PERLINDUNGAN TERHADAP HAK ANAK DARI TINDAKAN MEMPEKERJAKAN ANAK DIBAWAH UMUR.

BAHAN AJAR
HAK ASASI MANUSIA

PERLINDUNGAN TERHADAP HAK ANAK DARI TINDAKAN
MEMPEKERJAKAN ANAK DIBAWAH UMUR

Oleh:
I Gede Pasek Eka Wisanjaya SH, MH

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
2014

PERLINDUNGAN TERHADAP HAK ANAK DARI TINDAKAN
MEMPEKERJAKAN ANAK DIBAWAH UMUR

Pekerja anak adalah sebuah istilah untuk mempekerjakan anak kecil atau anak di
bawah umur. Istilah pekerja anak dapat memiliki konotasi pengeksploitasian anak kecil
atas tenaga mereka, dengan gaji yang kecil atau pengeksploitasian bagi perkembangan
kepribadian mereka, keamanannya, kesehatan, dan prospek masa depan. Meskipun ada
beberapa anak yang mengatakan dia ingin bekerja (karena bayarannya yang menarik atau

karena anak tersebut tidak suka sekolah), hal tersebut tetap merupakan hal yang dilarang
karena tidak menjamin masa depan anak tersebut. Penggunaan anak kecil atau anak di
bawah umur sebagai pekerja sekarang ini dianggap oleh masyarakat internasional yang
menjunjung tinggi nilai-nilai penghormatan dan perlindungan hak asasi manusia sebagai
pelanggaran hak manusia dan melarangnya, tetapi negara-negara berkembang atau negaranegara miskin mungkin masih mengijinkan mempekerjakan anak karena keluarga
seringkali bergantung pada pekerjaan anaknya untuk bertahan hidup dan kadangkala
merupakan satu-satunya sumber pendapatan.1 Mempekerjakan anak kecil atau anak di
bawah umur merupakan pelanggaran terhadap hak anak, hak anak adalah bagian dari hak
asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga,
masyarakat, pemerintah dan negara, hal ini sesuai dengan ketentuan dari Undang-Undang
tentang Perlindungan Anak .
Berikut ini dikemukakan beberapa fakta yang terjadi di Indonesia tentang beberapa
industri atau perusahaan yang mempekerjakan anak di bawah umur. Seperti yang terjadi
pada tahun 2011 di daerah Bekasi, Karawang dan sekitarnya, bahwasannya kawasan
industri di daerah Bekasi, Karawang dan sekitarnya sudah semakin rawan kegiatan
ekploitasi yang memperkerjakan anak di bawah umur. Ironisnya, banyak perusahaan yang
memperkerjakan anak di bawah umur tanpa bisa memberikan perlindungan dan jaminan
kecelakaan kerja. Ketua Lembaga Advokasi dan Bantuan Hukum Gerakan Rakyat Sadar
Hukum Indonesia (LABH Grasi) Bekasi, Bintoro Ponconugroho, menjelaskan,
1


http://id.wikipedia.org/wiki/Pekerja_anak, diakses Rabo 21 November 2012.

2

mempekerjakan anak di bawah umur pada sebuah perusahaan, apapun alasannya
merupakan tindakan yang melanggar Undang-Undang (UU) No 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak. Namun dalam kenyatannya di lapangan, perbuatan melanggar hukum
ini tetap saja terjadi. “Khususnya di sekitar kawasan industri Bekasi hingga Karawang.
Saat ini banyak anak di bawah umur dieksploitasi dan dipekerjakan oleh perusahaanperusahaan,” kata Bintoro Ponconugroho. Menurutnya, khusus di daerah kawasan industri
Bekasi, anak di bawah umur biasanya dipekerjakan pada berbagai perusahaan garmen.
Sementara di Karawang, anak di bawah umur biasanya dipekerjakan sebagai buruh
industri olahan. Bintoro menambahkan, pengelola perusahaan semakin lama semakin
tidak peduli dengan Undang-Undang tentang Perlindungan Anak karena tidak pernah ada
pihak yang melakukan inspeksi maupun audit terhadap kondisi tersebut. Padahal, selain
melanggar Undang-Undang Perlindungan Anak, kegiatan eksploitasi memperkerjakan
anak di bawah umur juga melanggar Undang-Undang tentang Perburuhan dan UndangUndang tentang Ketenagakerjaan. Kasus perusahaan yang memperkerjakan anak di bawah
umur mencuat pasca adanya laporan orangtua korban ke Komisi Nasional Perlindungan
Anak (Komnas PA). Dalam laporannya, Awar orang tua dari Supi (16 tahun) yang
meninggal dunia akibat kecelakaan kerja meminta pertanggung jawaban PT Royal

