EKSISTENSI WARISAN BUDAYA (CULTURAL HERITAGE) SEBAGAI OBJEK WISATA BUDAYA DI DESA LINGGA, KECAMATAN SIMPANG EMPAT, KABUPATEN KARO.

(1)

EKSISTENSI WARISAN BUDAYA ( CULTURAL HERITAGE )

SEBAGAI OBJEK WISATA BUDAYA DI DESA LINGGA,

KECAMATAN SIMPANG EMPAT, KABUPATEN KARO

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Pada Program Studi Pendidikan Antropologi

OLEH :

YUNI WIDYA BELA SINURAT NIM. 308322059

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

ABSTRAK

Yuni Widya Bela Sinurat, NIM. 308322059, Eksistensi Warisan Budaya ( Cultural Heritage ) Sebagai Objek Wisata Budaya Di Desa Lingga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Skripsi Jurusan Pendidikan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan.

Indonesia merupakan negara yang mempunyai keanekaragaman baik suku maupun adat istiadat dan juga warisan budaya dari nenek moyang. Pesona keindahan alam dan warisan budaya tersebut dijadikan objek wisata dan merupakan modal bagi pembangunan dan kepariwisataan sehingga diharapkan mampu mengundang wisatawan untuk datang mengunjunginya. Penelitian ini mempunyai tujuan yaitu pertama, untuk mengetahui apa saja warisan budaya yang ada di Desa Lingga. Kedua, untuk mengetahui eksistensi warisan budaya (cultural heritage) dan yang ketiga untuk mengetahui peran pemerintah setempat dalam menjaga eksistensi warisan budaya sebagai objek wisata budaya di Desa Lingga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif, dimana peneliti menghasilkan data berupa hasil wawancara dari para informan dan menuliskannya secara deskriptif apa yang didapat dari penelitian tersebut. Dan tehnik pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dan studi dokumentasi untuk mengumpulkan data sebanyak-banyaknya tentang eksistensi warisan budaya Karo.

Suku Karo terlebih di Desa Lingga memiliki warisan budaya bangunan tradisional seperti Rumah Adat Karo, jambur, geriten dan sapo ganjang/sapo page. Suku Karo masih bersyukur karena rumah adat tradisional karo yaitu Siwaluh Jabu masih tersisa 2 buah serta warisan budaya lainnya. Keunikan dari arsitektur rumah adat karo tersebutlah yang membuat wisatawan tertarik dan datang berkunjung ke desa ini. Geriten yang fungsinya untuk menyimpan tulang belulang orang yang sudah meninggal serta sapo ganjang dulunya sebagai tempat anak-anak lajang tidur. Kemudian juga jambur yang banyak fungsinya bagi masyarakat Desa Lingga. Namun semuanya ini sudah sangat berubah dari sebelumnya. Rumah adat karo dan warisan budaya lainnya sudah tidak terjaga lagi eksistensinya, sudah mulai memudar. Sehingga potensi objek wisata budayanya pun sudah mulai berkurang dan berdampak terhadap berkurangnya wisatawan mancanegara yang datang berkunjung. Maka diharapkan kepada masyarakat maupun pemerintah setempat untuk memberikan perhatian dan kepeduliannya terhadap eksistensi warisan budaya di Desa Lingga tersebut.

Belum ada partisipasi yang diberikan oleh pemerintah terhadap warisan budaya di Desa Lingga ini. Hanya janji-janji yang diberikan. Dan dari masyarakat setempat pun seharusnya juga memberikan partisipasi dan kepeduliannya sehingga warisan budaya yang ada di Desa Lingga ini terjaga eksistensinya.


(5)

KATA PENGANTAR

Salam Sejahtera...

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan berkatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan skripsi yang berjudul “Eksistensi Warisan Budaya ( Cultural Heritage ) Sebagai Objek Wisata Budaya Di Desa Lingga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan dari Universitas Negeri Medan.

