BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori - PENANAMAN NILAI-NILAI PANCASILA DI ERA GLOBALISASI MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN - repository perpustakaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Landasan teori ini akan membahas kajian-kajian pustaka yang diawali

  pembahasan mengenai Pendidikan Kewarganegaraan seperti pengertian PKn dan tujuan PKn. Selanjutnya pembelajaran PKn yaitu hakikat pembelajaran, hakikat pembelajaran PKn dan komponen pembelajaran PKn. Nilai-nilai Pancasila yang didalamnya membahas pengertian nilai dan nilai-nilai Pancasila. Kajian tentang Pancasila sebagai jiwa dan kepribadian bangsa.

  Kemudian globalisasi dan dampaknya serta kajian mengenai pentingnya penanaman nilai-nilai Pancasila di era globalisasi.

1. Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

  PKn merupakan suatu upaya untuk melatih seseorang menjadi manusia yang memiliki kecerdasan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan menjadi warga negara yang sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

  Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.

  Pengertian lain tentang PKn, dikemukakan oleh Somantri (2001: 299), PKn adalah program pendidikan yang berintikan pada demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat dan orang tua yang semuanya diproses guna melatih untuk berfikir kritis, analisis, dan bertindak demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Sedangkan menurut Winataputra dan Budimansyah (Pangalila. 2017:92), mengemukakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (civic eduction) merupakan subjek pembelajaran yang mengemban misi membentuk kepribadian bangsa, yakni sebagai upaya sadar da lam “nation and character building”.

b. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

  Tujuan umum PKn ialah mendidik warga negara menjadi warga negara yang baik (to be good citizens). Menurut Somantri (2001: 279) warga negara tersebut dapat dilukiskan dengan “warga negara yang patriotik, toleran, setia terhadap bangsa dan negara, beragama, demokratis, ..., Pancasila sejati.

  Maftuh (2008:138) mengemukakan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan yang sesuai untuk masa kini adalah membina warga negara Indonesia yang baik, yakni warga negara yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang memiliki jiwa yang merdeka, memahami dan menjalankan hak dan kewajiban dengan baik, memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, memiliki kepekaan dan tanggung jawab sosial, berjiwa demokratis, mampu menghargai perbedaan etnis, budaya dan agama, mampu berfikir kritis, sistematis, kreatif, dan inovatif, mampu mengambil keputusan dan memecahkan masalah secara demokratis, menyelesaikan konflik secara damai tanpa kekerasan, mematuhi hukum, berdisiplin, menghargai lingkungan hidup, dan mampu berpartisipasi secara cerdas dalam kehidupan politik lokal, nasional, dan global.

2. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan a. Hakikat Pembelajaran

  Pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh guru (pendidik) untuk menciptakan suatu kegiatan belajar pada peserta didik yang sistematis dan efektif dengan menggunakan asas pendidikan dan teori-teori belajar dalam rangka mencapai tujuan yang telah direncanakan.

  Menurut Komalasari (2013:3), pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Sedangkan menurut Sutikno (2013:31), pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh guru (pendidik) agar terjadi proses belajar pada diri siswa. Definisi lain juga dikemukakan oleh Sagala (2013: 61), menurutnya pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.

  Pembelajaran yang efektif adalah proses belajar mengajar yang tidak hanya terfokus pada hasil yang dicapai oleh peserta didik, akan tetapi bagaimana proses pembelajaran yang efektif itu mampu memberikan pemahaman yang baik serta dapat memberikan perubahan perilaku dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-sehari. Dalam penelitian ini, pembelajaran PKn juga meliputi persiapan mengajar dan kegiatan pembelajaran, yaitu kegiatan guru dalam proses menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam membentuk keterampilan, sikap dan pengetahuan bagi peserta didik.

  Bagian terpenting penanaman nilai-nilai Pancasila yaitu bukan hanya mengenai materi saja, akan tetapi sikap-sikap yang dibentuk dalam nilai-nilai Pancasila itu sendiri agar peserta didik tidak hanya mengetahui rambu-rambu Pancasila tetapi juga mengamalkan inti dari nilai-nilai Pancasila yang terkandung dalam ideologi Indonesia.

b. Hakikat Pembelajaran PKn

  Pembelajaran PKn adalah suatu kegiatan yang didesain secara sistematis untuk menciptakan proses belajar pada subjek didik dalam rangka mengembangkan potensi dan membangun karakter sesuai dengan tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

  Pendidikan Kewarganegaraan dapat diartikan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari peserta didik sebagai individu, anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

  Mengenai pembelajaran PKn, berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 58 Tahaun 2014, adalah:

  “Suatu pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan daya nalar bagi peserta didik, karena difokuskan untuk pengembangan karakter bangsa yang merupakan proses pengembangan warga Negara yang cerdas dan berdaya nalar tinggi”. Sedangkan menurut Winarno (2006: 33), berdasarkan kurikulum 2004 pembelajaran dalam mata pelajaran PKn merupakan proses dan upaya dengan menggunakan pendekatan belajar kontekstual untuk mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan, keterampilan, dan karakter warga negara Indonesia.

