Efek Pemberian Madu Terhadap Waktu Penutupan Luka Pada Mukosa Rongga Mulut (Studi Eksperimental Pada Tikus Wistar Jantan).

(1)

ABSTRAK

Kasus luka pada mulut sering terjadi di masyarakat Indonesia. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Selama ini masyarakat mengobati luka dengan menggunakan obat antiseptik. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui efek pemberian madu dapat mempercepat proses penyembuhan luka. Hewan coba yang digunakan adalah tikus Wistar jantan yang berjumlah 27 ekor. Mukosa mulut kiri bawah tikus diinsisi sepanjang 5 mm dan tebal 2 mm. Kemudian dibagi 3 kelompok, kelompok pertama diberikan akuades, kelompok kedua diberikan povidone iodine 1% secara topikal, dan kelompok ketiga diberikan madu secara topikal. Pengobatan dan pengukuran luka dilakukan setiap hari sampai luka menutup dengan sempurna.

Data yang diukur adalah durasi penyembuhan luka dalam hari. Analisis data menggunakan uji ANOVA one way dilanjutkan dengan uji Tukey HSD dengan α=0,05, nilai kemaknaan p≤0,05.

Hasil penelitian menunjukkan penyembuhan luka dalam hari pada kelompok akuades: 10 hari, kelompok povidone iodine 1%: 9 hari, dan kelompok madu: 8,33 hari. Hasil uji Tukey HSD diperoleh bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok madu dengan kelompok akuades dan povidone iodine 1%.

Simpulan adalah pemberian madu secara topikal dapat mempercepat waktu penyembuhan luka insisi pada mukosa mulut tikus Wistar jantan.


(2)

ABSTRACT

Cases of wound in the mouth often occur in Indonesian peoples. Wound is lost or damaged part of tissues. During this time people treat wounds using antiseptic. The purpose of this research are to know the effect of honey in wound healing duration.

The experimental using 27 rats male Wistar. Incision in the bottom left mucosal as long as 5 mm and depth of 2 mm. Divided into 3 groups, the first group was applied with aquades, the second group was applied topically with povidone iodine 1%, the third group was applied topically by honey. The treatments and measurement was conducted every day until the wound healed perfectly.

The measured data was the duration of wound healing in day. Data analysis using one way ANOVA test followed by Tukey HSD test with α=0,05 significance with p value p≤ 0,05.

The result of this research showed wound healing in days. The aquades group was 10 days, povidone iodine 1% group was 9 days, and honey bee was 8,33 days. Tukey HSD result is significant differences between honey bee with aquades and Povidone Iodine 1% group.

Conclusion are the treatment with honey can accelerate the healing duration of wound in oral mucous Wistar rats.


(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

SURAT PERSETUJUAN PERBAIKAN (REVISI) ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR GRAFIK ... xvi

DAFTAR DIAGRAM ...xvii

DAFTAR LAMPIRAN...xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1 Manfaat Penelitian ... 3


(4)

1.3.1.2 Manfaat Praktis ... 3

1.4 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 4

1.4.1 Kerangka Pemikiran ... 4

1.4.2 Hipotesis ... 5

1.5 Metodologi ... 5

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mukosa Mulut ... 6

2.1.1 Definisi Mukosa Mulut ... 6

2.1.2 Anatomi dan Histologi Mukosa Mulut ... 6

2.1.3 Fungsi Mukosa Mulut ... 9

2.2 Luka dan Penyembuhan Luka ... 9

2.2.1 Definisi Luka ... 9

2.2.2 Jenis-Jenis Luka ... 10

2.2.2.1 Luka Abrasi ... 10

2.2.2.2 Luka Kontusio ... 10

2.2.2.3 Hematoma ... 10

2.2.2.4 Laserasi ... 11

2.2.2.5 Luka Tembus ... 11

2.2.2.6 Benda Asing ... 11

2.2.3 Fase Penyembuhan Luka ... 12


(5)

