BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Minat Belajar - Dede Hermawan BAB II

  adalah sebagai berikut : “Interst is persisting tendency to pay attention to

  and enjoy some activity or content”. Artinya minat belajar adalah

  kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan terus menerus dan disertai dengan rasa senang. Jadi, berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan.

  Menurut Slameto (2010:180), minat belajar adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterkaitan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Tanner (dalam Slameto, 2010:181) menyarankan agar para pengajar berusaha membentuk minat-minat baru pada diri siswa.

  

7 Ini dapat dicapai dengan jalan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu, menguraikan kegunaannya bagi siswa di masa yang akan dating. Menurut Rooijakkers (dalam Slameto, 2010:181), minat belajar dapat pula dicapai dengan cara menghubungkan bahan pengajaran dengan suatu berita sensasional yang sudah diketahui kebanyakan siswa.

  1) Upaya meningkatkan minat belajar Menurut Sardiman (2005:95), untuk membangkitkan minat dapat dilakukan dengan cara: a) membangkitkan adanya suatu kebutuhan

  Di dalam sebuah pembelajaran peranan guru sangatlah penting untuk dapat membimbing, melatih, mengarahkan, dan memimpin siswa supaya bisa sampai pada tujuan yang diharapkan. Begitu juga, seorang guru harus bisa membangkitkan minat belajar siswa, buatlah seorang siswa menjadi lebih rajin dalam belajar, sehingga siswa bisa merasa bahwa belajar itu adalah suatu kebutuhan. Dimana belajar itu adalah suatu hal yang bisa membawa mereka ke dalam hal yang lebih baik lagi, yaitu seperti meningkatkan nilai dari yang rendah menjadi nilai yang lebih tinggi atau lebih baik lagi.

  b) menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau Dalam berlangsungnya suatu pembelajaran pasti siswa itu pernah bahkan sering merasakan rasa bosan dan jenuh dalam mengikuti pembelajaran. Di sini seorang guru atau pengajar harus pintar dalam membawakan atau menyampaikan sebuah materi kepada siswa. Selain pintar menyampaikan materi seorang guru juga harus pintar mengkondisikan siswa dimana guru itu harus bisa membangkitkan semangat siswa. Selain menyampaikan materi dari buku-buku, seorang guru bisa juga menyampaikan materi dengan menghubungan persoalan pengalaman yang lampau atau cerita kehidupan dalam sehari-hari. Dengan cerita pengalaman seperti itu siswa bisa lebih bergairah dalam mengikuti pembelajaran dan juga bisa meningkatkan minat belajar siswa.

  c) menggunakan berbagai macam bentuk mengajar Di zaman yang sudah maju dan modern seperti sekarang ini, banyak sekali alat-alat canggih untuk proses pembelajaran. Jadi, pembelajaran sekarang tidak seperti pembelajaran pada zaman dulu, seorang guru hanya berbicara dan menjelaskan, sedangkan murid hanya mendengarkan. Dengan demikian, siswa dapat lebih aktif dalam berlangsungnya suatu pembelajaran. Maka dari itu, selain dengan menghubungkan pengalaman yang lampau yang sudah di jelaskan di atas, agar siswa tidak merasa bosan dan jenuh dalam mengikuti pembelajaran, seorang guru juga harus menggunakan berbagai macam-macam bentuk mengajar atau bervariasi dalam mengajar.

  Bervariasi dalam mengajar dapat bermacam-macam dari bentuk metode pembelajaran, model pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar.

  2) Faktor yang dapat membangkitkankan minat belajar Salah satu pendorong dalam keberhasilan belajar adalah minat belajar terutama minat belajar yang tinggi. Minat belajar itu tidak muncul dengan sendirinya akan tetapi banyak faktor yang dapat mempengaruhi munculnya minat belajar. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat belajar belajar siswa antara lain sebagai berikut.

  a. Minat Minat belajar seseorang akan semakin tinggi bila disertai minat, baik yang bersifat internal ataupun eksternal. Menurut D.P. Tampubolon minat belajar merupakan .perpaduan antara keinginan dan kemampuan yang dapat berkembang jika ada minat (1993: 41). Seorang siswa yang ingin memperdalam Ilmu Pengetahuan tentang tafsir misalnya, tentu akan terarah minat belajarnya untuk membaca buku-buku tentang tafsir, mendiskusi-kannya, dan sebagainya.