Karawang,

perusahaan

minyak

goreng

yang

memperkerjakan

anaknya.

Awar

menceritakan, Supi meninggal dunia setelah tiga kali terjatuh saat bekerja menjaga mesin
yang mengolah minyak goreng. Setelah terjatuh, Supi sempat dirawat selama tiga hari di
Rumah Sakit Intan Barokah. Namun sayang, karena mengalami cedera berat di kepala
bagian belakang, nyawanya tidak tertolong dan meninggal dunia. “Hingga meninggal

dunia, sama sekali tidak ada pertanggungjawaban dari perusahaan tempat anak saya
bekerja. Bantuan hanya diberikan dari kantung pribadi perwakilan pengurus perusahaan
sebesar tiga ratus ribu rupiah,” kata Awar dalam kesaksiannya. Menurutnya, Supi
merupakan anak pertama dari istrinya yang bernama Awis. Sudah selama delapan bulan
Supi bekerja sebagai penjaga mesin di PT Royal Karawang dengan upah sebesar Rp
36.000 perhari. Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Ariest Merdeka Sirait,
menjelaskan, peristiwa yang menimpa Supi merupakan kelalaian perusahaan. Karena
selain memperkerjakan anak di bawah umur, perusahaan tersebut juga tidak memberikan

3

jaminan perlindungan kecelakaan kerja. “Komisi Nasional Perlindungan Anak akan
segera melakukan kontak dengan perusahaan. Dari keterangan sementara keluarga,
memang ada pembiaran. Kalau terbukti, perusahaan berarti sudah melanggar hak anak,”
kata Ariest. Ariest menambahkan, perusahaan yang memperkerjakan Supi juga bisa
dikenakan pasal tindak pidana karena telah mengabaikan dan memperkerjakan anak di
bawah umur.2
Pabrik yang mempekerjakan anak di bawah umur juga terjadi di Kabupaten
Tangerang, Banten,


pabrik mainan anak di kawasan pergudangan Mutiara Timur

Kosambi I, Blok A6, Nomor 9, Kabupaten Tangerang, Banten, memperkerjakan 25 anak
di bawah umur usia 11-15 tahun. Anak-anak di bawah umur itu, bekerja selama 8 jam
setiap harinya, dengan upah Rp2000 untuk satu kilogram mainan. Pabrik yang mulai
beroperasi sejak tiga minggu dan tidak pernah mengantongi izin mendirikan usaha dari
Pemerintah Desa setempat itu, sengaja memperkerjakan anak-anak putus sekolah warga
sekitar untuk menekan biaya produksi. Reza, salah seorang pekerja anak mengaku rela
bekerja dengan upah murah karena membutuhkan tambahan biaya hidup untuk
meringankan beban ekonomi keluarga di rumah. Dia mulai bekerja di pabrik mainan itu
sejak pertama pabrik dibuka. "Kita dibayar sesuai dengan banyaknya mainan yang dapat
kita kerjakan. Satu kilogram mainan dibayar Rp 2000," ujarnya kepada media (wartawan)
okezone, Rabu (29/6/2011). Ditambahkan Reza, dia bersama teman-temannya merupakan
anak-anak putus sekolah mulai tingkat SMP dan SMA. Dia juga mengaku, masuk bekerja
di pabrik karena diajak Robert, salah seorang temannya yang telah putus sekolah. "Saya
mau diajak kerja. Lumayan, hasilnya bisa untuk meringankan beban orang tua di rumah,"
tambahnya. Sementara itu, Direksi Perusahaan Mainan yaitu Anwar berdalih bahwa
dipekerjakannya anak-anak di bawah umur karena faktor keteledoran manajemen pabrik
dalam melakukan penyaringan tenaga kerja. "Bagian penerimaan pegawai bukan urusan
saya. Saya tidak tahu bagian kepegawaian banyak menerima pekerja anak. Ini suatu

