ANALISIS MENKONSEPSI SISWA SMA DI KOTA MEDAN PADA MATA PELAJARAN FISIKA MATERI POKOK SUHU DAN KALOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE CERTAINLY OF RESPONSE INDEX (CRI).

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA SMA DI KOTA MEDAN
PADA MATA PELAJARAN FISIKA MATERI POKOK SUHU
DAN KALOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE
CERTAINLY OF RESPONSE INDEX (CRI)

Oleh :

Pangeran Affandy Siregar
NIM 409121064
Program Studi Pendidikan Fisika

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2014


i

ii

RIWAYAT HIDUP
Pangeran Affandy Siregar dilahirkan di Medan pada tanggal 16 Desember
1991. Ayah bernama Arna Irfansyah Siregar dan ibu bernama Rabiatun Adawiyah
dan merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Pada tahun 1997 penulis masuk
SD Muhammadiyah 13 Medan dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2003
penulis melanjutkan sekolah di SMP Negeri 11 Medan, dan lulus pada tahun
2006. Pada tahun 2006 penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 7 Medan, dan
lulus pada tahun 2009.

Pada tahun 2009 penulis diterima di Program Studi

Pendidikan Fisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam.

iv


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat dan berkat-Nya yang memberikan hikmat kepada penulis hingga penelitian ini
dapat selesai tepat pada waktunya. Skripsi berjudul “Analisis Miskonsepsi Siswa
SMA Di Kota Medan Pada Mata Pelajaran Fisika Materi Pokok Suhu Dan Kalor
Dengan Menggunakan Metode Certainly Of Response Index (CRI)”. Adapun skripsi
ini disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra.
Ratna Tanjung, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Beliau telah banyak
memberikan bimbingan, masukan, serta saran-saran kepada penulis sejak awal hingga
akhir penulisan skipsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs.
Rahmatsyah, M.Si, selaku dosen pembanding I, Ibu Dr. Derlina, M.Si selaku dosen
pembanding II, dan Bapak Drs. J.B. Sinuraya, M.Pd selaku dosen pembanding III
yang telah memberikan masukan dan saran-saran mulai dari rencana penelitian
sampai penyusunaan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak
Almarhum Drs. Manter Sihotang selaku Pembimbing Akademik membimbing dan
memotivasi serta membantu penulis selama perkuliahan. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada Bapak Prof. Drs. Motlan Sirait, M.Sc, Ph. D selaku Dekan
FMIPA Unimed, Ibu Dr. Derlina, M.Si selaku Ketua Jurusan Fisika dan Bapak Drs.

Sehat Simatupang, M.Si selaku Ketua Prodi dan Bapak dan Ibu dosen serta Staf
Pegawai Jurusan Fisika yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan membantu
penulis selama perkuliahan.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs.H. Muhammad
Daud, MM, selaku kepala sekolah SMA Negeri 7 Medan, Bapak Drs. Sudirman, SP.
M.si, selaku kepala sekolah SMA Negeri 8 Medan, Bapak Sofyan, S.pd, selaku
kepala sekolah SMA Negeri 9 Medan, Bapak Drs. Harun Nasib, MS, S.Pd.I, selaku
kepala sekolah SMA Swasta Medan Putri, Bapak Dr.Ir.H. Suditama, MT selaku

v

kepala sekolah Laksamana Martadinata, Bapak Drs. Sandi Basuki selaku kepala
sekolah SMA Swasta Budi Agung dan para guru fisika khususnya, serta staf
administrasi yang telah memberikan kesempatan dan bantuan kepada penulis selama
melakukan penelitian. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh bapak
dan ibu guru dari TK sampai SMA yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.
Teristimewa penulis ucapkan terimakasih kepada Ayahanda tercinta Arna
Irfansyah Siregar dan Ibunda tercinta Rabiatun Adawiyah yang terus memberikan
motivasi dan doa serta kasih sayang yang tak pernah henti, serta Adinda Ratu Dwi
Fadillah Siregar serta sanak keluarga yang senantiasa memberikan motivasi dan doa

yang tulus kepada penulis dalam menyelesaikan studi di UNIMED hingga selesainya
skripsi ini. Dan tidak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Nazli
Ramadhani selaku penyemangat dari penulis serta sahabat-sahabat penulis, terutama
Keter Bonengs: Rahmat, Sondang, Selvia, Aisyah, Novi, Citra, dan Putri. Sahabatsahabat seperjuangan: Inel, Icha, Nurul, Cheche, Fitri, Ajeng, Junisa, Juniwati,
Thamrin, Nasir, Fajar, dan Oji yang telah memberi semangat dan membantu
menyelesaikan skripsi ini, teman–teman laskar skripsi: Rizka, Afifah, Dwi, Taufik
dan Kak Nanda, serta sahabat-sahabat lainnya tak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini,
untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
untuk kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan
dunia pendidikan.
Medan,