  b. Belajar Minat belajar dapat diperoleh melalui belajar, karena dengan belajar siswa yang semula tidak menyenangi suatu pelajaran tertentu, lama kelamaan lantaran bertambahnya pengetahuan mengenai pelajaran tersebut, minat belajar pun tumbuh sehingga ia akan lebih giat lagi mempelajari pelajaran tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapatnya Singgih D. Gunarsa dan Ny. Singgih D.G bahwa . Minat belajar akan timbul dari sesuatu yang diketahui dan kita dapat mengetahui sesuatu dengan belajar, karena itu semakin banyak belajar semakin luas pula bidang minat belajar (1989 : 68).

  c. Bahan Pelajaran dan Sikap Guru Faktor yang dapat membangkitkan dan merangsang minat belajar adalah faktor bahan pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa. Bahan pelajaran yang menarik minat belajar siswa, akan sering dipelajari oleh siswa yang bersangkutan. Dan sebaliknya bahan pelajaran yang tidak menarik minat belajar siswa tentu akan dikesampingkan oleh siswa, sebagaimana telah disinyalir oleh Slameto bahwa minat belajar mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat belajar siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya (1991: 187).

  Guru juga salah satu obyek yang dapat merangsang dan membangkit-kan minat belajar belajar siswa. Menurut Kurt Singer, “Guru yang berhasil membina kesediaan belajar murid-muridnya, berarti telah melakukan hal-hal yang terpenting yang dapat dilakukan demi kepentingan murid-muridnya (1987: 93). Guru yang pandai, baik, ramah, disiplin, serta disenangi murid sangat besar pengaruhnya dalam membangkitkan minat belajar murid. Sebaliknya guru yang memiliki sikap buruk dan tidak disukai oleh murid, akan sukar dapat merangsang timbulnya minat belajar dan perhatian murid.

  Bentuk-bentuk kepribadian gurulah yang dapat mempengaruhi timbulnya minat belajar siswa. Oleh karena, itu dalam proses belajar mengajar guru harus peka terhadap situasi kelas. Ia harus mengetahui dan memperhatikan akan metode-metode mengajar yang cocok dan sesuai denga tingkatan kecerdasan para siswanya, artinya guru harus memahami kebutuhan dan perkembangan jiwa siswanya.

  d. Keluarga Orang tua adalah orang yang terdekat dalam keluarga, oleh karenanya keluarga sangat berpengaruh dalam menentukan minat belajar seorang siswa terhadap pelajaran. Apa yang diberikan oleh keluarga sangat berpengaruh bagi perkembangan jiwa anak. Dalam proses perkembangan minat belajar diperlukan dukungan, perhatian dan bimbingan dari keluarga khususnya orang tua.

  e. Teman Pergaulan Melalui pergaulan seseorang akan dapat terpengaruh arah minat belajarnya oleh teman-temannya, khususnya teman akrab. Khusus bagi remaja, pengaruh teman ini sangat besar karena dalam pergaulan itulah mereka memupuk pribadi dan melakukan aktifitas bersama-sama untuk mengurangi ketegangan dan kegoncangan yang mereka alami.

  f. Lingkungan Melalui pergaulan seseorang akan terpengaruh minat belajarnya.

  Hal ini ditegaskan oleh pendapat yang dikemukakan oleh Crow& Crow bahwa minat belajar dapat diperoleh dari kemudian sebagai dari pengalaman mereka dari lingkungan di mana mereka tinggal (1988: 352). Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat bergaul, juga tempat bermain sehari-hari dengan keadaan alam dan iklimnya, flora serta faunanya. Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan bergantung kepada keadaan lingkungan anak itu sendiri serta jasmani dan rohaninya (M. Dalyono, 1997: 130).

  g. Cita-cita Setiap manusia memiliki cita-cita di dalam hidupnya, termasuk para siswa. Cita-cita juga mempengaruhi minat belajar belajar siswa, bahkan cita-cita juga dapat dikatakan sebagai perwujudan dari minat belajar seseorang dalam prospek kehidupan di masa yang akan datang.

