IMPLEMENTASI PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA (Studi Kasus di Desa Kupahandap Kecamatan Cimanuk Kabupaten Pandeglang) - FISIP Untirta Repository

  

IMPLEMENTASI PERATURAN BUPATI PANDEGLANG

NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN

PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

(Studi Kasus di Desa Kupahandap Kecamatan Cimanuk

Kabupaten Pandeglang)

  

SKRIPSI

  Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik

  Program Studi Ilmu Administrasi Negara Oleh:

  DIDI SURYADI NIM. 6661120118

  

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG 2016

  

ABSTRAK

Didi Suryadi. 6661120118. 2016. Implementasi Peraturan Bupati Pandeglang

Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa (Studi

Kasus di Desa Kupahandap). Program Studi Ilmu Administrasi Negara.

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Dosen Pembimbing I: Abdul Hamid,

Ph,D dan Pembimbing II: Listyaningsih, S.Sos., M.Si.

  Latar belakang penelitian ini adalah kurangnya transparansi pengelolaan keuangan di desa, belum tertib dan disiplinnya pengelolaan keuangan di desa, dan belum siapnya SDM di Desa Kupahandap dalam menjalankan Peraturan Bupati ini. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Implementasi Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa (Studi Kasusu di Desa Kupahandap). Informan penelitian ini adalah Kepala Desa, perangkatnya dan tokoh masyarakat. Teori yang digunakan adalah Van Metter Van Horn dengan metode deskriptif, pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Dalam menguji keabsahan data menggunakan triangulasi dan member check. Hasil menunjukan bahwa Implementasi Peraturan Bupati Pandeglang ini di Desa Kupahandap sudah baik namun ada beberapa hambatan seperti pegawai di desa kesulitan menjalankan peraturan ini, komunikasi dan koordinasi antar pelaksana kebijakan belum optimal. Saran penelitian adalah segera memberikan pelatihan kepada perangkat desa dan memperbaiki proses komunikasi dan koordinasi antar pelaksana.

  Kata Kunci: Implementasi, Perbup, Keuangan Desa

  

ABSTRACT

Didi Suryadi.6661120118. Implementation of Pandeglang Regent Regulation

No 24 of 2015 on Rural Financial Management Guidelines. (Case Study in

Kupahandap Village) Study Program of Public Administration. Faculty of

Social Science and Political. Supervisor I: Abdul Hamid, Ph.D and Supervisor

II: Listyaningsih, S.Sos., M.Si.

  

Background of the research was lack of transparency of rural financial

management in Kupa handap Village unpreparedness of human resources of

Kupahandap Village in running of Regent Regulation No. 24 of 2015 on Rural

Financial Management Guidelines (Case Study in Kupa Handap Village).

Informant of the research was Head of Village, Staff and community figure. The

research used theory of Van Metter Van Hom with descriptive method qualitative

approach. Technique of collecting data was interview, observation and

documentation. In testing validity of the data, the researcher used triangulation

and member check. The result showed that the Implementation of Pandeglang

Regent Regulation No 24 of 2015 on Rural Financial Management Guidelines in

Kupahandap Village was running well, but there were some obstacles such as the

staff village had difficulty in running this regulation, communication and

coordination among the stakeholders has not optimal yet. Suggestion of the

research was to give training to the village staff as soon as possible and

improving the communicaton and coordinaton process among the stakeholders.

  Keyword: Implementation, Regent Regulation, Rural Financial

  

Sebuah Tantangan Akan Selalu Menjadi Beban,

Jika Itu Hanya Dipikirkan.

  

Sebuah Cita-cita Juga Beban,

Jika Itu Hanya Angan-angan.

  

Skripsi ini ku persembahkan untuk Ayah beserta semua

keluarga ku dan khususnya untuk Almarhum Ibu

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan Hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini penulis buat untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dengan judul “Implementasi Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa (Studi Kasus di Desa Kupahandap Kecamatan Cimanuk Kabupaten Pandeglang)”.

  Hasil penulisan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang selalu mendukung penulis baik secara moril maupun materil. Maka dengan ketulusan hati dan dalam kesempatan ini pula, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan sehingga penulisan proposal skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Ucapan dan rasa hormat serta terima kasih penulis tujukan kepada:

  1. Bapak Prof. Dr. Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  2. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  3. Ibu Rahmawati, M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  4. Bapak Iman Nurokhman, S.Ikom., M.Ikom selaku Wakil Dekan II Fakultas

  5. Bapak Kandung Sapto Nugroho, M.Si selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  6. Ibu Listyaningsih, S.Sos., M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa sekaligus Dosen Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya untuk melakukan bimbingan dan memberikan masukan dalam setiap bimbingan yang dilakukan selama ini.

  7. Bapak Riswanda, Ph.D selaku Sekretaris Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  8. Bapak Abdul Hamid, Ph.D selaku Pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya untuk melakukan bimbingan dan memberikan masukan dalam setiap bimbingan yang dilakukan selama ini.