Tidak sedikit tantangan yang dihadapi oleh penulis selama perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi ini, namun atas pertolongan Tuhan Yesus penulis diberikan kekuatan dalam menjalani semuanya. Dengan keterbatasan waktu dan ilmu yang dimiliki penulis sehingga penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itulah penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan studi dan skripsi ini :

1. Teristimewa kepada kedua Orang tua saya tercinta K. Sinurat ( Bapak ) dan Mamakku M. Sitorus yang telah membesarkan, memberikan doa, semangat dengan penuh kasih sayang serta pengorbanan yang tiada taranya. Thanks for your love to me, love you forever...

2. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor UNIMED beserta stafnya.


(6)

3. Bapak Drs. H. Restu, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial UNIMED beserta stafnya.

4. Ibu Dra. Nurjannah, M.Pd selaku ketua Prodi Pendidikan Antropologi UNIMED

5. Bapak Dr. phill Ichwan Azhari, MS selaku dosen pembimbing akademik yang memberikan arahan dan bimbingan mulai dari awal perkuliahan sampai dengan saat ini.

6. Bapak Drs. Tumpal Simarmata, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan semangat dan arahan mulai dari pembuatan proposal sampai dengan penyelesaian skripsi.

7. Ibu Dra. Trisni Andayani, M.Si dan Ibu Supsiloani, M.Si selaku dosen penguji proposal dan meja hijau yang memberikan saran dan semangat. 8. Bapak Benyamin Ginting selaku Kepala Desa Lingga yang telah

memberikan izin penelitian dan membantu penulis untuk memperoleh data dan juga masyarakat Desa Lingga khususnya para informan yang memberikan informasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Adikku satu-satunya Rosmaria Sinurat yang telah memberikan semangat dan dukungan setiap saat. Tetaplah berjuang dalam hidupmu, Tuhan pasti buka jalan buat kita....

10.Tulang A. Pane dan Nantulang Br. Tarigan beserta keluarga yang telah menerima kehadiran saya tinggal bersama selama melakukan penelitian. 11.Kepada seluruh keluarga besar saya yang tidak dapat disebutkan satu per


(7)

12.Seluruh kerabat Pendidikan Antropologi 2008 Elva Yeni Br. Ginting, Feriel Amelia Sembiring, Ewin Haloho, Akbar Hasian, Winda Tobing, Yossi Pratiwi Tanjung, Nia Adria, Shafwan Mahmuddin dan seluruh teman-teman Pendidikan Antropologi yang tidak dapat disebutkan satu per satu terimakasih buat kebersamaannya selama perkuliahan.

13.Teristimewa buat Rimson Samosir, ST terima kasih untuk perhatian, doa dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata penulis dengan segala kerendahan hati penulis ucapkan terimakasih. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semuanya, khususnya di Prodi Pendidikan Antropologi – UNIMED..

Tuhan Memberkati...!

Medan, Agustus 2012

Penulis

Yuni Widya Bela Sinurat NIM. 308322059


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 4

1.3. Rumusan Masalah ... 4

1.4. Tujuan Penelitian ... 5

1.5. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis ... 6

2.1.1. Eksistensi ... 6

2.1.2. Warisan Budaya ... 7

2.1.3. Kebudayaan ... 8

2.1.4. Wisata Budaya... 9

2.1.5. Pariwisata Budaya ... 10

2.2. Kerangka Berpikir ... 16


(9)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian ... 19

3.2. Lokasi Penelitian ... 19

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 20

3.3.1. Wawancara ... 20

3.3.2. Observasi ... 20

3.3.3. Studi Dokumentasi ... 20

3.3.4. Teknik Analisa Data ... 21

BAB IV EKSISTENSI WARISAN BUDAYA 4.1. Gambaran Umum Lokasi penelitian... 22

4.2. Letak dan Kondisi Geografis ... 23

4.3. Kondisi Lingkungan Alam ... 23

4.3.1. Iklim ... 24

4.3.2. Keadaan Tanah ... 24

4.4. Mata Pencaharian Penduduk ... 25

4.5. Pola Pemukiman/Perkampungan ... 26

4.6. Sarana dan Prasarana ... 27

4.6.1. Sarana Jalan dan Transportasi ... 29

4.6.2. Media Massa dan Sarana Kesehatan ... 30

4.7. Keadaan Penduduk ... 30

4.8. Unsur-Unsur Kebudayaan ... 34


(10)

