MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK TUNAGRAHITA SEDANG MELALUI LATIHAN MENGEPEL LANTAI DI SLB KANDAGA BINA BANGSA SUBANG.

(1)

Ganjar Arrief Nugraha, 2013

Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Tunagrahita Sedang Melalui Latihan Mengepel Lantai Di SLB Kandaga Bina Bangsa Subang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK TUNAGRAHITA SEDANG MELALUI LATIHAN MENGEPEL LANTAI DI SLB KANDAGA BINA

BANGSA SUBANG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Khusus

OLEH :

GANJAR ARRIEF NUGRAHA 0802615

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

Ganjar Arrief Nugraha, 2013

Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Tunagrahita Sedang Melalui Latihan Mengepel Lantai Di SLB Kandaga Bina Bangsa Subang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK TUNAGRAHITA SEDANG MELALUI LATIHAN MENGEPEL LANTAI

DI SLB KANDAGA BINA BANGSA SUBANG

Oleh

Ganjar Arrief Nugraha

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Khusus

© Ganjar Arrief Nugraha 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Ganjar Arrief Nugraha, 2013

Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Tunagrahita Sedang Melalui Latihan Mengepel Lantai Di SLB Kandaga Bina Bangsa Subang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

GANJAR ARRIEF NUGRAHA 0802615

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK TUNAGRAHITA SEDANG MELALUI LATIHAN MENGEPEL LANTAI DI

SLB KANDAGA BINA BANGSA SUBANG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH : Pembimbing I

Dra. Oom Sitti Homdijah, M.Pd. NIP. 196101051983032002

Pembimbing II

Drs. Nandi Warnandi, M.Pd NIP. 195905251984031001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Drs. Sunaryo, M.Pd NIP. 195607221985031001


(4)

Ganjar Arrief Nugraha, 2013

Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Tunagrahita Sedang Melalui Latihan Mengepel Lantai Di SLB Kandaga Bina Bangsa Subang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ABSTRAK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK TUNAGRAHITA SEDANG MELALUI LATIHAN MENGEPEL LANTAI DI

SLB KANDAGA BINA BANGSA SUBANG Oleh : Ganjar Arrief Nugraha (0802615)

Penelitian ini didasari pemikiran bahwa anak tunagrahita sedang mempunyai hambatan dalam hal koordinasi pada geraknya. Hal ini mengakibatkan mereka terhambat dan terbatas dalam bergerak. Agar mereka dapat bebas bergerak dan terampil dalam gerakan koordinasi, mereka membutuhkan latihan keterampilan yang sifatnya sederhana, seperti pada keterampilan dalam materi bina diri salah satunya dengan latihan mengepel lantai menggunakan kain pel. Dengan rumusan masalah, apakah dengan latihan mengepel lantai dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak tunagrahita sedang di SLB Kandaga Bina Bangsa Subang.

Tujuan penelitian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh latihan mengepel lantai terhadap kemampuan motorik kasar anak tunagrahita sedang. Latihan mengepel ini mengacu kepada kemandiriannya dan sangat cocok digunakan untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak tunagrahita sedang. Metode penelitian adalah eksperimen dengan pendekatan kuantitatif dan menggunakan desain ABA. Dalam penelitian ini, intervensi yang diberikan pada subyek berupa latihan mengepel lantai yang mencakup aspek mencelupkan kain pel, memeras kain pel dan menggerakan kain pel dengan cara mengusapkan kain pel ke kiri dan ke kanan. Latihan ini nantinya akan digunakan pada subyek untuk mengepel lantai agar kemampuan motorik pada anak tunagrahita sedang ini dapat meningkat dengan baik. Lokasi penelitian adalah SLB KANDAGA BINA BANGSA pada 1 orang anak yang bernama AM kelas 5 SDLB C1.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan skor dalam kemampuan motorik kasar dari mulai skor 7 sampai skor 17. Hal ini menunjukkan bahwa latihan mengepel lantai dapat memberikan pengaruh terhadap kemampuan motorik siswa tunagrahita sedang. Melihat dari hasil penelitian yang direkomendasikan kepada guru, lembaga sekolah, dan peneliti selanjutanya. Sebagai alternatif dalam pembelajaran, guru dapat memberikan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan motorik peserta didik.


(5)

Ganjar Arrief Nugraha, 2013

Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Tunagrahita Sedang Melalui Latihan Mengepel Lantai Di SLB Kandaga Bina Bangsa Subang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Batasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 4

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Motorik...7

1. Pengertian Motorik kasar ... 7

2. Unsur Keterampilan Motorik ... 8

3. Unsur Pokok Pembelajaran Motorik ... 8

4. Tingkatan Dalam Gerak Motorik. ... 10

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik ... 12

6. Kemampuan Fisik Dalam Motorik ... 13

B. Konsep Dasar Tunagrahita ... 13

1. Pengertian Tunagrahita ... 13

2. Anak Tunagrahita Sedang ... 14

3. Kemampuan Motorik Anak Tunagrahita Sedang ... 17

C. Latihan Mengepel Lantai Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Tunagrahita Sedang ... 18


(6)

Ganjar Arrief Nugraha, 2013

Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Tunagrahita Sedang Melalui Latihan Mengepel Lantai Di SLB Kandaga Bina Bangsa Subang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Jenis Latihan ... 18

2. Media Latihan ... 19

3. Pelaksanaan Latihan ... 19

4. Evaluasi Latihan ... 20

D. Kerangka Berpikir ... 20

BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian ... 22

1. Variabel Bebas ... 22

2. Variabel Terikat ... 23

B. Metode Penelitian ... 23

C. Subyek dan Lokasi Penelitian ... 25

1. Subyek Penelitian ... 25

2. Lokasi Penelitian ... 26

D. Prosedur Penelitian ... 26

1. Persiapan Penelitian ... 26

2. Pelaksanaan Penelitian ... 27

E. Instrumen Penelitian ... 28

1. Membuat Kisi-Kisi Soal ... 28

2. Pembuatan Butir Instrumen ... 30

3. Menentukan Kriteria Penilaian Butir Instrumen ... 31

4. Judgment Instrumen ... 32

F. Teknik Pengumpulan Data ... 32

G. Pengolahan dan Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 35

1. Hasil baseline 1 (A-1) ... 35

2. Hasil Intervensi (B) ... 37

3. Hasil Baseline 2 (A-2) ... 38


(7)

