BAB II AGUSTINA INDRIANTI KEPERAWATAN'13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kanker Payudara a. Definisi kanker payudara Kanker payudara adalah suatu penyakit dimana terjadi

  pertumbuhan berlebihan atau perkembangan tidak terkontrol dari sel- sel (jaringan) payudara. Kanker payudara (Breast Cancer / Carcinoma

  Mammae ) adalah salah satu penyakit kanker yang menyebabkan

  kematian nomor lima (5) setelah kanker paru, kanker rahim, kanker hati dan kanker usus (Fanani, 2009).

  Kanker payudara disebut juga dengan carcinoma mammae adalah sebuah tumor ganas yang tumbuh dalam jaringan payudara.

  Tumor ini dapat tumbuh dalam kelenjar jaringan susu maupun pada jaringan ikat payudara. Kanker ini memang tidak tumbuh dengan cepat tapi sangat berbahaya (Suryaningsih, 2009) .

  Kanker payudara adalah neoplasma ganas, suatu pertumbuhan jaringan payudara abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya, tumbuh infiltratif dan destruktif, serta dapat bermetastase. Tumor ini tumbuh progresif, dan relatif cepat membesar. Pada stadium awal tidak terdapat keluhan sama sekali, hanya berupa fibroadenoma atau fibrokistik yang kecil saja, bentuk tidak teratur, batas tidak tegas, permukaan tidak rata, dan konsistensi padat dan keras (Ramli,1994)

  8 b.

  Etiologi kanker payudara menurut (Rasjidi, 2010; Suryaningsih,2010 & Fanani, 2009).

  Kanker payudara sampai saat ini belum diketahui penyebabnya secara pasti, namun beberapa faktor kemungkinannya adalah : 1)

  Usia Menarche dan siklus menstruasi Menarche dini pada usia relative muda (kurang dari 12 tahun) berhubungan dengan peningkatan resiko kanker payudara. Siklus menstruasi yang kurang dari 26 hari pada usia 18-22 tahun diprediksi mengurangi resiko kanker payudara dan menopause yang terlambat atau mati haid pada usia lebih dari 50 tahun dapat meningkatkan resiko kanker payudara 3%.

  2) Genetik

  Wanita yang memiliki riwayat keluarga penyakit kanker payudara, memiliki memiliki resiko kanker payudara 2 kali lipat dibandingkan wanita dengan keluarga yang tidak memiliki riwayat penyakit kanker payudara.

  3) Obesitas

  Obesitas berhubungan dengan penurunan resiko kanker pada pramenopause dan peningkatan resiko kanker payudara selama masa pascamenopause. 4)

  Pemakaian obat-obatan Theraphy obat hormon pengganti (Hormone Replacement

  Theraphy (HRT)) seperti hormon eksogen akan bisa menyebabkan peningkatan resiko mendapat penyakit kanker payudara.

  5) Intake Alkohol

  Alkohol dapat meyebabkan hiperinsulinemia yang akan merangsang factor pertumbuhan pada jaringan payudara.Hal ini akan merangsang pertumbuhan yang tergantung pada estrogen pada lesi prakanker dan akan memasuki fase dorman, dimana pada fase ini dapat diaktifasi oleh adanya factor pemicu seperti alcohol. 6)

  Faktor lain yang diduga sebagai penyebab payudara adalah tidak menikah, menikah tapi tidak punya anak, melahirkan anak pertama sesudah 35 tahun, tidak pernah menyusui anak.

  c.

  Gejala kanker payudara

  Gejala kanker payudara terdiri dari 3 fase menurut Gale (2000) diantaranya yaitu:

1) Fase awal kanker payudara asimtomatik (tanpa tanda dan gejala).

  Tanda dan gejala yang paling umum adalah benjolan dan penebalan pada payudara. Kebanyakan kira-kira 90% ditemukan oleh penderita sendiri. Kanker payudara pada stadium dini biasanya tidak menimbulkan keluhan.