  Cita-cita ini senantiasa dikejar dan diperjuangkan, bahkan tidak jarang meskipun mendapat rintangan, seseorang tetap berusaha untuk mencapainya.

  h. Bakat Melalui bakat seseorang akan memiliki minat belajar. Ini dapat dibuktikan dengan contoh: bila seseorang sejak kecil memiliki bakat menyanyi, secara tidak langsung ia akan memiliki minat belajar dalam hal menyanyi. Jika ia dipaksakan untuk menyukai sesuatu yang lain, kemungkinan ia akan membencinya atau merupakan suatu beban bagi dirinya. Oleh karena itu, dalam memberikan pilihan baik sekolah maupun aktivitas lainnya sebaiknya disesuaikan dengan bakat dimiliki. i. Hobi

  Bagi setiap orang hobi merupakan salah satu hal yang menyebabkan timbulnya minat belajar. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki hobi terhadap matematika secara tidak langsung dalam dirinya timbul minat belajar untuk menekuni ilmu matematika, begitu pun dengan hobi yang lainnya. Dengan demikian, faktor hobi tidak bias dipisahkan dari faktor minat belajar. j. Media Massa

  Apa yang ditampilkan di media massa, baik media cetak atau pun media elektronik, dapat menarik dan merangsang khalayak untuk memperhatikan dan menirunya. Pengaruh tersebut menyangkut istilah, gaya hidup, nilai-nilai, dan juga perilaku sehari-hari. Minat belajar khalayak dapat terarah pada apa yang dilihat, didengar, atau diperoleh dari media massa. k. Fasilitas

  Berbagai fasilitas berupa sarana dan prasarana baik yang berada di rumah, di sekolah, dan di masyarakat memberikan pengaruh yang positif dan negatif. Sebagai contoh bila fasilitas yang mendukung upaya pendidikan lengkap tersedia, maka timbul minat belajar anak untuk menambah wawasannya. Tetapi apabila fasilitas yang ada justru mengikis minat belajar pendidikannya, seperti merebaknya tempattempat hiburan yang ada di kota-kota besar, tentu hal ini berdampak negatif bagi pertumbuhan minat belajar tersebut.

  Harry Kitson (The Liang gie 1995:130) mengemukakan bahwa ada dua kaidah tentang minat (the laws of interest),yang berbunyi: 1. untuk menumbuhkan minat terhadap suatu mata pelajaran, usahakan memperoleh keterangan tentang hal itu; 2. untuk menumbuhkan minat terhadap suatu mata pelajaran, lakukan kegiatan yang menyangkut hal itu.

  Minat belajar akan tumbuh apabila kita berusaha mencari berbagai keterangan selengkap mungkin mengenai mata pelajaran itu, umpamanya arti penting atau pesonanya dan segi-segi lainnya yang mungkin menarik. Keterangan itu dapat diperoleh dari buku pegangan ensiklopedi, guru dan siswa senior yang tertarik atau berminat pada mata pelajaran itu. Di samping itu perlu dilakukan kegiatan yang berhubungan dengan mata

  pelajaran itu, misalanya pada mata pelajaran seni rupa usahakan mengikuti apa yang harus dilakukan apakah dengan menggambar atau melukis. Dengan langkah-langkah itu minat siswa terhadap mata pelajaran akan tumbuh.

  JT. Loekmono (1985: 98) mengemukakan bahwa cara-cara untuk membangkitkan minat belajar pada diri siswa adalah sebagai berikut: 1. periksalah kondisi jasmani anak, untuk mengetahui apakah segi ini yang menjadi sebab;

  2. gunakan metode yang bervariasi dan media pembelajaran yang menarik sehingga dapat merangsang anak untuk belajar; 3. menolong anak memperoleh kondisi kesehatan mental yang lebih baik; 4. cek pada orang atau guru-guru lain, apakah sikap dan tingkah laku tersebut hanya terdapat pada pelajaran saudara atau juga ditunjukkan di kelas lain ketika diajar oleh guru-guru lain;

  5. mungkin lingkungan rumah anak kurang mementingkan sekolah dan belajar. Dalam hal ini orang-orang di rumah perlu diyakinkan akan pentingnya belajar bagi anak;

  6. cobalah menemukan sesuatu hal yang dapat menarik perhatian anak, atau tergerak minatnya. Apabila minatnya tergerak, maka minat tersebut dapat dialihkan kepada kegiatan-kegiatan lain di sekolah.