Ganjar Arrief Nugraha, 2013

Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Tunagrahita Sedang Melalui Latihan Mengepel Lantai Di SLB Kandaga Bina Bangsa Subang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Analisa Dalam Kondisi ... 40

2. Analisa Antar Kondisi ... 46

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 47

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 49

B. Rekomendasi ... 50

1. Bagi Pendidik ... 50

2. Lembaga Sekolah ... 50

3. Untuk orang tua ... 50

4. Peneliti Berikutnya ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52 LAMPIRAN


(8)

Ganjar Arrief Nugraha, 2013

Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Tunagrahita Sedang Melalui Latihan Mengepel Lantai Di SLB Kandaga Bina Bangsa Subang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya pendidikan merupakan salah satu cara yang dapat mendorong individu menjadi manusia yang cakap dan yang memiliki sikap mental yang baik serta mampu bekerja. Tetapi anak berkebutuhan khusus memerlukan pelayanan pendidikan secara khusus, karena anak berkebutuhan khusus mempunyai hambatan yang bersifat temporer ataupun bersifat permanen. Oleh karena itu mereka memerlukan pendidikan secara khusus sebagaimana yang tercantum aturan yang dituangkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat (1) yang

berbunyi : “Setiap warga Negara memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu termasuk anak-anak berkebutuhan khusus berhak

memperoleh pendidikan khusus”, dan ayat (2) yang berbunyi :”Warga Negara

yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/sosial berhak memperoleh pendidikan khusus”.

Berdasarkan uraian di atas, maka anak berkebutuhan khusus sebagaimana warga negara yang lainnya mendapatkan kesempatan untuk belajar yang mengarah kepada tercapainya perkembangan potensi yang optimal, agar anak memiliki kehidupan yang layak dan tidak terlalu tergantung pada orang lain. Salah satu anak berkebutuhan khusus adalah anak tunagrahita sedang.

Anak tunagrahita sedang sebagai anak berkebutuhan khusus mempunyai hambatan dalam hal kegiatan belajarnya maupun kegiatan sehari-harinya, serta pada anak tunagrahita sedang mempunyai hambatan yang lebih banyak dibandingkan dengan anak tunagrahita ringan. Di samping hambatan yang dimiliki anak anak tunagrahita ringan, anak tunagrahita sedang mempunyai hambatan dalam hal koordinasi pada geraknya. Hal ini mengakibatkan mereka terhambat dan terbatas dalam bergerak. Agar mereka dapat bebas bergerak dan terampil dalam gerakan koordinasi, mereka membutuhkan latihan-latihan seperti olah raga, rekreasi, dan menari secara berkala. Menurut Delphie (2005:32) bahwa anak tunagrahita sedang memiliki kelemahan pada segi


(9)

2

GANJAR ARRIEF NUGRAHA, 2013

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR TUNAGRAHITA SEDANG MELALUI LATIHAN MENGEPEL LANTAI DI SLB KANDAGA BINA BANGSA SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

keterampilan gerak fisik, fisik yang kurang sehat, koordinasi gerak, kurangnya

„perasaan‟ dirinya terhadap situasi dan sekelilingnya serta keterampilan gross

dan fine yang kurang.

Salah satu hambatan gerak yang ada pada anak tunagrahita sedang adalah keterampilan gerak dasar/ kasar seperti (1) gerak lokomotor, gerakan ini diidentifikasikan sebagai keterampilan bergerak dari tempat ke tempat lain. (2) gerak non-lokomotor, gerakan yang dilakukan tanpa bergerak dari tempat, dan (3) gerak manipulatif, gerakan pengendalian terhadap suatu objek dengan menggunakan tangan serta kaki. Menurut Rahyubi, (2012:304) bahwa (1) Gerak lokomotor adalah diartikan sebagai gerakan atau keterampilan yang menyebabkan tubuh berpindah tempat sehingga dibuktikan dengan adanya perpindahan tubuh (traveling) dari satu titik ke titik lain. (2) Gerak non lokomotor adalah gerakan yang tidak menyebabkan tubuh berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Contohnya: membungkuk, mengayun, meliuk, dan semacamnya. (3) Gerak manipulatif merupakan gerakan yang memerlukan koordinasi dengan ruang dan benda yang ada di sekitarnya. Gerak atau keterampilan manipulatif melibatkan tindakan mengontrol suatu obyek, khususnya dengan tangan dan kaki. (4) Gerak non manipulatif adalah lawan atau kebalikan dari gerak manipulatif, yaitu gerak yang dilakukan tanpa melibatkan benda disekitar. Contoh : membelok, berputar, berguling, bersalto, dan sebagainya.

Pelajaran Bina Diri merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di SLB yang bertujuan membentuk anak tunagrahita supaya mandiri, tidak bergantung pada orang lain dan mempunyai tanggung jawab. Untuk mencapai tujuan ini maka diperlukan pembelajaran yang berkualitas. Beberapa komponen yang menentukan kualitas dalam pembelajaran adalah materi pembelajaran, sarana dan prasarana, metode, media serta kondisi lingkungan. Penggunaan dan pengadaan media dalam pembelajaran dapat membantu anak untuk mencapai dan memberikan pengalaman yang berharga. Dalam penggunaan media juga harus disertai dengan demonstrasi agar anak tidak pasif dalam


(10)

3

GANJAR ARRIEF NUGRAHA, 2013

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR TUNAGRAHITA SEDANG MELALUI LATIHAN MENGEPEL LANTAI DI SLB KANDAGA BINA BANGSA SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pembelajarannya, serta memberikan stimulus, pengalaman, persepsi yang sama pada materi yang didemonstrasikan atau yang disampaikannya.

Materi bina diri yang diberikan kepada anak tunagrahita merupakan keterampilan yang sifatnya sederhana, salah satu keterampilan dalam materi bina diri adalah mengepel lantai menggunakan kain pel. Keterampilan ini bertujuan supaya anak tunagrahita dapat menjaga kebersihan dimana pun dan kapan pun terutama di rumahnya sendiri serta diharapkan dapat meningkatkan kemampuan motorik kasarnya. Sekolah mempunyai peranan yang sangat besar dalam mengembangkan kepribadian siswa, karena sekolah merupakan tempat yang tepat untuk mengorganisir berbagai kegiatan yang menunjang perkembangan kepribadian siswa. Serta orang tua berperan untuk membantu menerapkan keterampilan dalam mengepel dan sangat bermanfaat bagi anak tunagrahita sedang dalam menyiapkan kemandiriannya dalam kehidupan sehari-hari.