2.2.3.2 Fase Proliferasi ... 13

2.2.3.3 Fase Remodelling ... 14

2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka ... 15

2.3 Madu ... 16

2.3.1 Definisi Madu ... 16

2.3.2 Taksonomi Lebah Madu ... 18

2.3.3 Pembentukan Madu ... 18

2.3.4 Kandungan Kimia dan Zat Gizi Madu... 19

2.3.5 Manfaat Madu Secara Umum ... 20

2.3.6 Efek Madu Terhadap Penyembuhan Luka ... 21

2.3.7 Efek Samping Madu ... 22

2.4 Povidone Iodine ... 23

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Penelitian ... 24

3.1.1 Bahan Penelitian ... 24

3.1.2 Alat Penelitian ... 25

3.2 Metode Penelitian ... 26

3.2.1 Desain Penelitian ... 26

3.2.2 Variabel Penelitian ... 26

3.2.3 Definisi Operasional ... 27

3.2.4 Besar Sampel Penelitian ... 27


(6)

3.3.1 Kriteria Inklusi ... 28

3.3.2 Kriteria Eksklusi ... 28

3.4 Prosedur Kerja ... 28

3.4.1 Pengumpulan Bahan ... 30

3.4.2 Penyiapan Hewan Coba ... 30

3.5 Metode Analisis ... 30

3.6 Hipotesis Statistik ... 30

3.7 Kriteria Uji ... 31

3.8 Aspek Etik Penelitian ... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 32

4.1.1 Hasil Penutupan Luka ... 32

4.1.2 Hasil Analisis Statistik... 34

4.2 Pembahasan ... 35

4.3 Uji Hipotesis ... 37

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 38

5.2 Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39


(7)

(8)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

Tabel 4.1 Rata-rata Waktu Penutupan Luka Tiap

Kelompok …... 32 Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik one-way ANOVA... 34 Tabel 4.3 Rerata Waktu Penyembuhan Luka Tiap


(9)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

Gambar 2.1 Lapisan Epitel Mukosa Rongga Mulut... 8

Gambar 2.2 Fase Inflamasi ...………... 13

Gambar 2.3 Fase Proliferasi ...……… 14

Gambar 2.4 Fase Remodelling………... 15

Gambar 2.5 Madu………... 17

Gambar 2.6 Lebah Madu (Apis mellifera)….……... 18

Gambar 3.1 Bahan penelitian... 24


(10)

DAFTAR GRAFIK

No Judul Halaman

Grafik 4.1 Grafik rata-rata waktu penyembuhan luka


(11)

DAFTAR DIAGRAM

No Judul Halaman


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1 Dokumentasi Penelitian... 42 2 Hasil Data Penelitian...………. 44 3

4

Hasil Analisis Statistik………..

Etik Penelitian...

45 51


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia sering terjadi di masyarakat indonesia. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan. Proses yang kemudian terjadi pada jaringan yang rusak ini ialah penyembuhan luka yang dapat dibagi dalam tiga fase, yaitu fase inflamasi, proliferasi, dan fase remodelling jaringan.1

Luka insisi merupakan luka yang disebabkan oleh benda tajam. Luka ini memiliki sifat bagian tepi luka yang licin, hilangnya hubungan antar jaringan dan tidak ada jaringan nekrosis.2 Luka insisi dapat ditemukan pada luka insisi akibat pembedahan, penyembuhannya lebih cepat, dan sedikit jaringan nekrosis pada bagian tepi luka, dan juga ditemukan pada luka akibat menggunakan gunting, elektro scalpel atau laser.3

Selama ini masyarakat mengobati luka dengan menggunakan obat antiseptik.4 Efek samping yang ditimbulkan obat berbahan kimia menyebabkan masyarakat lebih memilih menggunakan obat tradisional.5,6

Di zaman Yunani dan Mesir kuno, madu sering digunakan untuk mengawetkan daging sehingga hasilnya masih tetap segar setelah beberapa minggu disimpan.