  2) Fase lanjut : a) Bentuk dan ukuran payudara berubah, berbeda dari sebelumnya b) Luka pada payudara sudah lama dan tidak sembuh walau sudah diobati.

  c) Eksim pada putting susu dan sekitarnya sudah lama tidak sembuh walau diobati.

  d) Puting sakit, keluar darah, nanah atau cairan encer dari putting atau keluar air susu pada wanita yang sedang hamil atau tidak menyusui.

  e) Putting susu tertarik kedalam.

  f) Kulit payudara mengeriut seperti kulit jeruk (peud d’orange). 3) Metastase luas, berupa : a) Pembesaran kelenjar getah bening supraklavikula dan servikal.

  b) Hasil rontgen toraks abnormal dengan atau tanpa eflusi pleura.

  c) Peningkatan alkali fosfatase atau nyeri tulang berkaitan dengan penyebaran ke tulang.

  .

  d) Fungsi hati abnormal d. Stadium kanker payudara

  Stadium kanker payudara didasarkan pada letaknya, penyebarannya dan sejauh mana pengaruhnya terhadap organ tubuh lain. Ini merupakan salah satu cara dokter untuk menentukan

pengobatan apa yang cocok untuk para pasien. Para penderita kanker

payudara ada stadium dini dan stadium lanjut. Stadium dini adalah stadium dari mana sebelum adanya kanker hingga stadium dua.

  

Sedangkan stadium lanjut sudah berada dalam stadium tiga dan empat.

Berikut ini penjelasan mengenai tingkatan stadium menurut Suryaningsih (2009) : Stadium 1 : Tumor terbatas dalam payudara, bebas dari jaringan sekitarnya, tidak ada klasifikasi/infiltrasi berkulit dan jaringan dibawahnya. Besar tumor 1-2 cm. KGB (Kelenjar Getah Bening) regional belum teraba.

  Stadium II : Sama dengan stadium 1, besar tumor 2-5 cm, sudah ada KGB aksila (+), tetapi masih bebas dengan diameter kurang 2 cm. Stadium 3 dibagi dalam: Stadium III A : Tumor berukuran 5-10 cm,tetapi masih bebas dari jaringan sekitarnya, KGB aksila masih bebas satu sama lain.

  

Stadium III B : Tumor meluas dalam jaringan payudara ukuran 5-10

cm, fiksasi pada kulit/dinding dada, kulit merah dan ada edema (lebih dari 1/3 permukaan kulit payudara), ulserasi,nodul satelit, KGB aksila melekat satu sama lain atau ke jaringan sekitarnya dengan diameter 2-5 cm dan belum ada metastasis jauh.

  

Stadium IV : Tumor seperti pada yang lain (stadium I, II dan III)

tetapi sudah disertai dengan kelenjar getah bening aksila supra-lelavikula dan metastasis jauh lainnya.

  e.

  Pencegahan kanker payudara Pencegahan kanker payudara adalah pencegahan yang bertujuan menurunkan insiden kanker payudara dan secara tidak langsung akan menurunkan angka kematian akibat kanker payudara (Suryaningsih, 2009).

  1) Pencegahan Primordial

  Pencegahan primordial yaitu upaya pencegahan yang ditunjukan kepada orang sehat yang belum memiliki faktor resiko.

  Upaya ini dimaksudkan dengan menciptakan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan kanker payudara tidak mendapat dukungan dasar dari kebiasaan, gaya hidup dan faktor resiko lainnya. Pencegahan primordial dilakukan melalui promosi kesehatan yang ditujukan kepada orang sehat melalui upaya pola hidup sehat.

  2) Pencegahan Primer

  Pencegahan primer pada kanker payudara dilakukan pada orang sehat yang sudah memiliki faktor resiko untuk terkena kanker payudara. Pencegahan primer dilakukan melalui upaya menghindarkan diri dari keterpaparan berbagai faktor resiko dan melaksanakan pola hidup sehat. Konsep dasar dari pencegahan primer adalah menurunkan insiden kanker payudara yang dapat dilakukan dengan (Lucia, 2009):

  a) Kurangi makanan yang berlemak tinggi seperti mentega, margarine dan santan. Lebih baik dapatkan asupan lemak dari kacang-kacangan dan biji-bijian. Hindari jeroan, otak, makanan berkuah santan kental, kulit ayam dan kuning telur. Pilihlah daging tanpa lemak, makanan berkuah bening, susu rendah lemak, susu kedelai, yogurt, putih telur dan ikan sebagai sumber protein yang baik. b) Sedapat mungkin hindari bahan pangan atau pengawet yang dalam jangka panjang dapat menjadi pemicu kanker.

