PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PELESTARIAN RUMAH ADAT KARO SEBAGAI CAGAR BUDAYA DI DESA LINGGA KECAMATAN SIMPANG EMPAT KABUPATEN KARO.

(1)

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PELESTARIAN RUMAH ADAT KARO SEBAGAI CAGAR BUDAYA

DI DESA LINGGA KECAMATAN SIMPANG EMPAT KABUPATEN KARO

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Apni Rosanti Perangin-angin NIM. 308111013

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

iii

ABSTRAK

Apni Rosanti Perangin-angin, NIM 308111013, Persepsi Masyarakat Terhadap

Pelestarian Rumah Adat Karo Sebagai Cagar Budaya Di Desa Lingga Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui potensi yang dimiliki rumah adat Karo sebagai cagar budaya, untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya perhatian dalam melestarikan rumah adat Karo, dan untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap eksistensi rumah adat Karo saat ini

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lingga Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. Jumlah populasi dari penelitian ini adalah 198 kepala keluarga maka yang menjadi sampel adalah 20 kepala keluarga.

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini maka alat pengumpulan data yang digunakan adalah melalui observasi, angket dan wawancara. Metode penelitian deskriptif kualitatif. Untuk pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis dengan rumus tabel frekuansi.

Jadi dapat ditarik suatu kesimpulan, berdasarkan hasil dari penelitian yang penulis lakukan bahwa persepsi masyarakat mengenai pelestarian rumah adat Karo sebagai cagar budaya di Desa Lingga Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo berpikiran positif tetapi dalam partisipasi masyarakat atau perhatian masyarakat dalam pelestarian rumah adat karo ini masih dalam taraf yang sangat rendah.

Hal ini dikarenakan kurangnya perhatian pemerintah terhadap pelestarian rumah adat Karo yang ada di Desa Lingga menyebabkan masyarakat kurang paham akan pentingnya pelestarian benda-benda sejarah dan akibat perkembangan zaman yang membuat pemikiran masyarakat bahwa berbicara mengenai budaya itu suatu hal yang kuno ini disebabkan karena pendidikan masyarakat masih rendah.


(5)

iv

ABSTRACT

Apni Rosanti Perangin-wind, NIM 308111013, Perceptions of Traditional

House Preservation Society Against Karo As Lingga Heritage Village Four Karo District interchange.

This study aims to determine the potential of Karo traditional houses as cultural heritage, to know the factors that contributed to the lack of attention in preserving the traditional Karo house, and to determine the public perception of the existence of traditional Karo house today. The research was conducted in the village of Lingga Four Karo District interchange. The population of this study were 198 heads of households so that the sample is 20 households. To obtain the necessary data in this study the data collection tool that is used is through observation, questionnaires and interviews. Descriptive qualitative research methods. For processing the data in this study using the technique of analysis by the formula frekuansi table.

So a conclusion can be drawn, based on the results of research by the author that the public perception regarding the preservation of traditional Karo house as a cultural heritage in the village of Lingga Karo District interchange Four positive thinking but in the public participation or public interest in preserving the traditional house is still in its early stages karo very low.

This is due to a lack of government attention to the preservation of existing Karo traditional houses in the village of Lingga cause people do not understand the importance of preservation of historical objects and effects that make the times people thought that talking about the culture of an ancient thing is because public education is still low.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dengan pengetahuan dan pengalaman yang terbatas akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul : Persepsi Masyarakat terhadap Pelestarian Rumah Adat Karo Seabagai Cagar Budaya di Desa Lingga Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada;

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, MSi selaku rektor UNIMED beserta stafnya.

2. Bapak Drs. H. Restu, MS selaku Dekan FIS UNIMED, Pembantu Dekan beserta stafnya.

3. Ibu Dra. Yusna Melianti, M.H selaku ketua jurusan PPKn.

4. Bapak Parlaungan G. Siahaan, SH. M.Hum selaku seketaris jurusan PPKn. 5. Ibu Dra. Yusna Melianti, M.H selaku dosen pembimbing skripsi penulis,

yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan, dan memberikan saran-saran kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan benar.

6. Bapak Drs. Liber Siagian,MSi selaku dosen pembimbing akademik dan sekaligus dosen penguji penulis yang memberikan masukan demi penyempurnaan skripsi ini.