(14)

2

Selain itu madu sudah dimanfaatkan untuk mengobati luka bakar dan luka akibat benda tajam.7

Madu adalah cairan manis yang berasal dari nektar tanaman yang diproses oleh lebah menjadi madu dan tersimpan dalam sel-sel sarang lebah. Sejak ribuan tahun yang lalu sampai sekarang ini, madu telah dikenal sebagai salah satu bahan makanan atau minuman alami yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan. Madu memiliki manfaat dalam berbagai aspek, antara lain dari segi pangan, kesehatan dan kecantikan. Selain itu, madu sering pula digunakan untuk obat-obatan. Madu merupakan salah satu obat tradisional tertua yang dianggap penting untuk pengobatan penyakit pernafasan, infeksi saluran pencernaan, mengobati luka, serta luka bakar .8

Pada penelitian terdahulu menurut Dina Dewi pada tahun 2010 didapatkan bahwa madu dapat mempercepat penyembuhan luka bakar derajat II, sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui apakah madu dapat mempercepat penyembuhan luka pada mukosa mulut.9

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah ini, berdasarkan latar belakang tersebut adalah apakah madu dapat mempercepat waktu penutupan luka insisi pada mukosa mulut tikus Wistar jantan.


(15)

3

1.3 Maksud danTujuan Penelitian

Maksud dalam penelitian ini adalah mencari bahan alternatif untuk mempercepat proses penutupan luka dengan menggunakan madu.

Tujuan penelitian ini adalah menilai berapa lama waktu yang dibutuhkan madu yang diberikan secara topikal terhadap penutupan luka insisi pada mukosa mulut tikus Wistar jantan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademik

Manfaat akademik dalam penelitian ini ditujukan agar dapat menambah pengetahuan tentang efek madu terhadap penyembuhan luka pada mukosa mulut, dan memberikan informasi ilmiah dalam bidang farmakologi mengenai madu terhadap penyembuhan luka pada mukosa mulut.

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dalam penelitian ini untuk memberikan informasi alternatif kepada masyarakat tentang penggunaan madu dalam penyembuhan luka insisi pada mukosa mulut, dan hasil penelitian ini diharapkan menjadi landasan ilmiah penggunaan madu bagi masyarakat.


(16)

4

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Madu adalah cairan kental yang dihasilkan oleh lebah madu dari berbagai sumber nektar. Senyawa–senyawa yang terkandung dalam madu bunga berasal dari nektar berbagai jenis bunga. Nektar adalah suatu senyawa kompleks yang dihasilkan oleh kelenjar “necterifier” tanaman dalam bentuk larutan gula yang bervariasi. Komponen utama dari nektar adalah sukrosa, fruktosa, dan glukosa serta terdapat juga dalam jumlah kecil sedikit zat–zat gula lainnya seperti maltosa, melibiosa, rafinosa serta turunan karbohidrat lainnya.7

Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino, karbohidrat, protein, beberapa jenis vitamin serta mineral adalah zat gizi dalam madu yang mudah diserap oleh sel-sel tubuh. Sejumlah mineral yang terdapat dalam madu seperti magnesium, kalium, potasium, sodium, klorin, sulfur, besi dan fosfat. Madu juga mengandung vitamin, seperti vitamin E dan vitamin C serta vitamin B1, B2 dan B6.8 Selain itu madu juga mengandung zat antibiotik yang berguna untuk melawan bakteri patogen penyebab penyakit infeksi. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan beberapa mikroorganisme yang berhubungan dengan penyakit atau infeksi dapat dihambat oleh madu.10

Lebah menghasilkan propolis dan manusia dapat memanfaatkan propolis sebagai bahan kosmetik, teknologi pengolahan makanan dan obat-obatan. Propolis mengandung senyawa kompleks vitamin, mineral, enzim, senyawa fenolik dan flavonoid untuk menghambat pelepasan histamin dengan cara stabilisasi selaput sel lipid.11


(17)

5

Komposisi propolis dapat berfungsi untuk memperbaiki kondisi patologi dari bagian tubuh yang sakit, bekerja sebagai antioksidan dan antibiotik serta meningkatkan sistem kekebalan karena mengandung flavonoid sekitar 15% ,12 sehingga madu dipercaya dapat digunakan untuk luka yakni sebagai antimikroba dan dapat mempercepat pertumbuhan jaringan pada luka.13

1.4.2 Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah pemberian madu secara topikal dapat mempercepat waktu penutupan luka insisi pada mukosa mulut tikus Wistar jantan.