  Di samping itu penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar juga dapat membangkitkan minat belajar siswa. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Hamalik (Arsyad Azhar 2007:15) yang mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, mem-bangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Di dalam dunia pendidikan seorang guru atau pengajar mempunyai peranan yang sangat penting sekali terhadap siswanya. Sehingga upaya guru untuk meningkatkan minat belajar siswa sangat diperlukan karena guru adalah penggerak sekaligus pemimpin siswanya. Dalam kegiatan sosial keberadaan pemimpin sangat diharapkan karena pada dasarnya seorang pemimpin adalah seseorang yang dianggap mampu memberi perlindungan, bimbingan dan mengatur anggotanya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, upaya adalah usaha atau syarat untuk menyampaikan suatu maksud. Upaya juga diartikan sebagai usaha untuk melakukan suatu hal atau kegiatan yang mempunyai tujuan. Selain itu, upaya juga bisa diartikan usaha, akal, ikhtiar untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan mencari jalan keluar.

  Meningkatkan minat belajar siswa adalah salah satu kegiatan integral yang wajib ada dalam kegiatan pembelajaran. Selain memberikan dan mentransfer ilmu pengetahuan, guru juga bertugas untuk meningkatkan minat anak dalam belajar. Tidak bisa kita pungkiri bahwa minat belajar siswa satu dengan yang lain sangat berbeda, untuk itulah penting bagi guru selalu senantiasa memberikan motivasi kepada siswa supaya siswa senantiasa memiliki semangat belajar dan mampu menjadi siswa yang beprestasi serta dapat mengembangkan diri secara optimal.

  Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai minat dalam belajar. Oleh karena itu, guru perlu menumbuhkan minat belajar siswa. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan minat belajar siswa. Berikut ini beberapa upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan minat belajar siswa, yaitu: a. Memperjelas tujuan yang ingin dicapai.

  Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham kearah mana ia ingin dibawa. Pemahaman siswa terhadap tujuan pembelajaran dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi belajar mereka. Semakin jelas tujuan yang ingin dicapai, maka akan semakin kuat minat belajar siswa (Sanjaya, 2009:29). Oleh sebab itu, sebelum proses pembelajaran dimulai hendaknya guru menjelaskan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai.

  b. Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar Siswa hanya mungkin dapat belajar baik manakala ada dalam suasana yang menyenangkan, merasa aman, bebas dari takut. Usahakan agar kelas selamanya dalam suasana hidup dan segar, terbebas dari rasa tegang. Untuk itu guru sekali-kali dapat melakukan hal-hal yang lucu.

  c. Menggunakan variasi metode penyajian yang menarik Guru harus mampu menyajikan informasi dengan menarik, dan asing bagi siswa-siswa. Sesuatu informasi yang disampaikan dengan teknik yang baru, dengan kemasan yang bagus didukung oleh alat-alat berupa sarana atau media yang belum pernah dikenal oleh siswa sebelumnya sehingga menarik perhatian bagi mereka untuk belajar (Yamin, 2009:174). Dengan pembelajaran yang menarik, maka akan membangitkan rasa ingin tahu siswa di dalam kegiatan pembelajaran yang selanjutnya siswa akan termotivasi dalam pembelajaran. Motivasi instrinsik untuk belajar sesuatu dapat ditingkatkan melalui penggunaan materi pembelajaran yang menarik, dan juga penggunaan variasi metode pembelajaran. Misalnya, untuk membangkitkan minat belajar siswa dapat dilakukan dengan cara pemutaran film, mengundang pembicara tamu, demonstrasi, komputer, simulasi, permaianan peran, belajar melalui radio, karya wiasata, dan lainnya (Anni, dkk., 2006:186- 187 : Hamalik, 2009:168).

  d. Berilah pujian yang wajar setiap keberhasilan siswa.