Pebruari

2014

Penulis,

Pangeran Affandy Siregar

NIM. 409121064

iii

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA SMA DI KOTA MEDAN
PADA MATA PELAJARAN FISIKA MATERI POKOK SUHU
DAN KALOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE
CERTAINLY OF RESPONSE INDEX (CRI)

Pangeran Affandy Siregar (NIM 409121064)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui miskonsepsi yang terjadi pada
siswa SMA di kota Medan pada pelajaran fisika khususnya materi pokok suhu dan
kalor.
Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Populasi dalam
penelitian ini adalah adalah seluruh siswa-siswi SMA di kota Medan. Sekolah
yang dijadikan sampel dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan teknik
penggambilan sampel wilayah, yaitu pusat kota, pertengahan kota dan pinggiran
kota, masing-masing adalah SMA Negeri 7 Medan dan SMA Medan Putri dipilih
untuk wilayah pusat kota, SMA Negeri 8 Medan dan SMA Laksamana

Martadinata dipilih untuk wilayah pertengahan kota, SMA Negeri 9 Medan dan
SMA Budi Agung dipilih untuk wilayah pinggiran kota. Sampel kelompok
responden tiap sekolah dipilih dengan menggunakan teknik cluster random
sampling dengan rincian SMA Negeri 7 Medan sebanyak 37 siswa, SMA Negeri
8 Medan sebanyak 38 siswa, SMA Negeri 9 Medan sebanyak 29 siswa, SMA
Medan Putri sebanyak 14 siswa, SMA Laksamana Martadinata sebanyak 38
siswa, SMA Budi Agung sebanyak 36 siswa. Instrumen yang digunakan pada
penelitian ini adalah tes pilihan berganda dengan menggunakan alasan. Soal tes
diberikan sebanyak 15 soal tentang suhu dan kalor. Sebelum soal tes ini
digunakan, terlebih dahulu instrumen divalidkan dan diuji reabilitasnya. Setelah
tes dilakukan di keenam sekolah, data yang diperoleh dianalisis dengan
menggunakan metode Certainty of Response Index.
Dari hasil penelitian diperoleh miskonsepsi yang dialami di SMA Negeri 7
Medan kalor kelas XI IPA-5 sebesar 39,4%, tidak tahu konsep 28,8%, dan
memahami konsep 31,7%. Di SMA Negeri 8 sebesar 46,5% mengalami
miskonsepsi, 37,0% tidak tahu konsep, dan 17,7% memahami konsep. Di SMA
Negeri 9 Medan kelas XI IPA-1 sebesar 40,2% mengalami miskonsepsi, 19,8%
tidak tahu konsep, dan 40,0% memahami konsep. Di SMA Medan Putri kelas XI
IPA sebesar 23,8% mengalami miskonsepsi, 32,7% tidak tahu konsep, dan 42,4%
memahami konsep. Di SMA Laksamana Martadinata kelas XI IPA-1 sebesar

32,5% mengalami miskonsepsi, 23,7% tidak tahu konsep, dan 43,8 memahami
konsep. Di SMA Budi Agung kelas XI IPA sebesar 55,6 % mengalami
miskonsepsi, 28,1 % tidak tahu konsep, dan 16,3% memahami konsep. Maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat miskonsepsi siswa terhadap fisika (suhu
dan kalor) secara umum di kota tempat keenam sampel yang diteliti sangat tinggi.

vi

DAFTAR ISI

Lembar pengesahan
Riwayat Hidup
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar isi
Daftar gambar
Daftar tabel
Daftar lampiran
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah

1.2. Identifikasi Masalah
1.3. Batasan Masalah
1.4. Rumusan Masalah
1.5. Tujuan Penelitian
1.6. Manfaat Penelitian
1.7. Defenisi Operasional
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teoritis
2.1.1. Pengertian Belajar
2.1.2. Hasil Belajar
2.1.2.1 Taksonomi Bloom
2.1.3. Prakonsepsi
2.1.4. Konsep
2.1.5. Konsepsi
2.1.6. Miskonsepsi dan Konsep Alternatif
2.1.7. Derajat Pemahaman Konsep
2.1.8. Penyebab Miskonsepsi
2.1.8.1. Siswa/Mahasiswa
2.1.8.2. Guru/Pengajar
2.1.8.3. Buku Teks