Kenyataan di lapangan (Observasi pendahuluan bulan Januari 2012 di SLB Kandaga Bina Bangsa), ternyata ada anak tunagrahita sedang yang motorik kasarnya terhambat dalam hal koordinasi pada geraknya, hal ini terlihat dari cara memegang serta dalam melempar bola, ataupun ketika pelajaran olah raga berlangsung, anak tidak mampu melakukan gerakan-gerakan kasar seperti, latihan keseimbangan, menekuk, memutar, ketika berjongkok anak kadang meminta bantuan gurunya dan ciri-ciri yang lainnya yang menandakan bahwa anak tersebut mengalami hambatan yang disebabkan hambatan dalam motorik kasar pada kedua tangannya. Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang diuraikan diatas maka peneliti bermaksud meneliti tentang meningkatan kemampuan motorik kasar melalui latihan mengepel lantai pada anak tunagrahita sedang dengan menggunakan kain pel.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, peneliti mengidentifikasi masalah seperti berikut:


(11)

4

GANJAR ARRIEF NUGRAHA, 2013

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR TUNAGRAHITA SEDANG MELALUI LATIHAN MENGEPEL LANTAI DI SLB KANDAGA BINA BANGSA SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Keterbatasan kekuatan otot tangan anak tunagrahita sedang berpengaruh terhadap kemampuan motorik kasarnya.

2. Minimnya keterampilan motorik kasar anak tunagrahita sedang berakibat pada penyesuaian anak terhadap lingkungan sekolah yang pada akhirnya menghambat peran serta anak dalam bermain dengan teman sebayanya. 3. Kurangnya latihan dalam hal koordinasi motorik mengakibatkan

kemampuan motorik anak tunagrahita sedang terhambat dan terbatas dalam bergerak.

4. Penggunaan media dan alat yang tidak sesuai untuk anak tunagrahita sedang berakibat menghambat kemampuan yang dimilikinya.

5. Penggunaan media yang tidak melibatkan anak berakibat anak menjadi pasif dalam pembelajarannya

6. Materi pelajaran bina diri yang sifatnya tidak sederhana berakibat anak tunagrahita sedang kesulitan dalam memahami materinya.

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini peneliti membatasi permasalahan pada peningkatkan kemampuan motorik kasar melalui latihan mengepel lantai pada anak tunagrahita sedang di slb kandaga bina bangsa subang.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut “Apakah dengan latihan mengepel lantai dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak tunagrahita sedang di SLB Kandaga Bina Bangsa Subang?”

Agar rumusan masalah yang dibuat peneliti lebih terarah, rumusan masalah di atas dijabarkan kembali menjadi pertanyaan, yaitu:

1. Bagaimanakah gambaran kemampuan motorik kasar anak tunagrahita sedang sebelum diberikan perlakuan atau treatment?


(12)

5

GANJAR ARRIEF NUGRAHA, 2013

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR TUNAGRAHITA SEDANG MELALUI LATIHAN MENGEPEL LANTAI DI SLB KANDAGA BINA BANGSA SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Bagaimanakah pengaruh kemampuan motorik kasar anak tunagrahita sedang sesudah diberikan perlakuan atau treatment latihan mengepel lantai?

3. Bagaimanakah pengaruh dari latihan mengepel lantai terhadap kemampuan motorik kasar anak tunagrahita sedang dalam bina diri khususnya permasalahan dalam mengepel lantai yang mencakup aspek mencelupkan kain pel, memeras kain pel dan menggerakan kain pel?

E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh latihan mengepel lantai terhadap kemampuan motorik kasar anak tunagrahita sedang.

b. Tujuan Khusus

Sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

1) Untuk memperoleh gambaran bagaimana kemampuan motorik kasar anak tunagrahita sedang sebelum diberikan perlakuan atau treatment dalam mengepel lantai,

2) Untuk memperoleh gambaran bagaimana kemampuan motorik kasar anak tunagrahita sedang sesudah diberikan perlakuan atau treatment dalam mengepel lantai dan,

3) Untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan motorik kasar anak tunagrahita sedang dalam bina diri khususnya permasalahan dalam mengepel lantai yang mencakup aspek mencelupkan kain pel, memeras kain pel dan menggerakan kain pel dengan cara mengusapkan kain pel ke kiri dan ke kanan.

2. Kegunaan Penelitian a. Manfaat Teoritis


(13)

6

GANJAR ARRIEF NUGRAHA, 2013

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR TUNAGRAHITA SEDANG MELALUI LATIHAN MENGEPEL LANTAI DI SLB KANDAGA BINA BANGSA SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Secara ilmiah penelitian ini dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu yang dapat memperkaya konsep atau teori yang menyokong perkembangan ilmu pengetahuan tentang perkembangan siswa tunagrahita sedang serta memberikan sumbangan pengetahuan bagi ilmu pendidikan, khususnya Pendidikan Luar Biasa.

b. Manfaat Praktis 1) Bagi Siswa

Sebagai pembelajaran pada tunagrahita sedang yang mempunyai hambatan dalam kemampuan motorik kasar, menambah pengetahuan praktis tentang kemampuan anak tunagrahita sedang dalam mata pelajaran bina diri khususnya dalam mengepel lantai.

2) Bagi Guru

Sebagai sumbangan pilihan tentang pentingnya penggunaan kain pel dalam meningkatkan kemampuan motorik kasar anak tunagrahita sedang.

3) Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut mengenai hal yang sama dan lebih mendalam.


(14)

Ganjar Arrief Nugraha, 2013

Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Tunagrahita Sedang Melalui Latihan Mengepel Lantai Di SLB Kandaga Bina Bangsa Subang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian

Menurut Arikunto (2006:118) variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Atau secara lebih terperinci dirumuskan oleh Sugiyono (2010: 60) variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Variabel penelitian ini dibagi menjadi dua bagian yaitu: 1. Variabel bebas

Variabel bebas (Independent variable) atau disebut juga dengan intervensi, yaitu: variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependent variable), dan yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah latihan mengepel lantai.