  Minat akan tumbuh manakala siswa merasa dihargai. Dalam pembelajaran, pujian dapat dimanfaatkan sebagai alat motivasi. Karena anak didik juga manusia, maka dia juga senang dipuji. Karena pujian menimbulkan rasa puas dan senang (Sanjaya, 2009:30 ; Hamalik, 2009:167). Namun begitu, pujian harus sesuai dengan hasil kerja siswa. Jangan memuji secara berlebihan karena akan terkesan dibuat-buat. Pujian yang baik adalah pujian yang keluar dari hati seoarang guru secara wajar dengan maksud untuk memberikan penghargaan kepada siswa atas jerih payahnya dalam belajar (Djamarah dan Zain, 2006:152). e. Berikan penilaian.

  Banyak siswa yang belajar karena ingin memperoleh nilai bagus. Untuk itu mereka belajar dengan giat. Bagi sebagian siswa nilai dapat menjadi motivasi yang kuat untuk belajar. Oleh karena itu, penilaian harus dilakukan dengan segera agar siswa secepat mungkin mengetahui hasil kerjanya. Penilaian harus dilakukan secara objektif sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing (Sanjaya, 2009:31). Penilaian secara terus menerus akan mendorong siswa belajar, oleh karena setiap anak memilki kecenderungan untuk memmperoleh hasil yang baik.

  Disamping itu, para siswa selalu mendapat tantangan dan masalah yang harus dihadapi dan dipecahkan, sehingga mendorongnya belajar lebih teliti dan seksama (Hamalik, 2009:168).

  f. Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa.

  Siswa butuh penghargaan. Penghargaan bisa dilakukan dengan memberikan komentar yang positif. Setelah siswa selesai mengerjakan suatu tugas, sebaiknya berikan komentar secepatnya, misalnya dengan memberikan tulisan “ bagus” atau “teruskan pekerjaanmu” dan lain sebagainya. Komentar yang positif dapat meningkatkan minat belajar siswa (Sanjaya, 2009:21).

  Di dalam Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Tahun 2005) guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

  Menurut Cleife (dalam Syah, 2000: 252) guru adalah pemegang hak otoritas atas cabang-cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pendidikan. Walaupun begitu tugas guru tidak hanya menuangkan ilmu pengetahuan ke dalam otak para peserta didik tetapi melatih keterampilan dan menanamkan sikap serta nilai kepada mereka. Guru merupakan pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Disini guru juga mempunyai peran dalam proses belajar mengajar, yaitu:

  1. Guru sebagai demonstrator/pengajar Melalui peranannya sebagai demonstrator atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya, dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya, karena hal ini sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik. Salah satu hal yang harus diperhatikan oleh guru ialah bahwa guru sendiri adalah pelajar, artinya seorang guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan tugas professional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan. Dengan cara demikian guru akan memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai demonstrator atau pengajar sehingga mampu memperagakan apa yang diajarkannya secara didaktis. Maksudnya ialah agar apa yang disampaikannya itu betul-betul dimiliki oleh anak didik.

  2. Peran guru sebagai pembimbing.

  Setiap guru harus memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain diluar fungsi sekolah seperti hasil belajar yang berupa tingkah laku pribadi dan spiritual, hasil belajar yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial dan tingkah laku sosial anak didik. Guru dituntut untuk mampu mengidentifikasi peserta didik yang diduga mengalami kesulitan dalam belajar, dan kalau masih dalam batas kewenangannya, harus membantu pemecahannya. Kurikulum harus berisi hal-hal tersebut di atas sehingga anak memiliki pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dianut oleh bangsa dan negaranya, mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup dalam masyarakat dan pengetahuan untuk mengembangkan kemampuannya lebih lanjut.

  3. Guru Sebagai Pengelola Kelas.

  Mengajar dengan sukses berarti harus ada keterlibatan peserta didik secara aktif untuk belajar. Keduanya berjalan seiring, tidak ada yang mendahului antara mengajar dan belajar karena masing-masing memiliki peran yang memberikan pengaruh satu dengan yang lainnya.