1.5 Metodologi

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik menggunakan

Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data yang dinilai adalah waktu penyembuhan luka dalam satuan hari. Data dianalisis dengan menggunakan statistik metode ANOVA dengan α = 0,05. Tingkat kemaknaan dinilai berdasarkan nilai p < 0,05.

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung.


(18)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Simpulan penelitian adalah pemberian madu secara topikal mempercepat waktu penutupan luka insisi pada mukosa oral tikus Wistar jantan.

5.2 Saran

1. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efek madu dibidang kedokteran gigi sebagai penyembuhan luka.

2. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efek madu dengan variasi dosis, sehingga didapatkan dosis yang optimal.

3. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efek madu dengan variasi cara pemberian (sediaan) sehingga didapatkan cara pemberian yang optimal. 4. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pemeriksaan


(19)

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat R, Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta. 2005.

2. Marzoeki D. Ilmu Bedah Luka dan Perawatannya. Airlangga University Press. Surabaya. 1993.

3. Fossum TW. Small Animal Surgery. Mosby New York. USA. 1997.

4. Sodikin M. Konsep Perawatan Luka Bersih. Makalah Pelatihan Keperawatan Wound Management. 2002.

5. Cruse PJE, McPhedran NT. Prinsip Dasar Ilmu Bedah Sabiston. Buku 1. Jakarta: ECG. 1995.

6. Mundipharma. Betadine® antiseptic. http: //home. intekom.com /pharm / adcock /betadne-c.html. 2004.

7. Suranto A. Khasiat dan Manfaat Madu Herbal. Edisi 1. Jakarta: Agromedia Pustaka. 2004.

8. Mulu A, Tessema B, Derby F. In vitro Assesment of The Antimicrobial Potential of Honey on Common Human Pathogens. Ethiop. J. Health Dev. 2004.

9. Dewi D, Sanarto, dan Taqiyah B. Pengaruh Frekuensi Perawatan Luka Bakar Deraja II Dengan Madu Nectar Flora Terhadap Lama Penyembuhan Luka. Jurnal Keperawatan. 2010.

10. Ratnayani K, Adhi DS, dan Gitadewi I. Penentuan Kadar Glukosa Dan Fruktosa Pada Madu Randu Dan Madu Kelengkeng Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Jurnal Kimia 2. 2008.


(20)

40

11. Wade C. Can Bee Propolis Rejuvenate The Immune System w ww .thenaturalshopper.com/buy-beesupplements/article.htm. 2005.

12. Krell, R. Value-Added Products From Beekeeping. FAO Agricultural Services Bulltein No. 124. Food and Agriculture Organization of the United Nations Rome. www.fao.org/docrep.htm . 1996.

13. Molan PC. The Evidence Supporting The Use Of Honey as a Wound Dressing. Int JLow Extrem Wounds. Bolton. 2006.

14. Ivar MA, Ole F. Embriologi dan Histologi Rongga Mulut. Edisi 1. Jakarta. Buku Kedokteran WidyaMedika. 1991.

15. James K, Avery, Chiego DJ. Essential of Oral Histology and Embryology A Clinical Approach. Third Edition. Michigan. 2006.

16. Nancy A. Ten Cate’s Oral Histology Development, Structure, and Function. 7th ed. Mosby. Missouri. 2003.

17. Theodore R., Schrock, MD. Ilmu Bedah. EGC. Jakarta. 1991.

18. Kaiser LR., Pearce WH. ACS Surgery: Principles & Practice. 6th ed. WebMD Professional Pub. University of Chicago.2007.

