Kampanye Kejujuran untuk Anak Kelas 4 - 6 SD di Kota Bandung dalam Contoh Kasus Anti Menyontek.

(1)

ABSTRAK

Cheating is often regarded as a matter of course, it turns out if socialized, can bring a tremendous impact. A child who cheat may lose confidence in the ability of self. If not addressed early, it will develop into worse habits as adults, and due to the poor is a seed of corruption. Corruption is very detrimental to other people, communities, and institutions, both private and state. Corruption in Indonesia is increasingly rampant. Given the state of Indonesia is currently experiencing a crisis of character honesty, it is necessary to attempt to build a generation of people who are honest. Moreover, the children are the future generation. The positive thing to do is to begin to inculcate the habit to be honest as possible in everyday life, for example in schools, to get the kids not to cheat. The solution to these problems is to conduct the campaign. Elementary grade students may be good targets because they begin to understand and digest values are inculcated, as well as the capability is growing. This campaign is a social campaign, which is done in three stages, namely informing (Form 6 serial posters), conditioning (Form road show), and the last stage in the form of events reminding. This campaign was first planned to do in the city, involving 4 Elementary School. With the debriefing and cultivation of the values of honesty from an early age, is expected to grow habits of a child to be honest, and it will have a positive impact in the future.


(2)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 3

1.3 Tujuan Perancangan ... 3

1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ... 4

1.4.1 Observasi ... 4

1.4.2 Wawancara ... 4

1.4.3 Kuesioner ... 4

1.4.4 Tinjauan Pustaka ... 5

1.5 Skema Perancangan ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Psikologi Anak ... 7

2.1.1 Teori Perkembangan Anak ... 9

2.1.2 Teori Perkembangan Moral Anak ... 11

2.1.3 Kebohongan pada Anak ... 13

2.1.3.1 Definisi Kebohongan ... 13

2.1.3.2 Penyebab Kebohongan pada Anak ... 13

2.1.3.3 Cara Untuk Mencegah Kebohongan pada Anak ... 14


(3)

2.1.4 Menyontek ... 17

2.1.4.1 Definisi Menyontek (Cheating) ... 17

2.1.4.2 Penyebab Siswa Menyontek ... 18

2.1.4.3 Akibat dari Menyontek ... 22

2.1.4.4 Cara Mengatasi ... 23

2.2 Kampanye ... 25

2.2.1 Jenis Kampanye ... 26

2.2.2 Perencanaan Kampanye ... 27

2.2.3 Faktor-faktor Penunjang Keberhasilan Kampanye ... 27

2.2.4 Faktor-faktor Penyebab Kegagalan Kampanye ... 28

2.3 Komunikasi ... 29

2.4 Visual ... 30

2.4.1 Ilustrasi ... 30

2.4.2 Warna ... 31

2.4.3 Tipografi ... 33

2.4.4 Layout ... 34

2.4.5 Logo ... 34

2.4.6 Kemasan ... 36

BAB III DATA DAN ANALISIS ... 37

3.1 Data dan Fakta ... 37

3.1.1 Mandatori ... 37

3.1.2 Institusi Terkait ... 39

3.1.3 Sponsor ... 40

3.1.3.1 Nestle ... 40

3.1.3.2 PT Penerbitan Sarana Bobo (Majalah Bobo) ... 41

3.1.4 Tinjauan Terhadap Proyek/Persoalan Sejenis ... 44

3.1.5 Data Hasil Wawancara ... 53

3.1.5.1Wawancara dengan Narasumber ... 53

3.1.5.2 Wawancara dengan Objek Penelitian ... 64

3.1.6 Hasil Kuesioner ... 66

3.2 Analisis Terhadap Permasalahan Berdasarkan Data dan Fakta ... 74

3.2.1 Analisis Permasalahan ... 74


(4)

3.2.3 Identifikasi Sasaran ... 77

3.2.3.1 SWOT ... 77

3.2.3.2 STP ... 78

BAB IV PEMECAHAN MASALAH ... 80

4.1 Konsep Komunikasi ... 80

4.1.1 Tahapan Kampanye ... 80

4.2 Konsep Kreatif ... 81

4.2.1 Konsep Verbal ... 81

4.2.2 Konsep Visual ... 82

4.3 Konsep Media ... 85

4.4 Hasil Karya ... 85

4.4.1 Logo Kampanye ... 87

4.4.2 Poster ... 87

4.4.2.1 Poster Serial ... 87

4.4.2.2 Poster Roadshow ... 94

4.4.2.3 Poster Event ... 95

4.4.3 Flyer ... 96

4.4.4 Mobil Roadshow ... 97

4.4.5 X-Banner ... 99

4.4.5.1 X-Banner Roadshow ... 99

4.4.5.2 X-Banner Event ... 100

4.4.6 Voucher ... 101

4.4.7 Spanduk ... 102

4.4.7.1 Spanduk Roadshow ... 102

4.4.7.2 Spanduk Event ... 102

4.4.8 Iklan Majalah ... 103

4.4.9 Umbul-Umbul Event ... 103

4.4.10 Backdrop ... 105

4.4.11 Photobooth ... 105

4.4.12 Notebook dan Bolpen ... 106

4.4.13 Balon dan Hangtag ... 108


(5)