2.1.8.4. Konteks
2.1.8.5. Metode Mengajar
2.1.9. Miskonsepsi Dari Sudut Filsafat Konstuktivisme
2.1.10. Teknik Mendeteksi Miskonsepsi
2.1.10.1. Tes Pilihan Berganda Beralasan
2.1.10.2. Certainty of Response Index (CRI)
2.1.11. Suhu dan Kalor
2.1.11.1. Suhu dan Pemuaian
2.1.11.2. Kalor dan Perubahan Wujud
2.1.11.3. Perpindahan Kalor
2.2. Penelitian Yang Relevan

Halaman
i
ii
iii
iv
vi
viii
ix

x

1
5
5
5
6
6
7

8
8
9
9
14
15
16
16
18
20

20
25
26
28
29
32
33
33
34
37
37
45
51
52

vii

2.3. Kerangka Konseptual

53

BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
3.3. Instrumen Penelitian
3.3.1. Validitas Tes
3.3.2. Reliabilitas Tes
3.4. Jenis Penelitian
3.5. Teknik Pengumpulan Data
3.6. Teknik analisa data

54
54
54
56
56
57
57
57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.2. Pembahasan
4.2.1. Miskonsepsi Yang Muncul Pada Setiap Soal
4.2.2. Analisis Grafik

60
65
65
77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran

81
84

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

85
87

ix

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1.
Tabel 2.2.
Tabel 2.3.
Tabel 2.4.
Tabel 2.5.
Tabel 2.6.
Tabel 2.7.
Tabel 2.8.

Tabel 2.9
Tabel 2.10
Tabel 3.1.
Tabel 3.2.
Tabel 3.3.

Tabel 3.4
Tabel 4.1.

Tabel 4.2.
Tabel 4.3.
Tabel 4.4.
Tabel 4.5.
Tabel 4.6.
Tabel 4.7.

Halaman
Tabel Taksonomi
9
Tipe-Tipe Utama Pengetahuan dalam Dimensi Pegetahuan
10
Dimensi Proses Kognitif
12
Kategori derajat pemahaman konsep
19
Indikator derajat pemahaman konsep
19
Penyebab miskonsepsi siswa
29
CRI dan kriterianya
35
Tabel ketentuan untuk membedakan antara tahu konsep,
miskonsepsi, dan tidak tahu konsep untuk responden
secara individu
37
Koefisien muai berbagai zat pada suhu kamar
43
0
Kalor jenis berbagai zat (pada 20 C dan tekanan tetap 1
atm)
47
Kisi-kisi hasil belajar fisika pada materi pokok
Suhu dan Kalor
55
Lembar jawaban responden dengan empat option beserta
kolom derajat keyakinan (CRI)
58
Tabel ketentuan untuk membedakan antara tahu konsep,
miskonsepsi, dan tidak tahu konsep untuk responden
secara individu.
59
Tabel profil miskonsepsi per item soal
59
Tabel ketentuan untuk membedakan antara tahu konsep,
miskonsepsi, dan tidak tahu konsep untuk responden
secara individu
60
Tabel perbandingan pemahaman konsep masing-masing
SMA Negeri di kota Medan
61
Tabel perbandingan pemahaman konsep masing-masing
SMA Swasta di kota Medan
61
Tabel profil pemahaman konsep masing-masing SMA
di wilayah bagian pusat kota Medan
62
Tabel profil pemahaman konsep masing-masing SMA
di wilayah bagian pertengahan kota Medan
63
Tabel profil pemahaman konsep masing-masing SMA
di wilayah bagian pinggiran kota Medan
63
Tabel profil pemahaman seluruh sampel
64

viii

DAFTAR GAMBAR
Halaman
26

Gambar 2.1. Pemuaian luas hanya terjadi ke satu arah saja.
Gambar 2.2. Dua gelas air yang masing-masing suhu airnya 300C
dicampur menjadi satu
Gambar 2.3. Hubungan linear antara panjang kolom raksa X dan suhu
dalam 0C
Gambar 2.4. Pemuaian Panjang
Gambar 2.5. Pemuaian Luas
Gambar 2.6. Pemuaian Volum
Gambar 2.7. Menuangkan air dingin kedalam air panas
Gambar 2.9. Diagram perubahan wujud zat
Gambar 2.8. Kalorimeter Alumunium
Gambar 4.1. Pemuaian pada besi yang dipanaskan oleh lilin
Gambar 4.2. Pemuaian dua buah batang tembaga yang dipanaskan
Gambar 4.3. Timah, besi dan alumunium didiamkan beberapa saat lamanya
dalam ruangan bersuhu T
Gambar 4.4. Logam K, logam L, logam M, dan logam N didinginkan di
dalam kulkas
Gambar 4.5. Titik-titik air pada dinding luar gelas
Gambar 4.6. Gelas A dan gelas B bersuhu sama besar dan massanya
berbeda
Gambar 4.7. Benda A dan benda B ditempelkan satu sama lain
Gambar 4.8. Grafik profil tidak tahu konsep yang terjadi pada SMA
di kota Medan
Gambar 4.9. Grafik profil tidak tahu konsep yang terjadi pada SMA
swasta di kota Medan
Gambar 4.10. Grafik profil pemahaman konsep yang terjadi pada SMA
di kota Medan
Gambar 4.11. Grafik profil pemahaman konsep SMA di kota Medan

38
40
41
43
44
47
49
48
66
67
68
69
72
72
73
77
78
78
79

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.
Lampiran 10.

