ambunten dan Kecamatan
Batang-batang. Kecamatan lain di Kabupaten sumenep wilayah daratan untuk
pemenuhan kebutuhan akan air bersih masih bersumber dari mata air. Namun fungsi
mata air tersebut lebih ditekankan untuk kegiatan irigasi, khususnya pada musim
tembakau. Sedangkan untuk pemenuhan kebutuhan akan MCK dan air minum,
penduduk membuat sumur, baik sumur gali yang ditarik dengan tali maupun sumur bor
yang menggunakan mesin.
Aspek teknis Kabupaten Sumenep (daratan)
Air Minum Perpipaan
Penduduk Kabupaten Sumenep memenuhi kebutuhan air minum dari 3 jenis sumber,
yaitu:
1. Sistem perpipaan, dikelola oleh PDAM.
2. Air permukaan dari sungai-sungai yang ada.
3. Air tanah, terutama melalui sumur dangkal.
Jenis air minum penduduk yaitu menggunakan air permukaan sekitar 23,4% sumur gali
14,6%, sumur dangkal 2%, sumur bor dalam 2%, hidran umum PDAM 13% dan sambungan
langsung PDAM 45%.
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 9
Tabel 7. 5 Jenis Sumber Air Minum Penduduk
Jenis Sumber Air
Jumlah Pemakai
(%Penduduk Total)
Melalui perpipaan-PDAM
Sambungan rumah
Dari tetangga
Hidran umum
Sistem non perpipaan
Sumur
Air Permukaan&air hujan
Membeli air (vendors)
38%
13%
4%
16%
17%
2%
Penyediaan air minum melalui sistem perpipaan dikelola oleh PDAM Kabupaten
Sumenep, tidak ada sistem yang dikelola oleh swasta atau kelompok masyarakat,
kecuali untuk beberapa industri dan hotel memiliki sistem penyediaan air minum
perpipaan dengan skala kecil.
Air minum non perpipaan
Sumber utama air minum non perpipaan untuk keperluan domestic adalah air
permukaan dan air tanah. Terdapat sekitar 10-15% penduduk yang tergantung pada air
peermukaan dan air tanah untuk keperluan makan dan minum.
Perlu dicatat bahwa setiap 3-5 tahun pada musim kemarau kadar garam air permukaan
dan air tanah dapat melebihi 600 mg/1 sehingga tidak dapat digunakan sebagai sumber
air minum. Selama masa tersebut PDAM tidak bisa beroperasi karena tidak ada
alternatif sumber air baku yang lain.
Aspek teknis Kabupaten Sumenep (kepulauan)
Sistem penyediaan air minum di Kepulauan Kabupaten Sumenep saat ini dilayani oleh
PDAM Kabupaten Sumenep dan Non PDAM baik oleh masyarakat sendiri sebagai
individu dan kelompok masyarakat seperti HIPPAM dan KSM bentukan Program
WSLIC.
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 10
PELAYANAN AIR MINUM PERPIPAAN PDAM
Wilayah kecamatan yang sistem penyediaan air minumnya dilayani oleh PDAM
Kabupaten Sumenep adalah Pulau Kangean (Kecamatan Arjasa dan Kecamatan
Kangayan) dan Pulau Sapudi (Kecamatan Gayam dan Kecamatan Nonggunong). Jenis
pelanggan terdiri atas pelanggan :
Pelanggan golongan I (sosial), terdiri dari :
Sosial umum
Sosial khusus
Pelanggan golongan II (non niaga), terdiri dari :
Rumah tangga A
Rumah tangga B
Pemda Tk.II Sumenep
Instansi pemerintah
HANKAM, yang terdiri dari TNI AD dan POLRI
Pelanggan golongaan III (niaga), terdiri dari :
Niaga kecil
Niaga besar
a.
Unit Air Baku
Sumber air baku yang digunakan oleh PDAM Kabupaten Sumenep untuk
melayani kebutuhan air pada unit-unit kepulauan adalah sebagai berikut;
1. Unit Arjasa (P. Kangean) mempunyai kapasitas sebesar 130 liter/detik yang
berasal dari 3 sumber air, yaitu :
a.
Mata air Jelgung dengan kapasitas sebesar 17,5 liter/detik;
b.
Sumur bor Angon-angon dengan kapasitas sebesar 25 liter/detik;
c.
Sumur bor Nyangkreng dengan kapasitas sebesar 25 liter/detik.
2. Unit Gayam (P. Sapudi) mempunyai kapasitas sebesar 2,5 liter/detik yang
berasal dari :
a.
Sumur bor Tonggung dengan kapasitas sebesar 2 liter/detik dan;
b.
Sumur bor Ro’koro’ dengan kapasitas sebesar 0,5 liter/detik.
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 11
Berdasarkan uji yang pernah dilakukan oleh PDAM Kabupaten Sumenep, air dari
sumber-sumber tersebut memiliki kualitas yang baik, sehingga tidak dilakukan
pengolahan terhadap air baku. Kapasitas unit air baku untuk unit Arjasa dan Unit
Gayam dapat dilihat pada Tabel 2-29 berikut ini.
Tabel 7. 6Jenis Kapasitas Terpasang, Jam Operasi dan Sistem Pengaliran pada Unit
Kangean dan Sapudi
b.
Unit Produksi Dan Distribusi
1. Unit Arjasa (P. Kangean)
Unit produksi yang ada pada sistem penyediaan air minum PDAM Kabupaten
Sumenep unit Kangean secara ringkas sebagai berikut:
a.