(7)

7. Bapak Parlaungan G. Siahaan, SH. M.Hum selaku dosen penguji saya yang memberikan masukan demi penyempurnaan skripsi ini.

8. Bapak Drs. Suady Husin, SH. MS selaku dosen penguji penulis yang memberikan masukan demi penyempurnaan skripsi ini.

9. Bapak dan ibu dosen jurusan PPKn FIS UNIMED yang telah membantu dalam perkuliahan dan bapak Sugino selaku staf Tata Usaha di jurusan PPKn. 10.Teristimewa kepada orang tua saya yang banyak membantu dan memberikan dukungan baik materil maupun moril kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

11.Bapak Benyamin Sembiring selaku kepala desa Lingga Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo dan seluruh masyarakat Desa Lingga.

12.Adek-adek saya tercinta Andri Fernando Perangin-angin, Anisa Kristiani Perangin-angin dan Santi Ngalemisa Perangin-angin yang mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

13.Teman-teman penulis yang tercinta Fitsry M.D Siburian, Widya Y Butar-butar, Ida Sastrayani Saragih, Jusniar Silaban dan seluruh kelas regular-A PKn dan teman stambuk 2008 di jurusan PKn dan seluruh teman-teman di jurusan PKn.

kepada semua pihak yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan proposal penelitian ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih banyak.


(8)

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada tulisan ini, oleh karena itu penulis mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk memperbaiki tulisan ini di masa yang akan datang.

Semoga tulisan ini bisa memberikan manfaat terutama bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya.

Terima kasih.

Medan, Juli 2012 Penulis

Apni Rosanti Perangin-angin NIM. 308111013


(9)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBINGBING ... i

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Kerangka Teori ... 7

1. Persepsi ... 7

2. Masyarakat ... 8

3. Cagar Budaya ... 9

4. Adat Istiadat Karo ... 11

5. Rumah Adat Karo ... 13

B. Kerangka Berpikir ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 29

A. Lokasi Penelitian ... 29

B. Populasi dan Sampel ... 29

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 30

D. Teknik Pengumpulan Data ... 31

E. Teknik Analisis Data ... 32


(10)

viii

A. Hasil Penelitian ... 33

B. Pembahasan Hasil penelitian... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 72 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(11)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1: Komposisi penduduk Desa Lingga berdasarkan jenis

kelamin dan agama ... 34

Tabel 2: Peruntukan dan manfaat lahan ... 34

Tabel 3: Tanggapan masyarakat terhadap pelestarian rumah adat Karo bagi masyarakat Karo ... 39

Tabel 4: Tanggapan masyarakat terhadap rumah adat Karo dijadikan sebagai tempat pariwisata di Lingga ... 40

Tabel 5: Masyarakat Karo (Lingga) yang ikut melestarikan rumah adat Karo ... 42

Tabel 6: Kondisi rumah adat Karo saat ini... 44

Tabel 7: Masyarakat yang mau tinggal di rumah adat Karo ... 45

Tabel 8: Nyaman tinggal dalam rumah adat Karo ... 46

Tabel 9: Keadaan seni budaya masyarakat Karo saat ini ... 48

Tabel 10: Manfaat rumah adat Karo bagi masyarakat Karo ... 49

Tabel 11: Menceritakan keadaan kehidupan masyarakat di rumah adat Karo kepada keturunan ... 51

Tabel 12: Nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat Karo yang tinggal di rumah adat perlu dilestarikan/dikembangkan ... 52

Tabel 13: Masyarakat Karo menyadari akan pentingnya pelestarian rumah adat Karo ... 54 Tabel 14: Manfaat pelestarian rumah adat Karo bagi masyarakat


(12)

x

Karo ... 56 Tabel 15: Rumah adat Karo masih dapat dibangun sesuai dengan

aslinya ... 57 Tabel 16: Ornamen-ornamen dalam rumah adat Karo baik dijadikan

sebagai seni ... 59 Tabel 17: Mempromosikan rumah adat Karo sebagai tempat tujuan

wisata ... 61 Tabel 18: Pemerintah Kabupaten Karo memperhatikan pelestarian

rumah adat Karo ... 62 Tabel 19: Tabel jawaban responden secara keseluruhan ... 64


(13)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Daerah Kabupaten Karo umumnya didiami oleh suku Karo. Tanah Karo sebagai hunian orang suku Karo memiliki peninggalan masa lalu yang merupakan hasil aktivitas kehidupan warganya, beberapa aspek kehidupan masyarakat Karo pada masa lalu dapat dikenali dari beberapa peninggalan budaya yang berupa objek arkeologis dan historis.