Instrumen soal
Lembar jawaban siswa
Kisi-kisi soal
Data Hasil Tes Diagonistik
Tabulasi Penskoran sampel
Tabulasi Hasil Reliabilitas Tes
Perhitungan Reliabilitas tes
Rubrik Penilaian
Tabel Harga Kritik dan r Product Moment
Dokumentasi penelitian

Halaman
87
92
93
103
156
163
165
166
176
177

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Fisika merupakan ilmu fudamental karena merupakan dasar dari semua
bidang sains yang lain. Fisika juga menjadi dasar perkembangan ilmu
pengetahuan lain dan perkembangan teknologi. Hampir semua teknologi yang
ada saat ini memanfaatkan konsep-konsep fisika, seperti telepon, internet, air
conditioner, rice cooker, pemanas ruangan, microwave, hingga panel surya.
Mengingat begitu pentingnya peranan ilmu fisika pada kehidupan manusia, sudah
semestinya ilmu fisika dipahami dengan benar dan terus dikembangkan, terutama
oleh generasi muda, baik siswa maupun mahasiswa. Dan yang terpenting ketika
mempelajari fisika adalah pemahaman konsep yang benar.
Namun, hasil belajar fisika siswa di Indonesia kurang memuaskan.
Walaupun pada ajang kompetisi fisika tingkat dunia, misalnya olimpiade fisika,
siswa-siswi Indonesia sering menyabet gelar juara dan meraih medali, baik medali
perunggu, medali perak, bahkan medali emas. Namun, prestasi yang diperoleh
oleh beberapa siswa tersebut tidak bisa menunjukkan bahwa seluruh siswa-siswi
di Indonesia sudah memahami konsep fisika dengan baik.
Para peneliti bidang pendidikan fisika di Indonesia menyebutan bermacam
alasan kurangnya pemahaman fisika siswa. Banyak pihak mengatakan bahwa
penyebab kurangnya pemahaman fisika siswa adalah guru yang tidak qualified,
fasilitas praktikum yang kurang memadai, jumlah mata pelajaran yang banyak,
silabus yang terlalu padat, gaji guru yang kecil sehingga memaksanya mencari
pekerjaan lain, dan lain-lain (Berg: 1991). Lain halnya dengan Suparno (2005:
29), yang menyatakan bahwa kemampuan dan cara mengajar guru ditengarai
sebagai penyebab lemahnya pemahaman konsep fisika siswa.
Dalam belajar fisika, kemampuan pemahaman konsep merupakan syarat
mutlak untuk mencapai keberhasilan belajar. Akan tetapi, kebanyakan guru fisika
jarang memperhatikan konsep yang sudah ada di kepala siswa. Bahkan banyak
guru fisika yang lebih mengutamakan mengajari siswa rumusan matematika dan

2

penyelesaian soal hitungan daripada konsep rumus itu sendiri. Hasilnya siswa
mungkin mahir dalam menyelesaikan soal-soal berupa hitungan, namun
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan fisika sederhana tetapi
memerlukan pemahaman konsep di dalamnya. Padahal diketahui kalau siswa
memasuki pelajaran fisika tidak dengan kepala kosong. Melainkan sudah
memiliki pengalaman dan pengetahuan yang berhubungan dengan konsep fisika
itu sendiri.
Pada dasarnya konsep-konsep fisika begitu dekat dengan kehidupan setiap
orang. Hanya saja banyak yang tidak menyadarinya. Banyak fenomena fisika
yang bisa manusia rasakan secara langsung. Misalnya penerapan konsep
pemuaian pada sambungan rel kereta api, penerapan konsep konduksi pada
gagang panci, alasan penggunaan mantel di hari yang dingin, dan lain sebagainya.
Contoh-contoh tadi menunjukkan bahwa pelajaran fisika