  Keberhasilan guru mengajar ditentukan oleh aktivitas peserta didik dalam belajar, demikian juga keberhasilan peserta didik dalam belajar ditentukan pula oleh peran guru dalam mengajar. Mengajar berarti menyampaikan atau menularkan pengetahuan dan pandangan (Ad. Rooijakkers, 1990:1). William Burton mengemukakan bahwa mengajar diartikan upaya memberikan stimulus, bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada peserta didik agar terjadi proses belajar. Dalam hal ini peranan guru sangat penting dalam mengelola kelas agar terjadi proses belajar mengajar yang berjalan dengan baik.

  4. Guru sebagai mediator dan fasilitator.

  Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Dengan demikian jelaslah bahwa media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi, demi berhasilnya proses pendidikan. Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang kiranya berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar, baik yang berupa narasumber, buku teks, majalah ataupun surat kabar.

  5. Peran guru sebagai model atau contoh bagi peserta didik.

  Setiap peserta didik mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma- norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan negara. Karena nilai dasar negara dan bangsa Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku pendidik harus selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila.

  6. Guru sebagai evaluator.

  Dalam dunia pendidikan, setiap jenis pendidikan atau bentuk pendidikan pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan akan diadakan evaluasi, artinya pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan, orang selalu mengadakan penilaian terhadap hasil yang telah dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun oleh pendidik. Penilaian perlu dilakukan, karena dengan penilaian guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar. Peningkatan mutu pendidikan akan tercapai apabila proses belajar mengajar yang diselenggarakan di kelas benar-benar efektif dan berguna untuk mencapai kemampuan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diharapkan. Karena pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan, di antaranya guru merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan berhasilnya proses belajar mengajar di dalam kelas. Oleh karena itu guru dituntut untuk meningkatkan peran dan kompetensinya, guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar peserta didik berada pada tingkat yang optimal.

  Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa upaya guru adalah bentuk usaha atau kegiatan dari guru untuk meningkatkan minat belajar siswa, seprti memperjelas tujuan yang ingin di capai kepada siswa, agar siswa tahu apa tujuan mereka belajar dalam materi yang akan di bahas, ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar, menggunakan variasi metode penyajian yang menarik, berilah pujian yang wajar kepada setiap keberhasilan siswa supaya siswa merasa dihargai dalam keberhasilan mengerjakan tugas dari guru, berilah penilaian pada siswa, dan berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa. Selain itu guru juga mempunyai peranan penting dalam belajar mengajar, yaitu guru sebagai demonstrator atau pengajar, guru sebagai pembimbing, guru sebagai pengelola kelas, guru sebagai mediator dan fasilitator, guru sebagai model atau contoh bagi peserta didik, dan guru juga sebagai evaluator.

   Istilah Pendidikan Kewargaan pada satu sisi identik dengan

  Pendidikan Kewarganegaraan. Namun di sisi lain, istilah Pendidikan Kewarganegaraan secara substantif tidak hanya mendidik generasi muda menjadi warganegara yang cerdas dan sadar akan hak dan kewajibannya dalam konteks kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang merupakan penekanan dalam istilah Pendidikan Kewarganegaraan, melainkan juga membangun kesiapan warganegara menjadi warga dunia (Taniredja. dkk. 2009: 2 ).

  Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara” penjelasan pasal 39 Undang-Undang No. 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional‟‟(Taniredja. dkk. 2013: 1-2).

  Menurut Azra (dalam Rosyada. dkk. 2003: 7), Pendidikan Ke- warganegaraan adalah pendidikan yang cakupannya lebih luas dari pendidikan demokrasi dan pendidikan HAM. Pendidikan Kewarganegaraan mencakup kajian dan pembahasan tentang pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi, rule of law, hak dan kewajiban warganegara, proses demokrasi, partisipasi aktif dan keterlibatan warganegara dalam masyarakat madani, pengetahuan tentang lembaga-lembaga dan sistem yang terdapat dalam pemerintahan, warisan politik, administrasi publik dan sistem hukum, pengetahuan tentang proses seperti kewarganegaraan aktif, refleksi kritis, penyelidikan dan kerjasama, keadilan sosial, pengertian antar budaya dan kelestarian lingkungan hidup dan hak asasi manusia.