Masyarakat Karo umumnya hidup dari pertanian dan peternakan. Setelah menjadi daerah yang lebih terbuka, dilandasi dengan masuknya agama, transfortasi, serta masuknya wisatawan, maka masyarakat Karo juga mengembangkan pola mata pencaharian lainnya. Tidak mengherankan jika masyarakat Karo juga menjadi pengusaha, pekerja, pengrajin, pedagang, dan sebagainya.

Kabupaten Karo yang ibukotanya Kabanjahe memiliki objek wisata antara lain: Lingga, Berastagi, Kabanjahe, Barusjahe, Danau Lau Kawar, Air Terjun Sikulikap, Lau Debuk-debuk, Air Terjun Sipiso-piso, dan Tongging.

Desa Lingga terkenal dengan peninggalan rumah adat karo, melalui rumah adat ini kita akan mengetahui bagaimana kebudayaan masyarakat Karo. Rumah adat Karo sangat terkenal akan keindahan seni arsitekturnya yang khas, gagah dan kokoh dihiasi dengan ornamen - ornamennya yang kaya akan nilai - nilai filosofis. Bentuk, fungsi dan makna rumah adat Karo menggambarkan hubungan yang erat antara masyarakat Karo dengan sesamanya dan antara manusia dengan alam


(14)

2

lingkungannya. Pemilihan bahan untuk membangun rumah adat Karo serta proses pembangunannya yang tanpa menggunakan paku, besi atau pengikat kawat, melainkan menggunakan pasak dan tali ijuk semakin menambah keunikan rumah adat Karo.

Pembangunan rumah adat Karo tidak terlepas dari jiwa masyarakat Karo yang tak lepas dari sifat kekeluargaan dan gotong-royong. Rumah adat menggambarkan kebesaran suatu Kuta ( kampung ), karena dalam pembangunan sebuah rumah adat membutuhkan tenaga yang besar dan memakan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu pembangunan Rumah Adat dilakukan secara bertahap dan gotong royong yang tak lepas dari unsur kekeluargaan. Kegiatan gotong - royong ini terutama digerakkan oleh sangkep sitelu ( sukut, kalimbubu dan anak beru ) yang dibantu oleh anak Kuta ( masyarakat kampung setempat ).

Untuk mewujudkan peningkatan pembangunan pariwisata Lingga yang lebih berdaya guna dan berhasil guna, diperlukan daya dan dana yang besar serta dibutuhkan perencanaan yang mantap disertai tata kerja yang lebih teratur dan kesadaran serta disiplin aparat penyelenggaraan dalam melaksanakan tugasnya, dan dengan didukung partisipasi masyarakat.

Oleh karena itu, peninggalan budaya Karo dijadikan sebagai cagar budaya demi kelestarian peninggalan sejarah budaya Karo. Menurut UU No 11 Tahun 2010 tentang cagar budaya pasal 1 ayat 2, benda cagar budaya adalah benda alam dan atau benda buatan manusia, baik bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok atau bagian. Bagiannya atau sisa-sisanya yang memiliki


(15)

3

hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah perkembangan manusia. Cagar budaya adalah susunan binaan yang terbuat atau benda alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding dan atau tidak berdinding dan bertutup.

Jika kita telusuri, peninggalan sejarah ditanah Karo hampir sulit ditemukan. Salah satunya rumah adat di tanah Karo hanya tinggal beberapa lagi karena kurangnya kesadaran dan biaya dalam pelestarian rumah adat ini. Ini dibuktikan di Desa Lingga kondisi rumah peninggalan nenek moyang Karo tersebut sangat memprihatinkan. Dulu di Desa Lingga ini terdapat sekitar 28 rumah adat kini tinggal 2 buah lagi yang layak huni.