Dari MA Jelgung ditangkap kemudian dipompakan menuju reservoir
berjarak 4500 m, baru didistribusikan ke:
o Desa Pandeman 224 SR
o Desa Gelgung 1 SR
o Desa Pasereman 136 SR
o Desa Sembakati 53 SR
o Desa Angon-Angon 20 SR
o Desa Duko 70 SR
o Desa Arjasa 412 SR
o Desa Kalikatak 171 SR.
b.
Dari Sumur Bor Angon-angon disuntikkan ke pelanggan di Angon-angon
sebesar 20 SR dan Sambakati 53 SR atau Total 83 SR.
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 12
c.
Dari Sumur Bor Nyangkreng disuntikkan langsung ke pelanggan untuk
menambah Kapasitas distribusi di Desa Duko, Desa Arjasa dan Desa
Kaliklatak.
2. Unit Gayam (P. Sapudi)
Untuk Unit Produksi Pulau Sapudi dapat digambarkan sebagai berikut: Dari
Sumber Tonggung didistribusikan secara grafitasi ke Desa Gayam dan Pancor
ke sekitar 235 sambungan rumah.
PELAYANAN AIR MINUM PERPIPAAN NON PDAM
Pelayanan perpipaan air minum non PDAM terutama untuk desa dilakukan oleh
Program WSLIC (Water and Sanitation For Low Income Community) dan HIPPAM
(Himpunan Penduduk Pemakai Air Minum). Desa-desa yang sudah memiliki perpipaan
dari Program WSLIC adalah sebagai berikut:
1. Kecamatan Gayam terdiri dari 7 desa yaitu:
Prambanan untuk 1.752 jiwa
Kalowang untuk 929 jiwa
Jambung untuk 625 jiwa
Gendang Barat untuk 776 jiwa
Tarebung untuk 728 jiwa
Nyamplong untuk 1.752 jiwa.
2. Kecamatan Giligenteng:
Banmaleng untuk 1.906 jiwa.
Desa-desa yang lain belum terlayani perpipaan.
PELAYANAN AIR MINUM NON PERPIPAAN
Air minum penduduk Kepulauan Kabupaten Sumenep diperoleh dari mata air, air tanah
dan air hujan. Di Pulau Sapudi untuk Kecamatan Gayam sebagian besar mendapatkan
air dari mata air dan sumur dangkal. Air tanah dari sumur dangkal cenderung payau
sehingga hanya digunakan untuk mandi saja. Untuk Kecamatan Nanggunong sama
dengan di Kecamatan Gayam sebagian besar menggunakan air tanah dangkal.
Di Pulau Kangean, yaitu Kecamatan Arjasa, selain menggunakan air PDAM, juga
menggunakan air tanah dangkal dengan kualitas yang kurang baik. Keadaan yang
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 13
sama berlaku untuk Kecamatan Kangayan. Kondisi di Pulau Giligenting dan Gili Raja
Kecamatan Giligenting, hampir semua menggunakan air tanah dangkal. Untuk Pulau
Raas Kecamatan Raas, sebagian besar menggunakan air tanah dangkal. Sedangkan
untuk Kecamatan Masalembu yang terdiri dari Pulau Masakambing dan Masalembu,
penduduk menggunakan air tanah dangkal.
Untuk Kecamatan Sapeken yang terdiri dari Pulau Paliat, Pulau Sapeken, Pulau
Sapanjang dan sekitarnya, mengunakan air tanah dangkal dan sebagian mata air.
Selain itu penampungan air hujan juga digunakan di wilayah ini.
Untuk Kecamatan Talango, yaitu Pulau Talango dan Gililabak, menggunakan air tanah
dangkal sebagai sumber pemenuhan kebutuhan air minumnya. Penampung air hujan
juga digunakan sebagai alternatif yang bisa dihandalkan.
Kelembagaan
Kelembagaan masyarakat dalam pengelolaan air bersih dan sanitasi dimaksudkan
sebagai berapa unsure perkumpulan masyarakat atau kelompok-kelompok
masyarakat yang secara kebersamaan dan berdasarkan kemusyarakatan untuk
menggunakan air bersih. Dalam pengelolaan air bersih sendiri, sector ini tidak dapat
dipisahkan dengan sanitasi umum. Kelembagaan masyarakat dalam pengelolaan air
bersih dan sanitasi umum sangat penting keberadaannya dalam upaya menjaga
kesinambungan antara sumber daya air dan lingkungan serta tingkat kebutuhan
terhadap air itu sendiri. Faktor utama yang dijadikan tolak ukur dalam pengembangan
jaringan air bersih dan sanitasi adalah faktor sosial. Faktor sosial ini merupakan based
domein service atau kebutuhan pelayanan dasar sektor air bersih dan sanitasi yang
didasarkan pada kebutuhan objektif masyarakat tingkat bawah. Kondisi kelembagaan
masyarakat pengelolaan air bersih di wilayah Kabupaten Sumenep hingga saat ini
(tahun 2008) terdapat 10 (sepuluh) dan tersebar di 5 (lima) kecamatan. Untuk
kelembagaan di kecamatan lainnya masih belum ada. Beberapa hal terkait dengan
kelembagaan masyarakat pengelolaan air bersih dapat ditinjau dalam beberapa
asepek, yaitu :
1. Tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan sektor air bersih
2. Kelembagaan ekonomi yang efisien dan berkelanjutan
3. Kelembagaan hukum sektor air bersih.
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 14
Beberapa aspek tersebut, secara keseluruhan belum terimplementasikan di wilayah
Kabupaten Sumenep khususnya wilayah daratan.