  9. Bapak Rd.Goenara Darajat, S.Sos. M.Si, Kepala Bidang Pemerintahan Desa BPMPD Kabupaten Pandeglang.

  10. Bapak Guruh Safaat, S.Sos., M.Si., Kasubid Pemerintahan, Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Sosial dan Budaya BAPPEDA Kabupaten Pandeglang.

  11. Bapak Djuanda, S.H. Sekertaris Kecamatan Cimanuk Kabupaten Pandeglang.

  12. Bapak H. Zainuddin, Kepala Desa Kupahandap.

  13. Perangkat Desa dan Segenap Masyrakat Desa Kupahandap.

  14. Untuk Keluarga saya yang selalu memberikan kasih sayang dan dukungan serta doa yang selalu mengiringi tiap langkah saya dalam menyelesaikan proposal skripsi ini.

  15. Untuk sahabatku dari semester satu Adventure FC (Restu Ramadhan, Fahmy Kurnia Eka Saputra, Didi Rosadi, M. Dodo Widarda, Pangku Shillazid, Abdul Haris Djiwandono, Damar Aji Nusantara, M. Rafli Maulid, Pradytia Herlyansah) yang selalu memberi dukungan kepada saya.

  16. Teman-teman KKM 39 Desa Tonjong yang selalu memberikan dukungan kepada saya.

  17. Dan tidak lupa Teman-teman Administrasi Negara Angkatan 2012 yang selalu berjuang bersama-sama serta saling mendukung satu sama lain dalam mengerjakan tugas akhir.

  Akhirnya penulis tak berhenti mengucapkan syukur kepada Allah SWT, karena atas ridho-Nya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari banyak ditemukan kekurangan dalam penyajian materi. Oleh karen itu penulis memohon maaf atas kekurangan tersebut. Penulis mengharapkan masukan, baik kritik maupun saran dari pembaca yang membangun.

  Serang, Agustus 2016 Penulis

  Didi Suryadi NIM. 6661120118

  DAFTAR ISI

  Halaman

  HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN ORISINALITAS LEMBAR PERSETUJUAN KATA PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................. iv

DAFTAR TABEL .................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ viii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ ix

  

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

  1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

  1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................. 13

  1.3 Batasan Masalah....................................................................................... 13

  1.4 Rumusan Masalah .................................................................................... 13

  1.5 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 14

  1.6 Manfaat Penelitian ................................................................................... 14

  

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 15

  2.1 LandasanTeori .......................................................................................... 15

  2.1.1 Definisi Kebijakan Publik .............................................................. 16

  3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ......................................................... 38

  3.8 Analisis Data ........................................................................................... 48

  3.7 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 45

  3.6 Informan Penelitian ................................................................................. 43

  3.5 Instrumen Penelitian ................................................................................ 42

  3.4.2 Definisi Operasional ...................................................................... 41

  3.4.1 Definisi Konsep ............................................................................. 40

  3.4 Fenomena yang Diamati.......................................................................... 40

  3.3 Lokasi Penelitian ..................................................................................... 39

  3.2 Fokus Penelitian ...................................................................................... 39

  

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 38

  2.1.2 Pengertian Implementasi Kebijakan Publik ................................... 19

  2.4 Asumsi Dasar ........................................................................................... 37

  2.3 Kerangka Berfikir..................................................................................... 33

  2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................................ 32

  2.1.8 Asas-asas Pengelolaan Keuangan Desa ......................................... 29

  2.1.7 Pengertian Keuangan Desa ............................................................ 29

  2.1.6 Definisi Desa ................................................................................. 28

  2.1.5 Otonomi Daerah ............................................................................. 28

  2.1.4 Otonomi Desa ................................................................................ 27

  2.1.3 Model-Model Implementasi Publik ............................................... 20

  3.9 Uji Keabsahan Data ................................................................................. 50

  

BAB IV PEMBAHASAN ......................................................................................... 53

  4.1 Deskripsi Objek Penelitian ...................................................................... 53

  4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Pandeglang ..................................... 53

  4.1.2 Gambaran Umum Kecamatan Cimanuk ........................................ 54

  4.1.3 Gambaran Umum Desa Kupahandap ............................................ 55

  4.2 Deskripsi Data ......................................................................................... 60

  4.2.1 Informan Penelitian ....................................................................... 64

  4.2.2 Pelaksanaan Perbup di Desa Kupahandap ..................................... 66

  4.3 Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................. 69

  4.4 Pembahasan ............................................................................................. 89

  

