KINERJA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MAGETAN DALAM PENINGKATAN TINGKAT PARTISIPASI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)

KINERJA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MAGETAN DALAM PENINGKATAN TINGKAT PARTISIPASI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)

Disusun Oleh : RUT DIAN SANDRA D0107089

SKRIPSI

Disusun Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Administrasi JURUSAN ILMU ADMINISTRASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2011

commit to user

commit to user

commit to user

PERSEMBAHAN

Special Thanks for : My Dearly Father in Heaven and Jesus Christ

Thanks for your blessing, loving, caring, and guidance me along my life

Thanks to :  My father (RIP), My Mother, and Sister Nina

Thank you for everything you gave me until now, you’re my best family.

I LOVE YOU

 Brother Friendly Tamba (RIP)

You are not here, but your spirit still alive for support me. Thanks Brother.

Endika Santoso

Thanks for support me and make my life more colorful.

 All my friends

Thank you so much for everything we do together, and do the best for our future.

commit to user

MOTTO

 Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu (1 Timotius 4 : 12)

 Percayalah kepada TUHAN dengan sepenuh hatimu, dan janganlah mengandalkan pengertianmu sendiri. Ingatlah pada TUHAN dalam segala sesuatu yang kaulakukan, maka Ia akan menunjukkan kepadamu cara hidup yang baik (Raja Salomo, Amsal 3 :5-6)

 Tuhan menciptakan 2 mata yang bisa melihat keatas, bawah, dan samping supaya ketika kita merasa berada di atas, kita bisa melihat ada

orang lain yang lebih hebat dari kita. Dan ketika kita merasa berada di bawah, ingat ada orang lain yang berada pada kondisi di bawah kita (Hellena Pakpahan)

 Do the best and GOD will do the rest (Penulis)

commit to user

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati senantiasa penulis panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan kasih karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini, dengan judul “Kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan dalam Peningkatan Tingkat Partisipasi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)”.

Penulis menyadari telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak dalam penelitian dan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala ketulusan, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Sudarto, M.Si, selaku pembimbing skripsi yang telah dengan sabar meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan selama penulisan skripsi ini,

2. Bapak Rino A. Nugroho, S.Sos, M.TI, selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama perkuliahan,

3. Bapak Drs. Bambang Trianto, MM selalu Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan yang telah memberikan ijin dalam penelitian ini,

4. Ibu Anik, Bapak Wito, Ibu Titik Rahayu dan segenap pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan atas kerjasama dan bantuannya dalam menyediakan data untuk penulisan skripsi ini.

5. Pemuda Advent GMAHK Ngemingan 53 Surakarta. Terima kasih atas doa, dukungan dan semangatnya.

6. Teman-teman 5 sekawan: Tiyas, Tika, Chia, Chica. Kalian teman yang luar biasa, terima kasih untuk semua yang telah terjadi.

commit to user

8. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas dukungan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan demi sempurnanya skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya, bagi pembaca pada umumnya, serta pihak-pihak yang berkepentingan dengan skripsi ini.

. Surakarta, Agustus 2011 Penulis

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Usia Standar di Setiap Jenjang Pendidikan………………………21 Tabel 3.1

Jumlah Populasi Orang Tua Anak Usia Dini di Kabupaten Magetan Tahun 2010 ..................................................................... 39

Tabel 3.2 Tingkat Partisipasi PAUD di Kabupate n Magetan Tahun 2010…41 Tabel 3.3

Kelompok Kecamatan Menurut Tingkat Partisipasi PAUD..........43 Tabel 3.4

Jumlah Sampel Orang Tua yang Sudah Berpartisipasi dalam PAUD.............................................................................................44

Tabel 3.5 Jumlah Sampel Orang Tua yang Belum Berpartisipasi dalam PAUD ............................................................................................ 44

Tabel 3.6 Pengujian Validitas I ndikator Hasil (Outcome)………………….49 Tabel 3.7

Pengujian Validitas Indikator Manfaat (Benefit) ........................... 49 Tabel 3.8

Pengujian Validitas Indikator Impact (Dampak) ........................... 50 Tabel 3.9

Pengujian Validitas Indikator Hasil (Outcome) ............................. 50 Tabel 3.10 Pengujian Validitas Indikator Manfaat (Benefit) ........................... 51 Tabel 3.11 Pengujian Validitas Indikator Impact (Dampak) ........................... 51 Tabel 3.12 Uji Reliabilitas Instrumen ............................................................. 52 Tabel 4.1

Luas Wilayah Adminisrasi Kabupaten Magetan ........................... 54 Tabel 4.2

Kondisi Demografis Kabupaten Magetan Berdasarkan Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan Tiap Kecamatan Tahun 2009.. 55

Tabel 4.3 Jumlah Pegawai Bidang TK/SD dan Bidang PNFI Menurut Jenis Kelamin ......................................................................................... 64

Tabel 4.4 Jumlah Pegawai Bidang TK/SD dan Bidang PNFI Menurut Tingkat Pendidikan. ....................................................................... 64

Tabel 4.5 Jumlah Pegawai Bidang TK/SD dan Bidang PNFI Menurut Golongan ....................................................................................... 65

Tabel 4.6 Jumlah Pegawai Bidang TK/SD dan Bidang PNFI Menurut Jenis Kepegawaian ................................................................................. 65