keteledoran," terangnya. Dipekerjakannya anak di bawah umur itu telah menimbulkan

2

http://www.suarapembaruan.com/home/eksploitasi-anak-marak-di-kawasan-industri-bekasi-dankarawang/13039, diakses Rabo 21 November 2012.

4

keresahan pada masyarakat sekitar. Warga dengan keras melakukan penolakan dan
mendatangi pabrik yang memang berada tidak jauh dari pemukiman mereka. Hasanuddin,
Kepala Desa Kosambi Timur menambahkan, pihaknya sudah lama mencium adanya
praktik pekerja anak di pabrik mainan yang belum lama beroperasi itu. Untuk itu, Selasa
(28/6/2011), dirinya bersama warga dan perangkat desa lainnya mendatangi lokasi pabrik
melakukan pengecekan secara langsung. "Kami akan menghentikan kegiatan operasional
pabrik mainan ini. Karena tidak memiliki izin usaha dan memperkerjakan anak di bawah
umur," jelasnya.3
Adanya pernyataan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh pada
tahun 2012 yang melarang orang tua maupun pihak lain untuk mempekerjakan anak di
bawah umur. "Tidak boleh mempekerjakan anak di bawah umur, baik itu orang tua
maupun sipemekerjakan anak di bawah umur harus diberitahu," kata menteri sesaat

setelah menghadiri peresmian gedung pendidikan IPB di Kampus IPB Dramaga,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Menanggapi kisah Sarah Amelia murid kelas VI SD di
Koja, Jakarta Utara, yang membantu keluarganya bekerja di kafe hingga dini hari tersebut,
menurut Menteri hal tersebut tidak boleh terjadi. Menteri mengatakan, apapun jenis
pekerjaannya baik itu dikerjakan pagi, siang sore dan malam tidak boleh dilakukan oleh
anak yang masih sekolah dasar. "Anak SD itu belum waktunya untuk bekerja. Tidak boleh
memperkerjakan anak di bawah umur," katanya. Menteri mengaku prihatin dengan
kondisi tersebut, karena alasan ekonomi anak harus bekerja untuk membantu orang tua. Ia
mengatakan, pihaknya mengupayakan agar anak-anak yang berasal dari keluarga tidak
mampu dapat terbantu dengan beasiswa. "Kami mendorong pemerintah kabupaten, kota
untuk menyediakan beasiswa ini dan kami dari Kementerian dengan senang hati akan
memberikan beasiswa pendidikan bagi anak-anak ini," katanya.4
Demikian pula tewasanya pekerja anak di bawah umur yang bernama Ahmad
Komari pada tahun 2012, Ahmad Komari (16) tewas setelah terjatuh dari lantai 29 ke
lantai dua proyek bangunan The Grove Rasuna Epicentrum, Jakarta pada Minggu sore
3

http://news.okezone.com/ read/2011/06/29/338/473907/ pabrik- mainan- di-tangerang-pekerjakan-anak-dibawah-umur, diakses Rabo 21 November 2012.
4
http://www.antaranews.com/ berita/308122/ mendikbud- larang- mempekerjakan- anak- di- bawah- umur,

diakses Rabo 21 November 2012.