c. Komponen Pembelajaran PKn

  Komponen merupakan bagian dari suatu sistem yang perannya sangat diperlukan untuk berlangsungnya suatu proses dalam rangka mencapai tujuan sistem tersebut. Semua komponen dalam pembelajaran saling berkaitan dan mempengaruhi. Berikut merupakan komponen pembelajaran PKn: 1) Materi Pembelajaran PKn

  Dalam Standar Isi PKn 2006, materi pembelajaran PKn sekolah disebut sebagai ruang lingkup PKn. Ruang Lingkup PKn ada 8 (delapan) yang meliputi: a) Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan.

  b) Norma, hukum, dan peraturan, meliputi tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku dimasyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma- norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional.

  c) Hak Asasi Manusia, meliputi hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan penghormatan dan perlindungan HAM.

  d) Kebutuhan warga negara, meliputi hidup gotong royong, harga diri sebagai masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara.

  e) Konstitusi negara, meliputi proklamasi kemerdekaan dan konsitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi.

  f) Kekuasaan dan politik, meliputi pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.

  g) Pancasila, meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.

  h) Globalisasi, meliputi: globalisasi dilingkungannya, politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi (Winarno. 2014: 28-29).

  Berkaitan dengan nilai-nilai Pancasila, Pancasila termasuk konten (isi) PKn yang sifatnya formal structure. Somantri (2001) menyebut Pancasila dan UUD NRI 1945 sebagai bahan PKn Indonesia yang bersifat “The Great Ought”, termasuk

  Unavoidable Indotrination , yang perlu diinternalisasikan kepada warga negara.

  Mata pelajaran PKn juga merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-haknya serta kewajiban untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter sesuai dengan apa yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

  2) Guru PKn Guru merupakan suatu profesi yang dikenal masyarakat dengan sebutan “pahlawan tanpa tanda jasa”.

  Tersirat dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 1 menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

  Sedangkan Guru PKn termasuk guru mata pelajaran, yaitu guru yang mengampu bidang atau mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Winarno. 2014: 47).

  Berangkat dari hal di atas, maka Guru PKn adalah seseorang yang memiliki tugas u`tama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik sesuai dengan kompetensi guru mata pelajaran PKn. Sebenarnya Standar Kompetensi inti dan kompetensi guru setiap mata pelajaran sama, namun yang membedakan kompetensi guru PKn dengan guru mata pelajaran lainnya terdapat pada butir 20.

  Menurut Winarno (2014: 52), bagi guru PKn, butir 20 kompetensi profesional ini terjabar dalam tiga kompetensi, yaitu:

  a) Memahami materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

  b) Memahami substansi Pendidikan Kewarganegaraan yang meliputi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), nilai dan sikap kewarganegaraan (civic disposition), dan keterampilan kewarganegaraan (civic skill).

  c) Menunjukan manfaat mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

  3) Peserta Didik Dalam dunia pendidikan Indonesia, dikenal dengan adanya murid, siswa, dan peserta didik.

  Peserta didik merupakan subjek dalam suatu pembelajaran. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (4), peserta didik diartikan sebagai anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.

  Peserta didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi penting dalam proses belajar-mengajar. Di dalam proses tersebut peserta didik sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainyasecara optimal.

  Saat proses belajar-mengajar yang diperhatikan pertama kali adalah peserta didik, bagaimana keadaan dan kemampuannya, baru menentukan komponen pembelajaran yang lain.

  4) Strategi Pembelajaran PKn Setiap strategi pada dasarnya memiliki keunggulan masing- masing. Strategi pembelajaran merupakan komponen keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan perencanaan pembelajaran. Dalam dunia pendidikan khususnya dalam pembelajaran PKn, strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai teknik-teknik yang digunakan pendidik dalam rangka bertindak dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan.

  Komalasari (2013: 56) mengemukakan ada beberapa strategi pembelajaran dalam pembelajaran PKn, yaitu pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran pelayanan, pembelajaran berbasis kerja, ditambah dengan pembelajaran nilai, karena esensi dari PKn sebagai value-based education.

  Berdasarkan pengertian strategi pembelajaran di atas, menurut Djahiri (Juanda. 2014: 52) strategi pembelajaran PKn yang harus digelar guru yaitu, pertama, membina dan menciptakan keteladanan baik fisik maupun materiil (tata dan aksesoris kelas/sekolah) maupun personal (guru, pimpinan sekolah dan tokoh unggulan). Kedua , membiasakan /membukukan atau mempraktikan apa yang diajarkan mulai di sekolah, rumah, dan lingkungan belajar. Ketiga, memotivasi minat atau gairah untuk terlibat dalam proses belajar untuk kaji lanjutan dan mencoba serta membiasakannya.

  5) Metode Pembelajaran PKn Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu usaha yang berkaitan dengan bagaimana seorang pendidik menampilkan pembelajarannya kepada peserta didik sesuai dengan kondisi dan situasi peserta didik tersebut sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dapat terwujud dengan efektif dan optimal.

  Secara umum Sanjaya (2016: 127) mengartikan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi.

  Dengan kata lain strategi adalah a plan of operation achieving

  something sedangkan metode adalah a way in achieving something

  Beberapa metode pembelajaran PKn yang sering digunakan guru PKn dalam melaksanakan proses belajar mengajar menurut beberapa tokoh diantaranya: (1) Ceramah

  Ceramah menurut Sagala (Taniredja. 2014: 45) adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru kepada peserta didik. Dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan uraiannya, untuk dapat menggunakan alat-alat bantu seperti gambar dan audio visual lainnya. Ceramah juga sebagai kegiatan memberikan informasi dengan kata-kata yang sering mengaburkan dan kadang-kadang ditafsirkan salah.