bukanlah pelajaran

menghapal rumus, tetapi lebih menuntut pemahaman konsep serta aplikasi konsep
tersebut.
Senada dengan yang kemukakan oleh Suparno (2005: 2-3) bahwa siswa
dan mahasiswa bukanlah kertas kosong yang dalam proses pembelajaran akan
ditulisi oleh guru atau dosen. Siswa dan mahasiswa, sebelum mengikuti proses
pembelajaran formal di sekolah ternyata sudah membawa konsep tertentu yang
dikembangkan lewat pengalaman hidup siswa sebelumnya. Konsep itu bisa sesuai
dengan konsep ilmiah, dan terkadang konsep itu bisa juga tidak sesuai dengan
konsep ilmiah atau bertentangan dengan konsep yang diterima para ahli.
Miskonsepsi kerap terjadi pada semua bidang sains, seperti biologi, kimia,
fisika dan astronomi. Tidak ada bidang yang luput dari miskonsepsi. Bahkan
menurut Wandersee, Minities dan Novak dalam Suparno (2005: 11) menjelaskan
bahwa miskonsepsi terjadi dalam semua bidang fisika. Ditambah lagi pada
penelitian Kasmiati yang dikutip oleh Hasibuan (2011: 4) menyatakan bahwa
miskonsepsi terjadi bukan hanya dari kategori siswa yang memiliki nilai rendah
saja, tetapi juga dialami siswa yang memiliki nilai fisika dalam kategori tinggi.

3

Ed van den Berg (1991) menyatakan bahwa miskonsepsi yang sering
dialami oleh siswa adalah :
1.

Suhu dan kalor sulit bedakan.

2.

Kalor masih sering dianggap suatu fluida (materi).

3.

Kalor panas dan kalor dingin yang masing-masing dianggap dapat mengalir
tersendiri.

4.

Kalor adalah energi dari benda panas.

5.

Suhu adalah ukuran dari campuran kalor panas dan kalor dingin.

6.

Kalor panas mengalir dari benda panas ke benda dingin sedangkan arah arus
kalor dingin sebaliknya.

7.

Suhu sering kali dianggap sebagai variabel ekstensif yang besarnya
berhubungan dengan jumlah materi (massa). Misalnya, jika 1 liter air dengan
suhu 600C dipisahkan dalam dua kali ½ liter, ada siswa yang berpendapat
bahwa suhu masing-masing bagian menjadi 300 C
Suparno (2005) menyatakan bahwa miskonsepsi yang sering dialami oleh

siswa adalah:
1. Mendidih adalah suhu tertinggi yang dicapai oleh benda.
2. Suhu air mendidih bertambah jika terus dipanaskan
3. Panas bukan energi.
4. Panas itu suatu substansi.
5. Panas hanya berpindah ke atas
6. Pengertian suhu sama dengan pengertian kalor.
7. Panas dan dingin tidak sama.
8. Suhu adalah sifat dari suatu materi.
9. Suhu suatu benda tergantung pada besarnya benda.
10. Suhu es tetap dan tidak bisa berubah.
Desti Nurhayati (2012) dalam penelitiannya menemukan 5 macam
miskonsepsi yang berkaitan dengan Suhu dan Kalor, di antaranya:
1.

Besar suhu sebanding dengan massa bahan.

2.

Suhu dapat berpindah seperti kalor.

4

3.

Benda yang cepat naik suhunya cenderung lambat untuk turun suhunya, dan
sebaliknya.

4.

Kalor jenis dan kapasitas kalor dapat berpindah seperti suhu.

5.

Miskonsepsi tentang kesetimbangan termal.
Noly Pramu Iriyanti (2012) dalam penelitiannya menemukan 12 macam

miskonsepsi yang berkaitan dengan suhu dan kalor, beberapa di antaranya:
1.

Panas merupakan ukuran suhu benda.

2.

Panas dan dingin memiliki sifat yang berbeda

3.

Mendidih adalah suhu maksimum yang dicapai suatu zat

4.

Air selalu mendidih pada suhu 100oC bagaimanapun keadaannya.

5.

Suhu es selalu sama dengan 0 oC.

6.

Penguapan hanya terjadi setelah zat mendidih.

7.

Semua zat padat dapat meleleh ketika dipanaskan.
Mengingat begitu pentingnya pemahaman konsep dalam mempelajari

fisika maka sebaiknya perlu melakukan penyelidikan terlebih dahulu tentang
kesalahan-kesalahan konsep yang dialami siswa saat memamahi materi fisika.
Karena sangat disayangkan jika miskonsepsi pada diri siswa tetap dibiarkan
berkembang tanpa terdeteksi oleh guru. Hal ini juga akan membantu guru agar
bisa mengarahkan miksonsepsi siswa ke arah konsep ilmiah.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis bermaksud menganalisis
miskonsepsi siswa khususnya dalam materi Suhu dan Kalor. Pada penelitian ini
uapaya untuk mengidentifikasi miskonsepsi dengan menggunakan metode CRI
(Certainly Of Respons Index). Metode ini dikembangkan oleh Saleem Hasan dan
juga sudah pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya pada sebuah penelitian
yang berjudul “ Analisis Miskonsepsi Siswa SMA Negeri Kota Medan Pada Mata
Pelajaran Fisika (Mekanika) Dengan Menggunakan Metode CRI (Certainly Of
Respons Index)” oleh Muhammad Zul Abror Hasibuan. Pada penelitian tersebut,
tes yang dilakukan adalah dengan menggunakan sebuah tes pilihan berganda yang
disertai dengan kolom CRI. Metode ini yang akan diikuti oleh penulis untuk
mengkaji dan menganalisis lebih lanjut miskonsepsi atau salah konsep yang
dialami oleh siswa. Dengan demikian penelitian ini dirumuskan dengan judul :