Tabel 4.7 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin ........................ 67 Tabel 4.8

Karakteristik Responden Menurut Usia ........................................ 68

commit to user

Tabel 4.9 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan ................ 68 Tabel 4.10 Karakteristik Usia Anak Responden ............................................. 69 Tabel 4.11 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin ........................ 69 Tabel 4.12 Karakteristik Responden Menurut Usia ........................................ 70

Tabel 4.13 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan ................ 70 Tabel 4.14 Karakteristik Usia Anak Responden ............................................. 71 Tabel 4.15 Jumlah Dana PAUD dari APBD Tahun 2010……………………72 Tabel 4.16 Jumlah Lembaga PAUD Di Kabupaten Magetan Tahun 2009 −

2010…............................................................................................74

Tabel 4.17 Jumlah Pendidik PAUD Di Kabupaten Magetan Tahun 2009 −

2 010……………………………………………………………....76

Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Hasil Untuk Orang Tua yang Sudah

Berpartisipasi dalam PAUD……………………………………...80

Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Hasil Untuk Orang Tua yang Belum

Berpartisipasi dalam PAUD..........................................................82

Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Manfaat Untuk Orang Tua yang Sudah

Berpartisipasi dalam PAUD .......................................................... 85

Tabel 4.21 Distribusi Frekuensi Manfaat Untuk Orang Tua yang Belum

Berpartisipasi dalam PAUD .......................................................... 86

Tabel 4.22 Distribusi Frekuensi Dampak Untuk Orang Tua yang Sudah

Berpartisipasi dalam PAUD .......................................................... 91

Tabel 4.23 Distribusi Frekuensi Dampak Untuk Orang Tua yang Belum

Berpartisipasi dalam PAUD .......................................................... 89 Tabel 4.24 Jumlah Lembaga PAUD di Kabupaten Magetan Tahun 2010 ....... 93

commit to user

DAFTAR BAGAN

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ................................................................ 33 Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan ............. 62

commit to user

ABSTRAK

Rut Dian Sandra, D0107089, Kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan dalam Peningkatan Tingkat Partisipasi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Skripsi, Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2011.

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan yang paling mendasar menempati posisi yang strategis dalam pembangunan sumber daya manusia. Namun sampai saat ini belum semua anak usia dini berpartisipasi dalam PAUD. Hal ini menyebabkan rendahnya angka partisipasi PAUD di Kabupaten Magetan yaitu sebesar 26,81% pada tahun 2010. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan dalam peningkatan tingkat partisipasi PAUD.

Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data dengan angket, observasi dan dokumentasi. Sumber data yang digunakan adalah data primer dengan menggunakan kuesioner dan data sekunder yang berkaitan dengan penelitian ini. Populasi penelitian ini adalah orang tua anak usia dini (0-6 tahun). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah area sampling . Responden dalam penelitian ini berjumlah 100 orang yang terdiri dari 27 orang tua yang anaknya sudah mengikuti PAUD dan 73 orang tua yang anaknya belum mengikuti PAUD di Kabupaten Magetan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa input dalam peningkatan tingkat partisipasi berupa dana dan SDM pegawai Dindik sebanyak 20 orang. Output yang dihasilkan berupa sudah terlaksananya upaya peningkatan tingkat partisipasi PAUD melalui sosialisasi, meningkatnya jumlah lembaga PAUD dari tahun 2009 sebesar 628 lembaga menjadi 644 lembaga pada tahun 2010, dan meningkatnya jumlah tenaga pendidik PAUD dari tahun 2009 sebanyak 1.039 pendidik menjadi 1.339 pendidik pada tahun 2010. Pada indikator outcomes, meningkatnya angka partisipasi PAUD sebesar 3,07% dari tahun 2009 sebesar 23,88% menjadi 26,81% pada pada tahun 2010. Selain itu 85,19% responden yang sudah berpartisipasi dalam PAUD telah memahami PAUD dan 56,16% responden yang belum berpartisipasi sudah memahami tetapi 42,47% kurang paham akan program ini. Pada indikator manfaat (benefit) sebanyak 81,48% responden yang sudah berpartisipasi dalam PAUD telah merasakan manfaat peningkatan partisipasi PAUD sementara 75,34% responden yang belum berpartisipasi kurang merasakan manfaat dari peningkatan partisipasi PAUD. Sementara itu pada indikator dampak (impact), 85,19 % responden yang sudah berpartisipasi dalam PAUD menyatakan upaya peningkatan partisipasi PAUD berdampak luas bagi mereka. Begitu juga 89,04% responden yang belum berpartisipasi menyatakan hal yang sama. Hambatan yang dihadapi adalah terbatasnya jumlah lembaga PAUD di wilayah pedesaan dan terbatasnya jumlah tenaga pendidik.

Berdasarkan hasil tersebut maka disarankan untuk menambah jumlah lembaga PAUD, dan meningkatkan jumlah tenaga pendidik.

commit to user

ABSTRACT

Rut Dian Sandra, D0107089, Performance of Education Office of Magetan District in Increasing Participation Rate of Early Childhood Education (ECE), Thesis, Public Administration Faculty of Social and Political Science, Sebelas Maret University, 2011.