  (2) Diskusi Hasibuan (Taniredja. 2014: 23) berpendapat bahwa diskusi adalah sebuah proses penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah ditentukan melalui cara tukar menukar informasi, mempertahankan pendapat, atau pemecahan masalah.

  Sedangkan metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah.

  6) Alat atau Media Pembelajaran PKn Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, oleh karenanya alat/media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting yaitu sebagai salah satu sistem komponen pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran PKn.

  Alat atau media pembelajaran secara umum merupakan apa saja yang dapat dijadikan sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal tersebut selaras dengan pendapat Sutikno (2013: 37), ia mengemukakan media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

  Berangkat dari hal di atas, maka tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan berlangsung secara maksimal. 7) Sumber Belajar

  Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai rujukan yang didalamnya terdapat bahan pembelajaran.

  Menurut Nasution (Sutikno. 2013: 37), sumber belajar dapat berasal dari masyarakat dan kebudayaannya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan siswa. Pemanfaatan sumber-sumber belajar tersebut tergantung pada kreatifitas guru, waktu, biaya, serta kebijakan-kebijakan lainnya.

  Sumber belajar tidak hanya terbatas pada bahan dan alat yang digunakan dalam proses pembelajaran, melainkan juga tenaga, biaya, dan fasilitas. Sedangkan Asosiasi Teknologi Komunikasi Pendidikan menyatakan sumber belajar meliputi semua sumber (baik data, orang, maupun benda) yang dapat digunakan untuk memberi kemudahan belajar.

  8) Evaluasi Evaluasi merupakan komponen terakhir dalam proses pembelajaran. Evaluasi bukan saja berfungsi untuk melihat keberhasilan peserta didik, akan tetapi berfungsi juga sebagai umpan balik bagi guru. Melalui evaluasi, dapat diketahui kelebihan dan kekurangan dalam pemanfaatan berbagai komponen pembelajaran yang digunakan.

  Menurut Sutikno (2013: 117) evaluasi adalah kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan membandingkan hasilnya dengan tolak ukur untuk memperoleh simpulan. Sedangkan menurut Sudijono (2009: 1), evaluation refer to the act or process to

  determining the value of something . Definisi ini mengemukakan

  bahwa evaluasi menitikberatkan pada tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.

3. Nilai-nilai Pancasila a. Pengertian Nilai

  Nilai merupakan sesuatu yang dianggap memiliki kelebihan, berharga dan memiliki keistimewaan.

  Menurut Kaelan (2016: 80), nilai pada hakikatnya adalah: sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, bukan objek itu sendiri.

  Sesuatu itu mengandung nilai artinya ada sifat atau kualitas yang melekat pada sesuatu itu.

  Selanjutnya Kodhi (Kaelan. 2016: 80-81), mengemukakan bahwa didalam nilai itu sendiri terkandung cita-cita, harapan- harapan, dambaan-dambaan, dan keharusan. Maka apabila kita berbicara tentang nilai, sebenarnya kita berbicara tentang hal yang ideal, tentang hal yang merupakan cita-cita, harapan, dambaan dan keharusan. Sedangkan menurut Kansil (2011: 30), ia berpendapat bahwa sesuatu dikatakan mempunyai nilai apabila sesuatu itu berguna, berharga (nilai kebenaran), indah (nilai estetis), baik (nilai moral atau etis), religius (nilai agama).

  Prof. Dr. Notonegoro (Kansil. 2011: 30-31), membagi nilai menjadi 3, yakni:

  1) Nilai materiil, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia.

  2) Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan dan aktivitas.

  3) Nilai kerokhanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.

  Berdasarkan hal di atas, jelaslah Pancasila sebagai dasar negara memiliki nilai yang menjadi cita-cita, harapan, dan dambaan bagi bangsa Indonesia yang nilai-nilai dalam setiap silanya menjadi keharusan bagi bangsa untuk mengamalkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang harus terus di pertahankan agar tetap terjaga eksistensinya dalam segala perubahan zaman.

b. Nilai-nilai Pancasila

  Nilai-nilai Pancasila sudah dimiliki bangsa Indonesia sejak adanya banga Indonesia. Sejak zaman kerajaan kuno, nilai-nilai ancasila sudah berkembang. Mereka sudah mengembangkan nilai- nilai religius dengan mendirikan tempat-tempat pemujaan yang dianggap suci. Mereka juga saling mencintai manusia dan rasa persatuan juga sudah dikembangkan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan bersama. Mereka juga mengembangkan sikap gotong royong dan kerja sama yang baik.