  Sementara itu, Zamroni berpendapat bahwa Pendidikan Kewarga- negaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokrasi, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru kesadaran bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat (Rosyada. Dkk. 2003: 7). Selain itu, Pendidikan Kewarga-negaraan adalah suatu proses yang dilakukan oleh lembaga pendidikan dimana seseorang orientasi, sikap dan prilaku politik sehingga yang bersangkutan memiliki political knowledge, awareness,

  attitude,political efficacy dan political participation serta kemampuan

  mengambil keputusan politik secara rasional dan menguntungkan bagi dirinya juga bagi masyarakat dan bangsa.

  Menurut Merphin Panjaitan Pendidikan Kewarganegaraan adalah pen- didikan demokrasi yang bertujuan untuk mendidik generasi muda menjadi warga negara yang demokratis dan partisipatif melalui suatu pendidikan yang diagonal (Rosyada, dkk, 2003: 9). Sementara itu, Soedijarto mengartikan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan politik yang bertujan untuk membantu peserta didik untuk menjadi warga negara yang secara politik dewasa dan ikut serta membangun sisitem politik yang demokratis (Rosyada, dkk, 2003: 9).

  Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang mencangkup kajian dan pembahasan tentang pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi, supaya generasi muda bisa menjadi warga negara yang demokratis dan partisipatif melalui suatu pendidikan yang diagonal.

  a. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan Tujuan pendidikan yang ada di dalam ketetapan MPR No

  II/MPR/1988, tentang GBHN bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti yang luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, dan terampil serta sehat jasmani dan rohani. Di samping itu, disesuaikan dengan tujuan pendidikan nasional yang terdapat di dalam UU No 2/1989 tentang sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki keterampilan dan pengetahuan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, mandiri serta rasa tanggung jawab bermasyarakat dan kebangsaan (Taniredja. dkk.

  2013: 14).

  Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan untuk men- cerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian mantap dan mandiri serta menjadi warga negara yang demokrasi dan tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Darmadi. 2007: 97). b. Fungsi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Penentuan fungsi pendidikan kewarganegaraan didasarkan pada tahap perkembangan peserta didik. Makin tinggi taraf perkembangan peserta didik makin meluas fungsi pendidikan kewarganegaraan. Fungsi pendidikan kewarganegaraan dalam Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) dirumuskan dalam 3 (tiga) jenjang sesuai dengan satuan pendidikan, dengan rincian sebagai berikut: 1) mengembangkan dan melestarikan nilai luhur pancasila dalam kehidupan sehari-hari;

  2) mengembangkan dan membina siswa agar akan hak dan kewajibannya, taat pada peraturan yang berlaku, serta berbudi pekerti luhur; 3) membina siswa agar memahami dan menyadari hubungan antara sesama anggota keluarga, sekolah dan masyarakat, serta dalam kehidupan berbangsa dan bernegara (Tarmudi. Dkk. 1995: 13).

  c. Visi Pendidikan Kewarganegaraan

   Menurut Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

  Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor : 43/DIKTI/Kep/2006 Tentang Rambu-rambu Pelaksanaan Kelompok Matakuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi, visi kelompok Matakuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) di perguruan tinggi merupakan sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan program studi guna mengantarkan mahasiswa memantapkan kepribadiannya sebagai manusia Indonesia seutuhnya ( Tim Dosen PKn Universitas Muhammadiyah Purwokerto. 2009: 14).

  d. Misi Pendidikan Kewarganegaraan.

  Menurut Basrie misi pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi membantu mahasiswa selaku warga negara agar mampu mewujudkan nilai-nilai dasar perjuangan bangsa Indonesia serta kesadaran berbangsa, ber-negara dalam menerapkan ilmunya secara bertanggung jawab terhadap kemanusiaan (Tim Dosen PKn universitas Muhammadiyah Purwokerto, 2009: 15).