4.9. Eksistensi Warisan Budaya ... 38

4.9.1. Mengenal Warisan-Warisan Budaya ... 39

4.9.2. Partisipasi Pemerintah Setempat Dalam Eksistensi Warisan Budaya ... 52

4.9.3. Partisipasi Masyarakat Dalam Eksistensi Warisan Budaya ... 53

4.9.4. Perbedaan Warisan Budaya Dahulu dengan Masa Sekarang ... 54

4.9.5. Alasan Masyarakat lebih Memilih Tinggal di Rumah Sendiri daripada di Rumah Adat ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 60

5.2. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

PEDOMAN WAWANCARA ... 64

NAMA-NAMA INFORMAN ... 65 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Komposisi tingkat kesuburan tanah di Desa Lingg ... 24

Tabel 2. Komposisi penduduk menurut mata pencaharian di Desa Lingga. 26 Tabel 3. Komposisi Sarana dan Prasarana di Desa Lingga ... 28

Tabel 4. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin ... 31

Tabel 5. Komposisi penduduk menurut agama ... 31

Tabel 6. Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan ... 32


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Rumah adat sisepuluh jabu ( Rumah Gerga ) ... 42

Gambar 2. Rumah adat siwaluh jabu ( Rumah Belang Ayo ) ... 44

Gambar 3. Arsitektur rumah adat karo ... 46

Gambar 4. Sapo ganjang ( Sapo Page ) ... 49

Gambar 5. Geriten ... 50

Gambar 6. Jambur di Desa Lingga ... 51

Gambar 7. Rumah adat karo yang sudah rubuh ... 56

Gambar 8. Rumah adat karo yang sudah rubuh dilihat dari dekat ... 56

Gambar 9. Rumah adat karo hampir rubuh dilihat dari samping ... 57


(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki beranekaragam suku dan adat istiadat yang berbeda serta memiliki banyak sumber daya alam yang berupa keindahan pemandangan alam dan juga warisan budaya dari nenek moyang. Pesona keindahan alam dan warisan budaya kuno dijadikan objek wisata dan merupakan modal bagi pembangunan dan kepariwisataan. Objek wisata yang dapat dijadikan sebagai modal tersebut perlu ditata dan dipelihara sehingga diharapkan mampu mengundang wisatawan untuk datang mengunjunginya.

Indonesia mendapatkan penghasilan untuk pendapatan negara dari sektor migas dan non migas. Sekarang ini sektor-sektor tersebut ditambah dengan sektor pariwisata dapat menjadi penopang yang memberi jaminan bagi anggaran pendapatan negara untuk bisa memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin banyak.

Pariwisata merupakan manifestasi gejala naluri manusia sejak purbakala, yaitu hasrat untuk mengadakan perjalanan, lebih dari itu pariwisata dengan ragam motivasinya akan menimbulkan permintaan-permintaan dalam bentuk jasa-jasa dan persediaan-persediaan lain. Permintaan akan barang dan jasa ini terus meningkat sesuai dengan perkembangan kehidupan manusia. Sebagai akibat perkembangan-perkembangan tersebut, motivasi-motivasi untuk mengadakan perjalanaan menjadi lebih kuat, lebih-lebih setelah ditunjang oleh


(14)

2

kemajuan di bidang teknologi, hasrat untuk mengadakan perjalanan lebih mudah terpenuhi. Dan kita dapat menyaksikan betapa deras arus perjalanan manusia dalam rangka berwisata meski motivasi mereka kadang kala berbeda-beda.

Pada hakikatnya berwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar ( Okiana, 2010 : 3 ).

Secara umum pariwisata dipandang sebagai sektor yang dapat mendorong dan meningkatkan kegiatan pembangunan, membuka lapangan usaha baru, membuka lapangan kerja, dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat serta pendapatan asli daerah, apabila dikelola dan dikembangkan secara maksimal.