Early Childhood Education (ECE) is the most basic education occupies a strategic position in the development of human resources. But until now there has been not all of any children join the early childhood education program. This leads to low enrollment in early childhood participation in Magetan district is 26,81% at 2010. The purpose of this research was to determine the performance of The Education Office of Magetan district in increasing participation rate of early childhood education.

This research is descriptive quantitative. Data collected by questionnaire, observation, and documentation technique. The data sources are primary data using questionnaires and secondary data related to this research. The population of this research are parents whose participate in ECE and parents whose not participate in ECE. The sampling techniques of this research are area sampling. Respondents in this research amounted to 100 people, 23 parents whose participate in early childhood education and 73 parents whose not participate in early childhood education.

The results of this research showed that from input indicator in increasing participation rate are fund and twenty human resources from Education Office. The result from output indicator are the socialization about early childhood education already done, the number of ECE institutions from 628 institutions in 2009 increase to 644 institution in 2010, and the number of the teacher for ECE from 1.039 in 2009 increase to 1.339 in 2010. And then at the outcomes indicator showed that the participation rate of ECE is 23,88% in 2009 increase to 26,81% at 2010, and from questionnaire showed that 85.19% of respondents whose participate in ECE have understood about early childhood education. Then 56.16% respondents whose not participate have understood but the rest about 42.47% not yet aware of the program. In benefit indicator, 81.48% of respondents whose participate in ECE have felt the benefits of the increasing participation while 75.34% of respondents has not participate get less benefit from increased participation of early childhood. Meanwhile, the impact indicators, 85.19% of respondents whose participate ECE said that efforts to increase participation rate in early childhood education have broad impact for them. Likewise with the respondents whose not participate as much as 89.04% of respondents said that efforts to increase participation in early childhood education provides a broad impact. Barriers faced was the limited number of early childhood education institutions in village, and the limited number of teachers for early childhood education. Based on these results it is advisable to increase the number of early childhood institutions, and increase the number of teachers for early childhood education.

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan sangatlah penting bagi setiap individu, masyarakat, bangsa dan negara. Pada dasarnya pendidikan merupakan upaya untuk mewujudkan tujuan bangsa seperti yang diamanatkan dalam alinea IV Undang-Undang Dasar 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara yang nantinya membawa perubahan sangat besar bagi ketercapaian bangsa yang ideal. Pendidikan merupakan pilar untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas dan pendidikan yang berkualitas akan mampu mengantarkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang modern, maju dan sejahtera. Dengan pendidikan maka bangsa Indonesia akan mempunyai keunggulan dan kemampuan bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia, agar negara kita bisa tetap bertahan pada era globalisasi ini.

Dalam upaya mewujudkan tujuan bangsa Indonesia khususnya pada tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pembangunan di sektor pendidikan menjadi bagian yang sangat penting. Dalam Pasal 31 ayat (1) UUD 1945 disebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pengajaran. Sedangkan dalam ayat (2) menegaskan pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang diatur dalam Undang-Undang.

commit to user

memiliki tugas, fungsi dan kewajiban meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia melalui pemberdayaan pendidikan baik secara formal maupun nonformal. Seperti tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Namun sampai pada saat ini pembangunan bidang pendidikan di Indonesia masih terganjal dengan adanya berbagai permasalahan. Salah satu permasalahan mendasar yang memerlukan perjuangan berat bagi bangsa berpenduduk besar ini adalah belum tercapainya pemerataan pelayanan pendidikan baik dari aspek kesempatan maupun kualitasnya. Rendahnya kualitas hasil pendidikan berdampak pada rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai akibat dari tidak dipersiapkannya pendidikan anak sejak usia dini (PAUD) yang lebih dikenal dunia internasional dengan istilah ECED (Early Childhood Education and Development).

Pendidikan Anak Usia Dini pada prinsipnya sangat penting diterapkan karena mempunyai manfaat yang besar. Pendidikan anak usia dini tidak

commit to user

yang lebih penting berfungsi untuk mengoptimalkan perkembangan otak (www.sadidadalila.wordpress.com). Bahkan pentingnya PAUD ini juga telah menjadi perhatian dunia internasional. Dalam pertemuan Forum Pendidikan dunia tahun 2000 di Dakar, Senegal telah menghasilkan enam kesepakatan sebagai kerangka aksi pendidikan untuk semua (Education for All), yang salah satu butirnya menyatakan akan memperluas dan memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan anak usia dini (PAUD), terutama bagi anak-anak yang sangat rawan dan kurang beruntung.

Anggapan bahwa pendidikan baru bisa dimulai setelah usia sekolah dasar (usia 7 tahun), ternyata tidaklah benar. Bahkan pendidikan yang dimulai pada usia kanak-kanak (4-6 tahun) pun sebenarnya sudah terlambat. Menurut hasil penelitian di bidang neurologi seperti yang dilakukan oleh Dr. Benyamin S. Bloom, seorang ahli pendidikan dari Universitas Chicago, Amerika Serikat, mengemukakan bahwa pertumbuhan sel jaringan otak pada anak usia 0-4 tahun mencapai 50%. Artinya, apabila pada usia tersebut otak anak tidak mendapatkan rangsangan yang maksimal, maka otak anak tidak akan berkembang secara optimal (www.edukasi.kompasiana.com).