  Soegito (Taniredja. 2012: 7) menjelskan bahwa letak Indonesia yang strategis merupakan faktor yang ikut menentukan tebentuknya ciri kebudayaan Indonesia. Lingkungan alam melahirkan kesadaran akan kekuasaan yang berada di atas alam dan manusia. Gambaran dan kemahakuasaan itu tumbuh dan berkembang sebagai kesadaran religius di dalam bentuknya yang sederhana, menjelma menjadi adat istiadat, pemujaan luhur dan sejenisnya. Unsur-unsur asli kebudayaan Indonesia itu menjadi landasan yang kuat dalam sejarah perkembangan sejarah selanjutnya. Sifat-sifat kekeluargaan, musyawarah, mufakat, gotong-royong dan sebagainya menjadi alat pembina rasa kesatuan bangsa, toleransi antara umat beragama, dan rasa persatuan antar suku bangsa. Oleh karena itu, walaupun penduduk dikepulauan ini tersebar dalam ribuan pulau yang menyebabkan keanekaragaman adat istiadat, tetapi bersifat Bhinneka Tunggal Ika (berbeda-beda tetapi satu juga).

  Menurut Kansil (2011: 30-42), nilai-nilai Pancasila yang terdapat dalam sila-sila Pancasila dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa

  Sila Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung pengertian bahwa kita bangsa Indonesia percaya dan taqwa kepada Tuhan YME, Pencipta alam semesta berserta isinya baik benda mati maupun makhluk hidup.

  Kepercayaan dan ketaqwaan kita kepada Tuhan YME itu bersifat aktif. Artinya harus berusaha menjalankan segala perintah-Nya, dan menjauhi segala larangan-Nya menurut ajaran agama dan kepercayaan kita masing-masing.

  Nilai Ketuhanan adalah nilai yang menggambarkan bahwa rakyat Indonesia adalah rakyat yang memiliki agama dan meyakini akan adanya Tuhan. Dengan keyakinan tersebut, maka secara langsung harus bertaqwa kepada Tuhan dan menjalankan aturan-aturan yang ada didalam agama oleh setiap pemeluknya. Dengan kata lain menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

  2) Nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab Keseluruhan pengertian tentang sila kedua dari Pancasila ini, jelaslah merupakan suatu kedaulatan pengertian yang lengkap tentang manusia. Dengan kata lain dapat dikatakan, bahwa manusia bebas keinginannya, tetapi tetap terikat keterbatasan dan tanggung jawabnya kepada masyarakat dan negara, dibatasi juga oleh lingkungannya. Itu semua disebabkan manusia tidak hidup sendiri. Walaupun ia ingin hidup sendiri, tetapi hal itu tidak mungkin. Dia akan selalu bergantung pada lingkungannya, baik berupa orang-orang lain ataupun alam sekitarnya.

  Kemanusiaan yang adil dan beradab juga merupakan kesadaran sikap dan perbuatan manusia yang didasarkan kepada potensi akal budi dan hati nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan kesusilaan umum, baik terhadap diri pribadi, sesama manusia, maupun terhadap alam dan hewan. Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah akhlak mulia yang dicerminkan dalam sikap dan perbuatan manusia yang sesuai dengan kodrat hakikat, dan martabat manusia. Potensi kemanusiaan tersebut dimiliki oleh semua manusia, tanpa kecuali. Mereka harus diperlakukan sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan, sesuai dengan fitrahnya, sebagai makhluk Tuhan yang mulia. Kemanusiaan yang adil dan beradap diejawantahkan dalam implementasi hak dan kewajiban asasi manusia serta komitmen terhadap pengakuan hukum. 3) Nilai Persatuan Indonesia

  Persatuan Indonesia merupakan faktor yang dinamis dalam kehidupan bangsa Indonesia, bertujuan melindungi segenap bangsa Indonesia dengan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, serta mewujudkan perdamaian dunia yang abadi. Perwujudan persatuan Indonesia adalah perwujudan dari paham kebangsaan Indonesia yang dijiwai oleh Ketuhanan Yang Maha Esa, serta kemanusiaan yang adil dan beradab.

  Dengan dasar kebangsaaan (nasionalisme) dimaksudkan bahwa bangsa Indonesia seluruhnya harus memupuk persatuan yang erat antara sesama warga negara, tanpa membeda-bedakan suku atau golongan serta berdasarkan satu tekad yang bulat dan satu cita-cita bersama. Prinsip kebangsaan itu merupakan ikatan yang erat antara golongan dan suku bangsa.

  Kebangsaan meliputi seluruh golongan dan daerah di Indonesia serta unsur-unsur kebudayaan dan taat hidupnya.

  Dasar kebangsaan ini adalah penting sekali dan harus dibina, tanpa melupakan bahwa di dunia ada bangsa lain yang terdiri atas sesama satu keluarga umat manusia.

  Paham kebangsaan kita adalah satu dasar kebangsaan yang menuju kepada persaudaraan dunia, yang menghendaki bangsa- bangsa itu saling hormat-menghormati dan harga-menghargai. Paham kebangsaan yang dianut bangsa Indonesia adalah:

  a) Ke dalam: menggalang kepentingan seluruh rakyat dengan tidak membeda-bedakan suku atau golongan.

  b) Ke luar: tidak mengagungkan bangsa sendiri, namun dengan berdiri tidak atas dasar kebangsaan sendiri juga menuju ke arah hidup berdampingan secara damai, berdasar atas persamaan derajat antar bangsa serta berdaya upaya untuk melaksanakan terciptanya perdamaian dunia yang kekal dan abadi, serta membina kerjasama untuk kesejahteraan umat manusia.

