PENGARUH MEDIA SEPATU UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PERSEPSI VISUAL-MOTORIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG.

(1)

PENGARUH MEDIA SEPATU UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PERSEPSI VISUAL - MOTORIK

PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG

Studi Eksperimen (Single Subjeck Research )

terthadap siswa kelas II SDLB di SLB-C Bina Grahita Leles

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menempuh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Khusus

Rosita NIM : 0909529

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

PENGARUH MEDIA SEPATU UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PERSEPSI VISUAL - MOTORIK

PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG

Oleh Rosita

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© ROSITA 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Tita Nurhayati 09095298

PELAKSANAAN KETERAMPILAN BERCOCOCK TANAM SAYURAN BAGIA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS X DI SLB

NGAMPRAH RAYA

Disetujui dan disahkan oleh : Pembimbing 1

Dr.Tjutju Soendari, M.Pd NIP. 195602141980032001

Pembimbing II

Dra. Juhanaini, M.Ed NIP. 196005051986032001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Khusus

Drs. Sunaryo, M.Pd Nip: 19560722 198503 1001


(4)

ABSTRAK

Pengaruh Media Sepatu Untuk Meningkatkan Kemampuan Persepsi Visual-Motorik Pada Anak Tunagrahita Sedang

Rosita (0909529)

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan penggunaan media sepatu upaya meningkatkan kemampuan persepsi visual-motorik. Sensori motor merupakan interaksi dari berbagai macam persepsi dengan aktivitas motorik. Dalam proses belajar motorik, beberapa sensasi atau persepsi terintergrasi satu sama lain dan terkait dengan aktivitas motorik, pada gilirannya menyediakan informasi balik untuk mengoreksi persepsi dengan mengunakan media sepatu. Setelah dilakukan observasi secara langsung pada anak tunagrahita masih ada yang mengalami kesulitan dengan menunjukan gejala kurangnya koordinasi dan aktivitas motorik, termasuk hambatan dalam koordinasi motorik halus yang ditunjukan dalam respon gerak otot dengan pola rendah dan kurang bervariasi. Penggunaan media sepatu untuk meningkatkan kemampuan visual-motorik akan memberikan kesempatan bagi anak untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki untuk menstimulusi kemampuan persepsi visual-motorik karena dengan mengunakan media sepatu anak dituntut untuk mengunakan otot-otot tangan. Berdasarkan hasil pengolahan data hasil penelitian ini menggunakan metode eksperimen, dengan pendekatan subjek tunggal atau single subject research (SSR) dan model yang digunakan yaitu model A-B-A, disain yang menggunakan dua kondisi kontrol (baseline) sebelum dan setelah intervensi. Berdasarkan latar belakang maka penelitian dengan mengunakan media sepatu dapat memberikan pengaruh dalam meningkatkan kemampuan persepsi visual-motorik pada anak tunagrahita sedang .


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GRAFIK... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Batasan Masalah... 3

D. Rumusan Masalah... 3

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 3

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Deskripsi Teori 1. Pengerti Anak Tunagrahita ... 5

2. Klasifikasi Anak Tunagrahita... 6

B. Anak Tunagragita Sedang 1. Pengertian Anak Tunagrahita Sedang... 7

2. Karakteristik Anak Tunagrahita Sedang... 8

3. Masalah Anak Tunagrahita Sedang... 9

C. Konsep Dasar Persepsi Visual-Motorik 1. Persepsi Visual... 10

2. Sensorimotor... 10

3. Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita Sedang.. 12

4. Media Sepatu... 13


(6)

E. Kerangka Berpikirdan Hipotesis Penelitian

1. Kerangka berfikir ... 15

2. Hipotesis... 16

F. Implementasi Media Sepatu Untuk Meningkatkan Kemampuan Persepsi visual-Motorik Dalam MengurusDiri pada anak tunagrahita sedang... 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian ... 18

B. Metode Penelitia ... 19

C. Subjek dan Tempat Penelitian ... 24

D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 24

E. Teknik Pengolahan Data... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Hasil Penelitian... 29

B. Pembahasan ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ... 58

B. Rekomendasi. ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 61 LAMPIRAN-LAMPIRAN.


(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara umum pendidikan di Indonesia bertujuan untuk mengembangkan kemampuan anak didik secara optimal dalam berbagai aspek, khususnya aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Agar anak dapat hidup mandiri baik di lingkungan, keluarga, sekolah maupun masyarakat. Sekolah merupakan salah satu lembaga formal yang dituntut untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki anak didik sampai mereka menjadi orang yang mandiri, dengan mengenal anak didik dan memikirkanya bagaimana cara memotivasi anak agar dapat belajar dengan baik sehingga tujuan pendidikan secara umum tercapai.

Sebagai tertuang dalam UU RI No.20 Tahun 2003 Tentang sistem

pendidikan nasional pasal 5 ayat (1) dan (3) “Warga negara yang mamiliki kelainan fisik, emosi, mental, intelektual atau sosial berhak memperoleh

pendidikan khusus” (ayat 2).