Pada kenyataannya bahwa selama ini perhatian terhadap pendidikan anak usia dini di Indonesia masih sangat rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain, terutama negara maju. Padahal jika belajar dari pengalaman negara maju, konsep pembangunan sumber daya manusia (SDM) justru dimulai sejak usia dini. Imas Kurniasih (2009:6) menyatakan bahwa di

commit to user

Sedangkan di Malaysia, pelayanan PAUD sudah mencakup 70% anak. Bahkan di Singapura masalah penuntasan dua bahasa, yaitu Bahasa Cina dan Bahasa Inggris telah terselesaikan di tingkat Taman Kanak-Kanak (TK). Hal ini terbukti dari negara tersebut menduduki peringkat ketiga dunia dalam hal kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Jauh lebih baik dibandingkan Indonesia yang hanya berada di peringkat 110 (Singapura, Korea Selatan dan Malaysia masing-masing berada diperingkat 25, 27 dan 59).

Berdasarkan fakta pemerintah telah berupaya merancang berbagai program yang relevan dengan kebijakan pendidikan nasional, terutama pada jenjang pendidikan usia dini. Namun kenyataannya sampai saat ini tingkat partisipasi PAUD secara nasional belum menunjukkan hasil yang maksimal. Menurut data Balitbang Kemendiknas, pada tahun 2008 angka partisipasi PAUD mencapai 15,1 juta atau sekitar 50,62%. Sedangkan pada tahun 2009 angka partisipasi mencapai 15,3 juta atau sekitar 53,7% . Meskipun angka partisipasi PAUD sudah meningkat, masih sekitar 46,4% belum berpartisipasi dalam PAUD (www.paud-kemendiknas.com). Menurut Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), Mohammad Nuh, pemerintah akan memprioritaskan pendidikan anak usia dini pada tahun 2011 dan pemerintah juga bertekad menaikkan angka partisipasi PAUD baik secara nasional maupun daerah (www.antaranews.com).

Program pendidikan anak usia dini sudah berkembang dan dilaksanakan hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Di provinsi Jawa Timur

commit to user

belum berpartisipasi dalam PAUD. Menurut data Kemendiknas tahun 2009, dari 38 kabupaten dan kota di Jawa Timur, wilayah yang memiliki tingkat partisipasi PAUD tertinggi adalah Kota Probolinggo dengan APK PAUD 118,64% disusul Kabupaten Pasuruan dengan APK PAUD 115,03%. Sementara itu wilayah yang memiliki tingkat partisipasi PAUD terendah adalah Kabupaten Bangkalan dengan APK PAUD 63,10% disusul oleh Kabupaten Magetan di posisi terendah kedua dengan APK PAUD 68,33% (www.psp.kemendiknas.go.id).

Sebagian besar anak berusia 0-6 tahun di Kabupaten Magetan belum berpartisipasi dalam PAUD. Tingkat partisipasi PAUD di Kabupaten Magetan masih cukup rendah dibandingkan dengan daerah lain di Jawa Timur. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan menunjukkan bahwa pada tahun 2010 jumlah anak berusia 0-6 tahun di Kabupaten Magetan mencapai 61.870 anak, sedangkan yang sudah berpartisipasi dalam PAUD baik formal ataupun nonformal baru mencapai 16.586 anak. Dengan demikian angka partisipasi PAUD di Kabupaten Magetan hanya sebesar 26,81 % dan sekitar 73,19% yang belum berpartisipasi.

Kinerja birokrasi pelayanan publik selama ini banyak mendapat sorotan negatif dari masyarakat karena dinilai kurang optimal dalam memberikan pelayanan kepada publik. Salah satu instansi yang mendapat sorotan dari masyarakat adalah kinerja Dinas Pendidikan. Dinas Pendidikan

commit to user

pendidikan berkomitmen tinggi untuk meningkatkan kinerjanya dalam mencapai tujuan organisasi. Pada dasarnya kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian suatu kegiatan/program/kebijakan sesuai dengan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi.

Kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan dalam peningkatan tingkat partisipasi PAUD merupakan suatu capaian hasil kerja Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan dengan segenap jajarannya yang menggambarkan tanggung jawab, tugas dan wewenang yang diemban dalam menyelenggarakan peningkatan tingkat partisipasi PAUD. Selama ini Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan telah berusaha meningkatkan kinerjanya dalam peningkatan tingkat partisipasi PAUD. Dinas Pendidikan telah berupaya mensosialisasikan program PAUD kepada masyarakat. Selain itu, kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan dalam peningkatan tingkat partisipasi PAUD selama ini dapat dilihat dari perkembangan PAUD. Secara kuantitas, jumlah lembaga PAUD sudah bertambah dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009 jumlah lembaga PAUD formal dan non formal adalah 628 lembaga, dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 644 lembaga. Sementara itu angka partisipasi PAUD pada tahun 2009 adalah 23,88% dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 26,81%. Penjabaran tersebut merupakan gambaran singkat tentang kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan selama ini. Kinerja sangat erat kaitannya dengan sejauh mana tujuan organisasi telah dicapai. Dalam hal ini, salah satu tujuan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan

commit to user

Kabupaten Magetan akan berpengaruh pada keberhasilan atau kegagalan peningkatan tingkat partisipasi PAUD di Kabupaten Magetan.