19. Sabiston DC, Lyerly HK. Buku Teks Ilmu Bedah. Binapura Aksara. Jakarta.1994.

20. Robbins. Pathologic Basis Of Disease. Edisi 7. EGC. Jakarta. 2007.

21. Rostita, Tim Redaksi Qanita. Berkat Madu : Sehat, Cantik, dan Penuh Vitalitas. Mizan Media Utama (MMU). Bandung. 2007.


(21)

41

22. Dyayadi MT. Puasa Sebagai Terapi. Mizan Media Utama (MMU). Bandung. 2007.

23. Suranto A. Terapi Madu. Penebar Swadaya. Jakarta. 2007.

24. Sarwono B. Lebah Madu, Upaya Memulai dan Mengelola Peternakan Lebah Madu secara Tepat. PT Agro Media Pustaka. Depok. 2001.

25. Emma WS. Cantik Awet Muda dengan Buah, Sayur, Herbal. Penebar Swadaya. Jakarta. 2007.

26. Kusumah I. Panduan Diet Ala Rasulullah. Qultum Media. Jakarta. 2007.

27. Mangan Y. Cara Bijak Menaklukkan Kanker, Ramuan Tradisional. AgroMedia Pustaka. Jakarta. 2008.

28. Ali K, Faisal A. Sehat Itu Mudah, Wujudkan Hidup Sehat dengan Makanan Tepat. Hikmah PT Mizan Publika. Jakarta. 2008.

29. Lau E. Healthy Express. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 2009.

30. Emma WS. Sehat Cara Al-Qur’an dan Hadis. Hikmah PT Mizan Publika. Jakarta. 2007.

31. Franz JB. Sehat dengan Terapi Lebah (Apitherapy). PT Elex Media Komputindo. Jakarta. 2008.

32. Katzung BG. Basic & Clinical Pharmacology, Tenth Edition. McGraw-Hill Education. Singapore. 2007.


(1)

4

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 1.5.1 Kerangka Pemikiran

Madu adalah cairan kental yang dihasilkan oleh lebah madu dari berbagai sumber nektar. Senyawa–senyawa yang terkandung dalam madu bunga berasal dari nektar berbagai jenis bunga. Nektar adalah suatu senyawa kompleks yang dihasilkan oleh kelenjar “necterifier” tanaman dalam bentuk larutan gula yang bervariasi. Komponen utama dari nektar adalah sukrosa, fruktosa, dan glukosa serta terdapat juga dalam jumlah kecil sedikit zat–zat gula lainnya seperti maltosa, melibiosa, rafinosa serta turunan karbohidrat lainnya.7

Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino, karbohidrat, protein, beberapa jenis vitamin serta mineral adalah zat gizi dalam madu yang mudah diserap oleh sel-sel tubuh. Sejumlah mineral yang terdapat dalam madu seperti magnesium, kalium, potasium, sodium, klorin, sulfur, besi dan fosfat. Madu juga mengandung vitamin, seperti vitamin E dan vitamin C serta vitamin B1, B2 dan B6.8 Selain itu madu juga mengandung zat antibiotik yang berguna untuk melawan bakteri patogen penyebab penyakit infeksi. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan beberapa mikroorganisme yang berhubungan dengan penyakit atau infeksi dapat dihambat oleh madu.10

Lebah menghasilkan propolis dan manusia dapat memanfaatkan propolis sebagai bahan kosmetik, teknologi pengolahan makanan dan obat-obatan. Propolis mengandung senyawa kompleks vitamin, mineral, enzim, senyawa fenolik dan flavonoid untuk menghambat pelepasan histamin dengan cara stabilisasi selaput sel lipid.11


(2)

5

Komposisi propolis dapat berfungsi untuk memperbaiki kondisi patologi dari bagian tubuh yang sakit, bekerja sebagai antioksidan dan antibiotik serta meningkatkan sistem kekebalan karena mengandung flavonoid sekitar 15% ,12 sehingga madu dipercaya dapat digunakan untuk luka yakni sebagai antimikroba dan dapat mempercepat pertumbuhan jaringan pada luka.13

1.4.2 Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah pemberian madu secara topikal dapat mempercepat waktu penutupan luka insisi pada mukosa mulut tikus Wistar jantan.