Kelembagaan Pemerintah daerah
Unsur kelembagaan Pemerintah Daerah dimaksudkan sebagai dinas teknis atau
lembaga teknis yang terkiat dengan pengelolaan sektor air bersih dan irigasi. Unsur
kelembagaan teknis ini dapat berbentuk organisasi yang terdapat dalam lingkup
Kabupaten. Dalam hubungannya dengan pengembangan sektor air bersih dan sanitasi
di Kabupaten Sumenep, bentuk lembaga teknis dapat berupa :
1. Badan Usaha Milik Daerah
Badan usaha milik daerah yang menangani pelaksanaan pengembangan air bersih
di Kabupaten Sumenep adalah PDAM. PDAM disini berfungsi dan berperan dalam
mengembangkan pengaturan penyelenggaraan air minum di lingkungan
permukiman.
2. Dinas Teknis
Dinas terkait dengan sektor air bersih adalah Dinas Irigasi. Dinas ini berkaitan
dengan pengendalian, pengawasan dan pemanfaatan sungai.
Adapun fungsi dari lembaga teknis tersebut adalah :
1. pengelolaan sektor air bersih baik secara teknis maupun non teknis;
2. mengkoordinasikan (steering) seluruh kegiatan perencanaan, pengembangan dan
pembangunan terkait dengan sektor air bersih dan sanitasi;
3. melakukan pembinaan terhadap lembaga masyarakat sektor air bersih;
4. melakukan pembinaan, fasilitasi dan informasi terkait dengan teknologi
pengembangan air bersih;
5. melakukan pengendalian dan pengawasan terhadap seumber daya air yag ada,
pelaksanaan operasi distribusi penyediaan air dan sanitasi.
Untuk
menunjang fungsi tersebut diatas, diperlukan penguatan tata kerja
kelembagaan terkait sehingga memberikan pelayanan air bersih secara akuntabel dan
mencapai terget yang diharapkan. Penguatan tata kerja tersebut harus dibarengi
adanya sumber daya manusia yang memadai, sehingga potensi dan permasalahan
terkait dengan pelayanan air bersih dapat dilakukan secara kebersamaan dan tidak
menimbulkan ketidakadilan dalam pelayanan air bersih.
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 15
Peran serta masyarakat
Umumnya masyarakat di Kabupaten Sumenep wilayah daratan dalam memanfaatkan
sumber air bakunya untuk keperluan air minum, maupun untuk keperluan air bersih
rumah tangga dengan memanfaatkan sumber yang ada, baik itu mata air, sumur
gali/bor. Sedangkan untuk keperluan irigasi, masyarakat di Kabupaten Sumenep
wilayah daratan memanfaatkan sumber air dari mata air, sumur bor, juga sungai.
Karakter masyarakat di beberapa kecamatan yang ada di bagian utara Kabupaten
Sumenep wilayah daratan, dalam memanfaatkan sumber air yang berupa mata air
cenderung dengan cara yang masih manual, yaitu untuk tiap rumah tangga dengan
memasang pipa yang di sedot langsung dari mata air yang kebanyakan berada di area
masjid. Sedangkan untuk rumah yang jaraknya jauh dengan masjid dengan
maenggunakan sarana dari pemerintah seperti WSLIC untuk keperluan irigasi,
sedangkan untuk kebutuhan air minum dengan membuat sumur gali/bor di rumah
yang miliki kadar resapan air yang bagus dan juga mampu untuk membuat sumur
tersebut. Dan rumah-rumah yang berada disekitarnya dengan memasang pipa pada
sumur tersebut dengan kompensasi membantu membayar iuran listriknya.
B. Potensi dan tantangan Pengembangan SPAM
Secara umum, masalah utama sektor air minum di Kabupaten Sumenep adalah:
1) Tingkat pelayanan air minum oleh PDAM relative masih rendah, sementara sumber
air minum lainnya tidak memenuhi persyaratan.
2) Kapasitas produksi terpasang masih belum dapat didistribusikan secara optimal
karena terbatasnya jaringan distribusi.
3) Sistem distribusi belum begitu baik karena volume reservoir belum mencukupi
kebutuhan.
4) Masalah air baku yang dipengaruhi intrusi air laut, khususnya di musim kemarau.
5) Tingkat kehilangan air relatif cukup tinggi.
Tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan sektor air bersih masih
dipengaruhi oleh faktor ekonomi. Kondisi ekonomi masyarakat yang rendah
khususnya di wilayah perdesaan membrikan kontribusi yang pasif dalam
pengembangan air bersih sehinga pengelolaan dan pemanfaatannya masih bersifat
tradisional dan bersifat pribadi. Dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Sumenep
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 16
memberikan peran yang penting dalam pengelolaan air bersih. Namun demikian,
adanya tarik ulur antar kepentingan sosial dan ekonomi dalam lingkup masyarakat,
menyebabkan adanya ketidasinkronisasi dan kedinamisan dalam pemanfaatan air
yang ada. Beberapa kelembagaan yang sudah terwujud dan terdata masih terbatas
dan belum mampu mewujudkan aspirasi masyarkat secara keseluruhan.
Sistem Penyediaan Air Bersih
Sistem pelayanan air bersih tiap kecamatan di Kabupaten Sumenep wilayah daratan,
yang merupakan kawasan perkotaan dikelola oleh PDAM dengan pengembangan
jaringan pipa air bersih, dibagi dalam bebera tipe perpipaan, antara lain jaringan pipa
primer,jaringan pipa sekunder dan jaringan pipa tersier (PDAM Kab Sumenep).