  4) Nilai Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan (mufakat atau demokrasi) dalam Pancasila pada prinsipnya menegaskan bahwa bangsa Indonesia akan terus memelihara dan mengembangkan semangat bermusyawarah untuk mencapai mufakat dalam perwakilan. Bangsa Indonesia akan tetap memelihara dan mengembangkan kehidupa demokrasi. Bangsa Indonesia akan memelihara serta mengembangkan kearifan dan kebijaksanaan dalam bermusyawarah.

  Sila keempat ini mengandung juga arti bahwa rakyat dalam menjalankan kekuasaannya, dilakukan melalui perwakilan, jadi tidak langsung. Keputusan-keputusan yang diambil oleh wakil- wakil itu dilakukan melalui musyawarah yang dipimpin oleh akal sehat serta penuh dengan rasa tanggung jawab baik kepada Tuhan YME maupaun kepada rakyat yang diwakilinya.

  5) Nilai Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia Sila ini secara bulat berarti bahwa setiap rakyat Indonesia mendapat perlakuan yang adil di dalam hukum, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan keamanan. Sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945, pengertian keadilan sosial mencakup pula pengertian adil dan makmur.

  Sebagai suatu dasar filsafat negara, Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan yang sistematis, walaupun pada uraian di atas memperlihatkan kandungan nilai-nilai yang berbeda antara satu dengan lainnya.

  Pedoman, Penghayatan dan Pengamalan Pancasila, memberikan pedoman kepada Bangsa Indonesia untuk mengamalkan sila-sila Pancasila. Menurut (Taniredja. 2012: 63-67) hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: a) Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

  (1) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa. (2) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa yang dipercayai dan diyakini.

  (3) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Di dalam kehidupan dilingkungan sekolah yang banyak keberagaman agama di dalamnya, seorang peserta didik harus mampu mengembangkan sikap yang mencerminkan bentuk pengamalan dari sila pertama Pancasila. Seperti saling menghormati antar pemeluk agama, memberikan kesempatan kepada orang lain untuk menjalankan ibadahnya dengan hikmat dan memiliki sikap yang mau bergaul dengan peserta didik yang berbeda agama.

  Adanya agama dan kepercayaan yang dianut oleh setiap individu juga menimbulkan hubungan antara individu itu sendiri dengan Tuhan. Peserta didik dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjalankan segala perintah Tuhan dan menjauhi larangannya seperti melaksanakan kewajiban sesuai dengan agama (sembahyang) secara tepat waktu, berdoa dengan hikmat.

  Permasalahan-permasalahan yang biasa terjadi pada peserta didik di sekolah yaitu peserta didik yang meremehkan akan doa sehingga dalam berdoa mereka cenderung main-main/tidak hikmat, masih saja terdapat peserta didik yang tidak menjalankan kewajiban sebagaimana diperintahkan oleh agamanya yaitu sholat dan sikap peserta didik yang enggan berteman dengan peserta didik lain yang berbeda agama.

  Menurut Suharyanto (2013: 202) mengatakan bahwa: “Siswa yang bergaul hanya dengan orang yang satu agama, merupakan hal yang tidak wajar.Wajar seharusnya setiap orang yang berlainan agama tidak wajar untuk bergaul sesama teman yang satu agama. Setiap siswa yang memiliki agama yang berbeda harus bergaul satu sama lain agar tercipta kerukunan antara um at beragama”.

  b) Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab (1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha

  Esa. (2) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.

  (3) Mengembangkan sikap hormat-hormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.

  Dalam kehidupan bersama antar peserta didik yang memiliki keberagaman karakter¸ harus memiliki jiwa moral kemanusiaan untuk saling menghargai meskipun terdapat suatu perbedaan. Peserta didik harus menjaga keharmonisan dalam kehidupan bersama.Tentu saja sikap dan perbuatan manusia itu didasarkan atas budi nurani dan norma-norma yang berlaku pada umumnya baik terhadap diri sendiri, sesama manusia, maupun hewan dan tumbuhan.

  Namun terkadang sikap dan tindakan peserta didik yang melanggar nilai Pancasila kerap terjadi seperti sikap peserta didik yang semena-mena terhadap guru dan teman. Menjadikan candaan yang berlebihan sehingga mengakibatkan perkelahian.

  Serta kurangnya rasa hormat peserta didik kepada orang yang lebih tua (guru, satpam, penjaga sekolah).Tindakan peserta didik di atas kesemuanya merupakan tindakan yang tidak terpuji.

  c) Sila Persatuan Indonesia (1) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.

  (2) Mengembangkan rasa kebanggaan kebangsaan dan bertanah air Indonesia.

  (3) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

  Menanamkan kesadaran peserta didik akan nilai-nilai luhur budaya bangsa merupakan sarana untuk membangkitkan semangat nasionalisme yang dapat dilakukan diantarnya dengan mencintai tanah air Indonesia.

  Namun sering dimunculkan sikap dan tingkah laku peserta didik yang tidak kenal sopan santun khususnya kepada seseorang yang lebih tua. Karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga seolah-olah peserta didik bertindak sesuka hati mereka. Globalisasi yang menghadirkan budaya baru yang dibawa dari luar seringkali diterima oleh peserta didik secara cuma-cuma sehingga perubahan gaya hidup, sikap dan tingkah laku mereka tidak mencerminkan budaya Indonesia. Mereka juga cenderung lebih menyukai produk- produk dari luar negeri ketimbang produk dalam negeri.