Pada masyarakat Karo terdapat beberapa rumah tradisional yang dihuni oleh beberapa keluarga, yang penempatan jabu-nya didalam rumah tersebut diatur menurut ketentuan adat dan didalam rumah itu pun berlaku ketentuan adat, itulah yang disebut dengan rumah adat Karo. Rumah Adat Karo ini berbeda dengan rumah adat suku lainnya dan kekhasan itulah yang mencirikan rumah adat Karo. Bentuknya sangat megah diberi tanduk. Proses pendirian sampai kehidupan dalam rumah adat itu diatur oleh adat Karo, dan karena itulah disebut rumah adat.

Rumah Adat Karo tidak sekedar menonjolkan efisiensi fungsi ruang tapi juga tempat menumbuhkan nilai-nilai salah satunya kebersamaan, salah satu nilai yang kuat yang terpancar di rumah ini karena di dalam rumah adat ini tinggal dua belas, delapan, enam, dan empat keluarga yang hidup berdampingan dalam keadaan damai dan tentram.


(16)

4

Oleh karena itu, rumah adat Karo harus dilestarikan sebagai cagar budaya agar masyarakat mengenal budaya Indonesia yang penuh dengan nilai-nilai kehidupan khususnya masyarakat di Tanah Karo. Jadi berdasarkan uraian diatas penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Persepsi

Masyarakat terhadap Pelestarian Rumah Adat Karo sebagai Cagar Budaya di Desa Lingga Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasikan masalah dalam penelitian. Tanjung (2010: 25) menyatakan mengidentifikasikan masalah tidak lain menguraikan lebih jelas tentang masalah yang telah ditetapkan pada latar belakang penelitian. Di dalamnya berisi perumusan eksplisit masalah yang terkandung dalam suatu fenomena.

Rumah adat Karo saat ini sangat memprihatinkan keadaannya, dari begitu banyak rumah adat yang ada di Kabupaten karo pada saat ini hanya tinggal beberapa 2 buah yang ada di Desa Lingga. Ini membuktikan bahwa rendahnya perhatian masyarakat dan pemerintah akan peninggalan sejarah khususnya di Kabupaten Karo.

Berdasarkan uraian di atas penulis mengidentifikasikan masalah antara lain: 1. Potensi yang dimiliki rumah adat Karo sebagai cagar budaya.

2. Peranan masyarakat Batak Karo di Desa Lingga dalam melestarikan rumah adat Karo.


(17)

5

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya perhatian dalam melestarikan rumah adat Karo.

5. Persepsi masyarakat terhadap eksistensi rumah adat Karo saat ini.

C. Batasan Masalah

Untuk memudahkan penelitian di lapangan sangat diperlukan pembatasan masalah. Sesuai dengan judul penelitian ini Persepsi masyarakat terhadap

pelestarian Rumah Adat Karo sebagai cagar budaya di Desa Lingga Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo.

Agar pembahasan mengarah, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, dengan demikian yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Potensi yang dimiliki rumah adat Karo sebagai cagar budaya.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya perhatian dalam melestarikan rumah adat Karo.

3. Persepsi masyarakat terhadap eksistensi rumah adat Karo saat ini.

D. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dari penelitian ini adalah adalah: 1. Potensi apa yang dimiliki rumah adat Karo sebagai cagar budaya?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kurangnya perhatian dalam melestarikan rumah adat Karo?

3. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap eksistensi rumah adat Karo saat ini?

E. Tujuan Penelitian


(18)

6

1. Untuk mengetahui potensi yang dimiliki rumah adat Karo sebagai cagar budaya.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya perhatian dalam melestarikan rumah adat Karo.

3. Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap eksistensi rumah adat Karo saat ini

F. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat:

1. Agar pemerintah daerah Kabupaten Karo memperhatikan upaya pelestarian peninggalan budaya.

2. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat Karo tentang pentingnya pelestarian peninggalan budaya.

3. Sebagai bahan masukan bagi penatua adat masyarakat karo tentang pentingnya pelestarian peninggalan budaya.

4. Menambah wawasan pengetahuan peneliti dan pembaca mengenai rumah


(19)

70

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis mengemukakan kesimpulan sebagai berikut:

1. Potensi yang dimiliki rumah adat Karo sebagai cagar budaya adalah rumah adat Karo merupakan salah satu peninggalan budaya di Tanah Karo yang harus dilestariakan. Dan ornamen-ornamen dalam rumah adat Karo baik untuk dijadikan sebagai seni. Nilai-nilai kehidupan dalam rumah adat Karo baik dijadikan sebagai pedoman hidup oleh masyarakat Karo saat ini.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya perhatian dalam melestarikan rumah adat Karo yaitu ketidakjelasan pemerintah daerah dalam mengelola rumah adat Karo dan rumah adat Karo dimiliki oleh beberapa orang jadi masyarakat mengganggap bahwa itu adalah tugas pemilik rumah dalam memperbaiki rumah adat Karo.