4.4.12.2 Gimmick Event ... 110

4.4.15 Souvenir ... 111

4.4.16 Media Sosial: Facebook ... 113

4.5 Timeline Kampanye ... . 114

4.6 Budgeting ... 116

BAB V PENUTUP ... 117

5.1 Kesimpulan ... 117

5.2 Saran ... 118

DAFTAR PUSTAKA ... 119

LAMPIRAN ... 122

DATA PENULIS ... 212


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kuesioner Nomor 1 ... 66

Tabel 3.2 Kuesioner Nomor 2 ... 67

Tabel 3.3 Kuesioner Nomor 3 ... 67

Tabel 3.4 Kuesioner Nomor 4 ... 68

Tabel 3.5 Kuesioner Nomor 5 ... 68

Tabel 3.6 Kuesioner Nomor 6 ... 69

Tabel 3.7 Kuesioner Nomor 7 ... 69

Tabel 3.8 Kuesioner Nomor 8 ... 70

Tabel 3.9 Kuesioner Nomor 9 ... 70

Tabel 3.10 Kuesioner Nomor 10 ... 71

Tabel 3.11 Kuesioner Nomor 11 ... 71

Tabel 3.12 Kuesioner Nomor 12 ... 72

Tabel 3.13 Kuesioner Nomor 13 ... 72

Tabel 3.14 Kuesioner Nomor 14 ... 74

Tabel 4.1 Tabel Timeline ... 114


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Logo FAN ... 37

Gambar 3.2 Logo Dinas Pendidikan ... 39

Gambar 3.3 Logo Nestle ... 39

Gambar 3.4 Logo Majalah Bobo ... 39

Gambar 3.5 Karangan Bunga yang Meupakan Salah Satu Media Kampanye ... 44

Gambar 3.6 Baliho yang Terpasang di Area Kampus ITB ... 45

Gambar 3.7 Spanduk yang Terpasang di Area Kampus ITB ... 45

Gambar 3.8 Penyelenggara Kampanye Bersama Spanduk Anti Menyontek ... 46

Gambar 3.9 Pembagian Brosur Kampanye ... 46

Gambar 3.10 Bentuk Partisipasi Anti Menyontek ... 46

Gambar 3.11 Logo Kampanye ... 47

Gambar 3.12 Website Kampanye ... 47

Gambar 3.13 Petinggi-petinggi Negara Turut Berpartisipasi ... 48

Gambar 3.14 Pemasangan Spanduk Raksasa ‘Berani Jujur Hebat’ ... 49

Gambar 3.15 Pin Kampanye ... 50

Gambar 3.16 Contoh Kegiatan yang Dilaksanakan ... 50

Gambar 3.17 Logo Konferensi Anak Indonesia ... 51

Gambar 3.18 Suasana Konferensi Anak Nasional 2011 ... 52

Gambar 4.1 Logo Kampanye ‘Aku Bukan Penyontek’ ... 85

Gambar 4.2 Warna Logo Kampanye ‘Aku Bukan Penyontek’ ... 86

Gambar 4.3 Logo Grid Kampanye ‘Aku Bukan Penyontek’ ... 87

Gambar 4.4 Poster Serial 1 ... 89

Gambar 4.5 Poster Serial 2 ... 90

Gambar 4.6 Poster Serial 3 ... 91

Gambar 4.7 Poster Serial 4 ... 92

Gambar 4.8 Poster Serial 5 ... 93

Gambar 4.9 Poster Serial 6 ... 94

Gambar 4.10 Poster Roadshow ... 95

Gambar 4.11 Poster Event ... 96

Gambar 4.12 Flyer Roadshow Sekaligus Undangan untuk Orang Tua ... 97


(8)