Jaringan primer diarahkan pada jalan-jalan utama kawasan dan dengan diameter pipa
200mm. Debit maksimun jaringan pipa primer 62,8l/det dan melayani maksimum 3140
konsumen. Jaringan pipa sekunder dengan diameter 100mm dan 75 mm melayani
konsumen maksimum 785 dan 411,5 dengan debit maskimum 15,70 lt/det dan 62,8
lt/det. Untuk jaringan pipa tersier dengan diameter 50 mm dan 25 mm melayani
konsumen maksimum 196,5 dan 49 serta debit maksimum 3,93 lt/det dan 0,98 lt/det.
Gambar 7. 1 Skema Penyediaan Sambungan Pipa Kran Umum
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 17
Gambar 7. 2 Skema Penyediaan Sambungan Pipa Kran Umum
7.3.2 Sasaran Program
Sistem Penyediaan Untuk Wilayah Perdesaan Dan Prioritas Pembangunan Sistem
Air Minumnya
Untuk wilayah perdesaan, sebagian besar penduduk memanfaatkan sumur dangkal
pribadi atau kelompok yang kemudian didistribusikan ke penduduk melalui Hidrant
Umum (HU). Pola ini digunakan oleh WSLIC dan HIPPAM. Prioritas desa-desa yang akan
diprogramkan adalah desa-desa sebagai berikut:
1) Desa rawan air termasuk rawan bencana;
2) Desa miskin;
3) Desa nelayan.
Prioritas pertama Desa rawan air yang diperoleh dari Laporan Indikasi Potensi Air
Bersih Untuk Kawasan Rawan Air Jawa Timur Tahun 2005 yang disampaikan oleh
Satuan Kerja Pengembangan Kinerja Air Minum Propinsi Jawa Timur. Desa-desa ini
mengalami kekeringan antara 6-8 bulan sehingga perlu prioritas penanganan. Yang
termasuk Kategori ini ada 4 desa yaitu:
Desa Karangnangka, Kecamatan Raas
Desa Alas Malang, Kecamatan Raas
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 18
Desa Poteran, Kecamatan Raas
Desa Kombang, Kecamatan Talango
Untuk desa miskin kategori merah (kelas terendah) ada 25 lokasi. Lokasi-lokasi ini
tersebar di wilayah :
1) Kecamatan Giligenting desa Lombang.
2) Kecamatan Talango, Desa Cabbiya
3) Kecamatan Raas, yaitu Desa Karopoh, Desa Karangnangka, Desa Alasmalang, Desa
Tonduk, Desa Jungkat.
4) Kecamatan Sapeken, yaitu Desa Sapeken, Desa Paliat, Desa Sakata, Desa Sabunten.
5) Kecamatan Arjasa, yaitu Desa Gelaman, Desa Kalisangka, Desa Buddi, Desa Pabian.
6) Kecamatan Kangayan, yaitu Desa Kangayan, Desa Daandung, Desa Timur
Janjang,Desa Jukong-jukong, Desa Batuputih, Desa Tembayang, Desa Cangkrimaan,
Desa Saobi.
Sistem yang akan dikembangkan ada 2 (dua) sistem yang akan diserahkan kepada
masyarakat untuk memilih sistem yang digunakan dengan dilakukan proses
pemberdayaan terlebih dahulu. Sistem yang akan ditawarkan ada 2 (dua) yaitu :
Sistem penampungan air hujan (PAH) dengan telaga/embung tiap desa /perdusun.
Dilengkapi dengan IPA sederhana. Baru kemudian didistribusikan ke Hidrant Umum.
Dimana 1 HU dipergunakan untuk 20 KK atau 1 RT. Untuk tahap 1 Sambungan Rumah
akan dicoba untuk 20% pelanggan.
Sistem yang kedua adalah menggunakan air tanah dengan dipompa ke pelanggan
seperti kondisi sambungan yang dibuatkan WSLIC saat ini, tetapi dengan jaringan
perpipaan yang langsung ke rumah.
Prioritas kedua adalah lokasi dengan tingkat kemiskinan pada kategori kuning. Wilayah
ini sampai saat ini tidak mengalami kekeringan. Tetapi akan berpotensi kering bila
penduduk tidak dibantu mempermudah memperoleh air minum. Lokasi –lokasi yang
termasuk dalam katagori ini adalah :
1) Kecamatan Giligenting, yaitu Desa Banbaru, Desa Jate, Desa galis.
2) Kecamatan Talango, yaitu Desa Gapurana, Desa Poteran, Desa Palasa.
3) Kecamatan Raas, yaitu Desa Ketupat.
4) Kecamatan Sapeken, yaitu Desa Tanjungkiaok.
5) Kecamatan Arjasa, yaitu Desa Laok Jangjang.
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 19
Prioritas ketiga adalah lokasi dengan kondisi kemiskinan masyarakat diatas kategori
kuning dan merah. Wilayah ini sampai saat ini tidak mengalami kekeringan. Tetapi akan
berpotensi kering bila penduduk tidak dibantu mempermudah memperoleh air
minum. Tetapi kondisi penduduk masih mampu mengadakan air sendiri karena tingkat
ekonominya lebih baik. Lokasi-lokasi yang termasuk dalam kategori ini adalah :
1) Kecamatan Talango, yaitu Desa Talango
2) Kecamatan Nonggunong, yaitu Desa Talaga, Desa Sonok, Desa Sukarame Paseser,
Desa Sukarame Timur, Desa Somber, Desa Tanah merah, Desa Nanggunong, Desa
Rosong.