  Berangkat dari permasalahan di atas, Irhanayaningsih (tt:6) dalam penelitiannya juga mengungkapkan bahwa:

  “Semangat nasionalisme dan patriotisme di kalangan generasi muda mulai menurun. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya generasi muda yang menganggap bahwa budaya asing lebih modern dibandingkan dengan budaya sendiri. Hal ini bisa dilihat dari cara bersikap, berpakaian, berbicara, sampai pola hidup yang cenderung meniru budaya asing”.

  d) Sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan.

  (1) Manusia Indonesia sebagai warga negara dan warga masyarakat Indonesia mempunyai kedudukan hak dan kewajiban yang sama. (2) Tidak boleh ada suatu kehendak yang dipaksakan kepada pihak lain.

  (3) Keputusan diusahakan secara mufakat.

  Dalam kehidupan di sekolah sila keempat Pancasila menunjukan bahwa setiap peserta didik mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama. Setiap peserta didik dalam menggunakan hak-haknya harus menyadari perlunya selalu memperhatikan dan mengutamakan kepentingan bersama. Kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan mendambakan terwujudnya peserta didik yang demokratis.

  Menurut Asmaroini (2017: 58) mengatakan bahwa dalam sila ini menjelaskan tentang demokrasi, adanya kebersamaan dalam mengambil keputusan dan penanganannya, dan kejujuran bersama.

  Namun pelanggaran-pelanggaran terhadap sila keempat Pancasila ini kerap terjadi di sekolah khususnya dalam pembelajaran PKn yang menimpa peserta didik seperti, peserta didik yang memaksakan kehendaknya dalam berdiskusi, enggan melakukan musyawarah, dan tidak mau bekerjasama dalam menyelesaikan masalah. Perilaku tersebut tidak mencerminkan sikap yang demokratis yang diharapkan oleh sila keempat Pancasila yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.

  e) Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia (1) Menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam masyarakat Indonesia.

  (2) Menghormati hak-hak orang lain. (3) Sikap menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan bersama.

  Seluruh peserta didik di lingkungan sekolah memiliki keadilan yang sama, tanpa membedakan status sosial atau ukuran apapun. Nilai-nilai sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesi di sekolah dapat diwujudkan oleh peserta didik melalui kegiatan sehari-hari di sekolah. Setiap peserta didik harus mengembangkan sikap kekeluargaan, kerjasama, kerja keras, peduli sesama, dan adil terhadap sesama peserta didik.

4. Pancasila Sebagai Jiwa dan Kepribadian Bangsa

  Kepribadian merupakan sifat-sifat pada perilaku seseorang atau sekelompok orang yang membuatnya berbeda dari sifat dan perilaku orang lain maupun kelompok lain. Sehingga kepribadian bangsa Indonesia adalah karakteristik yang dimiliki bangsa Indonesia secara menyeluruh yang berbea dengan karakteristik bangsa-bangsa lain.

  Menurut Darji Darmodiharjo, Pancasila sebagai jiwa bangsa dalam pengertian ini seperti yang dijelaskan dalam teori Von Savigny bahwa setiap bangsa memiliki jiwanya masing-masing yang disebut volkgeist (jiwa rakyat/jiwa bangsa). Pancasila sebagai jiwa bangsa adanya/lahirnya bersamaan dengan adanya bangsa Indonesia yakni zaman Sriwijaya dan Majapahit. Pancasila sebagai kepribadian bangsa merupakan perwujudan dari jiwa dalam bentuk sikap dan tingkah laku serta amal perbuatan bangsa Indonesia yang memiliki ciri khas, artinya dapat dibedakan dengan bangsa lain. Ciri khas inilah yang disebut kepribadian dan kepribadian bangsa Indonesia adalah Pancasila (Narmoatmojo. 2014: 82).

  Selanjutnya, menurut Hakim (2016: 5-6), mengemukakan bahwa Pancasila sebagai ideologi bersifat reformatif dan dinamis yang berasal dari sosio-budaya masyarakat Indonesia, dan karena itu disebut sebagai ideologi terbuka. Pancasila adalah nilai-nilai dasar yang menjadi karakter khas dan dimiliki oleh bangsa Indonesia. Pancasila adalah paradigma kehidupan sekaligus paradigma pembangunan yang berguna sebagai wahana bagi bangsa Indonesia dalam memikirkan apa yang harus dipelajari, persoalan-persoalan apa yang harus dijawab, bagaimana seharusnya menjawabnya, serta aturan-aturan apa yang harus diikuti dalam menginterpretasikan permasalahan kehidupan, termasuk dalam konteks global.

  Berangkat dari uraian di atas, Pancasila sebagai jiwa dan kepribadian bangsa yang menjadi paradigma dalam segala urusan kehidupan. Sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dalam menjawab segala tantangan yang dihadapi termasuk tantangan dalam menjawab perilaku dan budaya- budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia yang masuk melalui globalisasi.