Mengepel lantai merupakan program khusus bina diri yang kemudian oleh peneliti dijadikan latihan yang akan diberikan kepada peserta didik. Sebelumnya peserta didik diberi pengarahan serta memperagakan tata cara mengepel lantai menggunakan kain pel. Pada saat treatment dilakukan, peserta didik diminta untuk memperagakan kembali mengepel lantai menggunakan kain pel dengan cara sebagai berikut:

a. Anak diminta mencelupkan kain pel ke dalam ember berisi air, b. Anak diminta memeras kain pel agar tidak terlalu basah,

c. Anak diminta menggerakan kain pel dengan caramengusapkan kain pel ke kiri dan ke kanan,

d. Anak diminta melihat kembali kebersihan lantai sudah di pel, e. Anak diminta membereskan kembali peralatan yang sudah dipakai.


(15)

23

Ganjar Arrief Nugraha, 2013

Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Tunagrahita Sedang Melalui Latihan Mengepel Lantai Di SLB Kandaga Bina Bangsa Subang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Semua pengarahan tersebut tentunya dengan bimbingan serta arahan dari peneliti, agar peserta didik dapat dengan mudah mengikuti arahan yang diberikan dari peneliti.

2. Variabel terikat

Variabel terikat (Dependent variable) atau disebut juga dengan target behavior, yaitu: variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan motorik kasar anak tunagrahita sedang. Pada penelitian ini, yang dimaksud dengan kemampuan motorik kasar adalah kemampuan atau keahlian anak dalam gerakan dasar motorik kasar yang memakai otot-otot besar pada lengan anak tunagrahita sedang, seperti pada aspek mengisi ember dengan air, mengangkat ember, memeras kain pel, serta menggerakan kain pel ke kiri dan ke kanan.

B. Metode Penelitian

Pendekatan penelitian dalam penelitian ini adalah kuantitatif menggunakan metode penelitian eksperimen dengan rancangan penelitian Single Subject Research (SSR). SSR yaitu penelitian eksperimen yang dilaksanakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari suatu perlakuan (intervensi) yang diberikan kepada subjek secara berulang-ulang dalam waktu tertentu.

Metode eksperimen merupakan satu-satunya metode penelitian yang dapat menguji secara benar hipotesis menyangkut hubungan kausal (sebab akibat). Dalam studi eksperimen, peneliti memanipulasi paling sedikit satu variabel, mengontrol variabel lain yang relevan dan mengobservasi efek/pengaruhnya terhadap satu atau lebih variabel terikat (Gay dalam Emzir 2008:63).

Desain penelitian A-B-A yang menurut Sunanto, Takeuchi dan Nakata (2006:44-45) mempunyai tiga fase yaitu:

1. A-1 (Baseline-1) adalah kondisi awal perilaku sasaran (target behavior) sebelum mendapatkan perlakuan (intervensi). Pengukuran pada kondisi baseline 1 sekurang-kurangnya dilakukan secara berkelanjutan sebanyak 3 kali untuk melihat kemampuan awal, dengan instrumen yang telah


(16)

24

Ganjar Arrief Nugraha, 2013

Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Tunagrahita Sedang Melalui Latihan Mengepel Lantai Di SLB Kandaga Bina Bangsa Subang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

disiapkan. Meskipun demikian yang menjadi pertimbangan utama bukanlah banyaknya data melainkan tingkat kesetabilan dan kecendrungan arah grafiknya. Pada beseline ini subyek diperlakukan alami tanpa diberikan suatu intervensi.

2. B (Intervensi) merupakan kondisi selama mendapatkan perlakuan (intervensi). Dalam penelitian ini, intervensi yang diberikan pada subyek berupa latihan mengepel lantai. Latihan ini nantinya akan digunakan pada subyek untuk mengepel lantai agar kemampuan motorik pada anak tunagrahita sedang ini dapat meningkat dengan baik. Intervensi ini dilakukan secara berulang–ulang sebanyak 10 sesi sampai mencapai kestabilan atau memiliki kemampuan yang lebih baik dengan alokasi waktu dari setiap sesi adalah ±60 menit.

3. A-2 (Baseline-2) merupakan kondisi pengulangan baseline setelah diberikan perlakuan (intervensi). Pengulangan kondisi baseline ini sebagai evaluasi sampai sejauh mana intervensi yang diberikan berpengaruh pada subjek. Pengukuran pada kondisi baseline 2 sekurang-kurangnya dilakukan secara berkelanjutan sebanyak 3 kali untuk melihat kemampuan akhir, dengan instrumen yang telah disiapkan seperti pada baseline A-1. Disain A-B-A ini menunjukkan adanya hubungan sebab akibat antara variabel bebas dan variabel terikat. Desain A-B-A bertujuan untuk memperoleh data sebelum subjek mendapatkan perlakuan atau intervensi pada saat mendapatkan perlakuan dan setelah mendapatkan perlakuan, selanjutnya menganalisis data dan melihat ada tidaknya perubahan yang terjadi akibat perlakuan yang diberikan. Sebagai kontrol pada kondisi intervensi dilakukan pengulangan kondisi baseline agar memperkuat keyakinan untuk menarik kesimpulan tentang adanya hubungan fungsional antara variabel bebas dan variabel terikat.

Setelah data hasil dari ketiga fase ini didapat, maka selanjutnya digambarkan ke dalam sebuah grafik. Sebagai contoh pola disain ini (A – B – A) adalah sebagai berikut :


(17)

25

Ganjar Arrief Nugraha, 2013

Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Tunagrahita Sedang Melalui Latihan Mengepel Lantai Di SLB Kandaga Bina Bangsa Subang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

100 Baseline 1 (A1) Intervensi (B) Baseline 2 (A2)

90 80 70 60 50 40 30 20 10

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Gambar 3.1 Pola Disain A – B – A (Sunanto, 2006 : 31)

Keterangan :

 0 – 15 merupakan absis (sumbu X) : menunjukkan sesi atau satuan waktu (tanggal).

 0 – 100 merupakan ordinat (sumbu Y) : skor kemampuan siswa dalam menjawab soal. Dengan perhitungan skor yang diperoleh dibagi skor maksimum dibagi 100 %.