1.5 Metodologi

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data yang dinilai adalah waktu penyembuhan luka dalam satuan hari. Data dianalisis dengan menggunakan statistik metode ANOVA dengan α = 0,05. Tingkat kemaknaan dinilai berdasarkan nilai p < 0,05.

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung.


(3)

38 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Simpulan penelitian adalah pemberian madu secara topikal mempercepat waktu penutupan luka insisi pada mukosa oral tikus Wistar jantan.

5.2 Saran

1. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efek madu dibidang kedokteran gigi sebagai penyembuhan luka.

2. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efek madu dengan variasi dosis, sehingga didapatkan dosis yang optimal.

3. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efek madu dengan variasi cara pemberian (sediaan) sehingga didapatkan cara pemberian yang optimal. 4. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pemeriksaan


(4)

39

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat R, Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta. 2005.

2. Marzoeki D. Ilmu Bedah Luka dan Perawatannya. Airlangga University Press. Surabaya. 1993.

3. Fossum TW. Small Animal Surgery. Mosby New York. USA. 1997.

4. Sodikin M. Konsep Perawatan Luka Bersih. Makalah Pelatihan Keperawatan Wound Management. 2002.

5. Cruse PJE, McPhedran NT. Prinsip Dasar Ilmu Bedah Sabiston. Buku 1. Jakarta: ECG. 1995.

6. Mundipharma. Betadine® antiseptic. http: //home. intekom.com /pharm / adcock /betadne-c.html. 2004.

7. Suranto A. Khasiat dan Manfaat Madu Herbal. Edisi 1. Jakarta: Agromedia Pustaka. 2004.

8. Mulu A, Tessema B, Derby F. In vitro Assesment of The Antimicrobial Potential of Honey on Common Human Pathogens. Ethiop. J. Health Dev. 2004.

9. Dewi D, Sanarto, dan Taqiyah B. Pengaruh Frekuensi Perawatan Luka Bakar Deraja II Dengan Madu Nectar Flora Terhadap Lama Penyembuhan Luka. Jurnal Keperawatan. 2010.

10. Ratnayani K, Adhi DS, dan Gitadewi I. Penentuan Kadar Glukosa Dan Fruktosa Pada Madu Randu Dan Madu Kelengkeng Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Jurnal Kimia 2. 2008.


(5)

40

11. Wade C. Can Bee Propolis Rejuvenate The Immune System w ww .thenaturalshopper.com/buy-beesupplements/article.htm. 2005.

12. Krell, R. Value-Added Products From Beekeeping. FAO Agricultural Services Bulltein No. 124. Food and Agriculture Organization of the United Nations Rome. www.fao.org/docrep.htm . 1996.

13. Molan PC. The Evidence Supporting The Use Of Honey as a Wound Dressing. Int JLow Extrem Wounds. Bolton. 2006.

14. Ivar MA, Ole F. Embriologi dan Histologi Rongga Mulut. Edisi 1. Jakarta. Buku Kedokteran WidyaMedika. 1991.

15. James K, Avery, Chiego DJ. Essential of Oral Histology and Embryology A Clinical Approach. Third Edition. Michigan. 2006.

16. Nancy A. Ten Cate’s Oral Histology Development, Structure, and Function. 7th ed. Mosby. Missouri. 2003.

17. Theodore R., Schrock, MD. Ilmu Bedah. EGC. Jakarta. 1991.

18. Kaiser LR., Pearce WH. ACS Surgery: Principles & Practice. 6th ed. WebMD Professional Pub. University of Chicago.2007.

19. Sabiston DC, Lyerly HK. Buku Teks Ilmu Bedah. Binapura Aksara. Jakarta.1994.

20. Robbins. Pathologic Basis Of Disease. Edisi 7. EGC. Jakarta. 2007.

21. Rostita, Tim Redaksi Qanita. Berkat Madu : Sehat, Cantik, dan Penuh Vitalitas. Mizan Media Utama (MMU). Bandung. 2007.