5. Globalisasi a. Pengertian Globalisasi

  Globalisasi telah menjadi topik utama di hampir seluruh kalangan dalam masyarakat umum. Hampir seluruh masyarakat di seluruh dunia mengenal istilah globalisasi ini. Beberapa pengertian globalisasi dapat diuraikan sebagai berikut:

  Menurut Dahlan, globalisasi merupakan transformasi sosial budaya dalam lingkup global, yang mampu mendorong perubahan lembaga, pranata dan nilai-nilai sosial budaya. Perkembangan dan transformasi sosial budaya terjadi pada tingkat lokal atau nasional, akan mampu menembus batas-batas tradisional ke segala tempat (Hakim. 2016: 295).

  Pengertian lain dikemukakan oleh Maksum (2016: 227), Globalisasi sebagai proses yang mengarah kepada terjadinya integrasi (penyatuan) sistem ekonomi, budaya, politik dan sosial dunia yang melampaui batas-batas kewilayahan (geografis) suatu negara-bangsa. Globalisasi juga ditandai oleh adanya pertukaran (exchange) dalam kehidupan dunia internasional yang mencakup ide-ide atau gagasan, pengetahuan, produk barang dan jasa, serta tenaga kerja.

  Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan globalisasi adalah suatu proses yang mengarahkan pada tercapainya manusia yang mencakup seluruh dunia dimana tidak ada lagi batas- batas antar negara karena perkembangan dan transformasi teknologi yang berkemajuan sehingga terjadi adanya integrasi dan pertukaran dalam dunia internasional.

b. Dampak Globalisasi

  Globalisasi acap kali menhadirkan pengetahuan dan informasi yag justru berlebihan dan tidak dapat ditangkap oleh orang kebanyakan yang tidak mampu mencerna dan menyaring tantangan- tantangan yang ada disekelilingnya. Sehingga hidup dalam era globalisasi merupakan suatu resiko dan dapat merubah identitas seseorang, tempat tinggal, dan kehidupan masa depan. Naun globalisasi juga memberikan harapan dan kesempatan baru bagi orang-orang yang dapat mencerna dengan baik berbagai pengaruh yang ada disekelilingnya.

  Indonesia sebagai salah satu negara berkembang di dunia mengalami dampak dari pesatnya pengarh globalisasi. Sebagaimana terjadi di negara-negara lain, globalisasi memberi pengaruh atau dampak yang positif dan negatif terhadap tatanan kehidupan masyarakat Indonesia khususnya para remaja yang duduk di bangku sekolah. Pengaruh globalisasi terhadap budaya nasional Indonesia meliputi berbagai aspek kehidupan. Anthony, Giddens (Budimansyah. 2016 : 201) juga mengemukakan bahwa efek globalisasi sangat beragam mula dari budaya masyarakat, dan periau serta peran masyarakat. Secara cepat maupun lambat mempengaruhi prinsip dan identitas kebudayaan.

  1) Dampak Positif Kehadiran globalisai di Indonesia memiliki dampak positif baik bagi masyarakat maupun negara.

  Berikut dampak positif globalisasi menurut Hakim (2016: 299-301) adalah:

  a) Semangat Kompetitif Globalisasi mendorong untuk mewujudkan kehidupan yang semakin baik sebagaimana telah dinikmati manusia di negara-negara industri. Situasi ini menyadarkan manusia atas potensi dan kualitas dirinya, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat juga bangsa yang akan diiringi dengan segala upaya untuk meningkatkan kualitas diri setara dengan kualitas manusia dinegara maju dan modern.

  b) Kemudahan dan Kenyamanan Hidup Globalisasi yang seiring dengan kemajuan bidang informasi, komunikasi, dan transportasi telah memberi kemudahan dan kenyamanan hidup masyarakat/bangsa Indonesia. Dengan kemajuan komunikasi memudahkan mengadakan hubungan, tidak saja antar kota, juga antar negara, dan antar benua. Kemajuan informasi memberi kemudahan masyarakat/bangsa memperoleh informasi apapun yang dibutuhkan.

  c) Sikap Toleransi dan Solidaritas Kemanusiaan Sikap toleransi dan solidaritas kemanusiaan akan meningkat tidak saja intern bangsa, namun sudah bersifat universal. Informasi mengenai keprihatinan dan penderitaan sejumlah manusia di suatu negara, memotivasi pemerintah di negara lain untuk ikut membantu meringankan penderitaan yang dirasakan sesamanya.

  d) Kesadaran dan Kebersamaan Sikap perilaku toleransi serta solidaritas antar bangsa selanjutnya berkembang menjadi kesadaran dalam kebersamaan untuk mengatasi berbagai masalah, dimana ancaman dan bencana bagi keselamatan dunia sebagai satu- satunya planet tempat tinggal bagi umat manusia merupakan ancaman bersama.

  e) Menumbuhkan Sikap Terbuka Globalisasi berdampak tumbuhnya sikap terbuka manusia maupun bangsa. Sikap terbuka ini untuk mengenal dan menghormati perbedaan, kelebihan, kekurangan, dalam kehidupan manusia sebagai individu maupun bangsa yang hidup di wilayah/negara lain.

  f) Globalisasi Memberi Tawaran Baru Globalisasi menawarkan banyak kesempatan yang belum pernah ada sebelumnya. Contoh paling gampang kesempatan untuk mengakses ilmu pengetahuan seluas- luasnya di internet.

  g) Terbukanya Mobilitas Sosial Kemajuan transportasi mendorong mobilitas sosial yag semakin terbuka, dimana jarak tidak lagi menjadi permasalahan. Dengan alat transportasi modern jarak bermil-mil dapat ditempuh dalam tempo singkat.