3) Kecamatan Raas, yaitu Desa Brakas, Desa Guwa-guwa.
4) Kecamatan Sapeken, yaitu Desa Pagerungan kecil, Desa Sepanjang, Desa Sasiil.
5) Kecamatan Masalembu, yaitu Desa Masalima, Desa Sukajeruk, Desa Karamian,Desa
Masakambing.
Sistem Penyediaan Air Minum Oleh PDAM Untuk Wilayah Perkotaan (Ibukota
Kecamatan)
A. PDAM Unit Kangayan
Wilayah pelayanan PDAM ada di dua kecamatan yaitu di Kecamatan Arjasa. Kondisi
pelayanan PDAM di Kecamatan Arjasa masih belum optimal. Jumlah pelanggan masih
mampu terlayani oleh PDAM bahkan potensi pelanggan baru ada 211 pelanggan daftar
tunggu. Berdasarkan analisa kondisi Program Bantuan Teknis Penyehatan PDAM
Kabupaten Sumenep yang dilakukan oleh Satuan Kerja Pengembangan Kinerja Air
Minum Jawa Timur diperoleh data kondisi sebagai berikut :
1)
Ada kapasitas menganggur (idle) sebesar 32,10 l/det dari kapasitas sumber sebesar
80 l/det. Kondisi ini disebabkan oleh :
Kondisi sumber air Jeddung yang perlu dicek kembali apakah ada penurunan
atau tidak sehingga ada idle sebesar ini.
Diindikasikan Pipa transmisi belum optimal.
Sistem distribusi menggunakan grafitasi perlu dianalisa lebih lanjut apakah
efisien atau tidak dengan panjang jaringan yang ada.
Rata-rata operasi 8 jam per hari dilaksanakan secara bergiliran 4 jam di wilayah
di wilayah tinggi dan 4 jam di wilayah rendah. Pemompaan dilakukan untuk
pengisian reservoir. Jadi volume reservoi perlu dilihat apakah bisa dibesarkan.
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 20
2)
Daftar tunggu calon pelanggan besar.
Rencana tindak yang bisa dilaksanakan untuk optimalisasi potensi ini adalah :
1)
Evaluasi kapasitas sumber yang akan dilaksanakan oleh PDAM apakah benar
sehingga untuk optimalisasi punya dasar yang kuat. Berdasar evaluasi PDAM unit
Kangean yang telah dilaksanakan pada awal bulan Nopember tahun 2007 debit
MA/Sumber Jelgung hanya 17 l/detik sehingga akan diadakan evaluasi-evaluasi
untuk program optimalisasi selanjutnya.
2)
Evaluasi spesifikasi pompa dan tata cara pengoperasian yang benar yang
dilaksanakan oleh PDAM dan bantuan dana APBD.
3)
Evaluasi kemampuan pengaturan debit di jaringan transmisi dan distribusi utama.
4)
Meningkatkan jam pelayanan menjadi 24 jam dengan penambahan kapasitas
reservoir dan subsidi bahan bakar genset oleh Pemerintah Daerah.
5)
Mengoptimalkan sisa kapasitas yang akan dilaksanakan oleh PDAM.
B.
PDAM Unit Sapudi
Unit Sapudi melayani Desa Gayam 235 SR dengan 2 sumber air dari Mata air Toggung
sebesar 2 l/det dan Sumber Air Ro’koro’. Di kedua sumber tidak dilengkapi meter induk
sehingga air yang terdistribusi tidak terdeteksi.
Selain mengevaluasi sumber dan jaringan, perlu dilihat apakah minat masyarakat
menjadi pelanggan PDAM masih cukup besar mengingat desa-desa lain menggunakan
jaringan HIPPAM dan WSLIC yang lebih murah. Dan sumber air ini juga dipakai oleh
HIPPAM. Perlu dibuatkan mekanisme yang jelas untuk masalah ini.
Rencana tindak yang bisa dilaksanakan adalah;
Pengadaan meter air.
Bekerjasama dengan HIPPAM agar harga air relatif sama dan Mata air dibebaskan
oleh Pemkab dan di kelola oleh PDAM. HIPPAM mengelola pasokan kompensasi
yang disetujui bersama antar HIPPAM dan PEMKAB.
Penyediaan air baku air minum di kepulauan yang paling utama adalah debit yang bisa
diandalkan untuk memasok. Debit yang bisa diandalkan adalah dari air hujan.
Perhitungan kasar debit air baku dari air hujan dengan asumsi:
1)
Intensitas hujan 115 mm/bulan intensitas rata-rata per tahun Kabupaten Sumenep.
2)
Hari hujan yang ditampung adalah 14 hari hujan.
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 21
3)
Wilayah tangkapan air adalah 40% wilayah pulau.
4)
Hari kering untuk pemanfaatan adalah 6 bulan (180 hari), maka diperoleh
gambaran debit air tertampung dan bisa dimanfaatkan seperti pada tabel 5-03
berikut ini.
7.4. Sektor Pengembangan PLP
Bagian ini memaparkan kondisi eksisting, sasaran program, serta usulan kebutuhan
program dan pembiayaan dalam pengembangan PLP, khususnya dalam rangka
pencapaian gerakan nasional 100-0-100.