C. Subyek dan Lokasi Penelitian 1. Subyek Penelitian

Menurut Sugiyono (2009:118) “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Dengan kata lain sampel bisa dikatakan subyek yang akan diteliti dan merupakan bagian yang menggambarkan populasinya. Adapun penarikan sampel dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dari sumber data dengan pertimbangkan hal tertentu, dalam hal ini yang dapat memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian adalah peserta didik yang telah mengenal dan menyukai segala macam aktivitas yang berhubungan dengan kebersihan, sehingga dapat memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian. Maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah


(18)

26

Ganjar Arrief Nugraha, 2013

Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Tunagrahita Sedang Melalui Latihan Mengepel Lantai Di SLB Kandaga Bina Bangsa Subang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Nama : A.M

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, Tgl Lahir : Subang, 08 Juli 1999 Nomor Induk : 0708015

Satuan Pendidikan : SDLB

Kelas : 5 ( lima)

Jenis Kelainan : Tunagrahita Sedang Nama Orang Tua : MM

Alamat : Kasomalang Subang

2. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dijadikan sebagai tempat penelitian adalah SLB KANDAGA BINA BANGSA yang beralamat di Jalan Kapuknahun Desa Darmaga Kecamatan Cisalak Kabupaten Subang.

D. Prosedur Penelitian 1. Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian bertujuan untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Informasi ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan percobaan. Sebelum penelitian dilakukan langkah-langkah sebagai berikut ;

a. Menyusun rencana penelitian yang berupa penyusunan rancangan penelitian untuk mengetahui dan memperoleh gambaran secara jelas tentang subjek penelitian yang ada di lapangan.

b. Mengurus surat perizinan yang berupa

1) Permohonan surat pengantar dari jurusan PLB untuk pengangkatan dosen pembimbing;

2) Permohonan surat keputusan Dekan FIP mengenai pengangkatan dosen pembimbing dan permohonan surat pengantar ijin penelitian dari Fakultas Ilmu Pendidikan ;


(19)

27

Ganjar Arrief Nugraha, 2013

Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Tunagrahita Sedang Melalui Latihan Mengepel Lantai Di SLB Kandaga Bina Bangsa Subang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3) Mengurus surat pengantar izin penelitian melalui BAAK untuk ke Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Lingkungan Masyarakat (KESBANGPOLINMAS) Provinsi Jawa Barat;

4) Membuat surat izin penelitian di KESBANGPOLINMAS Provinsi Jawa Barat;

5) Membuat surat izin penelitian di Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat;

6) Menyerahkan surat izin penelitian kepada Kepala Sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian yaitu SLB KANDAGA BINA BANGSA SUBANG.

c. Menyiapkan Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian mempunyai peran penting dalam penelitian. Jika instrumen sudah ada, data diperoleh dengan mudah dan cepat. Instrumen penelitian ini, dibuat dalam bentuk tes perbuatan untuk mengetahui kemampuan gerak dasar motorik kasar anak tunagrahita sedang.

d. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian

Persiapan perlengkapan penelitian yang menyangkut segala sesuatu yang bersifat perlengkapan yang dibutuhkan untuk mempermudah dan memperlancar pengumpulan data dari lapangan.

2. Pelaksanaan Penelitian

Tahap pelaksanaan penelitian dibagi menjadi beberapa kegiatan meliputi persiapan, pengambilan data, menghitung dan mengolah data. Penelitian dilaksanakan pada waktu kegiatan belajar mengajar dan dilakukan di ruang kelas. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaannya adalah sebagai berikut

a. Meminta ijin kepada pihak sekolah untuk melaksanakan penelitian, mengadakan komunikasi dengan guru kelas mengenai jadwal penelitian dan mendiskusikan rencana program pembelajaran;

b. Melaksanakan baseline-1 untuk mengetahui kemampuan dasar subjek penelitian dalam kemampuan motorik kasar anak tunagrahita sedang;


(20)

28

Ganjar Arrief Nugraha, 2013

Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Tunagrahita Sedang Melalui Latihan Mengepel Lantai Di SLB Kandaga Bina Bangsa Subang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

c. Melaksanakan treatment atau intervensi selama sembilan kali sampai mencapai kestabilan atau memiliki kemampuan yang lebih baik dengan alokasi waktu dari setiap sesi adalah ±60 menit.

d. Melaksanakan baseline-2, yaitu pengukuran kembali hasil pembelajaran mengepel lantai untuk mengetahui sejauh mana treatment yang dilakukan berpengaruh terhadap keterampilan motorik kasar anak tunagrahita sedang.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa daftar ceklis perkembangan motorik kasar yaitu subjek terlebih dahulu di asessmen dengan tujuan untuk mendapatkan informasi tentang subjek yang memungkinkan peneliti dapat memilih materi pembelajaran yang tepat. Diantaranya untuk mengetahui sampai sejauh mana kemampuan anak dalam kemampuan motorik kasarnya khususnya pada mata pelajaran bina diri.

Sugiyono (2010:148) mengemukakan bahwa “instrument penelitian adalah

suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun social

yang diamati”. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes perbuatan. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum dan sesudah diterapkannya penggunaan kain pel dalam meningkatkan kemampuan motorik kasarnya.

Untuk mencapai tujuan penelitian ini, peneliti membuat beberapa langkah untuk mempermudah dalam mencapai tujuan tersebut, yaitu:

1. Membuat kisi-kisi soal

Kisi-kisi soal dalam penelitian ini dibuat dan dikembangkan oleh peneliti. Kisi-kisi itu sendiri merupakan indikator yang akan ditetapkan pada butir-butir soal yang disesuaikan dengan variabel penelitian.

Kisi-kisi yang akan digunakan untuk mengukur perkembangan motorik kasar anak tunagrahita sedang yaitu sebagai berikut:


(21)

29

Ganjar Arrief Nugraha, 2013

Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Tunagrahita Sedang Melalui Latihan Mengepel Lantai Di SLB Kandaga Bina Bangsa Subang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Tabel 3.1

Membuat Kisi-Kisi Soal Kompetensi

Dasar Indikator Butir Instrumen

Jumlah Item Penguasaan Keterampilan Gerak Lokomotor Keterampilan Mengepel Lantai

1. Berjalan maju mundur 2. Mengangkat ember ke tempat tujuan(jarak ±2 meter)

3. Berjongkok sambil berjalan maju mundur

4. Berjongkok sambil berjalan ke samping kiri kanan 5. Berjongkok pada saat

mengepel 1 1 2 2 1 Gerak Non Lokomotor Keterampilan Mengepel Lantai

6. Memutar badan secara pelan-pelan pada saat mengepel

7. Memutar lengan dan tangan 8. Menekuk tangan ke bahu

kanan dan kiri

9. Membungkukkan badan 10.Pengamatan kebersihan

lantai yang sudah di pel(bersih dan tidaknya lantai tersebut), serta duduk sendiri pada saat istirahat