  c) Pilih makanan atau minuman yang berwarna putih alami (tidak menggunakan bahan pewarna). Gunakan pewarna dari bahan makanan misalnya warna coklatnya dari bubuk coklat, merahnya strobery, kuningnya kunyit dan hijaunya daun suji.

  Jangan menambahkan saus, kecap, garam, dan bumbu-bumbu secara berlebihan. Perbanyak makan buah dan sayur.

  d) Teknik pengolahan makanaan juga mempengaruhi mutu makanaan. Pilih makanaan dengan metode makanan dikukus, direbus, ditumis dengan sedikit minyak.

  e) Perbanyak minum air putih, mineral 8 gelas sehari, hindari minuman beralkohol, bersoda dan minuman dengan kandungan gula dan kafein tinggi. Jus buah dan sayuran baik dan menjaga dan memelihara kesehatan tubuh.

  Hampir setiap kanker payudara ditemukan pertama kali oleh penderita sendiri dari pada oleh dokter. Karena itu, wanita harus mewaspadai setiap perubahan yang terjadi pada payudara. Untuk mengetahui perubahan-perubahan tersebut dilakukan pemeriksaan sederhana yang disebut pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) (Suryaningsih, 2009). 3)

  Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder ditujukan untuk mengobati para penderita dan mengurangi akibat-akibat yang lebih serius dari penyakit kanker payudara melalui diagnose dan deteksi dini dan pemberian pengobatan (Otto, 2005).

  a) Diagnosa Kanker Payudara

  Diagnosa kanker payudara bisa dilakukan dengan beberapa pemeriksaan yaitu : (1)

  Anamnesa (a)

  Anamnesa terhadap keluhan di payudara atau ketiak apakah ada benjolan, rasa sakit, edema lengan atau kelainaan kulit. (b)

  Anamnesa terhadap keluhan di tempat lain berhubungan dengan metastasis sepeti nyeri tulang vertebrata, sesak, batuk dan lain-lain. (c)

  Anamnesa terhadap faktor-faktor resiko (usia, riwayat keluarga, riwayat kanker individu dan konsumsi lemak).

  (2) Pemeriksaaan Fisik

  Ketepatan mendiagnosa kanker payudara dengan pemeriksaan fisik sekitar 70%. Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap status lokalis payudara kanan atau payudara kiri atau bilateral dan penderita harus diperiksa dalam posisis duduk atau terlentang. Kemudian payudara diperiksa sehubungan dengan perubahan kulit, perubahan putting susu, status kelenjar getah bening dan pemeriksaan pada lokasi metastasis jauh. (3)

  Pemeriksaan Biopsi Jarum Halus Pemeriksaan ini dilakukan pada lesi yang secara klinis dan radiologi di curigai ganas. Biopsi jarum halus dilakukan dengan menusuk tumor dengan jarum halus dan disedot dengan spuit 10 cc sampai jaringan tumor lepas dan masuk ke dalam jarum. Kemudian jaringan tumor diperiksa dilaboratorium oleh ahli Patologi Anatomi untuk mengetahui apakah jaringan tersebut ganas (maligna) atau jinak (benigna).

  (4) Pemeriksaan Radiologik

  Pemeriksaan radiologik dilakukan dengan menggunakan Mammografi dan USG (Ultrasonografi) payudara. Mammografi merupakan tindakan pemeriksaan payudara dengan menggunakan sinar X berintensitas rendah. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk melihat ada tidaknya benjolan pada payudara. Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk perempuan dengan keluhan perihal payudara, baik setelah ditemukan maupun sebelum ditemukan adanya benjolan dan sebagai check up kanker payudara.