Gambar 4.14 X-Banner Roadshow ... 99

Gambar 4.15 X-Banner Event ... 100

Gambar 4.16 Voucher Souvenir Event ... 101

Gambar 4.17 Spanduk Roadshow ... 102

Gambar 4.18 Spanduk Event ... 102

Gambar 4.19 Iklan Majalah ... 103

Gambar 4.20 Umbul-Umbul ... 104

Gambar 4.21 Backdrop ... 105

Gambar 4.22 Photobook ... 106

Gambar 4.23 Bolpen Roadshow ... 106

Gambar 4.24 Cover Depan dan Belakang Notebook ... 107

Gambar 4.25 Pembatas 1 dan 2 Notebook ... 107

Gambar 4.26 Pembatas 3 dan 4 Notebook ... 108

Gambar 4.27 Hangtag ... 108

Gambar 4.28 Stiker Roadshow ... 109

Gambar 4.29 Pin Roadshow ... 109

Gambar 4.30 Gantungan Kunci Event ... 110

Gambar 4.31 Pin Event ... 110

Gambar 4.32 Magnet Kulkas ... 111

Gambar 3.33 Goodie Bag ... 112

Gambar 3.34 Satu Set Alat Tulis ‘Kejujuran’ ... 112

Gambar 3.35 Kaos Event ... 113


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A: KUESIONER ... 122 LAMPIRAN B: SKETSA DAN PROSES ... 127


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Siapa pun itu, pasti pernah berbohong ataupun berlaku tidak jujur tanpa pandang usia. Bahkan, anak-anak sekolah dasar pun pun bisa melakukannya. Ada yang kedapatan berbohong pada guru dengan ijin pulang karena sakit, padahal tujuan utamanya ialah pergi ke warnet bersama teman-temannya. Tidak jarang juga dalam kejadian sehari-hari seorang anak berbohong pada orang tuanya, mungkin karena orang tua terlalu otoriter, ataupun karena orang tua memiliki kebiasaan menghukum sehingga seorang anak takut mengakui kesalahannya.

Mencoba menutupi sesuatu, tidak mengakui kesalahan, ataupun menyontek pun merupakan bibit ketidakjujuran, seperti hal yang sering dilakukan seorang anak untuk menutupi hasil ulangan yang buruk kepada orang tuanya. Berkata pada orang tuanya ulangan tersebut belum dibagikan, padahal hasil ulangan tersebut sudah dibagikan namun ia buang ke tempat sampah, karena ia mendapat nilai yang buruk. Perilaku tidak jujur lain yang dapat terjadi di sekolah ialah menyontek. Menyontek saat ulangan, menyalin PR teman, dan berbagai contoh kasus menyontek lainnya. Bila sedang mengerjakan soal ulangan sulit, terkadang seorang anak melirik ke jawaban temannya untuk menyontek, ataupun saling memberi kode untuk mendapatkan jawaban. Hal ini merupakan contoh perilaku yang tidak jujur.

“Menyontek adalah tindakan awal korupsi. Jika perbuatan curang ini sudah dianggap biasa, maka hal ini akan membuka perilaku yang lebih menghancurkan masyarakat. Tentu tidak ada yang mau demikian”. Begitulah kutipan Prof. Daniel M Rosyid yang dimuat dalam Koran Surya 10 Juni 2011. Kutipan tersebut membawa ingatan publik kepada kejadian Ny. Siami di Surabaya. Ny. Siami diusir oleh warga Tandes, Surabaya karena telah mengajarkan kejujuran kepada anaknya. Al, anak Ny. Siami, menolak memberikan contekan kepada teman-teman sekelas pada saat UNAS Mei 2011 lalu.


(11)

Hal ini patut diperhatikan, karena kebiasaan menyontek bukan permasalahan sepele. Apabila tidak diatasi sejak dini, maka akan menjadi kebiasaan yang buruk saat dewasa, dan menjadi bibit dari korupsi. Apalagi, harapan akan penerus bangsa ada di tangan mereka. Mengingat keadaan Indonesia saat ini yang tengah mengalami krisis karakter kejujuran, perlu sekali membangun generasi bangsa yang jujur. Nilai kejujuran telah hilang di bangsa kita. Bahkan, Bambang Widjojanto selaku salah satu pimpinan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) sedang menggiatkan kampanye ‘Berani Jujur Hebat!’ di kalangan masyarakat Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia memang memerlukan generasi yang jujur. Bila tidak dibiasakan jujur sejak dini, maka bukan tidak mungkin di kemudian hari akan semakin banyak permasalahan mengenai krisis kejujuran.

Dalam acara Teriakan Anti Korupsi, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan, ‘Pemberantasan korupsi tidak untuk diomongkan atau dipidatokan. Seruan moral tidak cukup. Tindakan amoral berupa korupsi adalah tindakan yang berasal dari kebiasaan. Seseorang melakukan korupsi karena sudah terbiasa bertindak tidak jujur. Karena itu, pemberantasannya pun harus melalui kebiasaan mempraktikkan kejujuran. Tempat yang tepat dan strategis untuk mempraktikkan kejujuran adalah sekolah. Sekolah merupakan tempat untuk menanamkan dan mempraktikkan kejujuran yang akan mengarah ke tindakan antikorupsi. Mengingat sekolah adalah tempat untuk melatih berpikir dan membuat berbagai pertimbangan; seseorang dikirim ke sekolah agar menjadi pandai dan baik, cerdas dan berkepribadian. Di dalam sekolah itulah berbagai kebiasaan mewujudkan nilai (value) dilatihkan, baik secara langsung maupun tidak.’