3. Persepsi masyarakat Desa Lingga Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo terhadap pelestarian rumah adat Karo sebagai cagar budaya bersifat positif bahwa masyarakat menyadari bahwa rumah adat Karo itu baik untuk dilestarikan, tetapi partisipasi masyarakat rendah dan perhatian pemerintah Kabupaten Karo juga rendah.

B. Saran

1. Pada kenyataannya alangkah baiknya peninggalan sejarah yang ada di Indonesia dan di Tanah Karo khususnya dikelola oleh instansi yang


(20)

71

berwenang sehingga dapat terawat dengan baik. Dan dimanfaatkan berbagai kepentingan seperti kepariwisataan sehingga dapat menjadi sumber pendapatan bagi pemerintah daerah dan penduduk setempat.

2. Pemerintah Karo sebagai pengelola benda cagar budaya diharapkan adanya pembinaan kepada masyarakat agar dapat berperan serta dalam melestarikan benda peninggalan sejarah.

3. Kebudayaan adalah warisan dari leluhur yang perlu dilestarikan dari generasi ke generasi. Begitu juga dengan kehidupan dalam rumah adat Karo harus dilakukan sampai sekarang jangan sampai nilai-nilai dalam rumah adat Karo punah begitu saja.


(21)

72

DAFTAR PUSTAKA Buku :

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta. Bangun, Tridah. 2001. Koran Karo-karo Pejuang 1945. Medan: Tani Namura. Buku Pedoman Penulisan Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Medan. 2000.

Fitriaty Harahap, Rita Margaretha dan Lucas Partanda Koestro. 2008. Peninggalan Budaya Tanah Karo: Pengenalan Bagi Pemanfaatan dan Pemerdayaan dalam Kepariwisataan. Fakultas Sastra USU

Prinst, Darwan. 2008. Adat Karo. Medan: Bina Media Printis

Shadily, Hassan. 2004. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Soekanto, Soejono. 2010. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Tarigan, Sarjani. 2009. Lantera Kehidupan Orang Karo Dalam Berbudaya. Medan.

Tanjung, Bahdin Nur. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Medan: Kencana.

Yoeti, Oka A. 2000. Melestarikan Seni Budaya Tradisional yang Nyaris Punah. Jakarta: Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Undang-undang (peraturan) :

Undang-undang No 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya.

Internet :

Barus. http://www.karoweb.or.id/rumah-adat-karo/. Fungsi Dan Makna Gerga (Hiasan) Pada Rumah Adat Karo Di Tanah Karo Sumatera Utara. Sabtu, 10 Maret 2012.


(22)

73

Firman Eka Sebayang. http://www.karo.or.id/rumah-kurung-manik-karo/. Energi Metafisik Elemen Dekorasi Arsitektur Rumah Kurung Manik Karo. Sabtu, 10 maret 2012.


(1)

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya perhatian dalam melestarikan rumah adat Karo.

5. Persepsi masyarakat terhadap eksistensi rumah adat Karo saat ini. C. Batasan Masalah

Untuk memudahkan penelitian di lapangan sangat diperlukan pembatasan masalah. Sesuai dengan judul penelitian ini Persepsi masyarakat terhadap pelestarian Rumah Adat Karo sebagai cagar budaya di Desa Lingga Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo.

Agar pembahasan mengarah, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, dengan demikian yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Potensi yang dimiliki rumah adat Karo sebagai cagar budaya.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya perhatian dalam melestarikan rumah adat Karo.

3. Persepsi masyarakat terhadap eksistensi rumah adat Karo saat ini. D. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dari penelitian ini adalah adalah: 1. Potensi apa yang dimiliki rumah adat Karo sebagai cagar budaya?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kurangnya perhatian dalam melestarikan rumah adat Karo?

3. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap eksistensi rumah adat Karo saat ini? E. Tujuan Penelitian


(2)

1. Untuk mengetahui potensi yang dimiliki rumah adat Karo sebagai cagar budaya.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya perhatian dalam melestarikan rumah adat Karo.

3. Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap eksistensi rumah adat Karo saat ini

F. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat:

1. Agar pemerintah daerah Kabupaten Karo memperhatikan upaya pelestarian peninggalan budaya.

2. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat Karo tentang pentingnya pelestarian peninggalan budaya.

3. Sebagai bahan masukan bagi penatua adat masyarakat karo tentang pentingnya pelestarian peninggalan budaya.

4. Menambah wawasan pengetahuan peneliti dan pembaca mengenai rumah adat Karo.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis mengemukakan kesimpulan sebagai berikut:

1. Potensi yang dimiliki rumah adat Karo sebagai cagar budaya adalah rumah adat Karo merupakan salah satu peninggalan budaya di Tanah Karo yang harus dilestariakan. Dan ornamen-ornamen dalam rumah adat Karo baik untuk dijadikan sebagai seni. Nilai-nilai kehidupan dalam rumah adat Karo baik dijadikan sebagai pedoman hidup oleh masyarakat Karo saat ini.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya perhatian dalam melestarikan rumah adat Karo yaitu ketidakjelasan pemerintah daerah dalam mengelola rumah adat Karo dan rumah adat Karo dimiliki oleh beberapa orang jadi masyarakat mengganggap bahwa itu adalah tugas pemilik rumah dalam memperbaiki rumah adat Karo.

3. Persepsi masyarakat Desa Lingga Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo terhadap pelestarian rumah adat Karo sebagai cagar budaya bersifat positif bahwa masyarakat menyadari bahwa rumah adat Karo itu baik untuk dilestarikan, tetapi partisipasi masyarakat rendah dan perhatian pemerintah Kabupaten Karo juga rendah.

B. Saran

1. Pada kenyataannya alangkah baiknya peninggalan sejarah yang ada di Indonesia dan di Tanah Karo khususnya dikelola oleh instansi yang


(4)

berwenang sehingga dapat terawat dengan baik. Dan dimanfaatkan berbagai kepentingan seperti kepariwisataan sehingga dapat menjadi sumber pendapatan bagi pemerintah daerah dan penduduk setempat.

2. Pemerintah Karo sebagai pengelola benda cagar budaya diharapkan adanya pembinaan kepada masyarakat agar dapat berperan serta dalam melestarikan benda peninggalan sejarah.

3. Kebudayaan adalah warisan dari leluhur yang perlu dilestarikan dari generasi ke generasi. Begitu juga dengan kehidupan dalam rumah adat Karo harus dilakukan sampai sekarang jangan sampai nilai-nilai dalam rumah adat Karo punah begitu saja.


(5)

DAFTAR PUSTAKA Buku :

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta. Bangun, Tridah. 2001. Koran Karo-karo Pejuang 1945. Medan: Tani Namura. Buku Pedoman Penulisan Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Medan. 2000.

Fitriaty Harahap, Rita Margaretha dan Lucas Partanda Koestro. 2008. Peninggalan Budaya Tanah Karo: Pengenalan Bagi Pemanfaatan dan Pemerdayaan dalam Kepariwisataan. Fakultas Sastra USU

Prinst, Darwan. 2008. Adat Karo. Medan: Bina Media Printis

Shadily, Hassan. 2004. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Soekanto, Soejono. 2010. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Tarigan, Sarjani. 2009. Lantera Kehidupan Orang Karo Dalam Berbudaya. Medan.

Tanjung, Bahdin Nur. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Medan: Kencana.

Yoeti, Oka A. 2000. Melestarikan Seni Budaya Tradisional yang Nyaris Punah. Jakarta: Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Undang-undang (peraturan) :

Undang-undang No 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya. Internet :

Barus. http://www.karoweb.or.id/rumah-adat-karo/. Fungsi Dan Makna Gerga (Hiasan) Pada Rumah Adat Karo Di Tanah Karo Sumatera Utara. Sabtu, 10 Maret 2012.


(6)

Firman Eka Sebayang. http://www.karo.or.id/rumah-kurung-manik-karo/. Energi Metafisik Elemen Dekorasi Arsitektur Rumah Kurung Manik Karo. Sabtu, 10 maret 2012.