Anak tunagrahita pada umumnya mengalami hambatan pada kemampuan motorik halus. Terutama anak tunagrahita sedang mempunyai ketidak fungsian tubuhnya yaitu fisik maupun psikisnya tidak dapat berfungsi secara wajar. Oleh karena itu untuk mengatasi atau membantu anak-anak tunagrahita bukanlah dengan jalan medis, tetapi diberikan latihan-latihan gerak dengan pengawasan dan pembinaan yang lebih seksama serta penuh kesabaran dan ketekunan yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan anak tunagrahita sedang. Namun demikian bila diberi kesempatan mendapatkan layanan pendidikan yang tepat anak tunagrahita mampu mengaktualisasikan kemampuannya. Gangguan anak tunagrahita sedang menunjukan gejala kurangnya koordinasi dan aktivitas motorik, termasuk hambatan dalam koordinasi motorik halus yang ditunjukan dalam respon gerak otot dengan pola rendah dan kurang bervariasi sebagai menurut


(8)

2

terjadi karena respon motorik anak tidak berkembang kedalam pola-pola motorik, akibatnya keterampilan anak tunagrahita sedang sangat rendah dan kurang bervariasi.” Seseorang yang mengalami hambatan dalam motorik halus, seringkali mengahadapi masalah ketika mereka belajar menulis atau menggambar, mengancingkan baju, menalikan tali sepatu, menarik sleting, sendok dan garpu. Kesulitan ini akan lebih nampak terutama pada mereka yang tingkat ketunaanya tergolong sedang dan berat.

Sensori motor merupakan interaksi dari berbagai macam persepsi dengan aktivitas motorik. Dalam proses belajar motorik, beberapa sensasi atau persepsi terintergrasi satu sama lain dan terkait dengan aktivitas motorik, pada gilirannya menyediakan informasi balik untuk mengoreksi persepsi, oleh karena itu modifikasi bagi anak tunagrahita sedang diperlukan untuk meningkatkan kemampuan persepsi visual - motorik anak, salah satu cara yaitu dengan mengunakan media sepatu. Kaitan antara penggunaan media sepatu dengan kemampuan visual-motorik dalam penelitian kemampuan

visual-motorik akan memberikan kesempatan bagi anak untuk

mengembangkan potensi yang mereka miliki, media sepatu merupakan media yang digunakan untuk menstimulusi kemampuan persepsi visual-motorik karena dengan mengunakan media sepatu anak dituntut untuk mengunakan otot-otot tangan. Secara tidak langsung atau secara tidak disadari anak akan terlatih untuk mengunakan otot tangan untuk melatih kemampuan persepsi

visual–motorik, dengan demikian proses belajar anak dapat lebih optimal.

Beragamnya media pengajaran menuntut kreativitas pendidik dalam memberi pelayanan, media pengajaran yang tepat dan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan anak tunagrahita. Media sepatu digunakan untuk membantu mengintervensi persepsi visual dan motorik halus. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Media Sepatu Untuk Meningkatkan Kemampuan Persepsi Vi sual-Motorik Pada Anak Tunagrahita Sedang.


(9)

3

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan dilatar belakang, maka yang menjadi identifikasi masalah diantaranya :

1. Siswa kesulitan dalam persepsi visual-motorik tidak dapat membedakan

kaki kiri dan kanan.

2. Siswa cenderung salah dalam memakai sepatu kiri dan kanan.

3. Media yang digunakan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran

dengan menggunakan sepatu.

Metode mengajar yang telah digunakan guru tanpa media pembelajaran tidak dapat berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan persepsi

visual-motorik anak tunagrahita sedang .

C. Batasan Masalah

Untuk lebih mengarah pada permasalahan yang akan diteliti maka masalahnya dapat diberikan sebagai berikut:

1. Subjek yang diteliti difokuskan pada anak tunagrahita sedang kelas II

SDLB.

2. Penelitian ini menerapkan media sepatu upaya meningkatkan kemampuan

persepsi visual-motorik.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan dengan pemaparan pada latar belakang masalah di atas maka penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah media sepatu dapat memberikan pengaruh dalam meningkatkan kemampuan persepsi

visual-motorik pada anak tunagrahita sedang?”

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mmngetahui secara objektif pengaruh media sepatu terhadap persepsi visual-motorik pada anak tunagrahita sedang.


(10)

4

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:

a. Kemampuan persepsi visual–motorik anak tunagrahita sedang sebelum

menggunakan media sepatu .

b. Pengunaan media sepatu dapat meningkatkan kemampuan persepsi

visual -motorik pada anak tunagrahita sedang. 3. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan adalah sebagai berikut :

a. Secara teoritis dapat menambah pengetahuan PLB terutama yang

berkaiatan dengan kemampuan visual–motorik, dan dapat

mengembangkan ilmu pengetahuan tentang pentingnya media sepatu yang bisa digunakan sebaga alat intervensi untuk kemampuan peserta didik.

b. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan tentang pembelajaran pada

anak tunagrahita sedang kelas II SDLB-C yang ada di lapangan serta menerapkannya pada pembelajaran di sekolah.

c. Secara praktis penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan bagi para guru dalam memecahkan masalah untuk menggunakan media sepatu untuk memberikan kemampuan persepsi visual-motorik pada anak tunagrahita sedang.


(11)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A.Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu objek yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Variabel yang terdapat pada penelitian ini adalah variabel bebas dalam penelitian subjek tunggal dikenal dengan treatment atau perlakuan adalah media sepatu, sedangkan variabel terikat dikenal dengan target beharvior atau perilaku sasaran adalah persepsi visual-motorik.