Lingga adalah salah satu desa yang menjadi daerah objek wisata budaya di Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara yang terletak di ketinggian sekitar 1.200 m dari permukaan laut, lebih kurang 15 km dari Berastagi dan 5 km dari Kota Kabanjahe, Ibu Kota Kabupaten Karo dengan luas 2.624 Ha2. Lokasinya terletak di dataran tinggi dekat kaki Gunung Sinabung, Bukit Barisan, Sumatera Utara. Desa Lingga di sebelah Utara berbatasan dengan Desa Surbakti, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kacaribu, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kaban dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Nang Belawan (http://id.wikipedia.org)


(15)

3

Suku Karo terlebih di Desa Lingga sampai saat ini masih memiliki warisan bangunan-bangunan tradisional seperti Rumah adat, Jambur, Geriten dan Sapo Page/Sapo Ganjang. Bentuk, bahan dan tehnik mendirikan bangunan tersebut hampir sama. Letak dindingnya miring ke arah luar, mempunyai dua pintu yang menghadap ke arah Barat dan Timur.

Namun keadaannya sekarang berbanding terbalik dengan keunikan dan kemegahan bangunan rumah adat yang diceritakan selama ini. Kondisi rumah peninggalan nenek moyang Karo tersebut sangat memprihatinkan. Di Desa Lingga terdapat sekitar 28 rumah adat. Kini tinggal 2 buah lagi yang layak huni, yakni rumah Gerga (Raja) dan rumah Belang Ayo. Sekitar 5 rumah adat disana berdiri miring dan hampir rubuh. Sedangkan rumah adat lainnya telah rubuh.

Dengan kurangnya keperdulian terhadap Rumah Adat Karo ini dan peninggalan-peninggalan lainnya maka diperkirakan tak lama lagi warisan budaya tradisional tersebut hanya tinggal kenangan. Berdasarkan pemaparan di atas maka penulis mengambil judul “Eksistensi Warisan Budaya ( Cultural Heritage ) Sebagai Objek Wisata Budaya di Desa Lingga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo”.


(16)

4

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan di atas, maka yang menjadi identifikasi masalah adalah :

1. Warisan-warisan budaya yang ada di Desa Lingga sebagai objek wisata budaya.

2. Eksistensi warisan budaya ( cultural heritage ) sebagai objek wisata budaya di Desa Lingga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. 3. Peran pemerintah dalam menjaga eksistensi warisan budaya di Desa

Lingga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo.

1.3. Rumusan Masalah

Untuk lebih mengarahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian dan lebih mempermudah peneliti dalam merumuskan masalah penelitian yang lebih objektif, maka peneliti merumuskan penelitian sebagai berikut :

1. Apa saja warisan-warisan budaya yang ada di Desa Lingga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo sebagai objek wisata budaya?

2. Baaimana eksistensi warisan budaya ( cultural heritage ) sebagai objek wisata budaya di Desa Lingga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo?

3. Bagaimana peran pemerintah setempat untuk menjaga eksistensi warisan budaya ( cultural heritage ) di Desa Lingga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo?


(17)

5

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apa saja warisan budaya yang ada di Desa Lingga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo sebagai objek wisata budaya.

2. Untuk mengetahui eksistensi warisan budaya ( cultural heritage ) sebagai objek wisata budaya di Desa Lingga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo.

3. Untuk mengetahui peran pemerintah setempat dalam menjaga eksistensi warisan budaya ( cultural heritage ) di Desa Lingga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi penulis dapat menambah wawasan tentang eksistensi warisan budaya pada masyarakat Karo.

2. Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai sumber bahan bacaan khususnya bahan bacaan bagi program studi pendidikan antropologi.