5

“Analisis Miskonsepsi Siswa SMA Di Kota Medan Pada Mata Pelajaran
Fisika Materi Pokok Suhu Dan Kalor Dengan Menggunakan Metode
Certainly Of Response Index (CRI).”

1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
masalah-masalah yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil mata pelajaran fisika masih rendah.
2. Pemahaman konsep fisika siswa masih rendah.
3. Pengalaman siswa dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari serta
pengaruh masyarakat dapat menyebabkan miskonsepsi siswa.
4. Kebanyakan siswa hanya menghafal persamaan matematik tanpa
memahami konsepnya.
5. Siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai dua-duanya
mengalami miskonsepsi.

1.3. Batasan Masalah
Mengingat

bahwa

luasnya

permasalahan,

maka

perlu

dilakukan

pembatasan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
1.

Materi yang dianalisis dalam penelitian ini dibatasi pada materi Suhu
dan Kalor.

2.

Sampel pada penelitian ini adalah siswa siswi kelas X SMA di Kota
Medan.

3.

Analisis miskonsepsi dilakukan dengan menggunakan metode CRI
(Certainly Of Respons Index).

6

1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini dinyatakan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah perbandingan antara, siswa yang tidak tahu konsep,
tahu konsep dan yang mengalami miskonsepsi pada materi Suhu dan
Kalor ?
2. Bagaimanakah miskonsepsi siswa yang terjadi pada materi Suhu dan
Kalor pada tingkat SMA di Kota Medan ?

1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yang berdasarkan
dari rumusan masalah adalah :
1. Untuk mengetahui perbandingan antara, siswa yang tidak tahu konsep,
tahu konsep dan yang mengalami miskonsepsi pada materi Suhu dan
Kalor.
2. Untuk mengetahui miskonsepsi siswa yang terjadi pada materi Suhu
dan Kalor pada tingkat SMA di Kota Medan.

1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Sebagai tambahan pengetahuan dan memperluas wawasan peneliti
tentang miskonsepsi pada mata pelajaran fisika.
2. Sebagai pegangan sekaligus masukkan bagi peneliti

untuk lebih

memperhatikan pemahaman konsep fisika siswa dalam proses belajar
mengajar ketika melaksanakan tugas mengajar nantinya.
3. Sebagai bahan informasi untuk pembaca termasuk para guru mata
pelajaran fisika tentang miskonsepsi yang terjadi pada materi fisika di
Kota Medan.

7

4. Sebagai bahan pertimbangan serta masukkan bagi guru dan calon guru
bidang studi fisika untuk menemukan perlakuan yang sesuai untuk
meminimalisir miskonsepsi siswa.
5. Sebagai pedoman penelitian lanjutan bagi peneliti selanjutnya.

1.7. Definisi Operasional
Untuk menghindari persepsi yang berbeda digunakan dalam penelitian ini
dipandang perlu memberikan defenisi secara operasional terhadap istilah-istilah
yang perlu. Defenisi operasional yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. CRI

(Certainty

Response

Index)

merupakan

tingkat

keyakinan/kepastian responden dalam menjawab berbagai pertanyaan
(soal) yang diberikan (Hasibuan, 2011: 21-23)

81

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan data, analisis, dan pembahasan data hasil
penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan di SMA Negeri 7 Medan
terhadap pemahaman konsep suhu dan kalor kelas XI IPA-5, diperoleh
hasil 39,4% mengalami miskonsepsi, 28,8% tidak tahu konsep, dan 31,7%
memahami konsep yang benar.
Untuk SMA Negeri 8 Medan kelas XI IPA-3 diperoleh hasil 46,5%
mengalami miskonsepsi, 37,0% tidak tahu konsep, dan 17,7% memahami
konsep yang benar.
Untuk SMA Negeri 9 Medan kelas XI IPA-1 diperoleh hasil 40,2%
mengalami miskonsepsi, 19,8% tidak tahu konsep, dan 40,0% memahami
konsep yang benar.
Untuk SMA Medan Putri kelas XI IPA diperoleh hasil 23,8% mengalami
miskonsepsi, 32,7% tidak tahu konsep, dan 42,4% memahami konsep
yang benar.
Untuk SMA Laksamana Martadinata kelas XI IPA-1 diperoleh hasil
32,5% mengalami miskonsepsi, 23,7%

tidak tahu konsep, dan 43,8

memahami konsep yang benar.
Untuk SMA Budi Agung kelas XI IPA diperoleh hasil 55,6 % mengalami
miskonsepsi, 28,1 % tidak tahu konsep, dan 16,3% memahami konsep
yang benar.