Metoda penelitian yang digunakan single subject research (penelitian subjek tunggal) adalah suatu metode yang bertujuan untuk memperoleh data yang diperlukan dengan melibatkan hasil data tentang ada tidaknya akibat dari suatu intervensi. Subjek dan lokasi penelitian dilakukan pada anak

tunagrahita sedang kelas II SDLB di SLB–C Bina Grahita Leles Kabupaten

Garut, dengan instrumen dan teknik pengumpulan data serta teknik pengolahan data yang akan dijabarkan dalam pembahasan berikut:

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media sepatu sebagai alat bantu yang dipergunakan bagi anak tunagtahita sedang yang mempunyai

hambatan dalam kemampuan persepsi visual–motorik dasar dalam

membedakan sepatu kiri dan kanan. Tujuannya adalah memberikan intervensi belajar pada anak didik secara tematik dengan memfungsikan indera lainnya.

Hal tersebut dilakukan secara berulang-ulang yang disesuaikan dengan kemampuan anak didik, sampai anak mampu membedakan kaki kanan dan kaki kiri dengan benar.


(12)

19

2. Veriabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas, tingkah laku yang diharapkan, dalam penelitian yang dijadikan target behavior adalah kemampuan persepsi visual-motorik dapat dilihat dari kematangan koordinasi visual-motorik dan tahap perkembangan kognitifnya.

Kemampuan persepsi visual-motorik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seberapa baik kemampuan persepsi visual-motorik anak tunagrahita sedang dengan kriteria kemampuan persepsi visual-motorik membedakan konseptual kaki kanan dan kaki kiri adalah:

a. Kesadaran posisi penghayatan tubuh b. Kesadaran posisi orientasi arah c. Kesadaran Posisi Orientasi Ruang

d.Motorik Halus (memasang tali sepatu memakai tiga model sepatu), melalui media sepatu subjek diberikan intervensi.

B. Metode Penelitian

Menentukan metode merupakan langkah penting sebuah penelitian karena akan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan yang ditetapkan. Dengan demikian metode yang digunakan dalam sebuah penelitian harus tepat, artinya bahwa metode tersebut harus sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen banyak memberikan manfaat, terutama untuk menentukan bagaimana dan mengapa sesuatu kondisi atau peristiwa itu terjadi. Sebagaimana dikemukakan oleh Arikunto (2002 : 3)

Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang bisa mengganggu. Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu perlakuan.


(13)

20

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, dengan pendekatan subjek tunggal atau single subject research (SSR). SSR merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari analisis tingkah laku (behavior analytic) serta

mengacu pada strategi penelitian yang dikembangkan untuk

mendokumentasikan perubahan tentang tingkah laku subjek secara individu (Delphie, 2005: 95). Penggunaan metode ini dianggap sangat sesuai dalam meneliti subjek tunggal terhadap perilaku secara spesifik. Dalam penelitian ini diharapkan memperoleh gambaran tentang sejauh mana kontribusi media sepatu pada perspsi visual-motorik terhadap peningkatan kemampuan mengurus diri pada anak tunagrahita. Eksperimen ini tidak dilakukan pada suatu kelompok subyek, tetapi dilakukan pada subyek secara individu. Kondisi eksperimen (intervention) dikontrol oleh kondisi sebelum eksperimen (baseline) pada subyek yang sama. Model yang digunakan yaitu model A-B-A

design, disain yang menggunakan dua kondisi kontrol (baseline) sebelum dan

setelah intervensi. Dengan dilakukannya kontrol terhadap kondisi intervensi sebanyak delapan kali akan lebih meningkatkan keyakinan adanya hubungan

sebab akibat antara intervensi dan perubahan perilaku sasaran,

dimana desain ini dapat menunjukan sebab akibat antara target behavior dan variabel bebas. Desain A-A memiliki tiga tahap, dimana A-1 (baseline-1),

B-1 (treatment-B-1) atau intervensi dan A-2 (baseline-2), desain penelitian single subject research (penelitian subjek tunggal) dengan desain A-B-A


(14)

21 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Baseline (A) Intervensi (B) Baseline (A') Sesi P re se nta se ja wa ba n ya ng b ena r da lam me mba ca pe rmula an

Grafik 3.1

Presentasi Skor Perolehan Dalam Kemampuan Persepsi Visual-Motor

Grafik 3.1 : Pola desain ABA Keterangan :

A-1 (baseline-1)

Merupakan sesi pengamatan perilaku subjek penelitian sebelum mendapat intervensi pembelajaran mengurus diri dengan media sepatu. Dalam sesi ini subjek penelitian diperlakukan secara alami dan kontinyu, sampai menemukan kondisi stabil yang menjadi dasar perhitungan selanjutnya. Kondisi stabil ditandai dengan adanya angka-angka pengamatan berada antara rentang atas dan rentang bawah dengan presentase 85% - 90%. (Sunanto, 2005:110). Kondisi awal subyek sebelum mendapatkan perlakuan dalam kemampuan memakai sepatu subjek belum dapat mengenakan sepatu dengan benar selalu terbalik, sepatu kanan dipakai kaki kiri sepatu kiri dipakai kaki kanan . Pada fase ini subyek diberikan tes perbuatan untuk mengukur kemampuan penguasaan pra-syarat dan memakai sepatu sebanyak 40 (empat puluh) item tes. Kemudian dihitung skor yang dimiliki anak, data skor selanjutnya dimasukkan ke dalam catatan dengan menggunakan presentase dilakukan berturut-turut setiap harinya dilakukan satu sesi.

p re se n ta si sk o r p er o le h an d al am k em amp u an p er se p si v is u al -mo to ri k d al am m en g u ru s d ir i


(15)

22

B (intervensi )

