Analisis Penerapan Pajak PSAK 30 (Revisi 2007) Terkait Perjanjian Sewa (Studi Kasus pada PT. Supra Aspindo Jaya).

(1)

v ABSTRACT

The purpose of this paper is to describe about the implementation of PSAK 30 (as revised in 2007) which is adopted from IFRS (IAS 17 in 2009) about lease based on business environment in Indonesia by using case study at PT. Supra Aspindo Jaya, and explain about the theory behind based on “Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan”. The Authors used descriptive analysis method in this paper. The result showed that the main point of precise accounting treatment for lease case is emphasizing economic substance over form from the lease agreement. Lease which was done between PT. Supra Aspindo Jaya(lessee) and FIF (lessor) fulfilled classification criteria as finance lease, so that PT. Supra Aspindo Jaya must capitalize lease asset and lease liability, then depreciate lease asset and amortize lease liability until the end of lease term. The Authors suggest for companies to refer to this paper when face similar case, so that off-balance sheet financing which can mislead the users of financial statement can be avoided. Authors also suggest for other authors who will use lease for the topic to examine other case which hasn’t been examine yet in this paper, for example sale and lease back.


(2)

vi ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana penerapan PSAK 30 (revisi 2007) adopsi IFRS (IAS 17 tahun 2009) tentang lease (sewa) berdasarkan lingkungan bisnis di Indonesia dengan menggunakan studi kasus pada PT. Supra Aspindo Jaya, serta menjelaskan penalaran teori yang mendasarinya berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan. Penulis menggunakan metode analisis deskriptif dalam tulisan ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada intinya penerapan akuntansi yang tepat terhadap kasus sewa adalah menekankan substansi ekonomik mengungguli bentuk legal dari perjanjian sewa. Sewa yang dilakukan oleh PT. Supra Aspindo Jaya (lessee) dengan FIF (lessor) memenuhi kriteria klasifikasi sebagai sewa pembiayaan sehingga PT. Supra Aspindo Jaya harus mengkapitaliasi aset dan kewajiban sewa, kemudian menyusutkan aset sewa dan mengamortisasi kewajiban sewa hingga masa sewa usai. Bagi perusahaan, penulis menyarankan untuk mengacu pada tulisan ini jika menghadapi kasus serupa, sehingga off-balance sheet financing yang dapat menyesatkan pengguna laporan keuangan dapat dihindari . Bagi penulis lain yang akan mengangkat topik lease, penulis juga menyarankan untuk membahas jenis kasus lain yang belum dibahas di tulisan ini, misalnya kasus sale and lease back. Kata-kata kunci: sewa, lessee, lessor, sewa pembiayaan


(3)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………. i

HALAMAN PENGESAHAN……….. . ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI………. iii

KATA PENGANTAR……… iv

ABSTRACT………. v

ABSTRAK………. … vi

DAFTAR ISI……….. vii

DAFTAR GAMBAR………. x

DAFTAR TABEL……….. xi

BAB I PENDAHULUAN……….. 1

1.1 Latar Belakang Masalah……….... 1

1.2 Rumusan Masalah………. 3

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian………... 3

1.3.1 Tujuan Penelitian………... 3

1.3.2 Manfaat Penelitian……….. 4

BAB II LANDASAN TEORITIS... 5

2.1Tinjauan Mengenai Sewa(Lease)....………... 5

2.1.1 Definisi Sewa (Lease)….………... 5

2.1.2 Definisi Berbagai Istilah………... 6

2.1.3 Keuntungan Lease……….. 8

2.1.3.1 Keuntungan Lease bagi Lessee………… 8

2.1.3.2Keuntungan Lease bagi Lessor………… 9

2.1.4 Kerugian Lease………. 10

2.2 Akuntansi untuk Lease bagi Lessee………. 10


(4)

viii

2.2.2 Finance Lease………. 16

2.2.2.1 Pengakuan Awal……….. 16

2.2.2.2 Pengukuran Setelah Perlakuan Awal……... 18

2.2.3 Operating Lease……….. 24

2.3 Akuntansi untuk Lease Bagi Lessor……….. 25

2.3.1 Klasifikasi Lease………. 25

2.3.2 Finance Lease………. 25

2.3.2.1 Pengakuan Awal……….. 25

2.3.2.2 Pengukuran Setelah Perlakuan Awal…... 28

2.3.3 Operating Lease……….. 29

2.4 Tinjauan Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan Terhadap Kasus Lease……….…….. 30

2.4.1 Tujuan Laporan Keuangan……….……. 30

2.4.2 Asumsi Dasar……….. 31

2.4.3 Karakteristik Kualitatif………. 32

2.4.4 Unsur Laporan Keuangan (Definisi Unsur)………… 41

2.4.5 Pengukuran Unsur Laporan Keuangan……… 43

2.4.6 Pengakuan Unsur Laporan Keuangan………. 45

BAB III METODE PENELITIAN……….. 48

3.1 Rancangan Penelitian……… 48

3.2 Jenis dan Sumber Data……….. 48

3.2.1 Jenis Data……… 48

3.2.2 Sumber Data……… 48

3.3 Metode Pengumpulan Data……… 48

3.4 Teknik Analisis Data……….. 49

BAB IV PEMBAHASAN……… 53

4.1 Gambaran Perusahaan……… 53

4.1.1 Sejarah Perusahaan……….. 53

4.1.2 Struktur Organisasi……….. 54


(5)

ix

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian……….. 56

4.2.1 Tahap-Tahap Perjanjian Leasing……… 56

4.2.2 Perjanjian Leasing……….. 59

4.3 Analisis dan Pembahasan……….. 61

4.3.1 Akuntansi untuk Lease bagi Lessee……… 61

4.3.1.1 Klasifikasi Lease………. 61

4.3.1.2 Menentukan Jumlah yang Diakui sebagai Aset dan Kewajiban……… 69

4.3.1.3 Pengakuan Awal………. 70

4.3.1.4 Pengukuran Setelah Pengakuan Awal…… 72

4.3.2 Teori Akuntansi yang Mendasari Akuntansi untuk Lease bagi Lessee……… 80

4.3.2.1 Penjelasan Pendahuluan………. 80

4.3.2.2 Teori yang Melandasi Kriteria Klasifikasi Lease………. 82

4.3.2.3 Teori yang Melandasi Perlakuan Pengakuan Awal Lease……… 85

4.3.2.4 Teori yang Melandasi Perlakuan Setelah Pengakuan Awal………... 91

4.3.3 Akuntansi untuk Lease bagi Lessor……… 96

4.3.3.1 Klasifikasi Lease………. 96

4.3.3.2 Pengakuan Awal………. 96

4.3.3.3 Pengukuran Setelah Pengakuan Awal… 97 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 102

5.1 Kesimpulan……….. 102

5.2 Saran……… 103

DAFTAR PUSTAKA……… 104


(6)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Diagram Pengklasifikasian Lease Bagi Lessee………….. 15 Gambar 2 Diagram Pengklasifikasian Lease Bagi Lessor…………. 26 Gambar 3 Hierarki Kualitas Infomasi Akuntansi-Rerangka Konseptual… 34 Gambar 4 Alur Analisis Perjanjian Lease dari Sudut Pandang Lessee... 51 Gambar 5 Alur Analisis Perjanjian Lease dari Sudut Pandang Lessor…… 52 Gambar 6 Struktur Organisasi PT. Supra Apindo Jaya………... 55


(7)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I Perhitungan Tingkat Suku Bunga Implisit dan

Nilai Kini Pembayaran Sewa Minimum ………. 67

Tabel II Amortisasi Kewajiban Lease (dalam Rupiah)………... 76


(8)

PENDAHULUAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Sewa (lease) didefinisikan dalam PSAK 30 (revisi 2007) sebagai: suatu perjanjian dimana lessor memberikan hak kepada lessee untuk menggunakan suatu aset selama periode waktu yang disepakati dan sebagai imbalannya, lessee melakukan pembayaran atau serangkaian pembayaran kepada lessor. Lease saat ini makin marak dipilih sebagai alternatif pembiayaan bagi berbagai perusahaan. Di Indonesia sendiri, kehadiran industri leasing dimulai tahun 1994 setelah dikeluarkannya SKB Menteri Keuangan, Menteri Peridustrian & Perdagangan no.122/MK/IV/2/1974 dan No. 30/Kpb/I/1974 tgl 7 Februari 1974 tentang Perijinan Usaha Leasing. Alasan makin maraknya perusahaan yang memilih leasing sebagai alternatif pendanaan karena leasing dirasa lebih luwes atau fleksibel dalam struktur kontraknya dibanding meminjam pada bank, mengatasi kekhawatiran terhadap keusangan dan berbagai keuntungan lainnya yang akan dijelaskan lebih lanjut di bab II.

Pada kenyataannya, perusahaan (dari sisi lessee) seringkali memperlakukan lease yang seharusnya finance lease sebagai operating lease sebagai sarana melakukan off-balance sheet financing, yaitu tak tercatatnya kewajiban pendanaan tertentu (Subramanyam, 2010:216). Padahal jika dalam leasing tersebut terdapat perpindahan manfaat dan risiko yang substansial dari lessor kepada lessee,


(9)

PENDAHULUAN

2 asset dan kewajiban seharusnya dicatat dan leasing diperlakukan seperti pembelian cicilan (finance lease). Oleh karena itu, untuk memastikan bahwa perusahaan tak dapat menghindari pencatatan utang dengan melakukan leasing, dibutuhkan suatu standar akuntansi yang mengatur tentang hal ini sehingga menjamin tersedianya informasi yang bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan. Di Indonesia, akuntansi untuk lease diatur dalam PSAK 30 (revisi 2007) yang diadopsi dari IFRS (IAS 17). Standar ini dibuat untuk mendukung tujuan pelaporan keuangan, yaitu menyediakan informasiyang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (PSAK 1999:3).

Di sini penulis mengangkat kasus leasing pada PT Supra Aspindo Jaya (sebagai lessee). Pembahasan difokuskan pada kasus leasing dari sisi lessee dan pembahasan dari sisi lessor disertakan sebagai tambahan. Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Sofhyan (1996) yang menganalisa mengenai alternatif leasing dengan alternatif pinjaman dari bank untuk pengambilan keputusan pembiayaan aktiva tetap pada perusahaan tersebut. Selain itu, analisa kasus leasing pada PT Supra Aspindo Jaya juga pernah dilakukan oleh Silvie Djiono (2001) yang membandingkan antara penerapan akuntansi yang selama ini dipakai perusahaan dengan penerapan akuntansi yang tepat terhadap kasus leasing menurut PSAK 30 sehingga terlihat perbedaannya pada laporan keuangan perusahaan.

Meskipun penelitian serupa telah dilakukan oleh beberapa peneliti lain yang disebutkan sebelumnya, namun disini penulis lebih memfokuskan pada penyajian kasus nyata dan komprehensif tentang lease berdasarkan lingkungan bisnis di Indonesia, yang membuat pembaca memahami bagaimana penerapan akuntansi


(10)

PENDAHULUAN

3 yang tepat terhadap kasus leasing berdasar PSAK 30 (revisi 2007) adopsi IFRS dan teori-teori akuntansi yang mendasari diterapkannya praktek tersebut berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan. Penelitian ini menggunakan standar yang terbaru saat penelitian ini disusun dimana dalam PSAK 30 (revisi 2007) telah terdapat adopsi dari IFRS, sementara penelitian-penelitian sebelumnya yang disusun sebelum ada revisi PSAK 30 masih menggunakan standar yang lama dimana belum terdapat adopsi dari IFRS. Sehingga diharapkan penelitian ini dapat lebih relevan dan bermanfaat bagi pembaca.

1.2Rumusan Masalah

Berdasar latar belakang penelitian tersebut, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

Bagaimana penerapan PSAK 30 (revisi 2007) adopsi IFRS (IAS 17 tahun 2009) tentang lease berdasarkan lingkungan bisnis di Indonesia serta penjelasan penalaran teori yang mendasarinya berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan?

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bagaimana penerapan PSAK 30 (revisi 2007) adopsi IFRS (IAS 17 tahun 2009) tentang lease berdasarkan lingkungan bisnis di Indonesia dengan menggunakan studi kasus pada PT. Supra Aspindo Jaya, serta menjelaskan penalaran teori yang mendasarinya berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan.


(11)

PENDAHULUAN

4

1.3.2 Manfaat Penelitian

a. Membuat pembaca mengetahui bagaimana penerapan PSAK 30 (revisi 2007) yang diadopsi dari IFRS (IAS 17 tahun 2009) terkait perjanjian sewa pada lingkungan bisnis di Indonesia.

b. Memperluas pemahaman pembaca penelitian mengenai teori-teori akuntansi yang mendasari diterapkannya akuntansi untuk lease.

c. Memberi masukan pada perusahaan bagaimana penerapan akuntansi yang tepat dalam menghadapi kasus lease.


(12)

KESIMPULAN DAN SARAN

102

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah diuraikan, penulis menyimpulkan bahwa pada intinya penerapan akuntansi yang tepat terhadap kasus leasing menurut PSAK 30 (revisi 2007) adopsi IFRS dan teori-teori akuntansi yang mendasarinya berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan adalah menekankan substansi ekonomik mengungguli bentuk legal dari perjanjian leasing.

Untuk memenuhi tujuan dari laporan keuangan, maka karakterisktik kualitatif informasi harus dipenuhi, salah satunya keterandalan. Agar informasi andal, maka harus terkandung unsur ketepatan penyimbolan. Jika ketepatan penyimbolan ingin diwujudkan, maka peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya, ini yang disebut substansi ekonomik mengungguli bentuk legal.

Dalam kasus ini, lease yang dilakukan oleh PT. Supra Aspindo Jaya memenuhi kriteria klasifikasi sebagai finance lease. Walau lease ini secara legal merupakan sewa menyewa biasa, namun karena FIF memindahkan manfaat dan risiko dari kepemilikan mesin plastik secara substansial kepada PT. Supra Aspindo Jaya, maka secara substansi ekonomik hal tersebut menyerupai pembelian cicilan bagi PT. Supra Aspindo Jaya, dan dikategorikan sebagai finance lease. PT. Supra Aspindo Jaya harus mengkapitaliasi aset dan kewajiban


(13)

KESIMPULAN DAN SARAN

103 lease, kemudian menyusutkan aset lease dan mengamortisasi kewajiban lease hingga masa lease usai.

Bagi FIF, kasus ini juga dikategorikan sebagai finance lease, lebih khusus lagi ini merupakan direct financing karena tak ada perbedaan nilai wajar dan nilai buku aset . FIF memindahkan manfaat dan risiko secara substansial dari kepemilikan mesin plastik kepada PT. Supra Aspindo Jaya, sehingga hal ini menyerupai penjualan cicilan bagi FIF. Aset lease harus dikeluarkan dari pembukuan FIF dan ia mengakui timbulnya piutang lease. Berikutnya ia mengakui penerimaan pembayaran lease sebagai pelunasan piutang dan penerimaan pendapatan bunga.

5.2 Saran

Bagi perusahaan, penulis menyarankan untuk mengacu pada tulisan ini jika menghadapi kasus serupa, sehingga dapat dihindari off-balance sheet financing yang dapat menyesatkan pengguna laporan keuangan.

Bagi penulis lain yang akan mengangkat topik lease, penulis menyarankan untuk mengangkat jenis kasus lain yang belum dibahas di tulisan ini, misalnya kasus sale and lease back.


(14)

104

DAFTAR PUSTAKA

Alfredson, K., Picker, R., etc. (2009) . Applying IFRS. 2nd Edition. John Wiley & Sons, Australia.

Djiono, S. (2001). Penerapan Akuntansi yang Tepat Terhadap Transaksi Leasing. Diakses dari digilib.petra.ac.id pada Juni 2011.

International Accounting Standards Board. (2009). International Financial Reporting Standards. IASCF.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2007). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 30 (Revisi 2007): Sewa. Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia, Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2007). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 16 (Revisi 2007): Aset Tetap. Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia, Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2007). Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan. Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia, Jakarta.

Kieso, Donald E. & Weygandt, Jerry J. (1995). Intermediate Accounting. 8th Edition. United States of America: John Wiley & Sons, Inc.

Lam, N. & Lau, P. (2009) .Intermediate Financial Accounting . Mc.Graw-Hill Education, Asia.

Suwardjono. (2005). Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi Ketiga. Penerbit BPFE, Yogyakarta.


(1)

PENDAHULUAN

asset dan kewajiban seharusnya dicatat dan leasing diperlakukan seperti pembelian cicilan (finance lease). Oleh karena itu, untuk memastikan bahwa perusahaan tak dapat menghindari pencatatan utang dengan melakukan leasing, dibutuhkan suatu standar akuntansi yang mengatur tentang hal ini sehingga menjamin tersedianya informasi yang bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan. Di Indonesia, akuntansi untuk lease diatur dalam PSAK 30 (revisi 2007) yang diadopsi dari IFRS (IAS 17). Standar ini dibuat untuk mendukung tujuan pelaporan keuangan, yaitu menyediakan informasiyang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (PSAK 1999:3).

Di sini penulis mengangkat kasus leasing pada PT Supra Aspindo Jaya (sebagai lessee). Pembahasan difokuskan pada kasus leasing dari sisi lessee dan pembahasan dari sisi lessor disertakan sebagai tambahan. Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Sofhyan (1996) yang menganalisa mengenai alternatif leasing dengan alternatif pinjaman dari bank untuk pengambilan keputusan pembiayaan aktiva tetap pada perusahaan tersebut. Selain itu, analisa kasus leasing pada PT Supra Aspindo Jaya juga pernah dilakukan oleh Silvie Djiono (2001) yang membandingkan antara penerapan akuntansi yang selama ini dipakai perusahaan dengan penerapan akuntansi yang tepat terhadap kasus leasing menurut PSAK 30 sehingga terlihat perbedaannya pada laporan keuangan perusahaan.

Meskipun penelitian serupa telah dilakukan oleh beberapa peneliti lain yang disebutkan sebelumnya, namun disini penulis lebih memfokuskan pada penyajian kasus nyata dan komprehensif tentang lease berdasarkan lingkungan bisnis di Indonesia, yang membuat pembaca memahami bagaimana penerapan akuntansi


(2)

PENDAHULUAN

3

Universitas Kristen Maranatha

yang tepat terhadap kasus leasing berdasar PSAK 30 (revisi 2007) adopsi IFRS dan teori-teori akuntansi yang mendasari diterapkannya praktek tersebut berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan. Penelitian ini menggunakan standar yang terbaru saat penelitian ini disusun dimana dalam PSAK 30 (revisi 2007) telah terdapat adopsi dari IFRS, sementara penelitian-penelitian sebelumnya yang disusun sebelum ada revisi PSAK 30 masih menggunakan standar yang lama dimana belum terdapat adopsi dari IFRS. Sehingga diharapkan penelitian ini dapat lebih relevan dan bermanfaat bagi pembaca.

1.2Rumusan Masalah

Berdasar latar belakang penelitian tersebut, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

Bagaimana penerapan PSAK 30 (revisi 2007) adopsi IFRS (IAS 17 tahun 2009) tentang lease berdasarkan lingkungan bisnis di Indonesia serta penjelasan penalaran teori yang mendasarinya berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan?

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bagaimana penerapan PSAK 30 (revisi 2007) adopsi IFRS (IAS 17 tahun 2009) tentang lease berdasarkan lingkungan bisnis di Indonesia dengan menggunakan studi kasus pada PT. Supra Aspindo Jaya, serta menjelaskan penalaran teori yang mendasarinya berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan.


(3)

PENDAHULUAN

1.3.2 Manfaat Penelitian

a. Membuat pembaca mengetahui bagaimana penerapan PSAK 30 (revisi 2007) yang diadopsi dari IFRS (IAS 17 tahun 2009) terkait perjanjian sewa pada lingkungan bisnis di Indonesia.

b. Memperluas pemahaman pembaca penelitian mengenai teori-teori akuntansi yang mendasari diterapkannya akuntansi untuk lease.

c. Memberi masukan pada perusahaan bagaimana penerapan akuntansi yang tepat dalam menghadapi kasus lease.


(4)

KESIMPULAN DAN SARAN

102

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah diuraikan, penulis menyimpulkan bahwa pada intinya penerapan akuntansi yang tepat terhadap kasus leasing menurut PSAK 30 (revisi 2007) adopsi IFRS dan teori-teori akuntansi yang mendasarinya berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan adalah menekankan substansi ekonomik mengungguli bentuk legal dari perjanjian leasing.

Untuk memenuhi tujuan dari laporan keuangan, maka karakterisktik kualitatif informasi harus dipenuhi, salah satunya keterandalan. Agar informasi andal, maka harus terkandung unsur ketepatan penyimbolan. Jika ketepatan penyimbolan ingin diwujudkan, maka peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya, ini yang disebut substansi ekonomik mengungguli bentuk legal.

Dalam kasus ini, lease yang dilakukan oleh PT. Supra Aspindo Jaya memenuhi kriteria klasifikasi sebagai finance lease. Walau lease ini secara legal merupakan sewa menyewa biasa, namun karena FIF memindahkan manfaat dan risiko dari kepemilikan mesin plastik secara substansial kepada PT. Supra Aspindo Jaya, maka secara substansi ekonomik hal tersebut menyerupai pembelian cicilan bagi PT. Supra Aspindo Jaya, dan dikategorikan sebagai finance lease. PT. Supra Aspindo Jaya harus mengkapitaliasi aset dan kewajiban


(5)

KESIMPULAN DAN SARAN

lease, kemudian menyusutkan aset lease dan mengamortisasi kewajiban lease hingga masa lease usai.

Bagi FIF, kasus ini juga dikategorikan sebagai finance lease, lebih khusus lagi ini merupakan direct financing karena tak ada perbedaan nilai wajar dan nilai buku aset . FIF memindahkan manfaat dan risiko secara substansial dari kepemilikan mesin plastik kepada PT. Supra Aspindo Jaya, sehingga hal ini menyerupai penjualan cicilan bagi FIF. Aset lease harus dikeluarkan dari pembukuan FIF dan ia mengakui timbulnya piutang lease. Berikutnya ia mengakui penerimaan pembayaran lease sebagai pelunasan piutang dan penerimaan pendapatan bunga.

5.2 Saran

Bagi perusahaan, penulis menyarankan untuk mengacu pada tulisan ini jika menghadapi kasus serupa, sehingga dapat dihindari off-balance sheet financing yang dapat menyesatkan pengguna laporan keuangan.

Bagi penulis lain yang akan mengangkat topik lease, penulis menyarankan untuk mengangkat jenis kasus lain yang belum dibahas di tulisan ini, misalnya kasus sale and lease back.


(6)

104

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Alfredson, K., Picker, R., etc. (2009) . Applying IFRS. 2nd Edition. John Wiley & Sons, Australia.

Djiono, S. (2001). Penerapan Akuntansi yang Tepat Terhadap Transaksi Leasing. Diakses dari digilib.petra.ac.id pada Juni 2011.

International Accounting Standards Board. (2009). International Financial Reporting Standards. IASCF.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2007). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 30 (Revisi 2007): Sewa. Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia, Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2007). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 16 (Revisi 2007): Aset Tetap. Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia, Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2007). Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan. Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia, Jakarta.

Kieso, Donald E. & Weygandt, Jerry J. (1995). Intermediate Accounting. 8th Edition. United States of America: John Wiley & Sons, Inc.

Lam, N. & Lau, P. (2009) .Intermediate Financial Accounting . Mc.Graw-Hill Education, Asia.

Suwardjono. (2005). Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi Ketiga. Penerbit BPFE, Yogyakarta.