7.4.1 Kondisi Eksisting
A. Kondisi eksisting pengembangan air limbah permukiman
Dari 299,582 KK yang bertempat tinggal di Kabupaten Sumenep, sekitar 69,34%
fasilitas pembuangan limbah manusia secara on site menggunakan septitank dan
cubluk. Sedangkan yang menggunakan on site secara komunal seperti jamban umum
atau MCK sekitar 8,83% dari jumlah rumah tangga (KK), dan yang lainnya menggunakan
tempat terbuka atau sungai untuk fasilitas pembuangan limbah manusianya. Data
selengkapnya sebagai berikut:
Tabel 7. 7Jenis Cakupan Pelayanan Air Limbah Sistem On – Site
No
Kecamatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Pragaan
Bluto
Saronggi
Giligenteng
Talango
Kalianget
Sumenep
Batuan
Lenteng
Ganding
Galuk-galuk
Pasongsongan
Ambunten
Jumlah Prasarana dan Sarana Sistem On-Site
Pengumpulan
Pengolahan
Jamban
Septic
MCK
Lain-lain
Cubluk
Lain-lain
Keluarga
Tank
671
18
4532
18
671
4532
391
11
2211
11
391
2211
352
8
234
8
352
234
333
8
2454
8
333
2454
371
14
4565
14
371
4565
111
15
1343
15
111
1343
514
11
235
11
514
235
346
7
235
7
346
235
387
10
2355
10
387
2355
635
9
1345
9
635
1345
525
10
1244
10
525
1244
364
5
2133
5
364
2133
853
8
123
8
853
123
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 22
No
Kecamatan
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Rubaru
Dasuk
Manding
Batuputih
Gapura
Batang-batang
Dungkek
Nonggunong
Gayam
Raas
Sapeken
Arjasa
Kangayan
Masalembu
Jumlah Prasarana dan Sarana Sistem On-Site
Pengumpulan
Pengolahan
Jamban
Septic
MCK
Lain-lain
Cubluk
Lain-lain
Keluarga
Tank
443
5
3544
5
443
3544
199
5
2434
5
199
2434
913
5
2432
5
913
2432
394
4
1455
4
394
1455
236
6
1234
6
236
1234
244
7
1223
7
244
1223
573
7
1235
7
573
1235
124
3
1454
3
124
1454
675
5
1543
5
675
1543
475
9
1654
9
475
1654
296
3
1455
3
296
1455
553
11
3345
11
553
3345
374
18
1421
18
374
1421
109
17
1564
17
109
1564
Tingkat Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan
Seiring dengan pertambahan permukiman penduduk tingkat kesahatan masayarakat
miskin. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah pasien di Rumah Sakit mapun Puskesmas
semakin meningkat terutama pada musim-musim tertentu. Penyakit yang menimpa
masyarakat rata-rata adalah penyakit menular. Karena penyakit yang sering menimpa
masyarakat pada umumnya diderita secara komunal dalam sebuah komunitas
masyarakat.
Kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan masyarakat setempat dan
keberadaan fasilitas kesehatan yang menunjang. Fasilitas kesehatan yang ada di
Kabupaten Sumenep adalah Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan
Puskesmas Keliling. Jumlah rumah sakit pada tahun 2008 sebanyak 2 buah, Puskesmas
sebanyak 29 buah, Puskesmas Pembantu 71 buah, Puskesmas Keliling sebanyak 29
buah.
Jenis 10 penyakit yang sering diderita oleh masyarakat yaitu Ispa, Gastritis, Thypus,
Adominalis, Desentri, Kulit, Hipertensi, Tulang, telinga dan saluran kencing.
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 23
Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah
Prasarana dan sarana pengelolaan air limbah di Kabupaten Sumenep sangat kecil
dibandingkan dengan jumlah penduduk yang secara otomatis penghasil limbah.
Sehingga sebagian besar air limbah di Kabupaten Suemenp belum tertangani dengan
baik.
Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar masayarakat Kabupaten Sumenep
berada pada lingkungan yang mengancam kesehatannya terutama mereka yang
tinggal di kawasan kecamatan Kota Sumenep dan Kecamatan Kalianget.
Tabel 7. 8Kapasitas Pelayanan Tahun 2008 Kabupaten Sumenep
Prasarana/sarana
Jumlah
Kapasitas
Truk tinja
23 Unit
750 Jiwa
IPLT
17 unit
750 Jiwa
IPAL
17 unit
750 Jiwa
Sistem Pengolahan
Langsung ditangani
pemerintah dengan
didanai APBD
Langsung ditangani
pemerintah dengan
didanai APBD
Langsung ditangani
pemerintah dengan
didanai APBD
Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Pengelolaan Air Limbah
Walaupun Sarana dan Prasarana jauh dari kondisi ideal, tapi kondisi fisiknya semuanya
baik. Sehingga setiap hari sebagian kecil limbah mansuia tertangani dengan baik. Akan
tetapi masalahnya terletak pada kapasitas pengangkutan dan pengaliran serta tempat
\ pengelolaan belum dibangun di Kabupaten Sumenep. Air limbah mengalir langsung
kepermukaan air sungai tidak melalui pengelolaan terlebih dahulu.
Peraturan perundangan
Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah dalam Rencana Kabupaten
Sumenep :
Peningkatan akses pelayanan air limbah baik melalui sistem on-site maupun offsite di perkotaan dan perdesaan.
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 24
Peningkatan pembiayaan pembangunan prasarana dan sarana air limbah
permukiman.
Peningkatan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan
sistem pengelolaan air limbah permukiman.
Penguatan kelembagaan.
Pengembangan perangkat peraturan daerah
Permasalahan dan tantangan pengembangan air limbah
I.