Merupakan kegiatan-kegiatan intervensi yang dilakukan setelah

menemukan angka-angka stabil atau konsisten pada baseline A-1. Intervensi dilakukan melalui pertemuan pembelajaran dimana subjek diberi perlakuan melalui penggunaan media sepatu secara berulang-ulang, tujuannya untuk melihat kemunculan tingkah laku sasaran yang terjadi selama perlakuan diberikan sebanyak delapan kali sesi, yang setiap harinya dilakukan satu sesi. Pada tahap awal pemberian intervensi yang berkaitan dengan penguasaan pra-syarat untuk meningkatkan kemampuan visual-motorik adalah: kesadaran posisi (penghayatan tubuh) dan kesadaran posisi (orientasi arah) kesadaran posisi (orientasi ruang) dan motorik halus menggerakkan jari tangan untuk kelenturan otot dan koordinasi (mengunakan sepatu) sebanyak 40 (empat puluh) item tes. Setiap gerakan ditampilkan subyek diminta untuk mengikuti perintah yang diberikan peneliti dan selalu diberikan reward. Begitu seterusnya sampai anak dapat menangkap arti dari sebuah memiliki kemampuan akan dirinya. Pada anak dengan gangguan persepsi visual motorik, mereka dapat memahami orientasi kanan-kiri, bahasa tubuh, visual

closure dan orientasi spasial serta pembelajaran secara motorik. A’ (baseline A2)

Keadaan subjek sesudah intervensi, subjek penelitian diperlakukan secara alami dan secara berulang-ulang. Artinya subjek tidak diberi intervensi, tetapi sesi ini dimaksudkan sebagai kontrol untuk sesi intervensi sehingga memungkinkan untuk menarik kesimpulan adanya hubungan fungsional antara variable bebas dan variable terikat.

Prosedur yang dilaksanakan dalam desain A-B-A adalah:

1. Menentukan dan menetapkan perilaku yang akan ditingkatkan sebagai perilaku

sasaran atau target behavior dalam penelitian ini adalah persepsi visual-motorik.

2. Mengidentifikasi target behavior yaitu sebagai kemampuan (sebagai


(16)

23

melalui perlakuan media sepatu adalah meningkatnya kemampuan visual-motorik dalam mengurus diri.

3. Menetapkan kemampuan persepsi visual-motorik siswa, melalui kemampuan

memakai sepatu sebanyak empat sesi dengan menggunakan media sepatu.

4. Penerapan intervensi media sepatu terhadap subjek penelitian sebanyak

delapan sesi per-60 menit.

5. Pengukuran peningkatan kemampuan persepsi visual- motorik dilakukan pada

tahap baseline-2, untuk mengetahui perkembangan kemampuan visual-motorik. Prinsip pengukuran tahap baseline-2 sama dengan baseline-1

Melalui seleksi yang akurat dari pemanfaatan pola desain kelompok yang sama, hal ini memungkinkan untuk memperlihatkan hubungan fungsional antara perlakuan dan perubahan tingkah laku. Media sepatu yang dipergunakan dalam penelitian ini sebagai upaya untuk meningkatkan perilaku, maka media sepatu merupakan media intervensi yang dilakukan peneliti secara langsung untuk meningkatkan kemampuan persepsi visual-motorik.

C. Subjek dan Tempat Penelitian. 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian terdiri dari dua anak tunagrahita sedang yang

berbeda siswa kelas II SDLB di SLB –C Bina Grahita Leles, untuk lebih

jelas lagi subjek penelitian berikut ini:

a. Subjek ke-I berinisial AG berjenis kelamin laki-laki berusia 9 tahun,

tinggal di asrama Pantiguna, pertimbangan menjadi subjek oleh peneliti karena subjek memiliki kemampuan visual-motorik yang rendah. Hal ini terlihat ketika memakai sepatu ke sekolah sering terbalik (profil terlampir).

b. Subjek ke-2 berinisial AP berjenis kelamin laki-laki berusia 9 tahun,

tinggal bersama orang tua, pertimbangan menjadi subjek oleh peneliti karena subjek terlihat dengan kondisi yang baik namun masih rendah namun masih dapat dikembangkan. Hal ini terlihat ketika memakai sepatu kesekolah terkadang terbalik (profil terlampir).


(17)

24

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SLB-C Bina Grahita Leles yang terletak di sisi pegunungan yang beralamat di jln. Raya KM.13 proyek I Tutugan Leles, 13 km dari Garut kota dan 100 m dari jalan raya Garut-Bandung. Berdirinya yayasan sejak tahun 1988 diberinama Yayasan Bina Grahita Leles, kemudian yayasan ini mendirikan SLB dan Pantiguna, yang didalamnya terdapat sekolah bagi anak yang berkebutuhan khusus dan yatim piatu/anak jalanan. Jenjang pendidikan di SLB meliputi TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB. Dengan luas bangunan di atas sebidang tanah yang

seluas 11000 m2 dengan luas 2 bangunan 1500 m², dalam rangka

menunjang proses belajar mengajar memiliki sarana fisik dapat dilihat pada propil Sekolah pada lampiran dengan jumlah pendidik dan tenaga kependidikan 16 orang, jumlah 28 siswa SDLB, 7 orang SMPLB dan 5 orang SMALB dengan beragam ketunaan B, C, dan Autis.