  Beberapa dampak positif globalisasi tersebut jika dimanfaatkan secara bijaksana, dapat memudahkan peserta didik dalam meningkatkan potensi yang dimiliki melalui berbagai media yang dapat diakses secara cepat agar dapat berkompetisi dan hidup berdampingan dengan bangsa-bangsa lain.

  2) Dampak Negatif Selain dampak positif globalisasi yang telah diuraikan di atas, kehadiran globalisasi juga menunjukan sisi negatifnya.

  Dampak negatif globalisasi menurut Hakim (2016: 301-303) adalah sebagai berikut: a) Pergeseran Nilai

  Globalisasi seringkali cenderung mengintrodusir sesuatu yang baru, baik bersifat materiil maupun non materiil, yang bersifat asing dalam tempo cepat. Akibatnya, disatu pihak terlihat adanya manusia sebagai individu atau kelompok (masyarakat dan bangsa) yang belum siap menerima, mengadaptasi, mengadopsi, dan menyerapnya.

  Di pihak lain, sesuatu yang baru (apakah nilai, teknologi, budaya dan sebagainya) dari asing tersebut tidak secara otomatis tidak dapat diintegrasikan ke dalam kondisi- kondisi invidu atau masyarakat/bangsa yang menerimanya.

  b) Pertentangan Nilai Masuknya nilai-nilai baru dan asing yang tidak sejalan atau bahkan bertentangan dengan nilai-nilai luhur dari pandangan hidup (way of life) masyarakat/bangsa. c) Perubahan Gaya Hidup Piliang, menegaskan terdapat delapan perkembangan dan perubahan gaya hidup masyarakat/bangsa Indonesia sebagai dampak globalisasi, yaitu: (1) Ekonomi menjadi panglima. Kehidupan sosial dan kultural dibentuk dan ditentukan arahnya oleh paradigma ekonomi. (2) Kemajuan pesat di bidang sain dan teknologi telah mengkondisikan orang hidup di dalam penjara elektronika dan penjara rumah. (3) Rasa ketidakamanan, keresahan dan ketakutan menghantui dari setiap penjuru.

  (4) Tempo perubahan yang semakin tinggi dan kompleksitas ekonomi, industri dan teknologi menyebabkan tekanan waktu dan tempo kehidupan semakin tinggi.

  (5) Dengan kekayaannya orang membutuhkan media untuk menunjukkan kelas, status, prestise, dan massa menonton gaya hidup mereka. (6) Industri-industri yang dikondisikan oleh tuntutan ideologi dan logika komoditi menciptakan kondisi ke arah orientasi pada gaya hidup ini dengan memanfaatkan setiap aspirasi konsumen.

  (7) Media cetak dan elektronika berperan besar dalam menawarkan dan menaturalisasikan beraneka ragam pilihan gaya hidup.

  d) Berkurangnya Kedaulatan Negara Globalisasi memang memunculkan kekhawatiran yang luas bahwa kedaulatan suatu negara (bangsa) digerogoti.

  Pemerintah kini harus mengakui dan bekerja di suatu lingkungan, dimana sebagian besar penyelesaian masalahnya harus dirumuskan dengan memperhatikan dunia global.

  Jika globalisasi tidak diserap dengan baik sesuai dengan dasar negara Indonesia, maka dampak negatif globalisasi tersebut lambat laun akan memudarkan kepribadian dan jati diri masyarakat/bangsa Indonesia. Oleh karenanya, masyarakat dituntut untuk menjadikan Pancasila sebagai acuan dalam menghadapi era globalisasi.

  Oleh karena itu, menurut Musa (2015: 9-10) mengemukakan agar kita tidak terjerumus ke dalam pengaruh atau dampak negatif globlisasi kita harus mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: 1) Menumbuhkan semangat nasionalisme 2) Menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dengan sebaik-baiknya.

  3) Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik- baiknya.

  4) Selektif terhadap pengaruh globlisasi dibidang politik, ideologi, ekonomi, dan sosial budaya bangsa.

  5) Perlunya perhatian para orang tua dalam memantau pergaulan dan cara hidup anaknya.

6. Pentingnya Penanaman Nilai-nilai Pancasila di Era Globalisasi

  Penetapan Pancasila sebagai dasar negara menunjukan bahwa Indonesia merupakan negara Pancasila. Menurut Edward S. Greenberg (Mutiani. 2015: 181), Negara Pancasila adalah:

  “Suatu negara yang didirikan, dipertahankan, dan dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan mengembangkan martabat dan hak-hak azasi semua warga bangsa Indonesia (kemanusiaan yang adil dan beradab), agar masing-masing dapat hidup layak sebagai manusia, mengembangkan dirinya dan mewujudkan kesejahteraannya lahir batin selengkap mungkin, memajukan kesejahteraan umum, yaitu kesejahteraan lahir batin bagi seluruh rakyat, dan mencerdaskan kehidupan bangsa (keadilan sosial)”.

  Pendapat tersebut memberikan pemahaman bahwa Pancasila secara keseluruhan merupakan landasan yang kokoh terhadap negara yang didirikan diatasnya yang dijaga, dipertahankan dan dikembangkan dengan tujuan melindungi martabat seluruh masyarakat Indonesia.