Identifikasi permasalahan air limbah
Persoalan air limbah yang dihadapi masyarakat sebagian belum tertangani oleh
pemerintah dan masyarakat, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
1)
Pemahaman masyarakat terhadap teknik penanganan belum begitu maksimal,
sehingga menurut anggapan masyarakat permasalahan air limbah tidak menjadi
ancaman. Hal ini yang mendasari pemanfaatan air yang sudah tercemar untuk
pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
2)
Belum ada perda yang mengatur tentang penanganan air limbah. Sehingga tidak
ada kebijakan yang dapat mengatur penanganan air limbah secara spesifik.
3)
Kondisi keuangan daerah sangat kecil disbanding dengan tingkat kebutuhan
pengelolaan air limbah.
II.
Tantangan dan peluang pengembangan sektor air limbah
Sasaran dalam pengelolaan air limbah yang diharapkan oleh Kabupaten Sumenep
anatara lain:
1) Pemenuhan kebutuhan dasar penduduk terhadap akses pelyanan air limbah
mengingat tingkat pencemaran lingkungan semakin mengancam penduduk.
2) Meningkatkan keberlanjutan lingkungan, sehingga terjadi keseimbangan ekologi
yang dapat mempertahankan kehidupan secara sehat.
3) Pemenuhan kebutuhan pembangunan ekonomi Kabupaten Sumenep, karena
dengan penyehatan lingkungan secara otomatis masyarakat menjadi produktif.
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 25
Tabel 7. 9Permasalahan dan Upaya Penanganan
No
A
1
2
3
B
1
2
Aspek
Permasalahan
Pengelolaan
yang Dihadapi
Air Limbah
KELEMBAGAAN
Bentuk
Belum
ada
Institusi
insttitusi
khusus
yang
menangani air
limbah, masih
tersentral pada
Pemda
yaitu
kantor
kebersihan dan
pertamanan
Kabupaten
Sumenep
Dasar Hukum
Pembentukan
SDM
Belum
teridentifikasi
SDM
yang
dapat
dimanfaatkan
untuk
penanganan air
limbah
TEKNIS OPERASIONAL
Ketersediaan Masterplan
dokumen
pengelolaan air
pperencanaa limbah belum
n
ada
(masterplan,
FS, DED)
Sanitasi Sistem On-Site
a) Pembangunan baru
MCK
Tingkat
Jamban
kemampuan
Keluarga
dan
dan Septic
Tank/Cubluk pemahaman
masyarakat
terhadap
standar
kelayakan
Yang Sudah
Dilakukan
Tindakan
Yang sedang
Dilakukan
Penan
ggung
Jawab
Yang Akan
Direncanakan
Belum ada
Belum ada
Pembentukan
institusi atau komite
yang focus pada
penanganan
air
limbah
Kantor
Kebers
ihan
dan
Perta
manan
Kabup
aten
Sumen
ep
Belum ada
Belum ada
Identifikasi SDM
Pelatihan
Pembentukan
komite
Kantor
Kebers
ihan
dan
Perta
manan
Kabup
aten
Sumen
ep
Belum ada
Belum ada
Penyusunan
masterplan
pengelolaan
limbah
Kantor
Kebers
ihan
dan
Perta
manan
Kabup
aten
Sumen
ep
Belum ada
Belum ada
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
Sosialisasi
kampanye
air
dan
|7- 26
Kantor
Kebers
ihan
dan
Perta
manan
Kabup
aten
No
Aspek
Pengelolaan
Air Limbah
Septic Tank
Komunal
PS Sanitasi
berbasis
masyarakat
Truk tinja
IPLT
Permasalahan
yang Dihadapi
teknis
yang
sangat kurang
Tingkat
kemampuan
dan
pemahaman
masyarakat
terhadap
standar
kelayakan
teknis
yang
sangat kurang
Tingkat
kemampuan
dan
pemahaman
masyarakat
terhadap
standar
kelayakan
teknis
yang
sangat kurang
Tidak dapat
memenuhi
kebutuhan
Tidak dapat
memenuhi
kebutuhan
Yang Sudah
Dilakukan
Tindakan
Yang sedang
Dilakukan
Yang Akan
Direncanakan
Belum ada
Belum ada
Sosialisasi
kampanye
Belum ada
Belum ada
Penambahan unit
Belum ada
Belum ada
Penambahan unit
Belum ada
Belum ada
Penambahan unit
Pembangunan
infrastruktur
jalan
perkampungan
Pembangunan
infrastruktur jalan
perkampungan
b) Rehabilitasi dan peningkatan kapasitas
Terbatasnya
Pembangunan
Truk tinja
infrastruktur
infrastruktur
transportasi
jalan
truk dalam
perkampungan
pengangkutan
tinja
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
dan
|7- 27
Penan
ggung
Jawab
Sumen
ep
Kantor
Kebers
ihan
dan
Perta
manan
Kabup
aten
Sumen
ep
Kantor
Kebers
ihan
dan
Perta
manan
Kabup
aten
Sumen
ep
Kantor
Kebers
ihan
dan
Perta
manan
Kabup
aten
Sumen
ep
Kantor
Kebers
ihan
dan
Perta
manan
Kabup
aten
Sumen
ep
PU
Cipta
Karyta
No
3
Aspek
Pengelolaan
Air Limbah
IPLT, dll
Permasalahan
yang Dihadapi