D.Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen Penelitian

Penelitian adalah alat untuk mengumpulkan data yang diperlukan berupa skor kemampuan persepsi visual-motorik dan memakai sepatu anak tunagrahita sedang pada kondisi baseline (A1), pada saat intervensi (B) dan

baselin (A-2). Adapun bentuk instrumen yang digunakan yaitu tes perbutan

ini terdiri dari 40 (empat puluh) item tes tentang kemampuan persepsi visual-motorik (instrumen terlampir). Adapun langkah-langkah dalam penyusunan instrumen penelitian sebagai berikut:

a. Membuat Kisi-kisi

Kisi-kisi dalam penelitian ini mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SDLB-C kelas dan kemampuan anak yang melakukan intervensi dengan tes kemampuan visual-motorik untuk diukur kemampuan minimal dan kemampuan maksimal dengan media sepatu (kisi-kisi terlampir).


(18)

25

b. Penyusunnan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

Penyusunan RPP disesuaikan dengan KTSP SDLB-C dan kondisi anak ( RPP terlampir).

c. Kriteria Penilaian

Dalam RPP penelitian penilaian dilakukan melalui tes pembuatan melalui aktivitas persepsi visual-motorik 40 (empat puluh) item tes. Setiap kegiatan dilakukan secara mandiri dan sempurna diberi angka 2, dapat melakukan dengan bantuan nilai 1 dan apabila tidak dapat melakukan diberi skor 0.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini mengunakan tes perbuatan, yaitu mencatat perilaku ketika perilaku itu terjadi, yaitu dengan tes kemampuan persepsi visual-motorik dengan menggunakan pola desain

A-B-A, Baseline (A1), Intervensi (B) dan Baseline (A2), yaitu berupa

persentase subyek dalam kemampuan persepsi visual-motorik dalam kemampuan memakai sepatu. Tes yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu aktivitas kemampuan visual- motorik sebanyak 40 (empat puluh) item tes. Setiap langkah perbuatan yang dilakukan dengan cara mandiri dan sempurna diberi skor angka 2, dapat melakukan dengan bantuan nilai 1 dan apabila tidak dapat melakukan diberi skor 0. Kemudian setelah data terkumpul maka skor akan dihitung dengan mengunakan persentase

Semua data yang telah dikumpulkan dan dicatat pada tabel yang telah tersedia lalu diolah dengan mencari rata-rata dari setiap sesinya dan digambarkan dalam bentuk grafik.

Nilai =

a. Uji coba Instrumen

Uji coba instrumen bertujuan untuk mencari validitas dari instrumen yang nanti akan digunakan dalam penelitian. Setelah dilakukan uji coba terdapat beberapa perubahan baik dalam instrumen tes persepsi visual-motorik dalam intervensi adalah media sepatu.


(19)

26

Perubahan yang terjadi dalam instrumen tes persepsi visual-motori yang semula setiap memakai sepatu selalu salah mengunakan sepatu kiri dan sepatu kanan selalu terbalik kemudian diulang-ulang dari awal hingga akhir. Hal ini dilakukan agar anak paham konsep kiri dan kanan dengan mengunakan media sepatu dilakukan perubahan yang semula tidak mengenal konsep kiri dan kanan menghasilkan secara maksimal.

b. Uji Validitas

Dalam membuat suatu perangkat tes, harus diukur terlebih dahulu validitas seperti yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto ( 2004:136) disebutkan : validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan

tingkat-tingkat kevalidan atau kesyahan suatu instrumen. Untuk

mengukur tingkat validitas tes penulisan mengunakan validitas isi berupa expert jugment yakni penilaian oleh para ahli. Hasil dari

judgement kemudian dihitung dengan rumus sebagai berikut:

% = n x 100 N

Keterangan:

n = Nilai yang diperoleh N = Jumlah seluruh nilai

E.Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data didapat setelah semua data terkumpul, data diolah dan dianalisis ke dalam statistik deskriptif dengan tujuan memperoleh gambaran secara jelas tentang hasil intervensi dalam jangka waktu tertentu, untuk menganalisis data dengan mendeskripsikannya. Pengolahan data dari hasil penelitian baik analisis dalam kondisi maupun analisis antar kondisi diawali dengan mengelompokkan data dalam kondisi masing-masing Baseline A-1,

Intervensi (B) dan Baseline A2. Selanjutnya supaya bisa terlihat lebih jelas

perkembangan perilakunya ditampilkan dalam bentuk grafik. Menentukan level perubahan dengan cara menandai data pertama dan data terakhir, menghitung


(20)

27

selisih kedua data tersebut dan menenentukan arahnya naik (+) atau turun (-). Analisis antar kondisi, jumlah variable yang diubah. Perubahan kecenderungan dan efeknya menentukan perubahan kecenderungan arah dengan mengambil data pada analisis dalam kondisi di atas, yaitu untuk melihat perubahan perilaku. Perubahan stabilitas perubahan kecenderungan stabil adalah melihat stabilitas perilaku subjek dalam masing-masing kondisi. Perubahan Level melihat perubahan antara akhir sesi pada baseline A-1 dan awal sesi pada intervensi, dengan menentukan data poin pada kondisi baseline (A-1) pada sesi terakhir dan sesi pertama pada kondisi intervensi. (B), kemudian berapa

selisihnya dan tandai (+) bila naik, (=) bila tidak ada perubahan dan (–) bila

turun. Baik buruknya kondisi sesuai dengan tujuan penelitian. Data tersebut masukkan ke tabel. Data Overlap adalah kesamaan kondisi antara baseline A-1 dengan Intervensi (B). dengan kata lain semakin kecil persentase overlap maka semakin baik pengaruh intervensi terhadap target behavior.