Dengan melihat permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk memperoleh informasi dan gambaran lebih jauh mengenai kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan dalam peningkatan tingkat partisipasi PAUD. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan dalam Peningkatan Tingkat Partisipasi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang permasalahan yang diuraikan sebelumnya, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

“Bagaimana Kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan dalam Peningkatan Tingkat Partisipasi P endidikan Anak Usia Dini (PAUD)?”

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penelitian Kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan dalam Pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah :

1. Untuk mengetahui Kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan dalam Peningkatan Tingkat Partisipasi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

commit to user

persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana di bidang Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penulisan

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat :

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan-masukan dalam peningkatan tingkat partisipasi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan.

2. Mempraktekkan teori-teori administrasi negara atas permasalahan kinerja organisasi publik.

commit to user

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kinerja

1. Pengertian Kinerja

Istilah kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:570) adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, kemampuan kerja. Menurut Kamus Illustrated Oxford Dictionary, istilah ini menunjukkan “the execution or fulfillment of a duty” (pelaksanaan atau pencapaian dari suatu tugas) atau “a person’s achievement under test condition etc ” (pencapaian hasil dari seseorang ketika diuji). Yeremias T. Keban (2004:191-192)

Menurut Rogers dalam Mahmudi (2010:6), mendefinisikan kinerja sebagai hasil kerja itu sendiri (outcomes of work), karena hasil kerja memberi keterkaitan yang kuat terhadap tujuan-tujuan strategik organisasi, kepuasan pelanggan, dan kontribusi ekonomi. Bernardin dan Russel dalam Achmad Ruky (2002 :15) mendefinisikan “performance is defined as the record of outcomes produced on a specified job function or activity during specified time period” (kinerja sebagai catatan tentang hasil-hasil/outcome yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu).

Encyclopedia of Public Administration and Public Policy Tahun 2003 dalam Yeremias T. Keban (2004:193), menyebutkan bahwa kinerja

commit to user

ketika dibandingkan dengan kinerjanya terdahulu (previous performance), dibandingkan dengan organisasi lain (benchmarking), dan sampai seberapa jauh pencapaian tujuan dan target yang telah ditetapkan.

Joko Widodo (2008:78-79) menyatakan bahwa pada hakikatnya kinerja berkaitan dengan tanggung jawab individu atau organisasi dalam menjalankan apa yang menjadi wewenang dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan.

Sedangkan menurut Lembaga Administrasi Negara (LAN) dalam Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), menyebutkan bahwa kinerja instansi pemerintah adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran ataupun tujuan instansi pemerintah sebagai penjabaran dari visi, misi, dan strategi instansi pemerintah yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan.

Dari berbagai pengertian tersebut diatas, pada dasarnya kinerja merupakan hasil kerja (outcomes) yang dicapai oleh suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya atau sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian suatu kegiatan/program/kebijakan baik

commit to user

visi, dan misi organisasi yang bersangkutan.

2. Indikator Kinerja

Untuk menilai atau mengukur keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan suatu kegiatan/program, diperlukan suatu pengukuran kinerja agar sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. James B. Whittaker dalam Hessel Tangkilisan (2005:171) mengemukakan bahwa pengukuran/penilaian kinerja merupakan suatu alat manajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Penilaian kinerja juga digunakan untuk menilai pencapaian tujuan dan sasaran (goals and objective).

Definisi yang dikemukakan Whittaker tersebut tidak jauh berbeda dari definisi yang tertuang dalam Reference Guide, Province of Alberta, Canada dalam Hessel Tangkilisan (2005:172) yang menyebutkan bahwa pengukuran kinerja merupakan suatu metode untuk menilai kemajuan yang telah dicapai dibandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan. Mardiasmo dalam Hessel Tangkilisan (2005:172) juga mengemukakan bahwa tolok ukur kinerja organisasi publik berkaitan dengan ukuran keberhasilan yang telah dicapai oleh organisasi tersebut, karena satuan ukur yang relevan digunakan adalah efisiensi pengelolaan dana dan tingkat kualitas pelayanan yang dapat diberikan kepada publik.

commit to user

kegiatan yang sangat penting. Penilaian terhadap kinerja perlu dilakukan untuk mengetahui apakah selama pelaksanaan kinerja terdapat penyimpangan dari pekerjaan atau apakah pekerjaan sudah sesuai dengan jadwal waktu yang telah ditentukan, atau apakah hasil kinerja telah sesuai target yang diharapkan. Penilaian tersebut dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam kurun waktu tertentu. Selain itu dapat juga dijadikan input bagi perbaikan atau peningkatan kinerja organisasi selanjutnya. Seperti diungkapkan Juhani Ukko (2008:89) dalam International Journal of Business Performance Management, Volume 10, No.1, berjudul “The Impacts of Performance Measurement on the Quality of Working Life” yang menyatakan:

“Performance measurement is quite often viewed from the perspective of the management. The management sets the targets and applies performance measurement to monitor whether these

targets are met.”(Pengukuran kinerja cukup sering dilihat dari perspektif manajemen. Manajemen menetapkan target dan menerapkan pengukuran kinerja untuk memantau apakah target tersebut terpenuhi).