Dengan demikian, salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan diatas ialah menginformasikan dan menanamkan kepada anak-anak tersebut pentingnya kejujuran dalam kehidupan sehari-hari, agar mereka terbiasa berlaku jujur dalam kehidupan sehari-hari.

Kejujuran dapat dilakukan mulai dari skala yang terkecil, contohnya tidak menyontek. Menyontek adalah cikal-bakal dari tindakan korupsi karena menyontek mengajarkan kepada kita bahwa kita tidak perlu belajar keras untuk mendapatkan nilai yang bagus, cukup dengan berlaku tidak jujur maka nilai bagus akan kita dapatkan. Prinsip yang


(12)

sama juga tertanam di dalam korupsi, yang mengisyaratkan bahwa kita tidak perlu bersusah-payah membanting tulang untuk mendapatkan uang. Orang yang terbiasa menyontek maka lama-lama di dalam dirinya terbangun paham bahwa menyontek itu hal yang biasa saja. Karena dianggap biasa, maka jika nanti menduduki jabatan pun ia akan menganggap bahwa mengambil sesuatu yang bukan haknya (korupsi) juga perbuatan biasa.

Tidak menyontek adalah bagian dari bertindak jujur. Karena dengan tidak menyontek, seorang anak dilatih untuk berlaku jujur. Meskipun dimulai dari hal yang sederhana, mereka akan terbiasa untuk berlatih jujur dalam kehidupan sehari-hari, hingga kebiasaan ini akan tertanam hingga mereka dewasa nanti, dan berbuah menjadi seorang anak yang memiliki karakter kejujuran.

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan yang ada ialah sebagai berikut:

 Bagaimana cara menyampaikan informasi secara tepat dan efektif kepada anak-anak, agar menyadari pentingnya kejujuran, dalam contoh kasus mengenai anti menyontek, yang ditanamkan dan dibiasakan sejak dini dalam kehidupan sehari-hari?

Ruang lingkup: Dari beberapa contoh permasalahan mengenai kejujuran, hanya dibahas mengenai anti menyontek, dan tidak membahas permasalahan kejujuran lain. Ditujukan kepada anak kelas 4-6 SD yang ada di wilayah Bandung.

1.3 Tujuan Perancangan

Berangkat dari permasalahan diatas, maka tujuan dari perancangan tugas akhir ini ialah:

 Menyampaikan informasi secara tepat dan efektif kepada anak-anak agar menyadari pentingnya kejujuran, dalam contoh kasus mengenai anti menyontek, yang ditanamkan dan dibiasakan sejak dini dalam kehidupan sehari-hari.


(13)

1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas akhir ini, penulis menggunakan teknik sebagai berikut:

1.4.1 Observasi

Kegiatan observasi meliputi pencatatan secara sistematis atas kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan guna mendukung penelitian yang dilakukan secara umum dimana penulis mengumpulkan data atau informasi sebanyak mungkin. Dalam hal ini penulis melakukan observasi ke beberapa Sekolah Dasar yang ada di Kota Bandung, yaitu SD Paulus, SDN Sukasari 1, dan SDN Cibogo.

1.4.2 Wawancara

Wawancara atau interview adalah usaha pengumpulan informasi dengan mengajukan pertanyaan kepada narasumber maupun langsung pada objek penelitian itu sendiri. Tujuan utamanya ialah untuk mendapatkan informasi relevan, dan yang berkaitan dengan objek penelitian. Penulis melakukan wawancara dengan psikolog yang juga mengajar di Fakultas Psikologi, Ibu Jane Savitri, M.Si, Psikolog, dan Ibu Vida Handayani M.Psi, Psikolog, wawancara dengan Ibu Mariana kepala sekolah SD Paulus, wawancara dengan Ibu Herlina kepala sekolah SDN Sukasari 1, wawancara dengan guru-guru yang ada di SDN Sukasari 1, dan SDN Cibogo, serta wawancara dengan beberapa orang tua murid. Selain itu penulis juga mewawancarai langsung beberapa murid SD Paulus, SDN Sukasari 1, dan SDN Cibogo yang ada di kota Bandung.

1.4.3 Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi pertanyaan tertulis dan terstruktur kepada responden, untuk menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan. Kuesioner ini dapat menjadi tolak ukur sekaligus pendukung data dalam tugas akhir ini. Penulis menyebarkan kuesioner pada anak laki-laki maupun perempuan yang duduk di kelas 4-6 SD sebanyak 141 orang.


(14)

1.4.4 Tinjauan Pustaka

Dalam tinjauan pustaka, studi didapat dari buku, arsip, majalah, jurnal, koran, dan internet yang mendukung perancangan tugas akhir penulis. Studi pustaka juga digunakan sebagai pendukung dari teori.