1

2 2

1


(22)

30

Ganjar Arrief Nugraha, 2013

Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Tunagrahita Sedang Melalui Latihan Mengepel Lantai Di SLB Kandaga Bina Bangsa Subang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Gerak Manipulatif Keterampilan

Mengepel Lantai

11.Mencelupkan kain pel ke dalam ember berisi air 12.Memeras kain pel(hasil

perasan kering apa tidak) 13.Menggerakan kain pel

dengan caramengusapkan kain pelke kiri dan ke kanan 14.Menggeserkan ember berisi

air(seperempat ember) 15.Mengisi ember dengan air(seperempat ember)

1

1

1

1 1

2. Pembuatan Butir Instrumen

Butir instrumen dibuat berdasarkan indikator yang dibuat pada kisi-kisi instrumen penelitian. Jumlah butir instrumen keseluruhan sebanyak 20 butir instrumen, berikut instrument yang akan digunakan dalam penelitian:

Tabel 3.2 Pembuatan Butir Soal

No Aspek Kemampuan

1. Mengisi ember dengan air(seperempat ember) 2. Mengangkat ember ke tempat tujuan(jarak ±2 meter) 3. Mencelupkan kain pel ke dalam ember berisi air 4. Memeras kain pel(hasil perasan kering apa tidak)

5. Menggerakan kain pel dengan caramengusapkan kain pelke kiri dan ke kanan

6. Menggeserkan ember berisi air(seperempat ember) 7. Berjongkok pada saat mengepel


(23)

31

Ganjar Arrief Nugraha, 2013

Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Tunagrahita Sedang Melalui Latihan Mengepel Lantai Di SLB Kandaga Bina Bangsa Subang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

9. Berjongkok sambil berjalan mundur

10. Berjongkok sambil berjalan ke samping kiri 11. Berjongkok sambil berjalan ke samping kanan

12. Memutar badan secara pelan-pelan pada saat mengepel 13. Memutar lengan

14. Memutar tangan

15. Menekuk tangan ke bahu kanan 16. Menekuk tangan ke bahu kiri 17. Membungkukkan badan 18. Berjalan maju mundur

19. Pengamatan kebersihan lantai yang sudah di pel(bersih dan tidaknya lantai tersebut)

20. Duduk sendiri pada saat istirahat

3. Menentukan Kriteria Penilaian Butir Instrumen

Kriteria penilaian dibuat untuk menetapkan skor atau nilai hasil belajar, sehingga dapat diketahui oleh peneliti seberapa besar hasil yang dicapai oleh sampel penelitian. Kriteria penilaiannya adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3

Kriteria Penilaian Perkembangan Penguasaan Keterampilan Mengepel Dan Perkembangan Motorik Kasar

ASPEK KEMAMPUAN SKOR

a. Jika siswa dapat melakukan gerakan motorik 1 b. Jika siswa tidak mampu sama sekali melakukan gerakan


(24)

32

Ganjar Arrief Nugraha, 2013

Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Tunagrahita Sedang Melalui Latihan Mengepel Lantai Di SLB Kandaga Bina Bangsa Subang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4. Judgment Instrumen

Judgment instrumen dilakukan dengan tujuan untuk mencari validitas dari instrumen yang telah dibuat untuk digunakan dalam penelitian. Peneliti menyusun instrumen penelitian untuk pengumpulan data. Instrumen disusun dalam bentuk daftar ceklis. Pengukuran yang diberikan dalam instrumen mengenai penguasaan keterampilan mengepel lantai serta perekembangan motorik kasar anak tunagrahita sedang.

Menurut Arikunto (2010: 211) bahwa “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesutu

instrumen”. Menurut Arikunto (2010: 211) bahwa “instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan”. Menurut Sugiyono (2009: 173) “valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur”. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan validitas isi berupa expert-judgment. Penilaian validitas instrument dilakukan oleh satu orang dosen dan dua orang guru. Setelah data diperoleh, kemudian diolah dengan menggunakan rumus :

Presentase =

Jumlah Cocok

x 100% Jumlah Penilai

(perhitungan validitas instrumen terlampir)

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data sering juga disebut metode pengumpulan data. Arikunto, (2002: 100) menyatakan bahwa “metode pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data”. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data yang dapat memperlihatkan pengaruh penggunaan kain pel terhadap peningkatan kemampuan motorik kasar pada anak tunagrahita. Tujuan dari pengumpulan data yaitu untuk


(25)

33

Ganjar Arrief Nugraha, 2013

Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Tunagrahita Sedang Melalui Latihan Mengepel Lantai Di SLB Kandaga Bina Bangsa Subang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

memperoleh data yang mampu menjelaskan dan menjawab permasalahan secara nyata dan objektif.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah berbentuk tes tindakan. Menurut Arikunto (2006:150) “tes adalah serentetan pertanyaan dalam latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan yang dimiliki kelompok atau individu”. Tes diberikan pada saat sebelum dan setelah diberi perlakuan atau treatment. Tes yang diberikan sebelum dan setelah perlakuan merupakan tes yang sama untuk membandingkan hasil sebelum dan sesudah diberikan perlakuan, apakah ada perubahan atau tidak pada subjek penelitian. Instrument dibuat oleh peneliti sendiri sesuai dengan kisi-kisi yang dibuat dan dikembangkan peneliti untuk mata pelajaran Keterampilan Bina Diri khususnya dalam motorik kasar.

G. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif yaitu setelah diperoleh data hasil penelitian, maka dilakukan analisis terhadap data. Setelah data terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan statistik deskriftif untuk memperoleh gambaran mengenai hasil intervensi yang diberikan dalam jangka waktu tertentu yang mana penyajian datanya dijabarkan dalam bentuk grafik atau diagram.

Sunanto (2006 : 65) berpendapat bahwa “metode analisis yang digunakan lazim disebut ispeksi visual dimana analisis dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap data yang telah ditampilkan dalam

grafik”. Penggunaan analisis ini diharapkan dapat melihat gambaran secara jelas pelaksanaan eksperimen sebelum subyek menerima treatment dan setelah subyek memperoleh perlakuan treatment selama beberapa kurun waktu atau setiap sesi dalam penelitian.