3. Studi perbandingan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian dalam konteks yang sama.

4. Sebagai persyaratan untuk mendapatkan sarjana pendidikan Antropologi.


(18)

61

BAB V

KESIMPULAN

1.1. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Warisan-warisan budaya di Desa Lingga yaitu Rumah Adat Karo Siwaluh Jabu. Rumah Adat ini ada kebanggaannya karena dua hal yaitu keunikan dari teknik bangunan dan nilai sosial budayanya. Rumah adat ini sudah berusia lebih dari 250 tahun dan masih bisa berdiri sampai saat ini meski hanya tinggal dua ( 2 ) buah. Kemudian ada Sapo Ganjang ( Sapo Page ) yang menurut informasi tempat ini dulu digunakan untuk anak lajang tidur. Tetapi sekarang tempat ini sudah beralih fungsi menjadi taman bacaan anak karena rata-rata masyarakat di Desa Lingga sudah mempunyai rumah yang permanen. Kemudian geriten yang berfungsi untuk tempat menyimpan tulang belulang orang yang telah meninggal. Lesung yang digunakan untuk menumbuk padi. Namun sangat disayangkan karena lesung sudah tidak ada lagi di Desa Lingga. Karena tidak ada yang merawat maka dijual ke Museum GBKP yang ada di Sibolangit. Dan yang terakhir Jambur yaitu sebagai tempat penyelenggaraan pesta bagi masyarakat Desa Lingga dan juga tempat musyawarah masyarakat yang ada di Desa


(19)

62

Lingga. Jambur juga merupakan tempat tidur bagi pemuda-pemuda selain sapo ganjang.

2. Eksistensi warisan budaya di Desa Lingga untuk saat ini sudah menuju kepunahan. Karena jika dalam jangka waktu 5-10 tahun lagi benar-benar tidak ada perhatian masyarakat maupun pemerintah maka warisan budaya di Desa Lingga ini akan benar-benar punah dan benar-benar-benar-benar hilang. Sehingga potensi wisata budaya di Desa Lingga pun tidak akan ada lagi dan hanya tinggal kenangan saja.

3. Belum ada partisipasi yang diberikan oleh pemerintah terhadap pelestarian warisan budaya yang ada di Desa Lingga ini guna menjaga eksistensi warisan tersebut khususnya terhadap keberadaan rumah adat Karo. Partisipasi pemerintah terhadap keberadaan ( eksistensi ) rumah adat dan warisan budaya lainnya sangatlah kurang, hanya janji-janji yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat. Padahal warisan budaya ( rumah adat Karo ) ini sudah didaftarkan kepada PEMKAB Karo. Inilah yang mengakibatkan hanya tinggal 2 rumah adat yang tersisa. Jika sampai saat ini pemerintah tidak juga memberikan perhatiannya kepada warisan budaya Karo ini maka sudah pasti 5 ( lima ) tahun lagi Rumah Adat Karo ini akan punah. Begitu juga dengan warisan budaya yang lainnya.


(20)

63

1.2. Saran

1. Kepada Dinas Pariwisata setempat agar memperhatikan warisan budaya di desa ini demi kesejahteraan rakyat.

2. Agar pemerintah memberikan perhatiannya terhadap warisan-warisan budaya yang ada di Desa Lingga dan segera melakukan renovasi/pemugaran agar tidak hanya menjadi kenangan saja.

3. Masyarakat juga memberikan kepeduliannya terhadap warisan-warisan budaya di Desa Lingga agar tetap terjaga eksistensinya hingga anak cucu mereka. Sehingga kunjungan wisatawan juga bisa meningkat seperti dulu dan perekonomian penduduk kembali pulih.

4. Kepada peneliti-peneliti selanjutnya supaya menjadi perbandingan dalam konteks yang sama sehingga tujuan dari penelitian ini dapat tercapai.