2. Miskonsepsi secara keseluruhan yang terjadi untuk keenam sekolah yang
diteliti adalah sebesar 41,3%, siswa yang tidak mengetahui konsep sebesar
28,3%, dan siswa yang tahu konsep sebesar 30,4%. Dengan demikian
dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat miskonsepsi siswa terhadap fisika

82

materi suhu dan kalor secara umum di kota tempat keenam sampel yang
diteliti sangat tinggi.
Adapun miskonsepsi-miskonsepsi yang terjadi pada materi suhu yang
mencakupi submateri suhu, pemuaian, dan kesetimbangan termal sebesar
12,69% siswa dari keseluruhan sampel. Di antaranya yaitu:
a. Suhu nol mutlak dianggap terjadi pada suhu 0oC, suhu nol mutlak juga
dianggap terjadi pada skala fahrenheit tanpa disebutkan besar
skalanya, dan terjadi ketika gas berubah wujud menjadi padat.
b. Siswa menganggap pemuaian panjang hanya terjadi ke satu arah saja.
c. Siswa beranggapan pemuaian panjang hanya terjadi jika dipanaskan
hanya dengan api yang besar.
d. Besarnya

diameter

batang

dianggap

mempengaruhi

besarnya

pemuaian panjang batang.
e. Siswa tidak memahami konsep kesetimbangan termal. Siswa
berpendapat jika dua benda atau lebih, bermassa sama dan suhu
awalnya sama ditempatkan dalam suatu ruangan bersuhu tinggi, maka
beberasa saat lama kemudian benda yang paling tinggi suhunya adalah
benda yang cepat menyerap panas dan benda yang paling rendah
suhunya adalah benda yang cepat melepas panas.
Adapun miskonsepsi-miskonsepsi yang terjadi pada materi kalor yang
mencakupi submateri kalor, kalor jenis, kalor laten, perubahan wujud dan
perpindahan kalor sebesar 28,61% siswa dari keseluruhan sampel. Di
antaranya yaitu:
a. Siswa masih belum mampu membedakan

antara panas/kalor dan

suhu. Siswa beranggapan alat pengukur panas itu termometer.
b. Siswa mengkaitkan antara massa dan kalor jenis sehingga keduanya
saling mempengaruhi.
c. Siswa beranggapan semakin besar kalor jenis benda maka semakin
cepat benda itu melepas atau menyerap kalor.
d. Siswa tidak menganggap zat berkalor jenis tinggi itu lambat naik
suhunya jika dipanaskan.

83

e. Siswa mengabaikan pernyataan zat berkalor jenis tinggi memerlukan
banyak kalor untuk menaikan suhunya dan memiliki kapasitas kalor
yang besar.
f. Kalor dianggap terkandung di dalam zat.
g. Siswa beranggapan massa air yang mendidih berbanding lurus
terhadap suhunya. Siswa megganggap massa air mendidih berkurang
sehingga suhunya juga turut berkurang.
h. Siswa beranggapan suhu air mendidih terus bertambah jika terusterusan dipanasan atau diberikan kalor.
i. Siswa menganggap titik didih air mutlak 100oC tidak bisa kurang dan
tidak bisa lebih.
j. Menurut siswa, titik-titik air muncul di dinding luar gelas akibat dari
penguapan, baik itu penguapan yang dialami es atau penguapan udara
yang berada di sekitar gelas.
k. Siswa mengganggap jika dua buah zat yang memiliki suhu sama
dicampurkan maka suhu campurannya adalah jumlah suhu kedua zat
tersebut.
l. Kenaikan suhu pada air dianggap berbanding lurus dengan
pertambahan massanya.
m. Siswa berpendapat bahwa kalor jenis dan temperatur bisa berpindah
dari satu benda ke benda yang lain jika benda-benda tersebut
bersentuhan.
n. Siswa berpendapat bahwa kalor dapat berpindah satu benda ke benda
yang lain walaupun suhu kedua benda sama besar.
o. Siswa mengganggap konduksi hanya terjadi pada zat padat.
p. Gas dianggap bukan medium perantara perpindahan kalor.