BAB V PENUTUP .................................................................................................... 99

  5.1 Kesimpulan.............................................................................................. 99

  5.2 Saran ........................................................................................................ 100

  DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  

DAFTAR TABEL

  Halaman

Tabel 1.1 Sumber Pendapatan Desa ......................................................................... 5Tabel 1.2 Perhitungan Pendapatan Desa Kecamatan Cimanuk ............................... 9Tabel 3.1 Sumber Informan Penelitian .................................................................. 44Tabel 3.2 Pedoman Wawancara ............................................................................. 47Tabel 3.3 Jadwal Penelitian.................................................................................... 52Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan ........................................... 56Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ................................ 57Tabel 4.3 Struktur Organisasi Desa Kupahandap .................................................. 59Tabel 4.4 Inventaris Barang di Desa Kupahandap ................................................. 60Tabel 4.5 Informan Penelitian ................................................................................ 65Tabel 4.6 Ringkasan APBDesa Desa Kupahandap Tahun 2015 .......................... 68

  

DAFTAR GAMBAR

  Halaman

Gambar 1.1 Asas-asas Pengelolaan Keuangan Desa ............................................... 7Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ............................................................................... 36Gambar 3.1 Komponen-Komponen Analisis Data Model Prasetya Irawan ......... 49

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa

  Lampiran 2 Member Check Lampiran 3 Transkip Data Penelitian Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian Lampiran 5 APBDesa Desa Kupahandap Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Indonesia sebagai sebuah negara dibangun di atas dan dari desa. Dan desa adalah pelopor sistem demokrasi yang otonom dan berdaulat penuh. Sejak lama, desa telah memiliki sistem dan mekanisme pemerintahan serta norma sosial masing-masing. Inilah yang menjadi cikal bakal sebuah negara bernama Indonesia ini. Namun, sampai saat ini pembangunan desa masih dianggap seperempat mata oleh pemerintah. Kebijakan pemerintah terkait pembangunan desa terutama pembangunan sumber daya manusianya sangat tidak terpikirkan. Istilah desa disesuaikan dengan asal-usul, adat istiadat, dan nilai-nilai budaya masyarakat di setiap daerah otonom di Indonesia. Setelah UUD 1945 diamandemen, istilah desa tidak lagi disebut secara eksplisit.

  Desa atau yang disebut dengan nama lain telah ada sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk. Sebagai bukti keberadaannya, Penjelasan

  Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (sebelum perubahan) menyebu tkan bahwa “Dalam territori Negara Indonesia terdapat lebih kurang 250 “Zelfbesturende landschappen” (Desa Otonom) dan

  “Volksgemeenschappen” (Desa Adat), seperti desa di Jawa dan Bali, Nagari di Minangkabau, dusun dan marga di Palembang, dan sebagainya. Daerah-daerah itu mempunyai susunan Asli dan oleh karenanya dapat dianggap sebagai daerah yang daerah istimewa tersebut dan segala peraturan negara yang mengenai daerah- daerah itu akan mengingati hak- hak asal usul daerah tersebut”. Oleh sebab itu, keberadaannya wajib tetap diakui dan diberikan jaminan keberlangsungan hidupnya dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

  Keberagaman karakteristik dan jenis desa, atau yang disebut dengan nama lain, tidak menjadi penghalang bagi para pendiri bangsa (

  founding fathers) ini

  untuk menjatuhkan pilihannya pada bentuk negara kesatuan. Meskipun disadari bahwa dalam suatu negara kesatuan perlu terdapat homogenitas, tetapi Negara Kesatuan Republik Indonesia tetap memberikan pengakuan dan jaminan terhadap keberadaan kesatuan masyarakat hukum dan kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya.

  Dalam kaitan susunan dan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, setelah perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pengaturan desa atau disebut dengan nama lain dari segi pemerintahannya mengacu pada ketentuan Pasal 18 ayat (7) yang menegaskan bahwa “Susunan dan tata cara penyelenggaraan Pemerintahan Daerah diatur dalam undang- undang”. Hal itu berarti bahwa Pasal 18 ayat (7) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 membuka kemungkinan adanya susunan pemerintahan dalam sistem pemerintahan Indonesia.

  Melalui perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pengakuan terhadap kesatuan masyarakat hukum adat dipertegas melalui ketentuan dalam Pasal 18B ayat (2) yang berbunyi “Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang- undang”.

  Dalam sejarah pengaturan Desa, telah ditetapkan beberapa pengaturan tentang Desa, yaitu Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok- Pokok Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1965 tentang Desa Praja Sebagai Bentuk Peralihan Untuk Mempercepat Terwujudnya Daerah Tingkat III di Seluruh Wilayah Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Pemerintahan di Daerah, Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, dan terakhir dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

  Desa memiliki hak otonomi asli berdasarkan hukum adat, dapat menentukan susunan pemerintahan, mengatur dan mengurus rumah tangga, serta memiliki kekayaan dan aset. oleh karena itu, eksistensi desa perlu ditegaskan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat desa. Namun, deregulasi dan penataan desa pasca beberapa kali amandemen terhadap konstitusi negara serta peraturan perundangannya menimbulkan perspektif baru tentang pengaturan desa di Indonesia. Dengan di undangkannya Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa, sebagai sebuah kawasan yang otonom memang diberikan hak-hak istimewa, diantaranya adalah terkait pengelolaan keuangan dan alokasi dana desa, pemilihan kepala desa serta proses pembangunan desa.