5

(17/6/2012). Komari yang masih tergolong anak di bawah umur itu bekerja sebagai tukang
kayu di tempat itu. Sekjen Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), Arist
Merdeka Sirait, tidak membenarkan jika sebuah perusahaan mempekerjakan anak di
bawah umur. Menurutnya hal itu termasuk tindakan kriminal. "Setiap individu tidak
dibenarkan mempekerjakan anak di bawah umur. Kalau mempekerjakan merupakan
tindak kriminal," ujar Arist kepada merdeka.com, Minggu (17/6/2012). Arist
menambahkan, mempekerjakan anak di bawah umur merupakan pelanggaran hak anak,
meski ada izin dari pihak orang tua. Mengenai kasus tewasnya Komari, Arist menyatakan
akan bertindak jika menerima laporan dari polisi. "Kalau tidak menerima laporan bisa
mendesak ke Kemenakertrans dengan menyuratinya," paparnya. Seperti diketahui, Ahmad
Komari tewas setelah terjatuh dari lantai 29 ke lantai dua proyek bangunan The Grove
Rasuna Epicentrum, Jakarta pada Minggu sore (17/6/2012). Pria nahas yang bekerja
sebagai tukang kayu itu ternyata seorang anak di bawah umur. Dari identitas korban,
diketahui Ahmad lahir di Grobogan, Jawa Tengah, 9 Mei 1996 atau masih berumur 16
tahun. Dalam Undang-Undang tentang Perlindungan Anak melarang mempekerjakan
seorang anak (di bawah 18 tahun). 5

Perbincangan tentang hak kodrati atau hak asasi manusia memang sudah sering
dikalangan filsuf dan ahli hukum, namun baru pada beberapa dekade belakangan gagasan
mengenai hak asasi manusia menjadi bagian dari kosakata masyarakat luas di sebagian
besar kawasan dunia.6
Sama seperti halnya keadilan, hak asasi manusia merupakan bahasa universal bagi
bangsa manusia dan menjadi kebutuhan pokok rokhaniah bagi bangsa baradab di muka
bumi. Keadilan dan hak asasi manusia tidak mengenal batas territorial, bangsa, ras, suku,
agama, dan ideologi politik. Keadilan dan hak asasi merupakan faktor determinan dalam
5

http://www.merdeka.com/peristiwa/pekerjakan-anak-di-bawah-umur-tindakan-kriminal.html, diakses Rabo
21 November 2012.

6

James W. Nickel, 1987, Making Sense Of Human Rights, Philosophical Reflection On The Universal
Declaration Of Human Rights, University Of California Press, Berkeley, Los Angeles, London,
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia: Hak Asasi Manusia, Refleksi Filosofis Atas Deklarasi Universal
Hak Asasi Manusia, penerjemah: Titis Eddy Arini, Gramedia Pustaka Utama, 1996, Jakarta, hal. xi.


6

proses eksistensi dan pembangunan peradaban umat manusia. Bukti jejak sejarah
kehidupan manusia menunjukkan adanya beberapa guru bangsa manusia, begitu pun
adanya dokumen-dokumen hak asasi manusia yang berkorelasi dengan adanya
pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Piagam-piagam tertulis tentang hak asasi
manusia mengabadikan hati nurani dan akal manusia untuk tetap menghargai hak asasi
dan martabat kemanusiaan. Pelanggaran terhadap hak asasi manusia akan selalu mendapat
respon moral dan konsekuensi sosial politik sesuai dengan radius dan kompetensi otoritas
yang berlaku.
Eksistensi hak asasi manusia (HAM) dan keadilan merupakan ramuan dasar dalam
membangun komunitas bangsa manusia yang memiliki kohesi sosial yang kuat.
Betapapun banyak ragam ras, etnis, agama, dan keyakinan politik, akan dapat hidup
harmonis dalam suatu komunitas anak manusia jika ada sikap penghargaan terhadap nilainilai HAM dan keadilan.
Penegakan HAM dan keadilan merupakan tiang utama dari tegaknya bangunan
peradaban bangsa, sehingga bagi negara yang tidak menegakkan HAM dan keadilan akan
menanggung konsekuensi logis yaitu teralienasi dari komunitas bangsa beradab dunia
Internasional. Lebih dari itu, biasanya harus menanggung sanksi politis atau ekonomis
sesuai dengan respon negara yang menilainya. Hal ini menunjukkan bahwa nilai
kemanusiaan bersifat universal, apalagi era globalisasi dewasa ini. Secara yuridis, Hukum