84

5.2. Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan dalam penelitian ini, maka peneliti
mempunyai beberapa saran sebagai berikut:
1. Mengingat tingginya persentase miskonsepsi fisika siswa pada materi suhu
dan kalor di SMA yang ditemukan pada penelitian ini maka disarankan
kepada guru-guru fisika untuk lebih peduli pada miskonsepsi yang terjadi
pada siswa.
2. Penelitian ini masih memiliki kelemahan yaitu beberapa siswa kurang
serius menjawab soal dan enggan menuliskan alasan memilih jawaban.
Atas dasar itu kepada peneliti selanjutnya disarankan agar lebih persuasif
menginstruksikan siswa untuk lebih serius mengerjakan soal dan
menuliskan alasan memilih jawaban. Sehingga penelitian selanjutnya
dapat lebih banyak menggali miskonsepsi yang dialami oleh siswa.

85

DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard I., (2008), Learning To Teach: Belajar Untuk Mengajar Jilid 1,
Pelajar Timur, Yogyakarta.
Arikunto, Suharsimi., (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
Rineka Cipta, Jakarta.
Berg, E.V.D., (1991), Miskonsepsi Fisika dan Remediasi, Universitas Kristen
Satya Wacana, Salatiga.
Cutnell & Johnson., (2007), Physics Fifth Edition, National Print-o-Pack, Noida.
Dahar, Ratna Wilis., (1989). Teori-Teori Belajar Cetakan kedua, Erlangga,
Bandung.
Djamarah, Syaiful Bahri & Aswan Zain., (2006), Strategi Belajar Mengajar.
Rineka Cipta, Jakarta.
Hakim, Ikmalul., (2010), Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dengan
Media Vcd Untuk Mengetahui Adanya Miskonsepsi Fisika Siswa Kelas X
SMA Pada Pokok Bahasan Perpindahan Kalor., Proposal Penelitian,
FMIPA, Unnes, Semarang.
http://id.scribd.com/doc/32709982/Penerapan-kooperatif-tipe-STADdengan-Media-VCD-untuk-mengetahui-miskonsepsi-pokok-bahasan-kalor
Hasibuan, Muhammad Zul., (2011), Analisis Miskonsepsi Siswa SMA Negeri Kota
Medan Pada Mata Pelajaran Fisika (Mekanika)Dengan Menggunakan
Metode Certainty OF Response Index (CRI)., Skripsi, FMIPA, Unimed,
Medan.
Hewitt, Paul G., (2006), Conceptual Physics Tenth edition. Pearson
New York.

educational,

Irayani, Noly Pramu., (2011), Identifikasi Miskonsepsi Pada Materi Wujud Zat
Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Bawang Tahun Ajaran 2009/2010.,
Skripsi, FMIPA, UNS, Surakarata.
http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=showview&id=26824
Kanginan, Marthen., (2007), Fisika SMA Kelas X B, Erlangga, Jakarta.
Maftuhah, Fita., (2011), Identifikasi Miskonsepsi Dalam Konep Dinamika Partikel
Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Sukaharjo., Skripsi, FMIPA, UNS,
Surakarata. http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=showview&id=2222

86

Maharani, Eva., (2011), Analisis Miskonsepsi Fisika Siswa Dalam Materi
Kinematika Di Kelas XI Semester I SMA Di Kabupaten Aceh Tengah.,
Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.
Maharta, Nengah., (2010), Analisis Miskonsepsi Fisika Siswa Sma Di Bandar
Lampung.
http://id.scribd.com/doc/41470237/Jurnal-Analisis-Miskonsepsi-Fisika
Nugroho, Djoko., (2009), Mandiri Fisika Untuk SMA/MA Kelas X, Erlangga,
Jakarta.
Nurhayati, Desi., (2012), Profil Miskonsepsi Pada Materi Suhu dan Kalor Kelas x
SMA., Skripsi, FMIPA, UNS,
Surakarata.
http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=showview&id=29135
Rusman., (2010), Model-Model Pembelajaran, Rajawali Pers, Jakarta.
Saputra, Haris Ady., (2011). Identifikasi Miskonsepsi Siswa Pada Konsep Listrik
Dinamis Kelas X SMA Tahun Ajaran 2010/2011., Skripsi, FMIPA, UNS,
Surakarata.
http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=showview&id=22281
Slameto., (2010), Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Penerbit
PT Rineka Cipta, Jakarta.
Sudjana, N., (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Remaja
Rosdakarya, Bandung
Syaodih, Nana Sukmadinata., (2010), Metode Penelitian Pendidikan, Rosda,
Bandung.
Suparno, Paul., (2005), Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan
Fisika, Grasindo, Jakarta.
Tipler, Paul A., (1998), Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid 1, Erlangga, Jakarta
Trianto., (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana,
Jakarta.
Yamin, Martinis., (2010). Strategi PembelajaranBerbasis Kompetensi.,
Persada: Jakarta.

Gaung