Adapun yang menjadi alasan mengunakan tes perbuatan dalam penelitian ini adalah:

1. Aspek yang akan diukur merupakan kemampuan persepsi visual- motorik

(kesadaran posisi penghayatan tubuh, kesadaran posisi orientasi arah, kesadaran posisi orientasi ruang, dan motorik halus (memasang tali sepatu memakai tiga model sepatu) dengan mengunakan media sepatu sehingga tes yang diberikan harus berupa praktek.

2. Data yang diperoleh secara langsung dari perbuatan yang dilakukan oleh

subjek. Hasil dari proses pengumpulan data dihasilkan dari pengamatan selama empat sesi untuk pengukuran skor baseline (A). Sedangkan untuk mengukur empat sesi treatment dan untuk mengukur skor baseline (A’) dilakukan empat sesi dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Menentukan dan menetapkan perilaku yang akan ditingkatkan sebagai

perilaku sasaran atau target behavior dalam penelitian ini adalah kemampuan persepsi visual-motorik.

b. Mengidentifikasi target behavior yaitu sebagai kemampuan (sebagai


(21)

28

dicapai melalui perlakuan media sepatu adalah meningkatnya kemampuan persepsi visual-motorik dalam mengurus diri.

c. Penerapan intervensi media sepatu terhadap subjek penelitian sebanyak

delapan sesi.

d. Pengukuran peningkatan kemampuan persepsi visual-motorik dilakukan

pada tahap baseline-1 untuk mengetahui perkembangan kemampuan persepsi visual-motorik. Prinsip pengukuran tahap baseline-2 sama dengan baseline-1.

Melalui seleksi yang akurat dari pemanfaatan pola desain kelompok yang sama, hal ini memungkinkan untuk memperlihatkan hubungan fungsional antara perlakuan dan perubahan tingkah laku. Media sepatu yang dipergunakan dalam penelitian ini sebagai upaya untuk meningkatkan perilaku, maka media sepatu merupakan media intervensi yang dilakukan peneliti secara langsung untuk meningkatkan kemampuan persepsi visual-motorik.


(22)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis keseluruhan data dari ketiga fase mengenai perkembangan persepsi visual-motorik, maka dapat ditarik kesimpulan siswa tunagrahita sedang ternyata secara signifikan kemampuan persepsi visual-motorik dapat dikembangkan dengan terbukti dari hasil tes pada baslline (A2) hasilnya terdapat peningkatan dari tiga sesi yang dilaksanakan, peningkatan dari setiap nilai rata-rata yang dimiliki dari setiap siswa yang menjadi subjek penelitian ini, meskipun peningkatan yang dicapai oleh subjek tersebut ada yang stabil dan ada yang tidak stabil. hal tersebut dapat dilihat pada baseline-

(A-1) dari empat sesi yang diberikan kepada subjek

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media sepatu dapat meningkatkan kemampuan persepsi visual-motorik anak tunagrahita sedang meskipun mengalami naik turun karena kondisi dipengaruhi oleh beberapa hal yang terjadi pada anak tunagrahita sedang. Hasil penelitian ini dapat menjawab pertanyaan penelitian, dan sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.

Berkenaan dengan kesimpulan tersebut terdapat catatan sebagai berikut: Pernyataan yang terdapat pada kesimpulan hanya berlaku untuk

lingkup penelitian yaitu siswa tunagrahita sedang kelas II SDLB –C Bina

Grahita Leles. Banyak kekeliruan dalam menarik kesimpulan ini mungkin terjadi, mengingat instrumen penelitian yang masih kurang sempurna, baik yang menyangkut aspek-aspek yang diungkap maupun kriteria penyekoran serta kondisi yang terjadi pada saat pelaksanaan penelitian, meskipun demikian telah diusahakan secara optimal untuk mendapatkan kualitas yang memadai.


(23)

59

B. Rekomendasi

Rekomendasi yang dimaksud sebagai suatu masukan yang merupakan

hasil kajian dari penelitian eksperimen melalui metode single subject research

dengan desain A-B-A’ yang dilakukan, sehingga dimungkinkan adanya

kesempatan untuk memperaktekkan hasil penelitian pada cakupan yang lebih luas lagi. Beberapa hal yang perlu direkomendasikan sebagai berikut :

1. Bagi sekolah

Bagi sekolah terutama guru-guru guna memperkaya pemahaman tentang manfaat yang bisa kita ambil dengan mengajar mengunakan media sepatu yang dapat di gunakan dalam proses belajar-mengajar, sehingga anak tidak merasa bosan untuk belajar. Dalam meningkatkan kemampuan persepsi visual-motorik siswa tunagrahita sedang disekolah dilakukan dengan latihan-latihan yang berkesinambungan, karena jika tidak maka kemampuan visual-motorik yang sudah dimiliki siswa akan hilang.

2. Bagi Pendidik

Penggunaan media sepatu hanyalah salah satu metode yang dapat diberikan kepada siswa tunagrahita dalam pembelajaran dapat memberikan pengaruh yang positif. Diharapkan bagi para pendidik agar menerapkan media sepatu lebih kreatif dan inovatif dalam pembelajaran yang lain untuk lebih meningkatkan kemampuan siswa sesuai dengan kemampuannya. 3. Bagi Peneliti selanjutnya

Berdasarkan hasil penelitian serta pengalaman selama penelitian, penulis menyadari keterbatasan informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini. Dengan demikian hasil penelitian ini membuka kemungkinan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian lain dengan mengunakan media sepatu yang dapat berpengaruh terhadap kemampuan siswa tunagrahita sedang selain pada kemampuan persepsi visual-motorik.