(21)

64

DAFTAR PUSTAKA

Causey, A., 2006, Danau Toba ( Pertemuan Wisatawan dengan Batak Toba di Pasar Suvenir ), Bina Media Perintis, Medan

Ginting, Samaria., 1995, Ragam Hias ( Ornamen ) Rumah Adat Batak Karo, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Museum Negeri Prop. Sumatera Utara, Medan Ihromi, T.O., 1999, Pokok-Pokok Antropologi Budaya, Yayasan Obor Indonesia,

Jakarta

Koentjaraningrat, 2003, Kamus Istilah Antropologi, Progres, Jakarta

, 1989, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Gramedia, Jakarta

, 1990, Pengantar Ilmu Antropologi, Rineka Cipta, Jakarta

Marbun, J., 2011, Keterlibatan Masyarakat Dalam Pelestarian Warisan Budaya Sebagai Living Monument Dalam Rangka Pembangunan Pariwisata Budaya, Available at :

(http://joemarbun.wordpress.com) 21 Mei 2012, 8.00 pm

Meleong, Lexy J., 2006, Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, Rosda Karya, Jakarta.

Nur Indah Sari, Okiana, 2010, Potensi dan pengembangan museum wayang Indonesia sebagai objek wisata budaya Di Kabupaten Wonogiri, Surakarta, ( Skripsi ) Universitas Sebelas Maret Oka, A.Y., 1992, Pengantar Ilmu Pariwisata, Angkasa Offset, Bandung

Anonim, Arsitektur Rumah Adat Karo, (http://bennisurbakti.com) , 1 Agustus 2012, 09.35 am


(1)

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan di atas, maka yang menjadi identifikasi masalah adalah :

1. Warisan-warisan budaya yang ada di Desa Lingga sebagai objek wisata budaya.

2. Eksistensi warisan budaya ( cultural heritage ) sebagai objek wisata budaya di Desa Lingga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. 3. Peran pemerintah dalam menjaga eksistensi warisan budaya di Desa

Lingga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo.

1.3. Rumusan Masalah

Untuk lebih mengarahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian dan lebih mempermudah peneliti dalam merumuskan masalah penelitian yang lebih objektif, maka peneliti merumuskan penelitian sebagai berikut :

1. Apa saja warisan-warisan budaya yang ada di Desa Lingga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo sebagai objek wisata budaya?

2. Baaimana eksistensi warisan budaya ( cultural heritage ) sebagai objek wisata budaya di Desa Lingga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo?

3. Bagaimana peran pemerintah setempat untuk menjaga eksistensi warisan budaya ( cultural heritage ) di Desa Lingga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo?


(2)

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apa saja warisan budaya yang ada di Desa Lingga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo sebagai objek wisata budaya.

2. Untuk mengetahui eksistensi warisan budaya ( cultural heritage ) sebagai objek wisata budaya di Desa Lingga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo.

3. Untuk mengetahui peran pemerintah setempat dalam menjaga eksistensi warisan budaya ( cultural heritage ) di Desa Lingga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi penulis dapat menambah wawasan tentang eksistensi warisan budaya pada masyarakat Karo.

2. Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai sumber bahan bacaan khususnya bahan bacaan bagi program studi pendidikan antropologi.

3. Studi perbandingan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian dalam konteks yang sama.

4. Sebagai persyaratan untuk mendapatkan sarjana pendidikan Antropologi.


(3)

BAB V

KESIMPULAN

1.1. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Warisan-warisan budaya di Desa Lingga yaitu Rumah Adat Karo Siwaluh Jabu. Rumah Adat ini ada kebanggaannya karena dua hal yaitu keunikan dari teknik bangunan dan nilai sosial budayanya. Rumah adat ini sudah berusia lebih dari 250 tahun dan masih bisa berdiri sampai saat ini meski hanya tinggal dua ( 2 ) buah. Kemudian ada Sapo Ganjang ( Sapo Page ) yang menurut informasi tempat ini dulu digunakan untuk anak lajang tidur. Tetapi sekarang tempat ini sudah beralih fungsi menjadi taman bacaan anak karena rata-rata masyarakat di Desa Lingga sudah mempunyai rumah yang permanen. Kemudian geriten yang berfungsi untuk tempat menyimpan tulang belulang orang yang telah meninggal. Lesung yang digunakan untuk menumbuk padi. Namun sangat disayangkan karena lesung sudah tidak ada lagi di Desa Lingga. Karena tidak ada yang merawat maka dijual ke Museum GBKP yang ada di Sibolangit. Dan yang terakhir Jambur yaitu sebagai tempat penyelenggaraan pesta bagi masyarakat Desa Lingga dan juga tempat musyawarah masyarakat yang ada di Desa


(4)

Lingga. Jambur juga merupakan tempat tidur bagi pemuda-pemuda selain sapo ganjang.