(15)

1.5 Skema Perancangan

Skema Perancangan Kampanye Kejujuran untuk Anak Kelas 4-6 SD di Kota Bandung

FAKTA

Indonesia sedang krisis moral kejujuran.

Di tingkat yang besar yaitu dalam pemerintahan, sedang marak kasus korupsi. Sedangkan di tingkat yang lebih kecil yaitu di sekolah-sekolah, marak kasus menyontek.

MASALAH

Anak-anak sekolah sebagian besar masih melakukan kegiatan menyontek dalam studinya di kehidupan sehari-hari.

IDENTIFIKASI AWAL

Observasi, wawancara, studi pustaka, kuesioner.

PEMECAHAN MASALAH

Merancang kampanye agar anak-anak tidak menyontek lagi dalam proses belajar.

TARGET

Primer: Ditujukan bagi anak berusia 10 – 12 tahun yang duduk di kelas 4-6 Sekolah Dasar, yang aktif dan suka berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

Sekunder: Orang Tua dari anak-anak tersebut, yang berusia sekitar 30 – 40 tahun, yang ingin anak-anaknya memiliki karakter yang baik, dan yang menginginkan hal terbaik untuk anak-anak-anaknya.

STRATEGI KOMUNIKASI

Judul dari kampanye ini ialah ‘Aku Bukan Penyontek’, yang memiliki

makna positif serta seolah-olah sedang mendeklarasikan bahwa mereka memang bukan penyontek.

HASIL AKHIR TUJUAN

Memberi informasi dan menyadarkan anak-anak kelas 4-6 SD sehingga mereka tidak menyontek lagi.

STRATEGI KREATIF

Bentuk visual yang ditampilkan melalui tokoh Doni dan Dina yang duduk di bangku SD, agar relevan dengan target dan dapat direfleksikan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Menggunakan teknik ilustrasi karena disukai oleh anak-anak.

STRATEGI MEDIA

Merancang roadshow dan event agar anak-anak dapat lebih memahami konsep kejujuran dan

dapat mempraktekkannya, serta terbiasa untuk tidak menyontek dalam kehidupan sehari-hari.


(16)

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan data dan fakta yang diperoleh, banyak siswa-siswi yang duduk di kelas 4-6 Sekolah Dasar yang bertindak tidak jujur dengan menyontek PR dan juga pada saat ulangan. Mereka juga tidak mengetahui akibat buruk dan dampak-dampak negatif dari menyontek, seperti kurangnya rasa percaya akan kemampuan diri sendiri, dan kemampuan yang tidak maksimal. Bahkan jika terus menerus menyontek, maka akan memicu tindak plagiarism, dan akibat paling berbahaya dari menyontek ialah korupsi. Selain itu, orang tua mereka kebanyakan tidak paham akan bahaya dari menyotek bagi masa depan anak mereka, sehingga anak yang menyontek dibiarkan saja tanpa dicari solusinya.

Diperlukan upaya untuk menanamkan sifat kejujuran, dan upaya tersebut dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya menghilangkan kebiasaan menyontek. Upaya tersebut diwujudkan dalam kampanye ‘Aku Bukan Penyontek’. Kampanye dilakukan dalam tiga tahap, yaitu conditioning, informing, dan reminding. Tahap conditioning, kampanye lebih diarahkan untuk menarik perhatian, sekaligus memberi sedikit informasi mengenai akibat menyontek serta cara agar tidak menyontek lagi melalui cerita yang dibuat dalam bentuk 6 poster serial yang ditempel di 4 Sekolah Dasar. Tahap kedua ialah informing, dilakukan dalam bentuk roadshow yang diadakan di 4 Sekolah Dasar yang ada di kota Bandung. Dalam talkshow ini akan ada penjelasan lebih lanjut mengenai menyontek, akibat dari menyontek, cara mengatasinya, dsb. Orang tua juga diundang hadir karena ada sesi khusus untuk orang tua. Tahap ketiga berupa event dimana target diajak langsung mempraktekkan kejujuran, berinteraksi, dan bermain. Mereka juga akan melakukan janji bersama-sama untuk tidak menyontek lagi dan menerbangkannya menggunakan balon. Diharapkan event ini dapat menjadi pengingat bagi target sasaran untuk selalu bertindak jujur.


(17)

5.2 Saran

Berdasarkan pada hasil analisis yang telah dilakukan, penulis akan mencoba untuk memberikan saran yang mungkin akan berguna dalam melakukan kampanye, yaitu melakukan riset terlebih dahulu untuk dapat mengerti dengan baik permasalahan yang ada.Setelah itu buatlah kerangka berpikir dan juga timeline yang jelas untuk mendukung kelancaran kampanye yang akan dibuat. Pemilihan media juga harus diperhatikan karena jika tidak benar dalam memilih media, maka akan mengeluarkan biaya yang lebih besar. Pilih media yang efektif.