(24)

60

Maka diharapkan peneliti berikutnya bisa mengunakan instrumen yang berbeda ataupun instrumen yang sama tetapi dengan metode penelitian dan desain penelitian yang berbeda, serta dalam waktu pelaksanaan yang lebih lama. Bagi peneliti yang berkenan untuk mengangkat kembali permasalahan yang sama dengan instrumen yang lebih banyak atau yang lebih variatif, sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih baik dan dapat menemukan penemuan yang baru yang melengkapi kekurangan-kekurangan dalam penelitian yang telah penulis lakukan.


(25)

61

DAFTAR PUSTAKA

Astati. (2001). Persiapan Pekerjaan Penyandang Cacat Tunagrahita. Bandung : CV. Pendawa.

Astati, Mulyati (2010) Pendidikan Anak Tunagrahita.Bandung : CV. Catur Karya Mandiri

Astati .(2003). Program Khusus Bina Diri. Bandung Pelatihan Program Guru

Khusus Guru SLB/SDLB Tk Nasional.Malang Direktorat Pendidikan Luar

Biasa.

Arikunto. S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Depdikbud. (1999). Kemampuan Merawat diri Untuk Sekolah Dasar Luar Biasa

Tunagrahita Ringan Kelas I, Jakarta : Direktorat Pendidikan Luar Biasa.

Depdiknas. (2004). Kurikulum Berbasis Kompetensi Sekolah Dasar Luar Biasa. Jakarta: Depdiknas.

Delphie , (2006) Pembelajaran Anak Tunagrahita. Bandung :PT Refika Aditama Kurikulum Pendidikan Luar Biasa (2000) Program Khusus Sekolah Dasar Luar

Biasa Tunagrahita). Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Mulyono,A (2002) Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : PT Rineka Cipta

Mustam, R.(2004). Program Khusus Bina Diri. Serang : Pelatihan Guru Bantu.

Sunanto, (2006) Penelitian dengan Subjek Tunggal. Bandung : UPI Press

Somantri.T.S. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : PT. Refika Aditama.

http://gudangmakalah.blogspot.com/2012/02/skripsi-implementasi-penggunaan-media.html(Diakses tanggal 19 Juni 2013)


(1)

selisih kedua data tersebut dan menenentukan arahnya naik (+) atau turun (-). Analisis antar kondisi, jumlah variable yang diubah. Perubahan kecenderungan dan efeknya menentukan perubahan kecenderungan arah dengan mengambil data pada analisis dalam kondisi di atas, yaitu untuk melihat perubahan perilaku. Perubahan stabilitas perubahan kecenderungan stabil adalah melihat stabilitas perilaku subjek dalam masing-masing kondisi. Perubahan Level melihat perubahan antara akhir sesi pada baseline A-1 dan awal sesi pada intervensi, dengan menentukan data poin pada kondisi baseline (A-1) pada sesi terakhir dan sesi pertama pada kondisi intervensi. (B), kemudian berapa selisihnya dan tandai (+) bila naik, (=) bila tidak ada perubahan dan (–) bila turun. Baik buruknya kondisi sesuai dengan tujuan penelitian. Data tersebut masukkan ke tabel. Data Overlap adalah kesamaan kondisi antara baseline A-1 dengan Intervensi (B). dengan kata lain semakin kecil persentase overlap maka semakin baik pengaruh intervensi terhadap target behavior.

Adapun yang menjadi alasan mengunakan tes perbuatan dalam penelitian ini adalah:

1. Aspek yang akan diukur merupakan kemampuan persepsi visual- motorik (kesadaran posisi penghayatan tubuh, kesadaran posisi orientasi arah, kesadaran posisi orientasi ruang, dan motorik halus (memasang tali sepatu memakai tiga model sepatu) dengan mengunakan media sepatu sehingga tes yang diberikan harus berupa praktek.

2. Data yang diperoleh secara langsung dari perbuatan yang dilakukan oleh subjek. Hasil dari proses pengumpulan data dihasilkan dari pengamatan selama empat sesi untuk pengukuran skor baseline (A). Sedangkan untuk

mengukur empat sesi treatment dan untuk mengukur skor baseline (A’)

dilakukan empat sesi dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Menentukan dan menetapkan perilaku yang akan ditingkatkan sebagai perilaku sasaran atau target behavior dalam penelitian ini adalah kemampuan persepsi visual-motorik.

b. Mengidentifikasi target behavior yaitu sebagai kemampuan (sebagai kompetensi siswa) persepsi visual-motorik. Target behavior yang ingin


(2)

28

dicapai melalui perlakuan media sepatu adalah meningkatnya kemampuan persepsi visual-motorik dalam mengurus diri.

c. Penerapan intervensi media sepatu terhadap subjek penelitian sebanyak delapan sesi.

d. Pengukuran peningkatan kemampuan persepsi visual-motorik dilakukan pada tahap baseline-1 untuk mengetahui perkembangan kemampuan persepsi visual-motorik. Prinsip pengukuran tahap baseline-2 sama dengan baseline-1.