  Agar dapat melaksanakan perannya dalam mengatur dan mengurus komunitasnya, desa berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa, diberikan kewenangan yang mencakup, kewenangan berdasarkan hak asal usul, kewenangan lokal bersekala desa, kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

  Sebagai konsekuensi logis adanya kewenangan dan tuntutan dari pelaksanaan otonomi desa adalah tersediannya dana yang cukup, sebab pembiayaan atau keuangan merupakan faktor terpenting dalam mendukung penyelenggaraan otonomi di desa. Sejalan dengan hal ini, di dalam Undang- undang desa yang terbaru yaitu Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa menjelaskan bahwa desa nantinya akan mendapatkan kucuran dana sebesar 10% dari APBN, dimana kucuran dana tersebut tidak akan melewati perantar, dana tersebut akan langsung sampai kepada desa.

  Berdasarkan simulasi, jumlah APBN tahun 2014 dibagi dengan jumlah desa di seluruh Indonesia, secara merata setiap desa akan memperoleh alokasi dana desa dari APBN sekitar 850 juta. Dana tersebut bila ditambah dengan alokasi dana desa (ADD), bagi hasil pajak dan retribusi daerah serta bantuan keuangan maka setiap desa diperkirakan akan mengelola APBDesa tidak kurang dari 1,2 Milyar. Persoalan krusial yang dihadapi oleh Pemerintahan desa adalah bagaimana mengelola dana sebesar itu secara efektif, efisien dan akuntabel, sehingga dengan demikian kemajuan masyarakat desa yang diharapkan dengan kehadiran Undang- undang tersebut dapat diwujudkan. Dalam kaitannya membantu desa dalam pengelolaan keuangan desanya, pada tahun 2014 Pemerintah memberikan petunjuk teknis tentang pengelolaan keuangan di desa melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa.

Tabel 1.1 Sumber Pendapatan Desa

  APBN 1.

  Bagian Dari Dana Desa 1. Bagian Dari Dana Perimbangan (ADD)

  APBD 2.

  Bagian Dari Pajak Dan Retribusi Daerah (sumber : BPMPD Kabupaten Pandeglang 2015)

  Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu Kabupaten di Indonesia yang telah melaksanakan Undang-Undang Desa terbaru. Melalui dua Peraturan Bupati (Perbup) yaitu, yang pertama Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 42 Tahun 2015 Tentang Penggunaan Dana Desa dan Peraturan Bupati Nomor 43 Tahun 2015 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengadaan Barang dan Jasa di Desa yang menjadikan syarat pencairan dana desa dari pusat ke daerah. Dengan demikian setiap desa yang ada di Kabupaten Pandeglang wajib berpedoman kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa dalam menjalankan atau mengelola keuangan desa yang ada di desanya masing-maisng.

  Terkait akan hal tersebut, dalam membantu desa untuk melakukan pengelolaan keuangan dengan baik diperlukan standar yang dapat dijadikan acuan dalam menjalankan pengelolaan keuangan di desa. Dalam kaitannya membantu desa dalam pengelolaan keuangan desa, dengan menimbang berdasarkan pada ketentuan pasal 43 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa serta ketentuan pasal 105 Peraturan daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, pada tahun 2015 pemerintah Kabupaten Pandeglang memberikan petunjuk teknis melalui Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa.

  Menurut Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa dalam Bab

  VIII, Bagian Kesatu, Pasal 71 Ayat 1, keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa. Keuangan desa pada dasarnya merupakan sub sistem dari keuangan negara sebagaimana di atur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, Tentang Keuangan Negara. Dalam penjelasan Undang-undang tersebut dinyatakan bahwa pendekatan yang digunakan dalam merumuskan keuangan negara adalah dari sisi objek, subjek, proses dan tujuan.

  Adapun dalam Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa di jelaskan bahwa pengelolaan keuangan desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa. Dalam peraturan ini juga dijelaskan asas-asas pengelolaan keuangan desa, adapun asas- asas pengelolaan keuangan tersebut yaitu, transparan, partisipatif, akuntabel serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran.

Gambar 1.1 Asas-asas Pengelolaan Keuangan Desa

  Transparan Tertib dan

  Disiplin Anggaran

  Partisipatif Akuntabel (sumber : Peraturan Bupati Pandeglang No.24 Tahun 2015 Tentang

  Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa) Berdasarkan data yang peneliti peroleh dari Badan Pemberdayaan

  Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD) Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Pandeglang terdiri atas 35 Kecamatan dengan 13 Kelurahan dan 326 Desa.