Langkah-langkah dalam menganalisis data penelitian ini adalah sebagai berikut :


(26)

34

Ganjar Arrief Nugraha, 2013

Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Tunagrahita Sedang Melalui Latihan Mengepel Lantai Di SLB Kandaga Bina Bangsa Subang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Menjumlahkan hasil penskoran pada kondisi baseline-1 terhadap subjek penelitian yang dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan.

2. Menjumlahkan hasil penskoran pada kondisi intervensi terhadap subjek penelitian yang dilakukan sebanyak 9 kali pertemuan.

3. Menjumlahkan hasil penskoran pada kondisi baseline-2 terhadap subjek penelitian yang dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan.

4. Membuat tabel untuk skor yang diperoleh pada kondisi baseline-1, intervensi,dan baseline-2.

5. Membuat grafik dari data yang diperoleh pada kondisi baseline-1, intervensi,dan baseline-2.


(27)

Ganjar Arrief Nugraha, 2013

Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Tunagrahita Sedang Melalui Latihan Mengepel Lantai Di SLB Kandaga Bina Bangsa Subang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data pada bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan bahwa perkembangan gerak motorik dalam mengepel lantai subjek sangat rendah, hal ini dapat dilihat dari kemampuan subjek sebelum diberi perlakuan. Data menunjukkan pada umumnya di dalam baseline-1 (A-1) selama 3 sesi, subjek hanya baru dapat melakukan tujuh sampai delapan gerakan saja dengan persentase tertinggi dari skor perkembangan motoriknya sebesar 40%, sedangkan persentase tertendahnya adalah 35% dengan mean level sebesar 38,3%. Hal ini menunjukkan keterampilan motorik dalam mengepel lantai subjek sangat rendah dan membutuhkan latihan-latihan yang tepat untuk meningkatkan kemampuan motoriknya.

Setelah dilakukan treatment dengan latihan mengepel lantai, terdapat peningkatan terhadap kemampuan motorik kasar subjek di SLB Kandaga Bina Bangsa Subang. Berdasarkan hal tersebut ada perkembangan kemampuan motorik kasar subjek dan dapat dilihat dari perolehan skor pada baseline-2 (A-2) selama 3 sesi. Persentase tertinggi dari skor perkembangan motoriknya sebesar 85%, sedangkan persentase tertendahnya adalah 75% dengan mean level sebesar 81,6%.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa latihan keterampilan mengepel lantai dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan gerak motorik kasar anak tunagrahita sedang dalam bina diri dari aspek gerak lokomotor, non lokomotor dan manipulatif, khususnya di dalam gerakan mengepel lantai yang mencakup aspek mencelupkan kain pel, memeras kain pel dan menggerakan kain pel dengan cara mengusapkan kain pel ke kiri dan ke kanan.


(28)

50

Ganjar Arrief Nugraha, 2013

Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Tunagrahita Sedang Melalui Latihan Mengepel Lantai Di SLB Kandaga Bina Bangsa Subang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu B. Rekomendasi

Dari hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diungkapkan, maka terdapat beberapa hal yang perlu peneliti sampaikan sebagai suatu rekomendasi dalam pembelajaran di sekolah, antara lain sebagai berikut :

1. Bagi Pendidik

Para pendidik bukanlah guru saja, melainkan orang tua, keluarga, dan lingkungan sekitar. Guru atau pendidik memiliki beban dan tanggung jawab terhadap keberhasilan pendidikan anak didiknya. Perkembangan motorik anak pun perlu diperhatikan untuk menunjang lancarnya proses pembelajaran berlangsung. Dengan adanya penelitian ini, peneliti harapkan dapat dimanfaatkan guru-guru sebagai salah satu pembelajaran yang diajarkan di sekolah untuk meningkatkan kemampuan motorik peserta didik.

2. Lembaga sekolah

Berdasarkan pada hasil penelitian, dalam latihan mengepel diharapkan dapat memberi kontribusi dan inovasi dalam rangka mengembangkan suatu pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas belajar siswa terutama dalam hal gerak dasar motorik kasar walaupun dengan hambatan-hambatan yang dialami anak tunagrahita sedang. Maka dari itu, sekolah hendaknya dapat menggunakan latihan keterampilan mengepel ini untuk mengembangkan gerak dasar motorik kasarnya.

3. Untuk Orangtua

Orangtua merupakan pendidik pertama dan yang paling lama bertatap muka denga anak. Jadi, orangtua pun diharapkan untuk meluangkan waktunya agar bisa melatih kemandirian anak melalui latihan mengepel lantai, agar anak bisa lebih terampil dalam melakukan aktifitas motorik kasar yang berhubungan dengan kedua tangannya. Selain evektif untuk meningkatkan kemampuan motorik, latihan ini pun tidak memerlukan biaya yang besar.


(29)

51

Ganjar Arrief Nugraha, 2013

Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Tunagrahita Sedang Melalui Latihan Mengepel Lantai Di SLB Kandaga Bina Bangsa Subang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 4. Peneliti berikutnya

Berdasarkan hasil penelitian, latihan keterampilan mengepel ini diketahui mampu meningkatkan kemampuan gerak dasar motorik kasar khususnya dalam gerakan mengepel lantai pada anak tunagrahita sedang. Selanjutnya untuk memperoleh gambaran hasil yang lebih meyakinkan, maka disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk mengadakan penelitian sejenis, misalnya dengan jumlah sampel yang lebih banyak.


(30)

Ganjar Arrief Nugraha, 2013

Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Tunagrahita Sedang Melalui Latihan Mengepel Lantai Di SLB Kandaga Bina Bangsa Subang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Amien, M. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Bandung : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka cipta.

Decaprio, R. (2013). Aplikasi Teori Pembelajaran Motorik di Sekolah. Jogjakarta : Diva Press.

Delphie, B. (2006). Penyebab Kelainan Keterbelakangan Mental. Bandung : Rizqi Press.

Delphie, B. (2009). Bimbingan Prilaku Adaptif. Klaten : PT Intan Sejati Klaten. Delphie, B. (2012). Pembelajaran Anak Tunagrahita. Bandung : PT Refika

Aditama.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta: DEPDIKNAS.

Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Model Silabus Pendidikan Khusus. Jakarta: DEPDIKNAS. Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia

[online] Tersedia: http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php [27 Januari 2013]

Mahendra, A. dan Ma’mun, A. (1998). Teori Belajar dan Pembelajaran Motorik.

Bandung : IKIP Bandung Press.

Rahyubi, H. (2012). Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik. Bandung : Nusa Media.