2. Eksistensi warisan budaya di Desa Lingga untuk saat ini sudah menuju kepunahan. Karena jika dalam jangka waktu 5-10 tahun lagi benar-benar tidak ada perhatian masyarakat maupun pemerintah maka warisan budaya di Desa Lingga ini akan benar-benar punah dan benar-benar-benar-benar hilang. Sehingga potensi wisata budaya di Desa Lingga pun tidak akan ada lagi dan hanya tinggal kenangan saja.

3. Belum ada partisipasi yang diberikan oleh pemerintah terhadap pelestarian warisan budaya yang ada di Desa Lingga ini guna menjaga eksistensi warisan tersebut khususnya terhadap keberadaan rumah adat Karo. Partisipasi pemerintah terhadap keberadaan ( eksistensi ) rumah adat dan warisan budaya lainnya sangatlah kurang, hanya janji-janji yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat. Padahal warisan budaya ( rumah adat Karo ) ini sudah didaftarkan kepada PEMKAB Karo. Inilah yang mengakibatkan hanya tinggal 2 rumah adat yang tersisa. Jika sampai saat ini pemerintah tidak juga memberikan perhatiannya kepada warisan budaya Karo ini maka sudah pasti 5 ( lima ) tahun lagi Rumah Adat Karo ini akan punah. Begitu juga dengan warisan budaya yang lainnya.


(5)

1.2. Saran

1. Kepada Dinas Pariwisata setempat agar memperhatikan warisan budaya di desa ini demi kesejahteraan rakyat.

2. Agar pemerintah memberikan perhatiannya terhadap warisan-warisan budaya yang ada di Desa Lingga dan segera melakukan renovasi/pemugaran agar tidak hanya menjadi kenangan saja.

3. Masyarakat juga memberikan kepeduliannya terhadap warisan-warisan budaya di Desa Lingga agar tetap terjaga eksistensinya hingga anak cucu mereka. Sehingga kunjungan wisatawan juga bisa meningkat seperti dulu dan perekonomian penduduk kembali pulih.

4. Kepada peneliti-peneliti selanjutnya supaya menjadi perbandingan dalam konteks yang sama sehingga tujuan dari penelitian ini dapat tercapai.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Causey, A., 2006, Danau Toba ( Pertemuan Wisatawan dengan Batak Toba di Pasar Suvenir ), Bina Media Perintis, Medan

Ginting, Samaria., 1995, Ragam Hias ( Ornamen ) Rumah Adat Batak Karo, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Museum Negeri Prop. Sumatera Utara, Medan Ihromi, T.O., 1999, Pokok-Pokok Antropologi Budaya, Yayasan Obor Indonesia,

Jakarta

Koentjaraningrat, 2003, Kamus Istilah Antropologi, Progres, Jakarta

, 1989, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Gramedia, Jakarta

, 1990, Pengantar Ilmu Antropologi, Rineka Cipta, Jakarta

Marbun, J., 2011, Keterlibatan Masyarakat Dalam Pelestarian Warisan Budaya Sebagai Living Monument Dalam Rangka Pembangunan Pariwisata Budaya, Available at :

(http://joemarbun.wordpress.com) 21 Mei 2012, 8.00 pm

Meleong, Lexy J., 2006, Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, Rosda Karya, Jakarta.

Nur Indah Sari, Okiana, 2010, Potensi dan pengembangan museum wayang Indonesia sebagai objek wisata budaya Di Kabupaten Wonogiri, Surakarta, ( Skripsi ) Universitas Sebelas Maret Oka, A.Y., 1992, Pengantar Ilmu Pariwisata, Angkasa Offset, Bandung

Anonim, Arsitektur Rumah Adat Karo, (http://bennisurbakti.com) , 1 Agustus 2012, 09.35 am