  Adapun total dana desa yang di peroleh Kabupaten Pandeglang tahun 2015 sebesar Rp.91,602,411,000. (sumber : BPMPD Kabupaten Pandeglang). Dana tersebut dibagi atas 326 Desa yang ada di Kabupaten Pandeglang dengan memperhitungkan, jumlah penduduk, luas wilayah, jumlah kemiskinan serta kesulitan letak geografis.

  Dalam penelitian mengenai Implementasi Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa, peneliti mengambil lokus di Desa Kupahandap Kecamatan Cimanuk Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. Adapun faktor yang menjadi latar belakang peneliti mengambil lokus di Desa Kupahandap, karena menurut Bapak Gunara (Kabid Pemerintahan Desa BPMPD Kabupaten Pandeglang) dalam wawancara peneliti pada Lima Januari 2016 mengenai prestasi yang diperoleh oleh Desa Kupahandap, beliau mengatakan bahwa Kecamatan Cimanuk merupakan kecamatan yang paling baik dalam pelaporan administrasi keuangan di desa-desanya di Kabupaten Pandeglang khususnya Desa Kupahandap. Menurut beliau Desa Kupahandap dalam kurun waktu kisaran tahun 2008 desa tersebut masuk ke dalam Desa Tertinggal (DT), namun dengan penggantian Kepala Desa yang baru pada tahun tersebut yang memiliki kemampuan lebih dari Kepala Desa sebelumnya mampu membawa perubahan yang sangat pesat baik itu dalam segi pemerintahan desa, keamanana serta kebersihan di desa tersebut. Puncaknya Desa Kupahandap meraih predikat desa terbaik se-Kabupaten Pandeglang di tahun 2011 serta mendapatkan predikat ke-2 terbaik dalam perlombaan P2WKSS se-Provinsi Banten.

  Adapun besaran sumber pendapatan dana desa yang diperoleh oleh Desa Kupahandap sebagai berikut :

  Tabel 1.2

PENGHITUNGAN SUMBER PENDAPATAN DESA KECAMATAN

CIMANUK KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN ANGGARAN 2015

  13,494,309

  273,615,310

  277,556,454 283,623,524 284,960,856 277,745,904 276,100,618 272,543,611 274,738,983

  375,420,729 341,634,619 361,013,787

  342,860,068

  353,010,702 368,636,780 372,081,153 353,498,642 349,261,117 340,099,847 345,754,150

  20,670,965 15,664,279 16,224,387

  12,797,663 14,596,887 18,050,929 16,989,503 17,877,414 13,988,249 13,581,074

  KUPAHANDAP

  682,349,193 630,438,409 657,901,951

  629,969,687

  643,364,818 666,857,191 675,092,939 648,234,049 643,239,148 626,631,707 634,074,207

  TOTAL 3,060,946,049 3,903,271,594 173,935,658 7,138,153,301 (Sumber : BPMPD Kabupaten Pandeglang)

  Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan pada Januari 2016 di Desa Kupahandap. Dalam pelaksanaan Pengimplementasian Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa di Desa Kupahandap ditemukan beberapa permasalahan. Adapun permasalahan tersebut akan peneliti uraikan sebagai berikut:

   Pertama, masalah

  DALEMBALAR KADUMADANG ROCEK KADUDODOL GUNUNGDATAR SEKONG GUNUNGCUPU 286,257,499 273,139,511 280,663,777

  11 CIMANUK BATUBANTAR KADUBUNGBANG

  No Nama Desa Sumber Pendapatan Desa

  1

  Pagu Total per-Desa Bagian Dari

  Dana Desa Bagian Dari

  Dana Perimbangan

  (ADD) Bagian Dari

  Pajak Dan Retribusi

  Daerah

  2

  10

  3

  4

  5

  6

  7

  8

  9

  transparansi terhadap masyarakat dalam pengelolaan keuangan desanya. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi awal peneliti pada bulan Januari 2016 di Desa Kupahandap, peneliti tidak menemukan papan pengumuman laporan keuangan atau laporan realisasi anggaran setiap tahun di kantor desa maupun di sekitar wilayah Desa Kupahandap. Padahal jelas dikatakan dalam Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

  Desa pasal 37 ayat 1 yang berbunyi, Laporan realisasi dan laporan pertanggungjawaban realisasi APBDesa diinformasikan kepada masyarakat secara tertulis dan dengan media informasi yang mudah diakses oleh masyarakat. Hal ini akan mengakibatkan rendahnya partisipasi masyarakat dalam hal pengawasan terhadap desa dalam melakukan pengelolaan keuangan desa sehingga dapat memberikan celah atau ruang terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan keuangan di desa. Hal ini membuktikan bahwa salah salah satu asas pengelolaan keuangan desa yang tercantum dalam Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa, yaitu asas transparan belum dilakukan di Desa Kupahandap.

  Kedua, belum tertib dan disiplin pengelolaan keuangannya di Desa

  Kupahandap. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada observasi awal bulan Januari 2016 dengan Bendahara Desa Kupahandap yang mengatakan bahwa di Desa Kupahandap dalam penatausahaan penerimaan dan pengeluaran masih menggunakan buku biasa dan masih di gabungkan keduanya. Hal ini tidak sejalan dengan amanat yang terkandung dalam Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa, dimana dikatakan dalam peraturan tersebut bahwa bendahara desa wajib menggunakan buku kas umum dan buku kas harian pembantu dalam penatausahaan penerimaan dan pengeluaran pengelolaan keuangan di desa. Hal ini juga membuktikan bahwa salah salah satu asas pengelolaan keuangan desa yang tercantum dalam Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang

  Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa, yaitu asas tertib dan disiplin anggaran belum dilakukan di Desa Kupahandap.

  Ketiga, belum dibentuknya tim Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan

  Desa (PTPKD) di Desa Kupahandap oleh Kepala Desa Kupahandap sehingga dapat menyebabkan terhambatnya pelaksanaan Peraturan Bupati Pandeglang ini, dimana melihat akan peran pentingnya tim PTPKD di desa dalam membantu Kepala Desa mengenai pelaksanaan pengelolaan keuangannya di desa sesuai amanat yang tertuang dalam Peraturan Bupati Pandeglang tersebut.

  Keempat, mengenai Kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di

  Desa Kupahandap baik itu perangkat desa dan masyarakatnya dalam mengimplementasikan Peraturan Bupati Pandeglang ini. Dalam Peraturan Bupati Pandeglang ini di jelaskan asas-asas tentang pengelolaan keuangan desa diantaranya, transparan, partisipatif, akuntabel serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran. Untuk menunjang agar asas-asas tersebut dapat di terapkan di dalam pengelolaan keuangan desa di suatu desa harus ditunjang dengan sumber daya manusia yang memadai, dalam hal ini yaitu kemampuan Kepala Desa dan semua perangkat yang ada di desa harus memiliki kemampuan yang bisa membantu berjalannya pengimplementasian Peraturan Bupati Pandeglang ini berjalan dengan baik serta kemampuan masyarakat yang harus bisa menjadi peran pengwasan atau kontroling bagi perangkat desa dalam menjalankan Peraturan Bupati Pandeglang ini agar tidak terjadi penyimpangan dalam pengelolaan keuangan di desa.

  Namun kondisi yang ada di Desa Kupahandap keadaan sumberdaya manusianya baik itu dari perangkat desa dan masyrakat yang ada di desanya belum bisa dikatakan mampu menjalankan Peraturan Bupati Pandeglang ini, hal ini dapat dilihat dari belum sepenuhnya asas-asas pengelolaan keuangan desa dilakukan di Desa Kupahandap terutama asas transparansi serta tertib dan disiplin anggaran. Hal ini dapat diasumsikan bahwa sumberdaya manusia yang ada di Desa Kupahandap baik perangkatnya maupun masyarakatnya selaku pelaku implementor kebiajkan Peraturan Bupati Pandeglang ini belum siap dalam menjalankan kebijakan tersebut. Hal ini juga akan mengakibatkan terjadinya kegagalan dalam Implementasi Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa ini.

  Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

  “Implementasi Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun

2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa (Studi Kasus di Desa

Kupahandap

  

Kecamatan Cimanuk Kabupaten Pandeglang).”

1.2 Identifikasi Masalah

  Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan sebelumnya, maka peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

  1. Kurang transparansinya pemerintah desa kepada masyarakat dalam pengelolaan keuangan desa.

  2. Belum tertib dan disiplinnya pengelolaan keuangan di Desa Kupahandap.

  3. Belum dibentuknya tim Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD) di Desa Kupahandap.

  4. Belum siapnya sumber daya manusia (SDM) di Desa Kupahandap dalam mengimplementasikan Peraturan Bupati Pandeglang ini.

  1.3 Batasan Masalah

  Peneliti hanya membatasi penelitian ini pada bagaimana Implementasi Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa (Studi Kasus di Desa Kupahandap Kecamatan Cimanuk Kabupaten Pandeglang).

  1.4 Rumusan Masalah

  Merujuk pada batasan masalah di atas, maka perumusan masalah dari penelitian ini yakni, “Bagaimanakah Implementasi Peraturan Bupati Pandeglang

  Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa (Studi Kasus di Desa Kupahandap

  Kecamatan Cimanuk Kabupaten Pandeglang)?.”

  1.5 Tujuan Penelitian

  Tanpa adanya tujuan penelitian, maka seorang peneliti tentunya akan mengalami kesulitan dalam melakukan penelitian. Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui bagaimana Implementasi Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa (Studi Kasus di Desa Kupahandap Kecamatan Cimanuk Kabupaten Pandeglang).

  1.6 Manfaat Penelitian

  Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini antara lain sebagai berikut: a.

  Secara Teoritis Secara teoritis penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan keilmuan dan pengetahuan karena akan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam dunia akademisi khususnya Ilmu Admnistrasi Negara, terutama yang berkaitan dengan kinerja aparatur pemerintah. Selain itu, penelitian ini juga dapat bermanfaat untuk pengembangan studi administrasi negara.

  b.

  Secara Praktis Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini dapat mengembangakan kemampuan dan penguasaan ilmu-ilmu yang pernah diperoleh peneliti selama mengikuti pendidikan di Program Studi Ilmu Admnistrasi Negara Universitas Sultan Ageng Tirtayasa hingga saat ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

  Teori menurut Kerlinger dalam (Sugiyono,2012:41) mengemukakan bahwa:

  “Theory is a set of interrelated construct (concepts), definitions, and proposition that present a systematic view of phenomena by specifying relations among variabels, with purpose of explaining and predicting the phenomena.”

  Teori adalah seperangkat konstruk atau konsep, definisi dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.

  William Wiersm dalam (Sugiyono,2012:41) menyatakan bahwa: “A theory is a generalization or series of generalization by which we

  attempt to explain some phenomena in a systematic manner.”

  Selain itu, teori adalah generalisasi atau kumpulan generalisasi yang dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik. Cooper dan Schindler dalam (Sugiyono,2012:41) menyatakan bahwa:

  “A theory is a set of systematically interrelated concepts, definition,

  and proposition that are advanced to explain and predict phenomena (fact).”

  Teori merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang tersusun secara sistematis sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan dan meramalkan teori merupakan seperangkat konsep dan definisi untuk menganalisis suatu fenomena secara sistematik dan holistik.Berdasarkan uraian sebelumnya, peneliti menggunakan beberapa istilah yang berkaitan dengan masalah penelitian. Untuk itu pada bab ini peneliti menggunakan beberapa teori yang relevan dengan permasalahan dalam penelitian ini. Teori dalam ilmu administrasi mempunyai peranan yang sama seperti ilmu-ilmu lainnya, yaitu berfungsi untuk menjelaskan dan menjadi panduan dalam peneliatian.

  Penggunaan teori dalam penelitian akan memberikan acuan bagi peneliti dalam melakukan analisis terhadap masalah sehingga dapat menyusun pertanyaan dengan rinci untuk penyelidikan sehingga memperoleh temuan lapangan yang menjadi jawaban atas masalah yang telah dirumuskan. Oleh karena itu, pada bab ini peneliti akan menjelaskan beberapa teori yang berkaitan dengan permasalahan penelitian, antara lain :

2.1.1 Definisi Kebijakan Publik

  Kebijakan publik pada dasarnya terdiri dari dua kata yaitu kebijakan dan publik. Secara etimologis istilah

  policy (kebijakan) berasal dari bahasa

  Yunani, Sansakerta dan Latin. Akar kata

  policy dalam bahasa Yunani dan

  Sansakerta yaitu

  polis (negara-kota) dan pur (kota), yang kemudian

  dikembangkan dalam bahasa Latin menjadi

  politia (negara) dan pada

  akhirnya dalam Bahasa Inggris pertengahan

  policie, yang berarti menangani masalah-masalah publik atau administrasi dalam (Dunn, 2005:51).

  Pengertian lain mengenai kebijakan dikemukakan oleh Carl Friedrech dalam (Agustino, 2006:7) yang menyatakan bahwa :

  “Kebijakan adalah serangkaian tindakan kegiatan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan dan kemungkinan-kemungkinan dimana kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan yang dimaksud”. Adapun pengertian publik dalam rangkaian kata

  publik policy

  memiliki tiga konotasi, yaitu pemerintah, masyarakat, dan umum dalam (Abidin,2012:7). Hal ini dapat dilihat dalam dimensi subjek, objek, dan lingkungan dari kebijakan. Dalam dimensi subjek, kebijakan publik adalah kebijakan dari pemerintah, sehingga salah satu ciri kebijakan adalah

  “what

government do or not to do”. Kebijakan dari pemerintahlah yang dapat

  dianggap sebagai kebijakan yang resmi, sehingga mempunyai kewenangan yang dapat memaksa masyarakat untuk mematuhinya.

  Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan sementara bahwa kebijakan publik ialah serangkaian tindakan kegiatan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam menyelesaikan masalah- masalah orang banyak.

  Pengertian lain diutarakan oleh ahli seperti Thomas R Dye mengenai kebijakan publik. Menurut Thomas R Dye dalam (Agustino,2006:7) “kebijakan publik adalah apa yang dipilih pemerintah untuk di kerjakan atau tidak dikerjakan”. Beradasarkan pengertian Thomas R Dye ini, baik apapun yang dipilih pemerintah untuk dikerjakan maupun tidak dikerjakan itu adalahsuatu kebijakan publik.