Hak Asasi Manusia Internasional menentukan adanya Jus Cogen yang dikualifikasikan
sebagai a peremtory norm of general international law. A norm accepted and recognized
by the international community of states as a whole as a norm from which no derogation
is permitted and which can be modified only by subsequent norm of general international
law having the same character. 7
Dalam hukum internasional secara spesifik penghormatan dan perlindungan hak
asasi anak telah diatur dalam Konvensi Tentang Hak-Hak Anak yang disetujui oleh
Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tanggal 20 Nopember 1989.
7

http://pushamuii.org, vide Thomas Bueergental & Harold G. Maieer, dalam Artidjo Alkostar 2007,
diakses 18 Agustus 2008.

7

Dalam mukadimah Konvensi Hak-Hak Anak ini, disebutkan beberapa hal penting antara
lain:8
-Mempertimbangkan bahwa menurut prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam
Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa pengakuan terhadap martabat yang
melekat, dan hak-hak yang sama dan tidak terpisahkan dari semua anggota
umat manusia, merupakan dasar dari kebebasan, keadilan dan perdamaian
di dunia,
-Mengingat bahwa bangsa-bangsa dari Perserikatan Bangsa-Bangsa telah
menyatakan sekali lagi dalam piagam keyakinan mereka akan hak-hak dasar
dari manusia, akan martabat dan penghargaan seseorang manusia, dan telah
berketetapan untuk meningkatkan kemajuan sosial dan standar hidup yang
lebih baik dalam kebebasan yang lebih luas,
-Mengakui bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa, dalam Deklarasi Universal
tentang Hak-hak Asasi Manusia dan Kovenan-kovenan Internasional tentang
Hak-hak Asasi Manusia, menyatakan dan menyetujui bahwa setiap orang
berhak atas semua hak dan kebebasan yang dinyatakan didalamnya, tanpa
pembedaan macam apapun seperti ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa,
agama, pendapat politik, atau pendapat yang lain, kewarganegaraan atau
asal usul sosial, harta kekayaan atau status yang lain,
-Mengingat bahwa dalam Deklarasi Universal tentang Hak-hak Asasi
Manusia, Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menyatakan bahwa anak-anak
berhak atas pengasuhannya dan bantuan khusus,
-Meyakini bahwa keluarga, sebagai kelompok dasar masyarakat dan
lingkungan alamiah bagi pertumbuhan dan kesejahteraan semua anggotanya
dan terutama anak-anak, harus diberikan perlindungan dan bantuan yang
diperlukan sedemikian rupa sehingga dapat dengan sepenuhnya memikul
tanggung jawabnya didalam masyarakat,

8

Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Tahun 1989 Tentang Hak Anak.

8

-Mengakui bahwa anak, untuk perkembangan kepribadiannya sepenuhnya
yang penuh dan serasi, harus tumbuh berkembang dalam lingkungan
keluarganya dalam suasana kebahagiaan, cinta dan pengertian,
-Mempertimbangkan bahwa anak harus dipersiapkan seutuhnya untuk hidup
dalam suatu kehidupan individu dan masyarakat, dan dibesarkan semangat
cita-cita yang dinyatakan dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan
terutama dalam semangat perdamaian, kehormatan, tenggang rasa,
kebebasan, persamaan dan solidaritas,
-Mengingat bahwa kebutuhan untuk memberikan pengasuhan khusus kepada
anak, telah dinyatakan dalam Deklarasi Jenewa mengenai Hak-hak Anak
tahun 1924 dan dalam Deklarasi Hak-hak Anak yang disetujui oleh Majelis
Umum pada tanggal 20 November 1959 dan diakui dalam Deklarasi
Universal tentang Hak-hak Asasi Manusia, dalam Kovenan Internasional
tentang Hak-hak Sipil dan Politik (terutama dalam pasal 23 dan pasal 24),
dalam Kovenan Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya
(terutama pasal 10) dan dalam statuta-statuta dan instrumen-instrumen yang
relevan dari badan-badan khusus dan organisasi-organisasi internasional
yang memperhatikan kesejahteraan anak,
-Mengingat bahwa seperti yang ditunjuk dalam Deklarasi mengenai Hak-hak
Anak, "anak, karena alasan ketidakdewasaan fisik dan jiwanya, membutuhkan
perlindungan dan pengasuhan khusus, termasuk perlindungan hukum yang
tepat,