(6)

41

22. Dyayadi MT. Puasa Sebagai Terapi. Mizan Media Utama (MMU). Bandung. 2007.

23. Suranto A. Terapi Madu. Penebar Swadaya. Jakarta. 2007.

24. Sarwono B. Lebah Madu, Upaya Memulai dan Mengelola Peternakan Lebah Madu secara Tepat. PT Agro Media Pustaka. Depok. 2001.

25. Emma WS. Cantik Awet Muda dengan Buah, Sayur, Herbal. Penebar Swadaya. Jakarta. 2007.

26. Kusumah I. Panduan Diet Ala Rasulullah. Qultum Media. Jakarta. 2007.

27. Mangan Y. Cara Bijak Menaklukkan Kanker, Ramuan Tradisional. AgroMedia Pustaka. Jakarta. 2008.

28. Ali K, Faisal A. Sehat Itu Mudah, Wujudkan Hidup Sehat dengan Makanan Tepat. Hikmah PT Mizan Publika. Jakarta. 2008.

29. Lau E. Healthy Express. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 2009.

30. Emma WS. Sehat Cara Al-Qur’an dan Hadis. Hikmah PT Mizan Publika. Jakarta. 2007.

31. Franz JB. Sehat dengan Terapi Lebah (Apitherapy). PT Elex Media Komputindo. Jakarta. 2008.

32. Katzung BG. Basic & Clinical Pharmacology, Tenth Edition. McGraw-Hill Education. Singapore. 2007.


Dokumen yang terkait

PENGARTERHA Pengaruh Ekstrak Etanol Lidah Buaya (Aloe Vera) Terhadap Peningkatan Jumlah Fibroblas Pada Proses Penyembuhan Luka Mukosa Rongga Mulut Tikus (Rattus Norvegiccus) Strain Wistar.

0 2 15

PENDAHULUAN Pengaruh Ekstrak Etanol Lidah Buaya (Aloe Vera) Terhadap Peningkatan Jumlah Fibroblas Pada Proses Penyembuhan Luka Mukosa Rongga Mulut Tikus (Rattus Norvegiccus) Strain Wistar.

0 1 4

PENGARTERHA Pengaruh Ekstrak Etanol Lidah Buaya (Aloe Vera) Terhadap Peningkatan Jumlah Fibroblas Pada Proses Penyembuhan Luka Mukosa Rongga Mulut Tikus (Rattus Norvegiccus) Strain Wistar.

0 2 14

"Efek Salep Ekstrak Herba Meniran (Phyllanthus Niruri L.) Dibandingkan Dengan Triamcinolone Acetonide 0.1% Terhadap Proses Penyembuhan Luka Sayat Mukosa Rongga Mulut Tikus Wistar Jantan Secara Histopatologi ".

0 0 31

Efek Salep Ekstrak Herba Meniran (Phyllanthus niruri L.) Dibandingkan dengan Triamcinolone Acetonide 0,1% terhadap Waktu Penyembuhan Luka Sayat Mukosa Rongga Mulut Tikus Wistar Jantan.

6 21 16

Pengaruh Ozon dalam Mempercepat Waktu Penyembuhan Luka Insisi pada Mukosa Rongga Mulut (Studi Eksperimental pada Tikus Wistar).

1 2 20

Pengaruh Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.) Terhadap Waktu Penutupan Luka Mukosa Rongga Mulut (Studi Eksperimental Pada Tikus Wistar).

2 4 20

Pengaruh Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) terhadap Waktu Penyembuhan Luka Insisi pada Mukosa Rongga Mulut (Studi Eksperimental pada Tikus Wistar).

0 0 21

Pengaruh Ekstrak Daging Lidah Buaya (Aloe vera L.) Terhadap Panjang Luka Pada Mukosa Rongga Mulut (Studi Eksperimental Pada Tikus Wistar).

0 1 34

Pengaruh pemberian madu hutan terhadap proliferasi limfosit pada hewan uji tikus jantan galur wistar.

0 0 8