Selain itu, apabila targetnya anak-anak, maka media kampanyenya pun berbeda dengan target kampanye untuk remaja ataupun orang dewasa. Untuk anak-anak harus ada acara atau event yang membuat mereka terlibat sehingga memudahkan mereka untuk mengingat kampanye yang dilakukan.


(18)

DAFTAR PUSTAKA

Burns, S.R., Davis, S.F,. Hoshino, J., Miller, R.L. 1988. "Academic Dishonesty: A Delineation of Cross-cultural Patterns". College Students Journal, 32, 590-597.

Carolli, C.A. 2004. "Cheating is Pervasive Problem in Education, Forum Participants say". Education Week, 23, 10.

Charles U. Larson. 1992. Highlights for Persuasion. Academic Internet Publishers.

Davis, S.F.,Grover,C.A., Becker,.A.H. & Mc Gregor,L.N. 1992. "Academic dishonesty: Prevalence, Determinants, Techniques and Punishmenta". Teaching of Psychology, 19, 16-20.

Desmita. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.

Eric M Anderman and Tamerra B Murdock. 2007. Psychology of Academic Cheating, USA: Alfie Kohn .

Gunarsa, Singgih D. 2001. Menyikapi Periode Kritis Pada Anak dan Dampaknya Pada Profil Kepribadian tahun 2001 dalam Psikologi Perkembangan Pribadi dari bayi sampai lanjut usia. Editor: S. C. Utami Munandar. Jakarta: UI Press.

Houston, J.P. 1987. ”Curve linear Relationship among Anticipated Success, Cheating Behavior, Temptation to Cheat, and Perceived Instrumentality of Cheating”. Journal of Educational Psychology,70, 758-762.

Hurlock, Elizabeth B. 1998. Psikologi Perkembangan, terj. Istiwidiyanti dan Soedjarwo. Jakarta: Erlangga.

Mussen, Paul Henry, dkk. 1984. Perkembangan dan Kepribadian Anak. Jakarta: Penerbit Erlangga.


(19)

Newstead, S.E., Stokes, A.F., & Armstead, P. 1996. ”Individual Difences in Student

cheating". Journal of Educational Psychology, 88, 229-241.

Perry, K. David. 2002. Theory And Research In Mass Communication. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, inc.

Piaget, J. 1970. Science of Education and The Psychology of The Child. Vilung: New York.

Poedjinoegroho, B. 2006. “Guru Profesional, Adakah?”, SKH Kompas, Kamis, 5 Januari, hlm 7.

Setiadi Arif Iman. 2006. Dinamika Kepribadian; Gangguan Dan Terapinya. Bandung : PT Refika Aditama.

Santoso, T. 1991. Menyontek Bukan Seni. Dalam Kartini Kartono (ed.). Bimbingan Bagi Anak Remaja yang Bermasalah. Jakarta: Rajawali Press.

Santrok, John W. 2002. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5 Jilid 1. Jakarta: Erlangga (Teori Perkembangan Moral Anak).

Santrock, John W. 2008. Perkembangan Anak. Erlangga: Jakarta.

Schaefer, Charles E., Millman, Howard L. 1981. How to Help Children with Common Problems. New York : Van Nostrand Reinhold Company.

Soemantri, S. 2005. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama.

Sujana. 1994. ”Hubungan Antara Kecenderungan Pusat Kendali Internal dengan

Intensi Menyontek”. Jurnal Psikologi, Vol. 21. h. 18.

Teori Rogers dan Storey (1987) yang dituturkan oleh Antar Venus, dalam bukunya yang berjudul Manajemen Kampanye (2004:7).


(20)

Witley, B.E. 1998. ” Factors Associated With Cheating Among college students: A

review”. Research in Higher Education, 39.

Yusuf, Syamsu. 2011. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Website

http://www.scribd.com/doc/40165344/Arti-jujur Diakses 28-02-13 pukul 12.49

http://id.wikipedia.org/wiki/Kebohongan/ Diakses 28-02-13 01.00

http://bahasa.cs.ui.ac.id/kbbi/kbbi.php?keyword=bohong&varbidang=all&vardialek=a ll&varragam=all&varkelas=all&submit=tabel Diakses 28-02-13 pukul 01.00

http://www.artikata.com/arti-360235-kebohongan.html/ Diakses 28-02-13 01.00

http://www.solopos.com/2011/10/19/pendidikan-karakter-minus-kejujuran-120321 Diakses pada 22-03-2013 pukul 00.35

http://www.infoanak.com/cara-mengatasi-kebiasaan-mencontek-pada-anak/ Diakses pada 23-03-13 pukul 14.44

http://analisisartikelcc.blogspot.com/2008/04/biasa-mencontek-melahirkan-koruptor.html


(1)

1.5 Skema Perancangan

Skema Perancangan Kampanye Kejujuran untuk Anak Kelas 4-6 SD di Kota Bandung

FAKTA

Indonesia sedang krisis moral kejujuran.