Melalui seleksi yang akurat dari pemanfaatan pola desain kelompok yang sama, hal ini memungkinkan untuk memperlihatkan hubungan fungsional antara perlakuan dan perubahan tingkah laku. Media sepatu yang dipergunakan dalam penelitian ini sebagai upaya untuk meningkatkan perilaku, maka media sepatu merupakan media intervensi yang dilakukan peneliti secara langsung untuk meningkatkan kemampuan persepsi visual-motorik.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis keseluruhan data dari ketiga fase mengenai perkembangan persepsi visual-motorik, maka dapat ditarik kesimpulan siswa tunagrahita sedang ternyata secara signifikan kemampuan persepsi visual-motorik dapat dikembangkan dengan terbukti dari hasil tes pada baslline (A2) hasilnya terdapat peningkatan dari tiga sesi yang dilaksanakan, peningkatan dari setiap nilai rata-rata yang dimiliki dari setiap siswa yang menjadi subjek penelitian ini, meskipun peningkatan yang dicapai oleh subjek tersebut ada yang stabil dan ada yang tidak stabil. hal tersebut dapat dilihat pada baseline-

(A-1) dari empat sesi yang diberikan kepada subjek

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media sepatu dapat meningkatkan kemampuan persepsi visual-motorik anak tunagrahita sedang meskipun mengalami naik turun karena kondisi dipengaruhi oleh beberapa hal yang terjadi pada anak tunagrahita sedang. Hasil penelitian ini dapat menjawab pertanyaan penelitian, dan sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.

Berkenaan dengan kesimpulan tersebut terdapat catatan sebagai berikut: Pernyataan yang terdapat pada kesimpulan hanya berlaku untuk lingkup penelitian yaitu siswa tunagrahita sedang kelas II SDLB –C Bina Grahita Leles. Banyak kekeliruan dalam menarik kesimpulan ini mungkin terjadi, mengingat instrumen penelitian yang masih kurang sempurna, baik yang menyangkut aspek-aspek yang diungkap maupun kriteria penyekoran serta kondisi yang terjadi pada saat pelaksanaan penelitian, meskipun demikian telah diusahakan secara optimal untuk mendapatkan kualitas yang memadai.


(4)

59

B. Rekomendasi

Rekomendasi yang dimaksud sebagai suatu masukan yang merupakan hasil kajian dari penelitian eksperimen melalui metode single subject research dengan desain A-B-A’ yang dilakukan, sehingga dimungkinkan adanya kesempatan untuk memperaktekkan hasil penelitian pada cakupan yang lebih luas lagi. Beberapa hal yang perlu direkomendasikan sebagai berikut :

1. Bagi sekolah

Bagi sekolah terutama guru-guru guna memperkaya pemahaman tentang manfaat yang bisa kita ambil dengan mengajar mengunakan media sepatu yang dapat di gunakan dalam proses belajar-mengajar, sehingga anak tidak merasa bosan untuk belajar. Dalam meningkatkan kemampuan persepsi visual-motorik siswa tunagrahita sedang disekolah dilakukan dengan latihan-latihan yang berkesinambungan, karena jika tidak maka kemampuan visual-motorik yang sudah dimiliki siswa akan hilang.

2. Bagi Pendidik

Penggunaan media sepatu hanyalah salah satu metode yang dapat diberikan kepada siswa tunagrahita dalam pembelajaran dapat memberikan pengaruh yang positif. Diharapkan bagi para pendidik agar menerapkan media sepatu lebih kreatif dan inovatif dalam pembelajaran yang lain untuk lebih meningkatkan kemampuan siswa sesuai dengan kemampuannya. 3. Bagi Peneliti selanjutnya

Berdasarkan hasil penelitian serta pengalaman selama penelitian, penulis menyadari keterbatasan informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini. Dengan demikian hasil penelitian ini membuka kemungkinan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian lain dengan mengunakan media sepatu yang dapat berpengaruh terhadap kemampuan


(5)

Maka diharapkan peneliti berikutnya bisa mengunakan instrumen yang berbeda ataupun instrumen yang sama tetapi dengan metode penelitian dan desain penelitian yang berbeda, serta dalam waktu pelaksanaan yang lebih lama. Bagi peneliti yang berkenan untuk mengangkat kembali permasalahan yang sama dengan instrumen yang lebih banyak atau yang lebih variatif, sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih baik dan dapat menemukan penemuan yang baru yang melengkapi kekurangan-kekurangan dalam penelitian yang telah penulis lakukan.


(6)

61

DAFTAR PUSTAKA

Astati. (2001). Persiapan Pekerjaan Penyandang Cacat Tunagrahita. Bandung : CV. Pendawa.

Astati, Mulyati (2010) Pendidikan Anak Tunagrahita.Bandung : CV. Catur Karya Mandiri

Astati .(2003). Program Khusus Bina Diri. Bandung Pelatihan Program Guru

Khusus Guru SLB/SDLB Tk Nasional.Malang Direktorat Pendidikan Luar

Biasa.

Arikunto. S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Depdikbud. (1999). Kemampuan Merawat diri Untuk Sekolah Dasar Luar Biasa

Tunagrahita Ringan Kelas I, Jakarta : Direktorat Pendidikan Luar Biasa.

Depdiknas. (2004). Kurikulum Berbasis Kompetensi Sekolah Dasar Luar Biasa. Jakarta: Depdiknas.

Delphie , (2006) Pembelajaran Anak Tunagrahita. Bandung :PT Refika Aditama Kurikulum Pendidikan Luar Biasa (2000) Program Khusus Sekolah Dasar Luar

Biasa Tunagrahita). Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Mulyono,A (2002) Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : PT Rineka Cipta

Mustam, R.(2004). Program Khusus Bina Diri. Serang : Pelatihan Guru Bantu.

Sunanto, (2006) Penelitian dengan Subjek Tunggal. Bandung : UPI Press

Somantri.T.S. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : PT. Refika Aditama.