  American Cancer Sosiety dalam programnya

  menganjurkan sebagai berikut :

  (a) Untuk perempuan berumur 35-39 tahun, cukup dilakukan 1 kali mammografi dasar (Baseline mammogram).

  (b) Untuk perempuan berumur 40-50 tahun, mammografi dilakukan 1 atau 2 tahun sekali.

  (c) Untuk perempuan berumur diatas 50 tahun, mamografi dilakuakn setahun sekali.

  USG sangat bermanfaat jika digunakan bersamaan dengan mommografi untuk tujuan diagnosis untuk membantu membedakan kista berisi cairan atau solid. Untuk menentukan stadium dapat menggunakan foto thoraks, USG abdomen, Bone Scanning (Scan tulang) dan CT Scan. 4)

  Pencegahan Tersier Pencegahan tersier bertujuan untuk mengurangi terjadinya komplikasi yang lebih berat dan memberikan penanganan yang tepat pada penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya untuk mengurangi kecacatan dan memperpanjang hidup penderita.

  Pencegahan tersier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita, meneruskan pengobatan serta memberikan dukungan psikologis bagi penderita. Upaya rehabilitasi terhadap penderita kanker payudara dilakukan dalam bentuk rehabilitasi medik serta rehabilitasi jiwa dan sosial. Rehabilitasi medik dilakukan untuk mempertahankan keadaan penderita pasca operasi atau pasca terapi lainnya. Rehabilitasi jiwa dan sosial diberikan melalui dukungan moral dari orang-orang terdekat dan konseling dari petugas kesehatan maupun tokoh agama (Gale, 2000).

  f.

  Penatalaksanaan kanker payudara Ada beberapa penatalaksanaan kanker payudara yang penerapannya banyak tergantung pada stadium klinis penyakit, yaitu :

  1) Medis

  (1) Pembedahan (Operasi)

  Pembedahan adalah salah satu terapi yang bersifat kuratif dan paliatif. Kuratif adalah tindakan yang langsung menghilangkan penyebabnya sehingga manifestasi klinik yang di timbulkan dapat di hilangkan. Sedangkan paliatif paliatif adalah tindakan yang berarti memperbaiki keadaan penderita. Jenis-jenis operasi yang dilakukan untuk mengobati kanker payudara ada 2 yaitu :

  (2) Mastektomi

  Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Ada 3 jenis mastektomi yaitu : (1)

  Modified Radiycal Mastectomy yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan disekitar ketiak. (2)

  Total (Simple) Mastectomy yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja, tanpa kelenjar di ketiak.

  (3) Redical Mastectomy yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara. Biasanya disebut Lumpectomy yaitu pengangkatan hanya pada jaringan yang mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara. Biasanya Lumpectomy direkomendasikan pada pasien yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya dipinggir payudara. (3) Pengobatan Kelenjar Getah Bening (KGB) ketiak.

  Pengangkatan KGB ketiak dilakukan terhadap penderita kanker payudara yang menyebar tetapi besar tumornya lebih dari 2,5 cm. (4)

  Terapi penyinaran (radioterapi) Radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi. Efek pengobatan ini adalah tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit disekitar payudara menjadi hitam serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi. (5)

  Kemoterapi Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Obat-obatan ini tidak hanya membunuh sel kanker pada payudara, tetapi juga seluruh sel dalam tubuh. Efek dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok.

  (6) Terapi Hormon

  Pemberian hormone dilakukan apabila penyakit telah sistemik berupa metastasis jauh. Terapi hormonal biasanya diberikan secara paliatif sebelum kemoterapi. 2)

  Non Medis

  a) Pra operatif dengan menggunakan:

  (1) latihan pernafasan (2) latihan batuk efektif b)

  Pasca operatif (1)

  Pada hari 1-2 (a)

  Latihan lingkup gerak sendi untuk siku pergelangan tangan dan jari lengan daerah yang dioperasi.

  (b) Untuk sisi sehat latihan lingkup gerak sendi lengan secara penuh.

  (c) Untuk lengan atas bagian operasi latihan esometrik. (d) Latihan relaksasi otot leher dan toraks. (e) Aktif mobilisasi. (2)

  Pada hari 3-5 (a)

  Latihan lingkup gerak sendi untuk bahu sisi operasi (bertahap).

  (b) Latihan relaksasi. (c)

  Aktif dalam sehari-hari dimana sisi operasi tidak dibebani.

  (3) Pada hari 6 dan seterusnya

  (a) Bebas gerakan. (b)

  Edukasi untuk mempertahankan lingkup gerak sendi dan usaha untuk mencegah/menghilangkan timbulnya lymphedema.

2. Kualitas Hidup a.

  Definisi Cella, (1992) dalam (Kinghron & Gamlin, 2004) menyebutkan bahwa kualitas hidup seseorang tidak dapat didefinisikan dengan pasti, hanya orang tersebut yang dapat mendefinisikannya, karena kualitas hidup merupakan suatu yang bersifat subyektif.

  Kualitas hidup adalah persepsi hidup terhadap posisinya dalam kehidupan, dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana individu tersebut hidup, dan hubungan terhadap tujuan, harapan, standar dan keinginan. Hal ini merupakan suatu konsep, yang dipadukan dengan berbagai cara seseorang untuk mendapat kesehatan fisik, keadaan psikologis, tingkat independent, hubungan sosial, dan hubungan dengan lingkungan sekitarnya (Murphy et al, 2000).

  Terdapat dua komponen dasar dari kualitas hidup yaitu subyektifitas dan multidimensi. Subyektifitas mengandnng arti bahwa kualitas hidup hanya dapat ditentukan dari sudut pandang klien itu sendiri dan ini hanya dapat diketahui dengan bertanya langsung kepada klien. Sedangkan multidimensi bermakna bahwa kualitas hidup dipandang dari seluruh aspek kehidupan seseorang secara holistik meliputi aspek biologis/ fisik, psikologis, sosial dan lingkungan. Sedangkan Polinsky (2000) mengatakan bahwa untuk mengetahui bagaimana kualitas hidup seseorang maka dapat diukur dengan mempertimbangkan status fisik, psikologis, sosial dan kondisi penyakit.

  b.

  Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup Kualitas hidup yang optimal merupakan hal yang sangat penting diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif terhadap pasien. Menurut Molzhan (2006) dalam Young (2009), hal utama yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien antara lain: terapi yang dijalani, dukungan sosial, gejala serta permasalahan yang terdapat selama terapi.

  Beberapa hasil penelitian didapatkan hal yang juga dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien diantaranya umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan. Bakewell et al (2002) mengungkapkan perempuan mudah dipengaruhi oleh depresi karena berbagai alasan yang terjadi di dalam kehidupannya, seperti mengalami sakit dan masalah gender yang mengarah pada kekurangan dalam semua aspek kehidupannya. Konsep kualitas hidup bersifat multidimensi, dinamis, berpusat pada pasien dan subyektif. Meliputi domain fisik, psikologis, sosial dan spiritual kesehatan yang dipengaruhi oleh pengalaman seseorang, harapan, keyakinan dan persepsi (Witjaksono,2007). c.

  Model Konsep Kualitas Hidup Beberapa hal perlu diperhatikan saat akan menilai kualitas hidup. Kualitas hidup sangat berhubungan dengan aspek/domain yang dinilai meliputi; fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan. Model konsep kualitas hidup dari WHO (The World Health

  

Organization Quality of life/WHOQoL ) mulai berkembang sejak tahun

  1991. instrumen ini terdiri dari 26 item pertanyaan yang terdiri dari 4 domain, yaitu; 1)

  Domain kesehatan fisik yang terdiri dari; rasa nyeri, energi, istirahat, tidur, mobilisasi, aktivitas, pengobatan dan pekerjaan; 2)

  Domain psikologi yang terdiri dari; perasaan positif dan negatif, cara berfikir, harga diri, body image, srpiritual; 3)

  Domain hubungan sosial terdiri dari: hubungan individu, dukungan sosial, aktivitas seksual; 4)

  Domain lingkungan meliputi: keamanan fisik, lingkungan rumah, sumber keuangan, fasilitas kesehatan, mudahnya mendapat informasi, kesehatan, rekreasi, transportasi.