Di tingkat yang besar yaitu dalam pemerintahan, sedang marak kasus korupsi. Sedangkan di tingkat yang lebih kecil yaitu di sekolah-sekolah, marak kasus menyontek.

MASALAH

Anak-anak sekolah sebagian besar masih melakukan kegiatan menyontek dalam studinya di kehidupan sehari-hari.

IDENTIFIKASI AWAL

Observasi, wawancara, studi pustaka, kuesioner.

PEMECAHAN MASALAH

Merancang kampanye agar anak-anak tidak menyontek lagi dalam proses belajar.

TARGET

Primer: Ditujukan bagi anak berusia 10 – 12 tahun yang duduk di kelas 4-6 Sekolah Dasar, yang aktif dan suka berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

Sekunder: Orang Tua dari anak-anak tersebut, yang berusia sekitar 30 – 40 tahun, yang ingin anak-anaknya memiliki karakter yang baik, dan yang menginginkan hal terbaik untuk anak-anak-anaknya.

STRATEGI KOMUNIKASI

Judul dari kampanye ini ialah ‘Aku Bukan Penyontek’, yang memiliki

makna positif serta seolah-olah sedang mendeklarasikan bahwa mereka memangbukan penyontek.

HASIL AKHIR TUJUAN

Memberi informasi dan menyadarkan anak-anak kelas 4-6 SD sehingga mereka tidak menyontek lagi.

STRATEGI KREATIF

Bentuk visual yang ditampilkan melalui tokoh Doni dan Dina yang duduk di bangku SD, agar relevan dengan target dandapat direfleksikan dalam kehidupan sehari-harimereka. Menggunakan teknik ilustrasi karena disukai oleh anak-anak.

STRATEGI MEDIA

Merancang roadshow dan event agar anak-anak dapat lebih memahami konsep kejujuran dan

dapat mempraktekkannya, serta terbiasa untuk tidak menyontek dalam kehidupan sehari-hari.


(2)

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan data dan fakta yang diperoleh, banyak siswa-siswi yang duduk di kelas 4-6 Sekolah Dasar yang bertindak tidak jujur dengan menyontek PR dan juga pada saat ulangan. Mereka juga tidak mengetahui akibat buruk dan dampak-dampak negatif dari menyontek, seperti kurangnya rasa percaya akan kemampuan diri sendiri, dan kemampuan yang tidak maksimal. Bahkan jika terus menerus menyontek, maka akan memicu tindak plagiarism, dan akibat paling berbahaya dari menyontek ialah korupsi. Selain itu, orang tua mereka kebanyakan tidak paham akan bahaya dari menyotek bagi masa depan anak mereka, sehingga anak yang menyontek dibiarkan saja tanpa dicari solusinya.

Diperlukan upaya untuk menanamkan sifat kejujuran, dan upaya tersebut dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya menghilangkan kebiasaan menyontek. Upaya tersebut diwujudkan dalam kampanye ‘Aku Bukan Penyontek’.

Kampanye dilakukan dalam tiga tahap, yaitu conditioning, informing, dan reminding. Tahap conditioning, kampanye lebih diarahkan untuk menarik perhatian, sekaligus memberi sedikit informasi mengenai akibat menyontek serta cara agar tidak menyontek lagi melalui cerita yang dibuat dalam bentuk 6 poster serial yang ditempel di 4 Sekolah Dasar. Tahap kedua ialah informing, dilakukan dalam bentuk roadshow yang diadakan di 4 Sekolah Dasar yang ada di kota Bandung. Dalam talkshow ini akan ada penjelasan lebih lanjut mengenai menyontek, akibat dari menyontek, cara mengatasinya, dsb. Orang tua juga diundang hadir karena ada sesi khusus untuk orang tua. Tahap ketiga berupa event dimana target diajak langsung mempraktekkan kejujuran, berinteraksi, dan bermain. Mereka juga akan melakukan janji bersama-sama untuk tidak menyontek lagi dan menerbangkannya menggunakan balon. Diharapkan event ini dapat menjadi pengingat bagi target sasaran untuk selalu bertindak jujur.


(3)

5.2 Saran

Berdasarkan pada hasil analisis yang telah dilakukan, penulis akan mencoba untuk memberikan saran yang mungkin akan berguna dalam melakukan kampanye, yaitu melakukan riset terlebih dahulu untuk dapat mengerti dengan baik permasalahan yang ada.Setelah itu buatlah kerangka berpikir dan juga timeline yang jelas untuk mendukung kelancaran kampanye yang akan dibuat. Pemilihan media juga harus diperhatikan karena jika tidak benar dalam memilih media, maka akan mengeluarkan biaya yang lebih besar. Pilih media yang efektif.