baik

sebelum

dan

juga

sesudah

kelahiran",

-Mengingat ketentuan-ketentuan Deklarasi tentang Prinsip-prinsip Sosial dan
Hukum yang berkenaan dengan Perlindungan dan Kesejahteraan Anak,…
-Mengakui

pentingnya

kerjasama

internasional

untuk

memperbaiki

penghidupan anak-anak di setiap negara, terutama di negara-negara sedang
berkembang.
Tidak hanya orang dewasa saja yang mempunyai hak, anak-anakpun mempunyai
hak. Hak-hak untuk anak-anak ini telah diakui dalam Konvensi Hak Anak yang

9

dikeluarkan oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1989. Menurut konvensi
tersebut, semua anak, tanpa membedakan ras, suku bangsa, agama, jenis kelamin, asalusul keturunan maupun bahasa, memiliki 4 (empat) hak dasar yaitu :
 Hak Atas Kelangsungan Hidup

Termasuk di dalamnya adalah hak atas tingkat kehidupan yang layak, dan
pelayanan kesehatan. Artinya anak-anak berhak mendapatkan gizi yang baik,
tempat tinggal yang layak dan perwatan kesehatan yang baik bila ia jatuh sakit.
 Hak Untuk Berkembang

Termasuk di dalamnya adalah hak untuk mendapatkan pendidikan, informasi,
waktu luang, berkreasi seni dan budaya, juga hak asasi untuk anak-anak cacat,
dimana mereka berhak mendapatkan perlakuan dan pendidikan khusus.
 Hak Partisipasi

Termasuk di dalamnya adalah hak kebebasan menyatakan pendapat, berserikat dan
berkumpul serta ikut serta dalam pengambilan keputusan yang menyangkut
dirinya. Jadi, seharusnya orang-orang dewasa khususnya orangtua tidak boleh
memaksakan kehendaknya kepada anak karena bisa jadi pemaksaan kehendak
dapat mengakibatkan beban psikologis terhadap diri anak.
 Hak Perlindungan

Termasuk di dalamnya adalah perlindungan dari segala bentuk eksploitasi,
perlakuan kejam dan sewenang-wenang dalam proses peradilan pidana maupun
dalam hal lainnya. Contoh eksploitasi yang paling sering kita lihat adalah
mempekerjakan anak-anak di bawah umur.9

9

http://yuwielueninet.wordpress.com, diakses 18 Agustus 2008.

10

Penghormatan dan perlindungan oleh negara terhadap hak anak secara tegas diatur
dalam Konvensi PBB tahun 1989 tentang Hak Anak dalam pasal-pasal sebagai berikut:10
- Pasal 2 Konvensi:
1. Negara-negara Pihak harus menghormati dan menjamin hak-hak yang
dinyatakan dalam Konvensi ini pada setiap anak yang berada di dalam
yurisdiksi mereka, tanpa diskriminasi macam apa pun, tanpa menghiraukan
ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pendapat politik atau
pendapat lain, kewarganegaraan, etnis, atau asal-usul sosial, harta
kekayaan, cacat, kelahiran atau status yang lain dari anak atau orang tua
anak atau wali hukum anak.
2. Negara-negara Pihak harus mengambil semua langkah yang tepat untuk
menjamin bahwa anak dilindungi dari semua bentuk diskriminasi atau
hukuman atas dasar status, aktivitas, pendapat yang diutarakan atau
kepercayaan orang tua anak, wali hukum anak atau anggota keluarga
anak.
-Pasal 19 Konvensi:
1. Negara-negara Pihak harus mengambil semua tindakan legislatif,
administratif, sosial dan pendidikan yang tepat untuk melindungi anak dari
semua bentuk kekerasan fisik atau mental, luka-luka atau penyalahgunaan,
penelantaran atau perlakuan alpa, perlakuan buruk atau eksploitasi,
termasuk penyalahgunaan seks selama dalam pengasuhan (para) orang
tua, wali hukum atau orang lain manapun yang memiliki tanggung jawab
mengasuh anak.