Terbatasnya
infrastruktur
transportasi
truk dalam
pengangkutan
tinja
c) Operasi dan Pemeliharaan
Sistem retribusi
Truk tinja
belum berjalan
maksimal
sehingga
berdampak
pada
operasional dan
pemeliharaan
Sistem retribusi
IPLT
belum berjalan
maksimal
sehingga
berdampak
pada
operasional dan
pemeliharaan
Sanitasi Sistem off-Site
a) Pembangunan Baru
Sambungan Belum
mempunyai
rumah
petunjuk teknis
dan
perencanaan
yang
dapat
mengarahkan
pada
keberlanjutan
Belum
Sistem
mempunyai
jaringan
pengumpul petunjuk teknis
dan
perencanaan
yang
dapat
mengarahkan
pada
keberlanjutan
Kesadaran
Sistem
masyarakat
sanitasi
terhadap fungsi
berbasis
dan
masyarakat sanitasi
kapasitas
masyarakat
Yang Sudah
Dilakukan
Tindakan
Yang sedang
Dilakukan
Yang Akan
Direncanakan
Penyusunan
masterplan
pembangunan
perumahan
penduduk
Penan
ggung
Jawab
PU
Cipta
Karyta
Belum ada
Belum ada
Penyusunan
mekanisme retribusi
dan
penarikan
retribusi
secara
intens
Belum ada
Belum ada
Penyusunan
mekanisme retribusi
dan
penarikan
retribusi
secara
intens
Belum ada
Belum ada
Penyusunan
masterplan
dan
petunjuk
teknis
dengan
mempertimbangkan
kondisi sasaran
PU
Cipta
Karya
Belum ada
Belum ada
Penyusunan
masterplan
dan
petunjuk
teknis
dengan
mempertimbangkan
kondisi sasaran
PU
Cipta
Karya
Belum ada
Belum ada
Pelatihan,
sosialisasi,
kampanye
PU
Cipta
Karya
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
dan
|7- 28
PU
Cipta
Karya
No
Aspek
Pengelolaan
Air Limbah
IPAL
C
D
Permasalahan
yang Dihadapi
terhadap
pemahaman
tentang sanitasi
belum
mumpuni
Belum
mempunyai
petunjuk teknis
dan
perencanaan
yang
dapat
mengarahkan
pada
keberlanjutan
PEMBIAYAAN
Keterlibatan
Sumberpihak swasta
sumber
pembiayaan belum
terpetakan
sebagai potensi
dalam
pembiayaan
Belum
Alokasi
mencukupi
APBD
kebutuhan
yang ada
Belum
Tarif
seimbang
retribusi
dengan
pembiayaan
yang
ada
karena
kemampuan
masyarakat
Mekanisme Kurang
ditegakkan
penarikan
karena
retribusi
masyarakat
banyak yang
tidak paham
Penerimaan
Realisasi
penerimaan jauh dari yang
seharusnya
PERATURAN/PERUDANGAN
Belum diatur
Kelayakan
secara teknis
pakai
yang
memperhatikan
kondisi
Yang Sudah
Dilakukan
Tindakan
Yang sedang
Dilakukan
Yang Akan
Direncanakan
Penan
ggung
Jawab
Belum ada
Belum ada
Penyusunan
masterplan
dan
petunjuk
teknis
dengan
mempertimbangkan
kondisi sasaran
PU
Cipta
Karya
Belum ada
Belum ada
Identifikasi potensi
pembiayaan
dan
konsolidasi
PU
Cipta
Karya
Pengusulan
dan hearing
dengan DPRD
Pengusulan
dan hearing
dengan DPRD
Pengusulan dan
hearing dengan
DPRD
PU
Cipta
Karya
Mencari
format
pembiayaan
yang
efisien
sehingga tidak
mempengaruhi
besaran
retribusi
Belum ada
Mencari
format
pembiayaan
yang
efisien
sehingga tidak
mempengaruhi
besaran
retribusi
Belum ada
Mencari
format
pembiayaan yang
efisien
sehingga
tidak
mempengaruhi
besaran retribusi
PU
Cipta
Karya
Intensitas sosialisasi
dan pemahaman
terhadap
masyarakat
PU
Cipta
Karya
Penarikan
secara intens
Penarikan
secara intens
Penarikan
intens
secara
PU
Cipta
Karya
Perbaikan dan
mencari
format baru
yang lebih baik
Perbaikan dan
mencari
format baru
yang lebih baik
Perbaikan dan
mencari format
baru yang lebih baik
PU
Cipta
Karya
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep
|7- 29
No
E
Aspek
Pengelolaan
Air Limbah
Permasalahan
yang Dihadapi
Yang Sudah
Dilakukan
lingkungan
yang ada
Belum dapat
Intensitas
Penerapan
ditegakkan
sosialisasi dan
sanksi, dll
karena
pemahaman
kesadaran
terhadap
masyarakat
masyarakat
yang minim
akibat
pemahaman
yang kurang
PERAN MASYARAKAT DAN SWASTA
Kurang
Melibatkan
Kampanye/
stakeholder
penyuluhan mendapatkan
respon positif
dalam
dari masyarakat memberikan
penyuluhan
dan kampanye
Kurang
Melibatkan
Keterlibata
mendapatkan
stakeholder
n swasta
respon positif
dalam
dari pihak
memberikan
swasta
penyuluhan
dan kampanye
Kurang
Melibatkan
Partisipasi
mendapatkan
stakeholder
aktif
dalam
masyarakat respon positif
dari masyarakat memberikan
penyuluhan
dan kampanye
Tindakan
Yang sedang
Dilakuka