Selain itu, apabila targetnya anak-anak, maka media kampanyenya pun berbeda dengan target kampanye untuk remaja ataupun orang dewasa. Untuk anak-anak harus ada acara atau event yang membuat mereka terlibat sehingga memudahkan mereka untuk mengingat kampanye yang dilakukan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Burns, S.R., Davis, S.F,. Hoshino, J., Miller, R.L. 1988. "Academic Dishonesty: A Delineation of Cross-cultural Patterns". College Students Journal, 32, 590-597.

Carolli, C.A. 2004. "Cheating is Pervasive Problem in Education, Forum Participants say". Education Week, 23, 10.

Charles U. Larson. 1992. Highlights for Persuasion. Academic Internet Publishers.

Davis, S.F.,Grover,C.A., Becker,.A.H. & Mc Gregor,L.N. 1992. "Academic dishonesty: Prevalence, Determinants, Techniques and Punishmenta". Teaching of

Psychology, 19, 16-20.

Desmita. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.

Eric M Anderman and Tamerra B Murdock. 2007. Psychology of Academic Cheating, USA: Alfie Kohn .

Gunarsa, Singgih D. 2001. Menyikapi Periode Kritis Pada Anak dan Dampaknya

Pada Profil Kepribadian tahun 2001 dalam Psikologi Perkembangan Pribadi dari bayi sampai lanjut usia. Editor: S. C. Utami Munandar. Jakarta: UI Press.

Houston, J.P. 1987. ”Curve linear Relationship among Anticipated Success, Cheating Behavior, Temptation to Cheat, and Perceived Instrumentality of Cheating”. Journal

of Educational Psychology,70, 758-762.

Hurlock, Elizabeth B. 1998. Psikologi Perkembangan, terj. Istiwidiyanti dan Soedjarwo. Jakarta: Erlangga.

Mussen, Paul Henry, dkk. 1984. Perkembangan dan Kepribadian Anak. Jakarta: Penerbit Erlangga.


(5)

Newstead, S.E., Stokes, A.F., & Armstead, P. 1996. ”Individual Difences in Student

cheating". Journal of Educational Psychology, 88, 229-241.

Perry, K. David. 2002. Theory And Research In Mass Communication. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, inc.

Piaget, J. 1970. Science of Education and The Psychology of The Child. Vilung: New York.

Poedjinoegroho, B. 2006. “Guru Profesional, Adakah?”, SKH Kompas, Kamis, 5

Januari, hlm 7.

Setiadi Arif Iman. 2006. Dinamika Kepribadian; Gangguan Dan Terapinya. Bandung : PT Refika Aditama.

Santoso, T. 1991. Menyontek Bukan Seni. Dalam Kartini Kartono (ed.). Bimbingan

Bagi Anak Remaja yang Bermasalah. Jakarta: Rajawali Press.

Santrok, John W. 2002. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5

Jilid 1. Jakarta: Erlangga (Teori Perkembangan Moral Anak).

Santrock, John W. 2008. Perkembangan Anak. Erlangga: Jakarta.

Schaefer, Charles E., Millman, Howard L. 1981. How to Help Children with Common

Problems. New York : Van Nostrand Reinhold Company.

Soemantri, S. 2005. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama.

Sujana. 1994. ”Hubungan Antara Kecenderungan Pusat Kendali Internal dengan

Intensi Menyontek”. Jurnal Psikologi, Vol. 21. h. 18.

Teori Rogers dan Storey (1987) yang dituturkan oleh Antar Venus, dalam bukunya yang berjudul Manajemen Kampanye (2004:7).


(6)

Witley, B.E. 1998. ” Factors Associated With Cheating Among college students: A

review”. Research in Higher Education, 39.

Yusuf, Syamsu. 2011. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Website

http://www.scribd.com/doc/40165344/Arti-jujur Diakses 28-02-13 pukul 12.49

http://id.wikipedia.org/wiki/Kebohongan/ Diakses 28-02-13 01.00

http://bahasa.cs.ui.ac.id/kbbi/kbbi.php?keyword=bohong&varbidang=all&vardialek=a ll&varragam=all&varkelas=all&submit=tabel Diakses 28-02-13 pukul 01.00

http://www.artikata.com/arti-360235-kebohongan.html/ Diakses 28-02-13 01.00

http://www.solopos.com/2011/10/19/pendidikan-karakter-minus-kejujuran-120321 Diakses pada 22-03-2013 pukul 00.35

http://www.infoanak.com/cara-mengatasi-kebiasaan-mencontek-pada-anak/ Diakses pada 23-03-13 pukul 14.44

http://analisisartikelcc.blogspot.com/2008/04/biasa-mencontek-melahirkan-koruptor.html