  Dalam mengukur kualitas hidup dapat juga dengan melalui skoring sistem berupa Short Form -36, terdiri dari 36 pertanyaan yang berisi 8 item yang diukur, yaitu: 1)

  Fungsi fisik adalah derajat dalam hal keterbatasan kesehatan untuk aktivitas fisik, terdiri 10 pertanyaan yang mengevaluasi tentang kemampuan untuk memenuhi kebutuhan fisik hidup, misalnya memenuhi ADL, berjalan, berpindah,.

  2) Peran-fisik adalah derajat dalam hal keterbatasan kesehatan yang mengganggu kerja atau aktivitas keseharian, terdiri 4 item pertanyaan mengevaluasi kemampuan fisik dalam melakukan aktivitas yang terbatas,

  3) Nyeri tubuh adalah intensitas nyeri dan pengaruh nyeri terhadap kerja normal, berisi 2 item skala yang mengevaluasi pengalaman nyeri selama 4 minggu yang lalu dan bagaimana nyeri muncul saat melakukan aktivitas normal.

  4) Kesehatan umum adalah evaluasi pribadi terhadap kesehatan sekarang,dan ketahanan terhadap sakit, berisi 5 item skala mengevaluasi kesehatan umum dalam lingkup persepsi personal.

  5) Vitalitas adalah perasaan berenergi dan penuh gairah melawan perasaan lelah dan tidak bertenaga, berisi 4 item skala yang mengevaluasi perasaan energi, kelelahan, kelemahan.

  6) Fungsi sosial adalah derajat dalam hal keterbatasan kesehatan atau masalah emosi yang mengganggu aktivitas sosial normal, berisi 2 item skala yang mengevaluasi seberapa sering masalah fisik dan emosional muncul mengganggu hubungan dengan keluarga, teman, dan interaksi sosial lain selama 4 minggu yang lalu.

  7) Peran-emosional adalah derajat dalam hal masalah emosi yang mengganggu kerja atau aktivitas harian berisi 3 item pertanyaan yang mengevaluasi faktor emosional yang mengganggu kerja atau aktivitas lain.

  8) Kesehatan mental umum adalah kesehatan mental secara umum berisi 5 item skala yang mengevaluasi perasaan cemas dan depresi

  (Zadeb, 2003).

3. Pendidikan

  Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat (Notoatmodjo, 2003). Tingkat pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan, yaitu kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan (Undang- Undang RI Nomor 20 Tahun 2003).

B. Kerangka Teori

  SMA/SMK 3. Tinggi: DIII, S1 1.

  6. Lingkungan

  5. Terapi yang dijalani

  4. Kondisi penyakit

  Fisik 2. Psikologis 3. Hubungan sosial

  Pendidikan 1.

  Etiologi 2. Gejala 3. Stadium 4. Pencegahan 5. Penatalaksanaan kanker payaudara

  Berdasarkan tinjauan pustaka diatas dapat digambarkan kerangka teori penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Teori (Fanani, 2009; Gale, 2000; Suryaningsih, 2009 ;

  Jenis Pendidikan: 1.

  Kualitas hidup Kanker payudara

  Kanker Payudara Variabel Bebas Variabel Terikat

  Tingkat Pendidikan Kualitas Hidup Pasien

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

   Kerangka Konsep

  Murphy et al, 2000; Notoatmodjo, 2003; WHO) C.

  Dasar: SD/SMP 2. Menengah:

D. Hipotesis

  Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ho = Tidak ada perbedaan tingkat kualitas hidup pasien kanker payudara ditinjau dari tingkat pendidikan di Ruang Bugenvil RSUD Prof. Dr.

  Margono Soekarjo Purwokerto Tahun 2012. Ha = Ada perbedaan tingkat kualitas hidup pasien kanker payudara ditinjau dari tingkat pendidikan di Ruang Bugenvil RSUD Prof. Dr.

  Margono Soekarjo Purwokerto Tahun 2012.