10

Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Tahun 1989 Tentang Hak Anak.

11

2. Tindakan-tindakan perlindungan tersebut, sebagai layaknya, seharusnya
mencakup prosedur-prosedur yang efektif untuk penyusunan programprogram sosial untuk memberikan dukungan yang perlu bagi mereka yang
mempunyai tanggung jawab perawatan anak, dan juga untuk bentukbentuk

pencegahan

lain,

penyerahan, pemeriksaan,

dan

perlakuan

untuk
dan

identifikasi, melaporkan,
tindak

lanjut

kejadian-

kejadian perlakuan buruk terhadap anak yagn digambarkan sebelum
ini, dan sebagaimana layaknya, untuk keterlibatan pengadilan.
Dari uraian mukadimah dan beberapa pasal Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) Tahun 1989 Tentang Hak Anak tersebut terlihat jelas bahwa negara termasuk juga
warga negara (masyarakat) wajib memberikan pengayoman dan perlindungan terhadap
harkat dan martabat anak. Penghormatan dan perlindungan terhadap nilai-nilai hak asasi
manusia yang telah diatur dalam instrumen hukum internasional yaitu pada Konvensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Tahun 1989 Tentang Hak Anak tersebut kemudian
diadopsi ke dalam beberapa instrumen hukum nasional Indonesia dalam bentuk undangundang, diantaranya adalah dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 39 Tahun
1999 Tentang Hak Asasi Manusia, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
yang secara khusus mengatur perlindungan hak asasi anak dari tindakan mempekerjakan
anak di bawah umur.
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia bertujuan
untuk mengoptimalkan pemajuan, penegakan dan perlindungan hak asasi manusia
terhadap seluruh umat manusia yang ada di Indonesia. UU No. 39 Th. 1999 mengatur juga
tentang hak anak, bahwasannya harkat dan martabat anak harus mendapat perlindungan
dari tindakan-tindakan yang merugikan. Hak anak diatur dalam Pasal 52 UU No. 39 Th.
1999 yang menyatakan:
(1) Setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua, keluarga, masyarakat, dan
negara.

12

(2) Hak anak adalah hak asasi manusia dan untuk kepentingannya hak anak itu
diakui dan dilindungi oleh hukum bahkan sejak dalam kandungan.
Perlindungan terhadap hak anak secara lebih lengkap diatur dalam UndangUndang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, diatur dalam pasal-pasal
sebagai berikut:
-

Pasal 1, Ayat 1:
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk
anak yang masih dalam kandungan.

-

Pasal 1, Ayat 2:
Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi
anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan,
serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

-

Pasal 1, Ayat 12:
Hak Anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi,
dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara.

- Pasal 3:
Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar
dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas,
berakhlak mulia, dan sejahtera.
- Pasal 4:
Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi
secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
- Pasal 13:
(1) Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana
pun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat
perlindungan dari perlakuan:

13

a. diskriminasi;
b. eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual;
c. penelantaran;
d. kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan;
e. ketidakadilan; dan
f. perlakuan salah lainnya.
(2) Dalam hal orang tua, wali atau pengasuh anak melakukan segala bentuk
perlakuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), maka pelaku dikenakan
pemberatan hukuman.
Perlindungan terhadap hak anak dari tindakan mempekerjakan anak di bawah
umur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, diatur
pada pasal-pasal sebagai berikut :