Faustino Cordoso Gomes (2003:135-136) menyatakan bahwa tujuan penilaian kinerja organisasi publik penting untuk memotivasi perbaikan kinerja pada waktu yang akan datang (to motivate future performance improvement ). Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien (id.wikipedia.org).

commit to user

suatu kegiatan yang sangat penting karena dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai misinya. Manfaat pengukuran dan penilaian kinerja organisasi menurut Bastian dalam Hessel Tangkilisan (2005: 173-174), akan dapat mendorong pencapaian tujuan organisasi dan akan memberikan umpan balik untuk upaya perbaikan secara terus menerus (berkelanjutan).

Penilaian atau pengukuran kinerja menurut SK Kepala LAN Nomor 239/IX/6/8/2003 adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, kebijakan, sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi, misi dan strategi instansi pemerintah. Proses ini dimaksudkan untuk menilai pencapaian setiap indikator kinerja guna memberikan gambaran tentang keberhasilan dan kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran.

Menurut Mahmudi (2010:7) pengukuran kinerja meliputi aktivitas penetapan serangkaian indikator kinerja yang memberikan informasi sehingga memungkinkan bagi unit kerja sektor publik untuk memonitor kinerjanya dalam menghasilkan output dan outcome terhadap masyarakat. Lebih lanjut Mahmudi (2010:14) menyebutkan bahwa tujuan dilakukan pengukuran kinerja di sektor publik adalah :

a. Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi

b. Menyediakan sarana pembelajaran pegawai

commit to user

d. Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan keputusan pemberian reward and punishment

e. Memotivasi pegawai

f. Menciptakan akuntabilitas publik Menurut Joko Widodo (2008:91), indikator kinerja merupakan ukuran kuantitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran dan tujuan. Indikator kinerja adalah ukuran keberhasilan dari suatu tujuan dan sasaran organisasi. Indikator kinerja dapat dijadikan patokan (standar) untuk menilai keberhasilan dan kegagalan penyelenggaraan program dalam mencapai misi dan visi organisasi.

Sedarmayanti (2009:198) menyatakan bahwa tanpa adanya indikator kinerja, maka akan sulit untuk menilai kinerja (keberhasilan/ketidakberhasilan) kebijakan/program/kegiatan, dan pada akhirnya kinerja organisasi/unit kerja pelaksananya. Secara umum Sedarmayanti menyebutkan fungsi indikator kinerja sebagai berikut :

a. Memperjelas tentang apa, berapa, dan kapan kegiatan dilaksanakan.

b. Menciptakan consensus yang dibangun oleh berbagai pihak terkait untuk menghindari kesalahan interpretasi selama pelaksanaan kebijakan/program/kegiatan dan dalam menilai kinerja.

c. Membangun dasar pengukuran, analisis, dan kinerja organisasi atau unit kerja.

commit to user

Research , Volume 35, Nomor 2, yang berjudul “Measuring Knowledge Management Performance ”, menyebutkan bahwa:

“There are some features which should exist in the performance indicators; for example they should have relevance for project goals, and provisional, since there may appear a need to eventually change the performance indicator. The indicator also needs to be understandable, valid, sufficiently flexible, and in line with the organization and its business goals, as well as the purpose it was developed for .” (Ada beberapa segi yang harus ada dalam indikator-indikator kinerja: misalnya, indikator tersebut harus relevan dengan tujuan-tujuan proyek dan sementara, karena sesudah itu mungkin ada kebutuhan untuk akhirnya mengubah indikator kinerja. Indikator juga perlu dimengerti, valid, cukup fleksibel, dan sesuai dengan organisasi dan tujuan bisnis perusahaan, serta untuk apa tujuan itu dikembangkan).

Hal tersebut selanjutnya diperjelas oleh Sedarmayanti (2009:198) yang juga menyebutkan berbagai syarat indikator kinerja :

a. Spesifik dan jelas, sehingga dapat dipahami dan tidak ada kemungkinan kesalahan interpretasi.

b. Dapat diukur secara obyektif, baik bersifat kuantitatif maupun kualitatif, yaitu : dua atau lebih yang mengukur indikator kinerja mempunyai kesimpulan yang sama.

c. Relevan, harus memiliki aspek obyektif yang relevan.

d. Dapat dicapai, penting, dan harus berguna untuk menunjukkan keberhasilan input, output, hasil, manfaat dan dampak serta proses.

e. Harus fleksibel dan sensitif terhadap perubahan/penyesuaian, pelaksanaan dan hasil pelaksanaan kegiatan.

commit to user

kinerja yang efektif adalah penilaian yang telah menggunakan prinsip- prinsip penilaian dan secara tepat menilai apa yang seharusnya dinilai. Ratminto dan Atik Septi Winarsih (2010:174) menjelaskan bahwa indikator kinerja sangat bervariasi sesuai dengan fokus dan konteks penelitian yang dilakukan dalam proses penemuan dan penggunaan indikator tersebut.

Selanjutnya Agus Dwiyanto (2006:50-51) memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai indikator yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja birokrasi publik antara lain :

1. Produktivitas Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga mengukur efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara input dengan output. General Accounting Office (GAO) mencoba mengembangkan suatu ukuran produktivitas yang lebih luas dengan memasukkan seberapa besar palayanan publik itu memiliki hasil yang diharapkan sebagai salah satu indikator kinerja yang penting.

2. Kualitas Layanan Isu mengenai kualitas pelayanan cenderung menjadi penting dalam menjelaskan kinerja organisasi pelayanan publik. Banyak pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi muncul karena ketidakpuasan masyarakat muncul terhadap kualitas pelayanan publik.

commit to user

dijadikan indikator kinerja organisasi publik. Kepuasan masyarakat bisa menjadi parameter untuk menilai kinerja organisasi.

3. Responsivitas Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas menunjuk pada keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas dimasukkan sebagai salah satu indikator kinerja karena responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas yang rendah ditunjukkan dengan ketidakselarasan antara pelayanan dan kebutuhan masyarakat. Hal tersebut menunjukkan kegagalan organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuan organisasi publik. Organisasi yang memiliki responsivitas rendah dengan sendirinya memiliki kinerja yang jelek pula.

4. Responsibilitas Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit

commit to user

ketika berbenturan dengan responsivitas.

5. Akuntabilitas Akuntabilitas publik menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat. Akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten dengan kehendak masyarakat banyak. Kinerja organisasi publik tidak hanya bisa dilihat dari ukuran internal yang dikembangkan oleh organisasi publik atau pemerintah, seperti pencapaian target. Kinerja sebaiknya harus dinilai dari ukuran eksternal, seperti nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Suatu kegiatan organisasi publik memiliki akuntabilitas yang tinggi kalau kegiatan itu dianggap benar dan sesuai dengan nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat.

Sedangkan indikator kinerja menurut Joko Widodo (2008:91) selaras dengan isi Surat Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Indikator kinerja tersebut dikategorikan ke dalam kelompok sebagai berikut :

1. Masukan (inputs) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dan program dapat berjalan atau dalam rangka

commit to user

waktu, teknologi, dan sebagainya

2. Keluaran (outputs) adalah segala sesuatu berupa produk/jasa (fisik dan/atau non fisik) sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan dan program berdasarkan masukan yang digunakan

3. Hasil (outcomes) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah. Outcomes merupakan ukuran seberapa jauh setiap produk jasa dapat memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat

4. Manfaat (benefits) adalah kegunaan suatu keluaran (outputs) yang dirasakan langsung oleh masyarakat. Dapat berupa tersedianya fasilitas yang dapat diakses oleh publik

5. Dampak (impacts) adalah ukuran tingkat pengaruh sosial, ekonomi, lingkungan atau kepentingan umum lainnya yang dimulai oleh capaian kinerja setiap indikator dalam suatu kegiatan.

Indikator-indikator tersebut secara langsung atau tidak langsung dapat mengindikasikan sejauh mana keberhasilan pencapaian sasaran. Dalam hubungan ini, penetapan indikator kinerja kegiatan merupakan proses identifikasi, pengembangan, seleksi dan konsultasi tentang indikator kinerja atau ukuran kinerja atau ukuran keberhasilan kegiatan dan program-program instansi.

Berdasarkan beberapa indikator kinerja yang disampaikan tersebut, maka indikator yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah indikator

commit to user

Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Publik. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah input, output, outcome, benefit, dan impact . Alasan pemilihan indikator tersebut adalah karena Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan merupakan instansi pemerintah yang kinerjanya bisa dinilai dari input, output, outcome, benefit, dan impact yang dicapai oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan dalam meningkatkan partisipasi PAUD. Melalui indikator tersebut kita dapat melihat sejauh mana pencapaian peningkatan tingkat partisipasi PAUD yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan yang dirasakan oleh masyarakat. Pemilihan indikator menurut SK LAN ini juga tidak terlepas dari faktor-faktor yang menghambat proses peningkatan tingkat partisipasi PAUD, mengingat anak usia dini yang sudah mengikuti PAUD di Magetan baru mencapai 26,81% dari jumlah keseluruhan atau dengan kata lain peningkatan tingkat partisipasi PAUD yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan belum menunjukkan hasil yang maksimal.

B. Tingkat Partisipasi Pendidikan Anak Usia Dini

1. Tingkat Partisipasi (Participation Rate)

Pemerintah menggunakan tingkat partisipasi untuk menilai kesuksesan atau kegagalan suatu program. Tingkat partisipasi adalah rasio antara jumlah penduduk yang terlibat dengan jumlah penduduk seluruhnya (dalam www.datastatistik-indonesia.com). Pada umumnya terdapat dua

commit to user

Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). Keduanya mengukur penyerapan penduduk usia sekolah oleh sektor pendidikan. Perbedaan diantara keduanya adalah penggunaan kelompok usia "standar" di setiap jenjang pendidikan. Usia standar yang dimaksud adalah rentang usia yang dianjurkan pemerintah dan umum dipakai untuk setiap jenjang pendidikan, yang ditampilkan pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Usia Standar di Setiap Jenjang Pendidikan

Jenjang

Kelompok Usia

Perguruan Tinggi

19 tahun keatas

Tingkat partisipasi dapat diketahui dari angka partisipasi kasar dan tingkat partisipasi murni. Begitu pula dengan tingkat partisipasi PAUD dapat dilihat dari :

a. Angka Partisipasi Kasar (APK) Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah rasio jumlah siswa, berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. Misal, APK PAUD sama dengan jumlah siswa yang mengikuti PAUD dibagi dengan jumlah penduduk kelompok usia 0 sampai 6 tahun.

commit to user

penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan.

Cara menghitung APK didapat dengan membagi jumlah penduduk yang sedang bersekolah (atau jumlah siswa), tanpa memperhitungkan umur, pada jenjang pendidikan tertentu dengan jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tersebut. Rumus :

Keterangan : 𝐸 ℎ 𝑡

= jumlah penduduk yang pada tahun t dari berbagai usia sedang

sekolah pada jenjang pendidikan h 𝑃 ℎ,𝑎 𝑡 = jumlah penduduk yang pada tahun t berada pada kelompok usia

a yaitu kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan h Data yang diperlukan untuk menghitung Angka Partisipasi Kasar adalah sebagai berikut :

− Data jumlah penduduk yang pada tahun t sedang sekolah (atau menjadi siswa) dari berbagai usia, pada setiap jenjang pendidikan.

− Data jumlah penduduk per kelompok usia standar (lihat tabel usia standar) yang berkaitan dengan setiap jenjang pendidikan.

𝐴𝑃𝐾 ℎ =

𝐸 ℎ 𝑡 𝑃 ℎ,𝑎 𝑡 × 100

commit to user

Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase siswa dengan usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang sama.

Kegunaan APM adalah untuk menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia sekolah di tingkat pendidikan tertentu. Seperti APK, APM juga merupakan indikator daya serap penduduk usia sekolah di setiap jenjang pendidikan. Tetapi, jika dibandingkan APK, APM merupakan indikator daya serap yang lebih baik karena APM melihat partisipasi penduduk kelompok usia standar di jenjang pendidikan yang sesuai dengan standar tersebut.

Cara Menghitung APM di suatu jenjang pendidikan didapat dengan membagi jumlah siswa atau penduduk usia sekolah yang sedang bersekolah dengan jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang sekolah tersebut. Rumus :

Keterangan : 𝐸 ℎ,𝑎 𝑡 = jumlah siswa/penduduk kelompok usia a yang bersekolah di

tingkat pendidikan h pada tahun t 𝑃 ℎ,𝑎 𝑡 = jumlah penduduk kelompok usia a yang berkaitan dengan usia

sekolah standar di tingkat pendidikan h.

𝐴𝑃𝑀 ℎ 𝑡 =

𝐸 ℎ,𝑎 𝑡 𝑃 ℎ,𝑎 𝑡 × 100

commit to user

sedang bersekolah di PAUD dibagi dengan jumlah penduduk usia 0-6 tahun.

Data yang diperlukan untuk menghitung Angka Partisipasi Murni adalah sebagai berikut : − Jumlah penduduk kelompok usia sekolah yang masih bersekolah di

tingkat pendidikan tertentu. − Jumlah penduduk kelompok usia sekolah yang standar (contoh:

kelompok usia PAUD=0−6 tahun, SD=7−12 tahun, SMP=13−15 tahun, SMA=16−18 tahun, dst)

Selisih antara APK dan APM menunjukkan proporsi siswa yang tertinggal atau terlalu cepat bersekolah. Kelemahan APM adalah kemungkinan adanya kekurangan estimasi karena siswa diluar kelompok usia yang standar di tingkat pendidikan tertentu.

Tingkat partisipasi pendidikan merupakan indikator untuk melihat perbandingan jumlah penduduk bersekolah terhadap jumlah penduduk usia sekolah. Secara umum tingginya tingkat partisipasi pendidikan disebabkan oleh tingginya penduduk yang bersekolah, maka tingkat partisipasi tersebut menunjukkan kinerja partisipasi sekolah yang tinggi. Tingkat Partisipasi Pendidikan dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑒𝑘𝑜𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑢𝑠𝑖𝑎 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑙𝑎ℎ × 100

Dari beberapa keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa rasio antara jumlah penduduk yang mengikuti pendidikan usia dini dengan

commit to user

Partisipasi Pendidikan Anak Usia Dini (TP PAUD), yang pada dasarnya merupakan besarnya jumlah anak usia dini yang mengikuti pendidikan usia dini. Tingkat Partisipasi Pendidikan Anak Usia Dini dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

jumlah penduduk ikut PAUD jumlah penduduk usia 0 − 6 tahun × 100

2. Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan anak usia dini (PAUD) menurut Undang-Undang No.

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (pasal 1 butir 14) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Berdasarkan PP Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, fungsi dan tujuan PAUD diatur dalam Pasal

61. Berikut fungsi dan tujuan dari PAUD :

a. Pendidikan anak usia dini berfungsi membina, menumbuhkan, dan mengembangkan seluruh potensi anak usia dini secara optimal sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan dasar sesuai dengan tahap perkembangannya agar memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan selanjutnya.

commit to user

1. Membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkepribadian luhur, sehat, berilmu, cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab; dan

2. Mengembangkan potensi kecerdasan spiritual, intelektual, emosional, kinestetis, dan sosial peserta didik pada masa emas pertumbuhannya dalam lingkungan bermain yang edukatif dan menyenangkan. Adapun bentuk dan jenis satuan PAUD di Indonesia dibagi

menjadi 2 macam yaitu:

a. PAUD Formal yang terdiri dari :

1. Taman Kanak-Kanak (TK)

2. Raudatul Athfal (RA)

b. PAUD Nonformal yang terdiri dari :

1. Kelompok Bermain (KB)

2. Taman Penitipan Anak (TPA)