  Definisi lain diutarakan oleh James E Anderson. Menurut James E Anderson dalam

  (Subarsono,2005:2) “kebijakan publik sebagai kebijakan yang ditetapkan oleh badan- badan pemerintah dan aparat pemerintah”. Berdasarkan pengertian yang di ungkapkan oleh James E Anderson ini kebijakan publik dipahami sebagai pilihan kebijakan yang dibuat oleh pejabat atau badan pemerintah dalam bidang teretentu seperti bidang pendidikan, politik,ekonomi, pertanian, industry, dan pertahanan.

  Adapun pengertian lain mengenai kebijakan publik ditawarkan oleh seorang pakar dari Perancis, Limeux. Menurut Limeux dalam (Wahab,2012:15) kebijakan publik ialah :

  “Produk aktivitas-aktivitas yang dimaksudkan untuk memecahkan masalah publik yang dilakukakan oleh actor-aktor politik yang sehubungannya terstruktur. Keseluruhan proses aktivitas itu berlangsung sepanjang waktu”.

  Berdasarkan pengertian tersebut menjelaskan kebijakan publik itu serangkaian aktivitaas guna memecahkan masalah publik yang dilakukan oleh aktor-aktor politik yaitu pejabat negara.

  Seorang pakar dari Nigeria Chief J.O. Udoji memberikan pengertian mengenai kebijakan publik. Menurut Chief J.O Udoji dalam (Wahab,2012:15) mengatakan bahwa kebijakan publik ialah “suatu tindakan bersanksi yang mengarah pada suatu tujuan tertentu yang saling berkaitan dan mempengaruhi sebagian besar warga masyarakat”.

  Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik adalah suatu tindakan yang diputuskan oleh pemerintah maupun badan-badan pemerintah yang berisi sanksi dan bertujuan untuk memecahkan masalah publik serta mempengaruhi sebagaian besar

2.1.2 Pengertian Implementasi Kebijakan Publik

  Impelementasi kebijakan merupakan langkah yang sangat penting dalam proses kebijakan. Tanpa implementasi, suatu kebijakan hanyalah merupakan sebuah dokumen yang tidak bermakna dalam kehidupan bermasyarakat. Banyak kebijakan yang baik, yang mampu dibuat oleh pemerintah, baik yang dirumuskan dengan meggunakan tenaga ahli dari laur negeri, tetapi kemudian tidak mempunyai pengaruh apa-apa dalam kehidupan negara tersebut karena tidak mampu atau tidak dilakasanakan.

  Implementasi kebijakan merupakan tahap kelanjutan dari formulasi kebijakan dan kemudian disahkan. Dalam praktiknya menurut Leo Agustino dalam

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALOKASI DANA DESA BERDASARKAN PERATURAN BUPATI NO.21 TAHUN 2015 (Studi di Desa Tunjungtirto, Kec. Singosari)

2 12 26

DAMPAK PEMEKARAN WILAYAH DESA BERDASARKAN PERATURAN BUPATI NO. 31 TAHUN 2006 (Studi di Desa Wonoasri Dan Desa Wonosobo Kecamatan Ngadirojo Kabupaten

0 4 2

ANALISIS PENGELOLAAN KEUANGAN DESA TAHUN 2015 BERDASARKAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 113 TAHUN 2014 (Studi Kasus di Desa Kemiri Kecamatan Jabung Kabupaten Malang)

29 156 21

KAJIAN YURIDIS PENGELOLAAN KEUANGAN DESA UMBULREJO KECAMATAN UMBULSARI KABUPATEN JEMBER MENURUT PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 113 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

0 3 73

PELAKSANAAN PERATURAN BUPATI TULANG BAWANG BARAT NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN

0 0 11

BUPATI ACEH BARAT PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH BARAT NOMOR 88 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN BESARAN, PENGELOLAAN DAN PENGGUNAAN DANA DESA BAGI GAMPONG DALAM KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI

0 0 22

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 31 TAHUN 2015 TENTANG STANDARISASI BIAYA KEGIATAN DAN HONORARIUM, BIAYA PEMELIHARAAN DAN STANDARISASI HARGA PENGADAAN

0 2 18

IMPLEMENTASI TERKAIT KETENTUAN PENGELOLAAN LIMBAH BATIK SESUAI DENGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (Studi Kasus di Batik Laweyan Surakarta)

0 0 16

ANALISIS PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 113 TAHUN 2014 (Studi Kasus pada Desa di Kecamatan Tanjung Raja Kabupaten Ogan Ilir) -

0 0 100

ANALISIS PENGELOLAAN KEUANGAN DESA MENURUT PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NO.113 TAHUN 2014 (Studi KMUS Pada Desa Pulau Harapan Kecamatan Sembawa Kabupaten Banyuasin) -

0 1 115