Pasal 1 Ayat 26:
Anak adalah setiap orang yang berumur dibawah 18 (delapan belas) tahun.
Pasal 68:
Pengusaha dilarang mempekerjakan anak.
Pasal 74:
(1) Siapapun dilarang mempekerjakan dan melibatkan anak pada pekerjaanpekerjaan yang terburuk.
(2) Pekerjaan-pekerjaan yang terburuk yang dimaksud dalam ayat (1) meliputi :
a. segala pekerjaan dalam bentuk perbudakan atau sejenisnya;
b. segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau menawarkan
anak untuk pelacuran, produksi pornografi, pertunjukan porno, atau
perjudian;
c. segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau melibatkan anak
untuk produksi dan perdagangan minuman keras, narkotika, psikotropika,
dan zat adiktif lainnya; dan/atau
d. semua pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan, atau moral
anak.

14

3) Jenis-jenis pekerjaaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan, atau
moral anak sebagaimana di-maksud dalam ayat (2) huruf d ditetapkan dengan
Keputusan Menteri.
Anak mempunyai posisi yang sangat mulia sesuai dengan penjelasan UndangUndang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, anak adalah amanah
sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus kita jaga karena dalam
dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung
tinggi. Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam
Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak-Hak
Anak. Dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah masa depan bangsa dan
generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,
tumbuh, dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak
kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan. Meskipun Undang-undang
Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia telah mencantumkan tentang hak anak,
pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah,
dan negara untuk memberikan perlindungan pada anak masih memerlukan suatu undangundang mengenai perlindungan anak sebagai landasan yuridis bagi pelaksanaan kewajiban
dan tanggung jawab tersebut. Dengan demikian, pembentukan undang-undang ini
didasarkan pada pertimbangan bahwa perlindungan anak dalam segala aspeknya
merupakan bagian dari kegiatan pembangunan nasional, khususnya dalam memajukan
kehidupan berbangsa dan bernegara.

15

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku
Irawati Singarimbun, 1989, Metode Penelitian Survey, dalam Masri Singarimbun dan
Soffian Efendi (ed), Cet.I, LP3ES, Jakarta.
James W. Nickel, 1987, Making Sense Of Human Rights, Philosophical Reflection On The
Universal Declaration Of Human Rights, University Of California Press, Berkeley,
Los Angeles, London, diterjemahkan dalam bahasa Indonesia: Hak Asasi Manusia,
Refleksi Filosofis Atas Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, penerjemah: Titis
Eddy Arini, Gramedia Pustaka Utama, 1996, Jakarta.
Peter Mahmud Marzuki, 2007, Penelitian Hukum, Cet.III, Kencana, Jakarta.
Rony Hanitojo Sumitro, 1983, Metedologi Penelitian Hukum, Cet.I, Ghalia, Indonesia,
Jakarta.
Soejono Soekanto dan Sri Mamudji, 1983, Penelitian Hukum Normatif, Rajawali Pers,
Jakarta.
Sutrisno Hadi dan Sri Memuji, 1977, Metedologi Research, Premis, Yogyakarta.
B. Perjanjian Internasional Dan Peraturan Perundang-Undangan Nasional
Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Tahun 1989 Tentang Hak-Hak Anak.
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

C. Artikel
http://pushamuii.org, vide Thomas Bueergental & Harold G. Maieer, dalam Artidjo
Alkostar 2007, diakses 18 Agustus 2008.
http://yuwielueninet.wordpress.com, diakses 18 Agustus 2008.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pekerja_anak, diakses Rabo 21 November 2012.

16

http://www.suarapembaruan.com/home/eksploitasi-anak-marak-di-kawasan-industribekasi-dan-karawang/13039, diakses Rabo 21 November 2012.
http://news.okezone.com/ read/2011/06/29/338/473907/ pabrik- mainan- di-tangerangpekerjakan-anak-di-bawah-umur, diakses Rabo 21 November 2012.
http://www.antaranews.com/ berita/308122/ mendikbud- larang- mempekerjakan- anakdi- bawah- umur, diakses Rabo 21 November 2012.
http://www.merdeka.com/ peristiwa/ pekerjakan- anak- di- bawah- umur- tindakankriminal.html, diakses Rabo 21 November 2012.

17