Soendari, T. dan Nani, E. (2010). Asesmen Dalam Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung : CV. Catur Karya Mandiri.

Somantri, S (2006). Psikologi Luar Biasa. Bandung : PT Refika Aditama. Sugiyono. (2005). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.


(31)

53

Ganjar Arrief Nugraha, 2013

Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Tunagrahita Sedang Melalui Latihan Mengepel Lantai Di SLB Kandaga Bina Bangsa Subang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Sunanto, J., Takeuchi, K. Dan Nakata, H. (2006). Penelitian dengan Subyek Tunggal. Bandung : UPI Press.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI.


(1)

34

1. Menjumlahkan hasil penskoran pada kondisi baseline-1 terhadap subjek penelitian yang dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan.

2. Menjumlahkan hasil penskoran pada kondisi intervensi terhadap subjek penelitian yang dilakukan sebanyak 9 kali pertemuan.

3. Menjumlahkan hasil penskoran pada kondisi baseline-2 terhadap subjek penelitian yang dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan.

4. Membuat tabel untuk skor yang diperoleh pada kondisi baseline-1, intervensi,dan baseline-2.

5. Membuat grafik dari data yang diperoleh pada kondisi baseline-1, intervensi,dan baseline-2.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data pada bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan bahwa perkembangan gerak motorik dalam mengepel lantai subjek sangat rendah, hal ini dapat dilihat dari kemampuan subjek sebelum diberi perlakuan. Data menunjukkan pada umumnya di dalam baseline-1 (A-1) selama 3 sesi, subjek hanya baru dapat melakukan tujuh sampai delapan gerakan saja dengan persentase tertinggi dari skor perkembangan motoriknya sebesar 40%, sedangkan persentase tertendahnya adalah 35% dengan mean level sebesar 38,3%. Hal ini menunjukkan keterampilan motorik dalam mengepel lantai subjek sangat rendah dan membutuhkan latihan-latihan yang tepat untuk meningkatkan kemampuan motoriknya.

Setelah dilakukan treatment dengan latihan mengepel lantai, terdapat peningkatan terhadap kemampuan motorik kasar subjek di SLB Kandaga Bina Bangsa Subang. Berdasarkan hal tersebut ada perkembangan kemampuan motorik kasar subjek dan dapat dilihat dari perolehan skor pada baseline-2 (A-2) selama 3 sesi. Persentase tertinggi dari skor perkembangan motoriknya sebesar 85%, sedangkan persentase tertendahnya adalah 75% dengan mean level sebesar 81,6%.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa latihan keterampilan mengepel lantai dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan gerak motorik kasar anak tunagrahita sedang dalam bina diri dari aspek gerak lokomotor, non lokomotor dan manipulatif, khususnya di dalam gerakan mengepel lantai yang mencakup aspek mencelupkan kain pel, memeras kain pel dan menggerakan kain pel dengan cara mengusapkan kain pel ke kiri dan ke kanan.


(3)

50

B. Rekomendasi

Dari hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diungkapkan, maka terdapat beberapa hal yang perlu peneliti sampaikan sebagai suatu rekomendasi dalam pembelajaran di sekolah, antara lain sebagai berikut :

1. Bagi Pendidik

Para pendidik bukanlah guru saja, melainkan orang tua, keluarga, dan lingkungan sekitar. Guru atau pendidik memiliki beban dan tanggung jawab terhadap keberhasilan pendidikan anak didiknya. Perkembangan motorik anak pun perlu diperhatikan untuk menunjang lancarnya proses pembelajaran berlangsung. Dengan adanya penelitian ini, peneliti harapkan dapat dimanfaatkan guru-guru sebagai salah satu pembelajaran yang diajarkan di sekolah untuk meningkatkan kemampuan motorik peserta didik.

2. Lembaga sekolah

Berdasarkan pada hasil penelitian, dalam latihan mengepel diharapkan dapat memberi kontribusi dan inovasi dalam rangka mengembangkan suatu pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas belajar siswa terutama dalam hal gerak dasar motorik kasar walaupun dengan hambatan-hambatan yang dialami anak tunagrahita sedang. Maka dari itu, sekolah hendaknya dapat menggunakan latihan keterampilan mengepel ini untuk mengembangkan gerak dasar motorik kasarnya.

3. Untuk Orangtua

Orangtua merupakan pendidik pertama dan yang paling lama bertatap muka denga anak. Jadi, orangtua pun diharapkan untuk meluangkan waktunya agar bisa melatih kemandirian anak melalui latihan mengepel lantai, agar anak bisa lebih terampil dalam melakukan aktifitas motorik kasar yang berhubungan dengan kedua tangannya. Selain evektif untuk meningkatkan kemampuan motorik, latihan ini pun


(4)

51

4. Peneliti berikutnya

Berdasarkan hasil penelitian, latihan keterampilan mengepel ini diketahui mampu meningkatkan kemampuan gerak dasar motorik kasar khususnya dalam gerakan mengepel lantai pada anak tunagrahita sedang. Selanjutnya untuk memperoleh gambaran hasil yang lebih meyakinkan, maka disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk mengadakan penelitian sejenis, misalnya dengan jumlah sampel yang lebih banyak.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Amien, M. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Bandung : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka cipta.

Decaprio, R. (2013). Aplikasi Teori Pembelajaran Motorik di Sekolah. Jogjakarta : Diva Press.

Delphie, B. (2006). Penyebab Kelainan Keterbelakangan Mental. Bandung : Rizqi Press.

Delphie, B. (2009). Bimbingan Prilaku Adaptif. Klaten : PT Intan Sejati Klaten. Delphie, B. (2012). Pembelajaran Anak Tunagrahita. Bandung : PT Refika

Aditama.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta: DEPDIKNAS.

Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Model Silabus Pendidikan Khusus. Jakarta: DEPDIKNAS. Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia

[online] Tersedia: http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php [27 Januari 2013]

Mahendra, A. dan Ma’mun, A. (1998). Teori Belajar dan Pembelajaran Motorik. Bandung : IKIP Bandung Press.

Rahyubi, H. (2012). Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik. Bandung : Nusa Media.

Soendari, T. dan Nani, E. (2010). Asesmen Dalam Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung : CV. Catur Karya Mandiri.


(6)

53

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Sunanto, J., Takeuchi, K. Dan Nakata, H. (2006). Penelitian dengan Subyek Tunggal. Bandung : UPI Press.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI.